1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan pertumbuhan dan perkembangan sel yang tidak terkontrol yang terjadi di dalam tubuh. Usaha terapi kanker hingga saat ini belum mencapai hasil yang memuaskan. Pengobatan kanker dapat dilakukan dengan pembedahan, kemoterapi maupun dengan radiasi. Pengobatan dengan kemoterapi dan radiasi seringkali kurang selektif dan tidak dapat menghilangkan kanker tersebut sedangkan pembedahan tidak efektif untuk kanker yang telah metastatis. Usaha yang dapat ditempuh untuk menemukan obat kanker adalah dengan menggali sumber obat nabati. Banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari senyawa antikaker baru dengan harapan sifat yang lebih baik (Matt, 1999).
Salah satu tanaman yang dapat dikembangkan sebagai obat antikanker adalah daun bangun-bangun (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng). Daun bangun-bangun, merupakan salah satu tanaman Indonesia yang secara turun-temurun dimanfaatkan oleh masyarakat Sumatera Utara sebagai menu sayuran sehari-hari dan terutama disajikan untuk ibu-ibu yang baru melahirkan. Komsumsi daun bangun-bangun oleh ibu menyusui di daerah Sumatera Utara dipercaya dapat meningkatkan produksi ASI. Secara tradisional rebusan daun bangun-bangun digunakan untuk pengobatan asma, batuk rejan, obat kuat, ayan, demam, memperbanyak ASI, perut kembung, rematik, sariawan, sakit kepala (Hariana, 2008). Menurut Bhattacharjee (2010) di dalam daun ini juga terdapat kandungan vitamin C, karbohidrat, riboflavin, beta karoten, kalsium, asam oksalat, zat besi dan serat. Senyawa-senyawa tersebut berpotensi terhadap berbagai aktivitas
2
biologik, misalnya obat malaria, obat cacing, hepatoprotektif, bronkhitis, asma, diare, epilepsi, demam, batuk, sakit kepala, gangguan pencernaan, antioksidan, antitumor, antimikroba (Kaliappan, et al., 2008; Rout, et al., 2010); sakit gigi, (Chandrappan, et al., 2010); obat luka, sariawan (Depkes RI., 1989).
Penelitian yang telah dilakukan Cristine dan Siti (2004) tentang efek ekstrak air daun bangun-bangun pada aktivitas limfosit tikus putih, menunjukkan bahwa ekstrak air daun bangun-bangun mampu meningkatkan sitotoksitas limfosit, yang bermanfaat untuk perlawanan tubuh terhadap agen penyakit yang datang. Hasibuan (2012) menunjukkan bahwa daun bangun-bangun bersifat sangat toksik terhadap kanker payudara secara in vitro dan in vivo . Kemala (2012) juga melaporkan bahwa fraksi etilasetat dari crude ekstrak etanol daun bangun-bangun memiliki aktivitas toksik (nilai LC50 145,114 µg/mL) disebabkan oleh adanya senyawa flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa yang banyak terkandung di dalam daun bangun-bangun yang dipercaya berfungsi sebagai antioksidan. Mengkonsumsi sayuran yang mengandung antioksidan tinggi dapat mengurangi risiko terkena kanker (Lenny, 2006).
Uji pendahuluan toksisitas digunakan untuk skrining awal senyawa sitotoksik (antikanker). Prinsip suatu tanaman dapat digunakan sebagai antikanker yaitu bila tanaman tersebut mengandung senyawa sitotoksik. Brine Shrimp Test
merupakan salah satu metode untuk skrining terhadap senyawa sitotoksik dengan menggunakan Artemia salina Leach. Metode ini banyak digunakan karena memiliki keunggulan antara lain: sederhana, cepat, tidak membutuhkan biaya yang besar, hasilnya dapat dipercaya dan sering dikaitkan dengan metode penapisan senyawa antikanker sehingga uji ini sangat tepat digunakan dalam mengawali penelitian bahan alam dan telah digunakan selama lebih dari tiga puluh
3
tahun dalam studi toksikologi (Meyer, et al., 1982). Parameter yang diamati pada metode ini adalah nilai LC50, semakin kecil nilai LC50 yang dimiliki ekstrak maka akan semakin toksik (Inayah, dkk., 2012). Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan dalam rangka menemukan senyawa sitotoksik dan diharapkan dalam pengembangan selanjutnya dapat digunakan sebagai obat antikanker.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan uji sitotoksik fraksi etilasetat daun bangun-bangun terhadap Artemia salina Leach dengan metode
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian adalah:
a. apakah fraksi etilasetat daun bangun-bangun memiliki efek sitotoksik terhadap
larva Artemia salina Leach?
b. fraksi etilasetat manakah dari daun bangun-bangun yang paling sitotoksik
terhadap larva Artemia salina Leach?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut:
a. fraksi daun bangun-bangun memiliki efek sitotoksik terhadap larva Artemia salina Leach.
b. fraksi etilasetat yang paling sitotoksik terhadap larva Artemia salina Leach adalah fraksi yang memiliki nilai LC50 < 1000 µg/mL.
4 1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a. efek sitotoksik fraksi daun bangun-bangun terhadap larva Artemia salina Leach b. fraksi etilasetat mana yang paling sitotoksik terhadap larva Artemia salina
Leach.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:
a. memberikan informasi tentang efek sitotoksik fraksi etilasetat daun bangun-bangun.
b. memberikan informasi awal tentang daun bangun-bangun (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng) sebagai kemopreventif.
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Adapun kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.1: Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter
Gambar 1.1 Diagram Kerangka Pikir Penelitian Sebuk Simplisia Daun
Bangun-Bangun