• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Pasien Kanker Payudara di Divisi Bedah Onkologi RSUP.H. Adam Malik Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Pasien Kanker Payudara di Divisi Bedah Onkologi RSUP.H. Adam Malik Medan Tahun 2012"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Payudara

Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua

sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media.

Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara

wanita lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran,

sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan

lemak dan dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium (Snell, 2006).

Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus dari jaringan kelenjar.

Jumlah lobus tidak berhubungan dengan ukuran payudara. Setiap lobus terbuat

dari ribuan kelenjar kecil yang disebut alveoli atau acini. Kelenjar ini

bersama-sama membentuk sejumlah gumpalan, mirip buah anggur yang merambat. Alveoli

(alveolus dan acinus singular) menghasilkan susu dan substansi lainnya selama

masa menyusui (Snell, 2006).

Sumber:http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/breast/Patient/page1

(2)

2.2. Sistem Limfatik Payudara

Sistem limfatik payudara penting untuk dipahami karena ini merupakan

jalan suatu proses kanker payudara dapat menyebar (metastasis). Sistem ini

memiliki beberapa bagian (American Cancer Society, 2013).

Kelenjar getah bening (KGB) berukuran kecil, merupakan kumpulan

sel-sel sistem imun yang berbentuk kacang (bean-shaped) yang dihubungkan oleh

pembuluh-pembuluh limfatik. Pembuluh-pembuluh limfatik mirip vena-vena

berukuran kecil, kecuali yang membawa cairan jernih menjauh dari payudara yang

dinamakan limfa (lymph). Limfa mengandung cairan jaringan dan produk-produk

sisa, juga sel-sel sistem imun. Sel-sel kanker payudara dapat memasuki

pembuluh-pembuluh limfatik dan mulai bertumbuh di dalam KGB (American

Cancer Society, 2013).

Kebanyakan pembuluh-pembuluh limfatik pada payudara berhubungan

ke KGB di bawah lengan (KGB daerah ketiak). Beberapa pembuluh-pembuluh

limfatik berhubungan ke KGB di dalam dada dan ke salah satu KGB

supraclavicula atau infraclavicula (American Cancer Society, 2013).

Jika sel-sel kanker telah menyebar ke KGB, ada kemungkinan besar

bahwa sel-sel itu mungkin telah terbawa ke aliran darah dan menyebar

(metastasis) ke tempat-tempat lain di tubuh. Semakin banyak KGB yang

mengandung sel kanker, akan semakin mungkin sel kanker itu ditemukan di

organ-organ lain. Maka, penemuan proses kanker pada satu atau lebih KGB sering

mempengaruhi rencana terapi yang akan diberikan. Akan tetapi, tidak semua

perempuan dengan sel-sel kanker pada KGB akan mengalami metastasis, dan

beberapa perempuan mungkin tidak memiliki sel-sel kanker pada KGB, tetapi

(3)

Gambar 2.2 Sistem Limfatik Payudara

2.3. Kanker Payudara

2.3.1. Defenisi Kanker Payudara

Kanker payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal pada

payudara yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi

bentuk benjolan di payudara. Kanker payudara merupakan salah satu bentuk

pertumbuhan sel pada payudara. Dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel. Salah

satunya, sel abnormal atau sel metaplasia, yaitu sel yang dapat berubah-ubah

tetapi masih dalam batas normal. Akan tetapi, jika sel metaplasia ini dipengaruhi

faktor lain maka akan menjadi sel displasia. Yaitu sel yang berubah menjadi tidak

normal dan terbatas dalam lapisan epitel (lapisan yang menutupi permukaan yang

terbuka dan membentuk kelenjar-kelenjar). Dimana pada suatu saat sel-sel ini

akan berkembang menjadi kanker karena berbagai faktor yang mempengaruhi

dalam kurun waktu 10-15 tahun (Kasdu.D, 2005).

2.3.2. Etiologi dan Faktor Risiko Kanker Payudara

Etiologi dan penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Namun,

banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan

dengan peningkatan resiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara.

(4)

a. Jenis kelamin

Berdasarkan penelitian, wanita lebih berisiko menderita kanker

payudara dari pada pria. Prevalensi kanker payudara pada pria hanya

1% dari seluruh kanker payudara.

b. Faktor usia

Risiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.

Setiap sepuluh tahun, risiko kanker meningkat dua kali lipat.

Kejadian puncak kanker payudara terjadi pada usia 40-50 tahun .

c. Riwayat keluarga

Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga merupakan faktor

risiko terjadinya kanker payudara. Pada kanker payudara, telah

diketahui beberapa gen yang dikenali mempunyai kecenderungan

untuk kejadian kanker payudara yaitu gen BRCA1, BRCA2 dan juga

pemeriksaan histopatologi faktor proliferasi “p53 germline mutation”.

BRCA1 dan BRCA2 pada sel yang normal, gen ini membantu untuk

mencegah terjadinya kanker dengan jalan menghasilkan protein yang

dapat mencegah pertumbuhan abnormal. Wanita dengan mutasi pada

gen BRCA1 dan BRCA2, mempunyai peluang 80% untuk

berkembang menjadi sel kanker payudara dan mempunyai peluang

yang sama untuk terjadinya kanker ovarium.

d. Riwayat adanya tumor jinak payudara sebelumnya

Beberapa tumor jinak pada payudara dapat bermutasi menjadi ganas,

seperti atipikal duktal hyperplasia.

e. Faktor hormonal dan reproduksi

Menarche atau menstruasi pertama pada usia relatif muda (<12

tahun). Dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan dari

estrogen. Di negara-negara berkembang, terjadi pergeseran usia

(5)

 Menopause atau mati haid pada usia relatif lebih tua (>50

tahun). Untuk setiap tahun usia menopause yang terlambat, akan

meningkatkan risiko kanker payudara 3%.

 Nulipara/belum pernah melahirkan, mempunyai risiko kanker

payudara sebesar 30 % dibandingkan dengan wanita yang

multipara.

 Melahirkan anak pertama pada usia relatif lebih tua (>35 tahun). Ini diperkirakan karena adanya rangsangan pematangan dari

sel-sel pada payudara yang diinduksi oleh kehamilan, yang

membuat sel-sel ini lebih peka terhadap transformasi yang

bersifat karsiogenik.

 Pemakaian kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu lama (≥7th).  Tidak menyusui, waktu menyusui yang lebih lama mempunyai

efek yang lebih kuat dalam menurunkan risiko kanker payudara.

Ini dikarenakan adanya penurunan level estrogen dan sekresi

bahan-bahan karsinogenik selama menyusui. (Rasjidi et al,

2009).

Tabel 2.1 : Faktor Risiko Kanker Payudara

Faktor risiko Risiko Relatif

Faktor genetik

Usia

Riwayat Keluarga

- Keluarga dekat mengidap kanker payudara

- Pramenopause

- Pramenopause dan bilateral

- Pascamenopause

- Pascamenopause dan bilateral

Bervariasi ditempat yang

berbeda

Meningkat setelah usia

(6)

Riwayat haid

- Usia menarche <12 tahun

- Usia menopause >55 tahun

1,3

- Penyakit proliferatif dengan hiperplasia

atipikal

- Karsinoma lobularis in situ

1,5

2.3.3. Tanda dan Gejala Kanker Payudara

a. Benjolan

Adanya benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan.

Semakin lama benjolan tersebut semakin mengeras dan bentuknya

(7)

b. Perubahan kulit pada payudara

- Kulit tertarik (skin dimpling)

- Benjolan yang dapat dilihat (visible lump)

- Gambaran kulit jeruk (peu d’orange)

- Eritema

- Ulkus

c. Kelainan pada puting

- Puting tertarik (nipple retraction)

- Eksema

- Cairan pada puting (nipple discharge) (Suryaningsih, 2009).

2.3.4. Klasifikasi Kanker Payudara

1. Klasifikasi patologik meliputi kanker puting payudara, kanker ductus

lactiferous dan kanker dari lobules.

2. Klasifikasi Histologi Kanker Payudara.

Tabel 2.2: Histologi Kanker Payudara

1. Non-invasif a. Karsinoma duktus in situ

b. Karsinoma lobulus in situ

2. Invasif a. Karsinoma invasif duktal

b. Karsinoma invasif duktal dengan kompenen intraduktal yang

predominant

c. Karsinoma invasif lobular

d. Karsinoma mucinous

e. Karsinoma medullary

f. Karsinoma papillary g. Karsinoma tubular

h. Karsinoma adenoid cystic

i. Karsinoma sekretori (juvenille)

(8)

k. Karsinoma dengan metaplasia :

 Tipe squamous  Tipe spindle-cell

 Tipe cartilaginous dan osseous Mixed type

Lain-lain

3. Paget’s desease of the nipple

Sumber : Robbins, 2007

3. Sistem penentuan stadium yang tersering digunakan yang telah dirancang

oleh American Joint Comittee on Cancer Staging dan Internasional Union

Against Cancer sebagai berikut :

 Stadium 0 : Karsinoma duktus in situ (DCIS) termasuk penyakit

Paget pada puting payudara dan karsinoma lobulus in situ (LCIS).

 Stadium I : Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang

serta kelenjar getah bening negatif.

 Stadium IIA : Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang

disertai metastasis ke kelenjar – kelenjar getah bening atau

karsinoma invasif lebih dari 2 cm, tetapi kurang dari 5 cm dengan

kelenjar getah bening negatif.

 Stadium IIB : Karsinoma invasif berukuran garis tengah lebih dari 2 cm, tetapi kurang dari 5 cm dengan kelenjar – kelenjar getah bening

positif atau karsinoma invasif beukuran lebih dari 5 cm tanpa

keterlibatan kelenjar – kelenjar getah bening.

 Stadium IIIA : Karsinoma invasif ukuran berapapun dengan

kelenjar getah bening terfiksasi (yaitu invasi ekstranodus yang

meluas diantara kelenjar getah bening atau menginvasi ke dalam

struktur lain) atau karsinoma berukuran garis tengah lebih dari 5 cm

dengan metastasis kelenjar getah bening nonfiksasi.

 Stadium IIIB : karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi

(9)

nodus kulit satelit atau setiap karsinoma dengan metastasis ke

kelenjar – kelenjar getah bening mamaria interna ipsilateral.

 Stadium IV : Metastasis ke tempat jauh (Robbins, 2007).

4. Klasifikasi TNM Kanker Payudara Berdasarkan American Joint Comittee

on Cancer Staging Manual, 6th Edition.

Tabel 2.3 Stadium Kanker Payudara

TUMOR PRIMER (T)

TX Ukuran tumor primer tidak dapat di perkirakan

T0 Tidak di temukan adanya tumor primer

Tis Karsinoma insitu

Tis (DCIS) Ductal Carsinoma Insitu

Tis (LCIS) Labular Carsinoma Insitu

Tis (paget) Penyakit paget di nipple tanpa di temukan tumor

T1 Ukuran tumor < 2 cm

T1mic Mikroinvasif < 0,1 cm

T1a Tumor > 0,1 - < 0,5 cm

T1b Tumor > 0,5 cm - < 1 cm

T1c Tumor > 1 cm - < 2 cm

T2 Tumor > 2 cm - < 5 cm

T3 Tumor > 5 cm

T4 Tumor dengan segala ukuran disertai dengan adanya

perlengketan pada dinding thoraks atau kulit

T4a Melekat pada dinding dada, tidak termasuk musculus

pectoralis major

T4b Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi pada kulit,

atau adanya nodul satelit pada payudara.

T4c Gabungan antara T4a dan T4b

(10)

KELENJAR LIMFE REGIONAL (N)

NX Kelenjar limfe regional tidak di dapatkan

N0 Tidak ada metastase ke kelenjar limfe

N1 Metastasis pada kelenjar limfe aksila

N2 Ada metastasis nodul ke kelenjar limfe aksila dan sudah

terjadi perlengketan satu sama lain atau ke jaringan

sekitarnya

N2a Ada metastase nodul ke kelenjar limfe aksila dan sudah

terjadi perlekatan antara satu nodul dengan nodul lainnya

N2b Ada metastase nodul ke kelenjar limfe aksila dan sudah

terjadi perlekatan nodul ke jaringan disekitarnya

N3 Ada metastase ke kelenjar limfe infra dan supraklavikular

dengan atau tanpa disertai metastase ke kelenjar limfe

aksila ataupun mammary internal

N3a Metastase ke kelenjar limfe infraklavikular

N3b Metastase ke kelejar limfe aksila dan mammary internal

N3c Metastase ke kelenjar limfe supraklavikular

METASTASE JAUH (M)

Mx Metastasis jauh tidak didapatkan

M0 Tidak ada bukti adanya metastasis

M1 Didapatkan metastasis yang telah mencapai organ

Sumber: (Rasjidi et al, 2009)

2.3.5. Diagnosis

Diagnosis dari kanker payudara dapat ditegakkan dari hasil anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan.

a. Anamnesis

Pada anamnesis ditanyakan keluhan di payudara atau daerah aksila dan

riwayat penyakitnya. Keluhan dapat berupa adanya benjolan, rasa nyeri, nipple

(11)

seperti kulit jeruk, ulserasi, dan perubahan warna kulit. Selain itu juga ditanyakan

apakah terdapat penyebaran pada regio kelenjar limfe, seperti timbulnya benjolan

di aksila, dan adanya benjolan di leher ataupun tempat lain. Adanya gejala

metastase juga ditanyakan, seperti sesak napas atau batuk yang tidak sembuh

meskipun sudah diobati, dan nyeri pada tulang belakang, serta rasa penuh di ulu

hati. Riwayat penyakit yang pernah diderita pasien, serta obat-obat yang

digunakan dan jenis pengobatan yang didapat, serta faktor resiko kanker payudara

pada pasien juga ditanyakan dalam anamnesis (Gleadle, 2007).

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi dan palpasi. Pada inspeksi dilakukan

pengamatan ukuran dan bentuk kedua payudara pasien, serta kelainan pada kulit,

antara lain : benjolan, perubahan warna kulit (eritema), tarikan pada kulit (skin

dimpling), luka/ulkus, gambaran kulit jeruk (peau de orange), nodul satelit,

kelainan pada areola dan puting, seperti puting susu tertarik (nipple retraction),

eksema dan keluar cairan dari puting. Ada atau tidaknya benjolan pada aksila atau

tanda-tanda radang serta benjolan infra dan supraklavikula juga diperhatikan

(Gleadle, 2007).

Pada palpasi dilakukan perabaan dengan menggunakan kedua tangan

bagian polar distal jari 2, 3, dan 4, dimana penderita dalam posisi berbaring

dengan pundak diganjal bantal kecil dan lengan di atas kepala. Palpasi harus

mencakup 5 regio, terutama daerah lateral atas dan subareola, karena merupakan

tempat lesi tersering. Cara melakukan palpasi ada 3 cara, yaitu sirkular, radier dan

dilakukan dari pinggir payudara menuju ke areola dan meraba seluruh bagian

payudara bertahap. Hal yang harus diamati bila didapati benjolan adalah

konsistensi (keras, kenyal, lunak/fluktuasi), permukaan (licin rata,

berbenjol-benjol), mobilitas (dapat digerakkan, terfiksir jaringan sekitarnya), batas (tegas

atau tidak tegas), nyeri (ada atau tidak ada), dan ukuran (Gleadle, 2007).

Pada saat palpasi daerah subareola amati apakah ada keluar sekret dari

puting payudara dan perhatikan warna, bau, serta kekentalan sekret tersebut.

Sekret yang keluar dari puting payudara dapat berupa air susu, cairan jernih,

(12)

apakah pada saat yang bersamaan dengan benjolan pada payudara didapati juga

benjolan pada kelenjar getah bening aksila yang merupakan tempat penyebaran

limfogen kanker payudara. Begitu juga dengan palpasi pada infra dan

supraklavikula (Gleadle, 2007).

Payudara dibagi menjadi lima regio, yaitu:

Gambar 2.3 Kwadran Letak Kanker Payudara

Keterangan :

I. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant) merupakan daerah

paling banyak tersering kanker

II. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)

III. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)

IV. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)

V. Regio puting susu ( nipple)

Sumber: Berman et al, 2009

c. Pemeriksaan Tambahan :

- Ultrasonografi (USG)

- Mammografi

- Biopsi aspirasi jarum halus (bajah)

- Magnetic Resonance Imaging (MRI)

d. Pemeriksaan Laboratorium dan Histopatologik

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa pemeriksaan darah rutin

dan kimia darah yang sesuai dengan perkiraan metastase. Pemeriksaan

reseptor ER dan PR juga perlu dilakukan. Pemeriksaan tumor marker juga

(13)

Jika pada pemeriksaan-pemeriksaan tersebut di atas di jumpai adanya

kelainan, baik berupa benjolan atau gambaran radiologi yang abnormal, maka

perlu dilakukan biopsi untuk mendapatkan contoh jaringan yang akan

diperiksa di bawah mikroskop dan dipastikan ada atau tidaknya sel kanker.

2.3.6. Skrining dan Deteksi Dini

Upaya diagnosis dini dengan melakukan berbagai jenis pemeriksaan

payudara:

1. Periksa Payudara Sendiri (SADARI)

Bentuk payudara biasanya berubah-ubah. Sebelum memasuki masa

menstruasi, biasanya payudara terasa membesar, lunak, atau ada

benjolan dan kembali normal ketika masa menstruasi selesai. Yang

terpenting adalah mengenali perubahan mana yang biasa terjadi dan

mana yang tidak. Perlu diingat bahwa tujuan dari pemeriksaaan

payudara sendiri (SADARI) secara rutin adalah untuk merasakan dan

mengenal lekuk-lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan dapat

segera diketahui.

Waktu terbaik untuk memeriksa payudara adalah 7 sampai 10 hari

setelah menstruasi selesai. Pada saat itu, payudara terasa lunak.

Pemeriksaaan tidak tepat dilakukan pada menjelang dan sewaktu

menstruasi. SADARI hendaknya dilakukan sendiri dengan penuh

disiplin tiap bulan.

Cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI):

a. Posisi berdiri

Berdiri di depan cermin, relaks, tangan di pinggang, lihat keadaan

umum payudara, dalam hal besar, kedudukan, bentuk, warna kulit,

dan perubahan lain dari keadaan normal atau tidak ada sebelumnya.

b. Posisi berdiri

Posisi berdiri di depan cermin, angkat kedua lengan keatas,

perhatikan perubahan yang terjadi pada payudara, dibandingkan

(14)

biasanya. Secara khusus perhatikan adanya kemungkinan tanda-

tanda penarikan atau ketegangan kulit.

c. Posisi berdiri

Lakukan pemeriksaan fisik payudara dengan tangan. Bandingkan

dengan waktu berbaring sebelumnya, dengan segala kemungkinan

benjolan yang ditemukan. Sediakan waktu hanya lima menit, sekali

sebulan untuk SADARI.

d. Posisi berbaring

Lakukan pemeriksaan fisik payudara dengan memakai tangan,

yaitu dengan perabaan dengan memakai ujung-ujung jari tangan,

dari batas luar payudara hingga kearah puting. Periksa secara

seksama terhadap segala kemungkinan adanya benjolan kecil.

(Bustan, 2007).

Sumber: http://visualsonline.cancer.gov

Gambar 2.4 Pemeriksaan Payudara Sendiri Pada Posisi Berdiri

Sumber: http://visualsonline.cancer.gov

(15)

Untuk mendapatkan secara dini adanya kelainan payudara perlu

pemeriksaan yang tepat baik waktu maupun teknik pemeriksaannya.

Sebagai pedoman dapat dipakai berikut ini:

a. Mulai umur 20 tahun: Pemeriksaan SADARI tiap bulan

b. Umur 20-40 tahun: CBE setiap 3 tahun dan mamografi awal (usia

35-40 tahun)

c. Usia 40-50 tahun: Mamografi tiap 1-2 tahun, CBE setiap tahun

(tentang riwayat kesehatan dan anjuran dokter)

d. Usia lebih 50 tahun: Mamografi tahunan dan CBE tahunan

(Bustan, 2007).

2. Clinical Breast Examination (CBE)

Adalah pemeriksaan klinis oleh tenaga medis terlatih, dipakai untuk

mendeteksi kelainan-kelainan yang ada pada payudara dan untuk

mengevaluasi kanker payudara pada tahap dini. Untuk wanita dengan

usia rata-rata di bawah 40 tahun atau yang lebih muda, deteksi dini

lebih efektif menggunakan CBE (Rasjidi et al, 2009).

3. Pemeriksaan Ultrasonography (USG)

Apabila pada pmeriksaan CBE terdapat benjolan dibutuhkan

pemeriksaan lanjutan dengan USG ataupun mammografi. USG

dilakukan terutama untuk membutikan adanya massa kistik dan

solid/padat yang mengarah pada keganasan, dan pada perempuan

dibawah usia 40 tahun (Rasjidi et al, 2009).

4. Mammografi

Mammografi adalah pemeriksaan sinar-X pada payudara. Skrining

mammografi digunakan untuk mencari penyakit atau kelainan pada

payudara perempuan yang tidak memiliki gejala-gejala (asimtomatik).

Mammografi dapat mendeteksi tumor radius 0,5 cm yang masih belum

dapat teraba dengan tangan dan mamografi sangat bermanfaat dalam

menemukan lesi berukuran sangat kecil, sampai 2 mm, yang tidak

teraba dalam pemeriksaan klinis (biasanya berukuran dibawah 1cm).

(16)

mamografi setiap 2-3 tahun sekali pada perempuan berusia di atas

35-50 tahun, dan setiap satu tahun atau dua tahun pada wanita berusia

diatas 50 tahun. Pemerikasaan dasar ini akan memberikan data awal

jaringan payudara wanita (Bustan, 2007).

Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan secara berkala setiap tahun

pada perempuan diatas 40 tahun dan dilakukan pada perempuan yang

bergejala dan pada perempuan yang tidak bergejala (opportunistic

screening dan organized screening)(Rasjidi et al, 2009).

5. Biopsi aspirasi jarum halus (bajah)

Dilakukan ketika lesi dideteksi melalui mammografi atau palpasi.

Setelah suntikan anestetik lokal (jika digunakan), jarum yang halus

pada ujung spuit diarahkan ketempat pengambilan sampel. Kemudian

spuit digunakan untuk mengambil jaringan atau cairan. Bahan

sitologik ini diusapkan di atas preparat kaca dan dikirim ke

laboratorium untuk dilakukan analisis (Smeltzer, 2001).

Pemeriksaan Bajah dilakukan atas indikasi:

- Untuk diagnosis preoperatif, dugaan maligna yang operable

- Untuk diagnosis konfirmatif

- Untuk kultur mikrobiologik

- Untuk morfologi sel tumor dan hormonal dependen (estrogen

receptor dan progesteron receptor) (Bustan, 2007).

6. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI merupakan instrument yang sensitif untuk deteksi kanker

payudara, karena itu MRI sangat baik untuk deteksi local reccurence

pasca Breast Conserving Treatment (BCT) atau augmentasi payudara

dengan implant, deteksi multifocal cancer dan sebagai tambahan

terhadap mamografi pada kasus tertentu. MRI sangat berguna dalam

skrining pasien usia muda dengan densitas payudara yang padat yang

memiliki resiko kanker payudara yang sangat tinggi. Sensitivitas MRI

(17)

dan waktu pemeriksaan yang lama oleh karena itu MRI belum jadi

prosedur rutin (Bustan, 2007).

2.3.7. Penatalaksaan Medis

Pengobatan kanker payudara dapat digolongkan ke dalam dua kelompok

besar berdasarkan cara bekerja dan waktu digunakan. Pengobatan kanker ada dua

jenis, yaitu pengobatan lokal dan pengobatan sistemik. Pengobatan lokal

digunakan untuk mengobati tumor tanpa mempengaruhi bagian tubuh lainnya.

Contohnya, operasi (pembedahan) dan radioterapi. Pengobatan sistemik

merupakan pengobatan yang diberikan dalam aliran darah atau melalui mulut dan

bergerak ke seluruh tubuh untuk mencapai sel-sel kanker yang mungkin telah

menyebar ke luar payudara. Contoh pengobatan sistemik diantaranya kemoterapi,

terapi hormon, dan target terapi (Cancers Reaserch UK, 2010).

2.3.7.1. Operasi

Operasi atau pembedahan merupakan modalitas utama untuk

penatalaksanaan kanker payudara. Berbagai jenis operasi pada kanker payudara

adalah Classic Radical Mastectomy (CRM), Modified Radical Mastectomy

(MRM), Skin Sparing Mastectomy (SSM), Nipple Sparing Mastectomy (NSP),

dan Breast Conserving Treatment (BCT). Jenis-jenis ini memiliki indikasi dan

keuntungan serta kerugian yang berbeda-beda.

a. Classic Radical Mastectomy (CRM)

CRM adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara

beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas tumor, otot

pektoralis mayor dan minor serta diseksi aksila level I-III. Operasi

ini dilakukan bila ada infiltrasi tumor ke fasia atau otot pektoral

tanpa ada metastasis jauh. Jenis operasi ini mulai ditinggalkan

karena morbiditas tinggi sementara nilai kuratifitas sebanding

dengan MRM.

b. Modified Radical Mastectomy (MRM)

MRM adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara

(18)

faksia pektoral serta diseksi I-II. Operasi ini dilakukan pada

kanker payudara stadium dini dan lokal lanjut. Merupakan jenis

operasi yang banyak dilakukan. Kuratifitas sebanding dengan

CRM.

c. Skin Sparing Mastectomy (SSM)

SSM adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara

beserta tumor dan nipple aerola kompleks dengan

mempertahankan kulit sebanyak mungkin serta diseksi aksila

level I-II. Operasi ini harus disertai rekonstruksi payudara secara

langsung yang umumnya adalah TRAM flap (transverse rektus

abdominis musculotaneus flap), LD flap (latissimus dorsi flap)

atau implant (silikon). Dilakukan pada tumor stadium dini dengan

jarak tumor ke kulit jauh (>2 cm) atau stadium dini yang tidak

memenuhi syarat untuk BCT.

d. Nipple Sparing Mastectomy (NSP)

NSP adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara

beserta tumor dengan mempertahankan nipple areola kompleks

dan kulit serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini, juga harus

disertai rekonstruksi payudara secara langsung yang umumnya

adalah TRAM flap (transverse rektus abdominis musculotaneus

flap), LD flap (latissimus dorsi flap) atau implant (silikon).

Dilakukan pada tumor stadium dini dengan ukuran 2 cm atau

kurang, lokasi perifer, secara klinis NAC tidak terlibat, kelenjar

getah bening N0, hispatologi baik, dan potongan beku sub areola:

bebas tumor.

e. Breast Conserving Treatment (BCT)

BCT adalah terapi yang komponennya terdiri dari lumpektomi

atau segmentektomi atau kuadrantektomi dan diseksi aksila serta

radioterapi. Jika terdapat fasilitas, lymphatic mapping dengan

Sentinel Lymph Node Biopsi (SLNB) dapat dilakukan untuk

menggantikan diseksi aksila. Terapi ini memberikan survival

(19)

tiga syarat yang harus terpenuhi dalam pemilihan jenis terapi ini

yakni tepi sayatan bebas tumor (dibuktikan dengan potong beku),

radioterapi dapat dilakukan dan kosmetik bisa diterima (Suryanto

et al, 2010).

2.3.7.2. Kemoterapi

Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk

mengahancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan menghambat atau

mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Obat sitostatika dibawa melalui aliran

darah atau diberikan langsung ke dalam tumor, jarang menembus blood-brain

barrier sehingga obat ini sulit mencapai sistem syaraf pusat (Suryanto et al,

2010).

Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada

penyebaran sistemik, dan sebagai terapi ajuvan (tambahan). Kemoterapi ajuvan

diberikan diberikan kepada pasien yang pada pemeriksaan histopatologik pasca

bedah mastektomi ditemukan metastasis disebuah atau beberapa kelenjar

(Sjamsuhidajat et al, 2005). Kemoterapi ajuvan bertujuan untuk membantu

mencegah kekambuhan kanker. Biasanya akan diberikan lebih dari satu jenis obat

selama dilakukan kemoterapi ajuvan. Contoh kombinasi obat kemoterapi yang

diberikan adalah CMF (cyclophosphmide, methotrexate, dan 5-Fluorourasil), FAC

(5-Fluorourasil, doxorubicin, dan cyclophosphmide), TAC (docetaxel.

Doxorubicin, dan cyclophosphmide), GT (gemcitabine dan paclitaxel) (Cancer

helps reaserch UK, 2012).

2.3.7.3. Radioterapi

Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan sebagai terapi

kuratif dengan mempertahankan mamma, dan sebagai terapi tambahan atau terapi

paliatif. Radioterapi kuratif sebagai terapi tunggal lokoregional tidak begitu

efektif, tetapi sebagai terapi tambahan untuk tujuan kuratif pada tumor yang relatif

besar berguna. Radioterapi biasanya diberikan setelah operasi pembedahan lokal

dan dapat diberikan setelah mastectomy untuk membunuh sel-sel kanker yang

(20)

getah bening di dekatnya. Radioterapi paliatif dapat dilakukan dengan hasil baik

untuk waktu terbatas bila kanker sudah tak mampu angkat secara lokal

(Sjamsuhidajat et al, 2005).

2.3.7.4. Terapi Hormon

Terapi hormon adalah terapi kanker yang umum digunakan bagi pasien

yang memiliki reseptor hormon positif. Tidak efektif digunakan sebagai

pengobatan sel-sel kanker yang memiliki reseptor hormon negatif. Penggunaan

obat pada terapi hormon ditujukan untuk menggangu aktivitas hormon atau

menghentikan produksi hormon. Terapi hormon juga dapat melibatkan

pengangkatan kelenjar yang menghasilkan hormon.

Terapi hormon dapat diberikan sebelum atau setelah pengobatan

primer. Terapi hormon yang diberikan sebelum pengobatan primer bertujuan

untuk membunuh sel-sel kaker dan membantu efektivitas terapi primer. Sementara

terapi hormon yang diberikan setelah pengobatan primer bertujuan untuk

meningkatkan kemungkinan sembuh. Pada dasarnya ada tiga jenis golongan

obat-obatan terapi hormon yang umum digunakan untuk mengobati kanker payudara,

antaralain: Aromatase Inhibitor yaitu obat-obatan yang berfungsi mencegah tubuh

menghasilkan hormon estrogen; SERMs (Selective Estrogen Receptor

Modulators) yaitu obat-obatan yang menghambat aktivitas hormon estrogen di

dalam tubuh; dan ERDs (Estrogen Receptor Downregulators) (Cancer reaserch

Gambar

Gambar 2.1 Anatomi Payudara Normal
Gambar 2.2 Sistem Limfatik Payudara
Tabel 2.1 : Faktor Risiko Kanker Payudara
Tabel 2.2: Histologi Kanker Payudara
+3

Referensi

Dokumen terkait

Bagilah lingkaran menjadi 16 juring sama besar 2.. Potonglah

(2009) Sintesis dibenzil tereftalat melalui depolimerisasi plastik (polietilena tereftalat) sebagai alternatif daur ulang plastik bekas2. (2010) Studi Perilaku Penggembungan

Dengan membawa semua dokumen asli yang di Upload pada tahap pemasukan dokumen penawaran dan 1 Rangkap Salinan Dokumen, serta dokumen-dokumen lain yang1. dipersyaratkan

KEMENTERIAN AGA KANTOR KOTA PROBO IA PEMBANGUNAN GEDUNG K KOTA

Hasil degradasi dimurnikan dengan rekristalisasi dalam metanol dan kemudian titik leleh, spektra FTIR, RMN 1 H, dan pemisahan secara TLC ditentukan. Hasil penentuan menunjukkan

Surat undangan ini disamping dikirimkan melalui e-mail juga akan ditempatkan dalam pojok berita website LPSE Provinsi Jawa Tengah, oleh karenanya Pokja 3 ULP Provinsi

Pati Teroksidasi telah disintesis melalui reaksi oksidasi antara pati buah sukun ( Artocarpus altilis ) dan Natrium Hipoklorit dengan variasi konsentrari Natrium hipoklorit 9 ,

Pengembangan penelitian secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 2 yang mengilustra- sikan sistem penyelenggaraan jalan tol yang terdiri dari tiga elemen untuk