• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN STRATEGI STORY TRIANGLE UNTUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN STRATEGI STORY TRIANGLE UNTUK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA

KELAS V SEKOLAH DASAR

Mochamad Yusuf

PGSD, STKIP Bina Insan Mandiri, mochamadyusuf@stkipbim.ac.id

Abstrak: Berdasarkan hasil observasi, tampak bahwa dalam proses pembelajaran menulis karangan narasi masih berorientasi pada guru (teacher centered) yang menggunakan model pembelajaran konvensional dengan dominasi metode ceramah. Hal ini mengakibatkan belum optimalnya keterampilan menulis karangan narasi siswa. Terbukti sebanyak 76,92% dari 26 siswa tidak tuntas mencapai KKM 72. Tujuan yang ingin dicapai adalah mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan strategi Story Triangle, mendeskripsikan hasil belajar menulis karangan narasi siswa, serta mendeskripsikan kendala yang dihadapi saat berlangsungnya pembelajaran dan cara mengatasinya. Rancangan penelitian yang digunakan adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes dan catatan lapangan. Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas V SDN Dukuh Pakis I-486 Surabaya. Pelaksanaan pembelajaran siklus I mencapai 100% dengan nilai ketercapaian adalah 78,79. Sedangkan pelaksanaan pembelajaran siklus II juga mencapai 100% dengan nilai ketercapaiannya adalah 84,12. Hasil belajar menulis narasi siswa pada siklus I mencapai ketuntasan klasikal 73,07%. Sedangkan, pada siklus II ketuntasan klasikal mencapai 88,46%. Kendala yang dialami yaitu alokasi waktu yang kurang, media guru yang masih belum dapat menggali ide siswa dengan optimal, instruksi yang disampaikan guru kurang jelas. Kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan menambah jam pertemuan, memperbaiki media, dan menyampaikan instruksi dengan jelas. Selain itu, dari hasil penelitian juga menunjukkan pemenuhan pada setiap indikator keberhasilan.

Kata Kunci: menulis, Story Triangle, hasil belajar.

Abstract : Based on the observation, indicated that in the learning process was still oriented by teacher (teacher centered) that dominated by speech method. This case was effect to decrease the student’s writing narration skill. It proved, as many 79.92% from 26 student who have not study completely standart score 72. The goals that will reach are to describe the implementation of write narration learning by applying Story Triangle; describe student writing naration learning result; and describe problems that appea red during the learning takes place and its solutions.The research design that used in this research is CAR (Classroom Activity Research). Data collection technique uses observation, student learning result test, and field note. Technical data analysis used descriptive quantitative and qualitative. The subject of research was teacher and students of fifth grade of Dukuh Pakis I-486 Elementary School of Surabaya. The implementation of learning on first cycle reach 100% with achievement score is 78.79. While learning implementation on second cycle also reach 100% with achievement score is 84.12. Student writing narration learning result on first cycle obtain classical completeness reach 73.07%. On second cycle obtain classical completeness reach 88.46%. Problems that experienced are the lack of time allocation, teacher media that still incapable to dig student ideas optimally, instruction that applied by teacher still unclear. Those problems can be solved well. From those results it can be conclude that by applying Story Triangle strategy can improve writing narration ability of fifth grade student of Dukuh Pakis I 486 Surabaya Primary School and able to give active, innovative, creative, effective and pleasant learning nuance. In addition, the result also showed that fulfill the success indicator.

Keywords: write, Story Triangle, learning result.

PENDAHULUAN

Realitas di lapangan berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan tanggal 20 September 2013 di SDN Dukuh Pakis I-486 Surabaya menunjukkan bahwa pembelajaran menulis masih memiliki banyak kekurangan. Hasil belajar menunjukkan bahwa siswa belum dapat menulis secara runtut dan mengalami kesulitan dalam mengembangkan ide. Narasi yang dikarang oleh siswa cenderung campur aduk antara

kejadian satu dengan yang lain, sehingga antarkalimat masih banyak yang tidak gayut.

(2)

untuk mengaitkan gambar satu dengan gambar yang lain menjadi satu kesatuan cerita yang utuh. Terbukti bahwa dari 26 siswa, sebanyak 76,92% (20 siswa) tidak tuntas mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan yaitu 72. Salah satu cara untuk mengembangkan ide-ide yang terdapat di dalam pikiran siswa menjadi sebuah karangan narasi yang baik adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran.

Masalah lainnya adalah siswa kesulitan untuk berpikir abstrak, sehingga siswa kesulitan untuk mengembangkan ide-ide secara abstrak menjadi karangan narasi yang runtut dan padu. Hal itu sesuai dengan pendapat Piaget dalam (Danim, 2010:64), perkembangan pada anak yang berumur antara 8-11 tahun termasuk dalam tahap perkembangan konkret. Anak pada usia ini tidak dapat berpikir dengan baik secara abstrak dan harus menggunakan aturan yang jelas dan logis.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diasumsikan bahwa masalah-masalah yang menyebabkan rendahnya keterampilan menulis narasi siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V adalah belum tepatnya guru dalam memilih strategi pembelajaran menulis, yaitu cara-cara yang digunakan dalam proses pembelajaran menulis untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pemilihan strategi Story Triangle didasarkan pendapat Rozakis dalam Jingga (2012:40), bahwa strategi Story Triangle dapat membantu siswa untuk menunjukkan sesuatu dengan tepat dalam menyoroti sebuah cerita dengan mendeskripsikan bagian-bagian penting menggunakan beberapa kata. Dengan semakin optimalnya keterampilan menulis maka siswa akan lebih mudah menggali informasi dari berbagai sumber dan lebih mudah mengembangkan keterampilan berbahasa yang lainnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan strategi Story Triangle untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas V SDN Dukuh Pakis I-486 Surabaya; (2) mendeskripsikan hasil belajar menulis karangan narasi siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan strategi Story Triangle di kelas V SDN Dukuh Pakis I-486 Surabaya; (3) mendeskripsikan kendala-kendala yang dialami dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan strategi Story Triangle untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa kelas V SDN Dukuh Pakis I-486 Surabaya dan cara mengatasinya.

Adapun kajian teori penelitian ini adalah sebagai berikut: Budiningsih (2012:51) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu aktivitas yang mengakibatkan adanya perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Asumsi teori ini adalah setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Sedangkan menurut Sanjaya (2008:112-113), belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Proses perubahan

yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar hanya dapat disaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu. Tingkat keberhasilan dalam belajar dapat diketahui dengan adanya perubahan tingkah laku seseorang dari yang belum mengerti sampai sudah mengerti. Perubahan yang ditunjukkan merupakan hasil dari pengalaman individu yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Kemampuan dalam berbahasa merupakan alat dalam berpikir. Kemampuan berpikir tidak datang dalam bentuk jadi pada seorang anak. Kemampuan berpikir bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan tinggal menerimanya. Kemampuan berpikir dibentuk secara terus menerus setiap hari sehingga mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.

Perkembangan kognitif merupakan proses adaptasi intelektual. Adaptasi ini merupakan proses yang melibatkan skemata, asimilasi, akomodasi, dan equilibration. Skemata merupakan struktur kognitif berupa ide, konsep, gagasan. Asimilasi merupakan proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur asimilasi. Akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif ke situasi baru. Equilibration adalah pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.

Strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi berupa urut-urutan kegiatan yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan tertentu. Strategi pembelajaran mencakup juga pengaturan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa (Suprijono, 2010: 83). Strategi pembelajaran merupakan taktik atau pola yang dilakukan oleh seorang pengajar dalam proses belajar, sehingga siswa dapat lebih leluasa dalam berpikir dan dapat mengembangkan kemampuannya secara lebih mendalam dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar

(3)

Recite, Review); (4) Strategi Membaca-Tanya Jawab; (5) Strategi Membaca dan Berpikir Secara Langsung; (6) Strategi Penghubungan Pertanyaan-Jawaban; (7) Strategi Pengelompokan dan Pemetaan Isi Bacaan; (8) Strategi PQ4R (Preview,Question, Read, Reflect, Recite, Review). Strategi pembelajaran membaca meliputi: (1) Strategi Kegiatan Membaca Langsung; (2) Strategi SQ3R (Survey, Questions, Read, Recite, Review); (3) Strategi Membaca-Tanya Jawab; (4) Strategi Membaca dan Berpikir Secara Langsung; (5) Strategi Penghubungan Pertanyaan-Jawaban; (6) Strategi Pengelompokan dan Pemetaan Isi Bacaan. Strategi pembelajaran menulis meliputi: (1) Strategi Proses Menulis Terbimbing; (2) Strategi Menulis Secara Langsung; (3) Strategi Quantum Writing; (4) Personal Strategies; (5) Strategi Risk Tasking; (6) Getting Organized; (7) Story Triangle.

Menurut Rozakis dalam Jingga (2012:40), strategi Story Triangle dapat membantu siswa untuk menunjukkan sesuatu dengan tepat dalam menyoroti sebuah cerita dengan mendeskripsikan bagian-bagian penting menggunakan beberapa kata. Sebelum memulai menulis narasi, hendaknya membuat kerangka cerita terlebih dahulu. Hal itu dapat menghindari terjadinya penyajian cerita campur aduk tidak karuan. Ginnis, (2008:130-131) berpendapat bahwa hampir semua teks narasi terdiri dari hirarki dan dengan menggunakan Story Triangle dapat memberikan struktur catatan yang baik. Siswa dapat mencari ide besar dalam teks headline kemudian mereka menuliskannya di puncak piramid. Bentuk tersebut mendorong siswa mengenali bahwa biasanya ada satu ide besar, dua atau tiga poin utama dan banyak hal. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Strategi Story Triangle adalah kegiatan pembelajaran dengan mendeskripsikan bagian-bagian penting menggunakan beberapa kata dan menuliskannya di bagian bawah piramid.

Ada beberapa tujuan penerapan strategi Story Triangle sebagaimana yang dinyatakan pula oleh Ginnis (2008: 130) yaitu: (1) melatih siswa untuk dapat berpikir kritis dalam menggali ide-ide pokok karangan narasi; (2) diharapkan dapat menumbuhkan kemandirian siswa; (3) mempermudah siswa untuk mengembangkan ide-ide yang ada melalui kerangka; (4) untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.

Manfaat yang dapat diambil dari Strategi Story Triangle menurut Ginnis (2008:131) adalah sebagai berikut: (1) dapat mendorong pemahaman siswa; (2) melatih pemikiran yang aktif dan gigih; (3) kegiatan terasa alami dan menyenangkan karena menyajikan sebuah misteri untuk dipecahkan; (4) membantu memecahkan kebiasan mengkopi atau menyingkat teks dan untuk mengembangkan kebiasaan membuat catatan.

Tahap-tahap penulisan yang dikemukakan oleh Rozakis dalam Jingga (2012: 40) adalah sebagai berikut: (1) setiap siswa menggambar piramid seukuran halaman buku; (2) tuliskan nama pelaku utama yang terdiri dari satu kata di puncak pyramid; (3) lukiskan karakter pelaku utama tersebut menggunakan dua kata dan tuliskan di bawahnya; (4) lukiskan setting cerita dengan menggunakan tiga kata dan tuliskan di bawahnya; (5) ceritakan peristiwa awal dari cerita yang disajikan dengan menggunakan empat kata saja dan tuliskan di bawahnya; (7) ceritakan peristiwa inti yang ada dengan menggunakan lima kata dan tulis di bawahnya; (8) ceritakan peristiwa akhir dari cerita dengan menggunakan enam kata dan tulis di dasar piramid.

Dalam Ginnis (2008:131), kelebihan menggunakan strategi Story Triangle dibandingkan tanpa menggunakan strategi antara lain yaitu: (1) melatih kemandirian siswa; (2) mengembangkan ide/gagasan dengan mudah; (3) mendorong pemahaman siswa; (4) melatih berpikir kritis

Ginnis (2008:132), kekurangan dalam menggunakan strategi Story Triangle antara lain: (1) siswa kurang aktif dalam kelas; (2) pembelajaran didominasi oleh guru. Dengan adanya kekurangan dalam penerapannya, solusi untuk meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan adalah guru memberi kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk aktif bertanya dalam pembelajaran.

Tarigan (2008:22), menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Sedangkan menurut Susanto (2013:248), menulis merupakan kegiatan yang dapat dipandang sebagai suatu proses, suatu keterampilan, proses berpikir, kegiatan informasi, dan kegiatan berkomunikasi (Susanto, 2013:248). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud menulis atau mengarang adalah mengekspresikan pikiran perasaan meliputi maksud, keinginan, informasi dalam bahasa tulisan yang tingkatannya paling tinggi.

(4)

mengenai orang-orang, gagasan-gagasan, masalah-masalah, dan kejadian-kejadian hanya dalam proses menulis yang aktual.

Menurut Hartig (dalam Tarigan, 2008:25-26) tujuan menulis adalah sebagai berikut: (1) Assignment Purpose (tujuan penugasan), tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkum buku, sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat); (2) Altruistic Purpose (tujuan alturistik), penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu; (3) Persuasive Purpose (tujuan persuasif), tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.; (4) Informational Purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan), tulisan yang bertujuan untuk memberi informasi atau keterangan atau penerangan kepada para pembaca; (5) Self-Expressive Purpose (tujuan pernyataan diri), tulisan yang bertujuan untuk memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca; (6) Creative Purpose (tujuan kreatif), tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi “keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian, (7) Problem Solving Purpose (tujuan pemecahan masalah), dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca

Menurut Tarigan (2008:23), menulis mempunyai empat tujuan. Empat tujuan tersebut adalah untuk memberitahukan atau mengajar; untuk meyakinkan atau mendesak; untuk menghibur atau menyenangkan dan untuk mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api. Sedangkan menurut Susanto (2013:253), tujuan menulis adalah untuk memperoleh respons atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca. Susanto (2013:253) mengkategorikan tujuan menulis kedalam empat macam, antara lain: (1) tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar, disebut wacana informatif (informative discourse). Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan penerangan kepada para pembaca; (2) tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak

para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan; (3) tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik; (4) tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat berapi-berapi.

Susanto (2013:254-255) mengemukakan kegunaan menulis, antara lain: (1) menulis membantu kita menemukan kembali apa yang pernah kita ketahui. (2) menulis menghasilkan ide-ide baru; (3) menulis membantu kita mengorganisaikan pikiran dan menempatkan dalam suatu wacana yang berdiri sendiri; (4) menulis membuat pikiran seseorang siap untuk dibaca dan dievaluasi; (5) menulis membantu kita menyerap dan menguasai informasi baru; (6) menulis membantu kita memecahkan masalah dengan jalan memperjelas unsur-unsurnya dan menempatkannya dalam suatu konteks visual, sehingga dapat diuji.

Menurut Tompkins dalam Susanto (2013:256) menguraikan proses menulis menjadi lima tahap yang diidentifikasi melalui serangkaian penelitian tentang proses menulis yang meliputi: (1) tahap pra-menulis. Tahap pra-menulis merupakan tahap siap menulis, atau disebut juga dengan tahap penemuan menulis; (2) tahap penyusunan draf tulisan. Dalam proses menulis, siswa menulis dan menyaring tulisan mereka melalui sejumlah konsep; (3) tahap perbaikan (revisi). Dalam tahap perbaikan, penulis menyaring ide-ide dalam tulisan mereka. Siswa biasanya mengakhiri proses menulis begitu mereka mengakhiri dan melengkapi draf kasar, mereka percaya bahwa tulisan mereka telah lengkap; (4) Tahap penyuntingan. Pada tahap keempat ini, siswa menyempurnakan tulisan mereka dengan mengoreksi ejaan dan kesalahan mekanikal yang lain; (5) tahap pemublikasian. Pada tahap akhir ini, siswa sudah siap memublikasikan tulisan mereka dan menyempurnakannya dengan membaca pendapat dan komentar yang diberikan teman atau siswa lain, orang tua, dan komunitas mereka sebagai penulis.

(5)

ingin mempengaruhi pembaca agar pembaca mengubah sikap mereka menyesuaikan dengan sikap yang ditulis oleh pengarang (Nursalim, 2011:82).

Narasi adalah jenis karangan yang menceritakan suatu pokok persoalan (Rohmadi dan Nugraheni, 2011:81). Narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain, narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi berusaha menjawab apa yang telah terjadi (Keraf, 2003: 136).

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1990:609), narasi adalah penceritaan suatu cerita atau kejadian. Menurut Eriyanto (2013:2), narasi adalah representasi dari peristiwa atau rangkaian dari peristiwa-peristiwa. Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu, unsur yang paling penting dalam sebuah narasi adalah unsur perbuatan dan tindakan. Narasi juga mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu.

Rosyadi (2008:73), tujuan utama tulisan narasi adalah untuk menceritakan suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa sedemikian rupa sehingga menimbulkan pengertian-pengertian yang merefleksikan interpretasi penulis. Penulisan peristiwanya didasarkan pada urutan waktu kejadian. Dalam penulisan narasi, penulisannya tidak hanya menjelaskan atau melukiskan tanpa makna, tetapi juga seorang penulis harus mampu membangkitkan semangat pembaca ketika peristiwa terjadi. Peristiwa itu diceritakan ke dalam bentuk tulisan. Berdasarkan beberapa teori di atas, maka dapat disimpulkan narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu rangkaian peristiwa yang telah terjadi.

Berdasarkan tujuannya, narasi dapat dibedakan ke dalam dua jenis yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif (Keraf, 2003: 135). Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut.

Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapat pula bersifat generalisasi. Narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang. Narasi yang bersifat khusus

adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena ia merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja (Keraf, 2003:136-137).

Menurut Nurudin (2007:74), narasi ekspositoris memberi informasi kepada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas. Artinya narasi ini menggugah pembaca agar mengetahui apa yang dikisahkan. Narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian dan rangkaian-rangkaian perbuatan kepada pembaca. Contoh narasi ekspositoris antara lain adalah biografi, otobiografi, kisah perjalanan, dan lain-lain.

Narasi sugestif berkaitan dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan dalam suatu kejadian. Seluruh rangkaian peritiwanya berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Tujuannya bukan untuk memperluas pengetahuan pembaca tetapi usaha memberi makna atas kejadian yang disampaikan. Narasi sugestif bertujuan menimbulkan daya khayal atau mampu menyampaikan makna kepada pembaca melalui daya khayalnya. Pembaca diharapkan mampu menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan secara eksplisit (suatu yang tersurat mengenai objek atau subjek yang bergerak dan bertindak), sementara itu makna baru adalah sesuatu yang tersirat (Nurudin, 2007:75)

Narasi sugestif disusun dan disajikan sekian macam sehingga mampu menimbulkan daya khayal pembaca. Pembaca menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan secara eksplisit. Sesuatu yang eksplisit adalah suatu yang tersurat mengenai objek atau subjek ysng bergerak dan bertindak, sedangkan makna yang baru adalah sesuatu yang tersirat (Keraf, 2003:138).

Berdasarkan beberapa teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa narasi ekspositoris merupakan narasi yang berusaha menggugah pembaca agar mengetahui apa yang dikisahkan. Sedangkan narasi sugestif merupakan narasi yang menimbulkan daya khayal atau mampu menyampaikan makna kepada pembaca melalui daya khayalnya.

(6)

apa saja yang cocok untuk setiap bagian cerita? Apakah peristiwa-peristiwa itu sudah tersusun secara logis dan wajar? Rinci peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita: kejadian-kejadian penting dan menarik apa saja yang berkaitan dan mendukung peristiwa utama? Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.

Menurut Nurgiyantoro (2012:431), kriteria penilaian tulisan narasi siswa meliputi: (1) kesesuaian isi tulisan dengan topik; (2) ketepatan logika urutan narasi; (3) ketepatan unsur-unsur narasi; (4) ketepatan penggunaan kalimat; (5) penulisan huruf kapital; (6) penggunaan tanda baca; (7) ketepatan kata. Sedangkan menurut Iskandarwassid (2009:250), kriteria penilaian tulisan narasi siswa meliputi: (1) kualitas dan ruang lingkup isi; (2) organisasi dan penyajian data; (3) komposisi; (4) keruntutan peristiwa; (5) kohesi dan koherensi; (6) gaya dan bentuk bahasa; (7) mekanik (tata bahasa, ejaan, tanda baca); (8) kebersihan tulisan. Berdasarkan beberapa teori di atas, maka ditetapkan untuk memakai kriteria penilaian narasi menurut Nurgiyantoro. Dengan pertimbangan bahwa kriteria penilaian narasi menurut Nurgiyantoro sesuai untuk digunakan dalam menilai karangan narasi siswa SD yang sederhana dan tidak terlalu rumit untuk diterapkan dan dipahami oleh siswa SD.

METODE

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK).Penelitian tindakan kelas ini memiliki tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) pembelajaran di kelas melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam satu atau beberapa siklus sesuai yang dibutuhkan. Adapun tahap-tahap penelitian ini menurut Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, 2006:93) adalah (1) perencanaan; (2) pelaksanaan dan pengamatan; (3) refleksi .

Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SDN Dukuh Pakis I-486 Surabaya yang berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Lokasi penelitian ini adalah SDN Dukuh Pakis I-486 Surabaya yang beralamat di Jalan Dukuh Pakis No. 69 Kota Surabaya.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan: (1) observasi; (2) tes; (3) catatan lapangan. Teknik tersebut digunakan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran, hasil belajar siswa berupa keterampilan menulis narasi, mendeskripsikan kendala-kendala selama menerapkan strategi Story Triangle.

Instrumen penilaian yang digunakan adalah: (1) lembar pelaksanaan pembelajaran; (2) lembar tes hasil belajar siswa; (3) lembar catatan lapangan. Lembar pelaksanaan pembelajaran digunakan untuk memperoleh

data tentang pelaksaanan pembelajaran dan ketercapaian. Lembar tes hasil belajar siswa digunakan untuk memperoleh data tentang keterampilan menulis narasi siswa. Catatan lapangan dilakukan untuk mencatat kendala-kendala yang terjadi pada waktu berlangsungnya pembelajaran. Selanjutnya data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.

Data pelaksanaan pembelajaran dianalisis secara kuantitatif menggunakan rumus:

...(1)

Keterangan:

P = Persentase pelaksanaan Pembelajaran f = Banyaknya aktivitas yang terlaksana. N = Jumlah aktivitas keseluruhan

(Nurgiyantoro, 2012:238) Selanjutnya data tersebut dinyatakan dalam kriteria hasil observasi yang bersifat kualitatif sebagai berikut:

85% - 100% = Sangat Baik. 70% - 84% = Baik.

60% - 69% = Cukup. 50% - 59% = Kurang.

0 % - 49% = Gagal.

(Wahidmurni, dkk., 2010:34) Data ketercapaian pelaksanaan pembelajaran dianalisis secara kuantitatif menggunakan rumus:

...(2)

Keterangan:

N = Nilai Ketercapaian Pelaksanaan Pembelajaran. x = Skor yang diperoleh.

∑x = Skor Maksimal.

(Nurgiyantoro, 2012:238) Selanjutnya data tersebut dinyatakan dalam kriteria nilai ketercapaian pembelajaran yang bersifat kualitatif sebagai berikut:

80 – 100 = baik sekali 66 – 79 = baik 56 – 65 = cukup 40 – 55 = kurang 30 – 39 = gagal

(Arikunto, 2013:281) Data hasil tes belajar berupa nilai akhir siswa dianalisis secara kuantitatif menggunakan rumus:

...(3) N = x

∑xx 100 P =�

�x 100%

(7)

20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00%

100,00% 100,00%

100,00% 100,00%

Keterangan: N = Nilai akhir.

x = skor yang diperoleh. ∑x = Skor maksimal

(Nurgiyantoro, 2012:238) Selanjutnya data tersebut dinyatakan dalam kriteria yang bersifat kualitatif sebagai berikut:

80 – 100 = baik sekali 66 – 79 = baik 56 – 65 = cukup 40 – 55 = kurang 30 – 39 = gagal

(Arikunto, 2013:281) Data hasil tes belajar berupa ketuntasan klasikal dianalisis secara kuantitatif menggunakan rumus:

...(4)

Keterangan

P = Persentase ketuntasan

n = Jumlah siswa yang tuntas belajar N = Jumlah seluruh siswa

(Nurgiyantoro, 2012:238) Selanjutnya data tersebut dinyatakan dalam kriteria yang bersifat kualitatif sebagai berikut:

85% - 100% = Sangat Baik. 70% - 84% = Baik.

60% - 69% = Cukup. 50% - 59% = Kurang. 0 % - 49% = Gagal.

(Wahidmurni, dkk., 2010:34) Analisis rata-rata ketuntasan diperoleh dari hasil tes evaluasi siswa. Adapun rumus yang dipakai adalah sebagai berikut:

...(5)

Keterangan:

N = Nilai rata-rata ketuntasan

x = jumlah total keseluruhan nilai siswa yang tuntas belajar ∑x = jumlah siswa yang tuntas belajar

(Adaptasi Nurgiyantoro, 2012:238) Selanjutnya data tersebut dinyatakan dalam kriteria yang bersifat kualitatif sebagai berikut:

80 – 100 = baik sekali 66 – 79 = baik 56 – 65 = cukup 40 – 55 = kurang 30 – 39 = gagal

(Arikunto, 2013:281)

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila mampu menjawab rumusan masalah yang sudah disusun sebelumnya. Adapun indikator keberhasilan yang direncanakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran mencapai ≥80% dengan nilai ketercapaian ≥75 (Kusumah dan Dwitagama, 2012:53); (2) apabila ≥75% dari keseluruhan siswa yang ada di kelas tersebut telah tuntas belajar (mencapai KKM = 72) (Basrowi dan Suwandi, 2008: 112); (3) semua kendala yang ditemui berhasil diatasi dengan baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang setiap siklusnya terdiri dari dua pertemuan. Disetiap siklus selalu melaksanakan tahapan-tahapan berikut ini: (1) perencanaan, di dalam perencanaan dilakukan kegiatan diantaranya menganalisis kurikulum pada SK dan KD yang akan digunakan, menyusun perangkat pembelajaran, mengembangkan instrumen penelitian, menentukan observer, menyamakan persepsi dengan observer, dan menentukan jadwal pengambilan data; (2) tahap pelaksanaan dan pengamatan, pada tahap pelaksanaan peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan strategi Story Triangle yang telah disusun. Pada tahap pengamatan, pengamat akan mengamati ketercapaian pelaksanaan pembelajaran; (3) refleksi, refleksi dilakukan pada setiap siklus, yang berguna untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan pada siklus tersebut dan akan dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran menulis narasi dengan menerapkan strategi Story Triangle berjalan dengan baik dan mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Berikut adalah rekapitulasi data keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I-II yang tersaji dalam diagram batang di bawah ini:

Diagram 1

Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus I dan II Pertemuan 1 dan 2

P =�

x 100%

P =�

(8)

Diagram 1 menunjukkan persentase keterlaksanaan pembelajaran kemampuan menulis narasi dengan menerapkan stretegi Story Triangle pada siklus I pertemuan 1 mencapai persentase 100% dan pertemuan 2 mencapai persentase 100% dengan rata-rata persentase keterlaksanaan pembelajaran siklus I yaitu 100%. Sedangkan persentase keterlaksanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan 1 mencapai persentase 100% dan pertemuan 2 mencapai persentase 100% dengan nilai rata-rata 100%. Keterlaksanaan pembelajaran ini masuk dalam kategori baik sekali dan telah melampaui kriteria yang telah ditentukan yaitu ≥ 80%.

Nilai ketercapaian pelaksanaan pembelajaran pada siklus I adalah 78,79. Perolehan nilai tersebut termasuk dalam kategori baik (Arikunto, 2013:281) dan telah mencapai indikator keberhasilan yaitu ≥ 75 (Kusumah dan Dwitagama, 2012:53).

Pada siklus II guru memperbaiki tingkat ketercapaian pelaksanaan pembelajaran yang telah dicapai pada siklus I dengan meningkatkan kualitas pembelajaran dan tingkat ketercapaian pelaksanaan pembelajaran. Tingkat ketercapaian pelaksanaan pembelajaran pada siklus II adalah 84,12. Perolehan nilai tersebut termasuk dalam kategori baik sekali (Arikunto, 2013:281). Ketercapaian pelaksanaan pembelajaran pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I Dengan hasil tersebut, ketercapaian pelaksanaan pembelajaran pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditentukan yaitu ≥ 75 (Kusumah dan Dwitagama, 2012:53). Dalam melaksanakan langkah-langkah pembelajaran menulis karangan narasi dengan menerapkan strategi Story Triangle guru telah mampu mengelola waktu dengan baik, persiapan alat tulis oleh guru maupun siswa telah lengkap sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Untuk siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis guru memberikan bimbingan bagi anak tersebut sehingga dapat mengerjakan dengan tepat waktu. Perbandingan hasil ketercapaian pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada diagram sebagai berikut.

Diagram 2

Ketercapaian Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Menerapkan Strategi Story Triangle untuk Meningkatkan

Keterampilan Menulis Narasi

Dapat diketahui bahwa perolehan hasil kegiatan pembelajaran pada siklus I yang dilakukan oleh 2 pengamat pada pertemuan 1 keterlaksanaan pembelajaran adalah 100% dan nilai ketercapaian yaitu 77,21. Pada pertemuan 2 keterlaksanaan pembelajaran adalah 100% dan nilai ketercapaian yaitu 80,36. Nilai total tingkat ketercapaian yang diperoleh dari hasil pengamatan aktivitas guru siklus I pertemuan pertama dan kedua adalah 78,79.

Untuk hasil belajar menulis karangan narasi siswa, kriteria penilaian menerapkan kriteria penilaian narasi menurut Nurgiyantoro. Dengan pertimbangan bahwa kriteria penilaian narasi menurut Nurgiyantoro sesuai untuk digunakan dalam menilai karangan narasi siswa SD yang sederhana dan tidak terlalu rumit untuk diterapkan dan dipahami oleh siswa SD. Kriteria tersebut meliputi: (1) kesesuaian isi tulisan dengan topik; (2) ketepatan logika urutan narasi; (3) ketepatan unsur-unsur narasi; (4) ketepatan penggunaan kalimat; (5) penulisan huruf kapital; (6) penggunaan tanda baca; (7) ketepatan kata.

Berikut ini adalah diagram hasil belajar siswa dengan menerapkan strategi Story Triangle untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas V SDN Dukuh Pakis I-486 Surabaya.

Diagram 3

Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II

Ketuntasan klasikal hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I memperoleh persentase sebanyak 73,07% atau 19 siswa yang tuntas belajar, sedangkan 7 siswa tidak tuntas belajar. Dengan data yang telah didapatkan menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus I belum berhasil karena belum memenuhi standar ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 75%. Oleh karena itu dilanjutkan pada siklus II, dan didapatkan hasil pada siklus II mencapai persentase sebanyak 88,46% atau 23 siswa yang telah tuntas belajar dan 3 siswa tidak tuntas. Hal ini menunjukkan hasil siklus II sudah baik sekali dan ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus II telah mencapai persentase yang ditetapkan pada indikator keberhasilan.

76 78 80 82 84 86

Siklus I Siklus II 78,79

84,12

0,00% 50,00% 100,00%

Siklus I Siklus II

(9)

Pembahasan Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran menulis narasi dengan menerapkan strategi Story Triangle berjalan dengan baik dan mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Keterlaksanaan pembelajaran kemampuan menulis narasi dengan menerapkan stretegi Story Triangle pada siklus I pertemuan 1 mencapai persentase 100% dan pertemuan 2 mencapai persentase 100% dengan rata-rata keterlaksanaan pembelajaran siklus I yaitu 100%. Sedangkan keterlaksanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan 1 mencapai persentase 100% dan pertemuan 2 mencapai persentase 100% dengan nilai rata-rata 100%. Keterlaksanaan pembelajaran ini masuk dalam kategori baik sekali dan telah melampaui kriteria yang telah ditentukan yaitu ≥ 80%.

Nilai ketercapaian pelaksanaan pembelajaran pada siklus Iadalah 78,79. Perolehan nilai tersebut termasuk dalam kategori baik (Arikunto, 2013:281) dan telah mencapai indikator keberhasilan yaitu ≥ 75 (Kusumah dan Dwitagama, 2012:53).

Pada siklus II guru memperbaiki tingkat ketercapaian pelaksanaan pembelajaran yang telah dicapai pada siklus I dengan meningkatkan kualitas pembelajaran dan tingkat ketercapaian pelaksanaan pembelajaran. Tingkat ketercapaian pelaksanaan pembelajaran pada siklus II adalah 84,12. Perolehan nilai tersebut termasuk dalam kategori baik sekali (Arikunto, 2013:281). Ketercapaian pelaksanaan pembelajaran pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I Dengan hasil tersebut, ketercapaian pelaksanaan pembelajaran pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditentukan yaitu ≥ 75 (Kusumah dan Dwitagama, 2012:53). Dalam melaksanakan langkah-langkah pembelajaran menulis karangan narasi dengan menerapkan strategi Story Triangle guru telah mampu mengelola waktu dengan baik, persiapan alat tulis oleh guru maupun siswa telah lengkap sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Untuk siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis guru memberikan bimbingan bagi anak tersebut sehingga dapat mengerjakan dengan tepat waktu.

Ketuntasan klasikal hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I memperoleh persentase sebanyak 73,07% atau 19 siswa yang tuntas belajar, sedangkan 7 siswa tidak tuntas belajar. Dengan data yang telah didapatkan menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus I belum berhasil karena belum memenuhi standar ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 75%. Oleh karena itu dilanjutkan pada siklus II, dan didapatkan hasil pada siklus II mencapai persentase sebanyak 88,46% atau 23 siswa yang telah tuntas belajar dan 3 siswa tidak tuntas. Hal ini menunjukkan hasil siklus II sudah baik sekali dan ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus II telah mencapai persentase yang ditetapkan pada indikator keberhasilan. Kendala-kendala yang muncul pada saat pelaksanaan pembelajaran dapat diatasi dengan baik oleh peneliti. Guru telah mampu mengelola waktu dengan baik, guru telah memberikan lebih banyak motivasi kepada siswa sehinngga siswa lebih

bersemangaat mengikti pembelajaran. persiapan alat tulis oleh guru maupun siswa telah lengkap sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Untuk siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis guru memberikan bimbingan bagi anak tersebut sehingga dapat mengerjakan dengan tepat waktu.

Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa dan pelaksanaan pembelajaran. Karena penelitian ini telah mencapai indikator keberhasilan yang telah dientukan, maka penelitian ini dinyatakan telah berhasil.

Kelebihan dan kekurangan yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran siklus I sampai siklus II dapat dijadikan suatu bahan refleksi untuk lebih meningkatkan pembelajaran agar ke depannya menjadi lebih baik dan mendapatkan hasil yang optimal.

Dalam penerapan strategi Story Triangle, kegiatan pembelajaran berjalan dengan optimal. Adanya perubahan yang signifikan dengan tingkah laku siswa dari yang belum mengerti sampai sudah mengerti, khususnya dalam menulis karangan narasi. Sesuai dengan pendapat Budiningsih (2012:51) bahwa belajar merupakan suatu aktivitas yang mengakibatkan adanya perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Setiap siswa telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya.

Proses pembelajaran dengan menerapkan strategi Story Triangle menunjukkan adanya ciri-ciri belajar yang sesuai dengan pendapat Djamarah (2011:15) yang menyatakan bahwa adanya perubahan dalam diri siswa yang meliputi perubahan yang terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat fungsional, perubahan dalam belajar bersifat pasif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Dalam penerapan strategi Story Triangle, siswa dapat membangun (mengkonstruksikan) sendiri pengetahuan yang dibutuhkan. Strategi Story Triangle yang dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang benar dalam menulis karangan narasi melalui langkah-langkah penerapan strategi Story Triangle. Sejalan dengan teori belajar konstruktivisme yang dikemukakan oleh Suprijono (2010:40) bahwa pembelajaran berbasis konstruktivisme merupakan proses menuangkan ide, pikiran, dan solusi. Belajar bukan hanya mengkonstruksikan makna dan mengembangkan pikiran, namun juga memperdalam proses-proses pemaknaan tersebut melalui pengekspresian ide-ide.

(10)

merupakan proses yang melibatkan skemata, asimilasi, akomodasi, dan equilibration.

Sesuai dengan pendapat Rozakis (dalam Jingga, 2012:40), strategi Story Triangle dapat membantu siswa untuk menunjukkan sesuatu dengan tepat dalam menyoroti sebuah cerita dengan mendeskripsikan bagian-bagian penting menggunakan beberapa kata. Sebelum memulai menulis narasi, hendaknya membuat kerangka cerita terlebih dahulu. Hal itu dapat membantu penyajian cerita dengan lebih baik dan tepat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi Story Triangle untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas V SDN Dukuh Pakis I-486 Surabaya telah berhasil.

PENUTUP Simpulan

Pelaksanaan pembelajaran menulis narasi melalui strategi Story Triangle pada siswa kelas V di SDN Dukuh Pakis I-486 Surabaya berjalan dengan baik. Berdasarkan data hasil pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan, tampak bahwa terjadi peningkatan terhadap proses pelaksanaan pembelajaran menulis karangan narasi. Berdasarkan data hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran diperoleh hasil, yaitu siklus I mencapai 100% dengan nilai ketercapaiannya adalah 78,79. Sedangkan pelaksanaan pembelajaran siklus II juga telah mencapai 100% dengan nilai ketercapaiannya adalah 84,12. Ketuntasan klasikalnya mencapai 73,07% pada siklus I dan 88,46% pada siklus II.

Kendala yang dialami yaitu alokasi waktu yang kurang, media guru yang masih belum dapat menggali ide siswa dengan optimal, instruksi yang disampaikan guru kurang jelas. Kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan menambah jam pertemuan, memperbaiki media, dan menyampaikan instruksi dengan jelas. Peneliti bernegosiasi dengan guru kelas agar dapat menambah alokasi waktu menjadi 6x35 menit pada siklus selanjutnya. Dengan adanya tambahan waktu, siswa yang masih kesulitan dalam mengarang dapat dibimbing secara lebih optimal. Selain itu siswa menjadi tidak tergesa-gesa dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi Story Triangle dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas V SDN Dukuh Pakis I-486 Surabaya.

Saran

Dalam perencanaan pembelajaran sebaiknya guru dalam Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti memberikan beberapa saran. Dalam perencanaan pembelajaran sebaiknya guru dalam memilih strategi pembelajaran disesuaikan dengan materi menulis dan karakter siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sebaiknya guru menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran menulis agar dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Guru hendaknya memahami perbedaan

kemampuan menulis siswa, agar dalam kegiatan pembelajaran guru dapat membimbing siswa dengan tepat sasaran.

Hendaknya strategi Story Triangle diterapkan dalam kegiatan menulis karena strategi Story Triangle memudahkan siswa dalam menulis karangan, terutama karangan narasi. Hendaknya sekolah membekali guru untuk menguasai dan menerapkan pembelajaran yang inovatif dalam menulis, sehingga pembelajaran akan lebih menarik, bermakna, siswa lebih termotivasi dan aktif berpartisipasi. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru (teacher center) melainkan berpusat pada siswa (student center) sehingga hasil belajarpun meningkat.

Peneliti lain dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan rujukan untuk dapat melakukan penelitian tentang pembelajaran menulis karangan narasi dengan menerapkan strategi pembelajaran yang berbeda sehingga siswa dapat menemukan pengalaman baru dan pengetahuan baru dalam pembelajaran menulis karangan narasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

________. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidika n Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara

Basrowi dan Suwandi.2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia Budiningsih, Asri. 2012. Belajar & Pembelajaran.

Jakarta: Rineka Cipta

Eriyanto. 2013. Analisis Naratif. Jakarta: Kencana Ginnis, Paul. 2008. Trik & Taktik Mengajar. Jakarta:

Indeks

Iskandarwassid, Dadang S. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya Jingga. 2012. Yuk Menulis Yuk. Yogyakarta: Araska Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2012. Mengenal

Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks Nurgiyantoro, 2012, Penilaian Pembelajaran Bahasa.

Yogyakarta: BPFE

Nursalim. 2011. Pengantar Kemampuan Berbahasa Indonesia. Pekanbaru: Zanafa Publishing Rosyadi, Rahmat. 2008. Menjadi Penulis Profesional itu

Mudah. Bogor: Ghalia Indonesia

(11)

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Susanto, Ahmad. 2013. Teori belajar & Pembelajaran di

Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Wahidmurni, dkk. 2010. Evaluasi Pembelajaran.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kebanyakan tata bahasa Bahasa Indonesia (BI) ditulis oleh tata bahasawan Indonesia maupun asing dalam tahun Iima-puluhan, pada :-vaktu bahasa na- sional kita haru

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan pada anggaran pendapatan dan belanja daerah dengan menggunakan rasio keuangan pada dinas pendapatan daerah

Sikap, Dan Tindakan Donor Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran. Universitas Tanjungpura

Pengaruh pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas akuntabilitas keuangan(studi kasus pada skpd pemerintah kabupaten bandung)..

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan bagi pendidikan keperawatan tentang gambaran spiritualitas lansia yang mengalami penyakit jantung khususnya di

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan reaksi stres antara sebelum dan sesudah mengikuti terapi ruqyah pada klien di Klinik Ruqyah Surabaya..

media/buku gambar untuk dikreasi sedemikian rupa. Penyelenggarakan bimbingan belajar Biologi bagi anak-anak SD dan SMP di Dusun Keruk IV dengan materi sebagai berikut..