• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hukum Terhadap Tanggung Jawab Penilai Kerugian Asuransi Dalam Industri Asuransi di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Hukum Terhadap Tanggung Jawab Penilai Kerugian Asuransi Dalam Industri Asuransi di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2014"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

A. Pengertian dan Perkembangan Perasuransian

Asuransi dalam bahasa Belanda disebut verzekering yang berarti pertanggungan atau asuransi dan dalam bahasa Inggris disebut insurance.

Istilah pertanggungan umumnya digunakan dalam literatur hukum dan kurikulum perguruan tinggi hukum di Indonesia, sedangkan istilah asuransi banyak digunakan dalam praktik dunia usaha.13

1. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita Dengan adanya usaha ini orang dapat mengalihkan pertanggungan yang sedapat mungkin memperkecil resiko atas peristiwa yang mungkin akan dialami kepada perusahaan asuransi , dengan cara memberikan jaminan dan ganti rugi atas peristiwa tersebut. Selain itu perusahaan asuransi merupakan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat yang dapat mendukung investasi dalam menunjang pembangunan dan ekonomi Negara.

Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:

13

(2)

tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau

2. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.14

Berdasarkan pasal 1774 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang memberikan batasan sebagai berikut :

“Suatu persetujuan untung-untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak, berdasarkan bergantung pada kejadian yang belum tentu, misalnya persetujuan pertanggungan, bungan cacat hidup, perjudian dan pertaruhan.”

Pengertian Pasal 1774 KUH Perdata tersebut di atas sama sekali tidak dapat ditarik terus sebagai jalur perjanjian asuransi, karena unsur tertentu bagi suatu perjanjian asuransi sama sekali tidak dipenuhi. Menurut pasal tersebut pertanggungan atau asuransi termasuk perjanjian untung-untungan. Menurut banyak literatur, asuransi atau pertanggungan digolongkan perjanjian untung-untungan kurang atau tidak tepat, karena dalam perjanjian untung-untung-untungan secara sengaja dan sadar para pihak di dalam perjanjian itu akan mengalami atau mendapatkan suatu kesempatan atau kemungkinan untung-untungan. Dalam perjanjian untung-untungan itu tidak terdapat kemungkinan terjadinya pemenuhan prestasi secara seimbang. Jadi di sini berarti bahwa prestasi secara timbal balik tidak dipenuhi atau tidak seimbang. Di samping itu juga tidak

14

(3)

tepat kiranya apabila perjanjian asuransi digolongkan bersama-sama dengan pertaruhan dan perjudian.

Pengertian asuransi atau pertanggungan terdapat dalam Pasal 246 KUHD, yaitu: “ Pertanggungan adalah perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi,untuk menggantikan kepadanya karena kerugian,kerusakan, atau kehilangan yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari suatu peristiwa yang belum tetu terjadi”.

Pasal 246 KUH Dagang menyatakan asuransi atau pertanggungan merupakan suatu perjanjian di mana seorang penganggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya kepada tertanggung untuk membebaskannya dari kerugian, karena kehilangan, kerusakan, atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan, dan yang akan dideritanya karena kejadian tidak pasti.15

Subekti, dalam bukunya memberikan definisi mengenai asuransi yaitu, Asuransi atau pertanggungan sebagai suatu perjanjian yang termasuk dalam golongan perjanjian untung-untungan (kansovereenkomst). Suatu perjanjian untung-untungan ialah suatu perjanjian yang dengan sengaja digantungkan pada suatu kejadian yang belum tentu terjadi, kejadian mana akan menentukan untungruginya salah satu pihak.16

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa asuransi merupakan perjanjian timbal balik yang berarti masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban yang saling berhadap-hadapan sehingga dalam

15

Elsi Kartika Sari dan A. Simangungsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 102

16

(4)

hubungannya dengan pemegang polis, disamping harus melaksanakan kewajibannya juga perlu memperoleh perlindungan untuk menuntut haknya. Adanya peraturan yang memadai dan mudah dipahami akan sangat membantu bagi pemegang polis.

Sistem hukum Indonesia berasal dari Hukum-Perdata yang dibawa oleh pemerintah kerajaan Belanda ke Indonesia pada masa penjajahan. Hukum Perdata tersebut dapat ditelusuri akarnya ke Hukum Perdata Perancis sampai ke Hukum Romawi. Keberadaan hukum asuransi di Indonesia berakardari Kodifikasi Hukum Perdata (Code Civil) dan Hukum Dagang (Code de Commerce) pada permulaan abad kesembilanbelas semasa pemerintahan kaisar Napoleon di Perancis. Pada waktu itu, Hukum Dagang Belanda hanya memuat pasal-pasal mengenai asuransi laut sampai diundangkannya rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Wet Boek van Koophandel) tahun 1838 yang memuat peraturan-peraturan mengenai asuransi kebakaran, asuransi hasil bumi dan asuransi jiwa. Sistem inilah yang juga dianut untuk Hindia Belanda dahulu yang sampai sekarang masih berlaku di lndonesia.17

Asuransi selaku gejala hukum di lndonesia, baik dalam pengenian maupun dalam bentuknya yang terlihat sekarang, berasal dari Hukum Barat. Adalah pemerintah Belanda yang mengimpor asuransi sebagai bentuk hukum (rechtsguur) di Indonesia dengan cara mengundangkan Burgerwlijk Wetboek

dan Wetboek van Koophandel, dengan satu pengumuman (publicatie) pada 30

17

(5)

April 1847, dan termuat dalam staatsblad 1847 Nomor 23. Kedua Kitab Undang-Undang tersebut mengatur asuransi sebagai sebuah perjanjian.

Selanjutnya, seiring dengan dominasi inggris sebagai asal muasal asuransi modern dan negara-negara tertentu yang menganut system Anglo Saxon dalam perkembangan industri asuransi secara internasional. Hal ini terutama dalam penyedia kapasitas reasuransi dan sebagai sumber pengetahuan asuransi, perkembangan asuransi secara internasional, termasuk di lndonesia, sangat dipengaruhi oleh pengertian dan praktik hukum serta preseden yang berasal dari negara-negara Anglo Saxon tersebut.

Di lndonesia, undang-undang yang mengatur asuransi sebagai sebuah bisnis untuk pertama kalinya lahir pada tahun 1992 dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. -Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, asuransi sebagai bisnis diatur melalui berbagai Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden (Keppres),berserta peraturan di bawahnya. Untuk membedakan pengaturan asuransi sebagai sebuah bisnis dari pengaturan asuransi sebagai sebuah perjanjian, selanjutnya, dalam buku ini Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian akan disebut Undang-Undang Bisnis Asuransi.

(6)

bedrijf (Staatsblad Tahun 1941 Nomor 101) yang dinyatakan tidak berlaku lagi sejak disahkannya undang-undang tersebut. Pelaksanaan Undang-Undang Bisnis Asuransi diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 (selanjutnya disebut PP No. 73 Tahun1992). Sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 46 PP No. 73 Tahun 1992 tersebut, dengan ditetapkannya peraturan pemerintah ini, Keppres Nomor 40 Tahun 1988 tentang Usaha di Bidang Asuransi Kerugian dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pada tahun 1999, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 yang menggantikan sebagian ketentuan PP No. 73 Tahun 1992. Perubahan kedua diberlakukan melalui PP No. 39 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992. Terakhir, pemerintah mengeluarkan PP No. 81 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992. Masing-masing Peraturan Pemerintah tersebut di atas diikuti berbagai KepMen Keuangan (selanjutnya disebut Kepmen) dan PerMen Keuangan (selanjutnya disebut PerMen) dan berbagai keputusan di bawahnya yang semuanya menjadi peraturan pelaksanaan pengelolaan, pembinaan dan pengawasan bisnis asuransi lndonesia.

(7)

untuk mendayagunakan sumber-sumber yang ada serta usaha untuk mengamankan baik atas diri atau keluarga mereka serta harta miliknya dari peristiwa-peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian atau menyebabkan gangguan dalam mencapai tujuan hidup mereka.

Sejarah asuransi merupakan sejarah panjang ikhtiar umat manusia untuk mengurangi risiko yang lahir dari ketidakpastian dengan membagi atau mengalihakn risiko yang yang mengancam mereka, pada satu pihak kepada pihak lain. Di sisi lain, asuransi juga sejarah ikhtiar manusia dalam mengambil keuntungan melalui pengumpulan dana dari masyarakat dengan memberikan janji untuk memberikan manfaat kepada pihak yang hendak menghindarkan diri dari ancaman risiko yang timbul dari ketidak pastian.18

Dari berbagai sumber, diketahui bahwa sejarah awal asuransi sebelum memasuki abad pertengahan dapat dibagi dalam beberapa periode, yaitu masa Babylonia, Yunani, dan Romawi. Sejarah asuransi yang tertus dapat ditelusuri sampai sekitar 4.000 tahun silam dalam bentuk upaya para pemilik kapal atau para pedagang bangsa Babylonia yang hidup diantara sungai Euphrat dan Tigris yang sekarang termasuk dalam wilayah Irak untuk melindungi usaha mereka terhadap ketidakpastian. Pada zaman itu, mereka dapat meminjam uang dari pedagang lain yang bertindak sebagai kreditor dengan menggunakan kapalnya atau barang dagangan sebagai jaminan. Pemilik kapal atau pedagang akan membayar utangnya setelah kapal selamat sampai tujuan beserta sejumlah tambahan biaya kepada kreditor yang bertindak sebagai penanggung risiko.

(8)

Peminjam dibebaskan dari utangnya apabila kapal atau barang dagangan tidak selamat sampai di tujuan. Tambahan biaya tersebut dapat dianggap sebagai premi.

Sumber lain menyebutkan bahwa penjaminan dilakukan atas risiko perdagangan dengan angkutan darat (caravan). Perjanjian yang menggunakan kapal sebagai jaminan pinjaman dan kreditor kehilangan uangnya bila kapal hilang dalam pelayaran tersebut dinamakan bootomry. Bentuk perjanjian tersebut memperoleh kekuatan hukum dibawah Kode Hammurabin (sekitar 2,100 sebelum Masehi). Bangsa Phoenicia dan Yunani memberlakukan sistem yang sama bagi perdagangan laut mereka. Berdasarkan sejarah yang lain diketahui pula bahwa untuk mengurangi risiko kehilangan barang selama dalam pelayaran disungai Hoang Ho di Cina, pada sekian abad sebelum Masehi, para pedagang yang melayari sungai tersebut membagi muatan barang dagangan mereka masing-masing kedalam beberapa jung. Apabila dalam setiap pelayaran terdapat jung yang memuat barang mereka mengalami musibah, tingkat kerugian setiap pedagang hanya akan sebatas jumlah barang dagangan yang terdapat didalam jung yang mengalami musibah saja.

(9)

premi asuransi. Pada masa tersebut terdapat pula suatu bentuk penjaminan oleh pemerintah yang meminjam uang kepada umum dengan imbalan pemberian bunga setiap bulan sampai pemilik uang wafat dan menyediakan biaya penguburan bagi pemilik uang. Bentuk penjaminan ini merupakan bentuk asuransi jiwa yang pertama walaupun sebagaimana halnya dengan penjaminan terhadap kehilangan budak, perjanjian ini timbul dari inisiatif pemerintah untuk mengumpulkan dana

Pada zaman romawi dikenal perkumpulan yang bernama collegium coltorum et Antinoi dan collegium lamabaesis. Pada Collegium coltorum et Dianae et Antinoi, dengan imbalan uang pangkal dan iuran bulanan dari peserta, perkumpulan memberikan pembayaran kepada ahli waris dan biaya penguburan apabila peserta meninggal dunia. Pada perkumpulan collegium lambasesis, dengan pembayaran uang pangkal dan iuran bulanan, perkumpulan akan memberikan manfaat berupa uang untuk membiayai pesta perayaan kenaikan pangkat dalam dinas ketentaraan dan pemindahan tempat tugas dalam ketentaraan serta biaya pemindahan ke tempat tugas yang baru disamping pembayaran kepada ahli waris apabila terdapat anggota yang meninggal dunia.

Pada sekitar tahun 900, para anggota glide, yaitu perkumpulan orang-orang dengan pekerjaan sejenis di Inggris mempunyai kebiasaan mengumpulkan iuran yang dipergunakan untuk memberikan sejumlah uang kepada anggota-anggota apabila rumah mereka terbakar.

(10)

1. Asuransi kerugian; 2. Asuransi jumlah

Tujuan asuransi kerugian (schade verzekering) adalah memberikan penggantian kerugian yang mungkin timbul pada harta kekayaan tertanggung. Tujuan asuransi jumlah (sommen verzekering, sum insurance) adalah untuk mendapatkan pembayaran sejumlah uang tertentu, tidak tergantung pada persoalan apakah peristiwa yang tidak pasti itu (evenement) menimbulkan kerugian atau tidak.19

Cara yang mudah untuk membedakan atau mengetahui apakah suatu asuransi tergolong asuransi kerugian atau asuransi jumlah adalah bergantung pada jawaban dari pertanyaan: Terhadap prestasi apakah penanggug mengikatkan dirinya.20

Apabila penanggung mengakibatkan dirinya untuk melakukan prestasi memberikan sejumlah uang yang telah ditentukan sebelumnya, maka disini terdapat asuransi jumlah. Kemudian apabila penanggung mengikatkan dirinya untuk melakukan prestasi dalam bentuk penggantian kerugian sepanjang ada kerugian, maka disini terdapat asuransi kerugian. Pemberian sejumlah uang yang telah ditentukan sebelumnya itu bergantung pada peristiwa yang pada umumnya (kecuali asuransi jiwa) tidak pasti akan terjadi, yang ada hubungannya dengan “hidup” atau “jiwa” seseorang atau “kesehatan”

19

H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum dagang Indonesia 6 (Hukum Pertanggungan). (Jakarta: Djambatan, 1996), hlm. 16

20

(11)

seseorang. Jadi, asuransi jumlah itu menyangkut diri pribadi manusia itu sendiri.

Dalam perkembangannya, sehubungan dengan lahir dan berkembangnya asuransi yang sebelumnya belum pernah dikenal, ada beberapa jenis asuransi yang secara murni tidak dapat dimasukkan kedalam golongan asuransi jumlah atau kerugian seperti tersebut diatas. Hal ini disebabkan asuransi-asuransi yang baru berkembang tersebut mengandung unsure-unsur baik asuransi kerugian maupun asuransi jumlah. Termsuk didalam golongan ini diantaranya “asuransi kecelakaan” dan “asuransi kesehatan” Asuransi semacam ini dapat disebut sebagai asuransi varia.21

1.Bahaya kebakaran;

Pasal 247 KUHD sendiri menyebutkan, bahwa asuransi atau pertanggungan diantara mengenai pokok:

2.Bahaya yang mengancam hasil pertanian; 3.Jiwa seorang atau lebih;

4.Bahaya-bahaya dilaut dan bahaya perbudakan;

5.Bahaya-bahaya pengangkutan didarat dan sungai serta perairan pedalaman.

Didalam pelaksanaannya terdapat penggolongan besar asuransi sebagai berikut:

1.Asuransi jiwa (life insurance);

2.Asuransi pengangkutan laut (marine insusrance);

(12)

3.Asuransi kebakaran (fire insurance); 4.Asuransi varia.22

Dalam KUHD ada 2 (dua) cara pengaturan asuransi, yaitu pengaturan yang bersifat umum dan yang bersifat khusus. Pengaturan yang bersifat umum terdapat dalam Buku I Bab 9 Pasal 246 – Pasal 286 KUHD yang berlaku bagi semua jenis asuransi, baik yang sudah diatur dalam KUHD maupun yang diatur diluar KUHD, kecuali jika secara khusus ditentukan lain. Pengaturan yang bersifat khusus terdapat dalam Buku I Bab 10 Pasal 287 – Pasal 308 KUHD dan Buku II Bab 9 dan Bab 10 Pasal 592 – Pasal 695 KUHD dengan rincian sebagai berikut:

a.Asuransi kebakaran Pasal 287 – Pasal 298 KUHD. b.Asuransi hasil pertanian Pasal 299 – Pasal 301 KUHD c.Asuransi jiwa pasal 302- Pasal 308 KUHD.

d.Asuransi pengangkutan laut dan perbudakan Pasal 592-Pasal 685 KUHD.

e.Asuransi pengangkutan darat, sungai dan perairan pedalaman Pasal 686 – Pasal 695 KUHD.

Sejarah perkembangan asuransi pada masa penjajahan. kepada periode penjajahan Belanda, buat menopang business perkebunan & perdagangan, mereka mendirikan perusahaan asuransi kerugian perdana di Indonesia ialah Bataviasche Zee End Merk Asrantie Maatschappij kepada tahun 1853 bersama perlindungan mutlak kepada dampak kebakaran &

22

(13)

asuransi pengangkutan. Selanjutnya berdiri ada dua kategori perlindungan asuransi yang terdiri dari asuransi. Untuk itulah mereka mendirikan perusahaan asuransi mula-mula di Indonesia bersama nama. Lahirnya asuransi di Indonesia mula-mula kali didirikan oleh orang Belanda bersama nama Nederlandsh Indisch Leven Verzekering En Liefrente Maatschappij (NILMIY) bersama mengadopsi perusahaan Asuransi Belanda adalah De Nederlanden Van 1845. Nanti dikemudian hri sesudah Indonesia merdeka, asuransi ini diambil alih Pemerintah Indonesia & berganti nama jadi PT. Asuransi Jiwasraya . Disusul berikutnya oleh Asuransi Jiwa Boemi Poetra 1912 kepada thn 1912. 23

Dalam hukum perjanjian yang terdapat dalam Kitab Undang-Undng Hukum Perdata (KUHPerdata), perkataan orang (persoon) berarti pembawa hak dan kewajibannya sendiri atau subyek di dalam hukum.24

a. Hak dan kewajiban penanggung

Perjanjian timbul karena disebabkan adanya hubungan hukum kekayaan antara dua orang atau lebih. Pendukung hukum perjanjian sekurang-kurangnya harus ada dua orang tertentu. Masing-masing orang itu menduduki tempat yang berbeda. Satu orang menjadi pihak kreditur, dan yang seorang lagi sebagai pihak debitur.

Hak dan kewajiban para pihak dalam asuransi

1) Penanggung wajib memberikan ganti kerugian atau sejumlah uang dalam perjanjian Asuransi, sesuai dengan ketentuan Pasal 1339

23

http://www.jurnalrakyat.net/2016/03/sejarah-dan-perkembangan-asuransi-di.html, (diakses tanggal 12 Juli 2017).

24

(14)

2) Penanggung wajib untuk melaksanakan ketentuan perjanjian yang telah disepakati. Hal tersebut seperti yang tercantum dalam Pasal 1338 ayat (1), (2), (3). Pasal 1338 KUHPerdata menyatakan bahwa :

a) semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

b) suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.

3) Penanggung hendaknya membuat perjanjian Asuransi secara tertulis dalam suatu akta yang disebut Polis. Hal ini seperti tercantum dalam Pasal 255 KUHD.

4) Hak Penanggung untuk menutup kembali (Reasuransi) penanggungnya kepada Perusahaan Asuransi yang lain. Hal ini diatur dalam Pasal 271 KUHD. Tindakan menutup reasuransi disamping melindungi penanggung pertama dari kesulitan melaksanakan kewajibannya, juga secara tidak langsung melindungi kepentingan pemegang polis.25

2). Pemegang polis/tertanggung dapat menuntut penggantian biaya, rugi dan bunga dengan memperhatikan Pasal 1267 KUHPerdata yaitu : “Bahwa pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika hal itu masih dapat dilaksanakan, akan memaksa pihak yang lain b. Hak dan Kewajiban Tertanggung

1) Tertanggung wajib membayar premi kepada penanggung.

25

(15)

untuk memenuhi perjanjian ataukah ia akan menuntut pembatalan perjanjian, disertai penggantian biaya kerugian dan bunga.

3) Ahli waris dari tertanggung dalam perjanjian Asuransi juga mempunyai hak untuk dilaksanakan prestasi dari perjanjian tersebut. Hal ini disimpulkan dalam Pasal 1318 KUHPerdata.

4). Tertanggung wajib untuk melaksanakan ketentuan perjanjian yang telah disepakatinya.

B. Tujuan Asuransi

Prinsip merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya sebuah peraturan hukum. Prinsip diperlukan agar dalam menjalani setiap kegiatan khususnya di bidang hukum tetap pada jalurnya dan terhindar dari penyimpangan diantara para pihak

Menurut Abbas Salim tujuan asuransi adalah sebagai berikut:26

a. Untuk memberikan jaminan perlindungan dari risiko yang diderita suatu pihak.

b. Untuk meningkatkan efisiensi, karena kita tidak perlu secara khusus mengadakan pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu, dan biaya.

c. Untuk membantu mengadakan pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya untuk premi saja yang jumlahnya sudah tertentu secara tetap perperiode.

(16)

d. Untuk dasar pemberian kredit, terutama dalam sistem perkreditan yang dilakukan oleh bank. Bank memerlukan jaminan atau agunan yang diberikan oleh peminjam uang.

e. Sebagai tabungan, bahkan lebih daripada itu karena yang dibayar kepada asuransi akan diterima kembali.

f. Untuk memupuk earning power seseorang, badan usaha yang akan digunakan pada waktu terjadi keadaan dimana ia tidak dapat berfungsi. g. Untuk modal investasi, bagi pihak lain melalui penggunaan dana yang

dikapitalisasi oleh asuransi.”

Sedangkan menurut Abdulkadir Muhammad tujuan asuransi adalah sebagai berikut:27

1. Pengalihan Risiko

Perusahaan asuransi selalu siap menerima tawaran dari pihak tertanggung untuk mengambil alih risiko dengan imbalan pembayaran premi. Tertanggung mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan risiko yang mengancam harta kekayaan atau jiwanya. Dengan membayar sejumlah premi kepada perusahaan asuransi (penanggung), sejak itu pula risiko beralih kepada penanggung. Apabila sampai berakhirnya jangka waktu asuransi tidak terjadi peristiwa yang merugikan, penanggung beruntung memiliki dan menikmati premi yang telah diterimanya dari tertanggung.

27

(17)

2. Pembayaran Ganti Kerugian

Jika pada suatu ketika sungguh-sungguh terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian (risiko berubah menjadi kerugian), maka kepada tertanggung yang bersangkutan akan dibayarkan ganti kerugian seimbang dengan jumlah asuransinya. Dalam praktiknya, kerugian yang timbul itu bersifat sebagian (partial loss), tidak semuanya berupa kerugian total (total loss). Dengan demikian, tertanggung mengadakan asuransi bertujuan untuk memperoleh pembayaran ganti kerugian yang sungguh-sungguh dideritanya.

Berbeda dengan asuransi kerugian, pada asuransi jiwa apabila dalam jangka waktu asuransi terjadi peristiwa kematian atau kecelakaan yang menimpa diri tertanggung, maka penanggung akan membayar jumlah asuransi yang telah disepakati bersama seperti yang tercantum dalam polis. Jumlah asuransi yang disepakati itu merupakan dasar perhitungan premi dan untuk memudahkan penanggung membayar sejumlah uang akibat terjadinya peristiwa kematian atau kecelakaan. Jadi, pembayaran sejumlah uang itu bukan sebagai ganti kerugian, karena jiwa atau raga manusia bukan harta kekayaan, dan tidak dapat dinilai dengan uang.

3. Pembayaran Santunan

Asuransi kerugian dan asuransi jiwa diadakan berdasarkan perjanjian bebas (sukarela) antara penanggung dan tertanggung

(18)

karena perintah undang-undang, bukan karena perjanjian. Asuransi jenis ini disebut asuransi sosial (social security insurance). Asuransi sosial bertujuan melindungi masyarakat dari ancaman bahaya kecelakaan yang mengakibatkan kematian atau cacat tubuh. Dengan membayar sejumlah kontribusi (semacam premi), tertanggung berhak memperoleh perlindungan dari ancaman bahaya.

Tertanggung yang membayar kontribusi tersebut adalah mereka yang terikat pada suatu hubungan hukum tertentu yang ditetapkan undang-undang. Apabila mereka mendapat musibah kecelakaan dalam pekerjaannya, mereka (atau ahli warisnya) akan memperoleh pembayaran santunan dari penanggung (BUMN), yang jumlahnya telah ditetapkan undang-undang. Jadi, tujuan mengadakan asuransi sosial menurut pembentuk undang-undang adalah untuk melindungi kepentingan masyarakat, dan mereka yang terkena musibah diberi santunan sejumlah uang.

C. Pengaturan Hukum Perasuransian dalam KUHD

Pengaturan asuransi dalam KUHD mengutamakan segi keperdataan yang didasarkan pada perjanjian antara tertanggung bdann penanggung. Perjanjian tersebut menimbulkan kewajiban dan hak tertanggung dan penanggung secara bertimbal balik. Sebagai perjanjian khusus, asuransi dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis asuransi Pengaturan asuransi dalam KUHD meliputis substansi berikut ini:

(19)

b.Perjanjian asuransi; c.Unsur-unsur asuransi;

d.Syarat-syarat (kalusula) asuransi; e.Jenis-jenis asuransi.28

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. Jika KUHD mengutamakan pengaturan asuransi dari segi keperdataan maka Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5618 mengutamakan pengaturan asuransi dari segi bisnis dan public administrative. Pengaturan dari segi bisnis artinya menjalankan usaha perasuransian harus sesuai dengan aturan hokum perasuransian dan perusahaan yang berlaku. Dari segi publik administratif artinya kepentingan masyarakat dan Negara tidak boleh dirugikan. Jika hal ini dilanggar, maka pelanggaran tersebut diancam dengan sanksi pidana dan sanksi administratif menurut Undang Perasuransian. Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian diatur dengan pengaturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian Lembaran Negara Nomor 120 Tahun 1992.29

a.Bidang usaha perasuransian meliputi kegiatan:

Pengaturan usaha perasuransian dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian terdiri dari 18 (delapan belas) bab dan 92 (Sembilan puluh dua) pasal dengan rincian substansi sebagai berikut:

(1)Usaha asuransi, dan 28

Ibid

(20)

(2)Usaha penunjang asuransi. b.Jenis usaha perasuransian meliputi:

(1)Usaha asuransi terdiri dari: asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi.

(2)Usaha penunjang asuransi terdiri dari: pialang asuransi, pialang reasuransi, penilai kerugian asuransi, konsultan aktuaria, dan agen asuransi.

c.Perusahaan Perasuransian meliputi: (1)Perusahaan Asuransi Kerugian. (2)Perusahaan Asuransi Jiwa. (3)Perusahaan Reasuransi (4)Perusahaan Pialang Asuransi (5)Perusahaan Pialang Reasuransi

(6)Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi. (7)Perusahaan Konsultan Aktuaria. (8)Perusahaan Agen Asuransi.

d.Bentuk hukum usaha perasuransian terdiri dari: (1)Perusahaan Perseroan (Persero)

(2)Koperasi.

(3)Perseroan Terbatas. (4)Usaha Bersama (mutual).

e.Kepemilikan Perusahaan Perasuransian oleh:

(21)

(2)Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia bersama dengan perusahaan perasuransian yang tunduk pada hukum asing. f. Perizinan usaha perasuransian oleh Menteri Keuangan.

g.Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha perasuransian oleh Menteri Keuangan mengenai:

(1)Kesehatan keuangan Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi Jiwa, dan Perusahaan Reasuransi

(2)Penyelenggaraan usaha perasuransian dan modal usaha.

h.Kepailitan dan likuiditas Perusahaan Asuransi melalui keputusan Pengadilan Niaga.

i.Ketentuan sanksi pidana dan sanksi administratif meliputi:

(1)Sanksi pidana karena kejahatan: menjalankan usaha perasuransian tanpa izin, menggelapkan premi asuransi, menggelapkan kekayaan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi, menerima/menadah/membeli kekayaan Perusahaan Asuransi hasil penggelapan, pemalsuan dokumen Perusahaan Asuransi, Reasuransi.

(2)Sanksi administratif berupa: ganti kerugian, denda administratif, peringatan, pembatasan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha perusahaan.

(22)

tahun 1992. Perundang-undangan yang mengatur asuransi social adalah sebagai berikut:

a.Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang (Jasa Raharja):

(1)Undang-undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan wajib Kecelakaan Penumpang. Peraturan pelaksanaannya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965.

(2)Undang-undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan. Peraturan pelaksanaannya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965.

b. Asuransi Sosial Tenaga Kerja (Astek)

(1)Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).

(2)Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1990 tentang Penyelenggaraan Asuransi Sosial Tenaga Kerja (Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977).

(3)Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1991 tentang Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI).

(23)

c.Asuransi Sosial Pemeliharaan Kesehatan (Askes)

(1)Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 tentang Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Penerima Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan Beserta Keluarganya.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha Perasuransian dan Perundang-undangan Asuransi Sosial di Samping Ketentuan Asuransi dalam KUHD, maka dianggap cukup memadai aturan hukum yang mengatur tentang usaha perasuransian, baik dari segi keperdataan maupun dari segi publik administratif.

Pengaturan Usaha Perasuransian yang dimuat dalam undang-undang Nomor 40 tahun 2014 Tentang Perasuransian, serta di tunjuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga negara yang memiliki kuasa penuh dalam menjalankan fungsi dan pengawasan diharapkan dapat membuat kebijakan terhadap perasuransian yang dapat membawa perasuransian menjadi lebih berkembang di masa depan dan dapat bersaing dengan negara-negara maju dalam dunia asuransi.30

30

Referensi

Dokumen terkait

Begitu pula terhadap aturan dalam ranah hukum perdata, walaupun pasal 1338 KUHPer menyatakan bahwa “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku bagi undang-undang bagi

Pasal pertama dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang mengatur perjanjian asuransi dimulai dalam Pasal 246 yaitu dengan memberikan batasan perjanjian asuransi

Setelah makan siang check out dari hotel untuk kemudian menuju Abyar Ali terlebih dahulu (untuk miqat umrah) dan melanjutkan perjalanan menuju kota Makkah Al

Setelah pemasangan bouplank sesuai dengan dimensi yang telah ditentukan pemasangan bouplank ini beriring dengan pekerjaan Galian tanah Biasa harus mencakup seluruh

Masalah timbul kapan saja bahkan tidak kenal waktu maka dari itu selaku aparat Satuan Polisi Pamong Praja yang memang sudah memiliki kewajiban menjaga keamanan

Persepsi PKL terhadap kebijakan penataan kawasan Taman Poci Kota Tegal adalah mereka menganggap bahwa pemerintah Kota Tegal dalam menerapkan kebijakan ini

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan MFT untuk mengetahui tingkat VO 2 max wasit hockey puteri lisensi tingkat dasar, dapat diketahui

sponden mengatakan tidak baik tentang Puskesmas Batua maka dia tidak akan me- meriksakan kesehatannya Walaupun tidak bisa dipungkiri persepsi pasien tidak baik