• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tata Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor Perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Salah satu aspek penunjang dalam keberhasilan pencapaian tujuan

pembangunannasional selain dari aspek sumber daya manusia, sumber daya

alam, dan sumber daya lainnya adalah ketersediaan dana pembangunan baik

yang diperoleh dari sumber-sumber pajak maupunnon pajak. Salah satu aspek

yang dibahas di dalam tulisan ini adalah mengenai pajak.Pajakialahiuran rakyat

kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

dengan tidak mendapatjasa timbal balik (kontraprestasi) yanglangsung dapat

ditunjukkan dan yang digunakan untuk pengeluaran umum.

Penghasilan dari sumber pajak meliputi berbagai sektor perpajakan antara

lain diperoleh dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). PBB merupakan salah

satu faktor pemasukan bagi negara yang cukup potensial dan berkontribusi

terhadap pendapatan Negara. Strategisnya PBB tersebut tidak lain karena

objeknya meliputi seluruh bumi dan bangunan yang berada dalam wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Keberadaan PBB sebagai salah satu jenis pajak dapat dimengerti

(2)

badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat dari bumi

dan atau bangunan tersebut.Oleh karena itu wajar dan sudah sepantasnya

apabila mereka yang memperoleh manfaat atas bumi dan/atau bangunan

tersebut diwajibkan memberikan sebagian dari manfaat atau kenikmatan yang

diperolehnya kepada Negara melalui pembayaran pajak.

Objek PBB adalah “Bumi dan atau Bangunan”:

1. Bumi

Permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada

di pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Contoh: sawah, ladang,

kebun, tanah, pekarangan, tambang.

2. Bangunan

Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap

pada tanah dan/ atau perairan. Contoh: rumah tempat tinggal,

bangunan tempat usaha, gedung bertingkat, pusat perbelanjaan,

emplasemen, pagar mewah, fasilitas lain yang member manfaat

seperti jalan tol, kolam renang, anjungan minyak lepas pantai.

Objek Pajak Yang Tidak Dikenakan PBB adalah objek yang:

1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di

bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan

(3)

2. Digunakan untuk pemakaman, peninggalan purbakala, atau yang

sejenis dengan itu;

3. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman

nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah

negara yang belum dibebani suatu hak;

4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas

perlakuan timbal balik;

5. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang

ditentukan oleh Menteri Keuangan.

B. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui cara

menghitung Pajak Bumi dan Bangunan sektor perkebunan,

faktor-faktor penyebab tidak sesuainya perhitungan Pajak Bumi dan

Bangunan di PT Perkebunan Nusantara IV dan upaya penyelesaian

agar prinsip-prinsip perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan dapat

diterapkan di PT Perkebunan Nusantara IV.

2. Manfaat

2.1 Bagi Mahasiswa

i. Penulis memahami kontribusi pajak apa saja yang dapat

(4)

ii. Penulis memahami teori dan dasar perhitungan PBB yang

dibebankan kepada wajib pajak khususnya PT. Perkebunan

Nusantara IV.

2.2 Bagi PT Perkebunan Nusantara IV

i. PT. Perkebunan Nusantara IV dapat menjalin kerjasama

dengan pihak Perguruan Tinggi.

ii. PT. Perkebunan Nusantara IV mengetahui tata cara

perhitungan PBB yang benar untuk dapat membayar

kewajibannya selaku wajib pajak yang baik.

2.3 Bagi Prodi Diploma III Administrasi Perpajakan

i. Membina hubungan kerjasama yang baik antara Universitas

Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan dengan PT Perkebunan Nusantara

IV.

ii. Memberikan fasilitas kepada mahasiswa untuk dapat

mengaplikasikan teori yang dipelajari di bangku kuliah ke

wajib pajak yang sebenarnya.

C. Uraian Teoritis

1. Dasar HukumPajak Bumi dan Bangunan Perkebunan

Untuk membahas mengenai Tata Cara Perhitungan PBB di

(5)

Jenderal Pajak Nomor Per-31/PJ/2014 Tentang Tata Cara Pengenaan

Pajak PBB Sektor Perkebunan.

2. Pajak Bumi dan Bangunan Perkebunan

2.1 Pengertian PBB Perkebunan

PBB sektor perkebunan yang selanjutnya disebut PBB

Perkebunan adalah Pajak Bumi dan Bangunan yang dikenakan

atas bumi dan/atau bangunan yang berada di dalam kawasan

yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan.

2.2. Subjek PBB Perkebunan

Subjek PBB Perkebunan adalah orang atau badan yang

secara nyata mempunyai suatu hak dan/atau memperoleh

manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau

memperoleh manfaat atas bangunan, atas objek PBB

Perkebunan.

2.3 Objek PBB Perkebunan

Objek PBB Perkebunanadalah bumi dan/atau bangunan

yang berada di dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan

usaha perkebunan.

(6)

Kegiatan usaha perkebunan meliputi:

a. Usaha budidaya tanaman perkebunan yang diberikan

Izin Usaha Perkebunan untuk Budidaya (IUP-B)

b. Usaha budidaya tanaman perkebunan yang terintegrasi

dengan usaha pengolahan hasil perkebunan yang

diberikan Izin Usaha Perkebunan (IUP).

Kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan

meliputi:

a. Wilayah yang digunakan untuk kegiatan usaha

perkebunan yang mempunyai hak guna usaha atau yang

sedang dalam proses mendapatkan hak guna usaha

b. Wilayah di luar hak guna usaha atau yang sedang

dalam proses mendapatkan hak guna usaha yang

merupakan satu kesatuan yang digunakan untuk

kegiatan usaha perkebunan.

Wilayah yang sedang dalam proses mendapatkan hak guna

usaha meliputi:

a. Wilayah yang digunakan untuk kegiatan usaha

perkebunan yang hak guna usahanya sedang dalam

(7)

b. Wilayah yang digunakan untuk kegiatan usaha

perkebunan dan telah memiliki izin usaha perkebunan

yang hak guna usahanya wajib diselesaikan.

Areal yang dikenakan PBB Perkebunan berupa:

a. Areal Produktif

Areal Produktif adalah areal yang berada di dalam

kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha

perkebunan yang telah ditanami tanaman perkebunan.

b. Areal Belum Produktif

Areal Belum Produktif adalah areal yang berada di

dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha

perkebunan yang belum ditanami tanaman perkebunan

meliputi:

i. Areal belum diolah

ii. Areal sudah diolah tetapi belum ditanami

iii. Areal pembibitan

c. Areal Tidak Produktif

Areal Tidak Produktif adalah areal yang berada di

(8)

perkebunan yang tidak dapat diusahakan untuk kegiatan

usaha perkebunan.

d. Areal Pengaman

Areal Pengaman adalah areal yang berada di dalam

kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha

perkebunan yang dimanfaatkan sebagai pendukung dan

pengaman kegiatan usaha perkebunan.

e. Areal Emplasemen

Areal Emplasemen adalah areal yang berada di

dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha

perkebunan yang diatasnya dimanfaatkan untuk

bangunan dan/atau pekarangan serta fasilitas

penunjangnya.

f. Areal Lainnya

Areal Lainnya adalah areal yang berada di dalam

kawasan yang digunakan untuk kegiatanusaha

perkebunan yang tidak dikenakan PBB Perkebunan

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12

(9)

2.4 Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP)

Subjek Pajak atau Wajib Pajak melakukan pendaftaran

objek pajak atau pemutakhiran data objek pajak PBB

Perkebunan dengan cara mengisi SPOP dan LSPOP dengan

jelas, benar dan lengkap, serta dilampiri dokumen pendukung.

SPOP harus ditandatangani oleh subjek pajak atau wajib pajak,

dan dalam hal ditandatangani oleh bukan subjek pajak atau

wajib pajak, harus dilampiri surat kuasa khusus.

Subjek Pajak atau Wajib Pajak harus menyampaikan SPOP

dan LSPOP ke Kantor Pelayanan Pajak Pratam paling lama 30

hari setelah tanggal diterimanya SPOP dan LSPOP oleh Subjek

Pajak atau Wajib Pajak.

Tanggal diterimanya SPOP adalah:

a. Tanggal tanda diterima, dalam hal SPOP dan LSPOP

disampaikan secara langsung oleh Kantor Pelayanan

Pajak Pratama.

b. Tanggal bukti pengiriman, dalam hal SPOP dan LSPOP

dikirim oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama melalui

(10)

Dalam hal tanggal diterimanya SPOP dan LSPOP adalah

tanggal 1 Januari tahun pajak, maka tanggal diterimanya

SPOP dan LSPOP adalah tanggal 1 Januari tahun pajak.

Tanggal disampaikannya SPOP dan LSPOP adalah:

a. Tanggal tanda terima, dalam hal SPOP dan LSPOP

diterima secara langsung di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama.

b. Tanggal bukti pengiriman, dalam hal SPOP dan LSPOP

dikirim oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama melalui

pos atau jasa pengiriman lainnya.

2.5 Tarif PBB Sektor Perkebunan

Dalam perhitungan PBB Sektor Perkebunan tarif yang

dikenakan yaitu 40% (empat puluh persen).

Rumus Perhitungan PBB Sektor Perkebunan :

PBB : 0,5% x 40% (NJOP-NJOPTKP)

Dimana besarnya NJOP atas objek pajak sector perkebunan

ditentukan sebagai berikut :

a. Areal kebun adalah sebesar NJOP berupa tanah ditambah

dengan Jumlah Investasi Tanaman Perkebunan sesuai

(11)

b. Areal emplasmen dan Areal lainnya dalam kawasan

perkebunan adalah sebesar NJOP berupa tanah sekitarnya

dengan penyesuaian seperlunya.

c. Objek Pajak berupa bangunan adalah sebesar nilai konversi

biaya pembangunan baru setiap jenis bangunan setelah

dikurangi penyusutan fisik berdasarkan metode penilaian ke

dalam klasifikasi, penggolongan dan ketentuan nilai jual

bangunan sebagaimana diatur diatur dengan Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 523/KMK.04/1998.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan Laporan Tugas Akhir adalah

menghitung besarnya PBB di PT. Perkebunan Nusantara IV yang lokasi

aset akan dihitung.

E. Metode Laporan Tugas Akhir

1. Tahap Persiapan

Persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Memilih jenis pajak yang akan dijadikan judul untuk dibahas.

b. Mengajukan judul kepada Ketua Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan FISIP USU.

c. Persetujuan penentuan judul tempat riset oleh Ketua Program

(12)

d. Penyusunan Proposal Tugas Akhir

e. Memohon surat pengantar dari pihak Fakultas/ Program Studi

Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

2. Studi Literatur

Merupakan dasar teori yang mendukung pembahasan di dalam

Laporan Tugas Akhir ini. Dalam hal ini berkaitan dengan

pengumpulan buku-buku peraturan perundang-undangan perpajakan,

artikel ilmiah, catatan-catatan maupun bahasan tertulis yang

berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan penulis dalam

melaksanakan penulisan Laporan Tugas Akhir.

3. Pengumpulan Data

Dalam tahap ini penulis mengumpulkan data yang diperlukan

untuk penyusunan Laporan Tugas Akhir.

a. Data Primer : Data yang diperoleh dari PT Perkebunan

Nusantara IV

b. Data Sekunder : Melalui buku, Undang-Undang dan

Peraturan yang diterbitkan pemerintah,

(13)

4. Analisis dan Evaluasi Data

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan

menganalisa dan mengevaluasi data dan kemudian akan

dipresentasikan secara objektif, jelas dan sistematis.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Wawancara

Melakukan wawancara langsung yang melibatkan pegawai yang

berkompeten memberikan informasi di PT Perkebunan Nusantara IV

baik secara lisan maupun tulisan yang berhubungan dengan objek

pembahasan di dalam Laporan Tugas Akhir ini.

2. Metode Dokumentasi

Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi,

misalnya dengan mengumpulkan daftar dokumentasi yang

diperlukan seperti bahan-bahan kuliah, peraturan pemerintah yang

berlaku, undang-undang perpajakan dan data lain yang berbentuk

bahan karya ilmiah yang berhubungan dengan pembahasan objek

(14)

G. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan Latar Belakang Laporan

Tugas Akhir Tujuan dan Manfaat Tugas Akhir, Ruang

Lingkup Tugas Akhir, Metode Penelitian, Metode

Pengumpulan Data serta Sistematika Penulisan Laporan

Tugas Akhir.

BAB II : GAMBARAN UMUM

Pada bab ini penulis akan membahas tentang

Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang berlaku saat ini.

BAB III : GAMBARAN DATA

Data yang berhasil dikumpulkan penulis adalah data yang

bersumber dari PT Perkebunan Nusantara IV.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan menganalisa data yang

diperoleh/diterima selama proses penulisan Laporan Tugas

(15)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis akan menarik kesimpulan dari uraian

padabab-bab sebelumnya. Kemudian penulis juga akan

memberikansaran yang mungkin dapat dijadikan sebagai

bahan masukan bagi para pembaca.

BAB VI : PENUTUP

Pada bab ini penulis akan memberikan kata-kata

menutuppenulisan Laporan Tugas Akhir dan

mengucapkan terima kasih kepada orangtua, dosen

pembimbing, PT. Perkebunan Nusantara IV dan pihak

lainnya yang tidak dapat penulissebutkan satu per satu

yang selama ini membantu penulis dalam mewujudkan

Referensi

Dokumen terkait

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang suatu sistem pemantau dan pengumpulan data proses pembuatan kawat las agar dapat menghitung nilai

Berikut adalah hasil kriteria usability yang merupakan website checklist , dalam bentuk metric usability factor untuk website e-commerce model B2C. Metric

Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil Strata Tingkat 1 (S1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau swasta yang disamakan/

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa CSF shunts adalah terapi definitif dan standar baku untuk hidrosefalus, tetapi komplikasi yang terjadi seperti infeksi dapat

[r]

dapat berpotensi sebagai vektor filariasis jika ditemukan mikrofilaria di dalam tubuh nyamuk dan nyamuk pernah menghisap darah manusia, yang dapat diketahui dengan

______ murid dapat mencapai objektif yang ditetapkan dan ______ murid yang tidak mencapai objektif akan diberi bimbingan khas dalam sesi akan datang. PdP

Pemeliharaan juvenil teripang pasir dengan metode keramba apung tanpa rumput laut direkomendasikan karena menghasilkan pertumbuhan dan sintasan yang tinggi,