BAB V
ANALISIS DATA PEMBINGKAIAN PORTAL BERITA KOMPAS.COM DAN REPUBLIKA.CO.ID
Pada bab ini, penulis ingin menguraikan data hasil dari penelitian dan memulainya dengan pembahasan. Hal yang akan dibahas disini mengacu pada tujuan pertama dari penelitian ini, yakni menjawab permasalahan “Bagaimana framing pemberitaan mengenai gaya kepemimpinan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di media online Kompas.com dan Republika.co.id?” Data yang didapatkan selama periode Maret – Desember 2016, dipaparkan langsung dalam bentuk perangkat framing model Pan dan Kosicki.
5.1 Pembingkaian Kompas.com
Berikut adalah perangkat framing yang ditujukan untuk melihat frame dari berita Kompas.com :
Tayangan Berita
Sintaksis Skrip Tematik Retoris
#1. Pada 15/03/2016
Headline : Amir
Syamsuddin: Secara Kriteria, Ahok Sangat Pas Jadi Gubernur DKI
Who: Amir
Syamsuddin
What : Amir Syamsuddin menilai Ahok adalah sosok yang ideal untuk memimpin DKI Jakarta
Why : Dilihat dari
Dengan gaya kepemimpinan Ahok yang tegas seperti itu, tingkat keterpilihan atau elektabilitas Ahok dinilai juga akan semakin tinggi. Amir Syamsuddin menilai kriteria kinerja Ahok sangat
pas untuk
Kompas.com memilih menjabarkan status Amir Syamsuddin selaku Ketua Dewan
gaya
kepemimpinan Ahok yang tegas, elektabilitas,
hingga
popularitasnya
membuatnya tetap jadi pemimpin.
disampaikan oleh salah satu pakar tata negara tersebut
#2. Pada 19/04/2016
Headline : Gerakan
Dukung “Ahok Untuk
Gubernur DKI Jakarta”
Muncul di AS
Who :Masyarakat Indonesia di Amerika Serikat
What : Masyarakat Indonesia
mengadakan
deklarasi akbar bertajuk “USA for Ahok, Washington DC for Ahok, Indonesian
American for Ahok”
Where : Monumen Washington, USA
Berita ini diawali dengan penjelasan mengenai maksud Headline, subjek atau pelakunya, sekaligus peristiwa yang terjadi Berita ini sebagian besar berisi tentang pendapat-pendapat masyarakat
Indonesia yang mengagumi sosok Ahok sebagai seorang pemimpin. Ahok dengan gaya kepemimpinannya yang bersih, berani, konsisten, dan pekerjaannya
sangat nyata itu diyakini dapat membawa
perubahan Jakarta menuju perbaikan
Wartawan
mengelompokkan pendukung Ahok dengan memilih kata “kalangan pekerja”,
“mahasiswa”, dan “kaum
intelektual” untuk menekankan pendukung Ahok tidak
sembarangan dan berasal dari kaum berkualitas. Gambar yang dipilih oleh Kompas.com adalan gambar para pendukung Ahok dengan mimik/muka bahagia, yang bersedia
yang positif. KTP mereka untuk mendukung Ahok #3. Pada26/04/2016 Headline : Sutiyoso Tidak Persoalkan Gaya Ahok yang Meledak-ledak
Who : Sutiyoso, Mantan Gubernur DKI Jakarta
What : Sutiyoso tidak
mempersoalkan gaya
kepemimpinan Ahok yang tegas dan meledak-ledak
Berita diawali dengan kutipan komentar Sutiyoso mengenai gaya kepemimpinan
Ahok yang
menurutnya tidak menjadi persoalan untuk menjadi seorang pemimpin
Pada paragraf pembuka dan penutup,
wartawan menggunakan kalimat yang
sama dari
Sutiyoso
mengenai gaya kepemimpinan Ahok untuk menekankan pandangan yang ingin ditonjolkan #4. Pada 29/11/2016 Headline : Gaya Kepemimpinan Ahok yang Mengejutkan
Who : Salim Said, Guru Besar Universitas
Pertahanan
What : Salim Said melihat gaya kepemimpinan Ahok yang ceplas-ceplos layaknya Ali Sadikin, yang
Wartawan mengungkapkan fakta melalui pandangannya dengan mengutip kalimat bahwa sebagian
masyarakat belum terbiasa dengan gayakepemimpinan Ahok.Diungkapkan
Gaya
kepemimpinan Ahok yang tegas dinilai cukup untuk membawa perubahan pada Jakarta yang masyarakatnya sudah terlalu lama
dulunya juga orang nomor 1 di DKI Jakarta
bahwa masyarakat harus bersabar dan tidak perlu meributkan gaya bicara Ahok yang tetap akan melahirkan
kesuksesan.
dan tidak berani mengangkat dagu.
#5. Pada 16/12/2016
Headline : Anies Sebut Djarot Juga Pernah Kritik Gaya
Kepemimpinan Ahok
Who : Anies Baswedan, Calon Gubernur DKI Jakarta
What : Anies Baswedan, sebagai saingan politik Ahok mengkritik gaya pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
Wartawan
mencoba melihat dan
mengemukakan pandangan tentang gaya
kepemimpinan Ahok dari sisi yang berbeda, agar terkesan netral dan tidak memihak
Wartawan memilih
narasumber dari
sisi yang
berlawanan dengan Ahok yaitu saingan politiknya dalam Pilkada 2017 nanti, untuk membandingkan pandangan pro dan kontra terhadap gaya kepemimpinan Ahok kepada masyarakat, melalui tokoh yang
5.2 Pembingkaian Republika.co.id
Berikut adalah perangkat framing yang ditujukan untuk melihat frame dari berita Republika.co.id :
Tayangan Berita
Sintaksis Skrip Tematik Retoris
#1. Pada 17/03/2016
Headline :
Ibnu Taimiyyah tentang
Pemimpin Non Muslim
Who : Ibnu Tamimiyyah
What : Pendapat Ibnu Taimiyyah tentang pemimpin non-Muslim
Why : Ahok sebagai pemimpin non-Muslim di tengah penduduk yang mayoritas Muslim
Berita ini sebagian besar isinya adalah pandangan Ibnu Taimiyyah tentang syarat pemimpin kaum Muslim. Menurutnya, gaya kepemimpinan Ahok disebabkan karena beliau adalah seorang non-Muslim
sehingga tidak memiliki sifat-sifat sekelas seorang ulama
Dalam tulisannya, berita ini banyak menekankan bahwa masyarakat Indonesia adalah mayoritas kaum Muslim
#2. Pada 20/03/2016
Headline :
Ucapan Kasar Ahok Sebarkan Pengaruh Negatif
Who : Tuty Alawiyah, Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT)
What : Tuty menyayangkan
Berita ini berisi tentang pandangan wartawan yang diungkapkan melalui pendapat Ketua Umum BKMT, terkait gaya
sikap
kepemimpinan Ahok
kepemimpinan Ahok yang dinilai keras dan kasar serta menyebarkan pengaruh negatif kepada masyarakat #3. Pada
26/04/2016
Headline :
Anggota DPRD Sebut Gaya Kepemimpinan Ahok Sulit Dimengerti
Who : Anggota DPRD
What : Anggota DPRD menilai gaya
kepemimpinan Ahok sulit dimengerti
Diawali dengan penilaian seorang anggota DPRD terhadap gaya kepemimpinan Ahok yang disebut memberikan
contoh yang tidak baik kepada generasi bangsa
Menggunakan pakar tata negara sebagai sumber agar pandangan yang dibuat cenderung terlihat semakin benar
#4. Pada 27/04/2016
Headline :
Gaya Komunikasi Ahok Dinilai tak Mencerdaskan Bangsa
Who : Harmonis, Pengajar
Komunikasi Pasca Sarjana
Universitas Muhammadiyah Jakarta
What : Menilai gaya komunikasi Ahok tidak mencerdaskan bangsa
Berita ini diawali dengan pandangan Harmonis tentang bagaimana
seharusnya gaya kepemimpinan seorang pemimpin yang dapat dilihat dari sikap dan cara berkomunikasinya
Berita ini menggunakan seorang pakar komunikasi
Why : Gaya komunikasi Ahok yang cenderung keras
#5. Pada 14/05/2016
Headline :
Survei: Gaya Kepemimpinan Ahok Kasar
Who : Lembaga survei Media Survei Indonesia Nasional (Median)
What : Menilai Gaya
Kepemimpinan Ahok Kasar
When : Survei yang berlangsung tanggal 24 April sampai 4 Mei 2016
Berita diawali dengan pemaparan hasil survei menurut Lembaga Survei Median yang menunjukkan bahwa hanya sedikit masyarakat yang menginginkan sosok Ahok kembali menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022dikarenakan gaya
kepemimpinan Ahok yang dinilai kasar
Menggunakan lembaga survei sebagai sumber yang nyata agar pandangan yang dimiliki semakin didukung
KOMPAS.COM
HEADLINE :
- Kompas memilih pemakaian judul yang kadang terkesan netral dan tidak memihak, tetapi kadang juga terlihat pro kepada Ahok. Terlihat dari beberapa berita Kompas yang menggunakan judul seperti “Sutiyoso Tidak Persoalkan Gaya Ahok yang Meledak-ledak” dan juga “Gerakan Dukung Ahok Untuk Gubernur DKI Jakarta Muncul di AS” untuk membuat pembaca membuat sebuah persepsi yang seakan-akan ingin memperlihatkan bahwa banyaknya dukungan kepada Ahok tidak hanya dari sekian banyak warga Indonesia yang bahkan tidak tinggal di Indonesia, tetapi juga datang dari mantan Gubernur DKI Jakarta itu sendiri, yaitu Sutiyoso.Wartawan sengaja memilih headline seperti ini agar dapat semakin memperkuat persepsi masyarakat terhadap apa yang ditulis di dalam berita tersebut. Di sini terletak pengaruh dari komunikasi massa, kemampuannya untuk secara mental mengurutkan dan mengorganisir dunia untuk kita.
REPUBLIKA.CO.ID
HEADLINE :
Akhirnya media berusaha mengarahkan pikiran kita agar sesuai dengan apa yang diberitakan. Oleh karena itu dapat dikatakan berita ini adalah bentuk kenyataan yang sudah dikonstruksi oleh media, sehingga kenyataan yang terbentuk dan nantinya akan diterima oleh masyarakat adalah kenyataan yang dibuat sesuai dengan persepsi media, dan bukan kenyataan yang sebenarnya lagi.
tidak baik untuk ditiru dan dijadikan contoh. Sehingga citra yang terbentuk pada diri Ahok sebagai seorang pemimpin adalah citra yang
buruk. Pemilihan judul yang menarik juga
METAMOR:
- Beberapa headline berita yang digunakan oleh Kompas memiliki beberapa kemiripan dengan headline yang ada di Republika dalam jenjang waktu yang tidak cukup jauh. Akan tetapi, headline yang digunakan oleh Kompas cenderung menggunakan kata-kata yang lebih formal, salah satu contoh judul dari beritanya ialah “Amir Syamsuddin: Secara Kriteria, Ahok Sangat Pas Jadi Gubernur DKI”. Kompas menggunakan judul tersebut untuk memperlihatkan pandangan bahwa gaya kepemimpinan Ahok yang dinilai meledak-ledak tidak menjadi suatu masalah bagi seorang Ketua Dewan Kehormatan Partai, beliau tetap menilai Ahok adalah sosok yang ideal untuk memimpin DKI. Pesan dalam isi berita yang disampaikan oleh Kompas tersebut pun tidak jauh berbeda dengan headlinenya. Judul berita yang digunakan secara tidak langsung berperan untuk menyimpulkan apa pesan yang ingin disampaikan media tersebut kepada khalayak meskipun tidak seluruhnya.
METAMOR:
- Headline berita dari Republika menggunakan kata-kata yang sebenarnya memiliki kata kiasan, dan digunakan untuk menyindir
Ahok dengan gaya
ISI PEMBERITAAN :
- Isi berita yang telah dianalis dengan framing model Pan Kosicki ini kebanyakan berisi tentang dukungan-dukungan untuk Ahok serta beberapa pembelaan yang tidak hanya datang dari kaum masyarakat saja, melainkan juga dari beberapa pakar tata negara dan warga Indonesia yang bahkan tidak sedang tinggal di Indonesia.Kompas lebih menjaga citra seorang Ahok agar tetap baik. Meskipun ada juga beberapa berita yang menggunakan tokoh yang kontra terhadap Ahok sebagai narasumbernya.
ISI PEMBERITAAN :
GAYA BAHASA :
- Kompas menggunakan gaya bahasa yang terkesan lebih terstruktur di tiap kalimatnya. Gaya bahasa yang digunakan tidak terlalu banyak menggunakan bahasa metafora. Pemakaian gaya bahasa juga sangat berpengaruh di dalam membuat sebuah konstruksi sosial kepada masyarakat, mengingat bahwa surat kabar dibaca oleh semua lapisan masyarakat yang berbeda-beda tingkat pengetahuannya. Semakin jelas bahasa yang digunakan oleh wartawan, semakin mudah juga pesan akan dipahami oleh masyarakat. Terkadang, wartawan tidak terlalu menghiraukan kesalahan redaksional yang malah membuat pembaca menjadi tidak teratik untuk membaca beritanya, seperti misalnya pemakaian bahasa terlalu berlebihan dan tidak koheren, ataupun terlalu banyak menggunakan singkatan dan akronim.
GAYA BAHASA :
PEMAPARAN KALIMAT :
- Kalimat yang digunakan oleh kompas berurutan dan menjadi sebuah paragraf yang jelas. Pemaparan kalimatnya lebih sederhana dan mudah dimengerti orang awam. Kompas menggunakan kalimat yang ringkas dan singkat, tetapi jelas pengertiannya. Bisa dilihat dari berita kompas yang lebih menekankan kepada fakta yang terjadi sebenarnya tanpa harus terlalu banyak menambahkan kata – kata.
IMAGE AHOK :
- Beberapa berita dari Kompas ini cenderung terlihat lebih pro terhadap Ahok. Sisi positif Ahok diperlihatkan melalui komentar-komentar positif dari beberapa pakar tata negara dan juga masyarakat yang pro dan mendukung Ahok. Elektabilitas dan prestasi kerja Ahok lebih ditonjolkan untuk menciptakan image positif yang mendukung citra Ahok.
PEMAPARAN KALIMAT :
- Kalimat yang dijabarkan Republika juga berurutan menjadi sebuah paragraf yang utuh, tapi terkadang tidak to the point dan terkesan bertele-tele. Ini membuat pesan dari berita tersebut kurang tersampaikan dengan jelas dan dapat menimbulkan tafsiran ganda (ambigu).
IMAGE AHOK :
FRAMING MEDIA :
- Framing yang diciptakan oleh Kompas ialah bagaimana seorang Ahok dalam masa jabatannya memenuhi kriteria sebagai seorang calon pemimpin karena dinilai membawa banyak perubahan terhadap DKI Jakarta, meskipun cukup banyak juga masyarakat yang menyatakan tidak suka terhadap gaya kepemimpinannya yang meledak-ledak. Kompas juga memuat beberapa berita yang memperlihatkan bahwa terpilihnya Ahok sebagai pemimpin dikarenakan kepercayaan masyarakat terhadapnya.
FRAMING MEDIA :
- Framing yang diciptakan oleh Republika adalah image negatif yang sebenarnya lebih kepada kritik terhadap Ahok dan gaya kepemimpinannya selama masa jabatannya sebagai gubernur. Republika secara frontal memperlihatkan bentuk penolakannya terhadap gaya kepemimpinan Ahok yang dinilai kasar dan sulit dimengerti, melalui berita-beritanya. Peran wartawan dan editor disini akhirnya sangat penting dalam mengkonstruksi berita yang nantinya akan diterima oleh masyarakat.
5.4 Refleksi Kritis Terhadap Pembingkaian Gaya Kepemimpinan Ahok
1.5 Gaya Kepemimpinan Ahok
Dalam kepemimpinannya, Ahok sangat dikenal sebagai pemimpin yang sangat tegas, keras, dan berani dalam menangani masalah-masalah di Ibu kota. Meskipun dalam masa kepemimpinannya Ahok berhasil membuktikan banyaknya perubahan yang terjadi mulai dari masalah banjir, pemungutan biaya di sekolah, dan banyak hal lagi yang sudah semakin membaik, masih ada beberapa oknum yang tidak setuju dengan gaya kepemimpinan yang dimiliki Ahok tersebut. Dalam hal ini ialah kedua media yang masing-masing mempunyai pandangan yang berbeda dalam melakukan pembingkaian beritanya, Republika dan Kompas. Republika terkesan menolak gaya kepemimpinan ini karena dinilai membawa dampak yang buruk bagi masyarakat. Berbeda dengan Kompas yang cenderung terlihat menerima gaya kepemimpinan Ahok yang seperti ini karena dianggap dapat membawa kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan teori tentang gaya kepemimpinan, jika dikaitkan dengan gaya kepemimpinan Ahok tersebut, masing-masing media membingkai gaya kepemimpinan Ahok dengan bingkai yang berbeda. Kompas menggolongkan Ahok sebagai pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional. Dimana Ahok sendiri digambarkan sebagai pemimpin yang dapat mengkomunikasikan visi masa depan dan membagikannya kepada anggotanya dengan jelas. Visi ini menggambarkan tentang hasil akhir yang akan didapatkan. Pemimpin transformasional seperti Ahok yang memimpin dengan menggunakan dirinya
sebagai contoh dapat menjadi panutan bagi anggota-anggotanya.1
Kepemimpinan transformasional menurut Pidekso dan Harsiwi (2001:3) didefinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan perubahan dalam organisasi. Kepemimpinan ini juga didefinisikan sebagai kepemimpinan yang membutuhkan tindakan memotivasi para bawahan agar bersedia bekerja demi
1
sasaran-sasaran "tingkat tinggi" yang dianggap melampaui kepentingan pribadinya pada saat itu.
Sedangkan Republika membingkai gaya kepemimpinan Ahok ini dengan menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan Ahok cenderung tergolong transaksional, dimana cara yang digunakan Ahok sebagai pemimpin dalam menggerakkan anggotanya ialah dengan menawarkan imbalan/akibat terhadap setiap kontribusi yang diberikan oleh anggota kepada organisasi. Ahok menurut Republika melibatkan proses pertukaran (exchange process), dimana pemimpin menggunakan serangkaian imbalan untuk memotivasi para anggota, dan eksepsi/pengecualian, dimana pemimpin memberi tindakan koreksi atau pembatalan imbalan atau bahkan sanksi apabila anggotanya gagal mencapai sasaran prestasi yang ditetapkan.