• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Lemak dan Serat Tak Larut Pada Pakkat (Calamus caesius Blume.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Lemak dan Serat Tak Larut Pada Pakkat (Calamus caesius Blume.)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pakkat (Calamus caesius Blume.)

Pakkat merupakan makanan yang diambil dari pucuk rotan muda dan

kemudian diolah menjadi makanan yang unik yang sering dikonsumsi oleh

masyarakat Mandailing di Tapanuli Selatan.Pakkat ini dapat dikonsumsi dengan

cara dibakar dan direbus. Proses pembakaran biasanya dilakukan dengan

menggunakan kayu bakar dan dibakar di atas api secara langsung. Selain itu, bisa

juga dikonsumsi dengan cara direbus, proses perebusan ini bermanfaat untuk

menghilangkan rasa pahit (Harrist, 2014).

Menurut Herbarium Medanense (2015), klasifikasi pakkat adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae

Genus : Calamus

Spesies : Calamus caesius Blume.

2.2 Deskripsi Rotan

Tanaman rotan pada umumnya tumbuh berumpun dan mengelompok,

maka umur dan tingkat ketuaan rotan yang siap dipanen berbeda. Oleh karena itu,

(2)

kuning kehitam-hitaman dan sebagian batangnya sudah tidak dibalut oleh pelepah

daun (Sinambela, 2011).

2.3 Tempat Tumbuh dan Penyebaran Rotan

Tempat tumbuh rotan pada umumnya di daerah tanah berawa, tanah

kering, hingga tanah pegunungan. Semakin tinggi tempat tumbuh semakin jarang

dijumpai jenis rotan. Rotan juga semakin sedikit di daerah yang berbatu kapur.

Tanaman rotan yang tumbuh dan merambat pada suatu pohon akan memiliki

tingkat pertumbuhan batang lebih panjang dan jumlah batang dalam satu rumpun

lebih banyak jika dibandingkan dengan rotan yang menerima sedikit cahaya

matahari akibat tertutup oleh cabang, ranting dan daun pohon (Sinambela, 2011).

2.4 Kegunaan Rotan

Batang rotan yang sudah tua banyak dimanfaatkan untuk bahan baku

kerajinan dan perabot rumah tangga atau hiasan-hiasan lainnya. Misalnya mebel,

kursi, rak lemari, sofa, pot bunga dan sebagainya. Sedangkan batang rotan yang

masih muda digunakan untuk sayuran. Akar dan buahnya untuk bahan obat

tradisional (Sinambela, 2011).

2.5 Lemak

Seperti halnya karbohidrat dan protein, lemak merupakan salah satu

kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia

dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia sebagai sumber energi bagi

(3)

dimasukkan dalam satu kelompok yang disebut lipid. Adapun sifat fisika yang

dimaksud adalah:

i. Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut

organik yang disebut pelarut lemak.

ii. Ada hubungan dengan asam-asam lemak atau esternya.

iii. Mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup (Poedjiadi dan

Supriyanti, 2009).

Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa

golongan.

1. Lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya

lemak atau gliserida dan lilin.

2. Lipid gabungan, yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan,

contohnya fosfolipid.

3. Derivat lipid, contohnya asam lemak, gliserol, dan sterol (Poedjiadi dan

Supriyanti, 2009).

Yang dimaksud dengan lemak disini adalah suatu ester asam lemak

dengan gliserol. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua atau tiga molekul

asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida, atau

trigliserida. Pada lemak, satu molekul gliserol mengikat tiga molekul asam lemak,

oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).

Fungsi lemak adalah sebagai salah satu sumber energi yang memberikan

kalori paling tinggi jika dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Lemak

(4)

2.6 Pengaruh Lemak Terhadap Kesehatan

a. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner dianggap salah satu penyebab kematian yang

menakutkan. Terdapat sejumlah faktor risiko yang diidentifikasi menyebabkan

penyakit jantung koroner, seperti meningkatnya kadar lipida umumnya kolesterol

darah.

b. Peningkatan Kadar Kolesterol Dalam Darah

Kadar kolesterol dalam darah manusia beragam dan mengalami

peningkatan dengan bertambahnya umur.Penambahan kolesterol darah berbeda

menurut jenis kelamin. Pada wanita dimulai umur dua puluhan, sementara pada

pria dapat lebih awal. Untuk menghindari kadar kolesterol darah yang tinggi,

dianjurkan mengganti sumber lemak jenuh dengan makanan sumber lemak tak

jenuh (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007).

2.7 Penetapan Kadar Lemak

Ada beberapa metode penetapan kadar lemak, yaitu metode Sokletasi,

metode Babcock dan metode Goldfisch.

2.7.1 Metode Sokletasi

Sejumlah sampel ditimbang teliti dan dimasukkan kedalam selongsong

yang terbuat dari kertas saring. Sampel yang belum kering harus dikeringkan lebih

dahulu untuk memperbesar luas permukaan kontak dengan pelarut. Selanjutnya

labu alas bulat dipasang berikut kondensornya. Pelarut yang digunakan sebanyak

1 ½ - 2 kali isi tabung ekstraksi. Lipida akan terekstraksi dan melalui sifon

(5)

labu alas bulat diambil dan ekstraksi dituang ke dalam botol timbang atau cawan

porselin yang telah diketahui beratnya, kemudian pelarut diuapkan di atas

penangas air sampai pekat. Selanjutnya dikeringkan dalam oven sampai diperoleh

berat konstan pada suhu 100ºC (Sudarmadji, dkk., 1989).

2.7.2 Metode Babcock

Bahan yang berbentuk cair, penentuan lemaknya dapat menggunakan botol

Babcock. Penentuan lemak dengan botol Babcock sangatlah sederhana. Sampel

yang telah ditimbang dengan teliti dimasukkan ke dalam botol Babcock. Pada

leher botol Babcock ini telah dilengkapi dengan skala ukuran volume. Sampel

yang dianalisa ditambah asam sulfat pekat (95%) untuk merusak emulsi lemak

sehingga lemak akan terkumpul menjadi satu pada bagian atas cairan. Pemisahan

lemak dari cairannya dapat lebih sempurna bila dilakukan sentrifugasi.Rusaknya

emulsi lemak dikarenakan asam sulfat dapat merusak lapisan film yang yang

menyelimuti globula lemak yang biasanya terdiri dari senyawa protein. Dengan

rusaknya protein (denaturasi ataupun koagulasi) maka memungkinkan globula

lemak yang satu akan bergabung dengan globula lemak yang lain dan akhirnya

menjadi kumpulan lemak yang lebih besar dan akan mengapung di atas cairan.

Setelah disentrifugasi lemak akan semakin jelas terpisah dengan cairannya dan

agar dapat dibaca banyaknya lemak maka ke dalam botol ditambahkan aquades

panas sampai lemak tepat pada tanda skala bagian atas, dengan demikian

banyaknya lemak dapat secara langsung dibaca atau diketahui

(6)

2.7.3 Metode Goldfisch

Ekstraksi dengan alat Goldfisch sangat praktis dan mudah

pemakaiannya.Bahan sampel yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam thimble

dan dipasang dalam tabung penyangga yang pada bagian bawahnya berlubang.

Bahan pelarut yang digunakan ditempatkan dalam bekerglas di bawah tabung

penyangga. Bila bekerglas dipanaskan uap pelarut akan naik dan didinginkan oleh

kondensor sehingga bahan akan dibasahi oleh pelarut dan lipida akan terekstraksi

dan selanjutnya akan tertampung kedalam bekerglas kembali. Setelah ekstraksi

selesai (3-4 jam), pemanas dimatikan dan sampel berikut penyangganya diambil

dan diganti dengan bekerglas yang ukurannya sama dengan tabung penyangga.

Pemanas dihidupkan kembali sehingga pelarut akan diuapkan lagi dan

diembunkan serta tertampung ke dalam bekerglas yang terpasang dibagian bawah

kondensor. Dengan demikian pelarut yang tertampung ini dapat dimanfaatkan

untuk ekstraksi yang lain. Residu yang ada dalam bekerglas yang dipasang pada

pemanas selanjutnya dikeringkan dalam oven 100ºC sampai berat konstan. Berat

residu ini dinyatakan sebagai minyak atau lemak yang ada dalam bahan. Seperti

halnya cara Soxhlet, penentuan banyaknya lemak/minyak dapat pula dengan

menimbang residu dalam thimble sesudah ekstraksi berakhir dan sudah

dikeringkan sampai berat konstan. Selisih bobot sampel sebelum dan bobot residu

sesudah ekstraksi dan sudah dikeringkan merupakan lemak yang ada dalam bahan.

Keuntungan cara ekstraksi Goldfisch ini adalah pelarut yang sudah dipakai dapat

(7)

2.8 Serat

Serat pangan atau dietary fiber adalah karbohidrat (polisakarida) dan

lignin yang tidak dapat dihidrolisis (dicerna) oleh enzim pencernaan manusia, dan

akan sampai di usus besar dalam keadaan utuh. Oleh karena itu, kebanyakan serat

pangan menjadi substrat bagi fermentasi bakteri yang hidup di kolon

(Silalahi, 2006).

2.9 Komponen Serat

Serat pangan dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur molekul dan

kelarutannya, yaitu serat larut (soluble dietary fiber; SDF) dan serat tak larut

(insoluble dietary fiber; IDF). Serat pangan yang larut dalam air sangat mudah

difermentasikan dan memengaruhi metabolisme karbohidrat dan lipida.

Sementara, serat pangan yang tidak larut, seperti selulosa (bahan dasar dalam

kapas), berperan untuk memperbesar volume feses dan mengurangi waktu

transitnya di dalam kolon (bersifat laksatif lemah) (Silalahi, 2006).

Serat mempunyai kemampuan untuk secara cepat menyerap air dalam

jumlah banyak. Selulosa merupakan komponen terbanyak dalam diet serat.

Hemiselulosa ialah poliner beberapa heksosa dan pentose. Zat pektin merupakan

komplek poliner berasal dari dinding sel dan bagian-bagian berserat dalam

buah-buahan, sayuran dan tanaman-tanaman darat lainnya

(8)

2.10 Efek Fisiologis Serat Makanan

a. Mencegah Kanker Kolon

Serat pangan telah terbukti dapat mencegah berbagai penyakit seperti

kanker kolon. Dalam hal ini, serat pangan berperan melalui berbagai mekanisme

kerja. Pektin mengubah metabolisme asam empedu, sementara proses fermentasi

di kolon memproduksi asam lemak rantai pendek (short chain fatty acids; SCFA)

sehingga menurunkan pH, dan dengan demikian merangsang pertumbuhan bakteri

yang menguntungkan serta menghambat perkembangan bakteri yang merugikan.

Bakteri yang merugikan, seperti Escherichia coli dan Streptococus faecalis, akan

memfermentasi protein dan asam amino yang lolos sampai ke kolon. Hasil

fermentasi ini adalah zat-zat toksis, yakni fenol, kresol, indole, amina dan

ammonia, yang semuanya itu dapat meningkatkan risiko kanker kolon dan

kelenjar empedu (Silalahi, 2006).

b. Mengurangi Bobot Badan

Makanan dengan kandungan serat yang tinggi dapat mengurangi bobot

badan karena serat makanan akan tinggal dalam saluran pencernaan dalam waktu

relatif singkat, sehingga absorpsi zat makanan berkurang. Kecuali itu makanan

yang mengandun g serat yang relatif tinggi akan memberikan rasa kenyang karena

komposisi karboh idrat komplek yang menghentikan nafsu makan sehingga

mengakibatkan turunnya konsumsi makanan (Piliang dan Djojosoebagio, 1996).

2.11 Analisis Serat

Ada beberapa metode analisis serat makanan, yaitu metode analisis serat

(9)

2.11.1 Metode Analisis Serat Kasar (Crude Fiber)

Serat kasar mengandung senyawa selulosa, lignin dan zat lain yang belum

dapat diidentifikasi dengan pasti. Yang disebut serat kasar disini adalah senyawa

yang tidak dapat dicerna dalam organ pencernaan manusia ataupun hewan. Di

dalam analisa penentuan serat kasar diperhitungkan banyaknya zat-zat yang tidak

larut dalam asam encer ataupun basa encer dengan kondisi tertentu.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisa adalah:

a. deffating, yaitu menghilangkan lemak yang terkandung dalam sampel yang

menggunakan pelarut lemak

b. digestion, terdiri dari duatahap yaitu pelarutan dengan asam dan pelarutan

dengan basa. Kedua macam proses digest ini dilakukan dalam keadaan

tertutup pada suhu terkontrol (mendidih) dan sedapat mungkin dihindarkan

dari pengaruh luar (Sudarmadji, dkk., 1989).

2.11.2 Metode Deterjen

Metode deterjen ini terdiri atas dua yaitu Acid Detergent Fiber (ADF) dan

Neutral Detergent Fiber (NDF) (Meloan and Pomeranz, 1987).

a. Acid Detergent Fiber (ADF)

ADF hanya dapat untuk menurunkan kadar total selulosa dan lignin.

Metode ini digunakan pada Association of Official Analytical Chemist (AOAC).

Prosedurnya sama dengan NDF, namun larutan yang digunakan adalah

Cetyl Trimethyl Amonium Bromida (CTAB) dan H2SO4 0,5 M

(10)

b. Neutral Detergent Fiber (NDF)

Dengan metode NDF dapat ditentukan kadar total dari selulosa,

hemiselulosa dan lignin. Selisih jumlah serat dari analisis NDF dan ADF dianggap

jumlah kandungan hemiselulosa, meski sebenarnya terdapat juga komponen

lainnya selain selulosa, hemiselulosa dan lignin yaitu protein pada metode

Deterjen ini (Meloan and Pomeranz, 1987).

2.11.3 Metode Enzimatis

Metode enzimatis dirancang berdasarkan kondisi fisiologi tubuh manusia.

Metode yang dikembangkan adalah fraksinasi enzimatis yaitu menggunakan

enzim amylase, diikuti penggunaan enzim pepsin, kemudian pankreatin. Metode

ini dapat mengukur kadar serat makan total, serat larut dan tak larut secara

terpisah. Kekurangan metode ini, enzim yang digunakan mungkin mempunyai

aktivitas lebih yang bisa saja merusak komponen serat dan kemungkinan protein

yang tidak terdegradasi sempurna dan ikut terhitung sebagai serat

(Meloan and Pomeranz, 1987).

2.12 Analisis Gravimetri

Menurut Gandjar dan Rohman (2007), gravimetri merupakan cara

pemeriksaan yang paling tua dan yang paling sederhana dibandingkan dengan

cara pemeriksaan kimia lainnya. Analisis gravimetri adalah cara analisis

kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstan)-nya. Dalam analisis ini, unsur

(11)

sehingga dapat diketahui berat tetapnya. Supaya analisis gravimetri berhasil, maka

persyaratan yang harus dipenuhi adalah:

a. Proses pemisahan analit yang dituju harus berlangsung secara sempurna

sehingga banyaknya analit yang tidak terendapkan secara analisis tidak

terdeteksi.

b. Zat yang akan ditimbang harus murni atau mendekati murni. Jika syarat ini

tidak terpenuhi maka akan menimbulkan kesalahan yang besar.

2.13 Analisa Statistik

Dari hasil penelitian sering diminta suatu uraian, penjelasan atau

kesimpulan tentang persoalan yang diteliti. Sebelum kesimpulan dibuat,

keterangan atau data yang terkumpul dipelajari, dianalisa dan berdasarkan

pengolahan inilah dibuat kesimpulan. Pengolahan dan pembuatan kesimpulan

harus dilakukan dengan baik, cermat, teliti, hati-hati, mengikuti cara-cara dan

Referensi

Dokumen terkait

Humanistik Abraham Maslow yang meliputi a) kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis, b) kebutuhan akan rasa aman, c) kebutuhan akan cinta dan memiliki, d) kebutuhan akan

Dari bahan yang digunakan misalnya kerupuk udang yang dibuat dari bahan baku kerupuk kemudian ditambahkan udang kedalam adonan kerupuk, sedangkan dari cara pengolahan

[r]

KEEMPAT : Dengan berlakunya Keputusan Bupati ini maka Keputusan Bupati Bantul Nomor 44 Tahun 2010 tentang Pembentukan Tim Penertiban dan Konseling Pelajar Tidak Disiplin

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar natrium darah dengan derajat functional class pada pasien gagal jantung kongestif di RSUP H.Adam Malik Medan

Bukan sahaja ebook ini ditujukan kepada ibu-ibu muda,malah kepada sesiapa sahaja yang menjadi ibu bapa tetapi tidak tahu cara mengajar anak membaca dengan kaedah yang betul, juga

Sistem Klasifikasi Fuzzy Berbasis Optimasi Koloni Semut Sistem klasifikasi fuzzy berbasis optimasi koloni semut (FCS-ANTMINER) merupakan suatu metode untuk melakukan

Berdasarkan hasil penelitian karakterisasi klon Ketan Lampung Selatan memiliki pucuk daun berwarna ungu, tangkai daun berwarna ungu dan batang berwarna oranye, sedangkan