8
ABSTRAK
Fikri Hamdani Sinta Uli P. SH, M.Hum **)
Aflah, SH, M.Hum ***)
Peranan transportasi sangat penting dalam penyelanggaraan pengangkutan barang, khususnya transportasi angkutan jalan raya(darat), peranan pengangkutan tersebut bersifat mutlak untuk mempelancar arus perdagangan. Dalam objek perjanjian pengangkutan itu dimulai pada saat diserahkannya barang tersebut kepada pengangkut, maka penguasaan dan pengawasan atas barang tersebut ditanggung pengangkut. Namun dalam penyelenggaraan pengangkutan barang melalui darat atau kendaraan bermotor tidak selamanya didalam penyelenggaraan pengangkutan barang berjalan lancar, karena ada kalanya dalam penyelenggaraan pengangkutan barang ada hal tidak direncanakan atau ada resiko, seperti barang rusak, hilang, keterlambatan, ataupun terjadi keadaan memaksa(force majure) yang dapat membebaskan pengangkut dari tanggung jawab.
Permasalahan yang dikemukakan dalam skripsi ini adalah: mengenai tanggung jawab hukum pengangkut dalam menyelenggarakan pengangkutan barang ; pembatasan pertanggungjawaban pengangkut dalam pengangkutan barang dan pemberian ganti rugi yang diberikan oleh pihak pengangkut dalam hal pengangkut wanprestasi terhadap perjanjian pengangkutan barang tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research).
Kesimpulannya adalah : Tanggungjawab tentang pelaksanaan perjanjian pengangkutan barang oleh perusahaan pengangkutan dimulai pada saat diterimanya barang oleh pengangkut sampai diserahkannya barang tersebut kepada si pemilik atau si penerima barang. Pada prinsipnya pihak pengangkut bertanggungjawab terhadap kerugian yang diderita oleh pemilik barang, kecuali dapat dibuktikan bahwa : kerugian tersebut diluar kesalahan atau kelalaian pengangkut, kelalaian atau kealpaan pihak pengirim, apabila pengangkut terhalang karena suatu keadaan memaksa, pada waktu pemuatan, pemberangkatan atau pelaksanaan pengangkutan menimbulkan banyak kesukaran sebagaimana ditentukan dalam Pasal 91 KUHD. Ganti rugi yang diberikan oleh pengangkut yang wanprestasi yakni ganti rugi barang yang hilang dengan sepuluh kali lipat ongkos kirim dengan tnggang waktu klaim selama 3 kali 24 jam pada saat penerimaan barang, apabila tidak ada pengaduan atau tuntutan ganti rugi kepada pihak pengangkut, maka pihak pengangkut tidak bertanggungjawab atas pengaduan atas kerusakan barang tersebut.
Untuk itu disarankan agar dalam pelaksanaan pengangkutan barang antara pengangkut dan pengirim didasarkan pada perjanjian pengangkutan yang tertulis. Penyerahan surat-surat yang diperlukan dalam rangka mengangkut barang yang diserahkan oleh pengirim kepada pengangkut berdasarkan Pasal 478 ayat (1) KUHD, sehingga apabila terjadi wanprestasi oleh salah satu pihak maka akan lebih mudah diselesaikan. Adanya pembatasan tanggungjawab dari pengangkut yang telah diatur dalam undang-undang dan peraturan yang dikeluarkan oleh perusahaan pengangkutan, diharapkan tidak menjadi alasan bagi perusahaan pengangkutan untuk melepaskan tanggungjawabnya begitu saja kepada pengguna jasa angkutan yang merasa dirugikan.
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
**) Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
***) Dosen Pembimbing II Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.