BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Saham
Saham menurut Lubis (2006: 59) secara sederhana dapat didefinisikan
sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan atau perseroan terbatas.
Umumnya saham yang dikenal sehari-hari merupakan saham biasa
(common stok). Berikut ini jenis-jenis pembagian saham menurut Widoatmodjo
(2009: 99):
1. Saham biasa (common stok). Saham ini yang menempatkan pemiliknya pada posisi paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan dilikuidasi.
2. Saham preferen. Saham preferen merupakan saham yang memiliki berbagai kelebihan. Kelebihan ini dihubungkan dengan pembagian dividen atau pembagian aktiva pada saat likuidasi. Saham preferen akan memperoleh terlebih dulu pembagian deviden sesuai dengan yang nilai yang telah ditetapkan sebelum pemegang saham biasa. Dividen saham preferen tidak terutang atas waktu, tetapi terutang apabila sudah diumumkan oleh perusahaan.
Ada 2 (dua) keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham, yaitu:
1. Dividen
atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS.
2. Capital gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain
2.1.2. Return Saham
Return merupakan tingkat keuntungan dari suatu investasi. Sedangkan resiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Jogiyanto (2003:103) membedakan return saham menjadi dua jenis yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan resiko di masa mendatang. Sedang return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang dan bersifat tidak pasti. Selain memperhatikan keuntungannya, investor juga perlu memperhatikan resiko apa saja yang timbul atas suatu investasi dan apa saja informasi yang ada di pasar modal. Menurut Tandelilin (2001), sumber-sumber dari return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu:
1. Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi.
memberikan keuntungan (kerugian) para investor. Dengan kata lain capital gain (loss) adalah selisih harga beli dan harga jual.
Bursa efisiensi pasar adalah masalah yang penting bagi investor untuk merumuskan masalah yang penting bagi investor untuk merumuskan strategi investasi jangka pendek maupun jangka panjang. Sebuah pasar yang efisien adalah yang menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh umum. Ini memberikan penilaian secara objektif tentang sekuritas beresiko, yang mengakibatkan kemungkinan hilangnya untuk mendapatkan abnormal return dibawah kondisi kepastian (Kumar dan Dhankar, 2011).
Menurut Jogiyanto (2003: 107) return saham dapat dirumuskan sebagai berikut:
Return Saham = P t – P t−1
P t−1
Keterangan:
Pt = Harga saham periode tahun t Pt-1
Dalam penelitian ini return saham dihitung dengan cara mengurangkan harga saham pada waktu tertentu dengan harga saham pada periode sebelumnya serta memasukkan unsur dividen yang diterima oleh para pemegang saham.
= Harga saham periode tahun t-1
2.1.3. Dividen
maka dapat dikatakan bahwa dividen merupakan proporsi pembagian laba yang
diperoleh perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham perusahaan
.Dividen memiliki efek pada harga saham dan pertumbuhan masa depan
perusahaan, tata kelola perusahaan harus memiliki strategi dividen yang cocok. Ada
pendekatan dividen seperti dividen yang stabil, rasio payout, dan ketersediaan uang
tunai (Al Twaijry, 2007).
Menurut Arifin (2004: 60) pembayaran dividen banyak terkait dengan struktur kepemilikan mempengaruhi besar pembayaran dividen dari dua sisi, yaitu pertama ketika kepemilikan perusahaan terkonsentrasi (hanya ada beberapa pemilik), asyimmetric information antara orang dalam dan orang luar perusahaan relative kecil sehingga manajer tidak perlu menggunakan dividen untuk menyampaikan informasi.
Menurut Darmaji dan Fachruddin (2006: 9) dividen yang dibagikan
perusahaan dapat berupa:
1. Dividen Tunai
Dividen tunai artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa
uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham.
2. Dividen Saham
Dividen saham artinya kepada para pemegang saham saham diberikan dividen
sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki oleh seorang pemodal akan
bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
Sedangkan Baridwan (2004: 233) menyatakan dividen yang dibagikan kepada
para pemegang saham dapat berbentuk:
Pembagian dividen yang paling sering dilakukan adalah dalam bentuk uang. Para
pemegang saham akan menerima dividen sebesar tarif per lembar dikalikan
jumlah lembar yang dimiliki.
2.
Dividen yang berbentuk aktiva (selain kas dan saham sendiri)Dividen yang dibagikan kadang–kadang tidak berbentuk uang tunai, tetapi berupa
aktiva seperti saham perusahaan lain atau barang–barang hasil produksi
perusahaan yang membagikan dividen tersebut. Pemegang saham yang menerima
dividen seperti ini mencatat dalam bukunya dengan jumlah sebesar harga pasar
yang diterimanya.
3.
Dividen saham (stock dividen)
Penerimaan dividen dalam bentuk saham dari perusahaan yang membagi
saham disebut dividen saham. Saham yang diterima berbentuk saham yang
sama dengan yang dimiliki atau saham jenis yang lain.
2.1.4. Kebijakan Dividen
Menurut Sartono (2001: 281) “kebijakan dividen adalah keputusan apakah
yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen
atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa
datang”. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka
akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana
intern atau internal financing. Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk menahan
laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2006: 334) pendapat tentang dividen
1. Dividen dibagi sebesar–besarnya
Argumentasi pendapat ini adalah bahwa harga saham dipengaruhi oleh dividen
yang dibayarkan. Argumentasi ini mempunyai kesalahan dalam hal bahwa
peningkatan pembayaran dividen hanya dimungkinkan apabila laba yang
diperoleh oleh perusahaan juga meningkat. Perusahaan tidak bisa membagikan
dividen yang makin besar apabila laba yang diperoleh tidak meningkat.
Memang benar kalau perusahaan mampu meningkatkan pembayaran dividen
karena peningkatan laba, harga saham akan naik. Harga saham tersebut
disebabkan karena kenaikan laba dan bukan kenaikan pembayaran dividen.
2. Dividen tidak relevan
Mereka yang menganut pendapat ini mengatakan bahwa perusahaan bisa saja
membagikan dividen yang banyak ataupun sedikit, asalkan dimungkinkan
menutup kekurangan dana dari sumber ekstern, jadi yang penting adalah apakah
investasi yang tersedia diharapkan akan memberikan NPV yang positif, tidak
peduli apakah dana yang dipergunakan untuk membiayai berasal dari dalam
perusahaan (menahan laba) ataukah dari luar perusahaan (menerbitkan saham
baru). Dampak pilihan keputusan tersebut sama saja bagi kekayaan pemodal,
atau keputusan dividen adalah tidak relevan (the irrelevant of dividend).
3.
Dividen dibagikan sekecil–kecilnya
notaris, akuntan, konsultan hukum, pendaftaran saham saham, dan
sebagainya, yang berkisar antara 2 – 4 %.
Kebijakan dividen adalah suatu kebijakan perusahaan sehubungan dengan membayar pendapatan sebagai dividen dibandingkan mempertahankan mereka untuk reinvestasi di perusahaan (Mgbame, 2011). Ini adalah pembagian keuntungan antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali dalam perusahaan. Dengan demikian kebijakan dividen merupakan bagian penting dari jangka panjang strategi perusahaan pembiayaan.
Ada beberapa teori yang digunakan sebagai landasan dalam menentukan kebijakan dividen untuk perusahaan, sehingga dapat dijadikan pemahaman mengapa suatu perusahaan mengambil kebijakan dividen tertentu. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2001):
1.
Teori irelevansi dividen (dividend irrelevance theory)
Merton Miller dan Franco Modigliani (1961) berpendapat, nilai suatu
perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya dividend payout ratio, tapi
ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan resiko perusahaannya.
Jadi menurut Miller dan Modigliani, dividen adalah tidak relevan untuk
diperhitungkan karena tidak akan meningkatkan kesejahteraan pemegang
saham. Menurut Miller dan Modigliani, kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi
oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau earning
power dari asset perusahaan.
a.
Pasar modal sempurna dimana para investor rasional
b.
Tidak ada biaya emisi saham jika perusahaan menerbitkan saham baru.
c.
Tidak ada pajak baik perorangan maupun pajak penghasilan perusahaan.
d.
Informasi tentang investasi tersedia untuk setiap individu.
2.
Teori ”bird-in-the-hand” (bird in the hand theory)
Menurut Keown (2000,611) kepercayaan bahwa pendapatan dividen
mempunyai nilai lebih tinggi bagi investor daripada pendapatan modal.
Sedangkan menurut Litner (1962) mengemukakan bahwa para pemegang
saham lebih suka kalau keuntungan dibagikan dalam bentuk dividen dari pada
retained earning. Alasan mereka adalah pembayaran dividen merupakan
penerimaan yang pasti disbanding dengan capital gain. Mereka mengkiaskan
bahwa satu burung ditangan lebih berharga daripada seribu burung di udara.
Teori inilah yang kemudian disebut sebagai bird in the hand theory.
3.
Teori Preferensi Pajak (tax preference theory)
Apabila dividen dikenakan pajak dengan jumlah yang lebih tinggi dari pada pajak atas capital gain, pemodal menginginkan agar dividen tersebut dibagikan dalam jumlah kecil dengan maksud untuk memaksimumkan nilai perusahaan.
Menurut (Atmajaya, 1994) faktor yang mempengaruhi dalam menetukan
kebijakan dividen, antara lain:
1. Perjanjian hutang, pada umumnya perjanjian hutang antara perusahaan dengan kreditor membatasi pembayaran dividen.
3. Tersedianya kas, dividen berupa uang tunai hanya dapat dibayar jika tersedia uang tunai yang cukup.
4. Pengendalian, jika manajemen ingin mempertahankan control terhadap perusahaan, ia cenderung menjual saham baru. Akibat dividen yang dibayarkan kecil.
5. Kebutuhan dana untuk investasi, perusahaan yang berkembang selalu membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek-proyek yang menguntungkan.
6. Fluktuasi laba, jika laba perusahaan cenderung stabil, perusahaan dapat membagikan dividen yang relative besar tanpa takut harus menurunkan dividen jika laba tiba-tiba merosot. Sebaliknya jika laba perusahaan berfluktuasi dividen sebaiknya kecil agar kestabilan terjaga.
Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan rasio antara antara dividend per
share dengan earning per share. Dividend Payout Ratio mencerminkan kebijakan
dividen dari manajemen mengenai besarnya dividen yang harus dibagikan kepada
pemegang saham.
Ada dua prediksi dari teori pecking order (Chang, 2009):
1. Internal keuangan yang pertama kali digunakan untuk melakukan investasi sebelum pembayaran dividen. Dengan demikian, investasi diperkirakan memiliki pengaruh negatif terhadap pembayaran dividen.
2. Investasi akan dikorbankan atau ditunda karena keuangan internal yang telah digunakan untuk membayar dividen. Oleh karena itu, pembayaran dividen memiliki pengaruh negatif terhadap investasi. Prediksi ini disempurnakan menjadi prediksi diuji bahwa ada interaksi negatif antara dividend payout ratio dan investasi.
Menurut Sartono (2001:292), faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen ada lima, yaitu:
Kebutuhan dana perusahaan merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen karena posisi kas perusahaan harus diperhatikan. 2. Likuiditas perusahaan.
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen karena dividen merupakan kas keluar bagi perusahaan, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
3. Kemampuan meminjam
Perusahaan yang memiliki kemampuan meminjam lebih besar akan memiliki kemampuan untuk membayar dividen yang lebih besar pula.
4. Keadaan pemegang saham
Jika keadaan pemegang saham lebih besar berorientasi pada capital gain, maka dividend payout akan rendah, sehingga memungkinkan perusahaan untuk menahan laba untuk investasi yang profitable.
5. Stabilitas dividen
Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada dividend payout ratio yang tinggi.
Menurut Twaijry (2008) faktor penentu paling penting dalam strategi dividen adalah:
1. Pola dividen masa lalu. 2. Stabilitas pendapatan.
3. Laba saat ini dan masa yang akan datang.
Merupakan rasio likuiditas (liquidity ratio) menggambarkan kemampuan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan ak tiv a l ancar yang ada. Current ratio sendiri merupakan salah satu indikator dari rasio likuiditas. Current ratio merupakan rasio antara lancar dengan hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan. rasio ini mengukur aktiva yang dimiliki perusahaan dalam hutang lancar perusahaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2006) dan penelitian yang dilakukan oleh Ulupui (2006) menyatakan bahwa dengan kenaikan current ratio, maka akan meningkatkan return saham. Jika return tersebut meningkat maka saham tersebut akan diminati oleh para investor.
2.1.6. Debt To Equity Ratio (DER)
Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Dalam Dwiarti (2009), financial leverage digunakan untuk mengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan hutang. Investor akan menilai bahwa perusahaan yang memiliki hutang yang tinggi akan memiliki kemampuan rendah untuk membayar dividen, karena return yang diperoleh akan diprioritaskan untuk digunakan membayar hutang beserta bunganya. Saham yang memberikan dividen kecil membuat harga cenderung turun karena minat investor akan rendah untuk memiliki atau membelinya. Jadi akan beresiko tinggi jika berinvestasi pada saham yang memiliki leverage tinggi.
2.1.7. Returm on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) menggambarkan kinerja keuangan perusahaan
perusahaan. Return on assets digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan
berdasarkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan jumlah assets yang
dimiliki, return on asset akan dapat menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga
saham. Kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva
yang digunakan akan berdampak pada pemegang saham perusahaan. Return on
asset yang semakin bertambah menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin
baik dan para pemegang saham akan mendapatkan keuntungan dari dividen yang
diterima semakin meningkat. Atau semakin meningkatnya harga maupun return
saham. Namun dalam kenyataannya teori tersebut tidak sepenuhnya didukung
oleh bukti empiris yang dilakukan beberapa peneliti sebelumnya. Salah satu bukti
empiris yang dilakukan Trisnawati (1999) menunjukkan bahwa return on assets
(ROA) tidak signifikan berpengaruh terhadap return saham. Sedangkan hasil
penelitian dari Hardiningsih dkk (2002) menunjukkan bahwa return on assets
berpengaruh signifikan dan positif terhadap return saham. Dari dua hasil
penelitian tersebut, ternyata profitabilitas perusahaan menunjukkan hasil yang
berbeda-beda, sedangkan teori yang mendasari menyatakan semakin tinggi return
on asset berarti kinerja perusahaaan semakin baik dan return semakin tinggi
2.1.8. Cash Flow to Debt (CFD)
Cash flow to debt adalah membandingkan operasi perusahaan arus kas
tinggi rasio persentase, semakin baik kemampuan perusahaan untuk membayarkan
total hutang.
2.1.9. Size
Ukuran perusahaan merupakan salah satu alat untuk mengukur besar
kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan besar mungkin lebih memiliki pemikiran
yang luas, skill karyawan yang tinggi, sumber informasi yang banyak
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Karyawan, aktiva, penjualan, market
value dan value added adalah beberapa ukuran umum untuk menentukan besar
kecilnya suatu perusahaan.Ukuran untuk menentukan ukuran perusahaan adalah dengan log natural
dari total asset.
2.1.10. Price Book Value (PBV)
Book Value merupakan faktor fundamental yang berhubungan positif dengan
return saham.
2.1.11. Total Assets Turn Over (TATO)
Total asset turn over merupakan salah satu rasio aktivitas, yaitu yang menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran aktiva-aktiva tersebut. total asset turn over digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan.
Nilai total asset turn over yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan dananya. Dari penjualan yang tinggi diharapkan dapat dihasilkan return yang tinggi juga.
2.1.12. Arus Kas (Cash Flow)
Namun ukuran cash flow yang digunakan adalah cash flow yang diperoleh
dari aliran kas yang telah terjadi yang tercermin dalam laporan arus kas yang
terdiri dari arus kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Dengan demikian secara matematis, cash flow menurut Brealey (2008: 66)
dapat dirumuskan:
Cash Flow (CF) = AKO + AKI + AKP
dimana: CF = arus kas (cash flow), AKO = arus kas bersih dari aktivitas
operasi, AKI = arus kas bersih dari aktivitas investasi dan AKP = arus kas bersih
dari aktivitas pendanaan. Jika cash flow meningkat, maka hal ini menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam membayar dividen juga semakin meningkat,
sehingga meningkatkan kepercayaan para investor terhadap kinerja
perusahaan.Ada 3 (tiga) alat pengukuran untuk menganalisis arus kas yang lebih
efisien (Delaney dan Carlton, 2008):
1. Arus kas operasi membuat kemampuan perusahaan yang lebih kuat untuk menghasilkan kas dari bisnis utamanya
2. Arus kas bebas membuat gambaran jelas dari prioritas kas strategis perusahaan 3. Arus kas internal membuat pemahaman yang lebih baik tentang ketergantungan
perusahaan pada pembiayaan luar.
2.1.13. Net Profit Margin
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi.
2.1.14. Pertumbuhan Penjualan
Peningkatan penjualan menghasilkan peningkatan kebutuhan modal kerja, yang dapat mempengaruhi pembayaran dividen. Pertumbuhan penjualan mencerminkan keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan juga merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri. Pertumbuhan penjualan yang tinggi maka akan mencerminkan pendapatan meningkat sehingga cenderung harga saham meningkat.
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Munthe (2009) menguji kandungan current ratio, cash flow to debt (CFD), price book value (PBV), size dalam hubungannya dalam return saham. Sampel yang digunakan berjumlah 32 emiten manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari beberapa faktor fundamental seperti current, ratio, return on equity, cash flow to debt, price book value dan ukuran perusahaan (size) secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Tetapi secara parsial hanya return on equity yang berpengaruh secara return saham.
Dalam penelitian Faried (2008) menguji debt to equity ratio, return on asset dan price book value terhadap return saham. Return on asset dan price book value secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
Dalam penelitian Ulupui (2007) menguji current ratio, return on asset, total asset turn over, debt to equity. Current ratio dan return on asset yang secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Debt to equity ratio dan total asset turn over tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Tetapi secara simultan berpengaruh terhadap return saham.
Dalam penelitian Khatik (2004) menguji dividen kas, laba dan cash flow terhadap return saham. Dividen kas dan laba secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang menjadi rujukan dapat dilihat pada Tabel 2.1. dibawah ini :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu dan Hasil Penelitian
No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian 1 Munthe
Return on Equity secara
parsial yang berpengaruh signifikan
terhadap return saham
2 Astuti (2006) Analisis pengaruh
fundamental terhadap return saham Value dan Total Asset Turn Over secara parsial signifikan berpengaruh terhadap return saham
3 Ulupui (2007) Analisis pengaruh rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas terhadap return saham equit ratio dan total asset turn over secara parsial signifikan berpengaruh terhadap return saham
4 Faried (2008) Analisis pengaruh faktor fundamental terhadap return price book value secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham
5 Khatik (2004) Pengaruh informasi
fundamental terhadap return saham
Dividen kas, laba, cash flow
6 Estuari (2010)
Pengaruh CR,DER,ROI, EPS dan dividend payout ratio terhadap return saham
Current ratio, debt to equity ratio, return on
ivestment,earning pershares, DPR
Dividen payout ratio
secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap return saham