• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanian Kopi Di Desa Tamba Dolok Kabupaten Samosir (1992-2002)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanian Kopi Di Desa Tamba Dolok Kabupaten Samosir (1992-2002)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONDISI DAN PERTANIAN MASYARAKAT DESA TAMBA DOLOK SEBELUM

TAHUN 1992

Desa Tamba Dolok merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Sitiotio

Kabupaten Samosir. Jarak antara Desa Tamba Dolok dengan Kecamatan Sitiotio sekitar 12

km, sedangkan ke pusat Kabupaten Samosir sekitar 15 km. Desa Tamba Dolok merupakan

suatu desa kesatuan dengan nama Negeri Tamba, yang pada saat sekarang Negeri Tamba itu

terdiri dari 4 desa, yaitu desa Cinta Maju, Desa Parsaoran, Desa Janjimaria dan Desa Tamba

Dolok. Sebenarnya masyarakat yang tinggal di Negeri Tamba tidak tahu secara pasti kapan

terbentuknya negeri ini8.

Asal mula Negeri Tamba ini diambil dari nama orang yang pertama datang ke Desa

Tamba yaitu si Tamba Tua yang merupakan nenek moyang dari Marga Tamba, ini terbukti

dimana mayoritas penduduk Negeri Tamba adalah marga Tamba yang merupakan

keturunan dari Raja Tamba Tua. Kalaupun sekarang ada beberapa marga yang lain dari

marga Tamba, itu pasti ada hubungannya dengan marga Tamba tesebut. Asal nama Desa

Tamba Dolok karena desa ini terletak berada paling atas ( dataran tinggi) dari permukaan

Danau Toba dibanding dengan desa yang lain yang ada di Negeri Tamba. Pada tahun 2010

8 Wawancara, dengan Osdeman Gultom, tanggal 17 Januari 2013, Desa Janjimaria Kecamatan

(2)

terjadi pemekaran desa di Desa Tamba Dolok yaitu Desa Tamba Dolok sebagai desa induk

dan Desa Janjimaria sebagai desa pemekaran9.

Desa Tamba Dolok terletak di Kecamatan Sitio-tio Kabupaten Samosir yang

berbatasan dengan :

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sihotang,

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Siria ria Kabupaten Humbahas,

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cinta Maju,

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Hutagalung Kec.Harian.

Desa Tamba Dolok terdiri dari 3 dusun yaitu dusun Sitonggor, Sosortoruan,

Sitoluoppu dengan jumlah penduduk 1.692 jiwa dengan jumlah Rumah Tangga 417 kk10.

Luas Desa Tamba Dolok secara keseluruhan yaitu 12,69 km2. Dan kepadatan penduduknya

sekitar 133,3 jiwa/km. Bila ditinjau dari luas daerah ini secara keseluruhan berdasarkan

penggunaan tanahnya maka kehidupan penduduknya diwarnai dengan kehidupan agraris.

Pola pemukiman penduduk Desa Tamba Dolok, umumnya berada di tepi jalan lintas

desa, berderet rapat dan juga berhadap-hadapan satu sama lain yang hanya dibatasi oleh

halaman rumah dengan rumah lainnya. Biasanya pemukiman di desa ini dibatas-batasi yang

disebut dengan pembatasnya adalah Banjar11. Jarak antara rumah yang satu dengan yang

9 Pemerintah Desa Tamba Dolok, Peraturan Desa tentang RPJM Desa Tamba Dolok, Samosir:

Pemerintah desa, 2012.hal.10.

10 Badan Pusat Statistik Samosir.

11 Banjar adalah istilah dalam bahasa setempat yang atinya gang (semacam gang), gang di desa ini

(3)

lainnya hanya sekitar 2 meter saja, hanya dipisahkan dengan jalan kecil. Lokasi pemukiman

yang ada di desa ini dikelilingi oleh perladangan. Sehingga masyarakat yang berada di

pinggiran pemukiman hanya berjarak 10 meter dari perladangan. Masyarakat di Desa Tamba

Dolok ini rata-rata hidup sebagai petani, hanya sebagian kecil yang menjadi pegawai negeri

namun itupun tetap bertani. Penduduk di desa ini semuanya bersuku Batak Toba dan

sebagian besar bermarga Tamba. Kemudian agama yang mereka anut itu adalah Kristen

Protestan dan sebagian kecil beragama Khatolik.

Adapun sarana dan prasarana di desa ini sangat minim, terutama di bidang kesehatan

dan pendidikan. Di bidang kesehatan sebelum tahun 1992, puskesmas belum ada.

Masyarakat yang sakit hanya berobat secara tradisional, kalau pun mau berobat secara

medis akan menempuh jarak yang sangat jauh untuk menemukan puskesmas di kabupaten

maupun di seberang danau (Desa Simbolon). Sementara itu untuk bidang pendidikan di desa

ini, hanya memiliki satu Sekolah Dasar. Untuk Sekolah Lajutan Tingkat Pertama (SLTP),

masyarakat harus menyekolahkan anak-anaknya ke desa sebelah yaitu Desa Cinta Maju,

sedangkan untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), masyarakat harus menyekolahkan

anaknya ke kabupaten. Untuk tempat ibadah di desa ini terdapat empat buah gereja yaitu tiga

gereja Kristen Protestan dan satu gereja Katholik.

Sampai tahun 1950-an, untuk sarana transportasi seperti kendaraan umum belum ada.

Apabila masyarakat di desa ini mau keluar dari desa harus jalan kaki sekitar 7 km dan

setelah jalan 7 km baru naik perahu ke Pangururan untuk pergi ke onan12 .

12 Onan adalah bahasa setempat untuk menyebut pasar dan biasanya pasar ini terjadi hanya sekali

(4)

Pada umumnya untuk melangsungkan kehidupannya masyarakat yang tinggal di desa

memiliki mata pencaharian sebagai petani. Bertani sudah mendarah daging dan dilakukan

secara turun-temurun. Pertanian sudah menjadi kegiatan sehari-hari terutama bagi

masyarakat yang tinggal di dekat pegunungan. Perekonomian masyarakat ini pada umumnya

bergantung pada pertanian dan sering sekali disebut sebagai petani subsisten. Hal ini juga

yang terjadi pada Desa Tamba Dolok yang hanya menggantungkan perekonomiannya pada

pertanian.

Sebelum tahun 1992 mata pencaharian masyarakat Desa Tamba Dolok menanam

padi dan bawang sedangkan ubi, jagung, dan pisang adalah sebagai tanaman tambahan saja.

Tingkat perekonomian yang hanya mengandalkan pertanian biasanya memiliki kehidupan

perekonomian yang tergolong rendah. Pertanian yang seperti ini juga terkadang bergantung

pada kondisi alam untuk mempertahankan hasil panen. Masyarakat Desa Tamba Dolok

dengan kondisi yang masih tertinggal melakukan pertanian dengan mengandalkan tenaga

keluarga dan hanya menggunakan alat pertanian yang sederhana. Seperti cangkul, sabit, dan

yang lainnya, sedangkan untuk membajak persawahan hanya menggunakan tenaga seadanya

seperti tenaga hewan yaitu tenaga kerbau. Pengetahuan tentang pertanian juga masih

berdasarkan pengalaman dari masyarakat setempat ataupun nenek moyang mereka.

Berikut ini ada beberapa tanaman pokok yang dijadikan masyarakat sebagai mata

(5)

2.1. Pertanian Padi

Tanaman padi adalah tanaman yang sangat dibutuhkan di desa ini karena merupakan

tanaman pokok bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidup.

Pertanian padi yang ada di Desa Tamba Dolok ini tidak diketahui tepatnya kapan dimulai

tetapi jelas diketahui bahwa pertanian padi ini sudah turun-temurun dan mendarah daging di

kehidupan masyarakatnya bahkan dari nenek moyang mereka. Hal ini menunjukkan bahwa

masyarakat desa ini sudah tidak nomaden lagi. Masyarakat sudah menetap dan melakukan

pertanian selama berpuluh-puluh tahun yang lalu sekalipun pertanian yang dilakukan tersebut

masih secara tradisional.

Padi merupakan tanaman yang sangat penting bagi masyarakat pada waktu itu. Padi

juga merupakan tanaman pokok dan jenis tanaman yang dapat langsung dikonsumsi

masyarakat tanpa melalui pasar karena padi ditanam sendiri oleh masyarakat tersebut sebagai

petani subsisten . Biasanya padi ditanam dua kali dalam setahun oleh masyarakat Desa

Tamba Dolok, dan masyarakat desa ini menyebutnya dengan marsitalolo13. Selain

menanam padi masyarakat juga menanam ubi, jagung, dan pisang sebagai tanaman

tambahan. Tujuan penanaman tanaman tambahan ini bukan saja sebagai aktivitas ketika

menunggu padi siap untuk di panen namun juga untuk makanan tambahan. Sudah menjadi

sebuah kebiasaan di Desa Tamba Dolok dan di berbagai daerah lainnya yang berada di

Kabupaten Samosir bahwa sebelum makan nasi, mereka terlebih dahulu makan ubi14. Hal ini

bertujuan untuk menghemat persediaan beras yang terbatas. Untuk lauknya biasanya

13Marsitalolo adalah istilah untuk kegiatan pertanian yang menanam padi dua kali dalam setahun.

Istilah ini sudah sangat jarang di dengar oleh masyarakat untuk saat ini.

14 Kegiatan ini biasanya disebut dengan budaya ‘manggadong’ pada masyarakat Batak Toba yang

(6)

masyarakat di desa ini pergi ke danau untuk memancing dan terkadang juga berburu ke

hutan. Masyarakat Desa Tamba Dolok ini juga memelihara hewan ternak seperti ayam, babi,

kerbau, kambing,dll. Hewan ini bukan untuk dijual melainkan untuk dikonsumsi sendiri. Jadi

ketika masyarakat di desa ini kedatangan tamu, mereka tidak kewalahan harus pergi ke onan

untuk membeli hewan karena sudah ada hewan peliharaan mereka sebagai persediaan lauk

mereka.

Tanaman padi ditanam dua kali dalam setahun. Biasanya masyarakat menanam jenis

padi yang berumur sekitar 4-5 bulan. Jenis padi yang ditanam ada banyak seperti Apollo,

Sigabetaon, Siperak, dll. Musim penanaman padi di Desa Tamba Dolok yaitu dimulai bulan

November sampai Desember, dan musim panen itu sekitar bulan April sampai Mei.

Kemudian berlanjut dengan penanaman lagi pada bulan Juni tahun itu juga15. Hal inilah

salah satu penyebab yang membuat penurunan hasil panen padi di daerah ini. Selain unsur

hara dan mahalnya harga pupuk saat itu, kemudian dibarengi juga dengan lahan yang tidak

pernah istirahat dan selalu ditanam tanpa jedah waktu sehingga mengakibatkan penurunan

hasil panen. Pada saat itu, harga pupuk sangat tinggi dan masyarakat setempat tidak sanggup

membeli pupuk untuk menyuburkan tanah. Meskipun pupuk kandang tersedia namun tidak

bisa sepenuhnya untuk menyuburkan tanah karena jika areal persawahan memakai pupuk

kandang ke daerah persawahan maka padi yang masih berumur 2 minggu itu akan habis di

makan oleh hama yang berasal dari pupuk kandang tersebut. Padi tersebut akan rusak dan

15Wawancara, dengan Mordita Naibaho, tanggal 17 Januari 2013, Desa Janjimaria Kabupaten

(7)

timbul bercak-bercak pada daun padi. Masyarakat sering menyebut keadaan padi tersebut

dengan istilah Gatipon16.

Untuk mengurangi kegagalan panen, masyarakat petani di daerah ini berinisiatif

untuk penanaman padi menjadi sekali dalam setahun. Akan tetapi penanaman padi yang

akan berubah menjadi sekali dalam setahun ini menjadi masalah bagi masyarakat karena

akan berkurangnya hasil padi, oleh sebab itu masyarakat harus lebih memperhatikan proses

pertanian dan cara bercocok tanam yang lebih baik. Masyarakat harus mulai membangun

sistem irigasi agar memperoleh hasil yang diharapkan. Untuk menunggu padi di panen

masyarakat biasanya menanam ubi dan jagung. Karena umumnya di Desa Tamba dolok ini

biasanya menyisakan lahan untuk berladang seperti untuk menanam ubi, sayuran, dll. Lahan

yang disisakan itu adalah lahan yang tidak bisa ditanami padi karena lahan tersebut terjal dan

tidak ada saluran irigasi. Setelah panen selesai masyarakat mengistirahatkan lahan

persawahan tersebut sambil menunggu bulan November untuk ditanam kembali.

Dalam mengerjakan lahan pertanian mulai dari penanaman sampai dengan panen

masyarakat Desa Tamba Dolok biasanya melakukannya dengan sistem marsirippa, yaitu

saling membantu dengan perjanjian tenaga diganti dengan tenaga17. Dalam pengolahan lahan

pertanian masyarakat Desa Tamba Dolok masih belum menggunakan traktor melainkan

dengan tenaga kerbau untuk membajak lahan pertanian. Lahan yang digunakan oleh

masyarakat sebagai lahan untuk persawahan hanyalah lahan yang bisa dialiri oleh sungai dan

16 Gatipon adalah kerusakan yang diakibatkan hama tanaman dengan tanda-tanda timbulnya

bercak-bercak kuning di daun padi dan membuat padi tidak berdaun.

17

(8)

yang agak landai. Karena lahan di daerah Desa Tamba lebih banyak terjal dan bebatuan, ini

diakibatkan letak desa tersebut sangat dekat dengan pegunungan.

Dengan sedikitnya lahan yang bisa digunakan untuk penanaman padi membuat

masyarakat desa ini tetap menanam ubi dan jagung serta pisang sebagai tanaman tambahan.

Untuk menghemat pengonsumsian terhadap beras sebelum makan nasi masyarakat memakan

ubi dulu. Bukan hanya itu saja, masyarakat juga ada yang mencampur jagung dan beras

untuk dibubur. Masyarakat di Desa Tamba Dolok juga memanfaatkan ubi dan jagung untuk

jajan anak-anak. Mengingat pada waktu itu, jajanan yang instan belum ada ditemui di Desa

Tamba Dolok.

Lahan yang ditanami padi adalah lahan-lahan yang dialiri air sungai. Karena

minimnya sistem irigasi yang ada di desa tersebut. Masyarakat hanya menanam lahan yang

bisa dijangkau oleh air sungai. Pada saat itu, pompa air seperti alat untuk mengaliri lahan

kering juga belum ada. Desa ini mempunyai lahan yang terjal karena terletak di kaki

pegunungan. Hasil panen yang dihasilkan setiap tahunnya belum tentu bisa mencukupi

pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat Desa Tamba Dolok sekalipun hasil panen baik.

Sehingga untuk menghindari resiko gagal panen, masyarakat berusaha dengan menanam

tanaman palawija dan juga menanam umbi-umbian. Hal ini untuk berjaga-jaga kalau-kalau

beras pada akhir tahun akan habis sebelum tiba saat untuk memanen lagi.

Dalam hal pemupukan tanaman padi masyarakat desa ini hanya melakukan sekedar

saja dan biasanya hanya sekali pemupukan18. Hal ini dikarenakan oleh tingginya harga

18 Wawancara, dengan Mordita Naibaho, tanggal 17 Januari 2013, Desa Janjimaria Kabupaten

(9)

pupuk sedangkan masyarakat tidak sanggup untuk membeli pupuk. Saat itu pupuk yang

tersedia adalah pupuk non subsidi karena pupuk subsidi pemerintah baru muncul di tahun

2000-an. Untuk lahan seluas setengah hektar masyarakat hanya menggunakan pupuk sekitar

8-10 kg dari mulai menanam sampai panen. Masyarakat di desa ini untuk menyebutkan luas

tanah dengan ukuran per rantai. Luas setengah hektar itu sama dengan 2 rantai sawah,

menurut penilaian masyarakat setempat19. Masyarakat sering mengalami kegagalan panen

karena tidak mampu mengatasi masalah kekurangan pupuk untuk kesuburan tanah.

Kalaupun ada masyarakat yang mampu membeli pupuk namun mereka pasti enggan untuk

melakukan pemupukan karena jika gagal panen maka hasil yang didapatkan tidak sesuai

dengan pengeluaran yang sudah ada. Selama pertumbuhan tanaman padi, sangat dianjurkan

pemupukan yang ideal. Ketika padi yang kekurangan salah satu unsur pokok pada

pertumbuhan akan menyebabkan tanaman padi tumbuh tidak normal seperti pertumbuhan

terhambat, anakan padi berkurang, rentan terhadap penyakit dan hama tanaman. Oleh karena

itu komposisi pemberian pupuk yang tepat adalah nitrogen, fosfor,dan kalium20. Pemberian

komposisi pupuk ini terkandung dalam jenis pupuk Urea, pupuk TSP dan pupuk KCL.

Pemupukan yang ideal itu biasanya dilakukan dengan beberapa tahap seperti satu hari

sebelum/sesudah tanam, kira-kira satu bulan setelah tanam, 45 hari setelah tanam. Sementara

di Desa Tamba Dolok ini, pemupukan tanaman padi hanya dilakukan sekali saja dan ada

sebagian masyarakat yang hanya memupuk tanamannya dengan satu jenis pupuk saja,

sehingga hasil pertanian kurang memuaskan.

19 Luas satu rantai persawahan berukuran 20x20 meter. Wawancara, dengan Jalo Tamba, tanggal 18

Januari 2013, Desa Janjiimaria Kabupaten Samosir.

20Suparyono dan Agus Setyono, Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi, Jakarta: Penebar

(10)

Untuk biaya pengolahan lahan masyarakat tidak mengeluarkan biaya karena mereka

melakukannya dengan sistem marsirippa. Selain resiko gagal panen diakibatkan oleh

minimnya pemakaian pupuk untuk kesuburan tanah, resiko lain juga ada yaitu serangan

hama tanaman seperti tikus yang merusak tanaman padi, ada juga karena kondisi alam, ketika

padi sudah mulai merunduk tiba-tiba datang angin kencang (dalam bahasa setempat dikenal

dengan alogo) yang dapat merusak tanaman padi dan membuat padi rusak dan berjatuhan.

Hal ini yang bisa membuat gagal panen. Apabila panen berhasil masyarakat biasanya

menghasilkan 90 ampang padi. (Ampang dalam bahasa setempat adalah alat ukur untuk padi

yang dihasilkan, satu ampang itu berkisar 1 kaleng padi sama dengan 10 liter padi). Untuk

setengah hektar luas lahan, atau sekitar dua rantai persawahan membutuhkan bibit kurang

lebih 30 kaleng padi. Namun apabila masyarakat mengalami gagal panen, hasil yang

didapat tidak sebanding dengan bibit dan tenaga serta biaya yang dikeluarkan untuk

membeli pupuk yang dibutuhkan. Jika gagal panen biasanya dengan bibit 30 ampang padi

itu hanya memperoleh hasil sekitar 50-60 kaleng padi. Hal ini tidak sesuai lagi dengan biaya

dan tenaga yang sudah dikeluarkan. Hasil yang didapatkan ini tentu saja tidak mencukupi

untuk persediaan selama setahun untuk satu keluarga. Oleh sebab itu masyarakat menanam

tanaman tambahan seperti ubi,jagung, dan pisang.

Dari tahun ke tahun produksi padi di Desa Tamba Dolok mengalami penurunan yang

drastis. Semakin lama masyarakat semakin tidak bisa mempertahankan hasil panen padi.

Tanaman padi yang menjadi tanaman inti di desa ini menjadi merosot dan menghantar

masyarakat pada kemiskinan dan mengalami kesulitan. Keadaan yang rendah tingkat

(11)

tidak segera menemukan solusi yang tepat dan menemukan tanaman lain yang lebih mampu

meningkatkan kehidupan mereka. Tanaman padi yang ditanam secara serentak pada bulan

November belum tentu bisa mendapat hasil sesuai dengan hati para petani, dan tidak dapat

dipastikan hasil setiap tahunnya.

Akibat penurunan hasil tanaman padi dalam pertanian masyarakat yang cenderung

tidak mampu untuk membiayai kebutuhan selama setahun, maka sulit bagi para petani untuk

tetap bertahan dengan menanam padi saja. Masyarakat tidak jarang hanya memakan ubi di

pagi hari dan memakan nasi pada siang harinya untuk menghemat beras tersebut. Hasil

panen yang dihasilkan biasanya untuk kelangsungan hidup selama setahun. Namun tidak

jarang juga masyarakat harus menjual hasil panen sebagian untuk biaya sekolah anaknya,

itupun jika hasil panen bagus. Namun lain lagi jika para petani mengalami kegagalan panen,

masyarakat harus berusaha menghemat dan menanam jagung dan ubi supaya bisa membantu

biaya untuk kehidupan sehari-hari.

Keterbatasan ekonomi di Desa Tamba Dolok sebelum tahun 1960 sangat jelas

kelihatan. Ini terlihat dari tingkat pendidikan yang rendah. Sebelum tahun 1960 pendidikan

di Desa Tamba Dolok ini sangat rendah, masih banyak masyarakat yang menyekolahkan

anaknya hanya sebatas sekolah dasar dan yang paling tinggi saat itu adalah hanya setingkat

SLTP21. Rendahnya perekonomian masyarakat yang hanya mengandalkan tanaman padi

sebagai mata pencaharian juga dapat dilihat dari bentuk-bentuk rumah yang ada di Desa

Tamba Dolok. Rumah-rumah masih sangat sederhana seperti rumah gubuk kecil dan masih

banyak ditemukan rumah-rumah penduduk yang berlantai tanah. Sekalipun ada yang sudah

(12)

mempunyai rumah bolon (rumah adat) itu adalah beberapa orang saja, karena masyarakat

yang mempunyai rumah bolon adalah masyarakat yang sudah dikategorikan kaya pada saat

itu22. Pembangunan terhadap infrastruktur belum maju di Desa Tamba Dolok, salah satu

contohnya adalah sekolah yang ada di desa ini hanya sekolah dasar.

2.2. Pertanian Bawang

Akibat hasil tanaman padi yang sangat menurun masyarakat kesulitan terhadap

kelangsungan hidupnya. Hal inilah yang membuat perekonomian masyarakat hanya seperti

jalan di tempat. Berkurangnya tanaman padi dari tahun ke tahun membuat masyarakat

berpikir dan melirik tanaman yang lebih cocok untuk kondisi tanah di desa tersebut.

Tanaman bawang adalah tanaman yang berhasil mencuri perhatian masyarakat desa ini, hal

ini disebabkan oleh harga bawang yang lumayan tinggi kemudian masa panen bawang

yang relatif singkat yaitu hanya tiga bulan saja mulai dari penanaman sampai dengan panen.

Pertanian bawang bisa mengantarkan masyarakat ke kehidupan yang lebih layak.

Tanaman bawang pertama kalinya masuk ke daerah Pangururan sekitar tahun 1950,

akan tetapi masuk ke Desa Tamba Dolok baru tahun 1960-an yang dibawa oleh masyarakat

yang pergi ke onan. Masyarakat Desa Tamba Dolok masih sangat kurang pengetahuannya

tentang tata cara penanaman bawang sehingga tidak serentak melakukan penanaman bawang.

Namun, ada beberapa kelompok masyarakat yang berani mengambil resiko untuk

melakukan penanaman bawang dan ternyata mereka berhasil dan mendapat untung yang

22 Wawancara, dengan Geloria Lumban Gaol, tanggal 17 Januari 2013,Desa Janjimaria Kabupaten

(13)

banyak saat itu. Melihat keberhasilan tersebut, banyak masyarakat lain yang tertarik dan

berlomba-lomba untuk menanam tanaman bawang. Sehingga hampir semua masyarakat di

Desa Tamba Dolok ini melakukan penanaman bawang.

Jenis tanaman bawang yang ada di Desa Tamba Dolok ini ada bermacam-macam

seperti bawang merah, bawang putih, bawang rambut (sering disebut dengan bawang batak),

bawang pre ( ini sering dikenal dengan bawang sup)23. Namun jenis tanaman bawang yang

sering di tanam oleh masyarakat Desa Tamba Dolok hanya bawang merah dan bawang

putih. Bawang batak hanya untuk dikonsumsi sendiri oleh masyarakat setempat karena tidak

terlalu banyak permintaan di pasar. Bawang pre juga ditanam namun tidak bisa tumbuh

dengan subur dan tidak menghasilkan hasil yang baik, padahal kalau ditinjau dari segi cuaca

yang dingin dan iklim yang sejuk, bawang sup ini sangat cocok ditanam di daerah ini karena

berada di dataran tinggi. Permintaan terhadap bawang pre yang rendah juga mengakibatkan

masyarakat tidak terlalu membudidayakan jenis bawang ini di Desa Tamba Dolok.

Sekali pun masyarakat desa ini menanam bawang, namun mereka tidak meninggalkan

tanaman padi. Hanya saja padi yang ditanam tersebut tidak sebanyak seperti sebelum

menanam bawang. Padi yang ditanam sekali dalam setahun ini hanya untuk kebutuhan

mereka saja. Tanaman ubi, jangung serta pisang juga tidak mereka tinggalkan karena

tanaman tersebut bisa ditanam berdampingan dengan tanaman bawang. Tanaman bawang

menjadi tanaman utama masyarakat desa ini. Tapi tidak jelas diketahui tahun berapa

masyarakat menanam bawang secara keseluruhan di Desa Tamba Dolok ini.Bawang

sebagai tanaman pokok tersebut terlihat dari banyaknya peralihan dari ladang ubi menjadi

23 Wawancara, dengan Geloria Lumban Gaol, tanggal 20 Agustus 2012, Desa Janjimaria Kabupaten

(14)

ladang bawang. Sedangkan ubi ataupun jagung hanya di tanam di sela-sela tanaman bawang

tersebut. Tidak ada lagi perladangan yang khusus untuk ubi maupun untuk jagung.

Dalam hal penanaman tanaman bawang ini, masyarakat tidak serentak

melakukannya seperti halnya mereka menanam padi. Bawang yang paling dominan mereka

tanam adalah jenis bawang merah. Proses penanaman bawang sampai dengan panen hanya

memakan waktu 3 (tiga) bulan. Hal ini tergolong cepat, hanya saja cara untuk mengurus dan

memelihara tanaman bawang ini sangatlah rumit karena membutuhkan perawatan dan juga

pengendalian hama serta pupuk yang cukup.

Tanaman bawang mendapat respon baik dari masyarakat Desa Tamba Dolok dan

dijadikan sebagai tanaman pokok. Oleh sebab itu penduduk berlomba-lomba untuk

menanam tanaman bawang. Hal ini dibarengi juga dengan harga bawang yang melonjak pada

saat itu, selain hal tersebut bawang dari desa ini yang mempunyai nilai kualitas yang bagus

dan mempunyai harga yang tinggi dan masyarakat dari luar samosir menyebutnya dengan

“bawang Samosir”. Penanaman bawang biasanya dilakukan oleh masyarakat setelah

penanaman padi pada bulan Januari sampai padi dipanen. Bawang biasanya ditanam tiga kali

dalam setahun. Masyarakat menanam bawang setelah menanam padi. Biasanya bulan

Januari masyarakat lebih banyak menanam bawang merah. Hal ini dikarenakan cuaca dan

juga untuk mengejar harga pada bulan April24.

Pada tahun 1970-an, bawang menjadi tanaman primadona di daerah ini. hal ini

diakibatkan oleh harga bawang yang terus melonjak tinggi dipasaran. Permintaan terhadap

24Wawancara, dengan Lasmian Naibaho, tanggal 03 Januari 2013, Desa Janjimaria Kabupaten

(15)

bawang terus meningkat terutama dari daerah daerah lain di luar Kabupaten Samosir seperti

Sidikalang,dll. Harga bawang yang melonjak ini membuat masyarakat Desa Tamba Dolok

lebih banyak memperluas lahan untuk menanam tanaman bawang sehingga sangat jarang

ditemui lahan khusus ubi maupun lahan untuk jagung. Harga bawang pada saat itu adalah

berkisar Rp.4500-5500 per tumbanya25. Harga yang diberikan tergantung pada kualitas

bawang yang di pasarkan seperti besar umbinya, bawang tidak busuk, serta tergantung pada

warna yang bagus untuk ukuran bawang. Semakin merah bawang yang dipasarkan maka

semakin mahal harga bawang tersebut.

Harga bawang merah dan bawang putih memang sama-sama tinggi namun karena

bawang putih lebih jarang di tanam di daerah ini, sehingga lebih banyak permintaan terhadap

bawang putih. Bisa dipastikan harga bawang putih lebih mahal dibandingkan bawang merah.

Bawang putih hanya ditanam sekali dalam setahun. Ada juga masyarakat yang menanam

bawang putih dua kali dalam setahun namun tidak sebanyak menanam bawang merah karena

bawang putih sangat rentan terhadap hama tanaman seperti “gulma” dan juga sangat sensitif

pada curah hujan. Bawang putih ini sangat sulit pemasarannya. Hanya sedikit tauke yang

mau menjadi “tauke bawang putih”. Hal ini dikarenakan pemasaran sulit serta peluang

untuk mendapat keuntungan sedikit diakibatkan banyaknya produksi bawang merah.

Ada hal yang unik pada pertanian masyarakat desa ini. Ketika masyarakat selesai

memanen padi maka untuk memanfaatkan sisa bekas batang padi (jerami). Selain untuk

menghemat tenaga untuk mencari daun- daunan sebagai penutup bawang putih masyarakat

25 4500-5500 rupiah pada tahun 1970-an adalah sama halnya dengan nilai yang sekarang sekitar 45.000

(16)

lebih menggunakan sisa batang padi (jerami) yang sudah dipanen untuk menutupi bawang

putih. Masyarakat menutupi bawang putih dengan jerami ataupun dedaunan yaitu untuk

menghindari serangan hama seperti burung. Alasan lain masyarakat menutupi bawang putih

supaya bawang putih yang ditanam tersebut cepat tumbuh dan berkembang. Selain itu

penutupan (mulsa) dari jerami berfungsi untuk mempertahankan suhu dan kelembapan

permukaan tanah disamping memperbaiki strukturnya26. Ada juga masyarakat yang

memanfaatkan sisa batang padi tersebut menjadi pupuk organik yang digunakan untuk

menambah pupuk yang digunakan ke tanaman bawang. Bawang putih biasanya di tanam

pada bulan April dan bulan Juli. Pada bulan Juli ini lah masyarakat memanfaatkan bekas

batang padi untuk penutup bawang putih yang ditanam. Masyarakat biasanya tidak menanam

bawang putih pada bulan Oktober karena curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan

bawang akan busuk dan tidak tumbuh dengan baik. Masyarakat pada bulan Oktober sampai

bulan Desember lebih fokus ke pertanian padi yaitu pada saat padi akan ditanaman sampai

selesai penanaman.

Dalam melakukan pertanian bawang, sangat banyak dibutuhkan pupuk baik pupuk

kimia maupun pupuk organik (pupuk kandang). Tidak begitu jelas berapa banyak pupuk

kimia yang digunakan di dalam pengurusan bawang tetapi menurut pengakuan masyarakat,

penggunaan pupuk kimia lebih banyak diberikan pada bawang daripada padi pada luas lahan

yang sama, belum lagi dengan penambahan pupuk kandang serta pemberian pupuk kandang

pada saat mengolah tanah sebelum menanam bawang tersebut. Pemberian pupuk dilakukan

dua tahap yaitu ketika bawang berumur 2 minggu dan 4 minggu.

(17)

Pemberian pupuk yang ideal terhadap pertanian bawang adalah:

a. Dosis pupuk 100-120 kg N, 150 kg P2O5, dan 100 kg K2O per hektar atau setara

dengan 222-267 kg Urea atau 476 kg ZA + 489 kg TSP,217 kg KCL per hektar.

Pemberian pupuk tersebut dilakukan dua kali yaitu ketika umur bawang 2 minggu

setelah tanam dengan pupuk TSP dan KCL serta setengah dosis pupuk urea atau ZA,

dan setelah berumur sekitar sebulan setelah tanam, baru diberikan lagi sisa setengah

dosis Urea dan ZA tersebut.

b. Dosis pupuk NPK sebanyak 300-400 kg per hektar. Setengah dosis diberikan pada

saat tanam, yakni dicampur merata dengan tanah. Setengah dosis sisanya diberikan

pada saat tanaman bawang berumur 1-2 minggu dengan cara disebarkan diantara

barisan tanaman kemudian ditutup dengan tanah.27

Untuk pertanian bawang ini, sebagian masyarakat ada yang membeli bibit dari

daerah lain, namun ada juga masyarakat yang menyisihkan hasil pertanian bawang mereka

untuk dijadikan bibit. Dari tahun ke tahun, produksi tanaman bawang yang ada di daerah ini

semakin banyak dan memuaskan. Dari hasil tanaman bawang masyarakat Desa Tamba Dolok

sudah mampu untuk membeli kebutuhan sekunder. Bahkan sudah banyak masyarakat yang

memiliki kendaraan baik roda dua maupun roda empat seperti mobil pick up untuk

27 Rahmat Rukman, Bawang Merah: Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen, Yogyakarta: Kanisius,

(18)

mengangkut bawang. Akan tetapi ada juga masyarakat yang masih mengangkut bawang

dengan cara tradisional seperti dengan menggunakan tenaga kuda28.

Tanaman bawang sangat tergantung pada musim, maka musim hujan merupakan

musim yang sangat dihindari oleh masyarakat terutama saat mengelola pertanian bawang

karena jika bawang kebanyakan menerima curah hujan maka kemungkinan besar bawang

yang masih kecil akan busuk dan menjadi kerdil, sedangkan untuk bawang yang sudah mulai

bisa dipanen juga akan merugikan masyarakat karena umbi yang sudah membesar tersebut

akan lembek dan lambat laun akan membusuk juga. Petani bawang di desa ini lebih memilih

mengelola bawang pada musim kemarau karena penduduk lebih bisa mengatasi dan

menjauhi resiko gagal panen dengan menyiram bawang pada pagi hari maupun sore hari,

mengingat air tidak sulit di dapatkan di desa ini.

Jika dalam pertanian bawang terjadi curah hujan yang berlebihan maka akibatnya

umbi bawang yang masih kecil tidak akan tumbuh dengan baik dan juga sebagian akan

membusuk. Keadaan tersebut akan semakin besar kemungkinan terserang hama dan penyakit

tanaman. Hal ini menambah biaya produksi terhadap pertanian bawang karena akan

membutuhkan penyemprotan pestisida untuk mengurangi hama. Penyemprotan pestisida

dilakukan untuk memperbaiki bawang supaya tidak gagal panen.

Ketika panen bawang tiba, inilah saat yang sangat merepotkan bagi masyarakat

karena proses untuk mengurus bawang pasca panen sangat rumit. Bawang tersebut harus

dibersihkan dulu dari tanah dan daun bawang serta akar-akar bawang. Kemudian dilakukan

pengikatan antara bawang tersebut sehingga lebih mudah pengangkutan dari ladang ke

(19)

rumah. Bukan hanya itu saja bawang ini pun tidak bisa langsung dipasarkan setelah

dibersihkan harus dijemur dulu supaya mendapat warna yang bagus serta bawang tidak

lembek ataupun berair. Selain itu pengeringan dilakukan supaya bawang tidak mudah

terserang cendawan dan bakteri pembusuk. Pengeringan bawang tersebut dilakukan secara

tradisional yaitu dengan cara dijemur dibawah sinar matahari selama 1-2 minggu sambil

dibolak-balik hingga keringnya merata. Kalau masyarakat terlalu sibuk dan tidak mempunyai

waktu untuk melakukan pengeringan yang intensif, maka masyarakat biasanya akan

menggantungkan bawang di tempat pengeringan dan penyimpanan bawang. Biasanya

masyarakat menyimpan bawang di gudang yang tembus sinar yaitu gudang yang tidak

mempunyai dinding tetapi memakai atap saja.

Walaupun rumit mengurus bawang mulai dari penanaman sampai pasca panen,

namun tidak melunturkan semangat masyarakat Desa Tamba Dolok untuk tidak menanam

tanaman bawang lagi. Dengan tanaman bawang inilah kehidupan ekonomi masyarakat

mulai membaik. Ini dibandingkan dengan pendapatan ketika menanam padi. Kehidupan

masyarakat ketika melakukan pertanian padi sedikit berbeda dengan pertanian bawang. Dari

hasil pertanian bawang, masyarakat sudah bisa menyekolahkan anaknya sampai setingkat

SPG (Sekolah Pendidikan Guru) meskipun itu hanya beberapa orang saja. Dalam hal tempat

tinggal, pembagunan rumah juga sudah ada masyarakat yang meninggalkan rumah panggung

dengan membangun rumah semi permanen. Meskipun saat itu rumah semi permanen sangat

sulit ditemui di desa ini karena biaya untuk pembagunan rumah semi permanen sangatlah

(20)

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan di lapangan, sampai tahun 1990-an

masyarakat Desa Tamba Dolok masih menanam bawang sekalipun bawang pada saat itu

sudah mulai mengalami gagal panen. Masyarakat sudah banyak menjumpai tanaman bawang

yang ditanam sudah tidak sebagus seperti sebelumnya dan umbi nya semakin tahun semakin

kecil. Dengan kecilnya umbi bawang yang dihasilkan oleh petani bawang sehingga

penawaran terhadap harga bawang sangat jatuh dan rendah. Semakin tahun hasil pertanian

bawang semakin memburuk, diakibatkan mahalnya harga pupuk kimia dan semakin

banyaknya hama dan penyakit tanaman bawang yang terjadi di Desa Tamba dolok.

Biaya produksi dengan hasil panen yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan

masyarakat. Jelas saja karena harga bibit bawang, pupuk kimia, pestisida itu saja sangat

mahal sementara harga bawang sangat rendah. Harga yang rendah ini diakibatkan kualitas

bawang yang dihasilkan menurun serta kegagalan panen yang dialami oleh para petani.

Dengan keadaan yang seperti ini masyarakat dihadapkan pada keadaan yang terjepit dan

kesusahan. Dari tahun ke tahun produksi bawang semakin menurun dan membuat kehidupan

di daerah ini semakin sulit. Penyebab menurunnya produksi bawang dan kualitas bawang

yang rendah tidak begitu jelas diketahui masyarakat di desa ini karena pengetahuan tentang

pertanian hanya berdasarkan pengalaman saja. Masyarakat beranggapan tanaman bawang

tidak bagus lagi ditanam di desa ini karena unsur hara yang ada dalam tanah yang diperlukan

oleh tanaman bawang sudah berkurang. Jika masyarakat memperbaiki unsur hara dalam

tanah dengan pupuk, masyarakat kesulitan membeli pupuk karena harga pupuk mahal.

Selain itu, untuk ukuran memperbaiki kesuburan tanah pun masyarakat tidak terlalu

(21)

Selain pemakaian pupuk yang dianggap memberatkan pertanian yang dilakukan

masyarakat, penggunaan pestisida dan herbisida juga menambah biaya perawatan tanaman

bawang. Masyarakat biasanya memakai pestisida untuk mengurangi hama dan

mengendalikan hama. Herbisida juga diperlukan untuk membasmi rumput liar disekitar

tanaman bawang yang bisa menghambat pertumbuhan bawang.

Penanaman serta pemeliharaan bawang sangat sulit yaitu mulai dari pemilihan bibit,

dalam pemilihan bibit ini yang perlu diperhatikan yaitu bibit harus cukup kering supaya tidak

mudah terkena hama penyakit tanaman. Kemudian dalam hal pengolahan tanah masyarakat

harus melakukan penggemburan tanah, saluran air yang baik, pengapuran serta pemberian

pupuk dasar. Setelah pengolahan tanah maka dilakukan penanaman, setelah ditanam tentu

harus diperhatikan dan dirawat. Dalam hal pemeliharaan tentu saja membutuhkan pemberian

air, penyulaman, penyiangan dan penggemburan serta pemupukan. Kemudian jika terserang

hama maka dilakukan penyemprotan pestisida. Semua hal ini tentu membutuhkan biaya yang

sangat banyak sehingga masyarakat harus menghabiskan banyak tenaga serta biaya material

untuk melakukan pertanian bawang.

Dari hasil penelitian, masyarakat mengatakan dengan menanam bibit satu kaleng,

hasil yang diperoleh adalah sekitar 10 kaleng dengan pemupukan dua tahap dan dilakukan

penyemprotan hama. Hal ini yang mengakibatkan hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan

biaya serta tenaga untuk perawatan tanaman bawang tersebut. Pemupukan dengan dua tahap

tersebut tidak memenuhi syarat untuk memenuhi unsur hara yang telah terpakai di dalam

tanah. Pemupukan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut tidak ideal. Pemupukan yang

(22)

cocok dengan unsur hara dalam tanah tidak bisa dipenuhi. Dari pengakuan masyarakat

penggunaan pupuk untuk satu hektar pertanian bawang diberikan pupuk urea sekitar 80 kg,

ZA sekitar 160 kg, dan Mutiara 16 sekitar 40 kg29. Dengan penggunaan pupuk yang sangat

minim ini, tentu saja membuat tanaman bawang tidak bisa tumbuh dengan subur lagi di

daerah ini karena unsur hara yang dibutuhkan di dalam tanah tidak terpenuhi.

Hasil panen padi dan tanaman bawang dari tahun ke tahun mengalami penurunan

membuat masyarakat kembali mengalami kesulitan dalam perekonomian. Keberhasilan

masyarakat Desa Tamba Dolok dalam mengelola tanaman bawang tidak bisa dipertahankan

sehingga kehidupan masyarakat Desa Tamba Dolok ini kembali sulit. Dalam hal pendidikan

masyarakat di Desa Tamba Dolok ini terpaksa menjual tanah untuk menutupi biaya

pendidikan anaknya, namun ada juga masyarakat yang tidak mau menjual tanahnya sehingga

mereka menarik kembali anaknya untuk tidak melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang

lebih tinggi. Masih ada pola pikir masyarakat yang lebih mementingkan warisan untuk

anaknya nanti daripada untuk menyekolahkan anaknya. Namun ada sebagian warga

masyarakat yang rela menjual tanahnya demi pendidikan anaknya apalagi anak yang

disekolahkan tersebut anak laki-laki.

Dengan keadaan yang seperti ini membuat masyarakat menjadi lebih sulit dan

kehidupan serta perekonomian yang mulai membaik itu kembali merosot dan tingkat

pendapatan menurun. Banyak masyarakat yang tetap mencoba untuk menanam tanaman

bawang namun tetap tidak mendapatkan hasil yang layak. Penyebab rusaknya tanaman

bawang sebenarnya tidak diketahui secara pasti oleh masyarakat Desa Tamba Dolok, namun

29Wawancara, dengan Osdeman Gultom, tanggal 20 Maret 2013, Desa Tamba Dolok Kabupaten

(23)

ada dugaan bahwa kegagalan panen tersebut akibat tanah yang tidak pernah istirahat

sehingga unsur hara dalam tanah yang mendukung tumbuhnya tanaman bawang sudah

hilang, banyaknya hama serta pemupukan yang kurang memadai. Biaya untuk produksi

tanaman bawang seperti mengurus serta pengendalian hama tersebut tidak sesuai dengan

hasil yang didapatkan oleh masyarakat. Selain itu dibarengi juga dengan anjloknya harga

bawang pada saat itu semakin membuat masyarakat malas untuk mengusahakan pertanian

bawang.

Dengan keadaan yang seperti inilah masyarakat berusaha untuk mencari tanaman

yang lebih cocok untuk daerah Desa Tamba Dolok yang kebetulan wilayah daerah ini

terdiri dari dataran tinggi serta terjal dan banyak bebatuan. Masyarakat mencari tanaman

yang lebih mudah perawatannya dan tidak terlalu banyak memakan tenaga serta

Referensi

Dokumen terkait

Kampanye public relations dalam arti sempit bertujuan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran (target audience ) untuk merebut perhatian serta menumbuhkan persepsi

Untuk dapat menghapus karakter satu per satu dapat dilakukan di dalam command mode dengan menekan tombol lalu menekan tombol x pada saat kursor berada pada karakter yang

Kelapa gading yang digunakan dalam pembuatan es krim adalah kelapa muda, karena kelapa muda memiliki kadar gula lebih tinggi dibandingkan kelapa tua, sehingga dapat

Hasil pendataan Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) 2016, menunjukkan 1 dari 3 atau 33,4 persen perempuan usia 15–64 tahun mengalami kekerasan fisik dan/atau

Asumsi yang digunakan dalam Statistik Evaluasi Input dan Prosedur Evaluasi Output adalah semakin rendah nilai CRV, ME, dan MAPE pada kurva tersebut, maka kurva

4 dan pasal 5 sudah dipenuhi, juga harus memperhatikan pada agama yang dianut oleh suami, apakah mengizinkan atau tidak bagi suami untuk beristeri lebih dari seoranga.

Bagi peserta lelang yang merasa keberatan atas Penetapan tersebut diatas, diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan lewat LPSE kepada Panitia Pengadaan Barang/Jasa IAIN.

Variabel pengaruh pada penelitian ini adalah karakteristik internal dan eksternal wanita tani. Karakteristik internal wanita tani terdiri atas beberapa indikator, yaitu: