• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PERADABAN ISLAM Lengkap. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEJARAH PERADABAN ISLAM Lengkap. docx"

Copied!
294
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan dalam Tugas Kuliah pada Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

II Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam

kelompok 5,6 Semester 5

Dosen Pembimbing: Syamsuddin, S.Pd, M.Pd. I

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

(2)

telah memberikan nikmat, sehat, dan kesempurnaan ketimbang makhluk-makhluk

yang lain sehingga kami bisa berbagi ilmu dengan sesama hamba Allah swt. Dan

kami juga bisa melaksanakan aktifitas sehari-hari dengan baik.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi besar

Muhammad SAW. Sesuai dengan hadits yang di sampaikan beliau yakni “ Saya di

utus kedunia hanya untuk memperbaiki akhlak manusia” karena berkat beliaulah

kita semua bisa merasakan keindahan duniawi.

Kami yakin dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik

dari segi bahasa maupun dalam rangka penulisan makalah, untuk itu kami mohon

bimbingan untuk memberikan kritik yang membangun baik melalui media atau

pengucapan secara langsung, demi pengembangan dan perbaikan pembuatan

makalah kami selanjutnya.

Makassar, 10 Januari 2016

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI... ii

PEMBAHASAN...1-280

BAB I Islam di Spanyol dan Pengaruhnya Terhadap Renaisans ...

BAB II Bangsa Mongol dan Dinasti Ilkhan...

BAB III Timur Lenk...

BAB IV Dinasti Mamalik di Mesir...

BAB V Kerajaan Utsmani di Turki...

BAB VI Kerajaan Safawi di Persia...

BAB VII Kerajaan Mugal di India...

BAB VIII Penjajahan Barat Terhadap Dunia Islam Di Benua India

dan Asia Tenggara...

BAB VIX Bangkitnya Nasionalisme di Dunia Islam dan Tumbuhnya

Gerakan Perjuangan Kemerdekaan...

BAB X Kemerdekaan Negara-Negara Islam Dari Penjajahan...

BAB XI Kedatangan Islam di Indonesia...

BAB XII Kerajaan-Kerajaan Islam Pada Zaman Penjajahan

Belanda di Indonesia...

BAB XIII Kerajaan-Kerajaan Islam pada Zaman Penjajahan Belanda di Indonesia...

BAB XIV Islam di Indonesia di Zaman Modern dan Kontenporer...

BAB XV Peradaban Islam Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan...

BAB XVI Pusat-Pusat Peradaban Islam di Dunia...

DAFTAR PUSTAKA...

(4)
(5)

A. Latar Belakang

Sekitar dua abad sebelum masehi hingga awal abad ke lima, Spanyol

berada di bawah Imperium Romawi. Sejak tahun 406 M, Spanyol dikuasai oleh

bangsa Vandal, yaitu bangsa yang berimigrasi dari negeri asal mereka yaitu suatu

daerah yang terletak di antara Sungai Order dan Vistuala. Pengusa daerah ini

mendirikan kerajaan di propinsi wilayah Chartage. Kekuasaan Vandal ini

kemudian diambil alih oleh orang-orang Gothic, maka didirikanlah kerajaan

Visigoth, yang wilayah itu dikenal dengan Vandalusia. Dan setelah kedatangan

orang-orang Islam pada tahun 92 H/711 M, sebutan Vandalusia diubah menjadi

Andalusia atau Andalus.

Kehadiran orang-orang Islam di Spanyol merupakan awal munculnya

Islam di benua Eropa karena Spanyol merupakan pintu gerbang bagi benua

tersebut. Sebagaimana diinformasikan dalam buku-buku sejarah, ekspansi Islam

ke Wilayah Barat (dalam hal ini Eropa bagian Barat) terjadi pada masa

kekhilafahan Bani Umayyah dengan khalifah Al-Walid bin Ibnu Malik.

Pada saat itu Musa Bin Nushair, sebagai penglima perang khalifah dan

Thariq bin Ziyad sebagai komandan lapangan, dimana keduanya dianggap sebagai

tokoh pelaku utama atas masuknya Islam di Spanyol. Mereka berhasil menguasai

wilayah Afrika Utara dan kemudian menyeberang ke Benua Eropa. Setelah

(6)
(7)

muncul dari sana. Namun setelah berabad-abad lamanya Islam menguasai

Spanyol, Islam mulai mengalami kemunduran dan kehancuran, bahkan kemudian

Islam hilang dari bumi tersebut. Hal ini disebabkan dari berbagai fakor.

B. Islam Di Spanyol Dan Pengaruhnyaterhadap Renaisans Di Eropa

1. Masuknya Islam Ke Spanyol

Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M),

salah seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum

penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan

menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayah. Penguasaan

sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705

M). Khalifah Abd al-Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi

gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah

digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa ibn Nushair

memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Marokko.

Selain itu, ia menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan

bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia

dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah

mereka lakukan sebelumnya. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari

pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu propinsi dari Khilafah Bani

Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa

pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa

(8)

terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuatan kerajaan Romawi, yaitu

kerajaan Gothik. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat

kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat

dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukan Spanyol.

Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin dalam

penaklukan wilayah Spanyol.

Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang

dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka

adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat

disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di

antara Marokko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus

orang diantanya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang

disediakan oleh Julian.2 Dalam penyerbuan itu Tharif tidak tidak mendapat

perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta

rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan

kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol

pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan

perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol

sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.3

Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena

pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian

(9)

besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang

Aran yang dikirim oleh Khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi

selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Setelah gunung tempat pertama kali

Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan

nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah

pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu tempat

yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan

pasukannya terus menaklukan

Kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibukota kerajaan

Goth saat itu). Sebelum Thariq menaklukan kota Toledo, ia meminta tambahan

pasukan kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan

pasukan sebanyak 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan

Gothik yang jauh lebih besar, 100.000 orang.

Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan

untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibn Nushair

merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud

membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat

menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat

ditaklukkannya. Setelah Musa berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona,Seville,

dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir di

Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil

menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utanya, mulai dari

(10)

Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan

Khalifah Umar ibn Abdil Aziz tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran ditujukan

untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan.

Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah, tetapi uasahanya itu gagal dan

ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan

kepada Abd al-Rahman ibn Abdullah al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, ia

menyerang kota Bordesu, Poiter, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours.

Akan tetapi, di antara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel,

sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur

kembali ke Spanyol.

Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan, seperti ke

Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat

di Laut Tengah. Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian

dari Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayah.4 Gelombang kedua

terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan

abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau

Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.

Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam namp[ak begitu

mudah. Hal tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang

menguntungkan.

Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat

di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang

(11)

Isl;am, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri berada dalam keadaan

menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyal-koyak dan terbagi-bagi ke

dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic bersikap

tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran

Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agam Yahudi

yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut

agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal.5

Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi

oleh kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi

seperti itu, kaum tertidas menanti kedatangan juru pembebas, dan juru

pembebasnya mereka temukan dari orang Islam. Berkenaan dengan itu Ameer Ali,

seperti dikutip oleh Immanuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat)

menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan

kesejahteraan, tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan

di bawah kekuasaan tangan besi penguasa Visigothic. Di sisi lain, kerajaan berada

dalam kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat. Akibat

perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat

perlawanan dan pemberontakan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak

membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu

amat banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.

Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam

masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal,

(12)

sewaktu Spanyol berada di bawah pemerintahan Romawi, berkat kesuburan

tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri dan

perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi,

setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh

dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa

digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dengan daerah lain sulit

dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.

Buruknya kondisi sosial, ekonomi dan keagamaan tersebut terutama

disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa

pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam.

Awal kehancuran kerajaan Goth adalah ketika Raja Roderick

memindahkan ibukota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang

saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan

ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya

kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick. Mereka

pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementar itu terjadi

pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah

Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan

mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol. Julian bahkan

memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Thariq dan

(13)

Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick

yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat

perang. Selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan

persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.6

Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat

dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat

dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Parapemimpin adalah

tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka

pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah

pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu

toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan

persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan

penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.

2. Perkembangan Islam Di Spanyol

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya

kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memanikan peranan yang sangat besar.

Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui

umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu:

a) Periode Pertama (711-755 M)

Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang

diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode

(14)

ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna,

gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari

dalam antara lin berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat

perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan pandangan

antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di

Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak

menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh pergantian wali

(gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan

politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada

hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama, antara Barbar asal Afrika Utara

dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus menerus

bersaing, yaitu suku Qaisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan).

Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama

ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak

ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu

yang agak lama.7

Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang

bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah

tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah

berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu mengusir Islam dari bumi

Spanyol.

(15)

Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi

musuh dari luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan

pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan

datangnya Abd al-Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.

b) Periode Kedua (755-912 M)

Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang

bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat

pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di

Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun

138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol). Dia adalah

keturunan Bani Umayah yang berhasil lolos dari kerajaan Bani Abbas ketika yang

terakhir ini berhasil menaklukkan Bani Umayah di Damaskus. Selanjutnya, ia

berhasil mendirikan dinasti Bani Umayah di Spanyol. Penguasa-penguasa

Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I,

Abd al-Rahman al-Ausath, Muhammad ibn Abd al-Rahman, Munzir ibn

Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.

Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh

kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abd

al-Rahman al-Dakhil mendirikan mesjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota

besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan

Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang

(16)

dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai masuk

pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-Ausath. Ia mengundang para

ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu

pengetahuan di Spanyol mulai semarak.

Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pada

pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan

Kristen fanatik yang mencari kesyahidan (Martyrdom). Namun, Gereja Kristen

lainnya di seluruh Spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan itu, karena

pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama. Penduduk Kristen

diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kristen.

Peribadatan tidak dihalangi. Lebih dari itu, mereka diizinkan mendirikan gereja

baru, biara-biara disamping asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak

dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan pada

instansi militer.8

Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat

Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk

negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu sejumlah orang

yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah

pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di

pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar

dan orang-orang Arab masih sering terjadi.

c) Periode Ketiga (912-1013)

(17)

Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd al Rahman III yang

bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal

dengan sebutan Muluk al-Thawaif. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh

penguasa dengan dengan gelar khalifah, penggunaan gelar khalifah tersebut

bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir,

Khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh

pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa

suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat

bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah

yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayah selam 150 tahun lebih. Karena

itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang

memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abd al-Rahman al-Nasir

(912-961 M), Hakam II ((912-961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).

Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan

kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd Rahman

al-Nasir mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan

ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada

masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran.

Pembangunan kota berlangsung cepat.

Awal dari kehancuran Khilafah Bani Umayah di Spanyol adalah ketika

Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual

berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi

(18)

yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan

Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas

keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002

M dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan

keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan

oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun

saja, negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran

total. Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang

dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki

keadaan. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah

Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah

dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.9

d) Periode Keempat (1013-1086 M)

Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negar

kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang

berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang

terbesar di antaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam

Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang

saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada

raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan

politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini

(19)

mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil,

namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana

mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu

istana ke istana lain.

e) Periode Kelima (1086-1248 M)

Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa

negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti

Murabhitun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti

Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh

Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan

sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas

“undangan” penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat

perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan

orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan

berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja

muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil

untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja

yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika

Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada masa

dinasti Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M. Di

Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali

dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa

(20)

Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang

ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun’im. Antara tahun 1114 dan 1154 M,

kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah

kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak

kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak

lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M,

tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa.

Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya

memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M.

keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil.

Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari

serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan

penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. seluruh Spanyol

kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam.10

f) Periode Keenam (1248-1492 M)

Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah

dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti

di zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya

berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan

terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam

memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang

kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya

(21)

menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam

pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad.

Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk

menjatuhkannya. Dua pengausa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah

dan Abu Abdullah naik tahta.11

Tentu saja, Ferdenand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan

besar Kristen melalui perkawinan itu tidalk cukup merasa puas. Keduanya ingin

merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa

menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku

kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella, kemudian

hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol

tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk

Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan

tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.12

3. Kemajuan Peradaban

Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam

telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh,

bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian dunia, kepada kemajuan

yang lebih kompleks.

1. Kemajuan Intelektual

(22)

Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan

penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan

pemikir.

Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri

dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang

Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika

Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang

menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam

untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab,

dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu,

kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya

lingkungan budaya Andalus yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan

pembangunan fisik di Spanyol.

a. Filsafat

Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian

dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang

dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke –12. Minat terhadap

filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama

pemerintahan penguasa Bani Umayah yang ke-5, Muhammad ibn Abd al-Rahman

(832-886 M).

Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis

(23)

dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama

ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dinasti

Umayah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof

besar pada masa sesudahnya.

Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr

Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di

Saragosa, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan

diFez tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti al-Farabi dan Ibn Sina

di Timur, masalah yang dikemukannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum

opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid.

Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy,

sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun

1185 M. ia banyak mesalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya

yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.

Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut

Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari

Cordova. Ia lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. ciri khasnya adalah

kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam

menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia

juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al-Mujtahid.

(24)

Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia, dan lain-lain

juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas termasyhur dalam ilmu kimia

dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu.13

Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat

menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya.

Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara

tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah dalam bidang

obat-obatan. Umm al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz

adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.

Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan

banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang

negeri-negeri meslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier

(1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374 M)

menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tinis adalah perumus

filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang

kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.

c. Fikih

Dalam bidang fikih, Spayol Islam dikenal sebagai penganut mazhab

Maliki. Yang memperkenalkan Mazhab ini di sana adalah Ziyad ibn Abd

al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang

menjadi qadhipada masa Hisyam ibn Abd al Rahman. Ahli-ahli fikih lainnya

(25)

diantaranya adalah Abu Bakar ibn al Quthiyah, Munzir ibn Sa’id al- Baluthi dan

Ibn Hazm yang terkenal.

d. Musik dan Kesenian

Dalam bidang musik dan seni suara, Spayol Islam mencapai

kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap

kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil

mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu

yang dimilikinya itu di turunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita,

dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.14

e. Bahasa dan Sastra

Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam

di Spayol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non Islam. Bahkan,

penduduk asli Spayol menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak

yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata

bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Alfiah, Ibn

Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al- Isybili, Abu al- Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan

al-Gharnathi.

Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra banyak

bermunculan, seperti Al-‘Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirah fi

Mahasin Ahl al- Jazirah oleh Ibn Bassam, kitab al-Qalaid buah karya al Fath ibn

Khaqan, dan banyak lagi yang lain.

(26)

2. Kemegahan Pembangunan Fisik

Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam

sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang

pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepadamasyarakat

Spayol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran

sekunder, tersier, dan jembatan-jrmbatan air didirikan. Tempat-tempat yang tinggi,

dengan begitu, juga mendapat jatah air.

Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan

irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat

untuk konservasi (penyimpanan air). Pengaturan hidrolikitu dibangun dengan

memperkenalkan roda air (water wheel) asal persia yang dinamakan na’urah

(Spayol : noria). Disamping itu, orang-orang Islam juga memperkenalkan

pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan taman-taman.

Industri, disamping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang

punggung ekonomi Spayol Islam. Diantaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam,

dan industri barang-barang tembikar.

Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol

adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana,mesjid,

pemukiman, dan taman-taman. Diantara pembangunan yang megah adalah mesjid

Cordova, kota al-Zahra, istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al

Makmun, mesjid Seville, dan istana al-Hamra di Granada.

(27)

Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil

alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan

diperindah. Jembatan besar dibangun diatas sungai yang mengalir di tengah kota.

Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam

itu. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kotaberdiri

istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan,setiap istana

dan taman di beri nama tersendiri dan dipuncaknya terpancang istana Damsik.

Di antara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah mesjid Cordova.

Menurut ibn al-Dala’I, terdapat 491 mesjid di sana. Di samping itu, ciri khusus

kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja

terdapat sekitar 900 pemandian. Di sekitarnya berdiri

perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat di minum, penguasa

muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 km.

b. Granada

Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat islam di Spayol.

Di sanaberkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova di

ambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol.

Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal diseluruh Eropa. Istana al-Hamra yang

indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam.

Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya.

Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa di perpanjang

(28)

3. Faktor-Faktor Pendukung Kemajuan

Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya

penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan

kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd Rahman Dakhil, Abd Rahman

al-Wasith dan Abd al Rahman al-Nashir.

Keberhasilan politik peminpin-peminpin tersebut di tunjang oleh kebijaksanaan

penguasa-penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah yang

terpenting di antara penguasa dinasti Umayyah di Spanyol dalam hal ini adalah

Muhammad ibn Abd al-Rahman (852-886) dan al-Hakam II al-Muntashir

(961-976).

Toleransi beragama di tegakkan oleh para penguasa terhadap penganut

agama Kristen dan Yahudi,sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan

peradaban Arab Islam di Spanyol. Untuk orang Kristen, sebagaimana juga

orang-orang Yahudi, di sediakan hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan

ajaran agama mereka masing-masing.

Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari

berbagai komunitas, baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi

beragama, komunitas-komunitas itu dapat bekerja sama dan menyumbangkan

kelebihannya masing-masing.

Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan

Umayyah di Spanyol, hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu berupa

(29)

perjalanan dari ujung Barat wilayah Islam keujung timur, sambil membawa

buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam

terpecah dalam beberapa kesaruan politik, terdapat apa yang di sebut kesatuan

budaya dunia Islam.

Perpecahan politik pada masa Muluk al – Thawa’if dan sesuadahnya tidak

menyebabkan mundurnya peradaban. Masa itu, bahkan merupakan puncak

kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian, dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap

dinasti (raja) di Malaga, Toledo, Seville, Granada, dan lain-lain berusaha

menyaingi Cordova. Kalau sebelumnya Cordova merupakan satu-satunya pusat

ilmu dan peradaban Islam di Spanyol, Muluk al-Thawa’if berhasil mendirikan

pusat-pusat peradaban baru yang diantaranya justru lebih maju.

4. Penyebab Kemunduran Dan Kehancuran

1. Konflik Islam dengan Kristen

Para penguasa muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna.

Mereka sudah merasa puas dengan hanya mernagih opeti dari kerajaan-kerajaan

Kristen taklukkannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat

mereka, termasuk posisi hirarkhi tradisional, asal tidak ada perlawanan

bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa

kebangsaan orang-orang Spanyol kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara

Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan

Kristen. Para abad ke-11M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara

(30)

2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu

Kalau di tempat-tempat lain para muallaf di perlakukan sebagai orang

Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagai mana politik yang di jalankan Bani

Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang

pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke 10 M, mereka maish memberi istilah

‘ibad dan mualladun kepada para muallaf itu , suatu ungkapan yang dinilai

merendahkan. Akibatnya,kelompok-kelompok etnis non Arab yang ada sering

menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar

terhadap sejarah sosio ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan adanya

ideologi yang dapat memberi makna persatuan, di samping kurangnya figur yang

dapat menjadi personifikasi ideologi itu.

3. Kesulitan Ekonomi

Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota

dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai

membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat

memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.

4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan

Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena

inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawa’if

muncul.Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatih

ke tangan Ferdinand dan Isabella, di antaranya juga di sebabkan permasalahan ini.

(31)

Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu

berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan

demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan

Kristen di sana.

5. Pengaruh Peradaban Spanyol Islam Di Eropa

Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang

budi kepada khasanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode

klasik. Memang banyak saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi

Eropa, seperti Sicilia dan perang salib, tetapi saluran yang terpenting adalah

Spanyol Islam.

Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap

peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun

perekonomian dan peradaban antar negara. Orang-orang Eropa menyaksikan

kenyatan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan

negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains di

samping bangunan fisik. Yang terpenting di antaranya adalah pemikiran Ibn

Rusyd (1120-1198 M). ia melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan

kebebasan berpikir. Ia mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat

minat semua orang yang berpikiran bebas. Ia

mengedepankan sunnatullah menurut pengertian Islam terhadap pantheisme dan

anthropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga di

(32)

berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan

Averroisme ini.

Berawal dari gerakan Averroisme inilah di Eropa kemudian lahir repormasi

pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Buku-buku Ibn Rusyd

dicetak di Venesia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Bahkan edisi

lengkapnya terbit pada tahun 1553 dan 1557 M. Karya-karyanya juga diterbitkan

pada abad ke-16 M di Napoli, Bologna, Lyonms, dan Strasbourg, dan di awal abad

ke-17 M di Jenewa.

Pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rusyd, ke

Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di

universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Seville,

Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif

menerjemahkan buku-buku karya ilmuan-ilmuan muslim. Pusat penerjemahan ini

adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan

universitas yang sama. Universitas yang pertama di Eropa adalah

Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M, 30 tahun setelah wafatnya

Ibn Rusyd. Di akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas.

Di dalam universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari

universitas-universitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat.

Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari adalah pemikiran al-Farabi, Ibn

(33)

Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung

sejak abad ke12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (Renaisance)

pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di

Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan

kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin.15

Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang

sangat kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa.

Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik

C. Rangkuman

Dari sejumlah uraian di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa masuknya

Islam di Spanyol berbeda dengan masuknya Islam di daerah lain. Datangnya

Islam ke Spanyol atas permintaan dari penduduk setempat dan kedatangan Islam

di Spanyol ternyata memberikan kontribusi yang tak ternilai, baik kepada dunia

Islam, terlebihlebih kepada dunia Barat, dalam hal ilmu pengetahuan dan

peradaban. Kontribusi tersebut bisa terlaksana karena sikap ilmiah-konstruksif

yang secara umum menyertai para ilmuwan dalam melakukan kajian-kajian

ilmiahnya. Sikap toleransi yang cukup proporsional dalam komposisi masyarakat

yang tingkat heterogenitasnya yang cukup luar biasa dalam membangun sebuah

nilai peradaban yang pruralistik.

Kekuasaan Islam di Spanyol yang telah mencapai puncak kejayaannya

kemudian mulai melemah kemudian mundur dan hancur secara perlahan akibat

berbagai faktor. Diantaranya faktor utama penyebab kehancuran tersebut adalah

(34)

akibat terjadinya disintegrasi yang menyebabkan munculnya kerajaan-kerajaan

kecil yang berusaha memerdekakan diri. Kekuasaan Islam kemudian digantikan

oleh kekuasaan Kristen dan berusaha menghapus habis seluruh pengaruh Islam

(35)

A. Latar Belakang

Dinasti Ilkhan dikenal dalam berbagai literatur sejarah Islam sebagai salah

satu dinasti yang dibangun oleh orang-orang non-Muslim yang kemudian dalam

perjalanannnya menjadi sebuah Dinasti Islam. Dinasti Ilkhan muncul ke panggung

sejarah dimulai dari pertengahan abad XIII M (tahun 1258 M) sampai dengan

dekade keempat dari abad XIV M (Tahun 1343 M), yang wilayah kekuasaannnya

meliputi Anatolia, Syiria, Irak, Persia Afghanistan dan India Utara dengan pusat

kekuasaannnya di Tabriz. Dengan demikian dinasti ini eksis memerintah kurang

lebih selama 85 tahun (Lihat Arthur Goldshmidt, 1983: 116).

Dinasti ini sebenarnya didirikan oleh orang-orang Mongol yaitu oleh

Hulagu Khan, cucu dari Jengis Khan yang sejak awal abad XIII M telah banyak

melakukan invasi terhadap wilayah-wilayah Islam khususnya ke kawasan Asia

Tengah, seperti Turkistan dan Transoxiana. Kehadiran bangsa Mongol, yang

kemudian ditindaklanjuti dengan proses penguasaan mereka melalui dinasti

Ilkhan, bagi masyarakat Muslim di kawasan tersebut mungkin kerap dipandang

sebagai malapateka karena kehadirannnya yang lebih banyak merugikan

masyarakat Muslim di wilayah itu.

Sebagai salah satu bukti yang memperkuat dari paparan di atas di atas

dapat dilihat dari momentum kronologi keruntuhan Khilafah Abbasiyah yang

(36)
(37)

materil maupun kekayaan spiritualnya. Padahal keberadaan kekhilafahan ini telah

eksis selama lima abad sebagai pusat ilmu dan peradaban Islam, bahkan dunia.

Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol

bukan saja mengakhiri Khilafah Abbasiyah, tetapi juga merupakan awal dari masa

kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat

peradaban dan kebudayaan Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu

pengetahuan itu ikut lenyap dibumihanguskan oleh tentara Mongol yang dipimpin

Hulaghu Khan.

B. Latar Belakang Bangsa Mongol dan Dinasti ILKHAN

Jatuhnya kota baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol

bukan saja mengakhiri khilafah Abbassiyah disana, tetapi juga merupakan dari

awal masa kemunduran politik dan peradaba Islam, Karena Baghdad sebagai

pusat kebudayaan dan peraadaaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu

Pengetahuaan itu ikut pula lenyap dibumihaanguskan oleh pasukan Mongol yang

di pimpin Hulagu Khan.16

Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia, yang

membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan, dan

Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja

Kha, yang mempunyai dua putra Kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putra itu

melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar. Mongol mempunyai anak

bernama Ilkhan, yang melahirkan keturuan pemimpin bangsa Mongol di

kemudian hari.17

16Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2014). H.111

(38)

Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa Mongol

tetap sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah dari

satu tempat ke tempat lain, mengembala kambing dan hidup dari hasil buruan.

Mereka juga hidup dari hasil perdagangan tradisional, yaitu mempertukarkan kulit

binatang dengan binatang yang lain, baik diantara sesama mereka maupun dengan

bangsa Turki dan Cina yang menjadi tetangga mereka.sebagaimana umumnya

bangsa Nomad , orang-orang Mongol mempunyai watak yang kasar, suka

berperang, dan berani menghadang maut dalam mencapai keinginannya. Akan

tetapi mereka sangat patuh kepada pemimpinnya mereka menganut agama

Syamaniah (Syamanism) menyembah bintang-bintang, dan sujud kepada matahari

yang sedang terbit.18

C. Kemajuan Bangsa Mongol

Kemajuan bangsa Mongol secara besar-besaran terjadi pada masa

kepemimpinan Yasugi Bahadur Khan. Ia berhasil menyatukan 13 kelompok suku

yang ada pada waktu itu. Setelah Yasugi meninggal, putranya, Timujin yang

masih berusia 13 tahun taampil sebagai pemimpin. Dalam waktu 30 tahun, ia

berusaha memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan bangsa Mongol

dengan suku bangsa lain, sehingga menjadi satu pasukan yang teratur dan

tangguh. Paadaa tahun 1206 M, ia mendapat gelar Jengis Khan, Raja yang

perkasa. Ia menetapkan suatu undang-undang yaang disebutnya Alyasak atau

Alyasah, untuk mengatur kehidupan rakyatnya. Wanita mempunyai kewajiban

yang sama dengan laki-laki dalam kemileteran. Pasukan perang dibagi dalam

(39)

beberapa kelompok besar-kecil, seribu, dua ratus, daan sepuluh orang. Tiap-tiap

kelompok dipimpin oleh seorang komandan. Dengan demikian bangsa Mongol

mengaalai kemajuan pesat dibidag militer.19

Setelaah pasukaan peraangnyaa terorganisasi dengan baik Jengis Khan

berusaaha memperluas wilayah kekuasaan dengan melaukkan penaaklukan

terhdap daeraah-daerah lain. Serangan pertamaiarahkan ke kerajaan Cina. Ia

berhasil menduduki peking tahun 1215 M. Sasaran selanjutnya adalah

negeri-negeri Islam. Pada tahun 606H/1209 M, tentara Mongol keluar dari negeri-negerinya

dengan tujuan Turki dan Ferghana, kemudian terus ke Samarkand. Paada

mulanyaa, mereka mendaapaat perlawanan berat dari penguasa Khawarizm,

Sultan Ala Al-Din di Turkistan. Pertempuran berlansung seimbang, karena itu,

masing-masing kembali kenegerinya. Sekitar sepuluh tahun kemudian, mereka

masuk Bukhara, Samarkand Khurazan, Hamadzan, Quzwain, dan sampai ke

perbatasan Irak. Di Bukhara, ib kota Khawarizm, mereka kembali mendapat

perlawanan dari Sultan Ala Al-Din, teatpi kali ini mereka dengan mudah dapat

mengalahkan pasukan Khawarizm. Sultan Ala Al-Din, tetapi kali inimereka

dengan mudah dapat mengalahkan pasukan Khawarizm. Sultan Ala Al-Din tewas

dalam pertempuran di Mazindarah tahun 1220 M. Ia digantikan oleh putranya,

Jalal Al-Din yang kemudia melarikan diri ke India karena terdesak dalam

dalampertempuran di dekat Attock tahun 1224 M. Dari sana pasukan Mongol

terus ke Azerbijan. Disetiap daerah yang dilaluinya. Pembunuhan besar-besaran

terjadi. Bangunan-bangunan indah di hancurkan, sehimgga tidak berbentik lagi,

(40)

demikian juga isi bangunan yang dapat bernilai sejarah, sekolah-sekolah,

masjid-masjid, dan gedung-gedung lainnya di bakar.20

Pada saat kondisi fisiknya mulai lemah, Jengis Khan membagi wilayah

kekuasaan menajadi empat bagian kepada empat orang putranya, yaitu Juchi,

Chagatai, Ogotai, dan Tuli. Chagatai berusaha menguasai kembali daerah-daerah

Islam yang pernah di taklukkan dan berhasil merebut IIIi, Ferghana, Ray,

Hamazan, dan Azerbaijan. Sultan Khawarizm, Jala Ala Al-Din berusaha keras

membendung serangan tentara Mongol namun, Khawarizm tidak sekuat dul.

Kekuatannya sudah banyak terkuras dan akhirnya terdesak. Sultan melarikan diri.

Di sebuah daerah penggunungan ia dibunuh oleh seorang Kurdi. Dengan

demikian, berakhrirlah kerajaan Khawarizm.kematian Sultan Khawarizmnyah itu

membuka jalanbagi Chagatai untuk melebarkan sayap kekuasaannya dengan lebih

leluasa.21

Saudara Chagatai, Tuli Khan menguasai Khusaran. Karena

kerjaan-Kerajaan Islam sudah terpecah belah dan kekuataanya sudah lemah. Tuli mudah

dapat menguasai Irak. Ia meninggal tahun 654H/1256M dan digantikan oleh

putranya Hulagu Khan.

Pada tahun 656H/1258 M, tentra Mongol yang berkekuatan sekitar

200.000 orag tiba di salah-satu pintu Baghdad. Khalifah Al Mu’tashim, penguasa

terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243-1258) betul-betul tidak mampu

membendung “Topan” tentara Hulagu Khan. Pada saat kritis tersebut, Wazir

20Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2014)). H.113

(41)

khilafa Abbasiyah, Ibn Al-Alqami Ingin mengambil kesempatan dengan menipu

Khilafah. Ia mengatakan kepada Khilafah “Saya telah menemui mereka untuk

perjanjian damai. Raja ( Hulagu Khan ) ingin mengawinkan anak perempuannya

dengan Abu Bakr, putra Khalifah. Dengan demikian Hulagu Khan akan menjamin

posisimu. Ia tidak menginnginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagaimana

kaakek-kakekmu terhadap sultan-sultan Seljuk.22

Khilafah menerima usul itu. Ia keluar bersama beberapa orang pengikut

dengan membawa mutiara, permata dan hadiah-hadiah berharga lainnya untuk

diserahkan kepada Hulagu Khan. Hadiah-hadiah itu dibagi-baagikan Hulagu

kepada para panglimanya. Keberaangkatan khilafah disusul oleh para pembesar

istana yang terdiri dari ahli fiqh dan orang-orang terpandang. Tetapi sambutang

Hulagu Khan sungguh diluar dugaan khilafah. Apa yang dikatakan waazirnya

ternyata tidaak benar. Mereka semua, termasuk wazir sendiri, dibunuh dengan

leher di pancung secara bergiliran. Dengan pembunuhnya yang kejam ini,

berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di Baghdad. Kota baghdad sendiri di hancurkan

rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara Mongol

tersebut.23

Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya

di Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan di Syria dan Mesir.

Dari Baghdad, pasukan Mongol menyeberangi Sungai Euphrat menuju Syria,

22Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2014)). H.114

(42)

kemudian melintasi Sinai, Mesir. Pada tahun 1260 M mereka berhasil menduduki

Nablus dabb Gaza. Panglima tentara Mongol, Kitbugh, mengirim utusan ke mesir

meminta supaya Sultan Qutuz menjadi Raja kerajaan Mamalik di sana menyerah.

Permintaan iu di tolak oleh Qutuz, bahkan utusan Kitbugha dibunuhnya24.

Tindakan Qutuz ini menimbulkan kemarahan dikalangan tentara Mongol.

Kitbugha kemudian melintasi Yordania menuju Galilie. Pasukan ini bertemu

dengan psukan mamalik yang dipimpin lansung oleh Qutuz dab Baybras di Ain

Jalut pertempuran dahsyat terjadi, pasukan mamalik berhasil menhancurkan

tentara Mongol, 3 September 1260 M. Baghdad dan daerah-daerah yang di

taklukkan Hulagu Khan selanutnya di perintah oleh dinasti Ilkhan. Ilkhan adal

gelar yang diberikan Hulagu.25

D. Pola Pemerintahan Dinasti Ilkhan dan Gambaran Kehidupan Masyarakatnya

Dinasti Ilkhan telah eksis lebih dari delapan dasawarsa. Ketika

membicarakan dinasti Ilkhan, di kalangan para peneliti atau pemerhati sejarah

umumnya mereka bersepakat bahwa Dinasti Ilkhan yang memerintah di wilayah

Iran, Irak, Anatolia dan daerah-daerah lainnnya didirikan di atas banjir darah

manusia dan puing-puing kehancuran dari institusi kekuasaan yang

dihancurkannnya. Pandangan ini tidaklah keliru dan bisa dipahami, karena Hulagu

Khan sebagai pendiri dari dinasti Ilkhan beserta tentaranya, kehadirannnya ke

24Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2014)). H.117

(43)

berbagai wilayah hanya mendatangkan malapetaka dan menimbulkan bencana

bagi manusia.

Nama Raja-raja Dinasti Ilkhan

1. Hulagu Khan (654-663 H/1256-1265 M)

2. Abaqa Taragai (663-680 H/1265-1282 M)

3. Ahmad Taguder (680-683 H/1284-1291 M)

4. Arghun (683-690 H/1284-1291 M)

5. Gayghatu (690-694/ 1291-1295)

6. Baydu (694-1295)

7. Mahmud Ghazan (694-703/1295-1304)

8. Aljaytu Ali (703-717/ 1304-1317)

9. Aba Sa’id ( 717-736/ 1317-1337)

10. Arfa (736-1335)

11. Musa ( 736/1336)

12. Hammad (736-381/ 1336-1337)

13. Jahar Timur ( 739-741/ 1338-13340)

14. Siti Bek ( 739-741/ 1338-1339)

(44)

Fakta sejarah telah banyak menunjukkan bahwa pada saat Hulagu Khan

melakukan penyerbuan banyak penduduk dari beberapa kota dan kampung

dimusnahkan secara sistemik. Di setiap daerah yang dijumpai acapkali ditemukan

telah kosong dan menjadi tidak berpenduduk disebabkan oleh kehadiran pasukan

penyerbu dan oleh gelombang tentara Mongol yang mengusir kaum petani. Kaum

penyerbu tersebut membantai penduduk setempat, menjadikan mereka sebagai

budak dan membebani mereka dengan pajak, sehingga menyita seluruh kekayaan

mereka. Dalam konteks ini Ira M. Lapidus (1999:428) sampai menyatakan

penyerbuan Hulagu Khan sebagai sebuah bencana besar yang melanda penduduk

akibat pembantaian dan pembunuhan. Tidak hanya itu, kehidupan perekonomian

pun hancur karena selama satu abad atau lebih salah satu sumber penghidupan

masyarakat Iran yaitu kerajinan tembikar dan pengolahan logam tidak bisa

berproduksi.

Rezim dari Dinasti Ilkhan yang berkuasa di Iran, Irak, Anatolia, pada

kenyataannnya lebih merupakan sebuah rezim penakluk. Dinasti ini dibentuk dari

sebuah pasukan besar yang dihimpun dari para aristokrasi militer kesukuan yang

bersekutu dengan dinasti yang sedang berkuasa. Kelompok aristokrat ini dalam

perjalanannya telah memandang diri mereka sendiri sebagai manusia istimewa

yang berhak mendominasi dan memungut pajak kepada rakyatnya. Rasa

superioritas ini terefleksi dari sebuah undang-undang yang dimilikinya, Alyasak,

yang menetapkan hak-hak dan kewajiban kalangan elite dan pengesahan

(45)

Raja-raja Dinasti Ilkhan memerintah di Iran, Irak, Anatolia dan

daerah-daerah disekelilingnya dilakukan dengan me-manaje distribusi tanah

kepala-kepala militer untuk mengolahnya atau memungut pajak atasnya. Selanjutnya

kepala-kepala militer tersebut membagi-bagikan tanah tersebut di antara anak

buah mereka. Padang rumput dan tanah garapan dipadukan menjadi sebuah

pertanahan yang disebut Tuyul, sebuah konsep yang memadukan cita-cita

Mongolian tentang distribusi padang rumput dan konsep administratif Iran tentang

distribusi hak mengumpulkan pajak (Ira M. Lapidus, 1999: 430).

Kemudian, roda pemerintahan Mongol dijalankan dengan

menggantungkan diri melalui dukungan keluarga-keluarga bangsawan setempat,

sebagaimana yang pernah terjadi pada beberapa dinasti Seljuk sebelumnya.

Kebijakan para penguasa Dinasti Ilkhan dalam melaksanakan roda

pemerintahannnya berusaha menyatukan diri dengan beberapa birokrat, para

pedagang, dan ulama perkotaan Iran. Ulama melanjutkan atau memperkokoh

kedudukan mereka dengan memposisikan diri sebagai elit lokal. Para ulama pada

masa Dinasti Ilkhan umumnya banyak mengisi jabatan qadhi, dai, kepala pasar,

dan sejumlah jabatan lainnya (Ira M. lapidus, 1999: 430).

Selanjutnya Ira M. lapidus (1999: 430-431 ) memberikan gambaran

tentang kehidupan kelompok elit yang hidup di perkotaan. Kelompok elit yang

hidup diperkotaan di mana prestise mereka didasarkan pada pendidikan Islam,

umumnya kekuasaan mereka didasarkan kepada unsur kepemilikan tanah,

perkebunan dan kekuasaannya menangani tanah wakaf. Para penguasa Dinasti

(46)

administrasi finansial dan yudisial untuk menyokong kelangsungan pemerintahan

lokal dan menahan dampak negatif akibat perubahan rezim militer. Kelompok ini

juga ditugaskan untuk membantu tugas administratif dalam pembentukan

pemerintahan Dinasti Ilkhan.26

E. Perhatian Para Penguasa Dinasti Ilkhan Terhadap Pengembangan Peradaban Islam.

Sekalipun perkembangan peradaban Islam pada periode pertengahan

seringkali dikatakan berada dalam kondisi kemunduran, namun bukan berarti pada

periode ini di kalangan masyarakat Muslim tidak ada perhatian sama sekali

terhadap upaya-upaya memajukan dan mengembangkan peradaban Islam. Hal ini

pun tampaknya terjadi pada Dinasti Ilkhan. Walaupun Dinasti Ilkhan pada awal

kehadirannnya kerap dikatakan sebagai sebagai dinasti pembawa bencana, namun

dalam perjalanan sejarahnya dinasti ini memiliki andil juga di dalam upaya

membangun dan mengembangkan peradaban Islam, terutama sekali setelah dinasti

ini diperintah oleh raja-rajanya yang memeluk agama Islam.

Memang perhatian para penguasa Dinasti Ilkhan mungkin sangat kecil dan

tak sebanding dengan penghancuran dan pembunuhan yang telah dilakukan, tetapi

walaupun begitu sebagai bangsa Mongol yang telah memeluk Islam dan besar

dalam kutur keagamaan Persia mereka masih memiliki perhatian perhatian

terhadap upaya membangun dan memajukan peradabannnya.

Bila diamati, memang Dinasti Ilkhan pada saat masih dipegang oleh

raja-26Udingkusdiana, “Makalah Sejarah Islam.”

(47)

raja yang belum memeluk agama Islam seperti Hulagu Khan, Abagha Khan,

Argun, Gaygatu dan Baydu perhatian mereka terhadap upaya memajukan dan

mengembangkan peradaban Islam tidak ada. Hal ini bisa terjadi karena karena

didorong oleh semangat kebencian terhadap Islam.

Sebuah perubahan yang sangat mendasar mulai nampak pada masa

Mahmud Ghazan. Pada masa Mahmud Ghazan, Dinasti Ilkhan mulai bergerak

menuju ke arah sentralisasi kekuasaan negara dan mewujudkan kembali kejayaan

kultur monarki Seljuk periode Iran Turki. Pada masa pemerintahan Mahmud

Ghazan (1295-1304 M), Dinasti Ilkhan mulai membangun beberapa kota dengan

mengembangkan beberapa proyek irigasi, mensponsori kemajuan pertanian dan

perdagangan dengan cara-cara yang pernah dikembangkan oleh beberapa

imperium Timur Tengah. Kemudian secara khusus, dinasti ini mulai membuka

rute perdagangan yang menghubungkan Asia Tengah dengan Cina.

Berbeda dengan raja-raja sebelumnya, pemerintahan Mahmud Ghazan

mulai memperhatikan perkembangan peradaban. Ia seorang pelindung ilmu

pengetahuan dan sastera. Ia sangat mencintai kesenian terutama seni arsitektur dan

ilmu pengetahuan seperti astronomi, kimia, mineralogi, metalurgi dan botani

(Hasan Ibrahim Hassan, 1989: 309). Ia juga banyak membangun infrastruktur

keagamaan dan pendidikan seperti menyediakan biara untuk para darwis,

perguruan tinggi untuk madzhab Syafi’i dan Hanafi, sebuah perpustakaan,

observatorium dan gedung-gedung umum lainnnya(Hassan Ibrahim Hassan, 1989:

312).

(48)

tampilnya Mahmud Ghazan sebagai raja yang ketujuh, pada periode dapat

dikatakan sebagai periode kemakmuran bagi Dinasti Ilkhan. Dengan masuknya

Ghazan ke dalam Islam, proses rekonsiliasi antara kelas penguasa Turki-Mongol

dan rakyatnya mulai terjadi. Ibukota Ilkhaniyah, Tabriz dan Maragha menjadi

pusat ilmu pengetahuan, khususnya ilmu sejarah dan ilmu-ilmu kealaman (C.E.

Bosworth, 1993: 177).

Pada masa Mahmud Ghazan, elite-elite militer Dinasti Ilkhan telah

berpindah ke agama Islam dan mengambil legitimasi kulturalnya dari tradisi

Mongolian dan juga dari sumber-sumber kesusastraan Iran. Berkat dukungan

penguasa Mongol-Muslim, penulisan sejarah yang mencerminkan kepedulian raja

Mahmud Ghazan terhadap nasib dunia ini berkembang dengan subur. Sebagai

contoh karya Al-Juwaini (1226-1283), History of the World Conquerors yang

banyak menguraikan tentang perjalanan Jenghis Khan dan penaklukan Iran.

Begitu pula karya seseorang yang sezamannnya dengannnya, Rasyid al-Din

(1247-1318), seorang ilmuwan Fisika dan seorang menteri, menulis karya

Compendium of Histories yang mengintegrasikan sejarah bangsa Cina, India,

Eropa, Muslim dan sejarah Mongol ke dalam sebuah perspektif kosmopolitan

mengenai nasib umat manusia (Ira M. Lapidus, 1999: 431).

Konstribusi Raja Mahmud Ghazan dalam menegakkan kembali kejayaan

kerajaan Iran yang paling cemerlang adalah usahanya mengembangkan seni lukis

dan seni ilustrasi manuskrip. Beberapa tulisan sejarah karya Rasyid al-Din terus

menerus disalin dan diilustarikan. Demikian juga syair-syair efik dari karya Syah

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip-prinsip ekonomi diajarkan di dalam kitab suci Alquran dan kemudian telah dikembangkan dan menjadi dasar aktivitas ekonomi umat Islam sepanjang masa kejayaannya. Namun

 Dari penjabaran di atas maka dapat disimpulkan, bahwa pengertian sejarah peradaban Islam adalah suatu proses panjang yang dilalui oleh umat Islam untuk

Sejarah telah mengukir bahwa pada masa Dinasti Abbasiyah, umat Islam benar-benar berada. di puncak kejayaan dan memimpin peradaban dunia

1) Secara historis pendidiksn Islam di kota jambi telah ada sejak abad ke-19 tepatnya didirikan langgar putih pada tahun 1868 oleh Syeh Khotib Mas‟ud kemudian dijadikan

Secara singkat umat Islam pada saat itu telah sampai pada puncak kekuasaan dan kekuatan dibidang kemiliteran, yang tidak diraih oleh zaman-zaman sesudahnya.... Umar

Sesungguhnya Invasi (serangan) Mongol terhadap wilayah-wilayah Islam adalah tragedi besar yang tidak ada tandingannya. Karena dalam serangan Mongol ini, banyak umat muslim yang

Pemerintahan Utsman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan

Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu: • Periode Pertama 711-755 M • Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan