• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Prinsip Non Refoulment Terhadap Penolakan Pengungsi Etnis Rohingya Oleh Australia Dan Thailand Menurut Hukum Internasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Prinsip Non Refoulment Terhadap Penolakan Pengungsi Etnis Rohingya Oleh Australia Dan Thailand Menurut Hukum Internasional"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

xiii ABSTRAKSI

Dr. Chairul Bariah, S.H., M.Hum* Arif, S.H., M.H**

Arisandhi Safana***

Pertolongan dan perlindungan terhadap pengungsi merupakan kewajiban setiap negara di dunia ini, yang dimuat lebih lanjut dalam Convention Relating to The Status of Refugees 1951, dimana dalam salah satu ketentuannya yakni Pasal 33 (1) diatur tentang prinsip non refoulment yang berarti setiap negara pihak wajib menerima dan memberikan pertolongan serta perlindungan terhadap pengungsi serta dilarang melakukan pengusiran. Pada perkembangannya prinsip ini telah berkembang menjadi hukum kebiasaan internasional Jus Cogens, sehingga ketentuan prinsip non refoulment tidak hanya bersifat mengikat bagi negara pihak, tetapi juga bagi semua negara di dunia. Akan tetapi dewasa ini banyak negara yang justru terang-terangan menyatakan penolakannya terhadap pengungsi. salah satunya adalah pengungsi etnis Rohingya yang ditolak keberadaannya oleh Australia dan Thailand. Berdasarkan hal ini maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah kebijakan penanganan pengungsi oleh Australia dan Thailand? Bagaimana penerapan prinsip Non Refoulment dalam penanganan terhadap pengungsi? Dan apakah penolakan pengungsi Etnis Rohingya yang dilakukan oleh Australia dan Thailand melanggar ketentuan Hukum Internasional khususnya prinsip non refoulment?

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan penelitian kepustakaan (library research) atau penelitian normatif dengan upaya penyeleksian dan pengumpulan data-data dari berbagai macam buku, pendapat sarjana, kamus, ensiklopedia dan literatur hukum Internasional yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Penelitian ini juga bersifat deskriptif yaitu penelitian untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang suatu gejala atau fenomena, dalam hal ini adalah seputar penerapan prinsip non refoulment dalam pengusiran terhadap pengungsi Etnis Rohingya yang dilakukan oleh Australia dan Thailand.

Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa penolakan terhadap pengungsi etnis Rohingya yang dilakukan oleh Australia dan Thailand bertentangan dengan ketentuan prinsip non refoulment. Bagi Thailand yang bukan negara pihak memang tidak memiliki kewajiban terhadap pelaksanaan konvensi ini, namun dengan berlakunya prinsip ini menjadi norma jus cogens yang secara otomatis berarti ketentuan non refoulment juga mengikat bagi Thailand. Disisi lain, Australia yang merupakan salah satu negara pihak pada konvensi ini jelas memiliki kewajiban terhadap pelaksanaan konvensi termasuk prinsip non refoulment. Sehingga harusnya penolakan terhadap pengungsi Rohingya tidak pantas dilakukan oleh Australia. Sehingga perlu kiranya peran dari pihak terkait baik PBB, ASEAN, Negara sekawasan maupun pihak lainnya mendesak Australia dan Thailand untuk menerima pengungsi etnis Rohingya, lebih dari itu juga terhadap Myanmar agar mengakui status kependudukan mereka, serta peran lebih jauh dari UNHCR dalam mempromosikan ketenuan prinsip non refoulment bagi seluruh Negara di dunia.

Kata Kunci: Pengungsi, Non Refoulment, Etnis Rohingya, Australia, Thailand

* Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II

*** Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Referensi

Dokumen terkait