• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kecemasan terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Angkatan 2015 T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kecemasan terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Angkatan 2015 T1 BAB II"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kecemasan

2.1.1. Pengertian Kecemasan

Freud (dalam Feist & Feist, 2010) mengatakan bahwa kecemasan merupakan situasi afektif yang dirasa tidak menyenangkan yang diikuti oleh sensasi fisik yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam. Kecemasan merupakan kondisi mood yang negatif yang ditandai dengan simptom-simptom tubuh, ketegangan fisik dan ketakutan pada hal-hal yang akan terjadi.

Karakteristik utama dari gangguan kecemasan umum adalah perasaan cemas dan takut yang berlangsung terus-menerus serta tidak dapat dikendalikan perasaan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi dan rasa ketakutan yang sangat kuat yang muncul pada sebagian besar hari selama periode enam bulan dan tidak disebabkan oleh sesuatu yang berkaitan dengan fisik seperti penyakit, obat-obatan atau karena meminum terlalu banyak kopi. Gejala gangguan tersebut meliputi kesulitan untuk dapat beristirahat atau merasa teragitasi, kesulitan untuk berkonsentrasi, iritabilitas, perasaan tegang yang berlebihan, gangguan tidur dan kecemasan yang tidak diinginkan (Wade dan Tavris, 2007).

Nevid, dkk (2005) menyatakan bahwa “kecemasan merupakan suatu

(2)

tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang

buruk akan terjadi”.

Savitri Ramaiah (2003) mengemukakan kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya dan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan yang bisa muncul sendiri serta bergabung dengan gejala-gejala lain dari gangguan emosi.

Yulia, dkk (2002) mengungkapkan bahwa kecemasan terhadap tes merupakan persoalan gawat yang biasanya dialami oleh mahasiswa perguruan tinggi, namun kengerian terhadap ujian dapat melanda semua orang, tanpa membedakan usia. Kecemasan muncul lama sebelum waktu ujian itu sendiri sehingga pada umumnya seseorang yang mengalami kecemasan terhadap tes nampak gelisah tentang ujian yang akan berlangsung dan muncul bayangan tentang hasil ujian yang tidak bagus.

(3)

2.1.2. Macam-Macam Kecemasan

Menurut Savitri Ramaiah (2003) ada tiga macam jenis kecemasan yaitu

sebagai berikut:

1) Kecemasan karena merasa berdosa dan bersalah, misalnya telah melakukan

sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya atau keyakinannya.

2) Kecemasan karena akibat melihat atau mengetahui bahaya yang mengancam

dirinya.

3) Kecemasan dalam bentuk yang kurang jelas, apa yang ditakuti tidak seimbang, bahkan benda yang ditakuti tidak berbahaya.

2.1.3 Aspek- aspek Kecemasan

Menurut Savitri Ramaiah (2003) Aspek – aspek kecemasan sesuai dengan skala kecemasan HARS ( Hamilton Anxiety Rating Scale )adalah sebagai berikut :

a. Perasaan cemas (ansientas) seperti cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan mudah tersinggung.

b. Ketegangan seperti merasa tegang, mudah menangis, dan gemetar c. Gangguan kecerdasan seperti sulit menetapkan tujuan, sulit mengatakan

kepada dirinya bahwa dia pasti bisa, tidak merasa semangat ketika pelajaran dimulai, merasa lesu

d. Perasaan depresi seperti hilangnya minat, sedih, perasaan berubah – ubah, sulit mengendalikan perasaannya sendiri

2.1.4. Gejala-Gejala Kecemasan

(4)

1) Hampir setiap kejadian meneyebabkan timbulnya rasa takut dan cemas. Takut yaitu rasa gentar, tidak berani terhadap suatu obyek konkrit. Cemas (gentar, ragu masygul) adalah bentuk ketidakberanian ditambah kerisauan terhadap hal-hal yang tidak jelas.

2) Disertai emosi- emosi kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering dalam keadaan excited (heboh, gempar) yang memuncak. Sangat irritable; akan tetapi juga sering dihinggapi depresi.

3) Diikuti oleh bermacam- macam fantasi, delusi, ilusi dan delusion of persecution (delusi dikejar-kejar).

4) Sering merasa mual dan muntah- muntah. Badan merasa sangat lelah, banyak berkeringat, bergemetaran, dan seringkali menderita diarrhee atau murus.

5) Selalu dipenuhi ketegangan- ketegangan emosional dan bayangan- bayangan kesulitan yang imaginer (yang cuma ada dalam khayalan), walaupun tidak ada perangsang khusus.

2.1.5. Faktor-Faktor yang Menimbulkan Kecemasan

(5)

menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang lama sekali. (3) Sebab-sebab fisik. Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan, keturunan dan gangguan emosi dalam keluarga tertentu (bukan sebab penting).

2.1.6. Cara Menghadapi Kecemasan

Terkait dengan hal ini, Savitri Ramaiah (2003) mengemukakan beberapa hal yang mungkin dapat memotivasi siswa untuk menyiapkan diri dan melaksanakan tes tanpa merasa cemas sebagai berikut:

1. Menerima apa yang telah terjadi. Apapun peristiwa yang menimpa, kita harus menyadari dan menerimanya dengan lapang dada. Tetapi jangan merasa dihantui bayangan-bayangan masa silam.

2. Tentukan keadaan terjelek apakah yang dapat terjadi jika segala sesuatu yang Anda cemaskan terwujud.

3. Manfaatkan waktu dan tenaga Anda. Bersikaplah tenang untuk memperbaiki keadaan terburuk dan siap menerimanya secara mental. 4. Tentukan keputusan dan segeralah bertindak. Ketika Anda telah

mengambil keputusan, tinggalkan semua keraguan akan hasilnya. Jangan bimbang.

5. Kerja keras. Pada saat sibuk, kita tidak akan ada kesempatan untuk memikirkan hal-hal yang mencemaskan. Kita cemas karena dalam pikiran kosong. Untuk itu, obat sedih dan cemas adalah bekerja keras.

6. Hadapi perubahan dengan wajar. Apabila terjadi perubahan, usahakan tidak kehilangan akal atau mati langkah. Anggaplah perubahan itu sebagai jalan untuk mengembangkan diri.

(6)

2.2. Prestasi Belajar

2.2.1.Pengertian Prestasi Belajar

Sudjana (2011) mendefinisikan prestasi pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Prestasi belajar mahasiswa dalam penelitian ini disebut pula dengan prestasi akademik. Prestasi belajar atau prestasi akademik bagi dosen dapat dijadikan tolok ukur tentang sejauh mana keberhasilan kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan terhadap mahasiswanya. Bagi mahasiswa pencapaian prestasi belajar dapat memberi gambaran tentang hasil dari usaha yang telah dilaksanakannya, sedangkan bagi orang tua dengan mengetahui prestasi belajar (IPK) anaknya, maka akan dapat mengetahui tingkat keberhasilan putra-putrinya di universitas, selanjutnya dijadikan bahan pertimbangan untuk memberikan dorongan dan pengawasan di rumah.

Tentang apa yang dimaksud dengan prestasi belajar banyak ahli yang memberikan definisi sesuai sudut pandang masing-masing. Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) berarti:

1) Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.

2) Kemampuan yang sungguh-sungguh ada atau dapat diamati (actual ability) dan yang dapat diukur langsung dengan tes tertentu.

Tulus Tu’u (2004) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah hasil yang

(7)

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Menurut Sumadi Suryabrata (2006), prestasi dapat pula didefinisikan yaitu: nilai merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan/prestasi belajar siswa selama masa tertentu. Jadi, prestasi adalah hasil usaha siswa selama masa tertentu melakukan kegiatan.

Menurut Arifin (2009) prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik adalah hasil usaha mahasiswa yang dapat dicapai berupa penguasaan pengetahuan, kemampuan kebiasaan dan keterampilan serta sikap setelah mengikuti proses pembelajaran. Prestasi akademik tidak hanya berguna untuk mahasiswa tetapi juga bagi dosen. Bagi mahasiswa prestasi belajar merupakan keberhasilan menguasai suatu meteri pembelajaran disamping berhasil merubah tingkah laku dari yang semula tidak terampil menjadi mahir. Bagi dosen, prestasi mahasiswa dapat dipakai untuk menentukan mahasiswa mana yang membutuhkan motivasi belajar dan juga untuk mengevaluasi cara mengajar dan sampai sejauh mana mahasiswa dapat menyerap materi yang disampaikan.

(8)

lebih luas seperti ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang ketiga ranah tersebut mendukung penelitian penulis.

2.2.2.Komponen-Komponen dalam Prestasi Belajar Mahasiswa

Nana Sudjana (2011) mendefinisikan prestasi pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dikemukakan secara garis besar sebagai berikut :

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif meliputi lima tipe hasil belajar yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

(a) Mengingat/pengetahuan

Hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah, tetapi tipe ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar tingkat selanjutnya. Ada beberapa cara untuk mengingat dan menyimpannya dalam ingatan seperti teknik memo, mengurutkan kejadian dan membuat singkatan yang bermakna.

(b) Memahami/pemahaman

(9)

(c) Menerapkan/Penerapan/aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut dapat berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi kedalam situasi baru disebut aplikasi.

(d) Menganalisis

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian sehingga jelas hierarkinya dan susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang punya pemahaman yang komprehensif dan dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu.

(e) Sistesis

Sistesis merupakan penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berpikir sistesis merupakans alah satu terminal untuk menjadikan orang berpikiran kreatif.

(f) Menilai/evaluasi

(10)

2) Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dari tingkat dasar sampai tingkat yang kompleks.

(a) Receiving/attending

Receiving yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsangan

(stimulus) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lainnya. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi rangsangan dari luar.

(b) Responding/jawaban

Responding yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap

stimulus dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang pada diri seseorang.

(c) Valuing/penilaian

(11)

(d) Organisasi

Organisasi adalah pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi termasuk hubungan satu nilai dengan nilai yang lain, pemantapan, dan prioritas. nilai yang telah dimilikinya, yang termasuk ke dalam organisasi adalah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai dan lainnya.

(e) Karakteristik nilai/internalisasi nilai

Karakteristik nilai/yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya, termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.

3) Ranah Psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan yaitu :

(a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar) (b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

(c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lainnya.

(d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan

(12)

(f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non descursive seperti gerakan ekspresif dan interpretasi

Berdasarkan kriteria prestasi akademik atau hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa prestasi akademik adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki mahasiswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Prestasi akademik dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2.2.3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa Keberhasilan dalam proses belajar yang terjadi, dilatarbelakangi oleh adanya sumber atau penyebab yang mempengaruhi berlangsungnya proses belajar mengajar itu sendiri. Faktor tersebut dapat berupa penghambat maupun pendorong pencapaian prestasi. Menurut Nana Sudjana (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:

1) Faktor dari dalam diri individu

(13)

diri berkaitan dengan kondisi psikologis. Mahasiswa yang merasa cemas akan memiliki konsep diri yang negatif, mereka cenderung akan merasa kurang percaya diri dalam mempelajari sesuatu. Belajar akan lebih mantap dan efektif bila didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam/dasar kebutuhan. Lain halnya dengan rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan menderita.

2) Faktor dari luar individu

Terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan yaitu lingkungan sosial dan lingkungan alam. Sedangkan faktor instrumental yaitu kurikulum, bahan, guru, sarana, administrasi, dan manajemen.

2.2.4. Indikator Prestasi Belajar Mahasiswa

Prestasi belajar berfokus pada nilai atau angka yang dicapai mahasiswa dalam proses pembelajaran di kampus. Prestasi belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seorang mahasiswa menguasai bahan materi yang sudah diajarkan. Menurut Nana Sudjana (2011) prestasi belajar nampak dalam perubahan tingkah laku, secara tekhnik dirumuskan dalam pernyataan verbal melalui tujuan pengajaran (tujuan intruksional).

(14)

(1) Prestasi studi mahasiswa didasarkan pada penilaian dari Tes Kecil (TK), Tes Tengah Semester (TTS), Tes Akhir Semester (TAS) dan atau tugas-tugas yang setara dengan bobot tertentu yang diberitahukan kepada mahasiswa pada awal semester.

(2) Ketentuan tentang penilaian prestasi:

a. TK diberikan oleh dosen/asisten secara bulanan atau mingguan dengan atau tanpa diberitahukan sebelumnya (kuis) tanpa ada kesempatan tes susulan;

b. TTS dan TAS diberikan oleh dosen/asisten pada masa perkuliahan yang mengacu kepada kalender akademik;

c. Mahasiswa yang tidak mengikuti tes tanpa alasan yang sah dan/atau tanpa izin dosen/asisten, diberi nilai nol untuk tes tersebut;

d. Tidak ada tes ulangan atau tugas tambahan untuk memperbaiki nilai akhir matakuliah.

(15)

1) IP 2,00 - 2,74 lulus dengan predikat BAIK

2) IP 2,75 - 2,99 lulus dengan predikat MEMUASKAN

3) IP 3.00 - 3,49 lulus dengan predikat SANGAT MEMUASKAN 4) IP 3,50 - 4,00 lulus dengan predikat TERPUJI (CUM LAUDE) 2.3. Pengaruh Kecemasan Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa

Hasil penelitian Akbar (2015) menemukan bahwa secara statistik terdapat pengaruh antara tingkat kecemasan dengan prestasi akademik mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Mahasiswa dengan tingkat kecemasan yang tinggi akan beresiko memiliki prestasi akademik yang rendah. Maksudnya, mahasiswa dengan tingkat kecemasan yang tinggi dapat menurunkan prestasi akademiknya. Hal ini karena tingkat kecemasan yang tinggi dapat mempengaruhi kinerja memori, menurunkan daya ingat, dan mengganggu konsentrasi belajar.

Yulia, dkk (2002) dalam penelitiannya di SMA Negeri 2 Surakarta mengemukakan bahwa seseorang yang mengalami kecemasan terhadap tes akan mengalami kesulitan untuk mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari. Selain itu mahasiswa juga akan mengalami kesulitan untuk memusatkan diri pada perintah-perintah dalam tes secara rinci. Sehingga mahasiswa tidak mampu menunjukkan hasil terbaik yang pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya prestasi yang akan dicapai.

(16)

demikian hasil temuan-temuan tersebut semakin mendukung hipotesa yang telah penulis ajukan dalam penelitian ini.

2.4. Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam1. telah mencapai kejayaannya

Sebagai kawasan yang menjadi prioritas utama bagi Spanyol dalam kebijakan luar negerinya, Spanyol ingin mengembangkan hubungan baru dengan negara-negara Amerika Latin yang

Kualitas proses pembelajaran matematika dengan pemanfaatan lingkungan dan alat peraga manipulatif sebagai sumber belajar pada materi pokok volume kubus dan balok

Hal ini juga berarti bahwa guru dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa secara langsung dengan menggunakan model model pembelajaran yang mampu

Pada saat peserta didik mulai membentuk kelompok dan bekerja pada kelompoknya, peneliti mengamati tentang keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses

KUDUS-PURWODADI NO.93 MENGUMUMKAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA UNTUK PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013, SEPERTI TERSEBUT DIBAWAH INI. NON LELANG/

Pengetahuan fisis adalah suatu pengetahuan yang menunjukkan karakteristik fisik (ukuran, bentuk, warna, tekstur dsb) dari suatu objek/benda dan interaksi maupun

Apabila Saudara membutuhkan keterangan dan penjelasan lebih lanjut, dapat menghubungi kami sesuai alamat tersebut di atas sampai dengan batas akhir pemasukan Dokumen