BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility /
CSR merupakan sebuah gagasan yang menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan
pada tanggung jawab yang berpijak pada aspek keuntungan secara semata, yaitu nilai
perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangan, namun juga harus
memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Perkembangan CSR tidak terlepas
dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainability development). Konsep CSR
menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan tidak hanya terhadap pemiliknya atau
pemegang saham saja tetapi juga terhadap para stakeholders yang terkait dan/atau
terkena dampak dari keberadaan perusahaan.
Perusahaan yang menjalankan CSR akan memperlihatkan dampaknya
terhadap kondisi sosial dan lingkungan dan berupaya agar dampaknya positif.
Perkembangan CSR juga terkait dengan semakin parahnya kerusakan lingkungan
yang terjadi di Indonesia maupun dunia, mulai dari penggundulan hutan, polusi
udara, dan air, hingga perubahan iklim. Pengungkapan tanggung jawab sosial
merupakan salah satu media yang dipilih untuk memperlihatkan kepedulian
perusahaan terhadap masyarakat disekitarnya.
Pada saat semakin berkembangnya teknologi dan informasi, masyarakat
perusahaan. Perusahaan dituntut untuk memberikan informasi yang transparan, tata
kelola perusahaan yang bagus (good corporate governance) memaksa perusahaan
untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya. Tuntutan masyarakat
adalah untuk mengetahui sudah sejauh mana tanggung jawab sosial yang telah
dijalankan oleh perusahaan sehingga masyarakat merasa aman dan tentram dalam
menggunakan produk – produk yang diproduksi perusahaan tersebut.
Sebagai contoh kasus pencemaran Teluk Buyat, yaitu pembuangan tailing
atau limbah yang dapat dikatakan sampah dan berpotensi mencemarkan lingkungan
baik dilihat dari volume yang dihasilkan maupun potensi rembesan yang mungkin
terjadi pada tempat pembuangan tailing. Pembuangan tailing ke dasar laut yang
mengakibatkan tercemarnya laut sehingga berkurangnya tangkapan ikan dan
menurunnya kualitas kesehatan masyarakat lokal akibat operasional PT Newmon
Minahasa Raya (NMR) tidak hanya menjadi masalah nasional melainkan masalah
internasional. Kasus PT Freeport Indonesia salah satu perusahaan tambang terbesar di
Indonesia yang berlokasi di Papua, yang memulai operasinya sejak tahun 1969,
sampai dengan saat ini tidak lepas dari konflik yang berkepanjangan dengan
masyarakat lokal, baik terkait dengan tanah rakyat, pelanggaran adat, maupun
kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi.
Menurut The Organisation for economic Co-Operation and Development
(OECD) dalam Tangkilisan (2003): Good corporate governance adalah sistem yang
dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan.
yang berkepentingan,terhadap perusahaan, termasuk pemegang saham, dewan
komisaris, direksi dan stakeholders lainnya. Good corporate governance adalah suatu
kerangka hubungan, struktur, pola, sistem yang berdasarkan pada prinsip-prinsip
dasar dan undang-undang yang berlaku dengan mempertemukan, menjelaskan,
mengarahkan dan mengendalikan hubungan antara shareholders, manajemen,
kreditur, pemerintah dan stakeholders lainnya pada hak dan kewajiban
masing-masing pihak tersebut, yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan nilai-nilai
jangka panjang yang diinginkan oleh pemegang saham.
Permasalahan agar perusahaan menjadi Good Corporate Governance terhadap
tanggung jawab sosial, perusahaan harus memiliki kewajiban mengupayakan
kebijakan yang seimbang dalam keputusan dan tindakan yang sesuai dengan tujuan
dan kepentingan nilai masyarakat. Dengan demikian sudah seharusnya orientasi
perusahaan berubah dari orientasi untuk shareholders dengan berpijak pada ukuran
kinerja ekonomi semata ke arah keseimbangan lingkungan dan masyarakat dengan
memperhitungkan dampak sosial.
CSR dan GCG seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan karena
kedua-duanya merupakan hal yang penting. CSR dan GCG bukanlah suatu pilihan,
melainkan suatu kesatuan yang harus dijalankan secara bersamaan dan berkelanjutan.
Tata kelola perusahaan yang baik dengan Corporate Social Responsibility dapat
dengan melakukan dari faktor lingkungan, hak manusia, faktor ekonomi.
Brigham dan Houston (2001:197) menyatakan bahwa profitabilitas adalah
berpendapat bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan
demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisa
profitabilitas ini.
Ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang
bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada
biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum
pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap
maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham dan Houston 2001). Ukuran
perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh
total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva. Jadi
ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan.
Sitepu (2009) menemukan variable ukuran dewan komisaris dan profitabilitas
memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan
oleh perusahaan, sedangkan tingkat leverage dan ukuran perusahaan tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan. Sembiring
(2005) menemukan bahwa ukuran perusahaan, profil, dan dewan komisaris
berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan,
namun tidak menemukan hubungan signifikan antara profitabilitas dan leverage
dengan pengungkapan tanggung jawab sosial. Nurkhin (2009) menemukan bahwa
jawab sosial perusahaan sementara komposisi dewan komisaris independen dan
profitabilitas terbukti secara signifikan berpengaruh positif.
Penelitian ini adalah penelitian lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh
Nurkhin (2009) yang berjudul Corporate Governance dan Profitabilitas, Pengaruhnya
Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris Pada
Perusahaan Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia) pada periode 2007. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian terdahulu, penelitian ini menggunakan data yang
diambil dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
periode 2009-2011, sedangkan penelitian terdahulu mengambil data dari seluruh
perusahaan yang tecatat di BEI periode 2007. Penelitian ini menambah proksi GCG
variabel independen x ( kepemilikan manajerial dan komite audit), sedangkan
penelitian terdahulu GCG hanya memakai 2 proksi yaitu : kepemilikan institusional
dan komposisi dewan komisaris. Penelitian ini menggunakan tujuh variabel, di mana
variabel independen terdiri dari kepemilikan institusional, dewan komisaris
independen, kepemilikan manajerial, komite audit, profitabilitas, ukuran perusahaan
dan pengungkapan tanggung jawab sosial sebagai variabel dependen, sedangkan
penelitian terdahulu menggunakan lima variabel.
Struktur kepemilikan dapat dijelaskan dari dua sudut pandang yaitu
pendekatan keagenan dan pendekatan informasi asimetri (Itturiaga dan Sanz, 2000)
dalam Faisal (2004). Menurut pendekatan keagenan, struktur kepemilikan merupakan
suatu mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dengan
kepemilikan institusional adalah dua mekanisme corporate governance utama yang
membantu mengendalikan masalah keagenan. Kepemilikan Manajerial merupakan
kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan persentase
jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen (Sujoko dan Soebiantoro, 2007),
sedangkan kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pemerintah,
institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian
serta institusi lainnya pada akhir tahun (Isnanta, 2008).
Penelitian ini menguji perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur adalah
perusahaan yang menjual produknya yang dimulai dengan proses produksi yang tidak
terputus nilai dari pembelian bahan baku dilanjutkan dengan proses pengolahan
bahan baku serta menjadi produk yang siap dijual dilakukan sendiri oleh perusahaan
tersebut. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari situs www.depdag.go.id,
peningkatan ekspor non-migas periode Januari-September 2010, banyak didorong
oleh industri manufaktur. Ekspor produk manufaktur mengalami peningkatan yang
signifikan sebesar 34,2% setelah pada tahun 2009 mengalami kontraksi sebesar
25,5%. Hal ini terkait dengan pulihnya perekonomian dunia dari krisis global yg
terlihat dari adanya peningkatan permintaan produk ekspor manufaktur Indonesia.
Meningkatnya ekspor manufaktur tersebut didorong oleh menguatnya kinerja ekspor
beberapa produk yang naik signifikan, yaitu produk karet, otomotif, serta alas kaki.
Kinerja industri manufaktur yang mengalami peningkatan ini menunjukkan kebijakan
manajemen perusahaan dalam mengelola aktiva dan pendanaan perusahaan untuk
Pemilihan pada sektor industri manufaktur ini didasarkan pada alasan bahwa
industri manufaktur merupakan kelompok emiten yang terbesar dibandingkan
kelompok industri yang lain, sehingga dengan asumsi semakin besar objek yang
diamati maka akan semakin akurat hasil penelitian terkhusus pada tahun 2009. Sektor
manufaktur dipilih juga karena sektor tersebut memiliki tingkat kompetisi yang kuat.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti
tertarik untuk menguji “Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas, dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah yang akan
diteliti adalah apakah good corporate governance yang diproyeksikan dalam
kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial,
komite audit, profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia baik secara simultan maupun parsial?
1.3 Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional, dewan komisaris
independen, kepemilikan manajerial, komite audit, profitabilitas dan ukuran
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat yaitu:
1. Bagi manajemen penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan pengungkapan
tanggung jawab sosial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
2. Bagi peneliti diharapkan untuk menambah wawasan pengetahuan peneliti
mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Bagi investor penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan investasi dan sebagai bahan evaluasi dalam menilai
kinerja emitennya.
4. Bagi masyarakat dan pemerintah penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi seberapa besar perusahaan melakukan aktivita-aktivitas sosialnya