• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH POLITIK HUKUM TERHADAP HUKUM PE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH POLITIK HUKUM TERHADAP HUKUM PE"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH POLITIK HUKUM TERHADAP HUKUM

PERBANKAN KHUSUSNYA DALAM BIDANG KREDIT DI

INDONESIA

Oleh:

IRMAWANTI NUGRAHA

110620170002 - Kelas A

Dosen:

Prof. Dr. H. Rukmana Amanwinata, S.H., M.H.

Dr. Hernadi Affandi, S.H., LL.M.

Diajukan sebagai Paper guna memperoleh nilai Ujian Tengah Semester Ganjil Mata Kuliah Politik Hukum

PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

(2)

i DAFTAR ISI

BAB I –PENDAHULUAN ………..1

A. Latar Belakang ………....1

B. Identifikasi Masalah ………3

BAB II –PEMBAHASAN ………4

BAB III –PENUTUP ………..14

A. Kesimpulan ………...14

B. Rekomendasi ……….14

DAFTAR PUSTAKA ………...16

(3)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara, Indonesia memiliki konstitusi yang memuat seluruh dasar sistem hukum yaitu

Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan negara Indonesia pun tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni pada alinea ke empat. Untuk mencapai tujuan negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut, maka diperlukan sarana yang digunakan oleh Pemerintah untuk menciptakan sistem hukum nasional yang dikehendaki. Sarana yang dimaksud yaitu Politik Hukum. 1

Indonesia merupakan masyarakat yang plural serta mengkendaki masyarakat yang seimbang, maka tiap masalah dan kebijaksanaan hukum perlu diteliti terlebh dahulu.2 Dalam perspektif Hukum Nasional bidang hukum perbankan pun menjadi bidang yang penting untuk dilakukan pengembangan terhadapnya.3 Hal tersebut dikarenakan bidang hukum perbankan akan menunjang perekonomian negara dan lebih lanjut perekonomian suatu negara akan menentukan keberlangsungan dari suatu negara itu sendiri.

Dalam kehidupan bernegara tentulah kita membutuhkan kehadiran dunia perbankan. Kehadiran perbankan salah satunya berguna untuk menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dan menyalurkannya kembali ke masyarakat melalui pranata hukum perkreditan.4 Selain itu kegiatan perbankan pun sangat

1

Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari, Dasar-dasar Politik Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 30.

2

C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Bandung: Alumni, 1991, hlm. 22.

3 C.F.G. Sunaryati Hartono,

Ibid, hlm. 22-24.

4

(4)

2 penting dalam pembangunan perekonomian suatu negara.5 Dengan terbangunnya perekonomian maka diharapkan akan tercipta kesejahteraan yang dicita-citakan di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Dunia perbankan di Indonesia berada dibawah payung Hukum Perbankan Indonesia. Dimana seluruh kegiatan perbankan di Indonesia harus patuh dan tunduk pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Yang

mana Undang-Undang tersebut berasal dari Undang-Undang Dasar juga.

Selain pluralistik, masyarakat Indonesia juga masyarakat yang dinamis. Kedinamisannya tersebut berupa banyaknya sekarang masyarakat yang mencari nafkah dengan usahanya sendiri secara mandiri. Usaha yang dimaksud bisa berupa usaha dalam skala makro, mikro, maupun usaha dalam skala kecil. Namun dalam melaksanakan usahanya tersebut masyarkt seringkali terbentur dengan modal, sehingga memerlukan pinjaman berupa kredit.

Karena merupakan masyarakat yang dinamis maka dalam dunia perbankan pun membutuhkan hukum yang mengikuti perkembangan masyarakatnya. Dan sebagaimana disebutkan dimuka bahwa untuk sampai pada tujuan yang dicita-citakan, berupa kesejahteraan itu, dibutuhkan kehadiran politik hukum. Sehingga muncul pertanyaan bagaimana politik hukum mempengaruhi hukum perbankan, khususnya dalam bidang kredit di Indonesia? Dalam kaitannya untuk membentuk hukum guna menaungi kegiatan perbankan di Indonesia yang semakin dinamis. Lalu muncul pula pertanyaan selanjutnya yaitu, apa dampak yang diperoleh dengan pengaruh politik hukum terhadap hukum perbankan di Indonesia? Maka sesuai dengan uraian tersebut akan dilakukan penelitian dengan Judul:

PENGARUH POLITIK HUKUM TERHADAP HUKUM PERBANKAN

KHUSUSNYA DALAM BIDANG KREDIT DI INDONESIA

5 Etty Mulyati, Kredit Perbankan – Aspek Hukum dan Pengembangan Usaha Mikro Kecil dalam

(5)

3

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah yang dapat diambil dari latar belakang tersebut yaitu:

1. Bagaimana politik hukum mempengaruhi hukum perbankan, khususnya dalam bidang kredit di Indonesia?

2. Apa dampak yang diperoleh dengan pengaruh politik hukum terhadap

(6)

4 BAB II

PEMBAHASAN

Politik hukum secara etimologis merupakan terjemahan dari Bahasa Belanda yaitu Rechtspolitiek. Yang terdiri dari dua kata yaitu recht dan politiek.6 Kata recht dalam bahasa Indonesia berarti hukum. Kata politiek mengandung arti

beleid, yang dalam bahasa Indonesia beleid memiliki arti kebijakan.7 Sehingga memiliki arti bahwa politik hukum adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak dalam bidang hukum.8

Menurut Satjipto Rahardjo, hukum bukanlah suatu lembaga yang sama sekali otonom, melainkan berada pada kedudukan yang kait-mengkait dengan sektor-sektor kehidupan lain dalam masyarakat. Hukum harus senantiasa melakukan penyesuaian terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh masyarakatnya, dengan demikian hukum mempunyai dinamika. Sehingga menurut Satjipto Rahardjo politik hukum merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya dinamika tersebut, karena ia diarahkan kepada iure constituendo, hukum yang seharusnya berlaku.9 Menurutnya terdapat beberapa pertanyaan mendasar yang muncul dari politik hukum, yaitu; Pertama, tujuan apa yang hendak dicapai dengan sistem hukum yang ada; Kedua, cara-cara apakah dan yang manakah yang paling baik untuk bisa dipakai mencapai tujuan tersebut;

Ketiga, kapankah waktunya hukum itu perlu diubah dan melalui cara-cara bagaimana perubahan itu sebaiknya dilakukan; dan Keempat, dapatkah dirumuskan suatu pola yang mapan yang bisa memutuskan kita dalam proses

6 Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari,

Op.Cit., hlm. 19.

7

Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari, Ibid, hlm. 21.

8

Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari, Ibid, hlm. 22.

9 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum – Cetakan Keenam 2006, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006, hlm.

(7)

5 pemilihan tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.10 Politik hukum setidaknya mencakup tiga hal, yaitu:11

1. Kebijakan negara (garis resmi tentang hukum yang akan diberlakukan atau tidak diberlakukan dalam rangka pencapaian tujuan negara.

2. Latar belakang politik, ekonomi, sosial, budaya atas lahirnya produk hukum. 3. Penegakan hukum di dalam kenyataan lapangan

Menurut Mochtar Kusumaatmadja dan B. Arief Sidharta dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Hukum, politik hukum merupakan penerapan praktis dari konsep-konsep sistem hukum untuk mencapai tujuan politik yang menggunakan konsep-konsep sistem hukum. Politik hukum nasional mencakup politik hukum, perundang-undangan, penerapan, dan penegakannya. Lebih lanjut dalam arti luas, politik hukum juga mencakup mengenai kebijakan atau politik pembangunan atau pembinaan hukum nasional.12

Sedangkan Sunaryati Hartono tidak menjelaskan secara eksplisit apa itu politik hukum. Dalam pandangannya politik hukum merupakan sarana yang digunakan oleh Pemerintah untuk menciptakan sistem hukum nasional yang dikehendaki dan dengan sistem hukum nasional itu akan diwujudkan cita-cita bangsa Indonesia.13 Menurutnya, politik hukum yang digunakan di Indonesia tidak akan menggunakan cara-cara kapitalis, komunis, maupun fanatic religious, apalagi karena komunis sendiri di Soviet Rusia.14 Yang menjadi tujuan atau cita-cita sendiri yatu tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang menyatakan bahwa tujuan dari pembentukan Negara Republik Indonesia adalah:

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. 2. Memajukan kesejahteraan umum.

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.

10

Satjipto Rahardjo, Ibid, hlm. 358-359.

11 Moh. Mahfud MD,

Politik Hukum di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, hlm. 4.

12

Mochtar Kusumaatmadja dan B. Arief Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum –Suatu Pengenalan

Pertama Ruang Lingkup Berlakunya Ilmu Hukum –Buku I, Bandung: Alumni, 2009, hlm. 126.

13 Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari,

Op.Cit., hlm. 30.

14

(8)

6 4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Yang mana kesemua tujuan itu harus dicapai dengan berdasarkan pada filsafah Pancasila.15 Sunaryati Hartono dalam bukunya yang berjudul Politik Hukum

Menuju Satu Sistem Hukum Nasional juga menyebutkan bahwa bangsa Indonesia

itu menginginkan masyarakat yang adil dan makmur secara merata yang ditempuh dengan cara-cara yang sewajarnya dan berkeprimanusiaan, sehingga sampailah

pada keselarasan, keserasian, dan juga ketentraman di Indonesia.16

Menurut Padmo Wahjono, politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara yang bersifat mendasar dalam menentukan arah, bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk dan tentang apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu. Dalam hal ini, kebijakan tersebut dapat berkaitan dengan pembentukan hukum, penerapan hukum, dan juga penegakannya. Politik hukum menurutnya, berkaitan dengan hukum yang berlaku di masa mendatang atau disebut juga ius constituendum.17

Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai politik hukum maka dapat diambil simpulan bahwa ada cita-cita yang ingin dicapai oleh suatu negara. Dan untuk sampai pada cita-cita tersebut maka dapat diperoleh dengan pemberlakuan hukum. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mahfud MD dalam bukunya yang berjudul Politik Hukum di

Indonesia. Dalam bukunya dijabarkan bahwa,18

“…negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya untuk

mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya melalui pemberlakuan atau penidakberlakuan hukum-hukum sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh

masyarakat dan negara kita.”

17 Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari,

Op. Cit., hlm. 26.

18

(9)

7 Dalam merumuskan dan menetapkan hukum yang akan dilakukan, politik hukum akan menyerahkan otoritas legislasi pada penyelenggara negara. Hal tersebut dilakukan dengan tetap memperhatikan nilai-nilai yang hadir di masyarakat. Dan keseluruhannya diarahkan guna mencapai tujuan yang dicita-citakan.19

Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memiliki politik hukum yang akan berbeda dengan bangsa lain. Politik hukum nasional merupakan kebijakan dasar negara Republik Indonesia dalam bidang hukum yang akan,

sedang dan telah berlaku, yang bersumber dari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara Republik Indonesia yang dicita-citakan.20 Tujuan dari politik hukum nasional sendiri meliputi dua aspek yang saling berkaitan, yaitu:21

1. Sebagai suatu alat (tool) atau sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk menciptakan suatu sistem hukum nasional yang dikehendaki; dan

2. Dengan sistem hukum nasional itu akan diwujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang lebih besar.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ditopang oleh sektor ekonomi, untuk itu perlu adanya pembangunan di bidang ekonomi. Dalam proses pembangunan ekonomi tersebut kegiatan perbankan merupakan salah satu unsur penting. Lembaga keuangan perbankan memiliki peran yang penting dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara.22 Hal tersebut dikarenakan hadirnya perbankan salah satunya berguna untuk menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dan menyalurkannya kembali ke masyarakat melalui pranata hukum perkreditan.23 Selain itu, lembaga perbankan sebagai sumber utama pembiayaan berkewajiban memfasilitasi perkembangan ekonomi pasar.

19

Frans Magnis Suseno, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Dasar Kenegaraan Modern, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994, hlm. 310-314.

(10)

8 Lembaga perbankan dituntut untuk mampu berperan sebagai agent of development dalam usaha mencari tujuan nasional.24

Dunia perbankan di Indonesia berada dibawah payung Hukum Perbankan Indonesia. Dimana seluruh kegiatan perbankan di Indonesia harus patuh dan tunduk pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Kegiatan perbankan sendiri menurut undang-undang tersebut tercantum dalam

Pasal 1 angka 1 yaitu segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.25 Sampai terbentuknya undang-undang tersebut, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain;26

1. Perjanjian

Perjanjian dapat dianggap bagi para pihak sebagai suatu undang-undang yang materinya sangat konkret. Dalam perkembangannya, materi yang biasa diperjanjikan menjadi hukum yang dipakai luas sebagai hukum objektif. Seperti halnya kredit, pada awalnya kredit tidaklah memerlukan jaminan hanya berdasar pada kepercayaan saja. Sampai akhirnya dalam Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Perbankan Tahun 1967 menysratkan bahwa bank umum tidak boleh memberikan kredit kepada siapapun tanpa adanya jaminan.

2. Yurisprudensi

Meski Indonesia bukan negara common law yang mendasarkan diri pada yurisprudensi, namun yurisprudensi tetap diterima sebagai salah satu sumber hukum atau faktor pembentuk hukum. Terhadap yurisprudensi tersebut dapat menjadi terbentuk hukum objektif. Contoh-contoh

24 Etty Mulyati,

Op.Cit., hlm. 21.

25

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

26 Muhamad Djumhana,

(11)

9 keputusan pengadilan yang mempengaruhi keberadaan Undang-Undang Perbankan antara lain:

a. Putusan Mahkamah Agung tertanggal 1 September 1971;

Dalam perkara antara Lao Diang Sang melawan Bank IIndonesia, menetapkan bahwa hanya benda-benda bergerak yang dapat difidusiakan sehingga fidusia bagi barang-barang tidak bergerak

adalah tidak sah dan batal demi hukum

b. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 1042 K/Pdt/1987;

Yang dalah satu isinya menyebutkan bahwa tanggung jawab terhadap ongkos pengacara dalam perjanjian kredit (untuk penagihan kredit) adalah menjadi tanggung jawab bank.

3. Doktrin

Dalam pengaturan perbankan, tidak akan terlepas dari pendapat para ahli di luar bidang hukum. Agar hukum dapat memainkan peranannya dalam kegiatan perbankan, para ahli hukum harus memahami dan mampu menangani berbagai persoalan yang menjadi inti aktivitas tersebut.

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang dinamis. Karena merupakan masyarakat yang dinamis maka dalam dunia perbankan pun membutuhkan hukum yang mengikuti perkembangan masyarakatnya. Oleh karenanya benar adanya bahwa diperlukan adanya pembaruan hukum dalam hal ini khususnya di bidang perbankan. Proses pembentukan perundang-undangan haruslah menampung semua hal yang erat hubungannya dengan undang-undang tersebut.27

Masyarakat yang dinamis tersebut, guna mencapai kesejahteraan, masyarakat menggunakan lembaga kredit guna memodali usahanya. Djuhaendah

Hasan bahkan menyebutkan bahwa kebijaksanaan perkreditan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebijaksanaan pembangunan secara makro. Bagi kehidupan para pengusaha (pengusaha kecil maupun pengusaha besar) kredit merupakan urat nadi bagi pengembangan usahanya dalam upaya mendapat

27

(12)

10 tambahan modal.28 Di sisi lain, kredit memberikan manfaat yang sangat besar juga bagi perbankan. Hal tersebut karena kredit merupakan penyumbang terbesar bagi pendapatan usaha bank, yang dihasilkan melalui bunga dan provisi.29

Seiring perkembangan, jumlah pengusaha di usaha makro, mikro, dan kecil mengalami peningkatan dan hal itu sangat berperan dalam perkembangan ekonomi nasional. Melihat ke arah perkembangan tersebut, pemerintah kemudian memfasilitasi dengan penyediaan program bantuan melalui fasilitas perkreditan,

khususnya bagi pengusaha mikro dan kecil dengan berbagai kemudahan dalam persyaratan-persyaratan pengajuan kreditnya.30

Cita-cita Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satunya yaitu mewujudkan kesejahteraan umum dapat dilaksanakan dengan pembangunan nasional yang merata. Bukan hanya pada pembangunannya saja melainkan juga pada pemerataan hasil dari pembangunan itu sendiri.31 Artinya meski di suatu daerah di Indonesia masyarakatnya lebih maju dalam pembangunan (ditandai dengan banyaknya pengusaha baik mikro, kecil, maupun makro) namun seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke harus bisa menikmati hasil pembangunan tersebut.

Untuk sampai pada hal tersebut dapat ditempuh dengan pembaruan hukum, pembaruan hukum yang dimaksud yaitu pembangunan hukum dalam bidang hukum perbankan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sunaryati Hartono dalam bukunya yang berjudul Beberapa Masalah Transnasional dalam

PMA di Indonesia, bahwa hukum harus membuka jalan dan menyalurkan

kehendak dan kebutuhan masyarakat ke arah tujuan yang dikehendaki.32 Sunaryati Hartono dalam bukunya yang berjudul Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum

Nasional juga berpesan bahwa agar proses pembangunan suatu negara dapat

(13)

11 dipercepat maka diperlukan adanya pembentukan kaidah-kaidah hukum yang akan mendorong sikar warga masyarakat ke arah sikap yang lebih menunjang bagi pembangunan.33 Selain itu bidang hukum perbankan termasuk pada bidang hukum yang perlu diprioritaskan untuk dibenahi guna keserasian dan keseimbangan antara pihak ekonomi kuat dan ekonomi lemah, dengan tetap memperhatikan faktor stabilitas agar tidak terjadi kekacauan.34

Maka sejalan dengan hal tersebut selain pemerintah memfasilitasi

perkreditan dengan kemudahan pengajuan kredit, pemerintah pun melakukan apa yang menurut penulis berupa politik hukum perbankan. Politik hukum perbankan yang dimaksud yaitu dengan mulai memberlakukan peraturan perundang-undangan yang aplikatif yang mengakomodir kebutuhan masyarakat kini terkait pemberian kredit bagi para pengusaha baik itu pengusaha mikro, makro, maupun kecil. Peraturan perundang-undangan tersebut antara lain:35

1. Inpres Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

2. Memorandum of Understanding antara departemen teknis, perbankan dan lembaga penjamin yang ditandatangani pada tanggal 9 Oktober 2007. 3. Perpres Nomor 2 Tahun 2008 tanggal 26 Januari 2008 tentang Lembaga

Penjaminan.

4. Keputusan Menteri Koordinator Perekonomian Nomor Kep.05/M.Okon/01/2008 tentang Komite Kebijakan Penjamin Kredit/Kebijakan UMKM dan Koperasi.

5. Perjanjian Kerja Sama antara Bank Pelaksana dan Lembaga Jaminan. 6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas

Penjamin KUR berikut perubahannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.05/2009.

33

C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Bandung: Alumni, 1991, hlm. 11.

34 C.F.G. Sunaryati Hartono,

Ibid, hlm. 32.

35

(14)

12 7. Standar Operasional KUR sesuai dengan Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan Penjamin Kredit/Pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi Nomor Kep-14/D.I.MEkon/03/2009.

Pemerintah juga mengkonsentrasikan diri untuk mengupayakan pemberian bantuan kepada penusaha kecil36 sebagai golongan ekonomi lemah. Upaya yang dilakukan yaitu dengan pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK).37 Pemerintah memberikan kemungkinan bagi KUK untuk pemberian pinjaman sebesar Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tanpa agunan atau jaminan, jadi jaminannya hanya berupa jaminan pokok saja tanpa harus ada jaminan tambahan.38

Upaya pemerintah dengan pengaturan bahwa KUK dapat menerima pinjaman tanpa agunan merupakan hasil dari politik hukum bidang perbankan pula. Dimana terjadi penyesuaian peraturan perundang-undangan yang mengakomodir kebutuhan masyarakat guna tercapai cita-cita UUD 1945. Penulis katakan sebagai penyesuaian peraturan perundang-undangan karena, dalam buku Djuhaendah Hasan yang berjudul Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain yang Melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas

Pemisahan Horisontal, disebutkan bahwa UU Perbankan lama berdasarkan Pasal

24 UU Nomor 14 Tahun 1967, Bank Umum dilarang memberikan kredit tanpa jaminan.39 Sedangkan kini pemerintah sekarang memungkinkan untuk pemberian pinjaman kepada KUK sebesar Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tanpa agunan atau jaminan.

36

Berdasarkan Pasal 1 Surat Keputusan Menteri Keuangan 552/KMK.04/2000, yang dimaksud dengan pengusaha kecil adalah Pengusaha yang selama satu tahun buu melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp 360.000.000 (tiga ratus enam puluh juta rupiah), Jasa Kena Pajak dengan jumlah penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 180.000.000 (seratus delapan puluh juta rupiah).

(15)

13 Tentu saja untuk meminimalisir resiko (dengan memberikan pinjaman tanpa jaminan tambahan, menurut Penulis akan memperbesar resiko bagi pemberi pinjaman). Maka pemberi pinjaman harus tetap memperhatikan 4 unsur lainnya dalam unsur 5C. Unsur 5C atau The Five C’s analysis merupakan metode apakah pinjaman atau kredit yang diajukan pemohon akan ditolak atau dterima berdasarkan Character (sifat), Capacity (kemampuan), Capital (Modal),

Collateral (Jaminan), dan Condition of Economy (kondisi ekonomi). Dengan disertai pengawasan yang diperketat terhadap kegiatan perbankan khususnya

(16)

14 BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan adanya pembaharuan di bidang hukum perbankan khususnya di bidang kredit tersebut melalui politik hukum maka pemerintah telah

mengakomodir kebutuhan masyarakat dalam bidang kredit guna memenuhi kebutuhan di bidang usaha yang ditekuni oleh masyarakat. Politik hukum mempengaruhi hukum perbankan di Indonesia dengan langkah pemerintah yang menerbitkan sejumlah peraturan yang mengakomodir kebutuhan masyarakat. Dimana undang-undang perbankan yang lama tidak memperbolehkan pemberian pinjaman atau kredit tanpa jaminan tambahan. Sedangkan sekarang pemerintah bahkan memungkinkan bagi pengusaha skala kecil untuk menerima pinjaman tanpa jaminan tambahan.

Atas pengaruh yang diberikan politik hukum tersebut terhadap dunia perbankan di Indonesia, khususnya di bidang kredit atau pinjaman, maka pemerintah telah mendorong masyarakat untuk melangsungkan usahanya di bidang ekonomi. Tentu hal tersebut merupakan langkah yang baik. Karena dengan masyarakat yang lebih mandiri secara ekonomi maka roda perekonomian negara pun akan berjalan dengan lebih baik.

B. Rekomendasi

Adanya kemudahan yang diberikan oleh pemerintah terhadap masyarakat dalam penerimaan kredit untuk kepentingan bidang usaha tersebut, setidaknya

menimbulkan resiko yang lebih besar bagi pemberi pinjaman. Resiko yang lebih besar tersebut setidaknya harus diimbangi dengan pengawasan yang lebih ketat

(17)

15 Karena perlu diingat kembali bahwa tujuan adanya politik hukum di bidang perbankan ini yaitu untuk mewujudkan cita-cita berupa kesejahteraan umum sebagaimana termaksud dalam Pembukaan UUD 1945. Dan pelaksanaanya juga tanpa terlepas dari dasar negara yaitu Pancasila. Sehingga kesejahteraan umum yang dimaksud pun harus berdasar pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang dalam hal ini kesejahteraan harus adil tidak menyasar hanya pada

(18)

16 DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

C.F.G. Sunaryati Hartono, Beberapa Masalah Transnasional dalam PMA

di Indonesia, Bandung: Bina Cipta, 1972.

C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum

Nasional, Bandung: Alumni, 1991.

Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda

Lain yang Melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas

Pemisahan Horisontal, Bandung: Nuansamadani, 2011.

Etty Mulyati, Kredit Perbankan Aspek Hukum dan Pengembangan Usaha Mikro Kecil dalam Pembangunan Perekonomian Indonesia,

Bandung: Refika Aditama, 2016.

Frans Magnis Suseno, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Dasar Kenegaraan Modern, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994.

Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari, Dasar-dasar Politik Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Mochtar Kusumaatmadja dan B. Arief Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum

Suatu Pengenalan Pertama Ruang Lingkup Berlakunya Ilmu

Hukum Buku I, Bandung: Alumni, 2009.

Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2012.

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum Cetakan Keenam 2006, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006.

Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan Edisi Revisi, Bandung: Mandar Maju, 2012.

(19)

17 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182. Surat Keputusan Menteri Keuangan 552/KMK.04/2000 tentang Batasan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membahas dimensi consumer brand characteristic yang terdiri dari kemiripan antara konsep diri konsumen dan personalitas merek, kesukaan akan merek,

With test impact analysis, as you make code changes, you can view which tests are impacted by the code change — not just unit tests, but even manual tests that have been

Pada grafik 4.5 dengan waktu fermentasi 3 hari hal yang dapat kita lihat adalah adanya kecenderung kenaikan kadar alcohol yang dihasilkan dengan semakin banyaknya

Sebagaimana telah disampaikan dibagian p e n d a h u l u a n , apa yang dimaksud dengan Pembangunan Nasional Indonesia, dan apa yang diutarakan dalam bab pembahasan bagian

Islam, dan tidak bagi agama yang lain, mereka merasa kalimat ini sesuai dengan ajaran Islam karena tidak akan melukai dan menggangu hak-hak agama yang lain, dengan kata

- Tidak mengenal konservasi sumberdaya alam - Kerusakan lingkungan disebabkan karena penggunaan api..

Development (ZPD) pada materi daur air terhadap penguasaan konsep siswa,..

Pada langkah ini praktikan akan mencoba melakukan attack dengan metode serangan DoS ke jaringan yang sudah dibuat dengan menggunakan LOIC?. Lakukan langkah praktikum diatas lalu