BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker payudara merupakan kanker paling sering ke dua di dunia dan pada wanita, sejauh ini dengan perkiraan ditemukannya 1.67 juta kasus kanker payudara baru pada tahun 2012 (25% dari total kanker). Kanker payudara merupakan kanker yang sering ditemukan di negara berkembang maupun kurang berkembang. Ditemukan sedikit lebih banyak di daerah yang kurang berkembang yaitu sebanyak 883000 kasus dan 794000 kasus di daerah yang berkembang. Tingkat insidensi bervariatif di seluruh dunia dengan 27 per 100000 di Afrika Tengah dan Asia Timur sampai 96 per 100000 di Eropa Barat (Globacan, 2012).
Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering juga terjadi pada wanita Indonesia. Insiden terjadinya kanker payudara di Indonesia pada tahun 2012 adalah sebesar 48998 orang (30.5%) dari keseluruhan 160833 orang yang terkena kanker. Tingkat mortalitas 19750 orang atau 21.5% dari total mortalitas yang disebabkan oleh kanker yaitu 92821 orang. Prevalensi kanker payudara di indonesia selama 5 tahun adalah 171005 (41.7%) (Globacan, 2012). Di bagian Divisi Bedah Onkologi RSUP H. Adam Malik Medan jumlah kasus keganasan pada payudara yang tercatat dalam kurun waktu tahun 2009-2011 adalah sebanyak 1427 kasus (Divisi Bedah Onkologi RSUP H. Adam Malik Medan, 2012).
dengan pemeriksaan histopatologi dan dari spesimen operasi dapat ditentukan tipe dan grading tumor, status kelenjar getah bening aksila, faktor prediktif dan faktor prognosis tumor (semua faktor diatas tidak bisa diperoleh dari modalitas lain). Berbagai jenis operasi pada kanker payudara adalah Classic Radical Mastectomy (CRM), Modified Radical Mastectomy (MRM), Skin Sparing Mastectomy (SSM), Nipple Sparing Mastectomy (NSP) dan Breast Conserving Treatment (BCT) (Suyatno dan Pasaribu, 2014).
MRM adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas tumor dan fasia pektoral serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini dilakukan pada kanker payudara stadium dini dan lokal lanjut. Merupakan jenis operasi yang banyak dilakukan. (Suyatno dan Pasaribu, 2014).
di Divisi Bedah Onkologi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, data insidensi seroma pasca tindakan operasi modifikasi mastektomi radikal adalah sebesar 62,5%. (Junior, 2010).
Fiksasi flap kulit yang ideal akan meminimalkan keluarnya cairan getah bening dan merembesnya serum, memberikan cara menahan flaps kulit secara aman ke struktur dinding dada, melenyapkan dead space, dan memungkinkan pengeluaran cairan lebih cepat dari yang terbentuk. Untuk hal ini, beberapa teknik fiksasi flap kulit atau drainase luka, begitu juga dengan pembatasan gerak bahu pasca operasi dan penggunaan lem perekat, telah diteliti untuk meningkatkan penyembuhan primer dan meminimalkan pembentukan seroma. (Sakkary, 2012).
Penelitian ini untuk mengetahui perbandingan produksi seroma antara pasien yang dilakukan modified radical mastectomy (MRM) dengan fiksasi flap kulit dan tanpa fiksasi flap kulit di RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah produksi seroma pada pasien yang dilakukan Modified Radical Mastectomy dengan fiksasi flap kulit lebih kecil dibandingkan yang tanpa fiksasi
flap kulit?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan karakteristik pasien yang dilakukan Modified Radical Mastectomy dengan dan tanpa fiksasi flap kulit di RSUP H. Adam Malik Medan.
2. Mengetahui perbandingan produksi seroma antara pasien yang dilakukan modified radical mastectomy dengan dan tanpa fiksasi flap kulitdi RSUP Haji
Adam Malik Medan bedasarkan jenis histoptologi.
3. Mengetahui perbandingan produksi seroma antara pasien yang dilakukan modified radical mastectomy dengan dan tanpa fiksasi flap kulit di RSUP Haji
Adam Malik Medan bedasarkan grading histopatologi.
4. Mengetahui perbandingan produksi seroma antara pasien yang dilakukan modified radical mastectomy dengan dan tanpa fiksasi flap kulit di RSUP Haji
Adam Malik Medan bedasarkan klasifikasi tumor primer(T).
5. Mengetahui perbandingan produksi seroma antara pasien yang dilakukan modified radical mastectomy dengan dan tanpa fiksasi flap kulit di RSUP Haji
Adam Malik Medan bedasarkan klasifikasi kelenjar getah bening regional (N). 6. Mengetahui perbandingan produksi seroma antara pasien yang dilakukan modified radical mastectomy dengan dan tanpa fiksasi flap kulit di RSUP Haji
Adam Malik Medan bedasarkan neoadjuvan kemoterapi.
7. Mengetahui perbandingan produksi seroma antara pasien yang dilakukan modified radical mastectomy dengan dan tanpa fiksasi flap kulit di RSUP Haji
8. Mengetahui perbandingan produksi seroma antara pasien yang dilakukan modified radical mastectomy dengan dan tanpa fiksasi flap kulit di RSUP Haji
Adam Malik Medan bedasarkan obesitas.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bidang Akademik/Ilmiah
Penelitian ini diharapkan bermanfaat pada peneliti sendiri untuk mengetahui adanya manfaat fiksasi flap kulit pada pasien yang dilakukan modified radical mastectomy di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.4.2. Bidang Pelayanan Masyarakat
Dengan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan masyarakat khususnya tentang pencegahan terjadinya seroma pada pasien yang dilakukan modified radical mastectomy dengan fiksasi flap kulit.
1.4.3. Bidang Pengembangan Penelitian
Penelitian ini dapat sebagai data awal tentang manfaat modified radical mastectomy dengan fiksasi flap kulit terhadap upaya pencegahan terjadinya
seroma dan diharapkan bisa bermanfaat bagi klinisi dan peneliti peneliti lain.
1.5. Hipotesis