• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sumber Daya Organisasi Terhadap Kesiapsiagaan Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Bpbd) Kota Langsa Menghadapi Bencana Di Kota Langsa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Sumber Daya Organisasi Terhadap Kesiapsiagaan Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Bpbd) Kota Langsa Menghadapi Bencana Di Kota Langsa"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ancaman bahaya bencana alam di Aceh, yang sering terjadi adalah bersifat hidro-meteorologi seperti banjir, angin puting beliung, dan kekeringan, dan yang bersifat geologi seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan tanah longsor. Kejadian bencana di Aceh meningkat tiap tahunnya. Dalam satu dekade ini terjadi sekitar ratusan bencana di Aceh. Sebagian besar jenis bencana tersebut adalah hidro-meteorologi, yaitu banjir dan angin puting beliung (DRRA, 2011).

Bencana banjir hampir melanda sebagian wilayah Aceh selama 2 periode waktu selama tahun 2014. Periode pertama terjadi pada 1 – 6 November 2014 bencana banjir melanda 5 Kabupaten/Kota: Aceh Barat Daya, Sabang, Aceh Jaya, Aceh Barat dan Aceh Singkil, dengan korban yang mengungsi mencapai 83.504 jiwa/17.777 KK dan kerusakan rumah berat dan ringan sebanyak 3 unit serta kehilangan 2 boat. Periode ke dua terjadi pada penghujung Desember 2014, kembali melanda 7 Kabupaten/Kota yaitu: Aceh Timur, Aceh Utara, Aceh Tamiang, Aceh Selatan, Aceh Pidie, Lhokseumawe dan Banda Aceh, di mana 120.966 warga harus mengungsi (BPBA, 2015).

(2)

koordinat antara 04º24´-35,68´ - 04º33 47´0-0,3´ Lintang Utara (LU) dan 97º53´14,59´ - 98º04´42,16´ Bujur Timur (BT). Kota Langsa berstatus Kota Administratif, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 1991 tentang Pembentukan Kota Administratif Langsa. Langsa kemudian ditetapkan statusnya menjadi Kota dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2001, tanggal 21 Juni 2001. Hari Jadi Kota Langsa ditetapkan pada tanggal 17 Oktober 2001 (BPBD Kota Langsa, 2015).

Topografi Kota Langsa terletak pada dataran aluviasi pantai dengan elevasi berkisar sekitar 8 m dari permukaaan laut di bagian barat daya dan selatan di batasi oleh pegunungan lipatan bergelombang sedang, dengan elevasi 75 m, sedangkan di bagian timur merupakan endapan rawa-rawa dengan penyebaran cukup luas (Rahmat, H. 2011). Berdasarkan kondisi demografi dan topografi, Kota Langsa merupakan daerah rawan akan bencana (alam dan non alam).

(3)

pemerintah Kota Langsa melalui BPBD Kota Langsa. Dengan korban yang meninggal dunia 2 jiwa, korban yang mengungsi mencapai 3.411 KK, kerusakan berat 1 mushalla dan 1 rumah, serta 91 hektar sawah (BPBD Kota Langsa, 2015).

Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh, Muhammad Nur menyebutkan, banjir yang terjadi ini salah satu penyebabnya adalah berkurangnya luasan hutan akibat pembukaan untuk perkebunan, pertambangan, ditambah illegal logging. Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Aceh yang telah disahkan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dan disetujui pemerintah pusat di dalamnya telah mengurangi luas hutan Aceh dan mengabaikan keberadaan Kawasan Strategis Nasional (Hanafiah, 2014).

(4)

Gambar 1.1. Peta Rawan Bencana di Kota Langsa Sumber : RENSTRA Tahun 2012-2017 BPBD Kota Langsa

Konferensi Sedunia tentang Peredaman Bencana (World Conference on Disaster Reduction) diselenggarakan tanggal 18-22 Januari 2005 di Kobe, Hyogo,

Jepang dan mengadopsi Kerangka Kerja Aksi 2005-2015 memberikan suatu kesempatan unik untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan (vulnerability) dan risiko terhadap bahaya (hazard). Konferensi tersebut menekankan perlunya untuk dan menengarai cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana (disaster).

Komitmen Pemerintah Indonesia atas resolusi PBB No.63/1999 yang ditindaklanjuti dengan Hyogo Framework for Action 2005-2015 dan Beijing Action Plan untuk kawasan Asia disusunlah buku Rencana Aksi Nasional Pengurangan

(5)

dalam menangani bencana alam, dari yang selama ini masih lebih bersifat responsif (tanggap darurat) dalam menangani bencana, menjadi suatu kegiatan yang bersifat preventif, sehingga bencana alam itu selain mungkin dapat dicegah atau

diminimalkan (mitigasi), juga resikonya dapat dikurangi atau malah ditiadakan. Realisasi dari RAN-PRB 2006-2009, Pemerintah menetapkan Undang-undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Selanjutnya Presiden RI mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Kemudian dalam rangka pelaksanaan pasal 18 jo pasal 25 Undang-undang No. 24 Tahun 2007 dibentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah, adanya Peraturan Menteri Dalam Negeri No.46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Penanggulangan Bencana No. 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Langsa dibentuk berdasarkan Qanun Kota Langsa Nomor 18 Tahun 2010 Tanggal 14 Desember 2010 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Langsa Kota Langsa mempunyai tugas:

a. Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara;

(6)

c. Menyusun dan menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana; d. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana;

e. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Kepala Daerah setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana;

f. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang;

g. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Kota; dan

h. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang – undangan. Menurut Profil BPBD Kota Langsa Tahun 2015, BPBD Kota Langsa merupakan BPBD dengan Klasifikasi Tipe A. Hal ini dapat terlihat dari BPBD Kota Langsa setingkat dengan Badan atau Dinas, dipimpin oleh Esselon II, sumber daya maksimal, mempunyai Kepala Bidang (KaBid) dan Kepala Seksi (KaSi). Terlihat dari unsur pelaksana yang sudah sesuai tetapi tidak dengan unsur pengarah, karena belum terbentuk hingga saat ini. Dari wawancara pendahuluan yang dilakukan didapatkan informasi bahwa BPBD Kota Langsa sejak awal sudah pernah mengusulkan pembentukan tim unsur pengarah kepada Pemerintah Kota Langsa tetapi hal tersebut kurang mendapat tanggapan dan jawaban.

(7)

BNPB dan BPBD selaku penyelenggara penanggulangan bencana di daerah yang meliputi tahap pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana dituntut memiliki kesiapsiagaan yang tinggi, khususnya kesiapsiagaan petugas yang terlibat langsung dalam penanggulangan bencana. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan mendapatkan masih kurangnya kesiapsiagaan petugas BPBD Kota Langsa khususnya yang terlibat dalam penanggulangan bencana karena masih sangat terbatasnya sumber daya organisasi yang dimiliki, seperti belum optimalnya kapasitas dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) penanggulangan bencana, selain itu masih terbatasnya sarana yang diperlukan dalam penanggulangan bencana baik alam mau pun non alam belum memadai termasuk belum memiliki gedung kantor sendiri serta masalah dana yang masih sangat terbatas.

BPBD selaku pelaksana fungsi Pengordinasian, Pengomandoan dan Pengendalian (Controlling) dalam penanggulangan bencana daerah harus berperan aktif guna mendukung perencanaan pembangunan, baik peran konsep maupun peran dalam hal monitoring dan evaluasi. Hal ini dapat dicapai bilamana aparatur BPBD dapat bekerja secara maksimal dan profesional melalui tingkat koordinasi yang terarah baik dalam lingkungan internal BPBD dengan seluruh unit kerja terkait.

(8)

1. Terjadinya banjir di pemukiman masyarakat dan genangan air di ruas jalan utama diakibatkan hujan dan meluapnya sungai Krueng Langsa serta sistem drainase yang buruk

2. Terjadinya kebakaran secara dadakan yang tidak dapat ditanggulangi dengan cepat dikarenakan peralatan dan armada operasional yang masih terbatas dan sering mengalami kerusakan serta belum tersedianya peta kawasan rawan bencana kebakaran

3. Belum optimalnya kapasitas dan kualitas SDM Penanggulangan Bencana

4. Belum optimalnya koordinasi dan sinkronisasi komando proses Penanggulangan Bencana

5. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam proses Pengurangan Resiko Bencana baik bencana alam mau pun non alam

Dampak dan kerugian bencana dapat dikurangi secara berarti jika pihak berwenang, individu dan komunitas di wilayah-wilayah yang rawan bencana sudah dipersiapkan dengan baik dan siap untuk bertindak serta dilengkapi dengan pengetahuan dan kapasitas untuk mengelola bencana secara efektif.

(9)

manajemen yang bisa disamakan seperti komponen sumber daya organisasi, terdiri dari: man (sumber daya manusia), money (dana), methode (metode), machines (peralatan), materials (bahan-bahan), dan market (pasar), disingkat 6M (Malayu, 2001) pada BPBD Kota Langsa adalah:

1. Sumber Daya Manusia (Man)

Tabel 1.1. tentang Susunan Kepegawaian Sumber Daya Manusia Aparatur di BPBD Kota Langsa, dimana PNS berjumlah 31 orang, Petugas Lapangan (Kontrak) berjumlah 218 orang, Honor Daerah berjumlah 4 orang, CS (Cleaning Service) dan Jaga Malam 5 orang dengan kekuatan personil sebagai berikut :

Tabel 1.1. Susunan Kepegawaian Sumber Daya Manusia Aparatur di BPBD Kota Langsa

Kategori Jumlah

a. Berdasarkan Kepangkatan/ Golongan

1) Golongan IV 3 Orang

2) Golongan III 15 Orang

3) Golongan II 13 Orang

b. Berdasarkan pendidikan

1) Pasca Sarjana/ S2 3 Orang

d. Berdasarkan masa kerja

1) Lebih dari 20 tahun 4 Orang

2) 10 s/d 20 tahun 9 Orang

(10)

Tabel 1.1 (Lanjutan)

Sumber : RENSTRA Tahun 2012-2017 BPBD Kota Langsa

Masalah yang ada :

a. Keterbatasan SDM dalam memahami tugas pokok dan fungsinya sebagai petugas penanggulangan bencana

b. Kapasitas dan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh BPBD Kota Langsa belum memenuhi spesifikasi keahlian dalam penanggulangan bencana Penelitian Aritonang (2014) menyatakan bahwa dalam penanggulangan bencana Erupsi Gunung Sinabung terkendala pada SDM yang masih baru dan belum berpengalaman dalam menangani bencana sehingga masih perlu pendampingan yang mengakibatkan daerah belum mampu menyelesaikan masalah bencana tersebut dengan mandiri.

2. Pendanaan (Money)

(11)

BPBD Kota Langsa selain bersumber dari APBK Kota Langsa, juga bersumber dari APBN yang berbentuk dana kontijensi, dana siap pakai dan dana bantuan sosial berpola hibah. Selain itu juga terdapat bantuan dari dana Otonomi Khusus dan dana Migas juga dari BPBA Provinsi Aceh. Menurut Kasubbag Program dan Pelaporan BPBD Kota Langsa masalah yang terjadi adalah dana selalu defisit untuk operasional dan maintenance karena dana yang didapatkan dari APBK selalu jauh dari cukup karena tidak semua Rencana Kerja Anggaran BPBD Kota Langsa yang diajukan setiap tahunnya tertampung dan disetujui oleh Pemerintah Kota Langsa. Sebagai contoh untuk APBK BPBD Kota Langsa tahun 2014 yang di berikan Rp 5.222.344.755,- dari rencana anggaran yang diajukan ± Rp 7.000.000.000,-. Selain dana bantuan yang tersebut di atas tidak selalu setiap tahun didapatkan kecuali dari APBN yang ditempatkan di BNPB diberikan dalam bentuk sarana dan logistik.

(12)

3. Metode (Methode)

Bencana yang sering terjadi di Kota Langsa setiap tahunnya adalah banjir, kebakaran, puting beliung dan pohon tumbang. Pada tahap kesiapsiagaan menghadapi bencana yang terjadi, upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi resiko dari bencana meliputi pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana yang dilakukan BPBD Kota Langsa bersama Pemerintah Kota langsa seperti:

a. Sudah adanya pemetaan (mapping) daerah rawan bencana dan jalur evakuasi serta penyediaan ruang evakuasi bencana, tersedianya nomor hotline atau informasi BPBD Kota Langsa yaitu telepon (0641) 20113 dan fax : (0641) 21019, mendapatkan sumber informasi peringatan dini tentang bencana setiap bulannya berupa majalah bulanan dari BMKG Provinsi Aceh, dan adanya Koordinator Bencana Kecamatan di tiap kecamatan yang bertugas menyampaikan informasi akan adanya bahaya bencana. Pada penanggulangan bencana alam seperti saat terjadi bencana angin puting beliung dilakukan pendataan rumah rusak dan penyaluran bahan-bahan material untuk perbaikan rumah rusak tersebut sehingga rumah-rumah rusak dapat ditata kembali. Pada bencana kebakaran, BPBD pernah melakukan kegiatan sosialisi penggunaan tabung racun api untuk proteksi bagi masyarakat

(13)

sesudah musim penghujan. Selain itu adanya program penanaman pohon di sepanjang DAS Krueng Langsa juga jenis pohon japon di hutan lindung Kota Langsa dan tanaman manggrove di Kuala Langsa. Tetapi upaya-upaya tersebut masih kurang maksimal karena kurangnya sosialisasi tentang kebencanaan ke masyarakat khususnya bencana banjir, belum adanya sistem peringatan dini di bagian sungai yang sering menimbulkan banjir, masih banyaknya masyarakat yang bertempat tinggal di sepanjang DAS, kurangnya alat pompa (mesin vakum air) untuk penyedotan air banjir dan masih banyak masyarakat yang membuang sampah di sungai Krueng Langsa

c. Masalah lain belum adanya perencanaan kontigensi antara BPBD Kota Langsa, Pemko Langsa dan instansi terkait lainnya. Koordinasi baru terjadi pada saat bencana (tanggap darurat), masih minimnya simulasi dan pelatihan penanggulangan bencana bersama yang melibatkan Pemko Langsa dan instansi terkait serta masyarakat, pemberian informasi daerah-daerah rawan bencana belum tersosialisasi

4. Peralatan dan Bahan-bahan (Machines and Materials) Sarana yang dimiliki BPBD Kota Langsa antara lain:

(14)

Tabel 1.2. Sarana yang Dimiliki BPBD Kota Langsa

10) Mesin Compresor Aircomp CSBA (SCUBA) 1 unit

11) Mesin Penyuling Air Bersih 1 unit

21) Kompor Kayu Serbaguna 10 unit

22) Alat Medis 2 set

23) Ban pelampung 10 unit

24) Mobil Pemadam Kebakaran (Fire Engine) 6 unit

25) Mobil Tangki Air (Fire Tank) 2 unit

26) Mesin Vorteblel (Water Fire Pump Vortable) 1 unit

27) AC 9 unit

28) Monitor Komputer 7 unit

29) CPU Komputer 7 unit

30) Laptop 2 unit

31) Printer 6 unit

(15)

Masalah:

a. BPBD Kota Langsa belum memiliki gedung perkantoran sendiri karena sampai saat ini masih memakai bekas gedung Dinas PU ( Pekerjaaan Umum) Aceh Timur yang lama dengan sistem pinjam pakai. Kondisi kantor yang dipakai sekarang juga kurang baik karena bangunan sudah lama dengan posisi bangunan lebih rendah dari jalan raya serta drainase yang ada di depan kantor kecil dan kurang baik sehingga bila musim penghujan tiba, tidak jarang kantor BPBD Kota Langsa menjadi “korban” banjir.

b. Pemerintah pusat memberikan bantuan sarana melalui BNPB, tetapi sampai saat ini sarana masih kurang memadai dalam penanggulangan bencana di BPBD Kota Langsa baik alam mau pun non alam, seperti terjadinya kebakaran secara tiba-tiba yang tidak dapat ditanggulangi dengan cepat dikarenakan sering mengalami kerusakan serta belum tersedianya peta kawasan rawan bencana kebakaran. Begitu pun juga dalam operasional kantor BPBD Kota Langsa, peralatan kantor yang dimiliki juga sangat kurang.

(16)

fungsi koordinasi antar instansi yang seharusnya diatur oleh BPBD sebagai penanggungjawab bencana.

Menurut Kepala BPBD Kota Langsa Ir. Iskandar Syukri, MM. MT, BPBD Kota Langsa dengan fungsi kerja Pengorganisasian dan Pengomandoan Penanggulangan Bencana berupaya seoptimal mungkin untuk melaksanakan tugas-tugas pokok serta menjalankan berbagai program dan kegiatan yang telah direncanakan untuk masa yang akan datang. Namun demikian fungsi Pengorganisasian dan Pengomandoan dimaksud tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan tanpa adanya sumber daya yang memadai serta koordinasi dari seluruh fungsi kerja internal pada BPBD dan antar instansi terkait Penanggulangan Bencana seperti TNI, POLRI, SAR, PMI, Dinsos Kota Langsa, Dinkes Kota Langsa, ORARI, dan sebagainya.

Adanya fenomena personil, sarana dan dana di atas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang sumber daya organisasi meliputi personil, sarana dan dana terhadap kesiapsiagaan petugas BPBD Kota Langsa dalam menghadapi bencana di Kota Langsa, dan juga karena penelitian ini belum pernah dilakukan oleh BPBD Kota Langsa.

1.2. Permasalahan

(17)

personil, sarana dan dana terhadap kesiapsiagaan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Langsa dalam menghadapi bencana di Kota Langsa?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh sumber daya organisasi meliputi personil, sarana dan dana terhadap kesiapsiagaan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Langsa dalam menghadapi bencana di Kota Langsa.

1.4. Hipotesis

Sumber daya organisasi meliputi personil, sarana dan dana berpengaruh terhadap kesiapsiagaan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Langsa dalam menghadapi bencana di Kota langsa.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Ilmu Pengetahuan

Menambah khasanah ilmu kesehatan masyarakat khususnya tentang manajemen sumber daya organisasi terkait kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. 1.5.2. BPBD Kota Langsa

(18)

1.5.3. Bagi Peneliti

Gambar

Tabel 1.1. Susunan Kepegawaian Sumber Daya Manusia Aparatur  di BPBD Kota Langsa
Tabel 1.1 (Lanjutan)
Tabel 1.2. Sarana yang Dimiliki BPBD Kota Langsa

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan Ilmiah ini membahas tentang bagaimana membuat situs Toko Online Second menggunakan PHP dan MySql, pembuatan situs Toko Online Second ini didasari untuk sarana pemasaran

- Warna merah untuk Dinas Pendidikan Prov.Jatim - Warna kuning untuk Dinas Pendidikan Kota Surabaya - Warna putih untuk Pendma Kankemenag Kota Surabaya - Warna biru untuk

Pembuatan website yang berbasis multimedia ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu : Perancangan, Pembentukan Elemen, Pengujian dan Analisa. Website ini dibangun dengan

Unit Layanan Pengadaan (ULP) Polres Klungkung akan melaksanakan Pelelangan Sederhana Pascakualifikasi pengadaan Makan Jaga Kawal (ULP Non Organik/Jaga Fungsi) Polres

Untuk itu penulis membuat suatu website Notebook yang diharapkan dapat memberikan informasi yang maksimal tentang Notebook tersebut serta pemesanan Notebook secara langsung dari

Menindaklanjuti Surat dari Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Nomor : B- 8028/Kw.13.2/PP.00/10/2016 tanggal 17 Oktober 2016 perihal sebgaimana hal diatas,

Terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang cuci tangan dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Banguntapan I Bantul, hal ini

Aspek – aspek symbol dan penanda sebagai sebuah bangunan masjid yang sakrla sudah dihilangkan atau di stilasi kedalam bentuk yang lain, sehingga pemahaman