SKRIPSI
OLEH
HAYADO TAMBUNAN
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
SKRIPSI
OLEH :
HAYADO TAMBUNAN
090308050/KETEKNIKAN PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
NIM : 090308050
Program Studi : Keteknikan Pertanian
Mengetahui,
Ainun Rohanah, STP, M.Si
Ketua Program Studi Keteknikan Pertanian
Tanggal Lulus : 30 Mei 2015
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Achwil Putra Munir, STP, M.Si Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S
Achwil Putra Munir, STP, M.Si.
Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S.
Sulastri Panggabean, STP, M.Si.
Nazif Ichwan, STP, M.Si.
HAYADO TAMBUNAN: Rancang Bangun Alat Pemipil Jagung. Dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan SUMONO.
Penggunaan alat pemipil jagung merupakan salah satu penanganan pasca panen untuk meningkatkan produksi jagung. Untuk mendukung hal tersebut maka diperlukan suatu alat pemipil jagung yang digerakkan oleh listrik. Penelitian dilakukan dengan studi literatur dan melakukan pengamatan tentang alat pemipil jagung. Kemudian dilakukan perancangan bentuk perangkaian komponen-komponen alat pemipil jagung. Kapasitas efektif alat sebesar 115,632 kg/jam. Nilai kapasitas efektif alat ini lebih besar daripada alat pemipil jagungyang digerakkan oleh tenaga manusia. Biaya pokok yang harus dikeluarkan dalam
memipil jagung dengan alat ini adalah Rp. 78,855/kg pada tahun ke-1, Rp. 73,474/kg pada tahun ke-2, Rp. 71,683/kg pada tahun ke-3, Rp. 70,789/kg
pada tahun ke-4, dan Rp. 70,254/kg pada tahun ke-5. Alat ini akan mencapai nilai break even point apabila telah memipil jagung sebesar 5.645,97 kg/tahun. Net present value alat ini dengan suku bunga 6% adalah Rp. 127.291.705,59 yang berarti usaha ini layak untuk dijalankan. Internal rate of return pada alat ini adalah sebesar 45,02 %.
Kata kunci : rancang bangun alat, alat pemipil, jagung
ABSTRACT
HAYADO TAMBUNAN: Design of Mechanical Corn Sheller Equipment. Supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and SUMONO.
The use of corn sheller is one of post-harvest handling to increase maize production. To support this, we need a corn sheller driven by electricity. The study was conducted with literature study and observationon corn sheller. Then design the coupling components of the equipment corn sheller. Effective capacity was115,632 kg / h. The value of the effective capacity of the equipmentwas larger than corn sheller driven by human power. Basic cost to be incurred in releasing corn with this tool was Rp. 78,855/kg in the 1st year, Rp. 73,474/kg in the 2nd year,
Rp. 71,683/kg in the 3rd year, Rp. 70,789/kg in the 4th year, and Rp. 70,254/kg in the 5th year. Thisequipment will reach break even point if it has
been releasing cornat 5.645,97 kg/year. Net present value of the equipment with 6% interest rate was Rp. 127.291.705,59 which meant that the business was feasible to run. The internal rate of return was 45,02 %.
Hayado Tambunan dilahirkan di Balige, Kabupaten Toba Samosir pada
tanggal 6 Juni 1991 dari ayah Tahan Tambunan dan ibu Juliwaty Nababan.
Penulis merupakan anak ketiga dari enam bersaudara.
Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Balige dan tahun yang
sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Keteknikan
Pertanian, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi Ikatan
Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA) sebagai Biro bidang pengabdian
masyarakat pada tahun 2010-2011, pengurus komisariat Gerakan Mahasiswa
Kristen Indonesia (GMKI) Fakultas Pertanian USU pada tahun 2010-2013, Ketua
Umum Majelis Permusyawaratan Fakultas (MPMF) Pertanian USU pada tahun
2011-2012, dan Sekretaris Kelompok Aspirasi Mahasiswa (KAM) Perubahan
USU pada tahun 2012-2014.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa
Sawit di PT. Socfin Indonesia (Socfindo) Palm Oil Mill (POM) Tanah Gambus,
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul ”Rancang Bangun Alat Pemipil Jagung (Chorn Sheller)” sebagai
salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi
Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Achwil Putra Munir, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan
kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S selaku anggota komisi pembimbing yang
telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga
kepada seluruh staf pengajar dan pegawai program studi Keteknikan Pertanian
serta semua rekan mahasiswa yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Juli 2015
DAFTAR ISI
Asal usul dan penyebaran ... 5
Botani jagung ... 7
Logam yang Digunakan ... 22
Baja tahan karat ... 22
Besi ... 23
Baut dan mur ... 23
Mekanisme Pembuatan Alat ... 24
Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian... 25
Analisis Ekonomi ... 25
Biaya pemakaian alat ... 26
Biaya tetap ... 26
Biaya tidak tetap ... 28
Break even point ... 29
Net present value ... 31
Internal rate of return ... 32
BAHAN DAN METODE ... 32
Waktu dan Tempat Penelitian ... 32
Bahan dan Alat Penelitian ... 32
Metodologi Penelitian ... 32
Parameter yang Diamati ... 36
Kapasitas efektif alat ... 36
Analisis ekonomi ... 36
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39
Alat Pemipil Jagung ... 39
Prinsip Kerja Alat Pemipil Jagung ... 41
Kapasitas Efektif Alat ... 41
Analisis Ekonomi ... 43
Biaya pemipilan biji jagung ... 44
Break even point ... 44
Net present value ... 45
Internal rate of return ... 45
KESIMPULAN DAN SARAN ... 47
Kesimpulan ... 47
Saran ... 47
DAFTAR TABEL
No. Hal.
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Flowchart pelaksanaan penelitian ... 50
2. Perhitungan daya motor listrik ... 52
3. Kapasitas efektif alat ... 53
4. Analisis ekonomi ... 54
5. Break even point ... 57
6. Net present value ... 58
7. Internal rate of return ... 61
8. Spesifikasi alat ... 64
9. Gambar teknik ... 66
10.Gambar buah jagung ... 69
HAYADO TAMBUNAN: Rancang Bangun Alat Pemipil Jagung. Dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan SUMONO.
Penggunaan alat pemipil jagung merupakan salah satu penanganan pasca panen untuk meningkatkan produksi jagung. Untuk mendukung hal tersebut maka diperlukan suatu alat pemipil jagung yang digerakkan oleh listrik. Penelitian dilakukan dengan studi literatur dan melakukan pengamatan tentang alat pemipil jagung. Kemudian dilakukan perancangan bentuk perangkaian komponen-komponen alat pemipil jagung. Kapasitas efektif alat sebesar 115,632 kg/jam. Nilai kapasitas efektif alat ini lebih besar daripada alat pemipil jagungyang digerakkan oleh tenaga manusia. Biaya pokok yang harus dikeluarkan dalam
memipil jagung dengan alat ini adalah Rp. 78,855/kg pada tahun ke-1, Rp. 73,474/kg pada tahun ke-2, Rp. 71,683/kg pada tahun ke-3, Rp. 70,789/kg
pada tahun ke-4, dan Rp. 70,254/kg pada tahun ke-5. Alat ini akan mencapai nilai break even point apabila telah memipil jagung sebesar 5.645,97 kg/tahun. Net present value alat ini dengan suku bunga 6% adalah Rp. 127.291.705,59 yang berarti usaha ini layak untuk dijalankan. Internal rate of return pada alat ini adalah sebesar 45,02 %.
Kata kunci : rancang bangun alat, alat pemipil, jagung
ABSTRACT
HAYADO TAMBUNAN: Design of Mechanical Corn Sheller Equipment. Supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and SUMONO.
The use of corn sheller is one of post-harvest handling to increase maize production. To support this, we need a corn sheller driven by electricity. The study was conducted with literature study and observationon corn sheller. Then design the coupling components of the equipment corn sheller. Effective capacity was115,632 kg / h. The value of the effective capacity of the equipmentwas larger than corn sheller driven by human power. Basic cost to be incurred in releasing corn with this tool was Rp. 78,855/kg in the 1st year, Rp. 73,474/kg in the 2nd year,
Rp. 71,683/kg in the 3rd year, Rp. 70,789/kg in the 4th year, and Rp. 70,254/kg in the 5th year. Thisequipment will reach break even point if it has
been releasing cornat 5.645,97 kg/year. Net present value of the equipment with 6% interest rate was Rp. 127.291.705,59 which meant that the business was feasible to run. The internal rate of return was 45,02 %.
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang paling penting dalam
pembangunan ekonomi suatu daerah. Dikarenakan masih banyaknya masyarakat
yang menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sektor
pertanian maka produksi pertanian harus ditingkatkan.
Untuk meningkatkan produksi pertanian, proses produksi yang meliputi
prapanen sampai pascapanen memerlukan dukungan berbagai sarana dan
prasarana yang efektif, diantaranya adalah dukungan alat dan mesin pertanian.
Hasil-hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan harus memiliki
penanganan pasca panen yang baik. Penanganan yang dilakukan diusahakan
memperhatikan tingkat standarisasi mutu yang diizinkan. Penanganan yang tidak
baik akan berdampak pada kualitas bahan yang buruk, harga jual yang rendah,
serta dapat menimbulkan kerugian bagi para produsen hasil pertanian tersebut.
Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan
perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada
awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan terbuat dari kayu
kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat ini mula-mula
sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang kompleks.
langsung mempengaruhi secara langsung perkembangan dari alat mesin pertanian
(Sukirno, 1999).
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di
zaman modern ini, manusia sebagai mahluk yang memiliki potensi untuk berfikir
akan selalu mengembangkan sesuatu hal maka manusia berusaha untuk
menciptakan atau membuat suatu peralatan yang lebih efisien dan praktis yang
dapat membantu bahkan menggantikan tenaga manusia dengan alat bantu yaitu
mesin pertanian.
Perubahan-perubahan untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan
rakyat yang dilakukan pemerintah sekarang berjalan dengan diarahkan pada
semua sektor. Tidak terkecuali sektor pertanian. Pertanian memiliki peranan yang
sangat penting bagi kesejahteraan rakyat. Berhasilnya sektor pertanian akan
berdampak pada ketahanan pangan.
Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia
dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Akhir-akhir ini
tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya, sebab hampir seluruh bagian
tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan seperti pembuatan
pupuk kompos, kayu bakar, turus (lanjaran), bahan kertas dan sayuran bahan
dasar/bahan olahan untuk minyak goreng, tepung maizena, ethanol, dextrin,
aseton, gliserol, perekat, tekstil dan asam organik bahan listrik nabati.
Jagung menempati posisi penting dalam perekonomian nasional, khususnya
Peningkatan produksi pertanian, khususnya tanaman jagung, sangat ditentukan
oleh meningkatnya pengetahuan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan serta
permintaan pasar. Disamping itu para peneliti dan ilmuan selalu berupaya mencari
keunggulan produksi serta keunggulan lainnya. Tidaklah mengherankan apabila
setiap saat muncul varietas unggul yang baru dan selalu meminta tanggapan dari
para petani selaku manajer dan sekaligus melaksanakan usaha taninya.
Selain memperhatikan teknik bercocok tanam penanganan pasca panen
terhadap produksi jagung pun harus diperhatikan, seperti penanganan jagung
pipilan. Setelah pengeringan dilakukan segera kegiatan pemipilan, pengeringan
ulang, dan penyimpanan.
Dalam hal ini penulis memberikan informasi tentang penanganan pasca
panen dalam hal pemipilan melalui alat pemipil jagung kering.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat, dan menguji alat
pemipil jagung.
Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan
syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi
Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan
3. Bagi masyarakat, sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan
TINJAUAN PUSTAKA
Jagung
Asal usul dan penyebaran
Sumber genetik (plasma nutfah) tanaman jagung berasal dari benua
Amerika. Konon, bentuk liar tanaman jagung yang disebut pod maize telah tumbuh 4.500 tahun yang lalu di pegunungan Andes, Amerika Selatan. Literatur
lain menyebutkan bahwa jagung tumbuh subur di kawasan Mexico, kemudian
menyebar ke Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Christopler Colombus, penemu benua Amerika pada tahun 1492, berjasa
menyebarkan jagung ke benua Erope. Pusat penyebaran yang pertama di Eropa
antara lain, adalah Spanyol, Portugal, Prancis, Italia, sampai ke Afrika Utara. Pada
abad ke-16, jagung mulai di tanam di daerah pantai Barat Afrika, kemudian
meluas ke India dan Cina.
Linnaeus (1737), seorang ahli botani, memberikan nama Zea mays untuk tanaman jagung. Zea berasal dari bahasa Yunani yang digunakan untuk menggklasifikasikan jenis padi-padian. Adapun mays berasal dari bahasa Indian, yaitu Mahiz atau Marisi yan kemudian digunakan untuk sebutan spesies. Sampai sekarang nama latin jagung disebut Zea mays Linn.
Nikolai Ivanivich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, melakukan ekpedisi
tahun 1923-1933 ke berbagai daerah di dunia memastikan daerah sentrum asal
tanaman jagung adalah Meksiko Selatan dan Amerika Tengah. Penyebaran
Pada abad ke-19, penanaman jagung meluas di negara-negara beriklim
sub-tropis dan tropis di dunia. Pusat pertanaman jagung di Amerika disebut Corn Belt yang meliputi daerah Indiana, Dakota, Illionis, Iowa, Wisconsin, Michigana, Minnesota, Nebaska, dan Kansas. Pada waktu itu jagung menempati 80% dari
luas areal pertanaman padi-padian (serealia) di Meksiko.
Negara produsen jagung kedua setelah Amerika Serikat adalah Cina. Pusat
pertanaman jagung di Cina meliputi daerah Hoang Ho, Honan Barat, Kiangsu
Utara, dan Szeschuan Barat. Dikawasan Asia, daerah utama produsen jagung
adalah Asia Timur dan Asia Selatan, yakni di Filipina, India, Cina dan Indonesia.
Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu,
didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di
Indonesia pada mulanya terkonsentrasi di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan
Madura. Selanjutnya, tanaman jagung lambat laun akan meluas ditanaman di luar
Pulau Jawa. Dari hasil survei pertanian Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 1991,
daerah sentrum produsen jagung paling luas di Indonesia, antara lain, adalah
Provinsi Jawa Timur, Jawa Tenggah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,
Lampung dan Jawa Barat. Areal pertanaman jagung sekarang sudah terdapat di
seluruh provinsi di Indonesia dengan luas areal bervariasi.
Produksi jagung dunia menempati urutan ketiga setelah padi dan gandum.
Distribusi penanaman jagung terus meluas di berbagai negara di dunia karena
tanaman ini mempunyai daya adaptasi yang luas di daerah subtropik ataupun
Tenggara, maka tidak berlebihan bila Indonesia merancang swasembada jagung
(Rukmana, 1997).
Botani jagung
Kedudukan tanaman jagung dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan,
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuh-Tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji)
Subdivisio : Angiospermae (Berbiji Tertutup)
Kelas : Monocotyledonae (Berkeping Satu)
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (Gramineae)
Genus : Zea
Spesies : Zea Mays Linn
(Rukmana, 1997)
Suku rumput-rumputan (Graminae), khususnya jagung, memiliki banyak
spesies, misalnya, Zea mays forma tunicata Larranhage, f.excellens Alef, f. microsperma Korniche, f. dentiformis Korniche var. erythrolepis, var. amylaceae, dan var. rugosa. persilangan antar spesies dan antar genus jagung menghasilkan varietas atau kultivar baru.
buah. Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal,
dan akar udara.
Batang tanaman yang beruas-ruas (berbuku-buku) dengan jumlah luas
bervariasi antara 10 – 40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang,
kecuali pada jagung manis sering tumbuh beberapa cabang (beranak) yang
muncul dari pangkal batang. Panjang batang jagung berkisar antara 60 – 300 cm,
tergantung pada tipe jagung. Ruas-ruas batang bagian atas berbentuk silindris dan
ruas-ruas batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih. Tunas batang yang
telah berkembang menghasilkan tajuk bunga betina. Bagian tengah batang terdiri
atas sel-sel parenchyma, yaitu seludang pembuluh yang diselubungi oleh lapisan keras, termasuk lapisan dermis.
Daun jagung tumbuh melekat pada buku-buku batang. Struktur daun
jagung terdiri atas tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun (ligula), dan helaian daun. Bagian permukaan daun berbulu, dan terdiri atas sel-sel bullifor. Bagian
bawah daun pada umumnya tidak berbulu. Jumlah daun tiap tanaman (pohon)
bervariasi antara 8-48 helai. Ukuran daun berbeda-beda yaitu panjang antara
30-150 cm dan lebar mencapai 15 cm. Letak daun pada batang termasuk daun duduk
bersilangan.
Tanaman jagung berjumlah satu (mooecus), yaitu bunga jantan terbentuk pada ujung batang dan bunga betina terletak dibagian tengah batang pada salah
terpisah, sehingga menyerbukan tanaman jagung bersifat menyerbuk silang (cross pollination).
Bagian terpenting dari bunga jantan adalah tepung sari, sekam kelopak
(glumae), sekam tajuk atas (palea), sekam tajuk bawah (lemma), dan kantong sari tiga pasang yang panjangnya ± 6 cm. Bunga betina betina terdiri atas ovari dan sel
telur yan dilindungi oleh suatu carpel. Carpel ini tumbuh menjadi rambut-rambut.
Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung
mempunyai bentuk, warna, dan kandungan endosperm yang bervariasi,
tergangtung pada jenisnya. Pada umumya, biji jagung tersusun dalambarisan baris
biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagianutama, yaitu kulit biji (seed coa), endosperm, dan embrio (Rukmana, 1997).
Jagung merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam golongan
rumput-rumputan Gramineae. Bunga jantan dan bunga betina letaknya terpisah
tapi masih dalam satu pohon. Buahnya berbentuk bundar berdiameter 4-6 cm dan
panjangnya dapat mencapai 40 cm. Buah jagung dapat dipanen pada waktu
setelah tanaman itu tua atau pada waktu tanaman masih muda. Tergantung atas
tongkol pada saat panen maka dikenal tiga tipe jagung yang berbeda. Tongkol
jagung yang dipanen matang penuh biasanya dengan memanfaatkan bijinya.
Tongkol jagung yang masih muda tetapi bijinya telah berisi penuh dan masih
lunak digunakan untuk jagung rebus, banyak dijual di sepanjang jalan. Ada
varietas-varietas khusus yang sangat manis dan disebut jagung manis. Tongkol
jagung yang masih muda sekali dan ukurannya kecil yang digunakan sebagai
berisi. Buah jagung yang masih muda ini disebut jagung semi atau jagung putri
(Sutarno, 1995).
Pemipilan Jagung
Setelah jagung dipanen dan dikeringkan, proses selanjutnya adalah
pemipilan. Pada dasarnya “memipil” jagung hampir sama dengan proses
perontokan gabah, yaitu memisahkan biji-biji dari tempat pelekatan. Jagung
melekat pada tongkolnya, maka antara biji dan tongkolnya perlu dipisahkan.
Pemisahan jagung dari tongkol biasanya dilakukan dengan tangan, tapi
cara tersebut hanya bisa dilakukan dalam jumlah produksi yang terbatas atau
kecil. Sedangkan produksi yang cukup besar, pemisah/pemipilan dengan tangan
kurang efisien, sebab memerlukan waktu cukup banyak.
Dewasa ini telah banyak digunakan alat pemipil, mulai alat pemipil yang
sederhana samapai yang modern. Keseluruhan alat tersebut dibuat agar tenaga dan
waktu yang digunakan untuk memipil lebih hemat. Penggunaan alat pemipil ini
biasa terjadi pada usaha tani yang cukup besar atau luas. Usaha dibidang bisnis
pertanian membutuhkan perhitungan yang cermat dan lebih efisien sehingga perlu
sarana tersebut. Tetapi petani pada umumnya masih menggunakan tangan atau
alat yang sederhana.
Alat pemipil cukup sederhana ini digerakkan oleh seorang, yaitu tangan
kiri memegang tongkol yang telah terkupas, kemudian di masukkan pada alat
pemipil, sedangkan tangan kanan memutar alat agar roda dapat berputar. Dengan
gerakan tersebut biji jagung lepas dan jatuh kebawah terkumpul pada alas
petani semakin ringan dan proses pengerjaannya pun dapat dipercepat. Peralatan
model ini dapat divariasi dengan berbagai cara, misalnya dipasang rantai dan
pedal, sehingga dapat digerakkan seperti orang naik sepeda.
Dengan adanya teknologi yang semakin berkembang, alat pemipil tersebut
akhirnya digerakkan dengan listrik, diesel atau kincir, bukan tenaga manusia lagi.
Dinegara maju seperti Amerika yang dikenal sebagai penghasil jagung,
peralatannya pun cukup canggih. Mulai petik sampai pipil dilakukan sekaligus di
lahan pada saat panen. Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus
dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki, sehingga tidak
menurunkan kualitas jagung. Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain
sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada
waktu pemipilan. Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menhindari atau menekan
serangan jamur dan hama selama dalam penyimpanan.disamping itu juga dapat
memperbaiki peredaran udara.
Untuk pemisahan biji yang akan digunakan sehingga benih terutama
penanaman dengan mesin penanam, biasanya membutuhkan keseragaman bentuk
dan ukuran butirnya. Maka pemisahan ini sangat penting untuk menambah
efisiensi penanaman dengan mesin. Ada berbagai cara membersihkan atau
memisahkan jagung dari campuran kotoran. Tetapi pemisahan dengan cara
ditampi seperti pada proses pembersihan padi, akan mendapatkan hasil yang baik
(Aak, 1993).
Jagung tongkol yang telah kering kemudian dipipil. Alat pemipilan jagung
Ramapil, tipe Senapil, tipe PBM-J yang diperkenalkan oleh Ballitan Pangan
Malang.
Aneka macam alat pemipil jaun dan cara kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Tipe TPI
Alat pemipil jagung tipe TPI bentuknya sederhana, terbuat dari bahan bilah
atau papan kayu berbentuk segi empat dan bergagang, serta ditengahnya
dibuat lubang bersudut empat sebagai tempat memasukkan tongkol jagung.
2. Tipe Ramapil
Kontruksi alat pemipil jagung tipe Ramapil terdiri atas komponen, tempat
jagung tonkol, hopper, silinder, karet penggantung, penyetel jarak, rantai
sepeda memutar silinder, lubang tongkol, lubang biji, penahan getaran, dan
rantai sepeda ban belakang.
3. Tipe Senapil
Alat pemipil senapil merupakan pengembangan dari tipe Remapil. Kelebihan
alat pemipil tipe Senapil antara lain adalah dapat memipil tongkol jagung
dalam jumlah besar (banyak) dan menekan kerusakan hasil pipilan. Prinsip
kerja alat pemipil tipe Senapil sama dengan tipe Ramapil, hanya kontruksi
silinder dan sarangannya diperkuat agar jumlah tongkol yang dipipil
berkapasitas banyak, dan dapat digerakkan dengan motor listrik 7,0 PK
(Rukmana, 1997).
Peranan Mekanisasi Pertanian
Manusia turut campur tangan dalam usaha penanaman hingga berproduksi,
kecilnya tenaga yang diperlukan, tergantung keterampilan dan kemampuan dalam
mengelola tanaman. Jumlah tenaga yang dibutuhkan dapat digantikan dengan alat
atau mesin yang sangat membantu usaha untuk mengintensifkan kerja. Semua itu
perlu disiapkan sebaik mungkin, sebab hal tersebut akan ada kaitannya dengan
saat penanaman jagung dimulai,dan beberapa jumlah tenaga kerja manusia yang
akan dibutukan. Kemunkinan penggunaan alat yang lebih efisien pun dapat
diterapkan di sini.
Dewasa ini peranan mekanisasi pada usaha penanaman jagung terutama
pada lahan luas, mulai dapat diterima. Sebab di sana sini mulai terasa adanya
pergeseran tenaga kerja, khususnya tenaga penggarap yang mulai beralih profesi
(pekerjaan), sehingga petani terpaksa harus mengintensifkan tenaga dalam
mengerjakan lahan tersebut.
Jagung ditanam unntuk dipetik hasilnya yang berupa biji jagung. Biji-biji
ini terbentuk dalam satu kesatuan yang melekat pada tongkol/janggel. Petani
jagung selalu berupaya agar tanaman yang dikelola dapat berproduksi tinggi. Para
peneliti dan pemulia pun juga berupaya mengikuti perkembangan dunia pertanian
yang semakin maju dan dituntut untuk dapat memenuhi permintaan konsumsi
jagung.
Daerah tropik cocok untuk tanaman seperti jagung dan sorgum yang
memanfaatkan energi matahari untuk diubah menjadi energi kimia, sehingga
dapat dimakan manusia. Pada daerah ini potensi matahari untuk mengubah energi
menjadi bahan kering tanaman lebih besar dari pada daerah beriklim sedang.
Banyak terjadi daerah tropik mempunyai potensi produksi tanaman jagung yang
meskipun biaya yang dikeluarkan cukup banyak (seperti jagung hibrida, jagung
manis) namun usaha penanaman jagung tetap dilaksanakan, sebab nilai
produksinya cukup tinggi.
Ilmu mekanisasi pertanian di Indonesia telah dipraktekkan atau
dilaksanakan untuk mendukung berbagai usaha pembangunan pertanian terutama
di bidang usaha swasembada pangan. Dengan mempertimbangkan aspek
kepadatan penduduk, nilai sosial ekonomi, danteknis, maka pengembangan
mekanisasi pertanian di Indonesia dilaksanakan melalui sistem pengembangan
selektif. Sistem mekanisasi pertanian selektif adalah usaha memperkenalkan,
mengembangkan, dan membina pemakaian jenis atau kelompok jenis alat dan
mesin pertanian yang serasi atau yang sesuai dengan keadaan wilayah setempat
(Hardjosentono, dkk., 2000).
Setiap perubahan usaha tani melalui mekanisasi didasari tujuan tertentu
yang membuat perubahan tersebut bisa dimengerti, logis dan dapat diterima.
Diharapkan perubahan suatu sistem akan menghasilkan sesuatu yang
menguntungkan dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum
tujuan mekanisasi pertanian adalah:
a. Mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia.
b. Mengurangi kerusakan produksi pertanian.
c. Menurunkan ongkos pruduksi.
d. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi.
f. Memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsistem (tipe pertanian kebutuhan
keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (comercial farming).
g. Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari sifat agraris menjadi
sifat industri dan dapat mendorong tahap tinggal landas.
Tujuan tersebut di atas dapat dicapai apabila penggunaan dan pemulihan
alat mesin pertanian tepat dan benar, tetapi apabila pemilihan dan penggunaannya
tidak tepat hal sebaliknya akan terjadi (Rizaldi, 2006).
Elemen Alat
Motor Listrik
Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik disebut
peralatan rumah tangga seperti
Perubahan ini dilakukan dengan merubah tenaga listrik menjadi
disebut sebagai elektromagnet.
Motor listrik sering digunakan sebagai tenaga penggerak dibandingkan
dengan jenis tenaga-tenaga yang lain karena :
1. Dapat disesuaikan, motor listrik dapat digunakan dihampir setiap lokasi
termasuk di dalam air.
2. Otomatis, motor listrik dengan mudah dikontrol dengan alat otomatis.
3. Rapi, sebuah unit kecil memperkembangkan sejumlah kekuatan besar secara
4. Dapat dipercaya, motor listrik secara khusus untuk pekerjaan jarang mengalami
gangguan.
5. Ekonomis dan efisien, motor listrik memiliki efisiensi hingga 95 %.
6. Perawatan mudah, jika melindungi dari debu dan kotoran, motor listrik hanya
membutuhkan sedikit perawatan.
7. Tenang, motor listrik secara umum lebih tenang dari pada mesin yang
dijalankan.
8. Aman, apabila dipasang dengan tepat, dipelihara, dan digunakan, motor listrik
sangat aman untuk dioperasikan.
9. Mudah dioperasikan, tidak membutuhkan banyak pelatihan untuk
mengoperasikan motor listrik.
(Cooper, 1992).
Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama
dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Hal- hal yang perlu diperhatikan
di dalam merencanakan sebuah poros adalah:
1. Kekuatan poros
Suatu poros dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan antara
puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan.
Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros
diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk
menahan beban-beban di atasnya.
2. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan cukup tetapi jika lenturan atau
defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada
mesin perkakas) atau getaran dan suara. Karena itu, disamping kekuatan
poros, kekakuannya juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam
mesin yang akan dilayani poros tersebut.
3. Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran
kritis. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian
lainnya. Poros harus direncanakan hingga putaran kerjanya lebih rendah dari
putaran kritisnya.
4. Korosi
Bahan-bahan poros yang terancam kavitasi, poros-poros mesin yang berhenti
lama, dan poros propeler dan pompa yang kontak dengan fluida yang korosif
sampai batas-batas tertentu dapat dilakukan perlindungan terhadap korosi.
5. Bahan poros
Poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin
Puli (pulley)
Pulley sabuk dibuat dari besi-cor atau dari baja. Pulley kayu tidak banyak lagi dijumpai. Untuk konstruksi ringan diterapkan pulley dari paduan aluminium. Pulley sabuk baja terutama cocok untuk kecepatan sabuk yang tinggi (di atas 35 m/det) (Stolk dan Kros, 1981).
Untuk menghitung kecepatan atau ukuran roda transmisi, putaran transmisi
penggerak dikalikan diameternya adalah sama dengan putaran roda transmisi yang
digerakkan dikalikan dengan diameternya.
SD (penggerak) = SD (yang digerakkan) ………..(1)
Dimana :
S = Kecepatan putar pulley (rpm)
D = Diameter pulley (mm)
(Smith dan Wilkes, 1990).
Pemasangan puli antara lain dapat dilakukan dengan cara:
- Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar di mana
pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.
- Vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak dimana letak pasangan puli
adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada
Sabuk V
Sabuk banyak digunakan dalam mesin-mesin pertanian karena rasio
kecepatan yang tepat tidak pernah dipertahankan. Jika desain sistem ini memadai,
slip yang terjadi tidak lebih dari 1 sampai 2% dan efesiensi penyaluran daya
(dengan mengabaikan kehilangan daya pada bantalan shaft) berkisar 97-99%.
Sabuk dapat meredam beban mendadak, tidak memerlukan pelumasan, tidak
berisik, dan dapat dioperasikan pada kecepatan linear lebih dari 5000 f.p.m. Sabuk
tidak cocok untuk beban yang berat pada kecepatan rendah (Daywin, dkk, 2008).
Sabuk bentuk trapezium atau V dinamakan demikian karena sisi sabuk
dibuat serong, supaya cocok dengan alur roda transmisi yang berbentuk V. Kontak
gesekan yang terjadi antara sisi sabuk V dengan dinding alur menyebabkan
berkurangnya kemungkinan selipnya sabuk penggerak dengan tegangan yang
lebih kecil dari pada sabuk yang pipih. Dalam kerjanya, sabuk V mengalami
pembengkokan ketika melingkar melalui roda transmisi. Bagian sebelah luar akan
mengalami tegangan, sedangkan bagian dalam akan mengalami tekanan.
Susunan khas sabuk V terdiri atas :
1. Bagian elastis yang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi
2. Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan daya
rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut
(Smith dan Wilkes, 1990).
Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Sabuk
bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah
harganya, sederhana konstruksinya dan mudah untuk mendapatkan perbandingan
putaran yang diinginkan. Transmisi tersebut telah digunakan dalam semua bidang
industri, misalnya mesin-mesin pabrik, otomobil, mesin pertanian, alat
kedokteran, mesin kantor dan alat-alat listrik. Kekurangan yang ada pada sabuk
ini adalah terjadinya slip antara sabuk dan pulley sehingga tidak dapat dipakai untuk putaran tetap atau perbandingan transmisi yang tetap (Daryanto, 1993).
Sabuk banyak digunakan dalam mesin mesin pertanian. Hal ini
dikarenakan sabuk memiliki beberapa kelebihan. Sularso dan Suga (2004) juga
menyatakan bahwa bila dibandingkan dengan transmisi roda gigi atau rantai,
sabuk v bekerja lebih halus dan tidak bersuara. Untuk mempertinggi daya
transmisi, dapat dipakai beberapa sabuk v yang dipasang sebelah menyebelah.
Namun, sabuk v juga memilik kelemahan yaitu :
- Tidak dapat digunakan pada jarak yang panjang
- Tidak cocok untuk beban yang berat pada kecepatan rendah
- Hanya dapat menghubungkan poros – poros yang sejajar dengan arah putar
yang sama
Menurut Smith dan Wilkes (1990), apabila pemindahan daya
menggunakan dua roda transisi, maka hubungan antara jarak kedua titik pusat
sumbu roda transisi dengan panjang sabuk dapat ditentukan dengan rumus:
L = 2C + 1,57(D + d) + (D−d) 4C
2
dimana:
L = Panjang efektif sabuk (mm)
C = Jarak antara kedua sumbu roda transisi (mm)
D = Diameter luar efektif roda transmisi yang besar (mm)
d = Diameter luar efektif roda transmisi yang kecil (mm)
Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga
putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan
tahan lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen
mesin lainnya bekerja dengan baik.
Bantalan dapat diklasifikasikan berdasarkan pada:
1. Gerakan bantalan terhadap poros
- Bantalan luncur
Pada bantalan ini terjadi gerakan luncur antara poros dan bantalan karena
permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan
lapisan pelumas
- Bantalan gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau
2. Beban terhadap poros
- Batalan radial: arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus
sumbu poros
- Bantalan radial: arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros
- Bantalan gelinding khusus: bantalan ini dapat menumpu beban yang
arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros.
(Sularso dan Suga, 2002).
Logam yang Digunakan
Baja tahan karat
Logam yang digunakan merupakan logam baja tahan karat (stainless steel). Baja tahan karat yang mempunyai seratus lebih jenis yang berbeda-beda. Akan
tetapi, seluruh baja itu mempunyai satu sifat karena kandungan kromium yang
membuatnya tahan terhadap karat. Baja tahan karat dapat dibagi ke dalam tiga
kelompok dasar, yakni :
1. Baja tahan karat ferit
Baja ini mengandung unsur karbon yang rendah (sekitar 0,04 % C) dan
sebagian besar dilarutkan dalam besi. Sementara itu, unsur lainnya yaitu
kromium sekitar 13 % - 20 % dan tambahan kromium tergantung pada tingkat
ketahanan karat yang diperlukan.
2. Baja tahan karat austenit
Baja tahan karat austenit mengandung nikel dan kromium yang amat tinggi,
3. Baja tahan karat martensit
Baja tahan karat martensit mengandung sejumlah besar unsur karbon. Baja
yang mengandung 0,1 % C, 13 % Cr, dan 0,5 % Mn ini dapat didinginkan
untuk memperbaiki kekuatannya, tetapi tidak menambah kekerasan.
(Amanto dan Haryanto, 1999).
Besi
Besi adalah logam putih seperti perak, dapat di poles, keras, dapat
ditempa, dapat dilengkungkan, dan bersifat magnetik. Besi adalah unsur yang
sangat stabil dan merupakan unsur terbanyak kedelapan di bumi ini setelah
Silikon, juga merupakan unsur logam terbanyak ketiga pada lapisan kulit bumi
setelah Aluminium dan Silokon. Bijih besi yang banyak dikenal diantaranya
Magnetite (Fe3O4), Hermanite (Fe2O3), Siderite (FeCO3), Pirite (FeS2) (Amanto dan Haryanto, 1999).
Baut dan mur
Baut ditandai dengan kepala persegi atau segi enam. Untuk
mengencangkan baut atau mur, orang menggunakan kunci yang sesuai (kunci pas)
atau dengan kunci cicin (ring). Mur bisa diperoleh dalam banyak jenis. Jenis yang paling populer adalah mor segi enam. Kelas mur sama dengan kelas baut.
Mur-mur dengan kelas lebih tinggi digunakan untuk baut dengan kelas yang lebih
rendah, tetapi tidak sebaliknya. Mur dengan kemampuan terbatas tingginya 0,5
sampai 0,8 kali diameter ulir sekerupnya. Untuk kelas-kelas di atas 0,6 dan M5,
ditandai, tetapi memiliki ketetapan kelas kendati hanya bersangkutan dengan
kekearasan bahan (Hagendoorn, 1992).
Mekanisme Pembuatan Alat
Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan
dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan
sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin–mesin perkakas,
antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin
asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1984).
Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan
dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan
sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin-mesin perkakas,
antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin
asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1993).
Pemasangan puli antara lain dapat dilakukan dengan cara vertikal,
pemasangan puli dilakukan secara tegak di mana letak pasangan puli adalah pada
sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada bagian mekanisme
serta penurunan umur sabuk (Mabie and Ocvirk, 1967).
Sabuk V dibelitkan di sekeliling alur puli yang berbentuk V. Selain
koefisien gesek dan kekuatannya, harganya yang relatif murah membuat sabuk V
lebih sering dipakai (Sularso dan Suga, 2002).
Kekuatan, keawetan, dan pelayanan yang diberikan peralatan usaha tani
pembuatannya. Dalam pembuatannya terdapat kecenderungan konstruksi
peralatan untuk meniadakan sebanyak mungkin baja tuangan dan mengganti
dengan baja tekan atau baja cetak. Bilamana hal ini dilakukan dapat menekan
biaya membuat mesin dalam jumlah besar. Keberhasilan atau kegagalan alat
sering sekali tergantung pada bahan yang dipakai untuk pembuatannya. Bahan
yang digunakan untuk pembuatan peralatan usaha tani dapat diklasifikasikan
dalam logam dan non logam (Smith dan Wilkes, 1990).
Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian
Menurut Daywin, (2008) kapasitas kerja suatu alat atau mesin
didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu
produk (contoh: ha, Kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja
dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu
menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi:
Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW. Persamaan matematisnya dapat ditulis
sebagai berikut :
Kapasitas Alat = Produk yang dihasilkan
Waktu kerja ... (3)
Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat
diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat
Untuk menilai kelayakan finansial diperlukan semua data yang
menyangkut aspek biaya dan penerimaan usaha tani. Data yang diperlukan untuk
pengukuran kelayakan tersebut meliputi data tenaga kerja, sarana produksi, hasil
produksi, harga, upah, dan suku bunga (Nastiti, dkk, 2008).
Biaya pemakaian alat
Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan dengan cara menjumlahkan
biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).
Biaya pokok = [BT
x + BTT]C ... (4)
dimana :
BT = total biaya tetap (Rp/tahun)
BTT = total biaya tidak tetap (Rp/jam)
x = total jam kerja pertahun (jam/tahun)
C = Kapasitas alat (jam/satuan produksi)
Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang tidak terpengaruh oleh aktivitas perusahaan.
Biaya ini secara total tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan
volume produksi. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya
berubah-ubah sesuai dengan aktivitas perusahaan. Biaya ini secara total akan
Menurut (Daywin, dkk, 2008) biaya tetap terdiri dari:
1. Biaya penyusutan (metode sinking fund)
Metode ini memungkinkan untuk memperkirakan biaya penyusutan yang
lebih mendekati dengan penyusutan yang aktual terjadi bagi mesin/alat pada tiap
tahun umurnya.
Dt = (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, t-1) ... (5)
dimana:
Dt = biaya penyusutan (Rp/tahun)
P = nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) (Rp)
S = nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)
n = umur ekonomi (tahun)
i = tingkat bunga modal (%)
t = umur pemakaian alat pada permulaan tahun berikutnya
2. Biaya bunga modal dan asuransi
Biaya ini diperhitungkan untuk mengembalikan nilai modal yang ditanam
sehingga pada akhir umur peralatan diperoleh suatu nilai uang yang present valuenya sama dengan nilai modal yang ditanam. Perhitungan biayanya:
I = i(P)(n+1)
dimana:
I = total bunga modal dan asuransi (Rp/tahun)
i = total persen bunga modal dan asuransi (%)
P = harga awal alat (Rp)
n = umur ekonomis (tahun)
3. Biaya pajak
Beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alat dan mesin
pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya. Namun di
Indonesia belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesin-mesin dan
peralatan pertanian sehingga tidak digunakan dalam perhitungan.
4. Biaya gudang atau gedung
Diperkirakan berkisar antara 0,5-1 % dari harga awal per tahun di
Amerika. Umumnya rata-rata diperhitungkan 1% nilai awal (P) pertahun. Namun
beban ini tergantung pada kondisi lokal sehingga biaya ini tidak dipergunakan
pada penelitian ini.
Biaya tidak tetap
Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besarnya
tergantung pada output yang dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan dan biaya yang
Biaya tidak tetap terdiri dari biaya bahan listrik, biaya perbaikan, dan
biaya operator.
1. Biaya bahan listrik adalah biaya yang dikeluarkan untuk bensin pada kondisi
kerja/ jam.
2. Biaya perbaikan untuk motor listrik sebagi sumber tenaga penggerak. Mesin
sumber tenaga dimaksudkan sebagai mesin untuk menggerakkan mesin-mesin
pertanian seperti penggiling padi, perontok, pemecah kulit, dan penggosok
yang umumnya dihubungkan oleh pita transmisi (belt). Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan:
Biaya perbaikan = 1,2%(P−S)
100 ... (7)
dimana:
P = harga awal alat (Rp)
S = nilai akhir alat (10% dari P) (Rp)
(Daywin, dkk, 2008).
3. Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung
kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun
mdibagi dengan total jam kerjanya (Darun, 2002).
Break even point
Break even point (BEP) umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat
BEP juga digunakan untuk:
1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha
2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi
untuk peralatan produksi
3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi (kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi
(Waldyono, 2008).
Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi
minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak
untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa ada keuntungan.
Untuk mengetahui BEP maka dapat digunakan rumus sebagai berikut:
N = F
(R−V) ... (8)
dimana:
N = jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (Kg)
F = biaya tetap pertahun (rupiah)
R = penerimaan dari tiap kg produksi (rupiah)
V = biaya tidak tetap per unit produksi
Net present value
Net present value (NPV) dapat diartikan bahwa seluruh angka net cash flow yang digandakan dengan discount factor pada tahun dan tingkat bunga yang telah ditentukan dan merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya. Jika NPV bernilai positif maka investment feasible, bila NPV bernilai 0 berarti investment dapat mengembalikan sebesar cost of capital (discount rate) dan bila NPV bernilai negatif maka investment ditolak (Prawirokusumo, 1990).
Menurut (Darun, 2002)NPV adalah kriteria yang digunakan untuk
mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Perhitungan NPV
merupakan net benefit yang telah didiskon dengan discount factor. Secara singkat dapat dirumuskan:
CIF – COF ≥ 0 ... (9)
dimana :
CIF = Cash inflow
COF = Cash outflow
Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan
bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan :
Penerimaan (CIF) = (pendapatan x (P/A, i, n)) + (nilai akhir x (P/F, i, n))
dimana:
pendapatan = penerimaan x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun
pembiayaan = biaya pokok x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun
Kriteria NPV yaitu :
- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan
- NPV < 0, berarti sampai dengan n tahun investasi usaha tidak menguntungkan
- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan
Internal rate of return
Dengan menggunakan metode IRR akan mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam bentuk % periode waktu. Logika sederhananya
menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikan modalnya dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi (Giatman, 2006).
Composite rate of return yang memperhitungkan keuntungan yang akan diperoleh dari proyek investasi yang nilai suku bunganya lebih besar dari IRR,
yang disebut minimum attractive rate of return (MARR) yang pantas sehingga dari proyek investasi akan diperoleh keuntungan. MARR ini biasanya ditentukan
oleh perusahaan, sehingga dalam proyek penanaman modal atau investasi, jika
diperoleh IRR yang lebih kecil atau sama dengan MARR maka proyek
direalisasi. Bila IRR yang diperoleh dari proyek penanaman modal atau
investasilebih besar dari MARR, maka proyek tersebut layak untuk direalisasi
Menurut (Purba, 1997) IRR digunakan untuk memperkirakan kelayakan
lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu.
IRR adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperolehB/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV= Y (positif) dan
NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR dengan
menggunakan rumus berikut:
p= suku bunga bank paling atraktif
q = suku bunga coba-coba ( > dari p)
X = NPV awal pada p
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014 di
Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jagung
kering, air, plat stainless steel, baut, mur, plat besi, baja, motor bakar, puli (pulley), sabuk V (V-belt), bantalan (bearing), besi bulat padu (poros), besi siku, pipa besi, baut dan mur, cat dan thinner.
Sedangkan alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah mesin las,
mesin bubut, mesin bor, mesin gerinda, gergaji besi, martil, kikir, obeng, meteran,
stopwatch, kalkulator, dan komputer.
Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
metode pendekatan rancangan secara umum yaitu pendekatan rancangan
fungsional dan struktural. Rancangan fungsional menyangkut dari segi fungsi atau
kegunaan dari setiap elemen atau komponen penyusun alat pemipil jagung
terhadap komoditas jagung kering sedangkan rancangan secara struktural
menyangkut bagaimana alat ini dibuat dengan memperhitungkan faktor gaya yang
Penelitian ini terdiri dari dua tahapan, yaitu tahapan pertama adalah
penelitian pendahuluan berupa studi litelatur dan perancangan alat. Tahap kedua
adalah penelitian utama berupa proses perakitan dan pengujian alat.
Alat pemipil jagung ini mempunyai beberapa komponen pentingyaitu:
1. Rangka alat
Rangka alat ini berfungsi sebagai penyokong komponen-komponen alat
lainnya, yang terbuat dari besi siku. Alat ini mempunyai panjang 47,9 cm,
lebar 29,9 cm, dan tinggi 71,8 cm.
2. Motor listrik
Motor listrik berfungsi sebagai sumber tenaga mekanis (penggerak). Alat ini
menggunakan motor listrik berdaya 1 HP.
3. Saluran masukan (hopper)
Saluran masukan berfungsi untuk memasukkan buah jagung yang akan
dipipil ke dalam silinder.
4. Saluran keluaran biji jagung
Saluran keluaran yang berfungsi untuk menyalurkan biji jagung yang sudah
terpipil dari tongkolnya ke tempat penampungan yang telah disediakan.
5. Saluran keluaran tongkol jagung
Saluran keluaran yang berfungsi untuk mengeluarkan tongkol jagung yang
sudah terpisah dari biji jagung.
6. Stator
Stator adalah komponen alat yang terbuat dari pipa besi dilapisi dengan
7. Poros putaran
Poros putaran ini merupakan poros yang berada di dalam silinder. Poros
putaran berfungsi untuk memutar rotor yang terhubung dengan motor listrik
menggunakan pulley dan v-belt. 8. Puli pemipil
Puli pemipil merupakan komponen alat yang memutar rotor baik yang
digerakkan oleh motor listrik maupun tenaga manusia.
9. Sabuk V
Sabuk V (v-belt) merupakan komponen alat yang menghubungkan motor listrik dengan puli pemipil.
Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan
untuk penelitian yaitu merancang bentuk dan ukuran alat, dan mempersiapkan
bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang akan digunakan dalam penelitian.
Pembuatan alat
Adapun langkah pembuatan alat pemipil jagung adalah :
1. Dirancang bentuk alat pemipil.
2. Digambar serta ditentukan ukuran alat pemipil.
3. Dipilih bahan yang akan digunakan untuk membuat alat pemipil ini.
4. Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai
5. Dipotong bahan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.
6. Dilakukan pengelasan dan pengeboran untuk pemasangan kerangka alat
sesuai dengan bentuk yang telah dirancang.
7. Dibuat piringan pemipil dengan bahan terbuat dari baja.
8. Dibuat dan dipasang mata giling atau gerigi pada rotator dan stator.
9. Digerinda permukaan yang terlihat kasar karena bekas pengelasan.
10. Dilakukan pengecatan guna memperpanjang umur pemakaian alat dan
menambah daya tarik alat pemipil.
11. Dirangkai komponen alat motor listrik, bantalan (boll bearing), dan kabel listrik.
Pengujian alat
Sebelum pengujian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan
bahan untuk pengujian yaitu disiapkan bahan yang akan digiling adalah jagung
Adapun prosedur pengujian alat adalah :
1. Ditimbang jagung yang akan dipipil sebanyak 5 kg.
2. Dinyalakan motor listrik.
3. Dimasukkan jagung ke dalam hopper yang tersedia pada alat ini secara bertahap.
5. Dihitung kapasitas pemipil yang dihasilkan alat ini per jam, dihitung
persentase biji jagung hilang, dilakukan analisis ekonomi dan analisa
kelayakan usaha.
6. Perlakuan diulangi sebanyak 3 kali.
Parameter yang Diamati
Kapasitas efektif alat
Kapasitas efektif alat dilakukan dengan menghitung banyaknya buah
jagung yang telah dipipil (kg) tiap satuan waktu yang dibutuhkan selama proses
pemipilan (jam). Hal ini dapat dihitung berdasarkan persamaan (3) pada tinjauan
pustaka.
Analisis ekonomi
1. Biaya pemipilan kulit jagung
Biaya pemipilan kulit jagung atau biaya pokok diperoleh dengan
menjumlahkanbiaya tetap dan biaya tidak tetap. Hal ini dapat dihitung
berdasarkan persamaan (4) pada tinjauan pustaka.
a. Biaya tetap
Biaya tetap terdiri dari:
1. Biaya penyusutan (metoda sinking fund)
Hal ini dapat dihitung berdasarkan persamaan (5) pada tinjauan pustaka
2. Biaya bunga modal Bank
Biaya tidak tetap terdiri dari:
1. Biaya bahan listrik minyak
2. Biaya perbaikan alat
Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan (7) pada tinjauan
pustaka
3. Biaya operator
Biaya operator disesuaikan dengan pertimbangan di lapangan karena
belum adanya standar yang digunakan.
2. Break even point (BEP)
Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi
minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak
untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan. Untuk menentukan BEP
maka dapat dihitung berdasarkan persamaan (8) pada tinjauan pustaka.
3. Net present value (NPV)
Identifikasi masalah kelayakan financial dianalisis dengan metode analisis financial dengan kriteria investasi. NPV adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Hal ini dapat dihitung
berdasarkan persamaan (9) pada tinjauan pustaka dengan kriteria:
- NPV > 0, berarti usaha menguntungkan, layak untuk dilaksanakan dan
dikembangkan.
- NPV < 0, berarti sampai dengan n tahun investasi proyek tidak
- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan.
4. Internal rate of return (IRR)
Untuk mengetahui kemampuan untuk dapat memperoleh kembali investasi
yang sudah dikeluarkan dapat dihitung dengan menggunakan IRR. Hal ini dapat
dihitung berdasarkan persamaan (10) dan (11) pada tinjauan pustaka.
Composite Rate of Return yang memperhitungkan keuntungan yang akan diperoleh dari proyek investasi yang nilai suku bunganya lebih besar dari IRR,
yang disebut Minimum Attractive Rate of Return (MARR) yang pantas sehingga dari proyek investasi akan diperoleh keuntungan.
MARR ini biasanya ditentukan secara subjective dengan pertimbangan,
sukubunga investasi, biaya yang harus dikeluarkan untuk investasi, Serta faktor
resiko investasi.sehingga dalam proyek penanaman modal atau investasi, jika
diperoleh IRR yang lebih kecil atau sama dengan MARR maka proyek
penanaman modal atau investasi tersebut tidak layak untuk
direalisasi. Bila IRR yang diperoleh dari proyek penanaman modal atau
investasilebih besar dari MARR, maka proyek tersebut layak untuk direalisasikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alat Pemipil Jagung
Dalam memproduksi jagung proses pemipilan ialah sangat penting, karena
proses pemipilan merupakan awal proses pengolahan buah jagung. Setelah jagung
dipanen dan dikeringkan, proses selanjutnya adalah pemipilan. Pada dasarnya
“memipil” jagung hampir sama dengan proses perontokan gabah, yaitu
memisahkan biji-biji dari tempat pelekatan. Jagung melekat pada tongkolnya,
maka antara biji dan tongkolnya perlu dipisahkan.
Alat pemipil jagung bertujuan untuk memisahkan biji dari tongkol buah
sehingga diperoleh biji yang bersih. Untuk memisahkan tongkol dengan biji, alat
pemipil jagung mekanis ini mengunakan motor listrik sebagai tenaga penggerak
dan prinsip kerja pemipilan di lakukan antara permukaan jagung yang diam dan
permukaan mata pemipil yang terus berputar (dinamis) dan proses sortasi antara
biji dan tongkol terjadi di mata pemipil, untuk biji jatuh langsung kebawah
penampungan saluran pengeluaran biji dan tongkol langsung diteruskan melalui
saluran pengeluaran tongkol.
Pada alat pemipil sebelumnya yang berada dipasaran menggunakan
tenaga penggerak, yaitu menggunakan pengerak semi mekanis menggunakan
tangan dan mekanis mengunakan motor bakar. Namun pada alat pemipil jagung
ini dioperasikan dengan tenaga mekanis, menggunakan motor listrik. Tujuan
menggunakan motor listrik ini untuk memperingan dan mempercepat waktu kerja
pemipilan tongkol jagung. Hal ini dikarenakan motor listrik bersifat ekonomis dan
Rangka alat dipilih dari besi siku dengan tujuan mampu mendukung atau
menyokong beban yang dikenakan pada saat pemipilan tongkol jagung. Ukuran
kerangka disesuaikan dengan kebutuhan tempat akan alat-alat yang dirancang,
karakteristik pengguna (operator), dan bentuk maupun ukuran komponen lainnya.
Saluran masuk (hopper) dipilih berbentuk bulat dan terbuat dari plat besi. Alasan pemilihan bentuk bulat karena disesuaikan dengan bentuk jagung. Dan
untuk mengendalikan jagung masuk ke mata pemipil diperlukan roda penarik
(roller) yang berfungsi untuk menarik dan menahan jagung agar tidak berputar.
Tempat pemipilan tongkol jagung terbuat dari plat besi dimana di
dalamnya terdiri dari silinder yang berputar (rotor) dan permukaan pisau pemipil
yang berputar juga. Rotor memiliki dimensi diameter 8,3 cm dan panjang 4,2 cm.
Rotor ini terbuat dari pipa bulat dan dilapisi dengan stainless stell yang telah dibentuk memiliki tonjolan atau sering disebut bubble plate (Budiman, 2012). Tonjolan-tonjolan ini berfungsi untuk pisau pemipil. Mata pemipil dibentuk
menyerupai trapesium, dengan tujuan jagung yang akan dipipil terlebih dahulu
terpipil melalui jarak yang lebih besar kemudian melewati jarak yang lebih kecil
sehingga meminalisir jagung yang tidak terpipil sempurna dari tongkol.
Penyambungan baut dan mur juga bertujuan agar rotor dan stator mudah
untuk dibongkar dan dipasang. Dengan penyambungan ini alat mudah untuk
diperbaiki ketika rusak. Alat juga mudah dibersihkan setelah pemakaian alat
Prinsip Kerja Alat Pemipil Jagung
Untuk menggerakkan alat ini digunakan dua puli, yaitu puli pemipil dan
puli gear box. Mekanisme alat ini ketika alat digerakkan oleh motor listrik maka puli pemipil dan puli gear box berputar dengan bersamaan. Puli gear box berfungsi untuk memperlancar masuknya jagung kedalam rotor sehingga tidak
terjadi penumpukan buah disaluran masuk. Sedangkan puli pemipil berfungsi
memutar rotor yang dihubungkan oleh sabuk V dan memutar mata pisau pemipil
langsung dengan jagung sehingga biji dan tongkol terpisah, kemudian keluar
melalui saluran pengeluaran biji dan saluran pengeluaran tongkol.
Kapasitas Efektif Alat
Kapasitas efektif alat didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin
dalam menghasilkan suatu produk (kg) persatuan waktu (jam). Dalam hal ini
kapasitas efektif alat dihitung dari perbandingan antara banyaknya jagung yang
dikupas (kg) dengan waktu yang dibutuhkan selama proses pemipilan (jam).
Kapasitas efektif alat dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 1. Kapasitas efektif alat
Percobaan Berat Bahan (Kg)
Pada penelitian ini, lama waktu pemipilan dihitung ketika putaran puli
telah stabil yang bertujuan untuk memperoleh waktu pemipilan yang akurat. Hal
listrik dihidupkan. Dalam hal ini proses pemipilan pada setiap ulangan dilakukan
secara kontiniu agar perlakuan pada setiap percobaan menjadi sama.
Pada penelitian ini yang telah dilakukan dengan menggunakan alat pemipil
biji jagung yang telah dimodifikasi dilakukan percobaan dengan perlakuan yang
sama (5 kg) diperoleh waktu pemipilan percobaan I adalah 164 detik, waktu
pemipilan percobaan II adalah 151 detik dan waktu pemipilan percobaan III
adalah 152 detik. Perbedaan waktu pemipilan ini diduga adanya keberagaman
bentuk dan diameter jagung sehingga mempengaruhi proses pemipilan. Dari hasil
penelitian ini diperoleh waktu pemipilan buah jagung rata - rata dengan berat 5 kg
adalah 155,67 detik. Kapasitas efektif alat sebesar 116 kg/jam. Sehingga, artinya
dalam waktu 1 jam alat ini dapat mengupas buah jagung sebanyak 115,632 kg.
Berdasarkan hasil percobaan (Haryono,1996) bahwa hasil pemipilan
jagung secara manual yaitu menggunakan tangan, jika dibandingkan dengan
mesin pemipil jagung yang telah dibuat, maka diperoleh hasil per menit sebesar
1:20. Berarti dalam waktu satu menit apabila secara manual petani dapat
menghasilkan 0,1 kg atau 1 ons jagung pipilan. Sedangkan apabila menggunakan
mesin pemipil, maka diperoleh hasil 5 kg jagung pipilan. Disamping itu
berdasarkan hasil pengujian jagung pipilan yang dihasilkan mesin pemipil jagung
kualitasnya baik karena jagung tidak pecah.
Alat pemipil jagung ini dirancang khusus untuk mengurangi jumlah
operator dan penggunaan alat tanpa membutuhkan keahlian khusus. Dalam
literatur Rukmana (1997) kapasitas rata-rata alat pemipil jagung dengan ukuran
yang ditangani oleh operator 5-6 orang. Untuk alat pemipil jagung ini cukup
membutuhkan 1 orang operator dengan tenaga penggerak motor listrik sebesar 1
HP.
Dalam pengoperasian, jagung harus dimasukkan satu persatu ( pertongkol)
kedalam hopper sehingga butuh penyeragaman ukuran diameter tongkol jagung yang bisa dipipil di dalam mata pisau pemipil. Untuk itu dalam penyempurnaan
atau perbaikan alat ini perlu dimodifikasi mata pisau pemipil yang dapat berubah
jaraknya sesuai dengan ukuran jagung yang masuk ke dalamnya. Dan proses
masuknya jagung ke dalam mata pisau pemipil yang ditarik oleh 2 roller, yang hanya membutuhkan roller bawah yang berputar sesuai dengan kinerja tenaga penggerak sedangkan bagian atas hanya sebagai penahan jagung agar tidak
bergeser. Mka, untuk modifikasi berikutnya diperlukan perancangan 2 roller yang dapat sama-sama berputar untuk mempermudah kinerja pemipilan. .
Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat
diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat
diperhitungkan. Umumnya setiap investasi bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan. Namun ada juga investasi yang bukan bertujuan untuk keuntungan,
misalnya investasi dalam bidang sosial kemasyarakatan atau investasi untuk
Biaya pemipilan biji jagung
Dari penelitian yang dilakukan (Lampiran 4) diperoleh biaya untuk
mengupas biji jagung berbeda tiap tahun. Hal ini disebabkan perbedaan nilai biaya
penyusutan tiap tahun sehingga mengakibatkan biaya tetap alat tiap tahun berbeda
juga. Diperoleh biaya pemipilan biji jagung sebesar Rp. 78,855/kg pada tahun
pertama, Rp. 73,474/kg pada tahun ke-2, Rp. 71,683/kg pada tahun ke-3,
Rp. 70,789/kg pada tahun ke-4, dan Rp. 70,254/kg tahun ke-5.
Dari hasil yang didapat pada biaya pokok terjadi penurunan biaya pokok
tiap tahunnya untuk pemipilan biji jagung. Hal ini dipengaruhi oleh biaya
penyusutan (biaya tetap) pada alat yang semakin tinggi tiap tahunnya.
Break even point
Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan
tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat
membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini keuntungan awal dianggap nol. Manfaat perhitungan titik impasadalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai
dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada
kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan