• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Alat Pemipil Jagung (Corn Sheller)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rancang Bangun Alat Pemipil Jagung (Corn Sheller)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH

HAYADO TAMBUNAN

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

SKRIPSI

OLEH :

HAYADO TAMBUNAN

090308050/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

NIM : 090308050

Program Studi : Keteknikan Pertanian

Mengetahui,

Ainun Rohanah, STP, M.Si

Ketua Program Studi Keteknikan Pertanian

Tanggal Lulus : 30 Mei 2015

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Achwil Putra Munir, STP, M.Si Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S

(4)

Achwil Putra Munir, STP, M.Si.

Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S.

Sulastri Panggabean, STP, M.Si.

Nazif Ichwan, STP, M.Si.

(5)

HAYADO TAMBUNAN: Rancang Bangun Alat Pemipil Jagung. Dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan SUMONO.

Penggunaan alat pemipil jagung merupakan salah satu penanganan pasca panen untuk meningkatkan produksi jagung. Untuk mendukung hal tersebut maka diperlukan suatu alat pemipil jagung yang digerakkan oleh listrik. Penelitian dilakukan dengan studi literatur dan melakukan pengamatan tentang alat pemipil jagung. Kemudian dilakukan perancangan bentuk perangkaian komponen-komponen alat pemipil jagung. Kapasitas efektif alat sebesar 115,632 kg/jam. Nilai kapasitas efektif alat ini lebih besar daripada alat pemipil jagungyang digerakkan oleh tenaga manusia. Biaya pokok yang harus dikeluarkan dalam

memipil jagung dengan alat ini adalah Rp. 78,855/kg pada tahun ke-1, Rp. 73,474/kg pada tahun ke-2, Rp. 71,683/kg pada tahun ke-3, Rp. 70,789/kg

pada tahun ke-4, dan Rp. 70,254/kg pada tahun ke-5. Alat ini akan mencapai nilai break even point apabila telah memipil jagung sebesar 5.645,97 kg/tahun. Net present value alat ini dengan suku bunga 6% adalah Rp. 127.291.705,59 yang berarti usaha ini layak untuk dijalankan. Internal rate of return pada alat ini adalah sebesar 45,02 %.

Kata kunci : rancang bangun alat, alat pemipil, jagung

ABSTRACT

HAYADO TAMBUNAN: Design of Mechanical Corn Sheller Equipment. Supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and SUMONO.

The use of corn sheller is one of post-harvest handling to increase maize production. To support this, we need a corn sheller driven by electricity. The study was conducted with literature study and observationon corn sheller. Then design the coupling components of the equipment corn sheller. Effective capacity was115,632 kg / h. The value of the effective capacity of the equipmentwas larger than corn sheller driven by human power. Basic cost to be incurred in releasing corn with this tool was Rp. 78,855/kg in the 1st year, Rp. 73,474/kg in the 2nd year,

Rp. 71,683/kg in the 3rd year, Rp. 70,789/kg in the 4th year, and Rp. 70,254/kg in the 5th year. Thisequipment will reach break even point if it has

been releasing cornat 5.645,97 kg/year. Net present value of the equipment with 6% interest rate was Rp. 127.291.705,59 which meant that the business was feasible to run. The internal rate of return was 45,02 %.

(6)

Hayado Tambunan dilahirkan di Balige, Kabupaten Toba Samosir pada

tanggal 6 Juni 1991 dari ayah Tahan Tambunan dan ibu Juliwaty Nababan.

Penulis merupakan anak ketiga dari enam bersaudara.

Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Balige dan tahun yang

sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Keteknikan

Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi Ikatan

Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) sebagai Biro bidang pengabdian

masyarakat pada tahun 2010-2011, pengurus komisariat Gerakan Mahasiswa

Kristen Indonesia (GMKI) Fakultas Pertanian USU pada tahun 2010-2013, Ketua

Umum Majelis Permusyawaratan Fakultas (MPMF) Pertanian USU pada tahun

2011-2012, dan Sekretaris Kelompok Aspirasi Mahasiswa (KAM) Perubahan

USU pada tahun 2012-2014.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa

Sawit di PT. Socfin Indonesia (Socfindo) Palm Oil Mill (POM) Tanah Gambus,

(7)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul ”Rancang Bangun Alat Pemipil Jagung (Chorn Sheller) sebagai

salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi

Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Bapak Achwil Putra Munir, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan

kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S selaku anggota komisi pembimbing yang

telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga

kepada seluruh staf pengajar dan pegawai program studi Keteknikan Pertanian

serta semua rekan mahasiswa yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi

ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat

membangun untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Juli 2015

(8)

DAFTAR ISI

Asal usul dan penyebaran ... 5

Botani jagung ... 7

Logam yang Digunakan ... 22

Baja tahan karat ... 22

Besi ... 23

Baut dan mur ... 23

Mekanisme Pembuatan Alat ... 24

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian... 25

Analisis Ekonomi ... 25

Biaya pemakaian alat ... 26

Biaya tetap ... 26

Biaya tidak tetap ... 28

Break even point ... 29

Net present value ... 31

Internal rate of return ... 32

BAHAN DAN METODE ... 32

Waktu dan Tempat Penelitian ... 32

Bahan dan Alat Penelitian ... 32

Metodologi Penelitian ... 32

(9)

Parameter yang Diamati ... 36

Kapasitas efektif alat ... 36

Analisis ekonomi ... 36

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

Alat Pemipil Jagung ... 39

Prinsip Kerja Alat Pemipil Jagung ... 41

Kapasitas Efektif Alat ... 41

Analisis Ekonomi ... 43

Biaya pemipilan biji jagung ... 44

Break even point ... 44

Net present value ... 45

Internal rate of return ... 45

KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

Kesimpulan ... 47

Saran ... 47

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Flowchart pelaksanaan penelitian ... 50

2. Perhitungan daya motor listrik ... 52

3. Kapasitas efektif alat ... 53

4. Analisis ekonomi ... 54

5. Break even point ... 57

6. Net present value ... 58

7. Internal rate of return ... 61

8. Spesifikasi alat ... 64

9. Gambar teknik ... 66

10.Gambar buah jagung ... 69

(12)

HAYADO TAMBUNAN: Rancang Bangun Alat Pemipil Jagung. Dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan SUMONO.

Penggunaan alat pemipil jagung merupakan salah satu penanganan pasca panen untuk meningkatkan produksi jagung. Untuk mendukung hal tersebut maka diperlukan suatu alat pemipil jagung yang digerakkan oleh listrik. Penelitian dilakukan dengan studi literatur dan melakukan pengamatan tentang alat pemipil jagung. Kemudian dilakukan perancangan bentuk perangkaian komponen-komponen alat pemipil jagung. Kapasitas efektif alat sebesar 115,632 kg/jam. Nilai kapasitas efektif alat ini lebih besar daripada alat pemipil jagungyang digerakkan oleh tenaga manusia. Biaya pokok yang harus dikeluarkan dalam

memipil jagung dengan alat ini adalah Rp. 78,855/kg pada tahun ke-1, Rp. 73,474/kg pada tahun ke-2, Rp. 71,683/kg pada tahun ke-3, Rp. 70,789/kg

pada tahun ke-4, dan Rp. 70,254/kg pada tahun ke-5. Alat ini akan mencapai nilai break even point apabila telah memipil jagung sebesar 5.645,97 kg/tahun. Net present value alat ini dengan suku bunga 6% adalah Rp. 127.291.705,59 yang berarti usaha ini layak untuk dijalankan. Internal rate of return pada alat ini adalah sebesar 45,02 %.

Kata kunci : rancang bangun alat, alat pemipil, jagung

ABSTRACT

HAYADO TAMBUNAN: Design of Mechanical Corn Sheller Equipment. Supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and SUMONO.

The use of corn sheller is one of post-harvest handling to increase maize production. To support this, we need a corn sheller driven by electricity. The study was conducted with literature study and observationon corn sheller. Then design the coupling components of the equipment corn sheller. Effective capacity was115,632 kg / h. The value of the effective capacity of the equipmentwas larger than corn sheller driven by human power. Basic cost to be incurred in releasing corn with this tool was Rp. 78,855/kg in the 1st year, Rp. 73,474/kg in the 2nd year,

Rp. 71,683/kg in the 3rd year, Rp. 70,789/kg in the 4th year, and Rp. 70,254/kg in the 5th year. Thisequipment will reach break even point if it has

been releasing cornat 5.645,97 kg/year. Net present value of the equipment with 6% interest rate was Rp. 127.291.705,59 which meant that the business was feasible to run. The internal rate of return was 45,02 %.

(13)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang paling penting dalam

pembangunan ekonomi suatu daerah. Dikarenakan masih banyaknya masyarakat

yang menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Oleh karena itu, untuk

meningkatkan ekonomi masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sektor

pertanian maka produksi pertanian harus ditingkatkan.

Untuk meningkatkan produksi pertanian, proses produksi yang meliputi

prapanen sampai pascapanen memerlukan dukungan berbagai sarana dan

prasarana yang efektif, diantaranya adalah dukungan alat dan mesin pertanian.

Hasil-hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan harus memiliki

penanganan pasca panen yang baik. Penanganan yang dilakukan diusahakan

memperhatikan tingkat standarisasi mutu yang diizinkan. Penanganan yang tidak

baik akan berdampak pada kualitas bahan yang buruk, harga jual yang rendah,

serta dapat menimbulkan kerugian bagi para produsen hasil pertanian tersebut.

Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan

perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada

awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan terbuat dari kayu

kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat ini mula-mula

sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang kompleks.

(14)

langsung mempengaruhi secara langsung perkembangan dari alat mesin pertanian

(Sukirno, 1999).

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di

zaman modern ini, manusia sebagai mahluk yang memiliki potensi untuk berfikir

akan selalu mengembangkan sesuatu hal maka manusia berusaha untuk

menciptakan atau membuat suatu peralatan yang lebih efisien dan praktis yang

dapat membantu bahkan menggantikan tenaga manusia dengan alat bantu yaitu

mesin pertanian.

Perubahan-perubahan untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan

rakyat yang dilakukan pemerintah sekarang berjalan dengan diarahkan pada

semua sektor. Tidak terkecuali sektor pertanian. Pertanian memiliki peranan yang

sangat penting bagi kesejahteraan rakyat. Berhasilnya sektor pertanian akan

berdampak pada ketahanan pangan.

Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia

dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Akhir-akhir ini

tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya, sebab hampir seluruh bagian

tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan seperti pembuatan

pupuk kompos, kayu bakar, turus (lanjaran), bahan kertas dan sayuran bahan

dasar/bahan olahan untuk minyak goreng, tepung maizena, ethanol, dextrin,

aseton, gliserol, perekat, tekstil dan asam organik bahan listrik nabati.

Jagung menempati posisi penting dalam perekonomian nasional, khususnya

(15)

Peningkatan produksi pertanian, khususnya tanaman jagung, sangat ditentukan

oleh meningkatnya pengetahuan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan serta

permintaan pasar. Disamping itu para peneliti dan ilmuan selalu berupaya mencari

keunggulan produksi serta keunggulan lainnya. Tidaklah mengherankan apabila

setiap saat muncul varietas unggul yang baru dan selalu meminta tanggapan dari

para petani selaku manajer dan sekaligus melaksanakan usaha taninya.

Selain memperhatikan teknik bercocok tanam penanganan pasca panen

terhadap produksi jagung pun harus diperhatikan, seperti penanganan jagung

pipilan. Setelah pengeringan dilakukan segera kegiatan pemipilan, pengeringan

ulang, dan penyimpanan.

Dalam hal ini penulis memberikan informasi tentang penanganan pasca

panen dalam hal pemipilan melalui alat pemipil jagung kering.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat, dan menguji alat

pemipil jagung.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan

syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi

Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan

(16)

3. Bagi masyarakat, sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Jagung

Asal usul dan penyebaran

Sumber genetik (plasma nutfah) tanaman jagung berasal dari benua

Amerika. Konon, bentuk liar tanaman jagung yang disebut pod maize telah tumbuh 4.500 tahun yang lalu di pegunungan Andes, Amerika Selatan. Literatur

lain menyebutkan bahwa jagung tumbuh subur di kawasan Mexico, kemudian

menyebar ke Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Christopler Colombus, penemu benua Amerika pada tahun 1492, berjasa

menyebarkan jagung ke benua Erope. Pusat penyebaran yang pertama di Eropa

antara lain, adalah Spanyol, Portugal, Prancis, Italia, sampai ke Afrika Utara. Pada

abad ke-16, jagung mulai di tanam di daerah pantai Barat Afrika, kemudian

meluas ke India dan Cina.

Linnaeus (1737), seorang ahli botani, memberikan nama Zea mays untuk tanaman jagung. Zea berasal dari bahasa Yunani yang digunakan untuk menggklasifikasikan jenis padi-padian. Adapun mays berasal dari bahasa Indian, yaitu Mahiz atau Marisi yan kemudian digunakan untuk sebutan spesies. Sampai sekarang nama latin jagung disebut Zea mays Linn.

Nikolai Ivanivich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, melakukan ekpedisi

tahun 1923-1933 ke berbagai daerah di dunia memastikan daerah sentrum asal

tanaman jagung adalah Meksiko Selatan dan Amerika Tengah. Penyebaran

(18)

Pada abad ke-19, penanaman jagung meluas di negara-negara beriklim

sub-tropis dan tropis di dunia. Pusat pertanaman jagung di Amerika disebut Corn Belt yang meliputi daerah Indiana, Dakota, Illionis, Iowa, Wisconsin, Michigana, Minnesota, Nebaska, dan Kansas. Pada waktu itu jagung menempati 80% dari

luas areal pertanaman padi-padian (serealia) di Meksiko.

Negara produsen jagung kedua setelah Amerika Serikat adalah Cina. Pusat

pertanaman jagung di Cina meliputi daerah Hoang Ho, Honan Barat, Kiangsu

Utara, dan Szeschuan Barat. Dikawasan Asia, daerah utama produsen jagung

adalah Asia Timur dan Asia Selatan, yakni di Filipina, India, Cina dan Indonesia.

Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu,

didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di

Indonesia pada mulanya terkonsentrasi di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan

Madura. Selanjutnya, tanaman jagung lambat laun akan meluas ditanaman di luar

Pulau Jawa. Dari hasil survei pertanian Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 1991,

daerah sentrum produsen jagung paling luas di Indonesia, antara lain, adalah

Provinsi Jawa Timur, Jawa Tenggah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

Lampung dan Jawa Barat. Areal pertanaman jagung sekarang sudah terdapat di

seluruh provinsi di Indonesia dengan luas areal bervariasi.

Produksi jagung dunia menempati urutan ketiga setelah padi dan gandum.

Distribusi penanaman jagung terus meluas di berbagai negara di dunia karena

tanaman ini mempunyai daya adaptasi yang luas di daerah subtropik ataupun

(19)

Tenggara, maka tidak berlebihan bila Indonesia merancang swasembada jagung

(Rukmana, 1997).

Botani jagung

Kedudukan tanaman jagung dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan,

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuh-Tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji)

Subdivisio : Angiospermae (Berbiji Tertutup)

Kelas : Monocotyledonae (Berkeping Satu)

Ordo : Poales

Famili : Poaceae (Gramineae)

Genus : Zea

Spesies : Zea Mays Linn

(Rukmana, 1997)

Suku rumput-rumputan (Graminae), khususnya jagung, memiliki banyak

spesies, misalnya, Zea mays forma tunicata Larranhage, f.excellens Alef, f. microsperma Korniche, f. dentiformis Korniche var. erythrolepis, var. amylaceae, dan var. rugosa. persilangan antar spesies dan antar genus jagung menghasilkan varietas atau kultivar baru.

(20)

buah. Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal,

dan akar udara.

Batang tanaman yang beruas-ruas (berbuku-buku) dengan jumlah luas

bervariasi antara 10 – 40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang,

kecuali pada jagung manis sering tumbuh beberapa cabang (beranak) yang

muncul dari pangkal batang. Panjang batang jagung berkisar antara 60 – 300 cm,

tergantung pada tipe jagung. Ruas-ruas batang bagian atas berbentuk silindris dan

ruas-ruas batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih. Tunas batang yang

telah berkembang menghasilkan tajuk bunga betina. Bagian tengah batang terdiri

atas sel-sel parenchyma, yaitu seludang pembuluh yang diselubungi oleh lapisan keras, termasuk lapisan dermis.

Daun jagung tumbuh melekat pada buku-buku batang. Struktur daun

jagung terdiri atas tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun (ligula), dan helaian daun. Bagian permukaan daun berbulu, dan terdiri atas sel-sel bullifor. Bagian

bawah daun pada umumnya tidak berbulu. Jumlah daun tiap tanaman (pohon)

bervariasi antara 8-48 helai. Ukuran daun berbeda-beda yaitu panjang antara

30-150 cm dan lebar mencapai 15 cm. Letak daun pada batang termasuk daun duduk

bersilangan.

Tanaman jagung berjumlah satu (mooecus), yaitu bunga jantan terbentuk pada ujung batang dan bunga betina terletak dibagian tengah batang pada salah

(21)

terpisah, sehingga menyerbukan tanaman jagung bersifat menyerbuk silang (cross pollination).

Bagian terpenting dari bunga jantan adalah tepung sari, sekam kelopak

(glumae), sekam tajuk atas (palea), sekam tajuk bawah (lemma), dan kantong sari tiga pasang yang panjangnya ± 6 cm. Bunga betina betina terdiri atas ovari dan sel

telur yan dilindungi oleh suatu carpel. Carpel ini tumbuh menjadi rambut-rambut.

Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung

mempunyai bentuk, warna, dan kandungan endosperm yang bervariasi,

tergangtung pada jenisnya. Pada umumya, biji jagung tersusun dalambarisan baris

biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagianutama, yaitu kulit biji (seed coa), endosperm, dan embrio (Rukmana, 1997).

Jagung merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam golongan

rumput-rumputan Gramineae. Bunga jantan dan bunga betina letaknya terpisah

tapi masih dalam satu pohon. Buahnya berbentuk bundar berdiameter 4-6 cm dan

panjangnya dapat mencapai 40 cm. Buah jagung dapat dipanen pada waktu

setelah tanaman itu tua atau pada waktu tanaman masih muda. Tergantung atas

tongkol pada saat panen maka dikenal tiga tipe jagung yang berbeda. Tongkol

jagung yang dipanen matang penuh biasanya dengan memanfaatkan bijinya.

Tongkol jagung yang masih muda tetapi bijinya telah berisi penuh dan masih

lunak digunakan untuk jagung rebus, banyak dijual di sepanjang jalan. Ada

varietas-varietas khusus yang sangat manis dan disebut jagung manis. Tongkol

jagung yang masih muda sekali dan ukurannya kecil yang digunakan sebagai

(22)

berisi. Buah jagung yang masih muda ini disebut jagung semi atau jagung putri

(Sutarno, 1995).

Pemipilan Jagung

Setelah jagung dipanen dan dikeringkan, proses selanjutnya adalah

pemipilan. Pada dasarnya “memipil” jagung hampir sama dengan proses

perontokan gabah, yaitu memisahkan biji-biji dari tempat pelekatan. Jagung

melekat pada tongkolnya, maka antara biji dan tongkolnya perlu dipisahkan.

Pemisahan jagung dari tongkol biasanya dilakukan dengan tangan, tapi

cara tersebut hanya bisa dilakukan dalam jumlah produksi yang terbatas atau

kecil. Sedangkan produksi yang cukup besar, pemisah/pemipilan dengan tangan

kurang efisien, sebab memerlukan waktu cukup banyak.

Dewasa ini telah banyak digunakan alat pemipil, mulai alat pemipil yang

sederhana samapai yang modern. Keseluruhan alat tersebut dibuat agar tenaga dan

waktu yang digunakan untuk memipil lebih hemat. Penggunaan alat pemipil ini

biasa terjadi pada usaha tani yang cukup besar atau luas. Usaha dibidang bisnis

pertanian membutuhkan perhitungan yang cermat dan lebih efisien sehingga perlu

sarana tersebut. Tetapi petani pada umumnya masih menggunakan tangan atau

alat yang sederhana.

Alat pemipil cukup sederhana ini digerakkan oleh seorang, yaitu tangan

kiri memegang tongkol yang telah terkupas, kemudian di masukkan pada alat

pemipil, sedangkan tangan kanan memutar alat agar roda dapat berputar. Dengan

gerakan tersebut biji jagung lepas dan jatuh kebawah terkumpul pada alas

(23)

petani semakin ringan dan proses pengerjaannya pun dapat dipercepat. Peralatan

model ini dapat divariasi dengan berbagai cara, misalnya dipasang rantai dan

pedal, sehingga dapat digerakkan seperti orang naik sepeda.

Dengan adanya teknologi yang semakin berkembang, alat pemipil tersebut

akhirnya digerakkan dengan listrik, diesel atau kincir, bukan tenaga manusia lagi.

Dinegara maju seperti Amerika yang dikenal sebagai penghasil jagung,

peralatannya pun cukup canggih. Mulai petik sampai pipil dilakukan sekaligus di

lahan pada saat panen. Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus

dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki, sehingga tidak

menurunkan kualitas jagung. Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain

sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada

waktu pemipilan. Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menhindari atau menekan

serangan jamur dan hama selama dalam penyimpanan.disamping itu juga dapat

memperbaiki peredaran udara.

Untuk pemisahan biji yang akan digunakan sehingga benih terutama

penanaman dengan mesin penanam, biasanya membutuhkan keseragaman bentuk

dan ukuran butirnya. Maka pemisahan ini sangat penting untuk menambah

efisiensi penanaman dengan mesin. Ada berbagai cara membersihkan atau

memisahkan jagung dari campuran kotoran. Tetapi pemisahan dengan cara

ditampi seperti pada proses pembersihan padi, akan mendapatkan hasil yang baik

(Aak, 1993).

Jagung tongkol yang telah kering kemudian dipipil. Alat pemipilan jagung

(24)

Ramapil, tipe Senapil, tipe PBM-J yang diperkenalkan oleh Ballitan Pangan

Malang.

Aneka macam alat pemipil jaun dan cara kerjanya adalah sebagai berikut:

1. Tipe TPI

Alat pemipil jagung tipe TPI bentuknya sederhana, terbuat dari bahan bilah

atau papan kayu berbentuk segi empat dan bergagang, serta ditengahnya

dibuat lubang bersudut empat sebagai tempat memasukkan tongkol jagung.

2. Tipe Ramapil

Kontruksi alat pemipil jagung tipe Ramapil terdiri atas komponen, tempat

jagung tonkol, hopper, silinder, karet penggantung, penyetel jarak, rantai

sepeda memutar silinder, lubang tongkol, lubang biji, penahan getaran, dan

rantai sepeda ban belakang.

3. Tipe Senapil

Alat pemipil senapil merupakan pengembangan dari tipe Remapil. Kelebihan

alat pemipil tipe Senapil antara lain adalah dapat memipil tongkol jagung

dalam jumlah besar (banyak) dan menekan kerusakan hasil pipilan. Prinsip

kerja alat pemipil tipe Senapil sama dengan tipe Ramapil, hanya kontruksi

silinder dan sarangannya diperkuat agar jumlah tongkol yang dipipil

berkapasitas banyak, dan dapat digerakkan dengan motor listrik 7,0 PK

(Rukmana, 1997).

Peranan Mekanisasi Pertanian

Manusia turut campur tangan dalam usaha penanaman hingga berproduksi,

(25)

kecilnya tenaga yang diperlukan, tergantung keterampilan dan kemampuan dalam

mengelola tanaman. Jumlah tenaga yang dibutuhkan dapat digantikan dengan alat

atau mesin yang sangat membantu usaha untuk mengintensifkan kerja. Semua itu

perlu disiapkan sebaik mungkin, sebab hal tersebut akan ada kaitannya dengan

saat penanaman jagung dimulai,dan beberapa jumlah tenaga kerja manusia yang

akan dibutukan. Kemunkinan penggunaan alat yang lebih efisien pun dapat

diterapkan di sini.

Dewasa ini peranan mekanisasi pada usaha penanaman jagung terutama

pada lahan luas, mulai dapat diterima. Sebab di sana sini mulai terasa adanya

pergeseran tenaga kerja, khususnya tenaga penggarap yang mulai beralih profesi

(pekerjaan), sehingga petani terpaksa harus mengintensifkan tenaga dalam

mengerjakan lahan tersebut.

Jagung ditanam unntuk dipetik hasilnya yang berupa biji jagung. Biji-biji

ini terbentuk dalam satu kesatuan yang melekat pada tongkol/janggel. Petani

jagung selalu berupaya agar tanaman yang dikelola dapat berproduksi tinggi. Para

peneliti dan pemulia pun juga berupaya mengikuti perkembangan dunia pertanian

yang semakin maju dan dituntut untuk dapat memenuhi permintaan konsumsi

jagung.

Daerah tropik cocok untuk tanaman seperti jagung dan sorgum yang

memanfaatkan energi matahari untuk diubah menjadi energi kimia, sehingga

dapat dimakan manusia. Pada daerah ini potensi matahari untuk mengubah energi

menjadi bahan kering tanaman lebih besar dari pada daerah beriklim sedang.

Banyak terjadi daerah tropik mempunyai potensi produksi tanaman jagung yang

(26)

meskipun biaya yang dikeluarkan cukup banyak (seperti jagung hibrida, jagung

manis) namun usaha penanaman jagung tetap dilaksanakan, sebab nilai

produksinya cukup tinggi.

Ilmu mekanisasi pertanian di Indonesia telah dipraktekkan atau

dilaksanakan untuk mendukung berbagai usaha pembangunan pertanian terutama

di bidang usaha swasembada pangan. Dengan mempertimbangkan aspek

kepadatan penduduk, nilai sosial ekonomi, danteknis, maka pengembangan

mekanisasi pertanian di Indonesia dilaksanakan melalui sistem pengembangan

selektif. Sistem mekanisasi pertanian selektif adalah usaha memperkenalkan,

mengembangkan, dan membina pemakaian jenis atau kelompok jenis alat dan

mesin pertanian yang serasi atau yang sesuai dengan keadaan wilayah setempat

(Hardjosentono, dkk., 2000).

Setiap perubahan usaha tani melalui mekanisasi didasari tujuan tertentu

yang membuat perubahan tersebut bisa dimengerti, logis dan dapat diterima.

Diharapkan perubahan suatu sistem akan menghasilkan sesuatu yang

menguntungkan dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum

tujuan mekanisasi pertanian adalah:

a. Mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia.

b. Mengurangi kerusakan produksi pertanian.

c. Menurunkan ongkos pruduksi.

d. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi.

(27)

f. Memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsistem (tipe pertanian kebutuhan

keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (comercial farming).

g. Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari sifat agraris menjadi

sifat industri dan dapat mendorong tahap tinggal landas.

Tujuan tersebut di atas dapat dicapai apabila penggunaan dan pemulihan

alat mesin pertanian tepat dan benar, tetapi apabila pemilihan dan penggunaannya

tidak tepat hal sebaliknya akan terjadi (Rizaldi, 2006).

Elemen Alat

Motor Listrik

Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi

mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi

energi listrik disebut

peralatan rumah tangga seperti

Perubahan ini dilakukan dengan merubah tenaga listrik menjadi

disebut sebagai elektromagnet.

Motor listrik sering digunakan sebagai tenaga penggerak dibandingkan

dengan jenis tenaga-tenaga yang lain karena :

1. Dapat disesuaikan, motor listrik dapat digunakan dihampir setiap lokasi

termasuk di dalam air.

2. Otomatis, motor listrik dengan mudah dikontrol dengan alat otomatis.

3. Rapi, sebuah unit kecil memperkembangkan sejumlah kekuatan besar secara

(28)

4. Dapat dipercaya, motor listrik secara khusus untuk pekerjaan jarang mengalami

gangguan.

5. Ekonomis dan efisien, motor listrik memiliki efisiensi hingga 95 %.

6. Perawatan mudah, jika melindungi dari debu dan kotoran, motor listrik hanya

membutuhkan sedikit perawatan.

7. Tenang, motor listrik secara umum lebih tenang dari pada mesin yang

dijalankan.

8. Aman, apabila dipasang dengan tepat, dipelihara, dan digunakan, motor listrik

sangat aman untuk dioperasikan.

9. Mudah dioperasikan, tidak membutuhkan banyak pelatihan untuk

mengoperasikan motor listrik.

(Cooper, 1992).

Poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.

Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama

dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Hal- hal yang perlu diperhatikan

di dalam merencanakan sebuah poros adalah:

1. Kekuatan poros

Suatu poros dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan antara

puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan.

Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros

(29)

diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk

menahan beban-beban di atasnya.

2. Kekakuan poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan cukup tetapi jika lenturan atau

defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada

mesin perkakas) atau getaran dan suara. Karena itu, disamping kekuatan

poros, kekakuannya juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam

mesin yang akan dilayani poros tersebut.

3. Putaran kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu

dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran

kritis. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian

lainnya. Poros harus direncanakan hingga putaran kerjanya lebih rendah dari

putaran kritisnya.

4. Korosi

Bahan-bahan poros yang terancam kavitasi, poros-poros mesin yang berhenti

lama, dan poros propeler dan pompa yang kontak dengan fluida yang korosif

sampai batas-batas tertentu dapat dilakukan perlindungan terhadap korosi.

5. Bahan poros

Poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin

(30)

Puli (pulley)

Pulley sabuk dibuat dari besi-cor atau dari baja. Pulley kayu tidak banyak lagi dijumpai. Untuk konstruksi ringan diterapkan pulley dari paduan aluminium. Pulley sabuk baja terutama cocok untuk kecepatan sabuk yang tinggi (di atas 35 m/det) (Stolk dan Kros, 1981).

Untuk menghitung kecepatan atau ukuran roda transmisi, putaran transmisi

penggerak dikalikan diameternya adalah sama dengan putaran roda transmisi yang

digerakkan dikalikan dengan diameternya.

SD (penggerak) = SD (yang digerakkan) ………..(1)

Dimana :

S = Kecepatan putar pulley (rpm)

D = Diameter pulley (mm)

(Smith dan Wilkes, 1990).

Pemasangan puli antara lain dapat dilakukan dengan cara:

- Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar di mana

pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.

- Vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak dimana letak pasangan puli

adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada

(31)

Sabuk V

Sabuk banyak digunakan dalam mesin-mesin pertanian karena rasio

kecepatan yang tepat tidak pernah dipertahankan. Jika desain sistem ini memadai,

slip yang terjadi tidak lebih dari 1 sampai 2% dan efesiensi penyaluran daya

(dengan mengabaikan kehilangan daya pada bantalan shaft) berkisar 97-99%.

Sabuk dapat meredam beban mendadak, tidak memerlukan pelumasan, tidak

berisik, dan dapat dioperasikan pada kecepatan linear lebih dari 5000 f.p.m. Sabuk

tidak cocok untuk beban yang berat pada kecepatan rendah (Daywin, dkk, 2008).

Sabuk bentuk trapezium atau V dinamakan demikian karena sisi sabuk

dibuat serong, supaya cocok dengan alur roda transmisi yang berbentuk V. Kontak

gesekan yang terjadi antara sisi sabuk V dengan dinding alur menyebabkan

berkurangnya kemungkinan selipnya sabuk penggerak dengan tegangan yang

lebih kecil dari pada sabuk yang pipih. Dalam kerjanya, sabuk V mengalami

pembengkokan ketika melingkar melalui roda transmisi. Bagian sebelah luar akan

mengalami tegangan, sedangkan bagian dalam akan mengalami tekanan.

Susunan khas sabuk V terdiri atas :

1. Bagian elastis yang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi

2. Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan daya

rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut

(Smith dan Wilkes, 1990).

Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Sabuk

(32)

bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah

harganya, sederhana konstruksinya dan mudah untuk mendapatkan perbandingan

putaran yang diinginkan. Transmisi tersebut telah digunakan dalam semua bidang

industri, misalnya mesin-mesin pabrik, otomobil, mesin pertanian, alat

kedokteran, mesin kantor dan alat-alat listrik. Kekurangan yang ada pada sabuk

ini adalah terjadinya slip antara sabuk dan pulley sehingga tidak dapat dipakai untuk putaran tetap atau perbandingan transmisi yang tetap (Daryanto, 1993).

Sabuk banyak digunakan dalam mesin mesin pertanian. Hal ini

dikarenakan sabuk memiliki beberapa kelebihan. Sularso dan Suga (2004) juga

menyatakan bahwa bila dibandingkan dengan transmisi roda gigi atau rantai,

sabuk v bekerja lebih halus dan tidak bersuara. Untuk mempertinggi daya

transmisi, dapat dipakai beberapa sabuk v yang dipasang sebelah menyebelah.

Namun, sabuk v juga memilik kelemahan yaitu :

- Tidak dapat digunakan pada jarak yang panjang

- Tidak cocok untuk beban yang berat pada kecepatan rendah

- Hanya dapat menghubungkan poros – poros yang sejajar dengan arah putar

yang sama

Menurut Smith dan Wilkes (1990), apabila pemindahan daya

menggunakan dua roda transisi, maka hubungan antara jarak kedua titik pusat

sumbu roda transisi dengan panjang sabuk dapat ditentukan dengan rumus:

L = 2C + 1,57(D + d) + (D−d) 4C

2

(33)

dimana:

L = Panjang efektif sabuk (mm)

C = Jarak antara kedua sumbu roda transisi (mm)

D = Diameter luar efektif roda transmisi yang besar (mm)

d = Diameter luar efektif roda transmisi yang kecil (mm)

Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga

putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan

tahan lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen

mesin lainnya bekerja dengan baik.

Bantalan dapat diklasifikasikan berdasarkan pada:

1. Gerakan bantalan terhadap poros

- Bantalan luncur

Pada bantalan ini terjadi gerakan luncur antara poros dan bantalan karena

permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan

lapisan pelumas

- Bantalan gelinding

Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar

dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau

(34)

2. Beban terhadap poros

- Batalan radial: arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus

sumbu poros

- Bantalan radial: arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros

- Bantalan gelinding khusus: bantalan ini dapat menumpu beban yang

arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros.

(Sularso dan Suga, 2002).

Logam yang Digunakan

Baja tahan karat

Logam yang digunakan merupakan logam baja tahan karat (stainless steel). Baja tahan karat yang mempunyai seratus lebih jenis yang berbeda-beda. Akan

tetapi, seluruh baja itu mempunyai satu sifat karena kandungan kromium yang

membuatnya tahan terhadap karat. Baja tahan karat dapat dibagi ke dalam tiga

kelompok dasar, yakni :

1. Baja tahan karat ferit

Baja ini mengandung unsur karbon yang rendah (sekitar 0,04 % C) dan

sebagian besar dilarutkan dalam besi. Sementara itu, unsur lainnya yaitu

kromium sekitar 13 % - 20 % dan tambahan kromium tergantung pada tingkat

ketahanan karat yang diperlukan.

2. Baja tahan karat austenit

Baja tahan karat austenit mengandung nikel dan kromium yang amat tinggi,

(35)

3. Baja tahan karat martensit

Baja tahan karat martensit mengandung sejumlah besar unsur karbon. Baja

yang mengandung 0,1 % C, 13 % Cr, dan 0,5 % Mn ini dapat didinginkan

untuk memperbaiki kekuatannya, tetapi tidak menambah kekerasan.

(Amanto dan Haryanto, 1999).

Besi

Besi adalah logam putih seperti perak, dapat di poles, keras, dapat

ditempa, dapat dilengkungkan, dan bersifat magnetik. Besi adalah unsur yang

sangat stabil dan merupakan unsur terbanyak kedelapan di bumi ini setelah

Silikon, juga merupakan unsur logam terbanyak ketiga pada lapisan kulit bumi

setelah Aluminium dan Silokon. Bijih besi yang banyak dikenal diantaranya

Magnetite (Fe3O4), Hermanite (Fe2O3), Siderite (FeCO3), Pirite (FeS2) (Amanto dan Haryanto, 1999).

Baut dan mur

Baut ditandai dengan kepala persegi atau segi enam. Untuk

mengencangkan baut atau mur, orang menggunakan kunci yang sesuai (kunci pas)

atau dengan kunci cicin (ring). Mur bisa diperoleh dalam banyak jenis. Jenis yang paling populer adalah mor segi enam. Kelas mur sama dengan kelas baut.

Mur-mur dengan kelas lebih tinggi digunakan untuk baut dengan kelas yang lebih

rendah, tetapi tidak sebaliknya. Mur dengan kemampuan terbatas tingginya 0,5

sampai 0,8 kali diameter ulir sekerupnya. Untuk kelas-kelas di atas 0,6 dan M5,

(36)

ditandai, tetapi memiliki ketetapan kelas kendati hanya bersangkutan dengan

kekearasan bahan (Hagendoorn, 1992).

Mekanisme Pembuatan Alat

Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan

dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan

sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin–mesin perkakas,

antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin

asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1984).

Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan

dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan

sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin-mesin perkakas,

antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin

asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1993).

Pemasangan puli antara lain dapat dilakukan dengan cara vertikal,

pemasangan puli dilakukan secara tegak di mana letak pasangan puli adalah pada

sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada bagian mekanisme

serta penurunan umur sabuk (Mabie and Ocvirk, 1967).

Sabuk V dibelitkan di sekeliling alur puli yang berbentuk V. Selain

koefisien gesek dan kekuatannya, harganya yang relatif murah membuat sabuk V

lebih sering dipakai (Sularso dan Suga, 2002).

Kekuatan, keawetan, dan pelayanan yang diberikan peralatan usaha tani

(37)

pembuatannya. Dalam pembuatannya terdapat kecenderungan konstruksi

peralatan untuk meniadakan sebanyak mungkin baja tuangan dan mengganti

dengan baja tekan atau baja cetak. Bilamana hal ini dilakukan dapat menekan

biaya membuat mesin dalam jumlah besar. Keberhasilan atau kegagalan alat

sering sekali tergantung pada bahan yang dipakai untuk pembuatannya. Bahan

yang digunakan untuk pembuatan peralatan usaha tani dapat diklasifikasikan

dalam logam dan non logam (Smith dan Wilkes, 1990).

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian

Menurut Daywin, (2008) kapasitas kerja suatu alat atau mesin

didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu

produk (contoh: ha, Kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja

dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu

menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi:

Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW. Persamaan matematisnya dapat ditulis

sebagai berikut :

Kapasitas Alat = Produk yang dihasilkan

Waktu kerja ... (3)

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus

dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat

diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat

(38)

Untuk menilai kelayakan finansial diperlukan semua data yang

menyangkut aspek biaya dan penerimaan usaha tani. Data yang diperlukan untuk

pengukuran kelayakan tersebut meliputi data tenaga kerja, sarana produksi, hasil

produksi, harga, upah, dan suku bunga (Nastiti, dkk, 2008).

Biaya pemakaian alat

Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan dengan cara menjumlahkan

biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

Biaya pokok = [BT

x + BTT]C ... (4)

dimana :

BT = total biaya tetap (Rp/tahun)

BTT = total biaya tidak tetap (Rp/jam)

x = total jam kerja pertahun (jam/tahun)

C = Kapasitas alat (jam/satuan produksi)

Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya yang tidak terpengaruh oleh aktivitas perusahaan.

Biaya ini secara total tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan

volume produksi. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya

berubah-ubah sesuai dengan aktivitas perusahaan. Biaya ini secara total akan

(39)

Menurut (Daywin, dkk, 2008) biaya tetap terdiri dari:

1. Biaya penyusutan (metode sinking fund)

Metode ini memungkinkan untuk memperkirakan biaya penyusutan yang

lebih mendekati dengan penyusutan yang aktual terjadi bagi mesin/alat pada tiap

tahun umurnya.

Dt = (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, t-1) ... (5)

dimana:

Dt = biaya penyusutan (Rp/tahun)

P = nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) (Rp)

S = nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)

n = umur ekonomi (tahun)

i = tingkat bunga modal (%)

t = umur pemakaian alat pada permulaan tahun berikutnya

2. Biaya bunga modal dan asuransi

Biaya ini diperhitungkan untuk mengembalikan nilai modal yang ditanam

sehingga pada akhir umur peralatan diperoleh suatu nilai uang yang present valuenya sama dengan nilai modal yang ditanam. Perhitungan biayanya:

I = i(P)(n+1)

(40)

dimana:

I = total bunga modal dan asuransi (Rp/tahun)

i = total persen bunga modal dan asuransi (%)

P = harga awal alat (Rp)

n = umur ekonomis (tahun)

3. Biaya pajak

Beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alat dan mesin

pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya. Namun di

Indonesia belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesin-mesin dan

peralatan pertanian sehingga tidak digunakan dalam perhitungan.

4. Biaya gudang atau gedung

Diperkirakan berkisar antara 0,5-1 % dari harga awal per tahun di

Amerika. Umumnya rata-rata diperhitungkan 1% nilai awal (P) pertahun. Namun

beban ini tergantung pada kondisi lokal sehingga biaya ini tidak dipergunakan

pada penelitian ini.

Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besarnya

tergantung pada output yang dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan dan biaya yang

(41)

Biaya tidak tetap terdiri dari biaya bahan listrik, biaya perbaikan, dan

biaya operator.

1. Biaya bahan listrik adalah biaya yang dikeluarkan untuk bensin pada kondisi

kerja/ jam.

2. Biaya perbaikan untuk motor listrik sebagi sumber tenaga penggerak. Mesin

sumber tenaga dimaksudkan sebagai mesin untuk menggerakkan mesin-mesin

pertanian seperti penggiling padi, perontok, pemecah kulit, dan penggosok

yang umumnya dihubungkan oleh pita transmisi (belt). Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan:

Biaya perbaikan = 1,2%(P−S)

100 ... (7)

dimana:

P = harga awal alat (Rp)

S = nilai akhir alat (10% dari P) (Rp)

(Daywin, dkk, 2008).

3. Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung

kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun

mdibagi dengan total jam kerjanya (Darun, 2002).

Break even point

Break even point (BEP) umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat

(42)

BEP juga digunakan untuk:

1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha

2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi

untuk peralatan produksi

3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi (kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi

(Waldyono, 2008).

Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi

minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak

untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa ada keuntungan.

Untuk mengetahui BEP maka dapat digunakan rumus sebagai berikut:

N = F

(R−V) ... (8)

dimana:

N = jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (Kg)

F = biaya tetap pertahun (rupiah)

R = penerimaan dari tiap kg produksi (rupiah)

V = biaya tidak tetap per unit produksi

(43)

Net present value

Net present value (NPV) dapat diartikan bahwa seluruh angka net cash flow yang digandakan dengan discount factor pada tahun dan tingkat bunga yang telah ditentukan dan merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya. Jika NPV bernilai positif maka investment feasible, bila NPV bernilai 0 berarti investment dapat mengembalikan sebesar cost of capital (discount rate) dan bila NPV bernilai negatif maka investment ditolak (Prawirokusumo, 1990).

Menurut (Darun, 2002)NPV adalah kriteria yang digunakan untuk

mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Perhitungan NPV

merupakan net benefit yang telah didiskon dengan discount factor. Secara singkat dapat dirumuskan:

CIF – COF ≥ 0 ... (9)

dimana :

CIF = Cash inflow

COF = Cash outflow

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan

bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan :

Penerimaan (CIF) = (pendapatan x (P/A, i, n)) + (nilai akhir x (P/F, i, n))

(44)

dimana:

pendapatan = penerimaan x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun

pembiayaan = biaya pokok x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun

Kriteria NPV yaitu :

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan

- NPV < 0, berarti sampai dengan n tahun investasi usaha tidak menguntungkan

- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan

Internal rate of return

Dengan menggunakan metode IRR akan mendapatkan informasi yang

berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam bentuk % periode waktu. Logika sederhananya

menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikan modalnya dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi (Giatman, 2006).

Composite rate of return yang memperhitungkan keuntungan yang akan diperoleh dari proyek investasi yang nilai suku bunganya lebih besar dari IRR,

yang disebut minimum attractive rate of return (MARR) yang pantas sehingga dari proyek investasi akan diperoleh keuntungan. MARR ini biasanya ditentukan

oleh perusahaan, sehingga dalam proyek penanaman modal atau investasi, jika

diperoleh IRR yang lebih kecil atau sama dengan MARR maka proyek

(45)

direalisasi. Bila IRR yang diperoleh dari proyek penanaman modal atau

investasilebih besar dari MARR, maka proyek tersebut layak untuk direalisasi

Menurut (Purba, 1997) IRR digunakan untuk memperkirakan kelayakan

lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu.

IRR adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperolehB/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV= Y (positif) dan

NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR dengan

menggunakan rumus berikut:

p= suku bunga bank paling atraktif

q = suku bunga coba-coba ( > dari p)

X = NPV awal pada p

(46)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014 di

Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jagung

kering, air, plat stainless steel, baut, mur, plat besi, baja, motor bakar, puli (pulley), sabuk V (V-belt), bantalan (bearing), besi bulat padu (poros), besi siku, pipa besi, baut dan mur, cat dan thinner.

Sedangkan alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah mesin las,

mesin bubut, mesin bor, mesin gerinda, gergaji besi, martil, kikir, obeng, meteran,

stopwatch, kalkulator, dan komputer.

Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

metode pendekatan rancangan secara umum yaitu pendekatan rancangan

fungsional dan struktural. Rancangan fungsional menyangkut dari segi fungsi atau

kegunaan dari setiap elemen atau komponen penyusun alat pemipil jagung

terhadap komoditas jagung kering sedangkan rancangan secara struktural

menyangkut bagaimana alat ini dibuat dengan memperhitungkan faktor gaya yang

(47)

Penelitian ini terdiri dari dua tahapan, yaitu tahapan pertama adalah

penelitian pendahuluan berupa studi litelatur dan perancangan alat. Tahap kedua

adalah penelitian utama berupa proses perakitan dan pengujian alat.

Alat pemipil jagung ini mempunyai beberapa komponen pentingyaitu:

1. Rangka alat

Rangka alat ini berfungsi sebagai penyokong komponen-komponen alat

lainnya, yang terbuat dari besi siku. Alat ini mempunyai panjang 47,9 cm,

lebar 29,9 cm, dan tinggi 71,8 cm.

2. Motor listrik

Motor listrik berfungsi sebagai sumber tenaga mekanis (penggerak). Alat ini

menggunakan motor listrik berdaya 1 HP.

3. Saluran masukan (hopper)

Saluran masukan berfungsi untuk memasukkan buah jagung yang akan

dipipil ke dalam silinder.

4. Saluran keluaran biji jagung

Saluran keluaran yang berfungsi untuk menyalurkan biji jagung yang sudah

terpipil dari tongkolnya ke tempat penampungan yang telah disediakan.

5. Saluran keluaran tongkol jagung

Saluran keluaran yang berfungsi untuk mengeluarkan tongkol jagung yang

sudah terpisah dari biji jagung.

6. Stator

Stator adalah komponen alat yang terbuat dari pipa besi dilapisi dengan

(48)

7. Poros putaran

Poros putaran ini merupakan poros yang berada di dalam silinder. Poros

putaran berfungsi untuk memutar rotor yang terhubung dengan motor listrik

menggunakan pulley dan v-belt. 8. Puli pemipil

Puli pemipil merupakan komponen alat yang memutar rotor baik yang

digerakkan oleh motor listrik maupun tenaga manusia.

9. Sabuk V

Sabuk V (v-belt) merupakan komponen alat yang menghubungkan motor listrik dengan puli pemipil.

Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan

untuk penelitian yaitu merancang bentuk dan ukuran alat, dan mempersiapkan

bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang akan digunakan dalam penelitian.

Pembuatan alat

Adapun langkah pembuatan alat pemipil jagung adalah :

1. Dirancang bentuk alat pemipil.

2. Digambar serta ditentukan ukuran alat pemipil.

3. Dipilih bahan yang akan digunakan untuk membuat alat pemipil ini.

4. Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai

(49)

5. Dipotong bahan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.

6. Dilakukan pengelasan dan pengeboran untuk pemasangan kerangka alat

sesuai dengan bentuk yang telah dirancang.

7. Dibuat piringan pemipil dengan bahan terbuat dari baja.

8. Dibuat dan dipasang mata giling atau gerigi pada rotator dan stator.

9. Digerinda permukaan yang terlihat kasar karena bekas pengelasan.

10. Dilakukan pengecatan guna memperpanjang umur pemakaian alat dan

menambah daya tarik alat pemipil.

11. Dirangkai komponen alat motor listrik, bantalan (boll bearing), dan kabel listrik.

Pengujian alat

Sebelum pengujian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan

bahan untuk pengujian yaitu disiapkan bahan yang akan digiling adalah jagung

Adapun prosedur pengujian alat adalah :

1. Ditimbang jagung yang akan dipipil sebanyak 5 kg.

2. Dinyalakan motor listrik.

3. Dimasukkan jagung ke dalam hopper yang tersedia pada alat ini secara bertahap.

(50)

5. Dihitung kapasitas pemipil yang dihasilkan alat ini per jam, dihitung

persentase biji jagung hilang, dilakukan analisis ekonomi dan analisa

kelayakan usaha.

6. Perlakuan diulangi sebanyak 3 kali.

Parameter yang Diamati

Kapasitas efektif alat

Kapasitas efektif alat dilakukan dengan menghitung banyaknya buah

jagung yang telah dipipil (kg) tiap satuan waktu yang dibutuhkan selama proses

pemipilan (jam). Hal ini dapat dihitung berdasarkan persamaan (3) pada tinjauan

pustaka.

Analisis ekonomi

1. Biaya pemipilan kulit jagung

Biaya pemipilan kulit jagung atau biaya pokok diperoleh dengan

menjumlahkanbiaya tetap dan biaya tidak tetap. Hal ini dapat dihitung

berdasarkan persamaan (4) pada tinjauan pustaka.

a. Biaya tetap

Biaya tetap terdiri dari:

1. Biaya penyusutan (metoda sinking fund)

Hal ini dapat dihitung berdasarkan persamaan (5) pada tinjauan pustaka

2. Biaya bunga modal Bank

(51)

Biaya tidak tetap terdiri dari:

1. Biaya bahan listrik minyak

2. Biaya perbaikan alat

Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan (7) pada tinjauan

pustaka

3. Biaya operator

Biaya operator disesuaikan dengan pertimbangan di lapangan karena

belum adanya standar yang digunakan.

2. Break even point (BEP)

Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi

minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak

untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan. Untuk menentukan BEP

maka dapat dihitung berdasarkan persamaan (8) pada tinjauan pustaka.

3. Net present value (NPV)

Identifikasi masalah kelayakan financial dianalisis dengan metode analisis financial dengan kriteria investasi. NPV adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Hal ini dapat dihitung

berdasarkan persamaan (9) pada tinjauan pustaka dengan kriteria:

- NPV > 0, berarti usaha menguntungkan, layak untuk dilaksanakan dan

dikembangkan.

- NPV < 0, berarti sampai dengan n tahun investasi proyek tidak

(52)

- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan.

4. Internal rate of return (IRR)

Untuk mengetahui kemampuan untuk dapat memperoleh kembali investasi

yang sudah dikeluarkan dapat dihitung dengan menggunakan IRR. Hal ini dapat

dihitung berdasarkan persamaan (10) dan (11) pada tinjauan pustaka.

Composite Rate of Return yang memperhitungkan keuntungan yang akan diperoleh dari proyek investasi yang nilai suku bunganya lebih besar dari IRR,

yang disebut Minimum Attractive Rate of Return (MARR) yang pantas sehingga dari proyek investasi akan diperoleh keuntungan.

MARR ini biasanya ditentukan secara subjective dengan pertimbangan,

sukubunga investasi, biaya yang harus dikeluarkan untuk investasi, Serta faktor

resiko investasi.sehingga dalam proyek penanaman modal atau investasi, jika

diperoleh IRR yang lebih kecil atau sama dengan MARR maka proyek

penanaman modal atau investasi tersebut tidak layak untuk

direalisasi. Bila IRR yang diperoleh dari proyek penanaman modal atau

investasilebih besar dari MARR, maka proyek tersebut layak untuk direalisasikan.

(53)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat Pemipil Jagung

Dalam memproduksi jagung proses pemipilan ialah sangat penting, karena

proses pemipilan merupakan awal proses pengolahan buah jagung. Setelah jagung

dipanen dan dikeringkan, proses selanjutnya adalah pemipilan. Pada dasarnya

“memipil” jagung hampir sama dengan proses perontokan gabah, yaitu

memisahkan biji-biji dari tempat pelekatan. Jagung melekat pada tongkolnya,

maka antara biji dan tongkolnya perlu dipisahkan.

Alat pemipil jagung bertujuan untuk memisahkan biji dari tongkol buah

sehingga diperoleh biji yang bersih. Untuk memisahkan tongkol dengan biji, alat

pemipil jagung mekanis ini mengunakan motor listrik sebagai tenaga penggerak

dan prinsip kerja pemipilan di lakukan antara permukaan jagung yang diam dan

permukaan mata pemipil yang terus berputar (dinamis) dan proses sortasi antara

biji dan tongkol terjadi di mata pemipil, untuk biji jatuh langsung kebawah

penampungan saluran pengeluaran biji dan tongkol langsung diteruskan melalui

saluran pengeluaran tongkol.

Pada alat pemipil sebelumnya yang berada dipasaran menggunakan

tenaga penggerak, yaitu menggunakan pengerak semi mekanis menggunakan

tangan dan mekanis mengunakan motor bakar. Namun pada alat pemipil jagung

ini dioperasikan dengan tenaga mekanis, menggunakan motor listrik. Tujuan

menggunakan motor listrik ini untuk memperingan dan mempercepat waktu kerja

pemipilan tongkol jagung. Hal ini dikarenakan motor listrik bersifat ekonomis dan

(54)

Rangka alat dipilih dari besi siku dengan tujuan mampu mendukung atau

menyokong beban yang dikenakan pada saat pemipilan tongkol jagung. Ukuran

kerangka disesuaikan dengan kebutuhan tempat akan alat-alat yang dirancang,

karakteristik pengguna (operator), dan bentuk maupun ukuran komponen lainnya.

Saluran masuk (hopper) dipilih berbentuk bulat dan terbuat dari plat besi. Alasan pemilihan bentuk bulat karena disesuaikan dengan bentuk jagung. Dan

untuk mengendalikan jagung masuk ke mata pemipil diperlukan roda penarik

(roller) yang berfungsi untuk menarik dan menahan jagung agar tidak berputar.

Tempat pemipilan tongkol jagung terbuat dari plat besi dimana di

dalamnya terdiri dari silinder yang berputar (rotor) dan permukaan pisau pemipil

yang berputar juga. Rotor memiliki dimensi diameter 8,3 cm dan panjang 4,2 cm.

Rotor ini terbuat dari pipa bulat dan dilapisi dengan stainless stell yang telah dibentuk memiliki tonjolan atau sering disebut bubble plate (Budiman, 2012). Tonjolan-tonjolan ini berfungsi untuk pisau pemipil. Mata pemipil dibentuk

menyerupai trapesium, dengan tujuan jagung yang akan dipipil terlebih dahulu

terpipil melalui jarak yang lebih besar kemudian melewati jarak yang lebih kecil

sehingga meminalisir jagung yang tidak terpipil sempurna dari tongkol.

Penyambungan baut dan mur juga bertujuan agar rotor dan stator mudah

untuk dibongkar dan dipasang. Dengan penyambungan ini alat mudah untuk

diperbaiki ketika rusak. Alat juga mudah dibersihkan setelah pemakaian alat

(55)

Prinsip Kerja Alat Pemipil Jagung

Untuk menggerakkan alat ini digunakan dua puli, yaitu puli pemipil dan

puli gear box. Mekanisme alat ini ketika alat digerakkan oleh motor listrik maka puli pemipil dan puli gear box berputar dengan bersamaan. Puli gear box berfungsi untuk memperlancar masuknya jagung kedalam rotor sehingga tidak

terjadi penumpukan buah disaluran masuk. Sedangkan puli pemipil berfungsi

memutar rotor yang dihubungkan oleh sabuk V dan memutar mata pisau pemipil

langsung dengan jagung sehingga biji dan tongkol terpisah, kemudian keluar

melalui saluran pengeluaran biji dan saluran pengeluaran tongkol.

Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas efektif alat didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin

dalam menghasilkan suatu produk (kg) persatuan waktu (jam). Dalam hal ini

kapasitas efektif alat dihitung dari perbandingan antara banyaknya jagung yang

dikupas (kg) dengan waktu yang dibutuhkan selama proses pemipilan (jam).

Kapasitas efektif alat dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 1. Kapasitas efektif alat

Percobaan Berat Bahan (Kg)

Pada penelitian ini, lama waktu pemipilan dihitung ketika putaran puli

telah stabil yang bertujuan untuk memperoleh waktu pemipilan yang akurat. Hal

(56)

listrik dihidupkan. Dalam hal ini proses pemipilan pada setiap ulangan dilakukan

secara kontiniu agar perlakuan pada setiap percobaan menjadi sama.

Pada penelitian ini yang telah dilakukan dengan menggunakan alat pemipil

biji jagung yang telah dimodifikasi dilakukan percobaan dengan perlakuan yang

sama (5 kg) diperoleh waktu pemipilan percobaan I adalah 164 detik, waktu

pemipilan percobaan II adalah 151 detik dan waktu pemipilan percobaan III

adalah 152 detik. Perbedaan waktu pemipilan ini diduga adanya keberagaman

bentuk dan diameter jagung sehingga mempengaruhi proses pemipilan. Dari hasil

penelitian ini diperoleh waktu pemipilan buah jagung rata - rata dengan berat 5 kg

adalah 155,67 detik. Kapasitas efektif alat sebesar 116 kg/jam. Sehingga, artinya

dalam waktu 1 jam alat ini dapat mengupas buah jagung sebanyak 115,632 kg.

Berdasarkan hasil percobaan (Haryono,1996) bahwa hasil pemipilan

jagung secara manual yaitu menggunakan tangan, jika dibandingkan dengan

mesin pemipil jagung yang telah dibuat, maka diperoleh hasil per menit sebesar

1:20. Berarti dalam waktu satu menit apabila secara manual petani dapat

menghasilkan 0,1 kg atau 1 ons jagung pipilan. Sedangkan apabila menggunakan

mesin pemipil, maka diperoleh hasil 5 kg jagung pipilan. Disamping itu

berdasarkan hasil pengujian jagung pipilan yang dihasilkan mesin pemipil jagung

kualitasnya baik karena jagung tidak pecah.

Alat pemipil jagung ini dirancang khusus untuk mengurangi jumlah

operator dan penggunaan alat tanpa membutuhkan keahlian khusus. Dalam

literatur Rukmana (1997) kapasitas rata-rata alat pemipil jagung dengan ukuran

(57)

yang ditangani oleh operator 5-6 orang. Untuk alat pemipil jagung ini cukup

membutuhkan 1 orang operator dengan tenaga penggerak motor listrik sebesar 1

HP.

Dalam pengoperasian, jagung harus dimasukkan satu persatu ( pertongkol)

kedalam hopper sehingga butuh penyeragaman ukuran diameter tongkol jagung yang bisa dipipil di dalam mata pisau pemipil. Untuk itu dalam penyempurnaan

atau perbaikan alat ini perlu dimodifikasi mata pisau pemipil yang dapat berubah

jaraknya sesuai dengan ukuran jagung yang masuk ke dalamnya. Dan proses

masuknya jagung ke dalam mata pisau pemipil yang ditarik oleh 2 roller, yang hanya membutuhkan roller bawah yang berputar sesuai dengan kinerja tenaga penggerak sedangkan bagian atas hanya sebagai penahan jagung agar tidak

bergeser. Mka, untuk modifikasi berikutnya diperlukan perancangan 2 roller yang dapat sama-sama berputar untuk mempermudah kinerja pemipilan. .

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus

dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat

diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat

diperhitungkan. Umumnya setiap investasi bertujuan untuk mendapatkan

keuntungan. Namun ada juga investasi yang bukan bertujuan untuk keuntungan,

misalnya investasi dalam bidang sosial kemasyarakatan atau investasi untuk

(58)

Biaya pemipilan biji jagung

Dari penelitian yang dilakukan (Lampiran 4) diperoleh biaya untuk

mengupas biji jagung berbeda tiap tahun. Hal ini disebabkan perbedaan nilai biaya

penyusutan tiap tahun sehingga mengakibatkan biaya tetap alat tiap tahun berbeda

juga. Diperoleh biaya pemipilan biji jagung sebesar Rp. 78,855/kg pada tahun

pertama, Rp. 73,474/kg pada tahun ke-2, Rp. 71,683/kg pada tahun ke-3,

Rp. 70,789/kg pada tahun ke-4, dan Rp. 70,254/kg tahun ke-5.

Dari hasil yang didapat pada biaya pokok terjadi penurunan biaya pokok

tiap tahunnya untuk pemipilan biji jagung. Hal ini dipengaruhi oleh biaya

penyusutan (biaya tetap) pada alat yang semakin tinggi tiap tahunnya.

Break even point

Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan

tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat

membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini keuntungan awal dianggap nol. Manfaat perhitungan titik impasadalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai

dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada

kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan

Gambar

Tabel 1. Kapasitas efektif alat
Tabel perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund
Tabel perhitungan biaya tetap tiap tahun
Tabel perhitungan pembiayaan tiap tahun
+3

Referensi

Dokumen terkait

tongkol jagung tidak sama maka digunakan lebih dari satu alat pemipil dengan.. ukuran lobang

Kriteria layak atau tidak layak bagi usaha tani bila IRR lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku saat usaha tani itu diusahakan dengan meminjam uang (biaya) dari bank pada

262 Pada penelitian ini yang telah dilakukan dengan menggunakan alat pemipil biji jagung yang telah dimodifikasi dilakukan percobaan dengan perlakuan yang sama (5

1.289,088/Kg Alat ini akan mencapai Break even point jika alat telah menggiling kopi sebanyak :... Jadi, nilai NPV dari alat ini ≥ 0 maka usaha ini layak

Kriteria layak atau tidak layak bagi usaha tani bila IRR lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku saat usaha tani itu diusahakan dengan meminjam uang (biaya) dari bank pada

Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian Berikut tabel yang menunjukkan hasil berat pipilan dan kerusakan biji jagung berat pipilan dan kerusakan biji jagung kondisi

Pemeliharaan alat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk merawat serta menjaga setiap fasilitas atau peralatan dari bagian-bagian alat pencacah jagung agar dalam keadaan siap

Untuk memisahkan biji dengan tongkol, alat pemipil jagung sederhana (semi mekanis) menggunakan daya tekan dari operator yang akan menekan tuas tekan sehingga biji akan terpisah