• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi Penempatan dan Kapasitas Distributed Generation (DG) dengan Menggunakan Artificial Immune Negative Selection

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimasi Penempatan dan Kapasitas Distributed Generation (DG) dengan Menggunakan Artificial Immune Negative Selection"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II DASAR TEORI

2.1.Studi Aliran Daya

Studi aliran daya di dalam sistem tenaga listrik merupakan studi yang penting.Studi aliran daya merupakan studi yang mengungkapkan kinerja dan aliran daya (nyata dan reaktif) untuk keadaan tertentu ketika sistem bekerja saat

tunak (steady state).Tujuan utama studi aliran daya adalah untuk menentukan magnitudo atau besar tegangan, sudut/vektor tegangan, aliran daya aktif dan daya reaktif pada saluran, serta rugi-rugi daya yang muncul dalam sistem tenaga.

2.1.1. Konsep Perhitungan Aliran Daya

Dalam penyelesaian (perhitungan) sebuah aliran daya, sistem dioperasikan dalam kondisi/keadaan tunak dan keadaan seimbang. Setiap bus pada suatu sistem tenaga listrik terdapat daya aktif P, daya reaktif Q, besar tegangan |V|, dan sudut fasa tegangan δ. Jadiada setiap bus terdapat empat besaran yaitu P, Q, |V|, dan δ. Di dalam studi aliran daya, dua dari keempat besaran itu diketahui dan dua yang

lainnya perlu dicari. Berdasarkan hal tersebut diatas, bus-bus dibedakan menjadi tiga jenis yaitu bus beban, bus generator, dan bus berayun/bus referensi (slack bus) [4].

1. Bus beban (Bus P-Q)

Bus beban adalah bus yang tidak memiliki unsur pembangkitan tenaga

listrik/generator dan yang terhubung secara langsung ke beban. Bus beban sering disebut dengan bus P-Q, karena pada bus beban yang dapat diatur adalah kapasitas daya yang terpasang. Pada bus ini, selisih daya yang dibangkitkan oleh generator dengan daya yang diserap oleh beban diketahui nilainya.Besar nilai P pada bus ini merupakan daya aktif terpasang yang

diukur dalam satuan Watt (W), sedangkan besar nilai Q merupakan daya reaktif terpasang yang diukur dalam Volt Ampere Reaktif (VAR).Pada bus ini, nilai P dan Q diketahui besarnya, sementara |V| dan δ harus dicari (dihitung) berapa nilainya.

(2)

Bus generator atau biasa disebut busvoltage controlledmerupakan bus yang terhubung dengan generator yang dapat dikontrol daya aktif (P) dan tegangan (|V|) yang biasanya dijaga konstan. Pengaturan daya aktif pada bus ini diatur dengan mengontrol penggerak mula (prime mover), sedangkan pengaturan tegangan pada bus ini diatur dengan mengontrol arus eksitasi pada generator. Oleh karena daya aktif (P) dan tegangan (|V|) dapat dikontrol maka bus ini

sering disebut sebagai bus P-|V|. Pada bus ini, nilai P dan |V| diketahui besarnya, sementara Q dan δ harus dicari (dihitung) berapa nilainya.

3. Bus referensi (Slack bus)

Bus referensi (slack bus) adalah sebuah bus generator yang dianggap sebagai

bus utama karena merupakan bus yang memiliki kapasitas daya yang paling besar. Oleh karena daya yang dapat disalurkan oleh bus ini besar, maka pada bus ini hanya nilai tegangan |V| dan sudut fasa δ yang bisa diatur, sedangkan besar daya aktif P dan daya reaktif Q akan dicari dalam perhitungan.

Dalam sistem pemrograman, tipe bus identik dengan kode angka, dimana

kode untuk bus referensi adalah angka 1, kode untuk bus generator adalah angka 2, dan kode untuk bus beban adalah angka 3. Untuk lebih jelasnya, pembagian tipe dan kode bus dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2. 1Tipe bus dalam sistem tenaga listrik

Tipe Bus Kode Bus Nilai yang

diketahui

Nilai yang dihitung

Bus beban 3 P, Q |V|, δ

Bus generator 2 P, |V| Q, δ

(3)

2.1.2. Persamaan Aliran Daya

Sistem tenaga listrik tidak hanya terdiri dari dua bus, melainkan terdiri dari beberapa bus yang saling interkoneksi satu sama lainnya. Daya listrik yang diinjeksikan oleh generator kepada salah satu bus tidak hanya diserap oleh bus beban melainkan juga diserap oleh bus lainnya yang juga terkoneksi. Diagram

satu garis beberapa bus dari suatu sistem tenaga listrik diperlihatkan pada Gambar 2.1 [5].

Gambar 2. 1 Diagram satu garis dari n-bus dalam suatu sistem tenaga listrik

Arus pada bus i merupakan perkalian antara admitansi y dengan tegangan V, dan dalam bentuk persamaan dapat dituliskan:

(4)

=

Sehingga Iipada Persamaan (2.2) dapat ditulis:

= + + + + (2.3)

Atau dapat ditulis:

= + | || | (2.4)

Persamaan daya pada bus i adalah:

= ; dimana adalah Vconjugatepada bus i

= (2.5)

Dengan mensubsitusikan Persamaan (2.5) ke Persamaan (2.4), maka diperoleh:

= + | || | (2.6)

Dari Persamaan (2.6) diatas terlihat bahwa persamaan aliran daya bersifat tidak linear dan harus diselesaikan dengan metode iterasi.

2.1.3. Metode Penyelesaian Aliran Daya

Pada sistem n-bus, penyelesaian aliran daya menggunakan persamaan aliran daya. Metode yang umum digunakan untuk menyelesaikan aliran daya adalah metode Gauss-Seidel, Newton-Raphson, dan Fast Decoupled. Tetapi

metode yang dibahas pada tugas akhir ini adalahNewton-Raphson.

Metode Newton-Raphson

Untuk mencari nilai aliran daya pada jaringan, perlu dilakukan iterasi untuk memperoleh nilai tegangan yang konstan. Setelah mencapai nilai tegangan

(5)

= = P + jQ = | || |= | || | ( ) (2.7)

= | || | (cos + sin ) ( ) (2.8)

Dimana apabila Persamaan di atas dipecah dalam bentuk daya aktif dan reaktif, maka Persamaan untuk masing-masing daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) adalah [4]:

= | || | ( cos + sin )= - (2.9)

= | || | ( sin + cos )= - (2.10) Untuk menerapkan metode Newton-Raphson pada penyelesaian Persamaan aliran

daya, terlebih dahulu dinyatakan tegangan bus dan admitansi saluran dalam bentuk polar. Jika dipilih bentuk polar dan diuraikan Persamaan (2.8) kedalam unsur nyata dan khayalnya maka persamaannya:

= + j (2.11)

=| | =| | (2.12)

= - (2.13)

= cos + j sin (2.14)

Persamaan (2.9) dan (2.10) merupakan langkah awal perhitungan aliran daya

dengan metode Newton-Raphson. Penyelesaian aliran menggunkan proses iterasi (k+1), untuk iterasi pertama nilai k = 0, pada itersi merupakan nilai perkiraan awal yang ditetapkan sebelum dimulai perhitungan aliran daya. Hasil perhitungan daya

menggunakan Persamaan (2.9) dan (2.10) akan diperoleh nilai ( ) dan ( ). Hasil ini digunakan untuk menghitung nilai ( ) dan ( ) menggunakan persamaan berikut:

( ) = ( )

(2.15)

( )= ( )

(2.16)

Hasil perhitungan Persamaan (2.15) dan (2.16) digunakan untuk membentuk matriks Jacobian, persamaan matriks jacobian dapat dilihat pada persamaan

(6)

( )

Secara umum Persamaan (2.17) dapat disederhanakan kedalam persamaan berikut:

( ) ( ) =

( )

| |( ) (2.18)

Unsur Jacobian diperoleh dengan membuat turunan parsial dari Persamaan (2.9) dan Persamaan (2.10) dan memasukkan nilai tegangan perkiraan pada iterasi pertama atau yang diperhitungkan dalam yang terdahulu dan terakhir. Dari Persamaan (2.9) dan (2.10) kita dapat menulis matriks jacobian sebagai berikut:

= ( sin + cos( ) (2.19)

= ( sin cos( )) (2.20)

Bentuk umum yang serupa dapat diperoleh dari Persamaan (2.9) dan (2.10), sehingga dapat dicari untuk submatriks jacobian yang lain. Setelah nilai matriks

jacobian didapat, maka kita dapat menghitung nilai ( ) dan | |( )dengan cara menginvers matriks jacobian. Sehingga diperoleh persamaan:

( )

| |( ) =

( )

( ) (2.21)

Setelah nilai ( )dan | |( )didapat, kita dapat menghitung nilai tersebut untuk iterasi berikutnya, yaitu dengan menambahkan nilai ( )dan | |( ), sehingga diperoleh persamaan berikut:

( )= ( )+ ( )

(2.22)

(7)

Hasil perhitungan Persamaan (2.20) dan (2.21) digunakan lagi untuk prose iterasi selanjutnya, yaitu dengan memasukkan nilai ini ke dalam Persamaan (2.9) dan (2.10) sebagai langkah awal perhitungan aliran daya. Proses ini dilakukan terus-menerus yaitu n-iterasi sampai diperoleh nilai yang konvergen.

2.2.Rugi-rugi daya pada saluran

Rugi-rugi daya pada saluran dapat direpresentasikan berdasarkan Gambar 2.2dibawah ini [5].

Gambar 2. 2 Diagram representasi rugi-rugi daya

Dari gambar di atas dapat dinyatakan bahwa arus yang mengalir dari i ke j adalah:

= + = ( - ) + (2.24)

Begitu pula sebaliknya, arus yang mengalir dari j ke i dapat dinyatakan dengan:

= + = ( - ) + (2.25)

Daya semu dari bus i ke j dan dari bus j ke i yang terjadi pada konduktor

adalah:

= (2.26)

= (2.27)

Rugi – rugi daya yang terjadi dari i ke j secara aljabar dapat ditulis sebagai berikut:

= + (2.28)

Dengan begitu, untuk menghitung nilai rugi – rugi secara keseluruhan dari jaringan dapat dihitung dengan menjumlahkan seluruh rugi – rugi yang diperoleh

(8)

= ; (i≠j) (2.29)

2.3.Impedansi Seri pada Jaringan 2.3.1. Resistansi

Besar resistansi konduktor pada jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap besar rugi-rugi daya yang terjadi pada jaringan sehingga diperlukan upaya untuk mengurangi rugi-rugi daya dengan berbagai cara. Adapun persamaan resistansi pada konduktor dapat dihitung dengan rumus [4] :

R0= (2.30)

Dimana: R0= Resistansi/tahanan konduktor (Ω )

= Resistivitas konduktor (Ω m)

L = Panjang konduktor (m)

A = Luas penampang konduktor (m2)

Besar hambatan suatu kawat penghantar:

Sebanding dengan panjang kawat penghantar, artinya makin panjang penghantar, makin besar hambatannya.

Bergantung pada jenis bahan kawat (sebanding dengan hambatan jenis kawat).

Berbanding terbalik dengan luas penampang kawat, artinya makin kecil luas penampang, makin besar hambatannya.

Nilai hambatan suatu penghantar tidak bergantung pada beda potensialnya. Beda potensial hanya dapat mengubah kuat arus yang melalui penghantar itu. Jika penghantar yang dilalui sangat panjang, kuat arusnya akan berkurang. Hal itu terjadi karena diperlukan energi yang sangat besar untuk mengalirkan arus listrik pada penghantar panjang.Keadaan seperti itu dikatakan tegangan listrik

turun.Makin panjang penghantar, makin besar pula penurunan tegangan listrik.

2.3.2. Induktansi

Pada sistem tiga fasa, jarak antar jari-jari konduktor Dab, Dbc, Dcabiasanya

(9)

dan kapasitansi dapat ditemukan dengan representasi sistem dengan sebuah jarak equilateral ekuivalen. Jarak equilateral tersebut dihitung dengan rumus:

= =( x x ) (2.31)

Pada kenyataannya, saluran biasanya ditransposed seperti pada Gambar 2.3 berikut ini.

Gambar 2. 3Transposisi pada saluran tiga fasa

Nilai induktansi perfasa dapat dihitung:

=2 10 ln / (2.32)

Dan reaktansi induktif perfasa adalah:

=0.1213 ln / (2.33)

2.3.3. Perhitungan per unit

Untuk memudahkan perhitungan maka dilakukan konversi ke dalam per unit dari tiap Z, berikut contoh perhitungannya

Daya base (P) = 30 MVA

Tegangan Nominal (V) = 20 kV

= =2030 = 13.333 ohm

Setelah itu menghitung nilai impedansi dalam p.u (Z p.u), dengan menggunakan rumus :

= (2.34)

Sebagai contoh :

Z = 0.5701 + j 2.5403

(10)

= = . . . = 0.0428 + 0.1905

2.4.Distributed Generation

Distributed Generation (DG) mempunyai definisi-definisi yang berbeda menurut beberapa standar yang dikeluarkan. DG merupakan setiap teknologi pembangkit tenaga listrik yang menghasilkan daya di atau dekat dari lokasi beban, baik terhubung kepada sistem distribusi, terhubung langsung kepada pelanggan,

atau keduanya. DG juga dapat didefinisikan sebagai pembangkitan listrik oleh fasilitas pembangkit yang lebih kecil dari pembangkit utama sehingga memungkinkan interkoneksi pada setiap titik disistem kelistrikan.

Beberapa definisi umum yang digunakan untuk menjelaskan DG berdasarkan ukuran daya pembangkit yaitu[6]:

1) The Electric Power Research Institute menyatakan bahwa DG sebagai pembangkitan tenaga listrik dengan daya beberapa KW hingga 50 MW. 2) Berdasarkan The Gas Research Institute, DG mempunyai daya di antara

25 KW dan 25 MW.

3) Preston dan Rastler mendefinisikan ukuran dari DG dari beberapa KW hingga lebih dari 100 MW.

4) CIGRE mendefinisikan DG sebagai pembangkit kecil dengan ukuran 50 KW hingga 100 MW.

Adapun pembagian jenis DG berdasarkan ukuran pembangkitan dapat dibedakan menjadi 4 yaitu [2]:

1) Microyaitu DG dengan ukuran 1 Watt hingga 5 KW. 2) Smallyaitu DG dengan ukuran 5 KW hingga 5 MW. 3) Mediumyaitu DG dengan ukuran 5 MW hingga 50 MW. 4) Largeyaitu DG dengan ukuran 50 MW hingga 300 MW.

(11)

listrik energi terbarukan menjadi pilihan yang utama dengan berkurangnya sumber energi yang tidak dapat diperbarui. Biasanya suatu sistem pembangkit energi terbarukan diinterkoneksikan dengan jaringan distribusi pada sisi beban, dimana sistem tersebut telah meninggalkan sistem tenaga listrik konvensional.

Pada sistem tenaga listrik konvensional energi listrik dibangkitkan pada

stasiun pusat pembangkit dengan daya yang besar. Kemudian pada stasiun ini, tegangan dinaikkan menjadi tegangan tinggi, ekstra tinggi, dan ultra tinggi untuk ditransmisikan dengan jarak yang jauh dan diinterkoneksikan dengan sistem transmisi tenaga listrik. Kemudian tegangan tinggi tersebut diturunkan menjadi tegangan menengah untuk didistribusikan pada jaringan distribusi, dan diturunkan lagi menjadi tegangan rendah yang menuju beban. Sistem tenaga listrik yang

demikian disebut dengan sistem tenaga listrik konvensional dan dapat dilihat pada Gambar 2.4 [7].

Gambar 2. 4Sistem tenaga listrik konvensional

(12)

daya. Aliran daya yang satu arah pada sistem tenaga listrik konvensional tidak dapat dianggap lagi dengan adanya DG pada jaringan distribusi. Akibatnya, dengan ada DG pada jaringan distribusi akan berdampak pada operasi sistem dan kontrol jaringan distribusi. Interkoneksi DG pada jaringan distribusi dapat dilihat pada Gambar 2.5 [7].

Gambar 2. 5 Interkoneksi DG pada jaringan distribusi

Pada jaringan distribusi radial, tegangan akan turun pada akhir penyulang jaringan distribusi, hal ini dikarenakan voltage drop. Dengan adanya DG pada jaringan distribusi hal tersebut akan berubah. DG akan menaikkan tegangan pada

pada titik interkoneksi DG, sehingga tegangan pada sepanjang penyulang jaringan distribusi juga akan naik. Untuk itu perlu dilakukan studi aliran daya pada jaringan distribusi yang diinterkoneksikan DG, agar operasi sistem distribusi dapat berjalan dengan baik.

2.4.2. Kalkulasi Drop Tegangan pada saat penambahan DG

Beban dan DG yang terpasang pada saluran yang memiliki impedansi R +

jX dapat dilihat pada gambar 2.6 .Arus pada sisi pengirim menghasilkan

daya = + dan tegangan pengirim dinyatakan pada persamaan berikut

(13)

=

=

(2.35)

Dengan cara yang sama daya beban = + dan tegangan pada sisi

penerima akan menjadi persamaan berikut :

=

=

(2.36)

Maka drop tegangan pada saluran adalah

= | | = | ( + )|

=

( ) ( ) (2.37)

Dimana , P dan Q adalah daya aktif dan reaktif.

Pada aliran daya, tegangan pada sudut δ yaitu diantara dan terlihat

kecil pada gambar 2.6 b dan drop tegangan dapat dilakukan dengan pendekatan

(2.38)

(a) (b)

Gambar 2. 6 Saluran dengan beban akhir (a)one-linediagram; (b)phasordiagram

Persamaan (2.37) juga dapat digunakan untuk mengkakulasi kenaikan tegangan yang

disebakan oleh DG, hal yang akan diperhatikan adalah daya aktif dan reaktif yang

digunakan. Daya yang bertanda positif ketika menyearap dari saluran dan negative

ketikan menginjeksikan ke saluran. Drop tegangan pada saluran dengan satu beban dan

(14)

=

( ) ( ) (2.39)

Dimana dan adalah daya aktif dan reaktif yang dihasilkan oleh DG.

Gambar 2. 7 Saluran dengan satu beban dan satu DG

2.4.3. Pengaturan tegangan DG dan pengaruh terhadap rugi-rugi Pada gambar 2.6 a terdapat dua simpul pada saluran, rugi daya aktif pada saluran atau biasa disebutlossesdan di simbolkan sebagai PLosses, di kalkulasikan

sebagai berikut :

=

=

(2.40)

Dan pada saluran dengan n simpul, makalossesL adalah

=

+

+ +

=

(2.41)

Untuk saluran dengan beban dan DG pada gambar 2.7 dengan DG menghasilkan daya aktif dan menarik daya reaktif sehingga rumus nya dapat di nyatakan sebagai berikut [7] :

=

( ) ( ) (2.42)

Dimana penambahan kapasitas DG dapat mengurangi rugi-rugi pada saluran, sebagai

contoh kasus :

(15)

Kasus ini berlaku untuk satu line saja, tidak berlaku pada kasus percabangan atau

simpul pada saluran,

= 30 MW cos = 0.8

= 22.5MVAR = 0.1586

Pada saat DG dikoneksikan dengan kapasitas 0.75 MW dan cos φ = 0.8,

Maka,losses(L) adalah

=

(

) + (

+

)

=

(30 0.75) + (22.5 + 0.5625)

20

0.1586

=

855.56 + 531.87

400

0.1586

= 0.5501 MW

Dan jika dikoneksikan dengan kapasitas 1 MW dan memiliki cos φ = 0.8, maka hasil nya

adalah :

=

(

) + (

+

)

=

(30 1) + (22.5 + 0.75)

20

0.1586

=

841 + 540.56

400

0.1586

= 0.5477 MW

Dari contoh diatas maka dapat digambarkan bahwalosses pada kapasitas 1 MW sebesar

(16)

2.5. Kekebalan tubuh berbasisNegative Selection

Dalam sistem kekebalan tubuh keberadaan setiap sel tubuh (antigen) senantiasa terindentifikasi. Sel asing penyebab gangguan disebut dengan nonself-antigensedangkan sel anggota tubuh disebut denganself-antigen. Pada permukaan

antigen (self antigen atau nonsefl-antigen) terdapat satu atau lebih molekul pengenal dengan bentuk spesifik disebut epitopes. Molekul-molekul epitopes adalah ciri dari suatu antigendan inilah yang dideteksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk membedakan antara self-antigen dan nonself-antigen. (lihat Gambar

2.8 a dan b)

Bagian dari sistem kekebalan tubuh yang bertanggung jawab terhadap identifikasi antigen dan membunuh nonself antigen yang merugikan adalah limposit.Untuk itu limposit akan menghasilkan sel-T yang didesain hanya dapat mengenalself-antigen. (lihat Gambar 2.8 c)

Seiring berjalannya waktu sel-T senantiasa melakuan pemantauan secara kontinyu terhadap keberadaan sel-sel dalam tubuh. Apabila ditemukan selasing yang profilnya tidak sama denganself-antigen(berartinonself-antigentermonitor) maka sel-T akan menjadikannya sebagai detector, dan selanjutnya dikirim ke aliran darah untuk memburunonself-antigenserupa yang telah dan akan masuk ke

tubuh. Peristiwa ini disebut sebagainegative selection. (lihat Gambar 2.8 d)

Tingkat keberhasian sel-T dalam membedakan bentuk antara self-antigen dan nonself-antigen terletak pada kecocokan saling berkomplemen antara pola reseptor sel-T dengan epitopes darinonself-antigen, dan direpresentasikan sebagai

ukuranaffinity(lihat Gambar 2.8 e).

(17)

(a) (b) (c)

(d)

(18)

(f)

Gambar 2. 8 Sistem kekebalan tubuh yang berbasis negative selection

(a) Antigen tipenonself-antigen (b) Antigen tipeself-antigen (c) Sel-T yang dihasilkan limposit (d) Prosesnegative selection (e) Flowchartnegative selection (f) Gambaran tentang affinity

2.5.1. Identifikasi permasalahan sistem

Dalam mengoptimasi penempatan DG harus terlebih dahulu direpresentasikan menjadi parameter-parameter sistem kekebalan tubuh. Selanjutnya dilakukan peniruan pada setiap langkah-langkah proses yang terjadi pada sistem kekebalan tubuh melalui algoritma pemograman sesuai dengan Tabel

2.2.

Tabel 2. 2Representasi permasalah dalam pengoptimasian DG pada jaringan 20 kV.

SISTEM KEKEBALAN

TUBUH

Permasalahan pada jaringan distribusi 20

kV

Antigen Sistem jaringan (Besar tegangan pada masing-masing bus pada kondisi normal dan abnormal pada jaringan 20 kV)

Self-antigen Tegangan bus pada kondisi normal

Nonself-antigen Tegangan bus pada kondisi abnormal

Sel-T Agen pencari

(19)

0,95 pu ≤ V bus ≤ 1,05 pu

Detektor Formulasi tegangan abnormal pada

Vbus < 0,95 pu atau Vbus > 1,05 pu

Affinity Fungsi Objektif

Min F = PLoss=

Dengan mengkoneksikan DG dengan kapasitas tertentu maka hal yang

diperhatikan adalah tegangan setiap bus yang terpasang dan menganalisa daya dengan menggunakan Matlab. Hal ini dilakukan secara berulang hingga di dapatkan rugi-rugi daya yang paling minimum setelah pemasangan DG secara bertahap pada bus tertentu [8].

2.5.2. Mekanisme proses negative selection

Proses mekanisme dalam pengoptimasian ini adalah dengan menghasilkan detektor-detektor yang kompeten dengan cara membandingkan setiap tegangan yang dibuat secara acak (antigen) dengan formulasi tegangan normal yang dimiliki sistem (sel T). Bila ternyata hasil tidak sama maka antigen tadi dapat

diterima menjadi sebuah detektor untuk system [9].

Proses pendeteksian sistem bertujuan untuk menemukan tegangan bus yang abnormal (lebih kecil dari 0,95 pu atau lebih besar dari 1,05 pu) dengan cara membandingkan setiap tegangan setiap bus dengan detector-detektor yang

telah terbentuk sebelumnya. Bila tegangan bus sama dengan profil detektor berarti tegangan abnormal telah terdeteksi dan akan dihapus dari sistem, tetapi bila tidak maka tegangan tersebut akan diteruskan ke proses sistem selanjutnya.

Berikut tahapan dari kinerja program yang akan di implementasikan dalam sistem kelistrikan :

1. Membangun populasi

(20)

tegangan yang dikenal sebagai self-antigen dan nonself-antigen pada program.

2. Menciptakan detektor

Detektor dibangkitkan dengan cara mengoperasikan sel-T untuk mencari tegangan yang berada di bawah ketetapan yang dibuat

(nonself-antigen) yaitu dengan cara membandingkan level tegangan pada tiap bus. Nonself-antigen yang terdeteksi akan di ubah menjadi detektor dan akan disimpan. Detektor ini akan bekerja untuk mencari profil yang serupa dengan dirinya

3. Melakukan proses perbandingan

Setelah melakukan pendeteksian terhadap setiap bus maka akan dilakukan perhitungan jumlah bus yang berada dibawah atau diatas tegangan standart dengan yang standart. Proses perbandingan dengan cara integer yaitu bilangan bulat.

4. Melakukan penambahan kapasitas

Apabila didapati bahwa tegangan tidak sesuai standart lebih banyak daripada tegangan yang sesuai standart maka dilakukan penambahan kapasitas yang ditentukan. Apabila kapasitas mencapai yang di tentukan maka dilakukan perhitungan fungsi objektif yaitu :

=

………(2.43)

5. Perhitungan Fitness

Perhitungan fitness di lakukan dengan cara memasukkan fungsi objektif kedalam fungsi fitness yaitu dengan rumus :

=

………(2.44)

(21)

7. Setelah semua bus yang terpilih dideteksi maka hasil akhir akan ditampilkan yaitu yang memiliki nilai fitness paling besar adalah posisi bus yang paling baik dan optimal untuk pemasangan DG. Fitnees yang paling besar di sebabkan karena rugi-rugi pada saluran yang dihitung lebih kecil dan rata-rata level tegangan berada pada

Gambar

Gambar 2. 1 Diagram satu garis dari n-bus dalam suatu sistem tenaga listrik
Gambar 2. 2 Diagram representasi rugi-rugi daya
Gambar 2. 3Transposisi pada saluran tiga fasa
Gambar 2.4 [7].
+5

Referensi

Dokumen terkait

bahwa Rumah Tangga Sehat, Sekolah Sehat, Tempat- tempat Umum Sehat, Tempat Kerja Sehat dan Institusi Kesehatan Sehat dapat mencegah dan melindungi setiap warga

Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Teguran pada KPP Pratama Kotamobagu Tahun 2012-2014 Efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan surat teguran menggunakan

Oleh sebab itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan meningkatkan (1) proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran

To have a clinical trial Kalanjaga padai with NEERADIMUTHU RASAYANAM as internal medicine and AADUTHEENDAPALAI VEMBU THYLAM as external application.. To study the biochemical

Untuk dina si sombong dan si nyebelin terimakasih sudah membuat saya selalu senang karena kita selalu bertengkar haha maafkan aku yang kadang membuatmu sakit hati

DP: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi

Analisis Kualitas Pelayanan Pembiayaan Pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus pada BMT Al-Ishlah).. Tugas Akhir, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program

Beberapa responden membe- rikan saran bahwa susunan gambar yang tertera cover luar kurang mena- rik, namun secara keseluruhan LKS berbasis KPS pada materi larutan