PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Angka insiden pasien yang terkena infeksi sebagai akibat langsung dari tinggal di rumah sakit semakin meningkat (Potter & Perry, 2010). Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari lingkungan rumah sakit (hospital
acquired infection) yang sebelumnya dikenal dengan istilah infeksi nosokomial.
Dimana infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat pasien saat berada di fasilitas kesehatan (Roshdahl & Kowalski, 2014). Kemudian infeksi nosokomial berkembang sebutannya menjadi Healthcare Associated Infections (HAIs) dengan pengertian yang lebih luas tidak hanya infeksi yang terjadi di rumah sakit tetapi juga di fasilitas kesehatan lainnya. Juga tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan yang di dapat pada saat melakukan tindakan perawatan pasien.
Tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang dimaksudkan untuk tujuan perawatan atau penyembuhan pasien, bila dilakukan tidak sesuai prosedur berpotensi untuk menularkan penyakit infeksi, baik bagi pasien (yang lain) atau bahkan pada petugas kesehatan itu sendiri. Selain itu, pasien pada semua tatanan pelayanan kesehatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan tubuh rendah terhadap mikroorganisme infeksius, meningkatnya paparan terhadap berbagai dan jenis mikroorganisme yang menyebabkan penyakit dan prosedur yang bersifat invasif (Potter & Perry, 2010).
dibandingkan dengan kejadian di negara-negara Asia, Amerika Latin dan Sub-Sahara Afrika yang tinggi hingga mencapai lebih dari 40% (Lynch, dkk dalam depkes, 2008). Sedangkan untuk angka infeksi nosokomial pada pasien rawat inap di rumah sakit mencapai sekitar 9% (variasi 3-21%) atau lebih dari 1,4 juta pasien seluruh dunia.
Laporan CDC yakni Multistate Point-Prevalence Survey of Health
Care-Associated Infections , menunjukkan data dari 183 rumah sakit di Amerika pada
tahun 2011 memperkirakan terjadi 721,800 kasus infeksi yang diderita oleh 648,000 pasien, sejumlah 75,000 pasien meninggal pada saat perawatan akibat terkait infeksi.
Hasil survey point prevelensi dari 11 rumah sakit di DKI Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin Jaya dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta pada tahun 2003 di dapatkan angka infeksi nosokomial ILO (Infeksi Luka Operasi) 18,9%, ISK (Infeksi Saluran Kemih) 15,1%, IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) 26,4%, Pneumonia 24,5%, dan infeksi saluran napas lain 15,1% serta infeksi lain 32,1% (Depkes, 2008).
Secara umum dari data global HAIs disebutkan bahwa prevalensi HAIs di negara berkembang lebih tinggi dari negara maju (10,1% vs 7,6%). Dan di Indonesia adalah 7,1%. Infeksi yang sering ditemukan adalah yang berkaitan dengan penggunaan alat atau prosedur invasif.
Nomor 382/Menkes/SK/III/2007 tentang Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit maupun Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain sebagai upaya untuk memutus siklus penularan penyakit dan melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Pada semua tatanan pelayanan, pasien dan keluarganya harus mengenali sumber infeksi dan membuat tindakan pencegahan. Pengajaran pada pasien harus melibatkan informasi dasar tentang infeksi, berbagai jenis penularan, dan metode pencegahan yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan mereka (Potter & Perry, 2010).
Berdasarkan uraian di atas maka, peneliti merasa perlu untuk meneliti bagaimana edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilakukan perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, peneliti membuat perumusan masalah “bagaimana edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilakukan perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Adam Malik Medan?”
1.3. Pertanyaan Peneliatian
Bagaimana edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilakukan perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Adam Malik Medan?
Mengidentifikasi edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilakukan perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan.
1.4.2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi edukasi hand hygiene dan fivemoments for hand
Hygienedi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan.
b. Mengidentifikasi edukasi pengunaan alat pelindung diri: sarungtangan, gaun pelindung, pelindung mata dan wajah di SakitUmum HajiAdam Malik Medan.
c. Mengidentifikasi edukasikeamanan injeksi diRumah Sakit UmumHaji Adam Malik Medan.
d. Mengidentifikasi edukasi hygiene respiatoryi/etika batuk di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan.
1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tambahan kepada mahasiswa mengenai bagaimana edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilakukan perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan.
1.5.2. Pelayanan Keperawatan
juga dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam meningkatkan bagaimana edukasi pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilakukan perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan.
1.5.3. Penelitian Keperawatan