BAB I
PENDAHULUAN
Terapi oksigen digunakan untuk memberikan konsentrasi oksigen melebihi dari
konsentrasi udara ruangan, mencegah hipoksemia, dan meningkatkan kemampuan
transpor oksigen ke jaringan. Terdapat dua komponen yang perlu diperhatikan pada
dukungan terapi oksigen yaitu sumber oksigen (oksigen kompresi, oksigen cair,
oksigen konsentrat) dan perangkat oksigen (nasal kanul, sungkup, transtrakeal).1 Pada bayi baru lahir, paru – paru harus bersih dari cairan, menghasilkan
functional residual capacity (FRC), dan bernafas secara spontan dan reguler.
Keadaan ini tidak didapati pada bayi – bayi prematur (BP) tanpa bantuan. Paru –
paru BP belum berkembang, defisit surfaktan, kolaps pada akhir ekspirasi, dan
kesulitan menghasilkan FRC. Continuous positive airway pressure (CPAP) dan
positive end-expiratory pressure (PEEP) dapat menjadi alat bantu pernafasan pada
keadaan ini. Alat ini digunakan untuk membantu ekspansi paru, volume residual
paru, mencegah kolaps alveoli, mengurangi ketidakcocokan ventilasi-perfusi dan
resistensi udara, meningkatkan oksigenasi, mengurangi usaha bernafas, dan
stabilisasi pola nafas.1
Ventilasi mekanik noninvasif (VMN) telah menjadi bagian utama dari alat
bantu nafas pada pasien – pasien dengan gagal nafas akut atau kronik. VMN dipakai
sebagai pengganti ventilasi mekanik invasif. Pada beberapa studi menyimpulkan
bahwa VMN lebih bertahan lama, mengurangi risiko pneumonia akibat ventilator,
lebih nyaman, lebih murah. Disain VMN memiliki beberapa kekurangan yakni
sungkup yang dapat mengakibatkan kebocoran udara, ketidakcocokan sungkup
yang dapat mengakibatkan kecemasan. Sekitar 10 – 15% pasien tidak respon
dengan VMN karena permasalahan sungkup berupa sungkup terlalu ketat, sering
direposisi, seringnya sungkup diganti, trauma kulit akibat pemakaian sungkup,
aerofagia, kesulitan mengangkat sekret, dan posisi sungkup tidak stabil.2
Tujuan refarat ini adalah untuk menjelaskan tentang ventilasi mekanik noninvasif,
