BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan
rancangan potong lintang (cross sectional).
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Rancangan penelitian direncanakan dilaksanakan mulai bulan November 2015,
dan pelaksanaan penelitian direncanakan mulai bulan Maret 2016 sampai
sampel terpenuhi, bertempat di ruang rawat perinatologi rindu B4 dan ruang
rawat neonatologi rindu B1 RSUP Haji Adam Malik, Medan.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi target
Neonatus yang lahir dan dirawat di RSUP Haji Adam Malik, Medan
3.3.2 Populasi terjangkau
Neonatus yang lahir dan dirawat di RSUP Haji Adam Malik, Medan
dimulai sejak bulan Maret 2016.
3.3.3 Sampel
Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi:
Neonatuspretermdanatermyang lahir di RSUP Haji Adam Malik, Medan dan orang tua/wali pasien mengizinkan pasien ikut serta dalam penelitian.
Kriteria eksklusi:
Neonatus yang lahir disertai kelainan kulit generalisata (iktiosis,sindroma
neterton,Staphylococcal scalded skin syndrome).
3.5 Besar Sampel
Z
= deviat baku alpha. utkα
= 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96) 1 (β
Z
= deviat baku alpha. utk β = 0,10 maka nilai baku normalnya 1.282σ
d
S = Standar deviasi gabungan pH Neoatuspretemdanatermsebesar =0,29
2 1 µ
µ = beda rerata yang bermakna ditetapkan sebesar 0,5
Maka besar sampel minimal untuk masing-masing kelompok pada penelitian ini banyak 31 orang.
3.6 Cara Pengambilan Sampel Penelitian
Sampel penelitian diambil dengan tehnikconsecutive sampling
3.7 Identifikasi Variabel
3.7.2 Variabel terikat : pH kulit 3.8 Definisi Operasional
3.8.1 Masa gestasi
Masa gestasi adalah lama kehamilan yang didapat melalui dokumentasi
rekam medik RSUP H. Adam Malik. Hasil usia gestasi yang didapat
berupaaterm(≥ 37 minggu -≤42 minggu) danpreterm(<37 minggu). Alat ukur : rekam medis
Pengukur : peniliti dan pembimbing
Hasil ukur : aterm (≥ 37 minggu-≤42 minggu) dan preterm (<37
minggu)
Skala ukur :nominal
3.8.2 pH kulit
pH kulit adalah kadar keasaman kulit yang didapat melalui pemeriksaan
menggunakan pH meter
Alat ukur : pH meter (Skincheck, Hanna Instruments, HI 99181N, USA)
Pengukur : peniliti dan pembimbing
Hasil ukur : nilai pH
Skala ukur : rasio
a. Satu unit alat pH meter (Skincheck, Hanna Instruments, HI 99181N, USA)
b. Kassa
3.9.2 Cara kerja
Pasien yang telah mendapat izin dari orang tuanya dan menandatangani
inform consentselanjutnya dilakukan : 1. Pencatatan data dasar :
a. Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di ruang rawat
inap rindu B4 RSUP Haji Adam Malik Medan.
b. Pencatatan data dasar meliputi idenditas pasien (nama,alamat,
jenis kelamin, usia gestasi, berat badan, panjang badan),
pemeriksaan fisik dan dermatologis.
2. Pemeriksaan nilai pH kulit neonatus
a. Syarat sebelum dilakukan pengukuran pH :
- Pengukuran dilakukan pada hari ke 3 setelah
kelahiran.
- Pengukuran dilakukan minimal 4 jam setelah subjek
dimandikan atau dibersihkan. Orang tua pasien atau
etugas kesehatan diminta untuk tidak menggunakan
kosmetik atau preparat topikal apapun pada volar
lengan bawah subyek, minimal 4 jam setelah subjek
- Pengukuran dilakukan pada suhu kamar air conditionered stabil dan konstan (20oC) dengan
kelembaban 40% dan subyek dikondisikan minimal
20 menit.
- Bila daerah volar tidak memungkinkan untuk
diperiksa, Pemeriksaan dapat dilakukan pada daerah
lengan, tungkai atas atau perut subyek.
b. Pengukuran nilai pH kulit diperiksa dengan menggunakan pH
meter (skincheck, Hanna Instrument, HI 99181N, USA).
Elektroda pH dikalibrasi sebelum pengukuran masing-masing
subyek dengan dua larutanbufferstandard pada nilai pH 7.0 dan 4.0. Kemudian elektroda dibilas dengan air sebelum
pengukuran.
c. Subyek dipersiapkan. Bagian volar lengan bawah dibersihkan
dengan kassa. Buka tutup pelindung elektroda. Sambungkan
elektroda ke pH meter. Tekan tombol ON untuk menghidupkan.
Letakkan ujung elektroda pada permukaan kulit yang datar.
Tunggu sampai pembacaan stabil dan hasil didapat. Kemudian
elektroda dibersihkan dengan air, dan tutup kembali dengan
3.10 Kerangka Operasional
Gambar 3.1 Diagram kerangka operasional
3.11. Pengolahan Data
Data-data yang terkumpul disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Karakteristik subjek dianalsis secara deskriftif. Analisis statistik dilakukan
untuk mengetahui hubungan nilai pH kulit neonatus preterm dan aterm. Jika
sebaran data terdistribusi normal maka digunakan uji Tindependent. Namun Neonatus preterm dan aterm
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
Pencatatan data dasar dan Pemeriksaan fisik
jika sebaran data terdistribusi tidak normal maka digunakan uji Mann
Whitney.
3.12. Etika Penelitian
Penelitian ini sudah memperoleh persetujuan dari Komite Etik Kesehatan
Fakultas Kedokteran Sumatera Utara dengan nomor surat: 223/KOMET/FK
USU/2016 dan Direktorat SDM dan Pendidikan Instalasi Penelitian dan
Pengembangan RSUP Haji Adam Malik Medan dengan no surat:
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini melibatkan 64 orang subjek penelitian yaitu neonatus yang
telah memenuhi kriteria penelitian. Seluruh subjek penelitian telah menjalani
pemeriksaan untuk mengetahui kadar pH kulit. Data-data yang terkumpul
kemudian dimasukkan sebagai variabel dan diolah secara statistik.
4.1 Karakteristik subjek Penelitian
Karakteristik subjek dalam penelitian ini ditampilkan berdasarkan
distribusi, masa gestasi, jenis kelamin, berat badan dan panjang badan.
4.1.1 Karakteristik berdasarkan masa gestasi
Tabel 4.1 Distribusi subjek penelitian berdasarkan masa gestasi
Masa gestasi n %
Preterm 32 50
Aterm 32 50
Total 64 100
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa berdasarkan masa gestasi pasien
neonatus didapatkan 32 sampel dengan masa gestasi preterm (50%) dan 32 sampel
Setiap tahun dilaporkan terdapat sekitar 15 juta bayi lahir prematur di dunia,
lebih dari satu dalam 10 kelahiran. Kelahiran prematur meningkat setiap tahun
hampir di semua negara.41
Di Indonesia, dari 48.336 kelahiran selama periode Januari 2010–Juni 2013
terdapat 17.576 kelahiran prematur (36,4%).42 Data di RSUP H. Adam Malik
Medan menunjukkan jumlah bayi yang dilahirkan pada tahun 2007 sebanyak 527
bayi dan 63 bayi (11,95%) dilahirkan dengan kondisi prematur.43
4.1.2 Karakteristik berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.2 Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin
Masa gestasi
Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
Total
n % n %
Preterm 11 17,2 21 32,8 50
Aterm 12 18,7 20 31,3 50
Total 23 35,9 41 64,1 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin pasien
neonatus didapatkan 23 sampel laki-laki (35,9%) dan 41 sampel perempuan
(64,1%). Pada preterm dan aterm jenis kelamin terbanyak adalah perempuan
masing-masing sebanyak 21 sampel (32,8%) dan 20 sampel (31,3%). Kelahiran
prematur di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2007 sebanyak 63 bayi jenis
kelamin laki-laki berjumlah 34 bayi (54,0%) dibandingkan dengan jenis kelamin
perempuan berjumlah 29 bayi (46,0%).4
4.1.3 Karakteristik berdasarkan berat badan
Tabel 4.3 Distribusi subjek penelitian berdasarkan berat badan
Masa gestasi
Berat badan (gram)
<2500 2500-4000 Total
n % n %
Preterm 27 42,2 5 7,8 50
Aterm 1 1,6 31 48,4 50
Total 28 43,8 36 56.2 100
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa berdasarkan berat badan pasien
neonatus didapatkan 28 sampel dengan berat badan <2500 gram (43,8%) dan 36
sampel dengan berat badan 2500-4000 gram (56,2%). Pada preterm berat badan terbanyak <2500 gram sebanyak 27 sampel (42,2) dan padaaterm yang terbanyak
adalah 2500-4000 gram sebanyak 31 sampel (48,4).
Hal ini sesuai dengan penelitian Utami di RSUD Dr. R Koesma
mendapatkan dari 169 bayi aterm, sebagian besar mempunyai berat badan 2500
-4000 gram yaitu sebanyak 99,24 %.44Beberapa penelitian menyatakan bahwa berat
4.1.4 Karakteristik berdasarkan panjang badan
Tabel 4.4 Distribusi subjek penelitian berdasarkan panjang badan
Masa gestasi
Panjang badan (cm)
30-39 40-49 ≥50 Total
n % n % n %
Preterm 9 14,1 23 35,9 - - 50
Aterm - - 19 29,7 13 20,3 50
Total 9 14,1 42 65,6 13 20,3 100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa berdasarkan panjang badan
pasien neonatus didapatkan 9 sampel dengan panjang badan 30-39 cm (14,1%), 42
sampel dengan panjang badan 40-49 cm (65,6%), dan 13 sampel dengan panjang
badan ≥50cm (20,3%). Pada pretermdan aterm panjang badan terbanyak adalah 40-49 cm, masing-masing sebanyak 23 sampel (35,9) dan 19 sampel (29,7).
Miletic et al dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat hubungan antara masa gestasi dengan panjang badan.48 Hasil tersebut didukung oleh
penelitian Maeyama et al dimana pada penelitiannya ditemukan bahwa panjang
4.2 Gambaran pH kulit neonatuspretermdanaterm
Tabel 4.5 Distribusi pH neonatuspretermdanaterm
Masa gestasi pH
Rerata
± SD
Nilai minimum Nilai maksimumPreterm 7,75±0,41 6,8 8,8
Aterm 7,46±0,37 6,7 8,46
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa berdasarkan masa gestasi,
rata-rata pH kulit pada pasien preterm adalah 7,75±0,41, dan rata-rata-rata-rata pH kulit pada
pasien aterm adalah 7,46±0,37. Tidak seperti neonatus aterm, neonatus preterm belum mempunyai fungsi sawar epidermal yang baik, hanya memiliki sedikit
lapisan Sk dan memiliki permeabilitas lebih terhadap bahan-bahan eksogen dan
kerusakan kulit tambahan. Tingkat keasaman kulit pada neonatus aterm secara
relatif lebih netral pada saat baru lahir, seiring waktu akan berkurang selama
periode 1-4 hari pertama kehidupan, dan terus menurun selama 3 bulan pertama,
seiring dengan aktivasi enzim-enzim yang diperlukan untuk membentuk komponen
4.3 Gambaran pH kulit berdasarkan karakteristik subjek penelitian (berat badan, panjang badan dan jenis kelamin)
4.3.1 Gambaran pH kulit berdasarkan berat badan Tabel 4.6 Distribusi pH kulit berdasarkan berat badan
Masa gestasi Berat badan
Preterm <2500 7,71±0,42 6,80 8,80
2500-4000 7,95±0,27 7,69 8,35
Aterm <2500 7,28±0 7,28 7,28
2500-4000 7,46±0,38 6,70 8,46
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pada neonatuspreterm,rata-rata
pH kulit dengan berat badan lahir <2500 gram adalah 7,71±0,42 dan rata-rata pH
kulit dengan berat badan lahir 2500-4000 gram adalah 7,95±0,27. Pada neonatus
aterm, rata-rata pH kulit dengan berat badan lahir <2500 gram adalah 7,28±0dan rata-rata pH kulit dengan berat badan lahir 2500-4000 gram adalah7,46±0,38.Dari
hasil diatas dapat dilihat bahwa pH kulit yang lebih tinggi pada berat badan lahir
badan lahir 2500-4000 gram baik pada preterm dan aterm. Penelitian yang dilakukan oleh Greenet al, berat badan lahir tidak mempengaruhi tingkat keasaman
4.3.2 Gambaran pH kulit berdasarkan panjang badan
Tabel 4.7 Distribusi pH kulit berdasarkan panjang badan
Masa gestasi Panjang badan
Preterm 30-39 7,84±0,48 7,23 8,80
40-49 7,71±0,38 6,80 8,35
≥50 - -
-Aterm 30-39 - -
-40-49 7,49±0,32 7 8,28
≥50 7,41±0,45 6,7 8,46
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat, pada neonatuspretermrata-rata pH kulit dengan panjang badan lahir 30-39 cm adalah 7,84±0,48, rata-rata pH kulit pada
dengan panjang badan lahir 40-49 cm adalah7,71±0,38. Pada neonatus aterm,
rata-rata pH kulit dengan panjang badan lahir 40-49 cm adalah 7,49±0,32 dan rata-rata
pH kulit dengan panjang badan lahir ≥50 cm adalah 7,41±0,45. Dari hasil diatas
dapat dilihat bahwa semakin panjang badan lahir, maka semakin rendah pH kulit.
Hasil penelitian Maeyama et al didapatkan secara umum bahwa panjang badan berhubungan dengan masa gestasi, dimana peningkatan masa gestasi akan
4.3.3 Gambaran pH kulit berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.8 Distribusi pH kulit berdasarkan jenis kelamin
Masa gestasi Jenis kelamin pH
Rerata
± SD
Nilai minimumNilai maksimum
Preterm Laki-laki 7,5±0,36 6,8 8
Perempuan 7,8±0,38 7,3 8,8
Aterm Laki-laki 7,32±0,32 6,9 8,14
Perempuan 7,54±0,38 6,7 8,46
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat, pada neonatuspretermrata-rata pH kulit neonatus dengan jenis kelamin laki-laki adalah7,5±0,36dan rata-rata pH kulit pada
neonatus dengan jenis kelamin perempuan adalah 7,8±0,38. Pada neonatus aterm
rata-rata pH kulit dengan jenis kelamin laki-laki adalah7,32±0,32dan rata-rata pH
neonatus dengan jenis kelamin perempuan adalah7,54±0,38. Dari hasil diatas dapat
dilihat bahwa pH kulit neonatus dengan jenis kelamin perempuan lebih tinggi
dibandingkan pH kulit neonatus laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian Greenet aldan Man et al yang menyatakan bahwa neonatus perempuan memiliki nilai pH
4.4 Hubungan antara pH kulit dengan masa gestasi neonatuspretermdan
aterm
Tabel 4.9 Hubungan pH kulit dengan masa gestasi neonatuspretermdanaterm
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji T independen pada pH
kulit berdasarkan masa gestasi, terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,05). Dapat
disimpulkan bahwa neonatus preterm memiliki nilai pH yang lebih tinggi dibandingkan dengan pada neonatus aterm. Green et al dalam penelitiannya
melaporkan bahwa neonatus aterm dan preterm sama-sama memiliki fungsi asidifikasi yang aktif pada saat lahir, namun fungsi ini tidak sepenuhnya efektif
pada neonatus preterm karena aspek terluar kulit masih diselubungi oleh verniks
kaseosa.35
Pendapat lain disampaikan oleh Visscher et al dalam penelitiannya yaitu
bahwa keberadaan verniks kaseosa akan mempercepat asidifikasi pada kulit
neonatus, dan menyarankan praktisi untuk mempertimbangkan pengangkatan
verniks kaseosa segera setelah lahir pada neonatus.49 Masa gestasi
pH
Rerata±SD
pPreterm 7,75±0,41
0,05
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Terdapat hubungan yang signifikan (p=00,5) pH kulit neonatus dengan
masa gestasi (pretermdanaterm) dimana, rata-rata pH kulit pasienpreterm adalah 7,75±0,41, dan rata-rata pH kulit pada pasien aterm adalah
7,46±0,37.
2. Gambaran pH kulit berdasarkan berat badan lahir menunjukkan pH kulit
yang lebih tinggi pada berat badan lahir 2500-4000 gram baik padapreterm danaterm.
3. Gambaran pH kulit berdasarkan panjang badan lahir, dijumpai semakin
panjang berat badan lahir semakin rendah pH kulit.
4. Gambaran pH kulit berdasarkan jenis kelamin, pH Kulit pada perempuan
lebih tinggi dibandingkan pH kulit laki-laki.
5. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin yang terbanyak
adalah perempuan yaitu 41 orang (64,1%), berat badan yang terbanyak
adalah 2500-4000 gram yaitu 36 orang (56,2%) dan panjang badan yang
terbanyak adalah 40-49 cm yaitu 42 orang (65,6%)
1. Nilai pH yang lebih tinggi pada neonatus preterm menjadi pertimbangan perlunya perawatan kulit khusus yang lebih dibanding neonatus aterm. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan secara longitudinal dengan jumlah