JURNAL
KEPASTIAN HUKUM DALAM PEMBERIAN HAK MILIK ATAS
TANAH TRANSMIGRASI MELALUI KEGIATAN SERTIPIKASI
TANAH TRANSMIGRASI DI PROVINSI ACEH
diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
oleh
BAMBANG HERU PURNOMO NPM. 160 1110229
JURUSAN ILMU HUKUM, FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
1
KEPASTIAN HUKUM DALAM PEMBERIAN HAK MILIK ATAS TANAH TRANSMIGRASI MELALUI KEGIATAN SERTIPIKASI TANAH
TRANSMIGRASI DI PROVINSI ACEH Oleh
Bambang Heru Purnomo
Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Aceh
ABSTRACT
Transmigration land certification program is cross-sectoral project activities
involving several Government Agencies both at District, City, Province, as well as at
the central level, where the goal is land that has been designated and reserved as land
transmigration. It is an implementation of the 1945 Constitution article 33 paragraph
(3), and then also regulated in Law No. 15 of 1997 as amended by Act No. 29 of
2009 regarding Transmigration Article 23 paragraph (1), which explains that the
Government provide ground for the implementation of transmigration. In the
framework of the implementation of the rules above, the Government in this case as
the organizers through the Ministry of Rural, Rural Development and Transmigration
together with the Ministry of Agricultural and Spatial Planning / National Land
Agency establishes certification program transmigration as a national program that
aims to provide legal certainty to transmigrants. Subject transmigration certification
program in Aceh province is still much to be given legal certainty for citizens
migrants. Issuance of certificates of property rights of citizens of transmigration is
one solution to improve living standards of the citizens of migrants.
Keyword : Migrants, Transmigration Land, Transmigration Land Certification
I. PEMBAHASAN
1. Latar Belakang
Kegiatan Sertipikasi Tanah Transmigrasi ini merupakan kegiatan proyek lintas
sektoral yang melibatkan beberapa Instansi Pemerintah baik di tingkat
Kabupaten/Kota, Provinsi, maupun di tingkat pusat, dimana sasarannya adalah tanah
yang telah diperuntukan dan dicadangkan sebagai tanah lokasi transmigrasi. Hal
tersebut merupakan implementasi dari UUD 1945 pasal 33 ayat (3), dan selanjutnya
juga diatur dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Ketransmigrasian pasal 23
ayat (1) yang menjelaskan bahwa Pemerintah menyediakan tanah bagi
penyelenggaraan transmigrasi.
Dalam rangka pelaksanaan peraturan-peraturan diatas, Pemerintah dalam hal
ini sebagai penyelenggara melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia dan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia telah
membuat kesepakatan bersama tentang tata cara pencadangan tanah transmigrasi
yang dituangkan dalam Kesepakatan Bersama Menteri Transmigrasi Republik
Indonesia dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor SKB.
114/MEN/1992 dan Nomor SK.24 Tahun 1992 Tentang Pencadangan Tanah,
Pengurusan dan Sertipikat Hak Atas Tanah Lokasi Pemukiman Transmigrasi. Seiring
dengan perkembangan kompleksitas kepentingan dan penyesuaian produk hukum
dalam rangka penyelenggaran transmigrasi yang merupakan bagian dari Rencana
Strategis Pemerintah, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia dan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia membuat kesepakatan
bersama tentang pensertipikatan hak pengelolaan dan hak atas tanah transmigrasi
yang tertuang dalam Kesepakatan Bersama Antara Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia dan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor : KEP.271/MEN/XII/2008 dan Nomor : 10-SKB-BPN RI-2008 Tanggal 22
Desember 2008 tentang Pensertipikatan Hak Pengelolaan dan Hak Atas Tanah
Di dalam pemberian hak milik atas tanah transmigrasi harus terlebih dahulu
tanah tersebut sudah terdaftar dengan Hak Pengelolaan sebagaimana diuraikan dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian, menyebutkan
bahwa tanah transmigrasi diberikan Hak Pengelolaan (HPL) sebelum dikeluarkannya
Hak Milik atas bidang per bidang tanah yang sudah diserahkan kepada para warga
transmigran.
Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh,
Provinsi Aceh merupakan provinsi yang memiliki jumlah peruntukan tanah sebagai
lokasi transmigrasi terbesar di Indonesia yang telah ditempati oleh para warga
transmigan baik transmigran lokal maupun transmigran umum yang harus memiliki
kepastian hukum tentang kepemilikan tanahnya. Untuk mewujudkan hal tersebut
Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh bersama dengan Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional Provinsi Aceh telah berupaya semaksimal mungkin untuk
memberikan kepastian hukum dalam pemberian hak milik atas tanah transmigrasi
melalui Program Sertipikasi Tanah Transmigrasi.
2. Rumusan Masalah
berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan dua pokok
masalah yaitu :
a. Bagaimanakah prosedur pemberian hak milik atas tanah transmigrasi melalui
Program Sertipikasi Tanah Transmigrasi?
b. Apakah pelaksanaan pemberian hak milik atas tanah transmigrasi melalui
Program Sertipikasi Tanah Transmigrasi di Provinsi Aceh telah mewujudkan
II. PEMBAHASAN
1. Pengertian Hak Pengelolaan
Sebagaimana telah diuraikan secara singkat di dalam latar belakang di atas,
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang
Ketransmigrasian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
29 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun
1997 tentang Ketransmigrasian, tanah transmigrasi terlebih dahulu diberikan
Hak Pengelolaan (HPL) sebelum dikeluarkannya Hak Milik atas bidang per
bidang tanah yang sudah diserahkan kepada para warga transmigran.
Hak Pengelolaan (HPL) berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 Pasal 1 ayat (4) adalah hak menguasai dari
Negara yang kewenanganpelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada
pemegangnya. Selanjutnya pengertian Hak Pengelolaan (HPL) juga diatur
dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas
Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, yaitupada Pasal 1 ayat (3).
Hak Pengelolaan (HPL) merupakan salah satu obyek Pendaftaran
Tanah dan jangka waktu haknya selama tanah yang dilekati hak tersebut
dipergunakan sesuai dengan ketentuan dalam pemberian Hak Pengelolaan
(HPL) tersebut, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 9 ayat (1) Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997.
2. Pengertian Hak Milik
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria, hak milik adalah hak atas tanah yang turun temurun,
terkuat dan terpenuh. Kata “terkuat” dan “terpenuh” tidak berarti bahwa hak
milik itu merupakan hak yang mutlak, tidak dapat diganggu gugat dan tidak
terbatas seperti hak eigendom atau hak guna usaha, akan tetapi kata“terkuat”
dipertahankan terhadap hak pihak lain. Oleh karena itu harus didaftarkan
menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah. Dan kata “terpenuh” menandakan kewenangan pemegang hak milik
itu paling penuh dengan dibatasi ketentuan Pasal 6 Undang-undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria tentang fungsi
sosial tanah. Sedangkan hak milik dikatakan “turun temurun” berarti jangka
waktunya tidak terbatas, dapat beralih karena perbuatan hukum dan peristiwa
hukum.
Hak Milik adalah hak atas tanah, karena itu tidak meliputi pemilikan
kekayaan alam yang terkandung dalam tubuh bumi dan yang ada di bawah
atau didalamnya.
3. Prosedur Pemberian Hak Milik Atas Tanah Transmigrasi Melalui Program Sertipikasi Tanah Transmigasi
Pelaksanaan Kegiatan Sertipikasi Tanah Transmigrasi ini mengacu pada
peraturan perundangan yang berlaku, karena di dalam pelaksanaannya tidak
ada petunjuk teknis ataupun petunjuk yang lainnya. Seperti halnya dengan
kegiatan sertipikasi tanah lain yang termasuk dalam Program Legalisasi Aset
Pertanahan, pada setiap tahapan-tahapannya mengacu pada Kerangka Acuan
Kegiatan (KAK) atau Term Of Reference (TOR) yang telah ditetapkan.
Tahapan-tahapan pelaksanaan kegiatan Sertipikasi Tanah
Transmigrasi adalah sebagai berikut :
a. Penetapan Lokasi
Penetapan lokasi ini dilakukan atas dasar kesepakatan bersama antara
Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Provinsi Aceh dengan
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Aceh yang
kemudian ditetapkan ke dalam sebuah Surat Keputusan Kepala Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Aceh tentang Penetapan
Lokasi Sertipikasi Tanah Transmigrasi di Provinsi Aceh pada tahun
Selanjutnya berdasarkan kemajuan kegiatan apabila terdapat lokasi
yang tidak dapat di proses lebih lanjut dikarenakan faktor tertentu, dapat
dilakukan perubahan lokasi sebagaimana dengan dituangkan ke dalam
Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Provinsi Aceh.
b. Penyuluhan
Setelah lokasi ditetapkan ke dalam suatu Surat Keputusan Kepala Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Aceh, tahapan selanjutnya
adalah dilaksanakan tahap Penyuluhan. Tahap penyuluhan ini diadakan
untuk memberikan pemahaman, pengertian, dan penjelasan program yang
akan dilaksanakan, tujuan serta manfaat, persyaratan permohonan hak
yang harus disiapkan, hak dan kewajiban peserta sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Penyuluhan ini bertujuan untuk memberitahukan kepada Dinas
yang membidangi ketransmigrasian Kabupaten/Kota dan Peserta atau
pemilik tanah atau kuasanya atau pihak lain yang berkepentingan bahwa
di lokasi Desa/Kelurahan/Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) tersebut
akan dilakukan Sertipikasi Tanah Transmigrasi. Dengan demikian
diharapkan dapat meningkatkan partisipasi, antusiasme dan kepedulian
warga transmigrasi untuk ikut serta sebagai peserta program tersebut, dan
mendapat perhatian perangkat Desa/Kelurahan/Unit Pemukiman
Transmigrasi (UPT) dan atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
setempat.
Peran serta Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota disini sangat besar
di dalam pelaksanaan Sertipikasi Tanah Transmigrasi. Hal ini karena di
dalam penetapan warga transmigran pengganti harus ditetapkan dengan
Surat Keputusan Bupati/Walikota sebagaimana diatur dalam Keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor :
KEP.208/MEN/X/2004 tentang Syarat dan Tata Cara Penetapan Sebagai
tersebut diserahkan sepenuhnya kepada Kepala Daerah Kabupaten/Kota
letak tanah terhadap lokasi transmigrasi yang pembinaannya telah
diserahkan ke Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota letak tanah.
Unsur-unsur pada tahapan Penyuluhan yaitu antara lain :
1) Pelaksana
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota bertanggung jawab atas
terselenggaranya penyuluhan, sedangkan pelaksanaan penyuluhan
dapat dibantu oleh Petugas dari Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional Provinsi Aceh, Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk
Provinsi Aceh, maupun petugas dari Dinas yang membidangi
ketransmigrasian Kabupaten/Kota letak tanah yang dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Provinsi Aceh.
2) Peserta
Peserta penyuluhan adalah para warga transmigran.
3) Metode Penyuluhan
Untuk dapat mencapai sasaran Kegiatan Sertipikasi Tanah
Transmigrasi ini dilakukan dengan metode penyuluhan secara
langsung. Metode ini sangat efektif dengan melibatkan petugas Dinas
yang membidangi Ketransmigrasian Kabupaten/Kota letak tanah,
karena sebagian besar transmigrasi di Provinsi Aceh adalah
Transmigran Lokal. Sehingga dengan melibatkan dan memberikan
pemahaman tentang tujuan dan manfaat kepada petugas Dinas yang
membidangi Ketransmigrasian Kabupaten/Kota letak tanah serta
Pemerintah Daerah setempat diharapkan dapat membantu
mengkooordinasikan para warga transmigran juga.
4) Materi Penyuluhan
Secara umum materi atau pesan yang disampaikan dalam penyuluhan
adalah penjelasan mengenai maksud dan tujuan pendaftaran tanah,
permohonan hak/pendaftaran tanah, hak dan kewajiban serta tanggung
jawab pemilik tanah sesuai ketentuan-ketentuan yang berlaku melalui
Kegiatan Sertipikasi Tanah Transmigrasi.
c. Pengumpulan Data Yuridis (alat bukti/alas hak)
Pengumpulan data yuridis ini dilakukan oleh petugas yang telah
ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasinoal Provinsi Aceh yang bertujuan untuk mendapatkan
data-data yuridis subyek dan obyek hak yang dapat dijadikan sebagai alat
bukti/alas hak yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan
dilakukan pengolahan data yang disajikan ke dalam rekapitulasi yang
menjelaskan berbagai informasi-informasi mengenai subyek dan obyek
hak. Data-data tersebut antara lain mencakup :
1) Nomor dan Tanggal Surat Permohonan;
2) Identitas calon peserta (Nama, Umur, Alamat, NIK);
3) Pekerjaan;
4) Dasar penguasaan tanah (SK Bupati tentang Penetapan warga
transmigran pengganti atau Kartu Transmigran atau lainnya);
5) Status Tanah;
6) Penggunaan Tanah;
7) Keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu;
Dari data-data tersebut yang merupakan hasil inventarisasi dan
identifikasi calon peserta kegiatan kemudian dilakukan pengolahan data
selanjutnya, yaitu dengan melakukan entry data pada aplikasi
Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) Kegiatan Sertipikasi Tanah Transmigrasi.
d. Pengukuran dan Pemetaan
Proses pengukuran dan pemetaan adalah proses memastikan obyek hak
yang memenuhi persyaratan teknis untuk ditetapkan sebagai pemilik
subyek ha katas tanah. Proses tersebut meliputi :
2) Pengukuran Bidang Tanah;
3) Pengolahan data;
4) Penerbitan Peta Bidang dan Surat Ukur;
Petugas ukur di dalam pelaksanaan pengukuran dan pemetaan
Kegiatan Sertipikasi Tanah Transmigrasi ini adalah petugas ukur Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota dan petugas ukur Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Provinsi Aceh (jika volume pekerjaan petugas ukur
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota banyak).
e. Pemeriksaan Tanah
Pemeriksaan tanah dilakukan oleh Panitia Pemeriksaan Tanah A yang
telah ditetapkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dengan
susunan keanggotaan dan tugasnya berpedoman pada Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2007 sera
Pasal 83 dan 84 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.
Pemeriksaan tanah Kegiatan Sertipikasi Tanah Transmigrasi ini dilakukan
secara kolektif karena obyek hak terletak dalam satu hamparan di dalam
satu Desa/Kelurahan/Unit Permukiman Transmigrasi (UPT).
Di dalam Panitia Pemeriksaan Tanah ada 2 (dua) kegiatan, yaitu :
1) Pemeriksaan Lapang oleh Anggota Panitia Pemeriksaan Tanah A
Pemeriksaan lapang ini merupakan penelitian dan peninjauan fisik di
lapangan yang dilakukan oleh 3 (tiga) anggota yang terdiri dari 2 (dua)
anggota merupakan petugas dari Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
dan 1 (satu) merupakan Kepala Desa atau yang ditunjuk.
2) Sidang Panitia Pemeriksaan Tanah A
Sidang Panitia Pemeriksaan Tanah A ini dilakukan untuk memberikan
pendapat dan pertimbangan serta kesimpulan atas permohonan hak,
apakah sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau tidak. Hasil dari
siding tersebut dituangkan ke dalam Risalah Panitia Pemeriksaan
f. Penetapan SK Hak
Penetapan SK Hak dilakukan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri
Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dan Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2013 tentang
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah Dan Kegiatan
Pendaftaran Tanah Tertentu.
g. Penerbitan Sertipikat
Setelah diterbitkan Surat Keputusan Pemberian Hak Milik kemudian
didaftarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Penerbitan Sertipikat ini
dilakukan merupakan tahapan terakhir sebelum diserahkan ke penerima
hak.
h. Supervisi/Monitoring
Supervisi/monitoring ini dilakukan oleh petugas dari Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional Provinsi Aceh yang bertujuan untuk
melakukan pengawasan pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah yang
berintegrasi pada Sistem Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP),
pengawasan terhadap proses pelaporan sebagaimana dalam Sistem
Kendali Mutu Program Pertanahan (SKMPP), dan mendapatkan informasi
tentang kendala dan hambatan yang dihadapi selama proses hak.
4. Pelaksanaan Pemberian Hak Milik Atas Tanah Transmigrasi Melalui Program Sertipikasi Tanah Transmigasi di Aceh
Pelaksanaan pemberian hak milik atas tanah transmigrasi melalui Program
Sertipikasi Tanah Transmigasi di Aceh berdasarkan data yang diperoleh dari
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Aceh dimulai sejak Tahun
1980 dan sampai dengan saat ini masih banyak bidang-bidang tanah yang harus
III.KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pemberian hak milik atas tanah transmigrasi melalui Program
Sertipikasi Tanah Transmigasi di Aceh berdasarkan data yang diperoleh dari
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Aceh dimulai sejak
Tahun 1980, sehingga telah memberikan kepastian hukum bagi warga
transmigran selaku subyek hak atas tanah dimaksud.
2. Di dalam Program Sertipikasi Tanah Transmigrasi memiliki
kendala/hambatan yang begitu kompleks, karena di dalamnya melibatkan
beberapa instansi, diantaranya yaitu Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas
Penduduk Provinsi Aceh, Bupati/Walikota, dinas ketransmigrasian
kabupaten/kota.
3. Banyak tanah yang telah dialihkan ke pihak lain baik sesama warga
transmigran maupun ke non transmigran, sehingga nama-nama tersebut
berbeda dengan SK yang telah ditetapkan oleh Bupati.
4. Terbatasnya Peta Kerja/Peta Rancang Kapling.
IV. DASAR PUSTAKA
Buku-buku :
A.P Parlindungan, 2009. Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju,
Bandung.
Boedi Harsono, 2002. Hukum Agraria Indonesia Himpunan Peraturan-Peraturan
Hukum Tanah, Djambatan, Jakarta.
Supriadi, 2009, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta.
Peraturan Perundang-undangan :
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Undang-Undang Nomor 56/Prp Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah
Pertanian
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Ketransmigrasian
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi
Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian
Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan
Pertanahan Nasional;
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian Sebagaimana Telah
Diubah dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang
Ketransmigrasian
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 85
Tahun 2012 tentang Badan Pertanahan Nasional
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 tentang
Kebijakan Nasional di Bodang Pertanahan
Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah
Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan
Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2007 tentang Panitia Pemeriksaan Tanah
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun