• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tanāzu’ (Frase Koordinatif) Pada Surahالبقرة Al-Baqarah Danال عمران Ali-'Imrān

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tanāzu’ (Frase Koordinatif) Pada Surahالبقرة Al-Baqarah Danال عمران Ali-'Imrān"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Kajian Terdahulu

Penelitian tentang analisis tanāzu’ di Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara sebelumnya pernah diteliti masalah yang berhubungan dengan tanāzu’ yaitu :

1. Judul Hukum ma’mul dalam kalimat tanāzu’ oleh Aminullah Dalam jurnal 2002 Digitized by USU Digital Library. Dalam pembahasannya, membahas tentang hukum ma’mul dalam kalimat tanāzu’ bukan di dalam Al-Qur’an . metode yang digunakanakan adalah metode deskriptif analisis yaitu mengamati dan memahami bahan-bahan yang dikumpulkan yang berhubungan dengan yang akan ditulis. Kemudian dipaparkan dan dibahas berdasarkan pada penjelasan tertentu, selanjutnya dilakukan intervarisasi dan diklasisifikasikan menurut pola-pola yang akan ditulis. Hasil dan pembahasan menyatakan bahwa hukum ma’mul adalah sesuatu yang berubah harkah atau kasus akhirnya dengan rafa’,nasab, jazam,

ataupun kasrah karena bekas amil yang ada di dalamnya. Ma’mul dalam kalimat tanāzu’ ini juga merupakan produk dari amil, dia dipengaruhi dan ditentukan oleh

amil, dan amil sangat mempengaruhinya. Sesuai dengan jabatannya dalam suatu jumlah. Perubahan ini juga menentukan jabatan kalimat di dalam jumlah itu sesuai dengan kaedah-kaedah yang ada di dalam bahasa Arab.

2. Judul Studi tanazu’ dalam bahasa arab. oleh M. Yusup Aripin, NIM 100704012. Penelitian ini menggunakan teori dari Al-Ghulayaini dengan metode analisis deskriptif yaitu menuturkan dan menafsirkan data dengan jalan mengumpulkan data, mengklasifikasikan, kemudian menganalisis dan mengintreprestasikannya. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa tanāzu’ adalah kajian dari sintaksis bahasa arab yang terdapat dua amil atau lebih dan satu

(2)

3. Judul Amil al-tanāzu’ ʻinda al-barayain wa al-kufayain dirasah muqaranah oleh Firman Firdausi NIM. 04111820, (2010) Skripsi Thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan muqaranah (perbandingan) dan menggunakan kerangka teoritik sintaksis yaitu teori tanāzu’. Dengan menggunakan teori ini,peneliti meneliti tentang pandangan dan sikap mazhab basrah dan kufah dalam persoalan amil tanāzu’ mana yang terlebih utama beramal.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Aminullah dan M.Yusuf Aripin serta Firman Firdausi adalah dari segi subyek dan data penelitiannya. Subyek dan data penelitian ini diambil dari Al-Qur’an dengan merujuk kepada dua surah yaitu surah Al-Baqarah dan Ali-'Imrān. Kontribusi dari penelitian Aminullah dan M.Yusuf Aripin serta Firman Firdausi terhadap penelitian ini adalah sebagai bacaan dan rujukan.

2.2. Pengertian Tanāzu’ (

ﻉﺯﺎﻨﺘﻟﺍ

)

Menurut Muhammad Ibnu Ahmad (2005:253)tanāzu’ adalah :

ﻢﺻﺎﺨﺘﻟﺍ ﺔﻐﻟ ﻉﺯﺎﻨﺘﻟﺍ

/ˋAl- tanāzu’ lugatan attakhāṣimu/. Tanāzu’ menurut bahasa adalah berbantah-bantah.

Menurut Muhammad Ibnu Ali (2003:142), tanāzu’ adalah :

ﺏﺫﺎﺠﺘﻟﺍ ﺔﻐﻟ ﻉﺯﺎﻨﺘﻟﺍ

/ˋAl- tanāzu’ lugatan attajāżubu/.Tanāzu’ menurut bahasa adalah saling menarik. Menurut AL-Ghulayaini (2009:495), tanāzu’ adalah :

:

ﻉﺯﺎﻨﺘﻟﺍ

(3)

Menurut Sheykh Muhammad Ibnu Ahmad (2005:253-254), tanāzu’ : faakṡari wayakūnu kullu wāhidin min al-mutaqadimati yatlubu Żalika mutaakhirin’/ ‘ bahwa berhadapan dua amil, atau lebih dan mengakhiri ma’mulnya serta setiap dari pada amil yang berhadapan menuntut akhirnya’.

Menurut Sheykh Muhammad Ibnu Ali (2003:142), tanāzu’ :

:

ﻉﺯﺎﻨﺘﻟﺍ

.

ﻰﻨﻌﻤﻟﺍ ﺔﻬﺟ ﻦﻣ ﻪﻟ ﺐﻟﺎﻁ ﺎﻤﻬﻨﻣ ﻞﻛ ﻝﻮﻤﻌﻣ ﻰﻠﻋ ﻥﻼﻣﺎﻋ ﻡﺪﻘﺘﻳ ﻥ

/ˋAl- tanāzu’ : an yataqaddama āmilāni ‘alā ma’mūlin kulli minhumā ṭālibin lahu

min jihhatil ma’nā/. ‘ bahwa berhadapan dua amil kepada ma’mul, dari kedua ‘amil merebutkan satu ma’mul dari sisi ma’na/.

Peneliti dapat menyimpulkan dari dua pengertian di atas menjelaskan bahwa tanāzu’ berarti adanya dua amil atau lebih (fi’il atau isim) dan kedua amil saling merebutkan satu ma’mul (dua amil menghadapi satu ma’mul). Dalam hal ini ma’mulnya terdapat diawal, ditengah, maupun diakhir.

Contoh :

ﺍﺪﻳﺯ ﺖﻣﺮﻛﺍﻭ ﺖﺑﺮﺿ

/ḍarabtu wa akramtu zaidan/’ aku memukul dan memuliakan zaid.

Contoh di atas terdapat dua amil fi’il

ﺖﺑﺮﺿ

/ḍarabtu/ dan fi’il

ﺖﻣﺮﻛﺍ

/ˋakramtu/ tersebut berupa fi’il madi. Dua fi’il

ﺖﺑﺮﺿ

/ḍarabtu/ dan fi’il

ﺖﻣﺮﻛﺍ

/ˋakramtu/ saling merebutkan satu ma’mul

ﺍﺪﻳﺯ

/zaidan/. Kedua amil berada sebelum atau mendahului ma’mul dan posisi kedua amil berada diantara fi’il yang bertasrif.

Tanāzu’ dalam istilah linguistik disebut dengan frase koordinatif.

(4)

Misalnya, gunung tinggi adalah frase karena merupakan konstruksi ini berbeda dengan gunung itu tinggi yang bukan frase karena predikatif.

Frase koordinatif adalah frase endosentris berinduk banyak yang bagian-bagiannya secara potensial maupun aktual dapat dihubungkan dengan penghubung, baik penghubung tunggal BI dan,atau,tetapi maupun penghubung terbagi seperti baik.... baik, entah.... entah.

Jumlah tanāzu’ dikenal dengan peristilahan linguistik yaitu frase koordinatif. Dalam jumlah tanāzu’ terdapat ‘amil (kata yang bertugas merubah harkah akhir dari suatu isim) dan ma’mul. Kedua istilah ini saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam bentuk satu jumlah. Apabila diamati pada pembahasan ini kata yang menjadi ma’mul terletak sesudah ‘amil yang berbilang dua atau lebih.

2.3. AmilTanazu’

Al-Ghulayaini (2009:684) mendefinisikan ‘Amil sebagai :

ﻪﻴﻠﻳ ﺎﻤﻴﻓ ﺾﻔﺨﻟﺍ ﻭﺃ ،ﺐﺼﻨﻟﺍ ﻭﺃ ،ﻊﻓﺮﻟﺍ ﺙﺪﺤﻳ ﺎﻣ

/mā yahdaṡu ar-raf’un awinnasbi awlkhafḍi fīma yalīhi/. Sesuatu keadaan yang membuat rafa’ atau nasab atau khafad (jarr) sebagaimana (amil) yang mengiringinya.

‘Amil adalah lafal yang bisa membuat rafa’ atau nasab atau jar pada lafal yang mengiringi atau menyandinginya sehingga harakah daripada lafal berubah karena amil yang berbeda.

ﻉﺭﺎﻀﻤﻟﺍ ﺐﺼﻨﺗ ﻲﺘﻟﺍ ﺕﺍﻭﺩﻷﺍﻭ ﻪﺒﺷﻭ ﻞﻌﻔﻟﺍ ﻲﻫ ﻞﻣﺍﻮﻌﻟﺍﻭ

ﻲﺘﻟﺍ ﻑﺮﺣﻷﺍﻭ ﻪﻣﺰﺠﺗ ﻭ

ﺮﺠﻟﺍ ﻑﻭﺮﺣﻭ ﺮﺒﺨﻟﺍ ﺐﺼﻨﺗﻭ ءﺍﺪﺘﺒﻤﻟﺍ ﻊﻓﺮﺗ ﻲﺘﻟﺍ ﻑﺮﺣﻷﺍﻭ ﺮﺒﺨﻟﺍ ﻊﻓﺮﺗﻭ ءﺍﺪﺘﺒﻤﻟﺍ ﺐﺼﻨﺗ

ءﺍﺪﺘﺒﻤﻟﺍﻭ ﻑﺎﻀﻤﻟﺍﻭ

/Wal ‘awāmilu hiya al-fi’lu wasyinhu waladawātu allatī tanṣibul mudari‘u au tajzamhu walaḥrufu allatī tansibul mubtadāu wa tarfa‘ul khabaru wal ahrufu

allatī tarfa‘ul mubtada watanṣibul khabar wa huruful jarri walmudafi

(5)

menasabkan mudari’ atau menjazamkannya, huruf-huruf yang menasabkan mubtada dan merafa’kan khabar dan huruf-huruf yang merafa’kan mubtada dan menasabkan khabar, huruf jar, mudaf, dan mubtada.

Yang dapat menjadi ‘Amil adalah :

• Fi’il dan lafal yang menerupainya ( isim fa’il, isim maf’ul, masdar, isim tafdil, syifat musyabahat, dan isim fi’il).

• Huruf-huruf yang menasabkan mubtada dan merafa’kan khabar.

• Huruf-huruf yang merafa’kan mubtada dan menasabkan khabar.

• Huruf-huruf jar.

• Mudaf.

• Mubtada.

2.3.1. Amil Rafa’ (Nominatif)

‘Amil rafa’ (nominatif) adalah ‘amil yang bertugas untuk merafa’kan kata yang sesudahnya, diantaranya amil rafa’ tersebut adalah fi’il (verbal) :

1. Fi’il madi /fiʻil maḍi/

ﺽﺎﻣ ﻞﻌﻓ

(Verba Berkala Lampau)

ﻲﺿﺎﻤﻟﺍ ﻥﺎﻣﺰﻟﺎﺑ ﻥﺮﺘﻘﻣ ﻪﺴﻔﻧ ﻲﻓ ﻰﻨﻌﻣ ﻰﻠﻋ ﻝﺩ ﺎﻣ

:

ﺽﺎﻣ ﻞﻌﻓ

/mā dalla ‘alā ma’nā fī nafsihi muqtarinin bizzamānil maḍi/. Fi’il madi adalah perbuatan atau pekerjaan yang menunjukkan pada masa lampau, yaitu kata kerja yang menunnjukkan makna sesuatu peristiwa yang telah terjadinya pada masa lampau1T.(Al-Ghulayaini, 2009:51)

Contoh :

ءﺎﺟ

/jāa/

ﺪﻬﺘﺟﺍ

/ijtahada/

ﻢﻠﻌﺗ

/taʻallama/

Tanda-tanda (ciri-ciri) fi’il madi yaitu :

• Menerima

ﺔﻨﻛﺎﺴﻟﺍ ﺚﻴﻧﺎﺘﻟﺍ ءﺎﺗ

/tāu attaˋnī ṡis sākinati/ contoh :

ﺖﺒﺘﻛ

(6)

• Menerima

ﺮﻴﻤﻀﻟﺍ ءﺎﺗ

/tāu addamīri/ contoh

ﺖﺒﺘﻛ

/katabta/

ﺖﺒﺘﻛ

/katabti/

ﺎﻤﺘﺒﺘﻛ

/katabtumā /

ﻢﺘﺒﺘﻛ

/katabtum/

ﻦﺘﺒﺘﻛ

/katabtunna/

ﺖﺒﺘﻛ

/katabta/.

Contoh :

ﺪﻌﻗﻭ ﻡﺎﻗ ﺪﻳﺯ

/ zaidunQāma waqa’ada /’ zaid berdiri lalu duduk. Contoh ‘amil

ﻡﺎﻗ

/qāma/ dan

ﺪﻌﻗ

/qaʻada/ di atas beramal kepada ma’mulnya yaitu

ﺪﻳﺯ

/zaidun/. Kedua ‘amil

ﻡﺎﻗ

/qāma/ dan

ﺪﻌﻗ

/qaʻada/ terdiri dari fi’il madi (verba berkala lampau) yang

dihubungkan dengan konjungsi (‘athof)

/waw/. Ma’mul

ﺪﻳﺯ

/zaidun/ adalah

isim mufrad yang berkedudukan sebagai fa’il (subjek) yang ber ada diawal kalimat (sentence).

2. Fi’il mudari’ /fiʻil muḍāri’/

ﻉﺭﺎﻀﻣ ﻞﻌﻓ

ﻝﺎﺒﻘﺘﺳﻻﺍﻭ ﻝﺎﺤﻟﺍ ﻞﻤﺘﺤﻳ ﻥﺎﻣﺰﺑ ﻥﺮﺘﻘﻣ ﻪﺴﻔﻧ ﻲﻓ ﻰﻨﻌﻣ ﻰﻠﻋ ﻝﺩ ﺎﻣ

:

ﻉﺭﺎﻀﻣ ﻞﻌﻓ

/mā dalla ‘alā ma’nā fī nafsihi muqtarinin bizamānin yaḥtamilul ḥāli walistiqbāli /.Fi’il mudari’ adalah perbuatan atau pekerjaan yang menunjukkan pada keadaan yang sedang berlangsung (sekarang) dan waktu yang akan datang , yaitu kata kerja yang menunnjukkan makna sesuatu peristiwa yang terjadi pada masa sekarang atau sedang berlangsung1T.(Al-Ghulayaini, 2009:51)

Contoh :

ءﻲﺠﻳ

/yajīu/

ﺪﻬﺘﺠﻳ

/yajtahidu

/

ﻢﻠﻌﺘﻳ

/yata‘allamu/

(7)

ﺮﻘﻳﻭ ﺢﺘﻔﻳ

ﺮﻘﻟﺍ

/yaftau wa yaqraˋu al-qurˋana/ dia membuka dan membaca Al-Qur’an. Contoh ‘amil

ﺢﺘﻔﻳ

/yaftaḥu/ dan

ﺮﻘﻳ

/yaqraˋu/ beramal kepada ma’mulnya yaitu

ﺮﻘﻟﺍ

/al-qurˋana/. Kedua ‘amil

ﺢﺘﻔﻳ

/yaftaḥu/ dan

ﺮﻘﻳ

/yaqraˋu/ terdiri dari fi’il mudari’ (Verba Berkala Futur) yang dihubungkan dengan konjungsi

. Ma’mul berkedudukan sebagai maf’ulunbih (Objek) yang berada diakhir kalimat (Sentence).

3. Fi’il amar /fiʻil al-amri/

ﺮﻣﻻﺍ ﻞﻌﻓ

ﺮﻣﻻﺍ ﻡﻻ ﺮﻴﻐﺑ ﺐﻁﺎﺨﻤﻟﺍ ﻞﻋﺎﻔﻟﺍ ﻦﻣ ﻞﻌﻔﻟﺍ ﻉﻮﻗﻭ ﺐﻠﻁ ﻰﻠﻋ ﻝﺩ ﺎﻣ

:

ﺮﻣﻷﺍ ﻞﻌﻓ

/mā dalla ‘alā ṭulbin wuqū’il fi’li minal fā’ilil mukhaṭabi bigayri lāmul amri/.1TFi'il

Amar atau Kata Kerja Perintah adalah fi'il yang menuntut pekerjaan yang dikehendaki dari Mutakallim (pembicara) kepada Mukhathab (lawan bicara) tanpa menggunakan lam al-amril.(Al-Ghulayaini, 2009:51)

1T

Contoh :

1T

ﻢﻠﻌﺗﻭ ﺪﻬﺘﺟﺍﻭ ءﻲﺟ

1T

/jiˋ waˋijtahid wataʻallam/.Datanglah, bersungguh-sungguhlah, dan belajarlah.

4. Huruf-huruf yang merafa’kan mubtada (isim) dan menasabkan khabar

ﻥﺎﻛ

ﺎﻬﺗﺍﻮﺧﺍﻭ

/kāna waˋakhwatuhā/ .

Huruf-huruf :

ﻥﺎﻛ

/kāna/ jadi,

ﺭﺎﺻ

/ṣāra/ jadi,

ﺲﻴﻟ

/laysa/ bukan,

ﺢﺒﺻﺍ

/aṣbaḥa/

(8)

ﺕﺎﺑ

/bāta/ menjadi,

ﻝﺍﺯﺎﻣ

/māzāla/ masih,

ﻚﻔﻧﺍ ﺎﻣ

/mānfakka/ senantiasa,

ﺊﺘﻓﺎﻣ

bersungguh-sungguh dan saleh. Contoh di atas bahwa terdapat huruf

ﻥﺎﻛ

/

kāna

/

yang merafa’kan mubtada

ﺪﻤﺤﻣ

/

muhammadun

/

(ma’mul) dan menasabkan khabar atau kedua ‘amilnya

ﺎﻬﺟﺎﻧ

/

nājihān

/

dan

ﺎﺤﻟﺎﺻ

/

ṡalihān

/.

5.

ﺮﺒﺨﻟﺍﻭ ﺍﺪﺘﺒﻤﻟﺍ

/al-mubtadau wa al-khabaru/

ﺪﺘﺒﻤﻟﺍ

ﻞﻣﺎﻋ ﻪﺒﺴﻳ ﻢﻟ ﻱﺬﻟﺍ ﻪﻴﻟﺍ ﺪﻨﺴﻤﻟﺍ ﻮﻫ

:

/al-mubtadau : huwa al-musnadu ilaihi allażī lam yusbiqhu ‘amilun/. Mubtada adalah tempat bersandarnya khabar yang belum didahului oleh ‘amil1T.

(Al-Ghulayaini, 2009:415)

:

ﺮﺒﺨﻟﺍﻭ

ﺃﺪﺘﺒﻤﻟﺍ ﻦﻣ ﺔﻔﻟﺆﻤﻟﺍ ﺔﻠﻤﺠﻟﺍﻭ ،ﺓﺪﺋﺎﻓ ﺃﺪﺘﺒﻤﻟﺍ ﻊﻣ ﻪﺑ ﻢﺘﺗ ﻱﺬﻟﺍ ﻮﻫﻭ،ﺃﺪﺘﺒﻤﻟﺍ ﻲﻟﺇ ﺪﻨﺳﺃ ﺎﻣ

.

ﺔﻴﻤﺳﺇ ﺔﻠﻤﺟ ﻰﻋﺪﺗ ﺮﺒﺨﻟﺍﻭ

/Mā asnāda ilāl mubtdai wahuwa allażī tatimmu bihi maʻal mubtadai fāidatun

wal jamilatu al-muallifatu min al-mubtadai wa al-khabaru tadʻī jumlatan ismiyatan/. Khabar : kata (isim) yang bersandar kepada mubtada yang adalah

1T

setiap kata atau kalimat yang menyempurnakan makna mubtada dan jumlah yang tersusun dari mubtada, serta khabar menuntut kepada jumlah ismiah. (Al-Ghulayaini, 2009:415)

1T

Contoh :

ﻢﻠﺴﻣ ﻞﺟﺮﻟﺍ

/Ar-rajulu muslimun/. Laki-laki itu muslim. Contoh dalam tanāzu’ :

(9)

/ zaidun qāimun wa qāʻidun/. Dalam contoh ini terdapat khabar mubtada yaitu

ﻢﺋﺎﻗ

/qāimun/

ﺪﻋﺎﻗ

/qāʻidun/. kata

ﺪﻳﺯ

/zaidun/ disebut sebagai khabarnya.1T

(Al-Ghulayaini:2009:415)

2.3.1. Amil Nasab (Akusatif)

1.

ﺎﻬﺗﺍﻮﺧﺍﻭ ﻥﺍ

1T

a.

ﻥﺍ

/Anna/ memiliki makna

ﺪﻴﻛ

ﺆﺗ

menguatkan

ﷲ ُﻝْﻮُﺳَﺭ ﺍًﺪﱠﻤَﺤُﻣ ﱠﻥَﺃ ُﺪَﻬْﺷَﺃ

/ aṣhadu anna muḥammadān rasulullahi/. Aku bersaksi sesungguhnya Nabi Muhammad itu Utusan Allah SWT.

b.

ﻦﻜﻟ

/lakinna/ artinya tetapi

Memiliki makna

ﻙﺍﺭﺪﺘﺳﺍ

merivisi, membetulkan pembicaraan yang sudah di ucapkan

c.

ّﻥﺎﻛ

/kaanna/ artinya seakan-akan, menyerupai memiliki makna

ﻪﻴﺒﺸﺗ

menyerupai

d.

ﺖﻴﻟ

/laita/ artinya menginginkan.

Memiliki makna

ﻰﻨﻤﺗ

menginginkan sesuatu tapi tidak mungkin tercapai. e.

ﻞﻌﻟ

/la’alla/ artinya semoga , mudah-mudahan.

Memiliki makna

ﻊﻴﻗﻮﺗﻭ ﻲﺟﺮﺗ

(menginginkan, mengharapkan sesuatu dan

masih mungkin untuk di dapatkan.1T (Al-Ghulayaini:2009:447)

2.3.3. Amil Jarr (Jenetatif)

1T

a.

ﺮﺠﻟﺍ ﻑﺮﺣ

/ ḥarfu al- jarri /

1T

Huruf-huruf Jarr jumlahnya ada 20 :

1T

ءﺎﺒﻟﺍ

/al-bāˋu/,

ﻦﻣ

/min/,

ﻰﻟﺇ

/ˋilā/,

ﻦﻋ

/ʻan/,

ﻰﻠﻋ

/ʻalā/,

ﻲﻓ

/fī/,

(10)

/muż/,

ﺬﻨﻣ

/munżu/,

ّﺏﺭ

/rabba/,

ﻰﺘﺣ

/ḥattā/,

ﻞﺧ

/khala/,

ﺍﺪﻋ

/ʻadā/,

ﺎﺷﺎﺣ

/ḥāsyā/,

ﻲﻛ

/kay/,

ﻰﺘﻣ

/matā/,

ّﻞﻌﻟ

/laʻalla/

b.

ﻑﺎﺿﻻﺍ

/iḍāfu/ Idafah

1T

Idafah adalah nisbah antara dua isim atas ketetapan yang menyebabkan isim yang kedua berharakat jarr selamanya.(Al-Ghulayaini:2009:625)

1T

Contoh :

1T

ﺬﻴﻤﻠﺘﻟﺍ ﺏﺎﺘﻛ ﺍﺬﻫ

/hajā kitābu al-tilmīżi/. Ini adalah buku seorang murid.

‘Amil terbagi kepada dua macam yaitu :

‘Amil Lafẓi adalah lafal yang bisa memberi pengaruh kepada lafal lainnya yang dilafalkan.

‘Amil Ma’nawi adalah kosongnya Isim atau Fi’il Mudari’ dari lafal yang bisa mempengaruhinya yang dilafalkan. Kekosongan itu termasuk dalam ‘amil yang bisa merafa’kan.

Yang dinamakan tajarrud atau kekosongan adalah tidak disebutkannya ‘amil. Itu adalah sebab ma’nawi dalam merafa’kannya ‘amil itu pada lafal yang dikosongkan dari ‘amil yang bersifat lafdzi, seperti Mubtada’ dan Fi’il Mudari’ yang tidak didahului ‘amil nawasib dan jawazim.(Al-Ghulayaini,2009:684)

Contoh dalam Al-Qur’an surah Ali Imran : 105

َﻦﻳِﺬﱠﻟﺎَﻛ ﺍﻮُﻧﻮُﻜَﺗ َﻻَﻭ

(11)

Contoh di atas menunjukkan bahwa posisi ‘Amil

ﻮُﻗﱠﺮَﻔَﺗ

/tafarraqū/ dan

ﺍﻮُﻔَﻠَﺘْﺧﺍَﻭ

/waˋikhtalafū/ diantara dua fi’il yang bertasrif. ma’mulnya yaitu

ُﻢُﻫ

ُﺕﺎَﻨﱢﻴَﺒْﻟﺍ

/humulbayyinaātu/. Kedua ‘amil

ﻮُﻗﱠﺮَﻔَﺗ

/tafarraqū/ dan

ﺍﻮُﻔَﻠَﺘْﺧﺍَﻭ

/waˋikhtalafū/ berada sebelum ma’mulnya dan terdiri dari fi’il mudari’ (verba berkala futur) yang dihubungkan oleh konjungsi

َﻭ

‘athaf.

2.4. Ma’mul dalam Tanāzu’

Al-Ghulayaini mendefinisikan ma’mul adalah :

ﺮﻴﻐﺘﻳ ﺎﻣ ﻮﻫ ﻝﻮﻤﻌﻤﻟﺍ

/ˋAl-Ma’mul huwa ma yataghayyaru akhiruhu bi raf’in aw nasbin aw jarrin aw jazmin aw khafḍin, bi ta’ṡiri al-‘amili fihi./’ma’mul adalah : sesuatu (isim) yang (menjadi) berubah akhirnya dengan rafa’ atau nasab atau jarr atau jazam ataupun kasrah karena pengaruh amil yang ada padanya. (Al-Ghulayaini,2009:684)

Maksud dari pengertian atau definisi di atas yaitu ma’mul adalah isim yang huruf terakhirnya mengalami perubahan dengan rafa’ atau nasab atau jar atau jazam dengan mendapat pengaruh dari ‘amil. Dapat disimpulkan bahwa ma’mul selalu dipengaruhi oleh ‘amil dan ‘amil sangat mempengaruhinya. Ma’mul dapat berharkat fatha, dhammah, kasrah, dan jazam, sesuai dengan jabatan dalam jumlah atau kalimat.

Yang dapat menjadi ma’mul adalah :

• Isim-isim

• Fi’il Mudari’

Ma’mul sebagai kalimat yang di pengaruhi amil dapat dibagi dua yaitu:

• Ma’mul bi al-asālati (asalnya memang sudah menjadi ma’mul) :

(12)

isim (

ﱠﻥِﺇ

) dan saudara-saudaranya serta khabarnya, maf’ul, haal, tamyiz, mustastna, mudaf ilaih dan fi’il mudari’.

• ma’mul bi at-tabi’iyati :

Yaitu lafal yang mendapat pengaruh dari ‘amil dengan lantaran mengikuti lafal yang lainnya, seperti na’at, ‘athaf, taukid dan badal, karena kesemuanya dibaca rafa’, nasab, jar atau jazam disebabkan mereka semuanya mengikuti pada lafal yang dibaca rafa’, nasab, jar atau jazam. Dan ‘amil pada semuanya adalah ‘amil yang terdapat pada lafal yang mereka ikuti yang mendahuluinya.

Dari kedua ma’mul tersebut masing-masing menjelaskan jabatan kalimat, yang termasuk di dalamnya. Adapun ma’mul tanazu’ dalam kata kerja dilihat dari kedudukannya dalam jumlah. Pada dasarnya ma’mul tanāzu’ menjabat pada tiga tempat, yaitu :

• Ma’mul sebagai Fa’il (subjek)

• Ma’mul sebagai Maf’ul bih (objek) dan

• Ma’mul sebagai Jar majrur/ mudhaf ilaih

Maka dari pada itu ma’mul dalam jumlah ini adalah kalimat isim. Perubahan yang terjadi pada isim adalah rafa’ ke nasab dan ke jar.(Aminullah, 2002:1)

2.5 Syarat-Syarat Tanāzu’

Adapun syarat- syarat isimtanāzu’ adalah :

Diantara dua ‘amil harus ada irthibath (hubungan) secara athof

(konjungsi).

Huruf 'Athof ada sembilan, yaitu :

َﻭ

/waw/,

َﻑ

/fa/,

ﱠﻢُﺛ

/ṡumma/,

ﻰﱠﺘَﺣ

/ḥatta/,

ْﻭَﺃ

/au/,

ْﻡَﺃ

/am/,

ْﻞَﺑ

(13)

contoh :

ﺪﻌﻗﻭ ﻡﺎﻗ ﺪﻳﺯ

/ Zaidunqāma waqa’ada /’ zaid berdiri lalu duduk.

Contoh ‘amil

ﻡﺎﻗ

/ qāma / dan

ﺪﻌﻗ

di atas terletak setelah ma’mul

ﺪﻳﺯ

/

zaidun/. Kedua ‘amil

ﻡﺎﻗ

/ qāma / dan

ﺪﻌﻗ

terdiri dari fi’il madi (verba berkala

lampau) yang dihubungkan dengan konjungsi

/waw/. Ma’mul

ﺪﻳﺯ

/

zaidun/

adalah isim mufrad yang berkedudukan sebagai fa’il (subjek) yang berada diawal kalimat (jumlah).

Dengan demikian apabila terdapat dua ‘amil mencakup syarat disebut tanāzu’ dengan salah satu ‘amil beramal pada isim zahir (kata ganti isim yang jelas). Sedangkan ‘amil yang lain beramal pada dhamir isim zhahir (kata ganti isim yang jelas) tersebut ‘amil muhmal. Contoh :

ﻭ ﻲﻧءﺎﺟ

ﺍﺪﻟﺎﺧ ﺖﻣﺮﻛ

/jāˋani wa akramtu khālidan./’ datang kepadaku dan aku memuliakan khalid.

Contoh ‘amil

ﻲﻧءﺎﺟ

/ jāˋani / dan

ﺖﻣﺮﻛ

/ akramtu / di atas terletak sebelum ma’mul

ﺍﺪﻟﺎﺧ

/khālidan/. Kedua ‘amil

ﻲﻧءﺎﺟ

dan

ﺖﻣﺮﻛ

terdiri dari fi’il

madi (verba berkala lampau) yang dihubungkan dengan konjungsi (athof)

(14)

Mengenai ‘amil tidak ada khilaf antara ulama basrah dan kuffah. Namun yang menjadi ikhtilaf (perbedaan) dalam bab tanāzu’ ini adalah dalam hal mana yang lebih utama beramal diantara kedua ‘amil. Ulama basrah memilih ‘amil yang kedua yang beramal karena dekatnya dengan isim ma’mul. Sedangkan ulama kuffah memilih ‘amil pertama karena ia dikedepankan. Sedangkan peneliti lebih memilih atau mendekat kepada pendapat ulama kuffah karena ‘amil yang pertama lebih dikedepan dan ‘amil kedua itu menjadi athop atau pengikut ‘amil pertama.

Pendapat ulama dalam buku Al-Kawakibu Ad-Duriyyah karangan (Muhammad Ibnu Ahmad, 2005:254) bahwasanya :

• Ma’mul mendahului kedua ‘amilnya. Contoh :

ﻭ ﺖﺑﺮﺿ ﺍﺪﻳﺯ

ﺖﻣﺮﻛ

/ zaidan ḍarabtu wa akramtu /’ zaid, aku memukul zaid dan memuliakan.

Ma’mul

ﺍﺪﻳﺯ

/zaidan/ pada kalimat ini berupa isim mufrad yang berkedudukan sebagai maf’ulun bih (objek) yang berada sebelum atau mendahului kedua ‘amil

ﺖﺑﺮﺿ

/ḍarabtu/ dan

ﺖﻣﺮﻛ

/akramtu/. Kedua ‘amil

ﺖﺑﺮﺿ

/ḍarabtu/ dan

ﺖﻣﺮﻛ

/akramtu/ berupa fi’il madi (verba berkala lampau).

• Ma’mul kemungkinan terdapat ditengah, artinya diantara dua ‘amil. Contoh :

ﻭ ﺍﺪﻳﺯ ﺖﺑﺮﺿ

ﺖﻣﺮﻛ

/ḍarabtu zaidan wa akramtu /’ aku memukul zaid dan memuliakan.

Ma’mul

ﺍﺪﻳﺯ

/zaidan/ pada kalimat ini berupa isim mufrad yang berkedudukan sebagai maf’ulun bih (objek) yang berada diantara kedua ‘amil

ﺖﺑﺮﺿ

/ḍarabtu/ dan

ﺖﻣﺮﻛ

/akramtu/. Kedua ‘amil

ﺖﺑﺮﺿ

/ḍarabtu/ dan

ﺖﻣﺮﻛ

(15)

Ma’mul pada kalimat ini berupa isim mufrad sebagai maf’ulun bih yang berada diantara kedua amil. Kedua amil berupa fi’il madi atau fi’il yang bertasrif.

Kedua pendapat ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ma’multanāzu’ terdapat didepan (dikedepankan), ditengah maupun sesudah (mendahului) ‘amilnya.

Dan tidak pula dinamakan tanāzu’ apabila diantara dua ‘amil tidak terdapat irthibat (hubungan) yang menghubungkan kedua ‘amil. Contoh :

ﺪﻌﻗ ﻡﺎﻗ ﺪﻳﺯ

/ zaidunQāma qa’ada /’ zaid berdiri lalu duduk.

Contoh ‘amil

ﻡﺎﻗ

/ qāma / dan

ﺪﻌﻗ

di atas tidak disebut tanāzu’ karena belum mencukupi syarat sebagai tanāzu’ sebab tidak ada konjungsi (hubungan) diantara keduanya. Jika hendak dirubah menjadi tanāzu’ maka susunannya menjadi :

ﺪﻌﻗﻭ ﻡﺎﻗ ﺪﻳﺯ

/ zaidunQāma waqa’ada /’ zaid berdiri lalu duduk.

Contoh ‘amil

ﻡﺎﻗ

/ qāma / dan

ﺪﻌﻗ

di atas terletak setelah ma’mul

ﺪﻳﺯ

/

zaidun/. Kedua ‘amil

ﻡﺎﻗ

/ qāma / dan

ﺪﻌﻗ

terdiri dari fi’il madi (verba berkala

lampau) yang dihubungkan dengan konjungsi

/waw/. Ma’mul

ﺪﻳﺯ

/

zaidun/

(16)

2.6. Posisi Amil dalam Tanāzu’ ismaini, aw fi’lun nutasarrifu waismu yasybahuhu

./

Ketahuilah bahwasanya tidak terdapat tanāzu’ kecuali diantara dua fi’il yang bertasrif , atau dua isim yang menyerupai keduanya atau fi’il bertasrif dan isim yang menyerupainya.(Al-Ghulayaini: 497)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa posisi tanāzu’ terdapat tiga tempat yaitu :

a. Diantara Dua Fi’il (verbal) Yang Bertasrif

Adapun dua ‘amil yang menuntut tanāzu’ yaitu ada yang berbentuk fi’il dan fi’il, baik itu amil yang pertama maupun yang kedua. Dan terkadang ‘amil tersebut terdapat lebih dari dua.

ﻭ ﻲﻧءﺎﺟ

:

ﻮﺤﻧ

ﺍﺪﻟﺎﺧ ﺖﻣﺮﻛ

/’nahwu : jāˋani wa akramtu khālidan./’ datang kepadaku dan aku memuliakan khalid.

‘Amil pertama

ﻲﻧءﺎﺟ

/ jāˋani / dan ‘amil kedua

ﺖﻣﺮﻛ

/ akramtu / berada sebelum ma’mul

ﺍﺪﻟﺎﺧ

/ khālidan /. Kedua ‘amil

ﻲﻧءﺎﺟ

/ jāˋani / dan

ﺖﻣﺮﻛ

/

(17)

/’Yaa maryamu uqnutii lirabbiki wausjudii wairka’ii ma’a alrraaki’iina./Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'. (Ali-Imran:43)

Contoh di atas terdapat lebih dari dua amil

ﻲِﺘُﻨْﻗﺍ

/uqtunī/ ,

ﻱِﺪُﺠْﺳﺍ

/

usjudī/

,

ﻲِﻌَﻛْﺭﺍ

/arka’ī/ saling merebutkan ma’mul

ِﻚﱢﺑَﺮِﻟ

/ lirabbiki /dan posisi

ﻲِﺘُﻨْﻗﺍ

/uqtunī/ ,

ﻱِﺪُﺠْﺳﺍ

/usjudī/

,

ﻲِﻌَﻛْﺭﺍ

/arka’ī/ amil adalah diantara dua atau lebih fi’il yang bertasrif.

b. Diantara Dua Isim (nominal)

Adapun dua ‘amil yang menuntut tanāzu’ yaitu ada yang berbentuk fi’il dan isim. amil yang pertama berbentuk fi’il dan yang kedua berbentuk isim begitu sebaliknya. Dan terkadang ‘amil tersebut terdapat lebih dari dua.

ﺔﻟﺎﻘﻤﻟﺍ ﺉﺭﺎﻗﻭ ﺐﺗﺎﻛ ﺪﻤﺤﻣ

:

ﻮﺤﻧ

/’ Nahwu : Muhammadun kātibun waqāriun al-maqalata./’contoh : Muhammad adalah orang yang menulis dan membaca makalah.

Kedua ‘Amil

ﺐﺗﺎﻛ

/kātibun/ dan

ﺉﺭﺎﻗ

/qāriun/ pada berupa isim

(nominal). Ma’mulnya

ﺔﻟﺎﻘﻤﻟﺍ

/

al-maqalata/ terletak setelah ‘amil sebagai maf’ulun bih (objek).

c. Amil campuran berupa isim (nominal) dan fi’il (verbal)

Adapun dua ‘amil yang menuntut tanāzu’ yaitu ada yang berbentuk isim dan fi’il. amil yang pertama berbentuk isim dan yang kedua berbentuk fi’il begitu sebaliknya. Dan terkadang ‘amil tersebut terdapat lebih dari dua.

ﻪﻴﺑﺎﺘﻛ ﺍﻭءﺮﻗﺍ ﻡﺅﺎﻫ

:

ﻮﺤﻧ

(18)

‘Amil yang pertama

ﻡﺅﺎﻫ

/haumu/ berupa isim dan ‘amil yang kedua berupa fi’il amar

ﺍﻭءﺮﻗﺍ

/iqra’ū/. lafaz

ﻡﺅﺎﻫ

/haumu/ sinonim dengan kata

ﺬﺧ

/khu1Tż1T/

(ambillah). Ma’mulnya

ﻪﻴﺑﺎﺘﻛ

/

kitabiyah / terletak setelah kedua ‘amil sebagai maf’ulun bih (objek).

Contoh dalam Al-Qur’an :

1T

ْﻢِﻬِﺑﻮُﻠُﻗ ﻲِﻓ

ﺎًﺿَﺮَﻣ ُ ﱠﷲ ُﻢُﻫَﺩﺍَﺰَﻓ ٌﺽَﺮَﻣ

َﻥﻮُﺑِﺬْﻜَﻳ ﺍﻮُﻧﺎَﻛ ﺎَﻤِﺑ ٌﻢﻴِﻟَﺃ ٌﺏﺍَﺬَﻋ ْﻢُﻬَﻟَﻭ ۖ

1T

/Fī qulūbihim maraḍun fazādahumullaahu maraḍan walahum ‘adzābun alīmun bimā kānū yakżibūn/. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.(Al-Baqarah:10)

1T

Pada ayat di atas terdapat isim

ٌﺽَﺮَﻣ

/maraḍun/, kata tersebut berupa isim

sebagai amil pertama dan kata (verbal)

َﺩﺍَﺰَﻓ

/

fazāda/ sebagai 1T‘1Tamil yang kedua.

Keduanya terhubung karena adanya huruf konjungsi

َﻑ

.

Ma’mul dari kedua

1T

‘1Tamil itu adalah lafaz

ُﱠﷲ

/allahu/ Posisi 1T‘1Tamil dalam kalimat tersebut berada

Referensi

Dokumen terkait