• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Human Relation (Hubungan Antar Manusia) dan Disiplin Kerja Terhadap Lingkungan Kerja dan Kinerja Karyawan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Kapten Muslim Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Human Relation (Hubungan Antar Manusia) dan Disiplin Kerja Terhadap Lingkungan Kerja dan Kinerja Karyawan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Kapten Muslim Medan"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Hubungan Antar Manusia (Human Relation)

2.1.1.1 Pengertian Hubungan Antar Manusia (Human Relation)

Hubungan antar manusia (Human Relation) adalah hubungan kemanusiaan

yang harmonis, tercipta atas kesadaran dan kesediaan melebur keinginan individu

demi terpadunya kepentingan bersama. Tujuannya adalah menghasilkan integrasi

yang cukup kukuh, mendorong kerja sama yang produktif dan kreatif untuk

mencapai sasaran bersama. Manajer dalam menciptakan hubungan antarmanusia

yang harmonis memerlukan kecakapan dan keterampilan tentang komunikasi

psikologis, sosiologi, antropologi, etologi, sehingga dia memahami serta dapat

mengatasi masalah-masalah dalam hubungan kemanusiaan ( Malayu, 2009 : 136).

Manajer hendaknya terbuka serta mendorong partisipasi dan keberanian para

bawahan untuk menyampaikan pendapat dan keluhan-keluhannya. Hal ini akan

tercipta dengan memanfaatkan komunikasi dua arah (two-way trafic), formal atau

informal, vertikal ataupun horizontal, sehingga terdapat saling pengertian

penghayatan mengenai kebijaksanaan yang diambil. Dengan cara ini bawahan

merasa mendapat pengakuan dan perlakuan yang baik sehingga mendorong mereka

(2)

(Uchjana Effendy, 2009 : 48), Human relation dalam arti luas adalah

komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap

muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga

menimbulkan kebahagiaan dan kepuasan hati pada kedua belah pihak. Human

relation dalam arti sempit adalah komunikasi persuasif yang dilakukan oleh

seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi kerja (work

organization) dengan tujuan untuk menggugah kegairahan dan kegiatan bekerja dengan semangat kerjasama yang produktif dengan perasaan bahagia dan puas hati.

Human relation sebagai suatu lapangan dari kegiatan manajemen lebih

merupakan proses pengintegrasian manusia ke dalam suatu situasi, sehingga mereka

dapat didorong untuk bekerja sama secara produktif guna terpenuhnya kepuasan

sosial, ekonomi, dan rohaniah (Uchjana Effendy, 2009: 51).

Jadi, human relation dalam organisasi kekaryaan adalah komunikasi persuasif

antara orang-orang yang berada dalam struktur formal untuk mencapai suatu tujuan.

Dengan kesimpulan bahwa human relation adalah suatu komunikasi persuasif, bukan

hanya sekedar relasi atau hubungan saja. Jadi human relation bukan suatu kedaan

yang pasif, melainkan suatu aktivitas (suatu kegiatan). Human relation adalah suatu

“action oriented”. Suatu kegiatan untuk mengembangkan hasil yang lebih produktif

(3)

2.1.1.2 Ruang lingkup Human Relation

Masalah human relation adalah masalah rohaniah, yaitu proses rohaniah yang

menyangkut watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap dan tingkah laku menuju suatu

kebahagiaan atau kepuasan hati. Proses rohaniah dengan perasaan bahagia ini

berlangsung pada dua atau tiga orang yang terlibat dalam hubungan komunikatif,

yakni komunikasi antar persona yang karena sifatnya dialogis, maka masing-masing

tahu, sadar dan merasakan efeknya. Jika kesemuanya merasa bahagia, maka orang

yang melakukan kegiatan human relation itu berhasil. Apabila tidak menimbulkan

rasa puas, human relation itu gagal.

Bahwa human relation sebagai suatu aktivitas itu tidak mudah dilaksanakan,

adalah benar. Karena itu senantiasa menjadi bahan studi. Kesukaran utama dalam

kegiatan human relation itu dikarenakan pelik dan jelimetnya rohani manusia.

Memang demikian banyak manusia di bumi ini, tetapi tidak ada dua pun

yang sama dan serupa dalam segala hal, bahkan di antara yang kembar pun, terutama

dalam watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap dan tingkah laku. Berdasarkan

paparan tersebut, maka jika seseorang ingin sukses dalam kehidupannya, human

relation adalah salah satu cara untuk dapat dipergunakan lebih-lebih bagis eorang

pemimpin, pemimpin dalam organisasi apapun dan dalam bidang apapun. Dalam

(4)

hanya ala kadarnya. Akan lebih baik lagi apabila ia akan disenangi, disegani, dan

dihormati, baik oleh orang pun di luar organisasinya dan diluar bidangnya.

2.1.1.3 Faktor Manusia Dalam Human Relation

Titik sentral human relation adalah manusia. Dan titik sentral human relation

dalam organisasi kekaryaan adalah karyawan. Manusia karyawan ini harus ditinjau

dari segi manusiawinya. Untuk mempraktekkan human relations, seorang pemimpin

perlu sedikit banyak mempelajari sifat tabeat manusia karyawan tersebut. Meskipun

tidak secara mendalam, pemimpin organisasi perlu memahami mengapa para

karyawan satu sama lainnya berbeda dalam tabeat dan tingkah lakunya. Dan perlu

mengetahui bagaimana tingkah laku mereka dalam hidup berkelompok dan

bermasyarakat (Uchjana Effendy, 2009:53).

Bahwa manusia berbeda dengan makhluk-makhluk lain bahkan memilki

kelebihan dari makhluk lain, sudah diakui sejak dahulu kala. Manusia bukan hanya

mempunyai kemampuan vegetatif makan dan berkembang biak, bukan saja hanya

memiliki kemampuan sensitif bergerak, mengamat-amati, bernafsu, dan berperasaan,

tetapi juga berkemampuan intelektif. Berkemauan dan berkecerdasan.

Adapun faktor-faktor yang melatar belakangi manusia sebagai hal yang

terpenting dalam human relation (Uchjana Effendy, 2009 : 54), adalah sebagai

(5)

1. Faktor pembawaan dan faktor lingkungan

Ada dua faktor yang menentukan sifat tabeat manusia yakni

pembawaan sejak ia dilahirkan (heredity) dan lingkungan hidupnya

(environment). Yang menjadi dasar dari watak sifat tabeat seseorang ialah

sifat-sifat yang dimilikinya begitu ia dilahirkan, sifat mana adalah warisan

dari orang tuanya dan nenek moyangnya. Sifat-sifat tersebut terpengaruh oleh

lingkungan dimana ia hidup. Lingkungannya akan menentukan apakah

sifat-sifat yang dibawanya sejak lahir itu akan berkembang atau tertahan. Interaksi

dengan orang-orang dalam lingkungannya akan berpengaruh kepada

sifat-sifat yang sudah ada padanya. Yang diartikan pengaruh disini ialah bahwa

sifat-sifat yang sudah ada itu berkembang atau tertahan, tetapi tidak

mematikan.

Dalam perjalanan hidupnya dalam berinteraksi dengan

lingkungannya, seseorang menangkap kesan-kesan dari luar dirinya melalui

panca inderanya. Yang ia lihat, yang ia dengar, dan sebgainya masuk di alam

bawah sadarnya ,berpadu dengan kesan-kesan pengalaman warisan nenek

moyangnya yang sudah ada sejak ia lahir. Kesan-kesan pengalaman nenek

moyangnya, pada orang yang satu berbeda dengan orang lainnya. Dan itulah

yang menimbulkan perbedaan sifat tabeat manusia. Karena itu untuk

mengetahui pribadi seseorang tidak cukup mengenal individu itu saja tetapi

(6)

Selanjutnya dalam perjalanan hidupnya dan perkembangan jiwanya,

seseorang mengalami aktivitas psihis. Adapun psihis tersebut adalah sebagai

berikut :

a. Pikir

Orang yang dominan pikirannya akan berusaha memahami

lingkungannya dengan jalan pengetahuan, menghubungkan pengertian

yang satu dengan yang lainnya dengan mengambil kesimpulan yang

logis, sedang ukuran penilaiannya ialah benar atau salah (right or

wrong).

b. Rasa

Orang yang dominan perasaannya memahami lingkungannya

dengan ukuran penilaian senang atau tidak senang, suka atau tidak

suka (like or dislike). Pikiran dan perasaan tidak akan sama. Ukuran

penilaian pikirn adalah benar atau tidak benar. Walaupun hati tidak

senang, pikiran bisa menyatakan benar. Atau sebaliknya, meskipun

hati merasa senang, pikiran bisa menyatakan tidak benar.

c. Intuisi

Orang pada itu pada seseorang bisa intuisi yang dominan.

(7)

lingkungannya lebih banyak melewati penglihatan batin, tidak melihat

secara mendetail, tetapi melihat makna secara keseluruhan.

d. Penginderaan

Orang yang dominan penginderaannya menangkap hal-hal yang

terdapat dalam lingkungannya sebagaimana adanya tanpa ukuran

penilaian apapun. Orang yang seperti itu bila melihat tembok atau

mendengar musik atau meraba meja, hanya menangkap apa adanya

tidak melakukan suatu penilaian.

2. Extravert, Intravert dan Ambivert

Berdasarkan fungsi psihis tersebut diatas, ahli jiwa Jung membedakan

manusia menjadi dua golongan menurut arah perhatiannya. Jika perhatiannya

terutama ditujukan keluar, yakni ke sekelilingnya, ini dinamakan type extravers.

Dan orangnya disebut extravert. Seorang extravert lebih mementingkan

lingkungannya daripada dirinya sendiri, lebih mengutamakan kepentingan

umum daripada kepentingan sendiri. Orang semacam ini umumnya berhati

terbuka, gembira, ramah-tamah, lancar dalam pergaulan, dan memancarkan

sikap hangat, sehingga cepat mendpat bnayak kawan.

Golongan yang kedua ialah orang yang perhatiannya terutama di arahkan

ke dalam dirinya sendiri. Ini disebut type intraverse. dan orangnya dinamakan

(8)

kepentingan umum. Dirinya sendiri menjadi primer, lingkungannya sekunder.

Seorang intravert biasanya pendiam, egoistis, suka merenung, senang

mengasingkan diri, tidak bisa bergaul.

Yang penting ialah jika seorang extravert hidup bersama dengan seorang

intaravert, maka antara kedua orang tersebut akan terjadi ketegangan psikologis.

Akan tetapi pada kenyataannya perbedaan yang ekstrim itu hanya terdapat pada

sebagian kecil manusia saja, sebab antara kedua golongan itu ada segolongan

yang mengantarinya, yakni type ambiverse. Dan ternyata, bahwa orang-orang

ambivert jauh lebih banyak daripada orang-orang extravert dan intravert.

Jadi berdasarkan fungsi psihis dan arah perhatiannya, maka terdapat

orang-orang extravert yang terbiasa berpikir empiris, berpikir intuitif,

berperasaan empiris, berpikir intuitif , berperasaan empiris, berperasaan intuitif dan orang intravert yang berpikir empiris, berpikir intuitif, berperasaan empiris,

berperasaan intuitif.

Itu semua perlu diketahui oleh para manajer atau pemimpin eksekutif.

Dengan demikian para pemimpin kelompok kekaryaan akan dapat memahami

mengapa seorang karyawan mempunyai sifat tabeat tertentu. Dan ini akan

memudahkan memecahkan masalah yang dihadapi para karyawan.

Masalah-masalah yang dihadapi para karyawan, baik di rumahnya maupun di tempat

(9)

Dengan berhasilnya memecahkan masalah para karyawan, berarti seorang

manajer telah sukses melaksanakan human relations. Dan ini besaranya bagi

manajemen.

2.1.1.4 Manusia Dalam Dinamika Kelompok

Manusia tidak pernah hidup sendiri. Sejak ia dilahirkan ia tergantung dari

orang lain. Ia mengadakan interaksi dengan orang lain. Dan dalam interaksi itu

terjadi pengaruh mempengaruhi. Semakin lama ia hidup dan tumbuh, semakin

banyak ia berinteraksi. Dan semakin luas ruang lingkup interaksinya. Ia berada

dalam kehidupan kelompok. Ia berinteraksi dengan masyarakat lingkungannya.

Ada tiga faktor yang mendasari interaksi manusia dalam kehidupannya

dengan manusia lain. Ketiga faktor tersebut ialah imitasi, sugesti, dan simpati.

Imitasi tampak dengan jelas dalam tingkah laku anak-anak dalam

pertumbuhannya menjadi dewasa. Bahasa untuk menyatakan setiap keinginannya

adalah imitasi dari ibunya. Cara makan, cara berpakaian, cara mengucapkan selamat

jalan, cara memberikan isarat dan lain sebagainya semuanya adalah hasil imitasi.

Para karyawan pun sebagai manusia yang hidup bermasyarakat tidak akan

lepas dari imitasi. Imitasinya itu tidak selalu positif. Kemungkinan besar banyak

yang negatifnya. Terutama imitasi dari film. Akibat dari imitasinya itu, seperti

umpamanyan tingkah laku bintang film yang tidak sesuai dengan norma hidup

masyarakat kita, bisa berpengaruh kepada kehidupan kelompok kekaryaan di mana

(10)

sejawatnya yang rajin menambah pengetahuannya di luar pekerjaan. Imitasi yang

positif itu akan berpengaruh pula kepada organisasi kekaryaan di mana mereka

bekerja.

Faktor lain adalah sugesti. Sugesti diterima seseorang dari orang lain yang

mempunyai otoritas, prestise sosial yang tinggi, atau ahli dalam lapangan tertentu. Ia

mengoper tingkah laku atau adat kebiasaan dari orang lain tadi tanpa sesuatu

pertimbangan. Sugesti ini memegang peranan penting dalam hidup kelompok

kekaryaan, karena di situ terdapat orang-orang yang mempunyai otoritas, mempunyai

prestise sosial yang tinggi, atau yang mempunyai keahlian dalam lapangan tertentu,

terutama dalam organisasi yang besar.

Faktor ketiga yang memegang peranan penting dalam interaksi ialah simpati.

Simpati ialah perasaan tertarinya seseorang oleh orang lain. perasaan simpati ini

dapat timbul secara tiba-tiba atau secara lambat laun.

Berbeda dengan sugesti, timbulnya simpati ini adalah sebagai proses yang

disadari dan timbulnya tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan

penilaian perasaan. Pada simpati dorongan utama adalah ingin mengerti dan ingin

kerjasama dengan orang lain. “Mutual Understanding” atau pengertian bersama

(11)

2.1.2 Disiplin Kerja

2.1.2.1 Pengertian Disiplin Kerja

Setiap perusahaan pada umumnya menginginkan agar para karyawan yang

bekerja dapat mematuhi peraturan yang telah ditetapkannya peraturan baik tertulis

maupun tidak tertulis, diharapkan agar para karyawan memiliki sikap displin yang

tinggi dalam bekerja sehingga produktivitas kerjanya dapat meningkat. Disiplin kerja

juga diartikan sebagai sikap ketaatan seseorang terhadap suatu aturan/ ketentuan

yang berlaku dalam organisasi yaitu menggabungkan diri dalam organisasi itu atas

dasar adanya kesadran dan keinsyafan bukan karena adanya unsur paksaan

(Hasibuan, 2007:147). Sedangkan Saydam, mengemukakan pengertian disiplin yaitu

sebagai suatu sikap, tingkah laku dan peraturan yang sesuai dengan peraturan

perusahaan baik tertulis atau tidak tertulis (Saydam, 2006:199). Pandapat yang lain

mengatakan bahwa disiplin adalah sebgai sikap mental yang tercermin dalam

perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok/ masyarakat berupa

ketaatan-ketaatan yang ditetapkan pemerintah.etika, norma, kaidah-kaidah yang berlaku untuk

tujuan tertentu (Sinungan, 2007:145).

Kata disiplin (terminologis) berasal dari kata latin: disciplina yang berarti

pengajaran, latihan dan sebagainya (berawal dari kata discipulus yaitu seorang yang

belajar). Jadi secara etimologis ada hubungan pengertian antara discipline dengan

disciple (Inggris) yang berarti murid, pengikut yang setia, ajaran atau aliran

(12)

Menurut Hasibuan (2007 : 193) "kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan

seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang

berlaku".

Menurut Thoha (2005 : 76) "disiplin adalah suatu peraturan yang memuat

keharusan, larangan, dan sanksi apabila keharusan tidak dilaksanakan atau larangan

dilanggar".

Menurut Handoko (2001 : 208) "disiplin adalah kegiatan manajemen untuk

menjalankan standar-standar organisasional".

Menurut Siagian (2003 : 305) "disiplin adalah tindakan manajemen untuk

mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut".

"Disiplin merupakan bentuk pelatihan yang menegakkan peraturan-peraturan

perusahaan" (Mathis & John Jakson, 2002 : 314).

Sinungan (2000 : 134) "mendifinisikan kedisiplinan sebagai sikap kejiwaan

dari seseorang atau sekelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk

mengikuti/mematuhi segala aturan/keputusan yang telah ditetapkan" .

Dari berbagai pengertian tentang disiplin yang telah dikemukakan di atas

penulis dapat menarik suatu kesimpulan mengenai disiplin kerja yaitu sebagai

berikut: disiplin kerja adalah suatu sikap yang dipenuhi dengan kesadaran untuk

(13)

aturan itu harus benar-benar dilaksanakan sebab jika aturan tersebut tidak

dilaksanakan maka akan mendapatkan sanksi.

Disiplin merupakan suatu sikap yang tidak dapat muncul dengan

sendirinya terhadap diri karyawan atau pegawai. Untuk melahirkan sikap disiplin

maka sikap tersebut harus selalu dilatih dan diterapkan pada diri karyawan.

Sama halnya dengan pendapat para ahli di atas, Siagian (2003 : 305)

mengatakan bahwa pembagian kegiatan disiplin ada 2 yaitu:

1. Disiplin Preventip adalah tindakan yang mendorong para karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang

telah ditetapkan.

2. Disiplin Korektif adalah jika ada karyawan yang nyata-nyata telah melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal

memenuhi standar yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi

disipliner.

Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pada dasarnya

tujuan dari semua penerapan disiplin tersebut adalah untuk mengatur dan mendidik

para karyawan untuk selalu taat pada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh

perusahaan.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja

(14)

peraturan-peraturan baik perbuatan pada suatu organisasi/ perusahaan untuk tujuan

tertentu. Disiplin mengacu pada pola tingkah laku dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah

menjadi norma, etika dan kaidah yang berlaku.

2. Adanya perilaku yang terkendali.

3. Adanya ketaatan.

Menurut (Sinungan, 2007:135), Untuk dapat mengetahui seseorang disiplin

dalam bekerja / tidak dapat dilihat dari :

1. Kepatuhan karyawan terhadap tata tertib yang berlaku termasuk tepat waktu

dan tanggung jawan pada pekerjaan.

2. Bekerja sesuai prosedur yang ada.

3. Memelihara perlengkapan kerja dengan baik.

2.1.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Disiplin kerja merupakan suatu faktor penentu prestasi kerja karyawan yang

amat penting untuk diperhatikan oleh pimpinan dalam sebuah perusahaan. Peran

serta disiplin kerja dalam menentukan prestasi kerja karyawan dipengaruhi oleh

berbagai faktor. Dapat dikatakan apabila karyawan mempunyai disiplin kerja yang

baik maka disiplin kerja tersebut dapat mempermudah tercapainya tujuan

(15)

Menurut Hasibuan (2007 : 194) "kedisiplinan harus ditegakan dalam suatu

organisasi perusahaan. Tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik, sulit bagi

perusahaan untuk mewujudkan tujuannya".

Lebih lanjut Hasibuan (2007 : 195) mengatakan bahwa ada 8 indikator yang

mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi, diantaranya:

1. Tujuan dan kemampuan,

2. Teladan pimpinan,

3. Balas jasa,

4. Keadilan,

5. Waskat,

6. Sanksi hukuman,

7. Ketegasan

8. Hubungan kemanusiaan

Menurut Nitisemito dalam Muhaimin (2004 : 6) terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi timbulnya perilaku disiplin kerja yaitu: tujuan pekerjaan dan

kemampuan pekerjaan, teladan pimimpin, kesejahteraan, keadilan, pengawasan

melekat (waskat), sanksi hukum, ketegasan, dan hubungan kemanusiaan.

Berdasarkan penjelasan dari para ahli di atas peneliti berpendapat bahwa pimpinan

(16)

Disamping berbagai faktor yang mempengaruhi disiplin kerja, terdapat juga

berbagai faktor yang sering digunakan dalam menilai atau mengukur disiplin kerja

karyawan. Menurut Haries (2006 : 21) "indikator disiplin kerja dapat diukur dengan

variabel-variabel dibawah ini:

a. Ketaatan pada peraturan

b. Kepatuhan terhadap perintah pimpinan

c. Kesanggupan menerima sanksi".

Menurut Gibson, dkk dalam Muhaimin (2004:7), mengemukakan beberapa

perilaku karyawan tidak disiplin yang dapat dihukum adalah keabsenan, kelambanan,

meninggalkan tempat kerja, mencuri, tidur ketika bekerja, berkelahi, mengancam

pimpinan, mengulangi prestasi buruk, melanggar aturan dan kebijaksanaan

keselamatan kerja, pembangkangan perintah, memperlakukan pelanggaran secara

tidak wajar, memperlambat pekerjaan, menolak kerja sama dengan rekan, menolak

kerja lembur, memiliki dan menggunakan obat-obatan ketika bekerja, merusak

peralatan, menggunakan bahasa atau kata-kata kotor, pemogokan secara ilegal.

2.1.2.3 Jenis-jenis Disiplin Kerja

Menurut Luthans (2006:218), disiplin kerja dapat timbul dari diri sendiri

(17)

1. Self Inposed Dicipline yaitu disiplin yang timbul dari diri sendiri atas dasar kerelaan, kesadaran dan bukan timbul atas dasar paksaan. Disiplin

ini timbul karena seseorang merasa terpenuhi kebutuhannya dan merasa

telah menjadi bagian dari organisasi sehingga orang akan tergugah hatinya

untuk sadar dan secara sukarela memenuhi segala peraturan yang berlaku.

2. Comman Dicipline yaitu disiplin yang timbul karena paksaan, perintah dan hukuman serta kekuasaan. Jadi disiplin ini bukan timbul karena

perasaan ikhlas dan kesadaran akan tetapi timbul karena adanya paksaan /

ancaman dari orang lain.

Dalam setiap organisasi/ perusahaan yang diinginkan adalah jenis disiplin

yang timbul dari diri sendiri atas dasar kerelaan dan kesadaran. Akan tetapi dalam

kenyataan selalu menyatakan bahwa disiplin itu lebih banyak disebabkan adanya

paksaan dari luar. Lebih utama dalam hal ini adalah dapat ditumbuhkan “Self

Dicipline” ( Disiplin Diri) pada setiap karyawan dengan demikian dicegah

kemungkinan-kemungkinan timbulnya pelanggaran-pelanggaran / penyimpangan

dari standart yang ditentukan.

Prinsip-prinsip pendisiplinan untuk mengkondisikan karyawan perusahaan

agar bersikap disiplin maka terdapat beberapa prinsip pendisiplinan :

1) Pendisiplinan Dilakukan Secara Pribadi

Pendisiplinan ini dilakukan dengan menghindari menegur kesalahan

(18)

2) Pendisiplinan Harus Brsifat Membangun

Dalam pendisiplinan ini selain menunnjukkan kesalahan yang telah

dilakukan oleh karyawan haruslah diikuti dengan petunjuk cara pemecahan

yang bersifat membangun sehingga karyawan tidak merasa bingung dalam

menghadapi kesalahan yang telah dilakukan.

3) Pendisiplinan Dapat Dilakukan secara Langsung Dengan Segera

Suatu tindakan yang dilakukan dengan segera setelah terbukti bahwa

karaywan telah melakukan kesalahan sehingga karyawan dapat mengubah

sikapnya secepat mungkin.

4) Keadilan Dalam Pendisiplinan Sangat Diperlukan

Dalam tindakan pendisiplinan dilakukan secara adil tanpa pilih kasih,

siapapun yang telah melakukan kesalahan harus mendapat tindakan

pendisiplinan secara adil tanpa membeda-bedakan.

5) Pimpinan Hendaknya Tidak Melakukan Pendisiplinan Sewaktu

Karyawan Absen

Pendisiplinan hendaknya dilakukan dihadapan karyawan yang

bersangkutan secara pribadi agar tahu telah melakukan kesalahan.

6) Setelah Pendisiplinan Hendaknya Wajar Kembali

Sikap wajar hendaklah dilakukan pimpinan terhadap karyawan yang

telah melakukan kesalahan tersebut. Sehingga proses kerja dapat berjalan lancar

(19)

Disiplin kerja karyawan dapat dikatakan baik, apabila memenuhi syarat

sebagai berikut ( Matutina, 2001:67)

1) Para karyawan datang tepat waktu, tertib, teratur

2) Barpakaian rapi

3) Menghasilkan pekerjaan yang memuaskan

4) Mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh perusahaan

5) Memiliki tanggung jawab yang tinggi.

2.1.2.4 Alat Ukur Disiplin Kerja

Umumnya disiplin kerja dapat terlihat apabila pegawai datang ke kantor

teratur dan tepat waktu, jika mereka berpakaian rapi ditempat kerja, jika mereka

menggunakan perlengkapan kantor dengan hati-hati, jika mereka menghasilkan

jumlah dan kualitas pekerjaan yang memuaskan dengan mengikuti cara kerja yang

telah ditentukan oleh kantor/Instansi dan jika mereka menyelesaikan pekerjaan dan

semangat kerja.

Menurut pendapat (Sugiyono, 2007:7), disiplin kerja pegawai kantor/Instansi

dapat dikatakan baik apabila :

1) Adanya ketaatan pegawai terhadp peraturan jam kerja.

2) Ketaaatan pegawai terhadap pakaian kerja.

(20)

4) Kuantitas dan kualitas hasil kerja sesuai dengan standar.

5) Adanya semangat pegawai dalam bekerja.

Menurut (Sugiyono, 2003:67), kriteria yang dipakai disiplin kerja dapat

dikelompokkan menjadi tiga indikator yaitu diantaranya :

1) Sikap

Sikap yang harus ditunjukkan dalam mentaati disiplin kerja adalah

ketepatan waktu. Tepat diartikan bahwa tidak ada selisih sedikitpun, tidak

kurang dan tidka lebih, persis. Sedangkan waktu adalah serangkaian saat yang

telah lewat, sekarang dan yang akan datang. Berdasarkan pengertian di atas

dapat ditarik kesimpulan bahwa ketepatan waktu adalah hal keadaan tepat

tidak ada selisih sedikitpun bila waktu yang ditentukan tiba.

2) Norma

Dalam mentaati norma yang diberlakukan di perusahaan, salah satu

yang harus dilakukan adalah kesetiaan pada peraturan dan tata tertib yang

ada. Peraturan maupun tata tertib yang tertulis dan tidak tertulis dibuat agar

tujuan suatu organisasi dapat dicapai dengan baik., untuk itu dibutuhkan sikap

setia dari pegawai terhadap komitmen yang telah ditetapkan tersebut.

Kesetiaan disini berarti sikap taat dan patuh dalam mengenakan seragam, atau

dalam melaksanakan komitmen yang telah disetujui bersama dan terhadap

(21)

3) Tanggung Jawab

Tanggung jawab dalam perusahaan yang harus dilakukan oleh

karyawan mencakup mempergunakan dan memelihara peralatan kantor.

Peralatan adalah salah asatu penunjang kegiatan, agar keguitan tersebut

berjalan dengan lancar. Dengan penggunaan dan pemeliharaan peralatan

yang sebaik-baiknya dapat mengurangi resiko akan kerusakan peralatan

yang lebih berat. Merawat dan memelihara merupakan salah satu wujud

tanggung jawab dari pegawai.

2.1.3 Llingkungan Kerja

2.1.3.1 Pengertian Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja merupakan situasi dan tempat kerja pegawai. Seorang

individu yang berada pada lingkungan kerjanya akan senantiasa berinteraksi sesama

rekan sekerja maupun dengan atasan.

Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana karyawan melakukan

pekerjaannya sehari-hari. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman

dan memungkinkan para karyawan untuk dapat bekerja optimal.

Alex Nitisemito (2000:183) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai berikut

: “Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat

(22)

Menurut Sedarmayati (2011:21) definisi lingkungan kerja adalah sebagai

berikut : “Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang

dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta

pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok”.

Dari definisi diatas, maka lingkungan dapat didefinisikan sebagai faktor yang

sangat penting dalam memotivasi pegawai dalam menjalankan pekerjaannya. Oleh

karena itu pimpinan organisasi harus dapat menciptakan lingkungan kerja yang solid,

menyenangkan, serta adanya kenyamanan agar para pegawai dapat termotivasi dalam

mengerjakan pekerjaannya.

2.1.3.2Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja

Menurut Nawawi (2006:226) faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan

kerja adalah sebagai berikut :

a) Kondisi fisik (kondisi kerja)

merupakan keadaan kerja dalam perusahaan yang meliputi

1. penerangan tempat kerja

2. penggunaan warna,

3. pengaturan suhu udara

4. kebersihan

5. ruang gerak

(23)

b) Kondisi nonfisik (iklim kerja)

Merupakan sebagai hasil persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja

tidak dapat dilihat atau disentuh tetapi dapat dirasakan oleh karyawan tersebut.

Iklim kerja dapat dibentuk oleh para pemimpin yang berarti pimpinan tersebut

harus mempunyai kemampuan dalam membentuk iklim kerja tersebut. Iklim

kerja yang baik akan membawa pengaruh yang baik pula bagi kualitas kerja

karyawan. Iklim kerja berhubungan dengan bagaimana sikap dan perilaku

karyawan dalam membina hubungan kerja (Nawawi, 2006:227). Adapun iklim

kerja tersebut meliputi hubungan karyawan dengan karyawan.

a. Adanya perasaan aman

Perasaan aman dari diri karyawan dalam menjalankan pekerjaannya

seperti : rasa aman dari bahaya yang mungkin timbul pada saat menjalankan

pekerjaannya, merasa aman dari pemutusan hubungan kerja yang

sewenang-wenang dan merasa aman dari segala macam bentuk tuduhan sebagai akibat

dari saling curiga diantara para karyawan.

b. Adanya perasaan puas

Perasaan puas akan terwujud apabila kebutuhan karyawan dapat

(24)

2.1.4 Kinerja Karyawan

2.1.4.1Pengertian Kinerja Karyawan

Kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu

organisasi ( Moeheriono, 2009:60).

Menurut (Mangkunegara, 2005:9) kinerja pegawai adalah hasil kerja secara

kualitas dan kunatitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksaanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2.1.4.2 Tujuan Penilaian Kinerja Karyawan

Menurut (Rivai & Irwanda, 2006:311) suatu perusahaan melakukan penilaian

Kinerja berdasarkan pada 2 (dua) alasan pokok, yaitu :

1. Manajer memerlukan evaluasi yang objektif terhadap kinerja karyawan

pada masa lalu yang digunakan untuk membuat keputusan di bidang

Sumber Daya Manusia di masa yang akan datang.

2. Manajer memerlukan alat yang memungkinkan untuk membuat

karyawannya memperbaiki kinerja, merencanakan pekerjaan,

mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk perkembangan karir

(25)

Manfaat penilaian kinerja adalah sebagai kontribusi hasil-hasil penilaian

merupakan suatu yang sangat bermanfaat bagi perencanaan kebijakan organisasi.

Penilaian kinerja bagi organisasi adalah :

1. Penyesuaian –penyesuaian kompensasi.

2. Perbaikan kinerja.

3. Kebutuhan latihan dan pengembangan

4. Pengambilan keputusan dalam penempatan, promosi, mutasi,

pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja.

5. Untuk kepentingan penelitian pegawai.

6. Membantu diagnosis terhadapa kesalahan desain pegawai

2.1.4.3 Jenis Kinerja

Menurut Moeheriono (2009) dalam suatu organisasi dikenal ada 3 (tiga)

jenis kinerja yang dapat dibedakan, yaitu sebagai berikut :

1. Kinerja operasional (operation performance).

Kinerja ini berkaitan dengan efektivitas penggunaan setiap sumber

daya yang digunakan oleh perusahaan, seperti modal, bahan baku,

teknologi, dan lain sebagainya, yaitu seberapa penggunaan tersebut secara

(26)

2. Kinerja administrasi (administrative performance).

Kinerja ini berkaitan dengan kinerja administrasi organisasi,

termasuk di dalamnya struktur administratif yang mengatur hubungan

otoritas wewenang dan tanggung jawab dari orang yang menduduki

jabatan. Selain itu, berkaitan dengan kinerja mekanisme aliran informasi

antar unit kerja dalam organisasi.

3. Kinerja Strategik (Strategik Performance)

Kinerja ini berkaitan atas kinerja perusahaan, dievaluasi ketepatan

perusahaan dalam memilih lingkungannya dan kemampuan adaptasi

perusahaan.

2.1.4.4 Indikator Kinerja

Mathis dan Jackson (2002:378) menyatakan beberapa indikator kinerja,

yaitu :

1. Kuantitas dari hasil

2. Kualitas dari hasil

3. Kehadiran

(27)

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Jurnal dan Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Variabel Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini Human Relation berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan PT. Subur Sari Lastderich Medan dengan koefisien regresi sebesar 0,464. Semakin baik Human Relation maka semakin tinggi Kinerja Karyawan PT. Subur Sari Lastderich Medan. Lingkungan Kerja Fisik berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja PT. Subur Sari Lastderich Medan dengan regresi sebesar 0,392.

2. Iskandar Mulia

Lingkungan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan, sehingga dapat dipakai untuk mengestimasi Kinerja Karyawan pada PT. Kawasan Industri Medan (Persero). Serta berpengaruh terhadap peningkatan kinerja

Karyawan tersebut. Berdasarkan hasil koefisien

(28)

Karyawan pada PT. Kawasan Industri Medan (Persero) dapat dijelaskan oleh variabel Lingkungan Kerja. Hasil penelitian yang dilakukan, karyawan yang memiliki kinerja baik karena bekerja sesuai dengan waktu dan memiliki kelompok kerja.

3. Jane (2011) Disiplin

Disiplin Kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y). Berdasarkan Uji-F diperoleh F-Hitung lebih besar dari F-Tabel (26,671 > 1,48) dengan nilai signifikan yang lebih kecil dari alpha (0,00 < 0,05). Berdasarkan Uji-t variabel disiplin kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Selektani Holticulture Medan.

(29)

Malik Medan”.

2.3 Kerangka Konseptual

Dalam perjalanan hidupnya dan perkembangan jiwanya, seseorang mengalami

aktivitas psihis.dan bila aktivitas kejiwaan itu tetap sama tanpa terpengaruh oleh

kesan-kesan yang pada suatu saat muncul, ini dinamakan fungsi psihis. fungsi psihis

ini adalah pikir, rasa. Intuisi, dan penginderaan. Dan salah satu di antaranya pada

seseorang bisa dominan. Jadi pada seseorang yang dominan bisa pikirannya,

perasaannya, intuisinya, atau penginderaannya. Orang yang dominan pikirannya akan

berusaha memahami lingkungannya dengan jalan pengetahuan, menghubungkan

pengertian yang satu dengan yang lainnya dengan mengambil kesimpulan yang logis,

sedang ukuran penilaiannya ialah benar atau salah (right or wrong). (Uchjana

Effendy, 2009:55).

Penyesuaian diri dari tiap individu terhadap segala sesuatu yang ditetapkan

kepadanya, akan menciptakan suatu masayarakat yang tertib dan bebas dari

kekacauan-kekacauan. Demikian juga kehidupan dalam suatu perusahaan akan

sangat membutuhkan ketaatan dari anggota-anggotanya pada peraturan dalam

ketentuan yang berlaku pada perusahaan tersebut. Dengan kata lain, disiplin kerja

pada karyawan sangat dibutuhkan, karena apa yang menjadi tujuan perusahaan akan

sukar dicapai bila tidak ada disiplin kerja. (Edy Sutrisno, 2009:85).

(30)

aktivitas-lingkungan kerja merupakan aktivitas-lingkungan manajemen SDM. (Herman Sofyandi,

2008:38).

Penilaian kinerja memberikan mekanisme penting bagi manajemen untuk

digunakan dalam menjelaskan tujuan-tujuan dan standar-standar kinerja serta

memotivasi karyawan di waktu berikutnya. Penilaian kinerja memberikan dasar bagi

keputusan-keputusan yang mempengaruhi gaji, promosi, pemberhentian, pelatihan,

transfer, dan kondisi-kondisi kepegawaian lainnya. (Herman Sofyandi, 2008:122).

Human relation perlu dilaksanakan untuk meniadakan gangguan sebagai akibat

salah komunikasi dan salah interpretasi, lebih-lebih untuk menghilangkan frustasi

terutama frustasi agresif, serta menggugah kegairahan dan kegiatan kerja, sehingga

timbul kerjasama yang lebih produktif daripada yang sudah-sudah dengan perasaan

bahagia dan puas hati. (Uchjana Effendy, 2009:75).

Disiplin kerja dapat ditingkatkan apabila terdapat kondisi kerja yang dapat

merangsang karyawan untuk berdisiplin. (Sukarno, 1995:54).

Menurut Alex Nitisemito (2000:171-173) Perusahaan hendaknya dapat

mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antara tingkat atasan, bawahan

maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang

hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik, dan

pengendalian diri.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa human relation

(31)

lingkungan kerja dan kinerja karyawan. Secara skematis, kerangka konseptual dalam

penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Sukarno (1995:54), Edy Sutrisno (2009:85), Uchjana Effendy

(2009:75), Herman Sofyandi (2008:122).

Sumber : Uchjana Effendy (2009:55), Herman Sofyandi (2008:122), Sukarno (1995:54),

Alex Nitisemito (2000:177).

Human Relation (Hubungan antar

Manusia) (X1)

Disiplin Kerja (X2)

Lingkungan Kerja (Y1)

(32)

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu penjelasan tentang perilaku, fenomena, atau keadaan

tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Hipotesis merupakan pernyataan

penelitian tentang hubungan antara variabel - variabel dalam peneliatian, serta

merupakan pernyataan yang paling spesifik. Peneliti bukannya bertahan kepada

hipotesis yang telah disusun, melainkan mengumpulkan data untuk mendukung atau

justru menolak hipotesis tersebut. Dengan kata lain, hipotesis merupakan jawaban

sementara yang disusun oleh peneliti, yang kemudian akan diuji kebenarannya

melalui penelitian yang dilakukan.

Sehubungan dengan uraian di atas maka dapat dikemukakan hipotesis dalam

penelitian ini sebagai berikut:

H1 : Human Relation (Hubungan Antar Manusia) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Kinerja Karyawan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk

Cabang Kapten Muslim Medan.

H2 : Disiplin Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja

Karyawan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Kapten Muslim

Medan.

H3 : Human Relation (Hubungan Antar Manusia) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja melalui Lingkungan Kerja pada karyawan

(33)

H4 : Disiplin Kerja berpengaruh positif dan signifikan Terhadap Kinerja melalui

Lingkungan Kerja pada Karyawan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk

Cabang Kapten Muslim Medan.

H5 : Lingkungan Kerja berpengaruh postif dan signifikan terhadap Kinerja

Karyawan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Kapten

Gambar

Tabel 2.1 Jurnal dan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

KESATU : Menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, Bendahara Pengeluaran dan Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (SPM) pada Program Nasional

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan adalah: (1) ada perbedaan antara sikap dan tingkah laku mahasiswa dengan menerapkan model pembelajaran CBT berbasis

Sedangkan metode penelitian yang digunakan pada tahun ke-2 ini (kegiatan implementasi) menggunakan pendekatan quasi eksperimen. Lokasi untuk kegiatan penelitian ini

Untuk menindaklanjuti kegiatan Program Pinjaman Bergulir dalam Usaha Ekonomi Produktif Bagi Kelompok Usaha Peningkatan Kesejahteraan (KUPK) di Bagian kerjasama dan

Pragmatisme mengarah pada pengembangan aspek pengajaran pada tindakan dan perilaku manusia agar dalam masalah mengambil keputusan moral dalam tindakan menjadi tepat

Dapat menerima teguran kanak-kanak lain Senyum kepada orang yang

Promosi selain bersifat memberitahu juga bersifat untuk membujuk terutama kepada pembeli-pembeli potensial, dengan mengatakan bahwa suatu produk adalah lebih baik dari

Berdasarkan hasil uji validitas, angket persepsi istri terhadap pendampingan suami diperoleh 48 item dinyatakan valid dan angket kecemasan istri menjelang