SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Oleh
SRI SAPUTRI
101301008
FAKULTAS PSIKOLOGI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul :
Hubungan Antara Belief In Just World Dan Perilaku Menolong Pada Pengemis
adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh
gelar kesajarnaan di suatu perguruan tinggi manapun.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari
hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi
ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera
Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Januari 2015
Di dalam penelitian ini kami meneliti hubungan antara belief in just world
dengan perilaku menolong pengemis. Secara spesifik, kami memeriksa kaitan antara tingkat belief in just world yang dimiliki oleh individu dengan perilaku memberikan sumbangan kepada pengemis jalanan yang merupakan bentuk pelanggaran hukum. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara belief in just world dengan perilaku menolong pengemis, Sesuai dengan hipotesis yang kami ajukan, semakin tinggi belief in just world yang dimiliki oleh individu maka akan semakin tinggi kecenderungan terjadi perilaku menolong pengemis yang dilakukan oleh individu tersebut.
In this research we examined the relation between the belief in just world and helping behaviour to beggars. Specifically, we examined the relation between the belief in just world owned by individual and their behaviour contributed to street beggar which is a violation of law. The results of this research show that there is a relation between the belief in just world and helping behavior to beggars. Consistent with the hypothesis that we submitted,the higher the belief in just world that is owned by the individual, the higher the tendency to help beggars, performed by the individual.
judul skripsi yang peneliti susun untuk memperoleh gelar sarjana di fakultas
Psikologi Universitas Sumatera Utara, yaitu “ Hubungan antara belief in just world dengan perilaku menolong pengemis”. peneliti juga tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan, bantuan, bimbingan, serta saran selama peneliti menyelesaikan skripsi
ini. Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayahanda tercinta Djuneidi dan ibunda tercinta Nuriani, terima kasih atas
dukungan moral maupun materil, doa dan kasih sayang yang telah
diberikan pada peneliti.
2. Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, Ibu Prof. Dr.
Irmawati Psikolog dan seluruh Pembantu Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara.
3. Pak Omar Khalifa Burhan, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia memberikan waktu, tenaga dan pemikiran serta memberikan
semangat untuk penyelesaian penelitian ini. Terima kasih atas bantuan,
bimbingan, arahan, dan saran yang telah diberikan kepada penulis.
4. Ibu Ridhoi Meilona Purba, M.Si dan Bapak Ari Widiyanta, M.Si.,
Psikolog selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji, memberikan
saran untuk perbaikan skripsi saya serta telah meluangkan waktunya untuk
membangun bagi pembuatan skripsi ini.
6. Seluruh pengurus Beasiswa Bidik Misi dan Dikti yang telah memberikan
Beasiswa yang sangat membantu peneliti untuk biaya perkuliahan serta
terima kasih buat semua teman-teman gamadiksi USU.
7. Iqbal Fauzi Nasution, yang selalu memberikan semangat, dukungan, saran
dan memberikan waktunya menemani penulis dalam suka maupun duka.
8. Seluruh Dosen dan seluruh Staf pengajar Fakultas Psikologi USU yang
telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan membantu membentuk
karakter penulis menjadi lebih baik. Terkhusus buat Buk Dina dan Buk
Lili.
9. Uwak , Ibuk, Oom, Paman-paman saya, terima kasih telah banyak
membantu peneliti dalam berbagai hal. Terkhusus untuk Wak Adi yang
telah membantu dalam mencarikan ebook untuk refrensi peneliti.
10.Pak Azuar Juliandi, yang telah memberikan waktu, arahan, bimbingannya
dan buku karya tulisnya yang sangat membantu peneliti.
11.Seluruh pegawai Fakultas Psikologi USU, terkhusus buat Pak Aswan, Kak
Defi, Bang Ronal, Kak Ari. Terima kasih atas arahan yang diberikan
selama menjalani masa perkuliahan dan semua bantuannya dalam
pengurusan administrasi yang saya perlukan dalam penyelesaian skripsi
dalam suka maupun duka, memberikan semangat, masukan, dan
dukungannya.
13.Teman-teman seperjuangan Khairunisa Pri Utami, Mentari Manik, Lia
Hairani, yang selalu memberikan semangat dan dukungannya.
14.Bang dayat,bang rafi,bang arman,bang uya, liza, ratih, ade, rahmad, dek
iim, dek sari dan semua teman-teman, sahabat-sahabat, sepupu-sepupu dan
adik-adik junior di Fakultas Psikologi yang tidak bisa di sebutkan satu
persatu, terima kasih atas semangat,dukungan dan doanya.
15.Teman-teman sedoping, Kak Rani, Tota, Yosefine, Nanda, Bang Rozi dan
Kak Anggi yang telah membantu dan memberikan saran serta semangat.
16.Semua teman-teman seperjuangan angkatan 2010 yang tidak mungkin
disebutkan satu per satu di sini. Terima kasih semuanya.
17.Seluruh responden penelitian yang telah memudahkan penulis dalam
pengerjaan skripsi.
18.Semua pihak yang telah membantu baik ketika menjalani masa
perkuliahan maupun ketika menjalani proses penulisan skripsi. Dengan
banyaknya bantuan yang diterima, penulis meminta maaf
sedalam-dalamnya karena tidak dapat menyebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
Medan, Januari 2015 Penulis
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
1. Manfaat Teoritis ... 5
2. Manfaat Praktis ... 5
E. Sistematika Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Perilaku Menolong ... 8
A.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menolong ... 8
A.2. Aspek dari Perilaku Menolong ... 9
B. Belief in Just World ... 10
B.1. Karakteristik Belif in Just World ... 11
C. Pengemis ... 11
C.1. Kriteria Pengemis ... 12
BAB III METODE PENELITIAN... 16
A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 16
B. Definisi Operasional ... 16
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 18
1. Populasi ... 18
2. Sampel ... 18
3. Teknik Pengambilan Sampel... 18
D. Metode Pengumpulan Data ... 19
E. Uji Coba Alat Ukur ... 21
1. Uji Validitas Alat Ukur ... 21
2. Uji Daya Beda Aitem ... 22
3. Uji Reliabilitas Alat Ukur ... 23
F. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 24
1. Hasi Uji Coba Alat Ukur Perilaku Menolong ... 24
2. Hasi Uji Coba Alat Ukur Belief in Just World ... 24
G. Metode Analisa Data ... 25
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 26
1. Tahap Persiapan ... 26
2. Tahap Pelaksanaan ... 27
3. Tahap Pengolahan ... 28
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN... 29
A. Analisa Data ... 29
a. Kategorisasi Belief In Just World ... 31
b. Kategorisasi Perilaku Menolong ... 32
D. Pembahasan ... 32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 37
A. Kesimpulan ... 37
B. Saran ... 37
1. Saran Metodologis ... 37
2. Saran Praktis... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 39
Menolong ... 20
Tabel 2.Blue Print Skala Perilaku Menolong Sebelum Uji Reliabilitas ... 20
Tabel 3. Penilaian Pernyataan Favorable dan Unfavorable Skala Belief in Just world... 21
Tabel 4. Blue Print Skala Belief in Just World... 21
Tabel 5.Blue Print Skala Perilaku Menolong Setelah Uji Coba ... 24
Tabel 6.Blue Print Skala Belief in Just World Setelah Uji Coba ... 25
Tabel 7.Gambaran Partisipan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29
Tabel 8.Gambaran Partisipan Berdasarkan Usia ... 29
Tabel 9. Nilai Statistik Variabel Belief in Just World dan Perilaku Menolong ... 31
Tabel 10. Kategorisasi Skor Belief in Just World ... 31
Lampiran 1. Data Subjek Penelitian
Lampiran 2. Skala Penelitian
Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 4. Hasil Uji Normalitas
Di dalam penelitian ini kami meneliti hubungan antara belief in just world
dengan perilaku menolong pengemis. Secara spesifik, kami memeriksa kaitan antara tingkat belief in just world yang dimiliki oleh individu dengan perilaku memberikan sumbangan kepada pengemis jalanan yang merupakan bentuk pelanggaran hukum. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara belief in just world dengan perilaku menolong pengemis, Sesuai dengan hipotesis yang kami ajukan, semakin tinggi belief in just world yang dimiliki oleh individu maka akan semakin tinggi kecenderungan terjadi perilaku menolong pengemis yang dilakukan oleh individu tersebut.
In this research we examined the relation between the belief in just world and helping behaviour to beggars. Specifically, we examined the relation between the belief in just world owned by individual and their behaviour contributed to street beggar which is a violation of law. The results of this research show that there is a relation between the belief in just world and helping behavior to beggars. Consistent with the hypothesis that we submitted,the higher the belief in just world that is owned by the individual, the higher the tendency to help beggars, performed by the individual.
Permasalahan pengemis merupakan masalah yang serius di kota Medan,
berdasarkan data dari Dinas Sosial Sumut, 2009 tercatat 3.440 orang pengemis,
sedangkan di tahun 2012 meningkat mencapai 12.680 (Suadi, 2014). Saat menjelang
hari-hari besar keagamaan termasuk ramadhan dan lebaran jumlah pengemis juga
meningkat. Banyak dari mereka berkeliaran di persimpangan-persimpangan lampu
merah, mendatangi rumah-rumah ibadah, rumah-rumah warga, pertokoan dan
kantor-kantor pemerintah dan swasta (Safitri, 2009).
Hal ini membuat dinas sosial dan tenaga kerja (Dinsosnaker) kota Medan
kewalahan menangani para pengemis, meskipun mereka sudah melakuan beberapa
upaya untuk penanganan, pembinaan dan rehabilitasi sosial agar para pengemis tidak
kembali lagi ke jalanan (Dinsosnaker, 2013). Pemerintah juga membuat peraturan
yang melarang orang-orang untuk mengemis, yang diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 504, buku ketiga bab dua tentang pelanggaran
ketertiban umum (Solahuddin, 2007). Sayangnya, berbagai upaya-upaya yang telah
dilakukan tersebut tidak efektif.
Sebenarnya, sudah diperjelas dalam peraturan pemerintah bahwa orang-orang
juga tidak boleh memberikan uang kepada pengemis. Selain tidak akan mengurangi
Seperti berita-berita di televisi dan media-media massa lainnya, yang belum
lama ini tentang banyaknya pengemis yang mempunyai penghasilan lebih tinggi dari
rata-rata pegawai kantoran dan karyawan UMR (upah minimum regional) yang
ditetapkan oleh pemerintah Indonesia(Kristanti, 2013). Sehingga inilah salah satu
yang membuat orang mempersepsikan mengemis sebagai suatu kegiatan untuk
menghasilkan uang dengan mudah dan cepat.
Masyarakat tetap memberikan sumbangan kepada pengemis, meskipun sudah
adanya larangan untuk memberikan sumbangan. Hal ini masih terjadi, karena
memberikan sumbangan terhadap seseorang merupakan bentuk perilaku menolong
(Wrightsman & Deaux, 1981), perilaku menolong tersebut secara umum dianggap
sebagai perilaku yang baik dan positif yang dapat menguntungkan orang lain (Baron
& Branscombe, 2012). Hal ini juga dapat dilihat secara nyata pada hasil wawancara
sebagai berikut :
“ ….saya membantu pengemis karena saya kasihan. Sebagai manusia sebaiknya kita saling tolong menolong.”
(Komunikasi Personal, 2014).
Peneliti menarik kesimpulan bahwa masyarakat menganggap memberikan
sumbangan kepada pengemis merupakan suatu perbuatan yang baik di dalam norma
masyarakat dan inilah yang akan memberikan penguatan bagi pengemis.
Perilaku menolong merupakan tindakan yang memberi keuntungan bagi orang lain
(Hogg & Vaughan 2002). Memberikan sumbangan kepada pengemis adalah bentuk
perilaku donation, yang merupakan dimensi dari perilaku menolong (Wrightsman &
kepada seseorang yang membutuhkan, berarti segala bentuk memberikan sumbangan
kepada pengemis merupakan perilaku menolong pengemis.
Di dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk menelaah salah satu faktor
dari perilaku menolong yang membuat orang-orang terus saja memberikan uang
kepada pengemis, meskipun adanya peraturan-peraturan yang telah diterbitkan oleh
pemerintah. Penelitian ini penting untuk mengetahui apa yang membuat orang-orang
yang tidak mematuhi larangan memberikan sumbangan kepada pengemis dan
pengetahuan ini nantinya dapat bermanfaat bagi stakeholders (misal : Dinas Sosial)
untuk menjadi landasan dalam mengkonstruksi strategi pengurangan pengemis di
jalanan.
Adapun faktor yang akan ditelaah peneliti adalah belief in just world. Belief in
just world merupakan sejauh apa kepercayaan seseorang bahwa mereka hidup didunia
yang setiap orang akan memperoleh apa yang sepatutnya ia peroleh, di mana hal-hal
yang baik akan dibalas dengan yang baik, sedangkan hal-hal yang buruk akan dibalas
dengan yang buruk (Montada & Lerner, 1998). Orang-orang yang memiliki
kepercayaan bahwa adanya belief in just world mereka akan berperilaku sesuai
dengan aturan-aturan yang adil dan hal itu dipengaruhi oleh perilaku sosialnya dalam
kehidupan sehari-hari, Hal ini terjadi karena konsep belief in just world menunjukkan
kontrak personal antara individu dengan dunia sosialnya sehingga semakin kuat
individu memegang belief in just world maka semakin kuat juga kewajibannya untuk
Berdasarkan fenomena lapangan yang peneliti lihat pada orang-orang yang
memiliki kepercayaan adanya belief in just world terlihat memiliki perilaku menolong
yang tinggi, dimana saharusnya orang-orang yang memiliki kepercayaan adanya
belief in just world akan berperilaku sesuai dengan aturan. sehingga dalam hal ini saat
seseorang melihat ada pengemis yang membutuhkan pertolongan, seseorang itu tidak
akan memberikan pertolongan kepada pengemis karena ia memiliki kepercayaan
bahwa adanya belief in just world sehingga ia percaya seseorang jadi pengemis
karena kesalahan yang telah dibuatnya sendiri sehingga pantas untuk seseorang
tersebut jadi pengemis. Tetapi peneliti melihat fenomena yang terjadikhususnya di
kota Medan, orang-orang yang memiliki kepercayaan adanya belief in just world
menunjukkan perilaku tidak sesuai dengan aturan. Dimana adanya orang-orang yang
terus saja memberikan sumbangan kepada pengemis walaupun banyak upaya dan
peraturan yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk tidak boleh menolong
pengemis.
Dengan demikian, peneliti menduga bahwa secara psikologis, perilaku
individu yang terus saja memberikan sumbangan berupa uang atau barang kepada
pengemis dapat didasari pada belief in just world yang dimilikinya. Dugaan ini akan
diteliti secara empiris dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin
melihat hubungan antara belief in just world dengan perilaku menolong pengemis.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan belief in just world dengan perilaku memberikan
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami kaitan belief in just
world sebagai suatu faktor psikologis yang berpotensi membuat seorang individu
memberikan sumbangan kepada pengemis, yang merupakan bentuk pelanggaran
hukum.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
a) Hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui bagaimana
hubungan belief in just world dengan perilaku menolong pengemis
yang juga belum pernah di teliti khususnya di Sumatera Utara.
b) Hasil penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu psikologi,
khususnya bidang psikologi sosial. Penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat dalam memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu
dan dapat menjadi landasan untuk pelaksanaan penelitian-penelitian
lanjutan mahasiswa atau pihak-pihak yang membutuhkan terkait
dengan belief in just world dan perilaku menolong.
2. Secara Praktis
a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berupa
informasi kepada masyarakat agar tidak memberikan sumbangan lagi
b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berupa
informasi kepada para masyarakat mengenai perilaku menolong
pengemis.
c) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada
masyarakat mengenai perilaku menolong pengemis dengan belief in
just world.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan, yang menguraikan latar belakang masalah, rumusan
permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematikan
penulisan.
2. Bab II Tinjauan Pustaka, menguraikan teori-teori yang dipakai sehubungan
dengan permasalahan yang dibahas yaitu tentang pengemis, belief in just
world dan perilaku menolong.
3. Bab III Metode Penelitian, menguraikan variabel penelitian, definisi
operasional variabel, metode pengambilan sampel, metode pengambilan data,
uji daya beda item dan reliabilitas alat ukur, serta metode analisa data yang
digunakan untuk mengolah hasil penelitian.
4. Bab IV Analisa data dan pembahasan, menguraikan mengenai gambaran
mengenai subjek penelitian, laporan hasil penelitian, hasil uji asumsi meliputi
5. Bab V Kesimpulan dan saran, memuat kesimpulan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan serta memuat saran penelitian yang bermanfaat sebagai
8
BAB II
LANDASAN TEORI A. Perilaku Menolong
Perilaku menolong adalah suatu tindakan yang memberikan keuntungan
bagi orang lain, yang dapat meningkatkan kesejahteraan orang lain, yang
terkadang melibatkan resiko terhadap si penolong (Baron & Branscombe, 2012;
Wrightsman & Deaux, 1981).
Perilaku menolong menurut (Hogg & Vaughan, 2002) merupakan
tindakan yang memberikan keuntungan bagi orang lain.
Sesuai dengan penjelasan di atas perilaku menolong dalam penelitian ini
didefinisikan sebagai suatu tindakan yang memberikan keuntungan kepada orang
lain, dapat meningkatkan kesejahteraan dan terkadang dapat menimbulkan resiko
terhadap penolong.
A.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menolong
Menurut (Baron & Byrne, 2000) faktor-faktor yang mempengaruhi orang
untuk menolong, sebagai berikut :
1. Empati
Orang-orang yang menolong mempunyai rasa empati yang tinggi
dibandingkan mereka yang tidak. Orang-orang yang memiliki empati
dapat merasakan dan memahami apa yang dirasakan oleh orang lain.
2. Belief in just world
Orang-orang yang menolong menganggap dunia sebagai tempat
akan dihukum. Membantu mereka yang membutuhkan merupakan hal
yang benar untuk dilakukan dan orang yang membantu benar-benar akan
mendapatkan keuntungan dari perbuatan baik mereka.
3. Social Responsibility
Individu yang membantu mengunngkapkan keyakinan bahwa
setiap orang bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik yaitu untuk
saling membantu.
4. Internal Locus of Control
Ini merupakan kepercayaan bahwa seseorang dapat memilih untuk
berperilaku dengan cara memaksimalkan hasil yang baik dan
meminimalkan hasil yang buruk.
5. Low Egocentrism
Seseorang yang egoism mungkin juga memberikan pertolongan
tetapi hanya untuk mengurangi personal distress yang dirasakannya.
A.2. Aspek Perilaku Menolong
Menurut (Wrightsman & Deaux, 1981) aspek dari perilaku menolong
berdasarkan tingkat pengorbanan, sebagai berikut :
1. Favor merupakan tindakan membantu orang lain yang tidak banyak
membutuhkan pengorbanan.
2. Donation merupakan perilaku memberikan kepada seseorang atau
organisasi yang membutuhkan. Tindakan ini membutuhkan pengorbanan
3. Intervention in emergency merupakan perilaku memberikan bantuan
kepada orang lain yang dilakukan dalam situasi gawat darurat. Dalam
melakukan tindakan ini dapat mengundang ancaman keselamatan diri dari
penolong. Oleh karena itu, penolong berkorban besar dan kemungkinan
mendapatkan keuntungan yang sangat kecil dari tindakan ini.
Di dalam penelitian ini perilaku menolong akan difokuskan pada
memberikan sumbangan kepada pengemis yang merupakan bentuk perilaku
donation. Jadi, perilaku menolong pengemis di dalam penelitian ini adalah segala
bentuk memberikan sumbangan kepada pengemis, baik itu dalam bentuk uang
atau lainnya (makanan, pakaian, minuman, dll).
B. Belief In Just World
Belief in just world merupakan kepercayaan bahwa dunia adalah tempat
yang adil, di mana hal-hal yang baik akan dibalas dengan yang baik, sedangkan
hal-hal yang buruk akan dibalas dengan yang buruk (Montada & Lerner, 1998).
Menurut (Dalbert, Lipkus, Sallay, & Goch, 2001) Belief in just world
merupakan kepercayaan bahwa seseorang hidup didunia yang setiap orang akan
memperoleh apa yang sepatutnya akan di perolehnya. Orang-orang ini juga akan
berperilaku sesuai dengan aturan-aturan yang adil dan hal ini dipengaruhi leh
perilaku sosialnya dalam kehidupan sehari-hari.
Orang yang memiliki belief in just world bahwa ia akan memperoleh apa
yang sepatutnya ia peroleh; apabila ia melakukan suatu hal yang jahat, maka
kebaikan, maka kebaikan tersebut akan terbalaskan dengan kebaikan di kemudian
hari (Leary & Hoyle, 2009).
Sesuai dengan penjelasan di atas belief in just world dalam penelitian ini
didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang tentang konsekuensi atas
perbuatan-perbuatannya, di mana perbuatan yang baik akan terbalaskan dengan hal yang
baik, dan perbuatan yang buruk akan berbalaskan dengan hal yang buruk.
B.1. Karakteristik Belief in Just World
Adapun karakteristik dari orang-orang yang memiliki belief in just world
menurut (Rubin & Peplau, 1975).
a. Orang-orang yang memiliki belief in just world yang tinggi :
1. Cenderung lebih religius
2. Cenderung lebih otoriter dalam kehidupan sehari-hari
3. Memiliki pemikiran yang konservatif, cenderung masih mendukung
nilai-nilai tradisional.
4. Mengagumi tokoh-tokoh pemimpin politik dan lembaga sosial.
5. Memiliki sikap negatif terhadap orang yang kurang mampu,
khususnya para pengemis jalanan.
b. Orang-orang yang memiliki belief in just world yang rendah :
1. Cenderung kurang merasa untuk ikut serta dalam perubahan
masyarakat.
C. Pengemis
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1980, Pengemis merupakan, “… orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta dimuka umum
dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang
lain”(PP Nomor 31 Tahun 1980, 2012). Jadi di dalam penelitian ini, pengemis
adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan cara meminta belas
kasihan dari orang lain dengan berbagai cara dan alasan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
C.1. Kriteria Pengemis
Berdasarkan Permensos No. 08 Tahun 2012 tentang pedoman pendataan
dan pengelolaan data penyandang masalah kesejahteraan sosial, kriteria bahwa
seseorang dikatakan sebagai pengemis adalah sebagai berikut :
a. Mata pencariannya bergantung pada belas kasihan orang
b. Berpakaian kumuh
c. Berada di tempat-tempat ramai
d. Memperalat sesama untuk merangsang belas kasihan orang lain
C.2. Jenis-jenis Pengemis
Adapun jenis-jenis pengemis berdasarkan observasi yang peneliti lakukan,
yaitu :
a. Pengemis dengan membawa anak
b. Pengemis anak-anak
c. Pengemis dengan cacat fisik
C.3. Dampak Pengemisan
Adapun dampak dari pengemisan, yaitu :
a. Membuat seorang individu semakin malas bekerja
b. Manambah masalah sosial
c. Pelecehan terhadap pekerja keras
d. Membuat tindakan kriminal
e. Dapat mengganggu masyarakat
D. Hubungan Antara Belief In Just World dengan Perilaku Menolong Pengemis
Sebagaimana telah dijelaskan, belief in just world merupakan kepercayaan
bahwa seseorang hidup didunia yang setiap orang akan memperoleh apa yang
sepatutnya akan diperoleh (Dalbert, Lipkus, Sallay & Goch, 2001). Dalam belief
in just world terdapat asumsi bahwa seseorang akan memperoleh apa yang
sepatutnya diperoleh, reward dan Punishment akan diperoleh secara adil sesuai
dengan perilaku, sifat dan karakter individu (Lerner, 1980). Belief in just world
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi orang untuk menolong orang
lain (Baron & Byrne, 2000).
Pada orang yang memiliki kepercayaan bahwa dunia itu adil adanya belief
in just world, menurut Dalbert, Lipkus, Sallay & Goch (2001) orang-orang akan
berperilaku sesuai dengan aturan-aturan yang adil dan dipengaruhi oleh perilaku
sosialnya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terjadi karena konsep belief in just
kuat juga kewajibannya untuk berperilaku sesuai dengan aturan keadilan. Artinya
disini seharusnya orang-orang yang memiliki belief in just world akan mematuhi
peraturan-peraturan yang ada.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Rubin & Peplau (1975),
karakteristik dari orang yang memiliki belief in just world yang tinggi akan
cenderung lebih religius, cenderung lebih otoriter dalam kehidupan sehari-hari,
memiliki pemikiran yang konservatif, cenderung masih mendukung nilai-nilai
tradisional, mengagumi tokoh-tokoh pemimpin politik dan lembaga sosial dan
memiliki sikap negatif terhadap orang yang kurang mampu. Pada penelitian
terdahulu inilah orang-orang yang memiliki kepercayaan adanya belief in just
world yang tinggi mereka tidak akan menolong para pengemis, karena mereka
mempunyai kepercayaan bahwa pengemis pantas untuk tidak di tolong dan akan
berpikir seseorang dapat menjadi pengemis karena adanya kesalahan yang mereka
lakukan terdahulu, sehingga menjadikan mereka sekarang pengemis. Dapat
diambil kesimpulan bahwa belief in just world berkorelasi negatif terhadap
perilaku menolong, hal ini terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Rubin &
Peplau (1975) dan Lerner (1980).
Namun pada penelitian ini peneliti mempunyai pemikiran sebaliknya,
peneliti melihat khususnya di Sumatera Utara bahwa belief in just world dapat
berkorelasi positif terhadap perilaku menolong. Peneliti mempunyai pemikiran ini
berdasarkan fenomena yang peneliti lihat di lapangan. secara logis, orang-orang
sumbangan kepada pengemis sebagai sesuatu yang dapat memberikan kebaikan
kepada dirinya di kemudian hari.
Peneliti melihat pada orang-orang yang suka memberikan uang kepada
pengemis. walaupun ada larangan tidak boleh memberikan uang kepada
pengemis, tetapi masih saja banyak orang-orang yang suka memberikan uang
kepada pengemis dan peneliti melihat dari hasil penelitian terdahulu dimana
penelitian ini dilakukan di Indonesia sedangkan penelitian terdahulu dilakukan di
luar negri, jelas terdapat perbedaan budaya dari keduanya yang mana masyarakat
timur lebih bersifat kolektif ataupun interdependent sedangkan masyarakat barat
lebih bersifat individual ataupun independent (Matsumoto, 2008). Sehingga hal
ini yang membuat orang-orang terus memberikan sumbangan kepada orang lain
ataupun memberikan sumbangan kepada pengemis meskipun sudah adanya aturan
dilarang memberikan uang kepada pengemis.
E. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan uraian mengenai keterkaitan antara belief in just world
dengan perilaku menolong yang telah kami paparkan, hipotesis yang kami ajukan
adalah sebagai berikut :
“Ada hubungan yang positif antara belief in just world dengan perilaku
menolong. Artinya, semakin tinggi belief in just world maka akan semakin tinggi
16
cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data, dan pengambilan
kesimpulan hasil penelitian (Hadi, 2000). Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif korelasi. Penelitian kuantitatif
korelasi bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan variabel penelitian
(Juliandi & Irfan, 2013).
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan pada penelitian (Suryabrata, 2010). Variabel tergantung (Dependent
Variable) adalah variabel yang dipengaruhi, terikat, tergantung oleh variabel lain
yaitu variabel bebas. Variabel Bebas (Independent Variable) adalah suatu yang
menjadi sebab terjadinya perubahan nilai pada variabel tergantung (Juliandi &
Irfan, 2013). Berdasarkan landasan teori dan rumusan hipotesis penelitian, maka
yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas (Independent) : Belief in Just World
2. Variabel Tergantung (Dependent) : Perilaku Menolong Pengemis
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional merupakan suatu definisi mengenai variabel
penelitian yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang
dapat diamati (Azwar, 2010). Berikut definisi operasional dari variabel-variabel
1. Perilaku menolong pengemis
Perilaku menolong pengemis dioperasionalkan sebagai segala tindakan
memberi keuntungan kepada pengemis, segala bentuk memberikan sumbangan
kepada pengemis dalam bentuk uang, pakaian, makanan dan minuman.
Tinggi rendahnya perilaku menolong pengemis tercermin melalui skor
yang diperoleh dari skala. Perilaku menolong pengemis diukur dengan
menggunakan skala yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi perilaku
menolong yang diungkapkan oleh (Wrightsman & Deaux, 1981). Skala ini
berisikan 14 aitem dengan 7 aitem favorable dan 7 aitem unfavorable yang
disusun dengan menggunakan skala likert.
Semakin tinggi skor skala perilaku menolong maka semakin tinggi
perilaku menolong pengemis yang akan ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari
dan sebaliknya semakin rendah skor skala perilaku menolong maka semakin
rendah perilaku menolong pengemis yang akan ditunjukkan dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Belief in just world
Belief in just world adalah sejauhmana keyakinan yang dimiliki oleh
individu mengenai konsekuensi atau balasan atas perbuatan-perbuatan baik dan
buruk yang dilakukan selama dirinya hidup di dunia.
Belief in just world dalam penelitian ini diungkap melalui skala belief in
just world yang disusun oleh peneliti berdasarkan definisi yang di kemukakan
favorable dan 1 aitem unfavorable yang disusun dengan menggunakan skala
likert.
Semakin tinggi skor skala Belief in just world maka menunjukkan
semakin tinggi Belief in just world yang akan ditunjukkan dalam kehidupan
sehari-hari dan sebaliknya semakin rendah skor skala Belief in just world maka
menunjukkan semakin rendah Belief in just world yang akan ditunjukkan dalam
kehidupan sehari-hari.
C. Populasi, Sampel Dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi
Populasi merupakan totalitas dari seluruh unsur yang ada dalam sebuah
wilayah penelitian (Juliandi & Irfan, 2013). Populasi dari penelitian ini adalah
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
2. Sampel
Mengingat keterbatasan yang dimiliki peneliti untuk menjangkau
keseluruhan populasi, maka partisipan penelitian yang dipilih adalah sebagian dari
keseluruhan populasi yang dinamakan sampel (Field, 2009). Sampel adalah
wakil-wakil dari populasi (Juliandi & Irfan, 2013). Jumlah sampel yang diambil untuk
penelitian ini adalah sebesar 60 orang mahasiswa.
3. Teknik pengambilan sampel
(Azwar, 2010) menyatakan bahwa pengambilan sampel bertujuan untuk
menggeneralisasikan sampel dan menarik kesimpulan sampel sebagai sesuatu
yang berlaku bagi populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
incidental sampling adalah teknik pengambilan sampel non-probability sampling.
Menurut (Sugiono, 2008) incidental sampling adalah mengambil responden
sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila orang yang
kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data. Hal ini digunakan untuk
memudahkan peneliti dalam mendapatkan sampel penelitian.
D. Metode Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan skala psikologi. Skala psikologi merupakan suatu alat yang
digunakan dalam suatu penelitian dengan menggunakan daftar pernyataan yang
telah disusun sebagai stimulus yang secara tidak langsung mengungkap atribut
yang hendak diukur dengan mengungkap indikator perilaku berupa aitem-aitem
pertanyaan atau pernyataan dari atribut yang bersangkutan (Azwar, 2010).
Skala psikologi merupakan suatu daftar yang berisi sejumlah pernyataan
yang diberikan kepada subjek agar dapat mengungkapkan kondisi-kondisi yang
ingin diketahui. Skala ini disusun berdasarkan metode Skala Likert. Nilai skala
setiap pertanyaan diperoleh dari jawaban subjek yang menyatakan mendukung
(favorable) atau yang tidak mendukung (unfavorable).
Skala yang digunakan dalam penelitian ini ada dua buah skala, yaitu skala
perilaku menolong pengemis dan skala belief in just world.
1. Skala perilaku menolong pengemis
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku menolong yang
Deaux, 1981). Model skala perilaku menolong pengemis ini menggunakan skala
likert. Skala Likert terdiri dari dua kategori aitem, yaitu aitem favourable
(mendukung konstruk yang hendak diukur) dan unfavourable (tidak mendukung
konstruk yang hendak diukur). Skala ini berisikan 14 aitem dengan 7 aitem
favourable dan 7 aitem unfavorable. Aitem terdiri dari pertanyaan dengan empat
pilihan jawaban yaitu ; TP (Tidak Pernah), JR (Jarang), SR (Sering), dan SL
[image:35.595.125.509.335.422.2](Selalu).
Tabel 1. Penilaian Pernyataan Favorable dan Unfavorable Pilihan Jawaban Pernyataan
Favorable Unfavorable
Tidak Pernah (TP) 1 4
Jarang (J) 2 3
Sering (SR) 3 2
Selalu (SL) 4 1
Tabel 2. Blue Print Skala Perilaku Menolong Pengemis
No Aspek Pernyataan Jumlah
Favorable Unfavorable
1. Donation 1,2,3,4,8,10,13 5,6,7,9,11,12,14 14
Jumlah 7 7 14
2. Skala belief in just world
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala belief in just world
yang disusun berdasarkan definisi belief in just world yang dikemukakan oleh
(Montada & Lerner, 1998). Model skala belief in just world menggunakan skala
likert. Skala Likert terdiri dari dua kategori aitem, yaitu aitem favourable
(mendukung konstruk yang hendak diukur) dan unfavourable (tidak mendukung
favorable dan 1 aitam unfavorable. Aitem terdiri dari pernyataan dengan empat
pilihan jawaban yaitu : SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan
[image:36.595.122.506.224.312.2]STS (Sangat Tidak Sesuai).
Tabel 3. Penilaian Pernyataan Favorable dan Unfavorable Pilihan Jawaban Pernyataan
Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
Tabel 4. Blue Print Skala Belief in Just World
No Elemen Pernyataan Jumlah
Favorable Unfavorble
1. Belief in just world 1,2,3,4,5,7, 8
6 8
Jumlah 7 1 8
E. Uji Coba Alat Ukur
Uji coba alat ukur dilakukan untuk melihat seberapa jauh alat ukur dapat
mengukur apa yang hendak diukur (Azwar, 2010).
1. Validitas alat ukur
Validitas bertujuan untuk melihat mampu tidaknya alat ukur dalam
mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki. Validitas yang tinggi akan
terpenuhi apabila alat tes atau instrumen tersebut dapat menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan dilakukannya
Pendekatan terhadap validitas alat ukur dilakukan dengan menyusun
terlebih dahulu operasional aspek-aspek pengukuran yang tepat dalam blue-print.
Penelitian ini menggunakan face validity dan content validity. Face validity
adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan
pada penilaian terhadap format penampilan tes. Apabila penampilan tes telah
meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap apa yang hendak
diukur, maka dapat dikatakan bahwa face validity telah terpenuhi. Content validity
berkaitan dengan item-item alat ukur sesuai dengan apa yang akan di ukur.
Content validity ditentukan melalui professional judgement dalam proses telaah
aitem (Azwar, 2000). Professional judgment di dalam penelitian ini adalah dosen
pembimbing.
2. Uji daya beda item
Uji daya beda aitem untuk melihat sejauh mana butir pernyataan mampu
membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atau tidak
memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis butir
pernyataan ini adalah dengan memilih butir-butir pernyataan yang fungsi ukurnya
selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes. Pengujian daya beda butir pernyataan
ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada
setiap butir pernyataan dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu skor total tes itu
sendiri dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment.
Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisien korelasi item total yang
Besarnya koefisien korelasi item total bergerak dari 0 sampai dengan 1,00
dengan nilai positif dan negatif. Semakin baik daya diskriminasi item maka
koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1,00 (Azwar, 2000). Batasan nilai
indeks daya beda item dalam penelitian ini adalah 0,3, sehingga setiap item yang
memiliki harga kritis ≥ 0,3 sajalah yang akan digunakan dalam pengambilan data
yang sebenarnya.
3. Reliabilitas alat ukur
Reliabilitas merupakan sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya bila
pengukuran pada subjek yang sama di waktu yang berbeda menunjukkan hasil
yang relatif sama. Reliabilitas sebenarnya mengacu kepada konsistensi dari hasil
ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000).
Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat
dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih di tentukan
oleh faktor error daripada perbedaan yang sesungguhnya.
Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal
dengan teknik reliabilitas Alpha Cronbach. Prosedur dalam pendekatan ini hanya
menggunakan satu kali pengenaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek
untuk melihat konsistensi antar aitem dalam skala. Pendekatan ini dianggap
ekonomis, praktis, dan berefisiensi tinggi (Azwar, 2003). Pengujian dilakukan
dengan mengolah data pada program SPSS for windows 18.0 version. Batasan
penerimaan reliabilitas dianggap memuaskan apabila koefisiennya mencapai
F. Hasil Uji Coba Alat Ukur
1. Hasil uji coba alat ukur perilaku menolong
Jumlah aitem yang diujicobakan sebanyak 14 aitem dan terdapat 10 aitem
yang memenuhi indeks diskriminasi ≥ 0,3. Menurut Azwar (2007) bahwa kriteria berdasarkan korelasi aitem total biasanya digunakan batasan ≥ 0,3. Semua aitem yang mencapai korelasi minimal 0,3 daya bedanya dianggap
memuaskan. Jumlah aitem yang dinyatakan gugur adalah sebanyak 4, yaitu aitem
nomor 6, 11, 12 dan 13. Distribusi aitem-aitem yang memiliki daya beda tinggi
[image:39.595.112.510.392.475.2]disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 5. Blue Print Skala Perilaku Menolong Pengemis Setelah Uji Coba
No Aspek Pernyataan Jumlah
Favorable Unfavorable
1. Donation 1,2,4,6,8,9 3,5,7,10 10
Jumlah 6 4 10
Uji reliabilitas dilakukan terhadap 10 aitem tersebut. Hasil uji coba
reliabilitas skala perilaku menolong pengemis adalah sebesar 0,871.
2. Hasil uji coba alat ukur belief in just world
Jumlah aitem yang diuji cobakan sebanyak 8 aitem, dari 8 aitem semua
memenuhi indeks diskriminasi ≥ 0,3. Menurut Azwar (2007) bahwa kriteria berdasarkan korelasi aitem total biasanya digunakan batasan ≥ 0,3. Semua aitem yang mencapai korelasi minimal 0,3 daya bedanya dianggap memuaskan.
kembali untuk pengukuran selanjutnya. Distribusi aitem-aitem yang memiliki
[image:40.595.95.528.198.288.2]daya beda tinggi disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 6. Blue Print Skala Belief in Just World Setelah Uji Coba
No Elemen Pernyataan Jumlah
Favorable Unfavorble
1. Belief in just world 1,2,3,4,5,7,8 6 8
Jumlah 7 1 8
Uji reliabilitas dilakukan terhadap 8 aitem tersebut. Hasil uji coba
reliabilitas skala belief in just world adalah sebesar 0,780.
G. Metode Analisa Data
Metode yang digunakan untuk menganalisa data penelitian ini adalah
analisis statistik, dengan alasan analisa statistik dapat menunjukkan kesimpulan
(generalisasi) penelitian, bekerja dengan angka-angka, bersifat objektif dan
universal (Hadi, 2000). Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisa koefisien korelasi pearson product moment untuk melihat
hubungan antara belief in just world dengan perilaku menolong. Menurut Hadi
(2000) korelasi Pearson Product Moment dipakai untuk melukiskan hubungan
antara dua gejala dengan skala interval. Koefisien korelasi yang diperoleh
bergerak dari -1 hingga +1. Bila koefisien korelasi bergerak dari 0 hingga +1
maka dinyatakan berkorelasi positif dan jika korelasi bergerak dari 0 hingga -1
maka dinyatakan berkorelasi negatif. Sebelum dilakukan analisis korelasi, terlebih
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat distribusi variabel bebas dan
variabel tergantung telah menyebar secara normal (Field, 2009). Penelitian ini
melakukan uji normalitas dengan menggunakan analisa dari nilai skewness dan
kurtosis. Syarat data dapat dikatakan normal apabila nilai skewness dan kurtosis
merentang antara -1 sampai +1 (Field, 2009). Data ini dapat diperoleh dengan
bantuan program SPSS Versi 18.0 for Windows.
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini memiliki prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya yang
terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap
pelaksanaan dan tahap pengolahan.
1. Tahap Persiapan
Persiapan penelitian dilakukan peneliti dengan:
a. Pembuatan alat ukur
Pada tahapan ini yang dilakukan peneliti adalah membuat alat ukur.
Penelitian ini menggunakan dua skala yang disusun oleh peneliti. Skala yang
pertama yaitu skala perilaku menolong yang disusun berdasarkan teori
aspek-aspek perilaku menolong yang dikemukakan oleh Wrightsman & Deaux, 1981.
Skala yang kedua yaitu skala belief in just world yang disusun berdasarkan teori
belief in just world dari (Montada & Lerner, 1998). Penyusunan skala ini
didahului dengan membuat blue print yang kemudian dilanjutkan dengan
masing-masing 14 aitem dan 8 aitem, yang dibentuk seperti sebuah buku untuk
memudahkan subjek penelitian memberikan jawabannya.
b. Uji coba alat ukur
Setelah alat ukur disusun, maka tahap selanjutnya yang dilakukan
adalah melakukan uji coba alat ukur. Uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 11
November 2014 , yang melibatkan 60 subjek di fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara.
c. Revisi alat ukur
Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur, peneliti menguji daya
beda aitem, dan reliabilitas dengan menggunakan bantuan aplikasi komputer SPSS
version 18.0 for Windows. Setelah diketahui aitem-aitem mana saja yang
memenuhi, kemudian peneliti menyusun aitem-aitem tersebut ke dalam alat ukur
yang digunakan untuk mengambil data penelitian. Skala dibuat dalam bentuk
buku dari kertas berukuran A4 yang dibagi dua dengan huruf Times New Roman
berukuran 16. Total aitem kedua skala yang awalnya 22 menjadi 18 aitem.
2. Tahap Pelaksanaan
Setelah dilakukan uji coba dan revisi, maka dilaksanakan penelitian.
Sebelum menyebarkan skala, peneliti mencari subjek penelitian yang sesuai
dengan karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya. Pengambilan data
penelitian dilakukan di fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara dengan
3. Tahap Pengolahan
Setelah diperoleh data dari belief in just world dan perilaku menolong
pengemis, maka dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan
Peneliti akan memulai dengan memberikan gambaran umum partisipan penelitian
dilanjutkan dengan analisis dan interpretasi data penelitian dan hasil utama
penelitian.
A. Analisa Data
1. Gambaran Umum Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini merupakan Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara. Partisipan berada pada rentang usia dari 18 sampai
dengan 23 tahun (M =20,30; SD = 1,15). Rincian partisipan berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada Tabel 7. Sedangkan rincian berdasarkan usia dapat
[image:44.595.153.473.500.559.2]dilihat pada Tabel 8.
Tabel 7. Gambaran Partisipan Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 15 25
Perempuan 45 75
Total 60 100
Tabel 8. Gambaran Partisipan Berdasarkan Usia Usia Jumlah Persentase (%)
18 tahun 2 3,3
19 tahun 10 16,7
20 tahun 29 48,3
21 tahun 10 16,7
22 tahun 5 8,3
23 tahun 4 6,7
[image:44.595.143.482.614.727.2]2.Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian
kedua variabel terdistribusi secara normal. Normalitas data kami lihat dengan
melihat skewness dan kurtosis distribusi data variabel-variabel penelitian.
Menurut Field (2009) data dapat dikatakan normal apabila skewness dan kurtosis
merentang antara -1 sampai +1. Hasil menunjukkan bahwa data variabel perilaku
menolong (Skewness = 0,09; Kurtosis = 0,55) dan variabel belief in just world
(Skewness = -0,38; Kurtosis = 0,20) terdistribusi secara normal. Dengan demikian,
asumsi normalitas terpenuhi.
3. Hasil Utama Penelitian
Berikut ini akan dijabarkan tentang hasil perhitungan dan pengujian
korelasi dengan menggunakan teknik Pearson Product Moment dengan bantuan
SPSS version 18.0 for windows. Dalam penelitian ini kami berhipotesis bahwa
orang yang memiliki belief in just world yang tinggi akan lebih mungkin untuk
menolong pengemis. Diperoleh hasil r = 0,309; p = 0,016, yang berarti ada
hubungan positif yang signifikan antara belief in just world dengan perilaku
menolong pengemis. Sesuai dengan hipotesis yang diajukan, belief in just world
dapat berkorelasi positif dengan perilaku menolong pengemis.
B. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian dilampirkan untuk mengetahui karakteristik data
lapangan maka diperoleh nilai statistik dari variabel belief in just world dan
[image:46.595.169.457.207.320.2]perilaku menolong dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Nilai Statistik Variabel Belief In Just World Dan Perilaku Menolong
Nilai Belief in Just World
Perilaku Menolong
Mean 25,28 24,75
Std. deviasi 3,237 4,845
Median 25,00 25,00
Maximum 16 13
Minimun 31 39
C. Kategorisasi Data Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dikelompokkan pada kriteria pengkategorisasian yang didasarkan pada asumsi bahwa skor partisipan penelitian terdistribusi
secara normal (Azwar, 2010). Kriteria pada penelitian ini terbagi atas dua
kategori yaitu „tinggi‟ dan „rendah‟ untuk variabel belief in just world dan
kategori „sering‟ dan „jarang‟ untuk variabel perilaku menolong. Kategori
diperoleh berdasarkan nilai median dari variabel belief in just world dan
perilaku menolong dapat dilihat pada tabel 9.
a. Kategorisasi Belief in Just World
Kategorisasi skor belief in just world dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 10. Kategorisasi Skor Belief in Just World
Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase(%)
Belief in
Just World
X <24,99 Rendah 27 45
X ≥ 25,00 Tinggi 33 55
[image:46.595.112.512.652.754.2]b. Kategorisasi Perilaku Menolong
[image:47.595.110.517.202.307.2]Kategorisasi skor perilaku menolong dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 11. Kategorisasi Skor Perilaku Menolong
D. Pembahasan
Di dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang hubungan belief in just
world dengan perilaku menolong. Secara spesifik, kami memeriksa kaitan antara
tingkat belief in just world yang dimiliki oleh individu dengan perilakunya
memberikan sumbangan kepada pengemis jalanan. Sesuai dengan hipotesis yang
diajukan, semakin tinggi belief in just world yang dimiliki oleh individu, maka
akan semakin tinggi keinginan individu untuk berperilaku menolong.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa ada hubungan antara belief in
just world dengan perilaku menolong pengemis. Belief in just world yang dimiliki
oleh individu akan mendorongnya untuk berperilaku menolong karena membantu
seseorang yang membutuhkan merupakan hal yang benar untuk dilakukan dan
orang yang membantu benar-benar akan mendapatkan keuntungan dari perbuatan
baiknya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Baron & Byrne (2000),
belief in just world merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang untuk
menolong.
Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase(%)
Perilaku
menolong
X < 24,99 Jarang 28 46,67
X ≥ 25,00 Sering 32 53,33
Tetapi hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian
sebelumnya. Zick Rubin dari Harvard University dan Letitia Anne Peplau dari
UCLA (1975), pada penelitiannya menemukan bahwa orang yang memiliki belief
in just world yang tinggi cenderung lebih religius, cenderung lebih otoriter dalam
kehidupan sehari-hari, memiliki pemikiran yang konservatif, cenderung masih
mendukung nilai-nilai tradisional, mengagumi tokoh-tokoh pemimpin politik
danlembaga sosial, memiliki sikap negatif terhadap orang yang kurang mampu,
khususnya para pengemis dan untuk tingkat yang lebih rendah cenderung kurang
merasa untuk ikut serta dalam perubahan masyarakat. Bertolak belakang dengan
penelitian tersebut, penelitian ini justru menunjukkan bahwa individu yang
memiliki belief in just world yang tinggi dapat meningkatkan perilaku menolong
pengemis. Sesuai dengan hasil dari penelitian ini secara umum, partisipan dalam
penelitian ini memiliki tingkat belief in just world yang tinggi terhadap perilaku
menolong pengemis (M= 25,28; SD= 3,237).
Terjadinya perbedaan antara hasil penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya karena penelitian ini dilakukan pada tempat yang berbeda dan budaya
yang berbeda. Dimana penelitian terdahulu dilakukan pada orang-orang barat
sementara kita di Indonesia merupakan negara pada budaya kolektif yang
memiliki interaksi sosial kepada orang lain yang tinggi. Ini terbukti dari hasil
penelitian yang dilakukan (Hofstede, 1994) bahwa masyarakat Indonesia memiliki
tingkat kolektivisme yang tinggi dibandingkan negara lainnya. Indonesia yang
biasa disebut bangsa timur juga dikenal memiliki sifat yang ramah, saling
lingkungan sekitar sedangkan orang-orang bangsa barat cenderung lebih bersifat
individualism ataupun independent (Matsumoto, 2008). Individualism merupakan
hubungan antara seseorang yang tidak saling bergantung satu sama lain hanya
mengharapkan mampu menjaga diri sendiri dan keluarga dekat saja (Hofstede,
1994). Sehingga inilah salah-satu faktor pendukung yang menjadikan hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Selain itu dalam setiap ajaran agama dimana kita harus saling tolong
menolong, saling mengasihi (Salmadanis, 2012), Salah satunya dalam agama
islam memandang bahwa perilaku menolong merupakan fitrah manusia yang
dibawah sejak lahir. Seperti yang tertulis dalam Firman Allah Swt Surah Al-
Maidah ayat 2 yang artinya „ ...Dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan ketakwaan dan janganlah tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran”
dan disebutkan juga pada (QS 55 Ar- Rahmaan : 60) “ …Dan setiap kebaikan yang kita lakukan akan dibalas dengan kebaikan pula”. Artinya apa yang seorang
individu perbuat akan mendapatkan konsekuensinya dikemudian hari. Sesuai
dalam belief in just world terdapat asumsi bahwa seseorang akan memperoleh apa
yang sepatutnya ia peroleh, reward dan punishment akan diperoleh secara adil
sesuai dengan perilaku, sifat dan karakter individu (Lerner, 1980). Keadaan inilah
yang menyebabkan terjadinya hubungan positif antara belief in just world dengan
perilaku menolong pengemis karena orang berpikir jika mereka berbuat baik maka
akan mendatangkan kebaikan juga dkemudian hari.
Pada penelitian ini, ada beberapa yang menjadi kekurangan dimana
faktor psikologis yang membuat seorang individu memberikan sumbangan kepada
pengemis ini hanya fokus kepada para pengemis, peneliti lebih lanjut disarankan
bisa melihat bagaimana dengan perilaku menolong ini pada siapa saja, misalnya
para relawan-relawan ataupun orang-orang yang suka menolong orang lain,
pentingnya belief in just world ini nantinya dapat menjadi kekuatan kapan orang
berpikir untuk kebaikan dirinya dan kapan orang berpikir apa yang ia dapatkan
merupakan konsekuensi dari perlakuannya.
Hal lain yang menjadi kekurangan pada penelitian ini, hanya meneliti pada
mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara saja, akan lebih baik
untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel seperti masyarakat
umum ataupun pada masyarakat asing yang tinggal di kota medan, sehingga dapat
dilihat apakah ada perbedaan kondisi yang dialami, agar hasil penelitian dapat
digunakan untuk generalisasi yang lebih luas. Selain itu, penelitian lebih lanjut
kiranya juga dapat melakukan penelitian dengan metode penelitian yang lain
misalnya; eksperimen dan lain-lainnya, agar dapat mengembangkan pengetahuan
yang didapat dan dapat memperkaya hasil penelitian.
Adapun implikasi praktis dari penelitian ini yang dapat diusulkan kepada
stakeholders dalam menanggulangi masalah pengemis yaitu merubah pola
berpikir para individu dengan cara menjadikan belief in just world kekuatan
positif tanpa mengurangi perilaku menolongnya, karena dengan belief in just
world orang dapat berpikir apa yang ia lakukan akan mendapatkan konsenkuensi
dikemudian hari.Sehingga dengan begitu orang-orang dapat berpikir terlebih
untuk ditolong dan dapat berpikir bagaimana menolong seseorang dengan cara
Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Hipotesa diterima yang berarti adanya korelasi positif antara belief in
just world dengan perilaku menolong. Semakin tinggi belief in just
world yang dimiliki individu, semakin sering perilaku menolong
pengemis yang dilakukan oleh individu tersebut.
2. Secara umum, para partisipan memiliki tingkat belief in just world yang
“tinggi” terhadap perilaku menolong pengemis (M= 25,28; SD= 3,237). Tingkat belief in just world yang tinggi artinya dimana individu yang
memiliki belief in just world yang tinggi lebih cenderung bersedia untuk
memberikan pertolongan kepada para pengemis.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran agar
penelitian ini dapat berguna bagi studi lanjutan mengenai belief in just world dan
perilaku menolong pengemis. Beberapa saran antara lain :
1. Saran Metodologis
a. Penelitian lebih lanjut perlu juga mempertimbangkan budaya dari
populasi penelitian, termasuk dari negara lain yang tinggal di
b. Bagi calon peneliti yang tertarik melakukan penelitian lebih lanjut,
disarankan untuk menggunakan metode wawancara dan observasi,
agar dapat memperkaya hasil penelitian.
2. Saran Praktis
a. Sebaiknya individu lebih terorganisir melalui insistusi dalam
memberikan sumbangan kepada orang yang benar-benar
membutuhkan dan memberikan kepada orang yang tepat, agar
individu tetap membantu seseorang tetapi tidak dengan cara yang
melanggar hukum peraturan pemerintah.
b. Untuk membantu stakeholder (Dinas sosial) dalam menanggulangi
masalah pengemis, sebaiknya dapat merubah pola berpikir individu
dengan cara menjadikan belief in just world kekuatan positif karena
dengan belief in just world seorang individu dapat berpikir apa
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas . Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Azwar, S. (2007). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar .
Baron, R. A., & Branscombe, N. R. (2012). Social Psychology (13th edition ed.). America: Pearson Education, Inc.
Baron, R. A., & Byrne, D. (2000). Social psychology (9th ed.). Boston: Allyn & Bacon.
Baron, R. A., Byrne, D., & Branscombe, N. (2006). Social Psychology (11th ed.). Boston: Allyn & Bacon.
Dalbert, C., Lipkus, I. M., Sallay, H., & Goch, I. (2001). A Just and Unjust World Structure and Validity of Different World Beliefs Personality and Individual differences.
Dinsosnaker. (2013). Dinas Sosial Medan Tertibkan Gelandangan Dan Pengemis.
Medan: Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Pemerintah Kota Medan.
Field, A. (2009). Discovering Statistic Using SPSS (3th edition ed.). London: Sage Publication Ltd.
Garliah, L., Irmawati, Widiyanta, A., & dkk. (2008). Pedoman Penulisan Skripsi (edisi revisi). Medan.
Hadi, S. (2000). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Hofstede, G. (1994). Cultures and Organizations : software of the mind. London: Harper-Collins.
Hogg, A., & Vaughan, G. (2002). Social Psychology (3rd ed.). London: Prentice Hall.
KBBI. (2012-2014). Emis. Retrieved Agustus 20, 2014, from Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): http://kbbi.web.id/emis.
Kristanti, E. Y. (2013, November 28). Para Pengemis `Tajir`: Flat Mewah, Duit Berlimpah, Ganteng. Retrieved Agustus 20, 2014, from Liputan 6: http://news.liputan6.com/read/758703/para-pengemis-tajir-flat-mewah-duit-berlimpah-ganteng
Leary, M. R., & Hoyle, R. H. (2009). Handbook of Individua Differences in Social Behavior. New York: Guilford Publications.
Lerner, M. J. (1980). The Belief in a Just World a fundamental Delusion (1st edition ed.). New York: Plenum Press.
Matsumoto, D., & Juang, L. (2008). Culture and Psychology (4th ed.). United State America: Thomson Wadsworth.
Montada, L., & Lerner, M. J. (1998). Responses to Victimizations and Belief in a Just World. New York: Plenum Press.
PP Nomor 31 Tahun 1980. (2012, Mei 29). Retrieved Agustus 20, 2014, from Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Pengadilan Negeri Jepara:
http://jdih.pn-jepara.go.id/index.php?option=com_remository&Itemid=9&func=startdo wn&id=165
Peraturan menteri sosial republic Indonesia nomor 08 tahun 2012 Tentang pedoman pendataan dan pengelolaan data penyandang masalah kesejahteraan sosial dan potensi dan sumber kesejahteraan sosial, (Berita negara republic Indonesia tahun 2012 nomor 567).
Rubin, Z., & Peplau, L. A. (1975). Who Believes in a Just World. Journal Social Issues, Volume 31, 65-89.
Safitri, K. (2009, september 09). Pengemis makin meresahkan di Medan.
Retrieved Agustus 20, 2014, from Waspada Online: http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id =51156&Itemid=66.
Salmadanis. (2012, Juli 27). Ramadan Membangun Akhlak Mulia Manusia.
Retrieved Maret 17, 2015, from Harian Haluan: http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=artic
le&id=16907;ramadan-membangun-akhlak-mulia-manusia&catid=11:opini&itemid=83
Solahuddin. (2007). KUHP dan KUHAP. Jakarta : Visimedia.
Suadi. (2014, Mei 13). Memberdayakan Gepeng dan Anak Jalanan. Retrieved
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2014/05/13/95168/memberd ayakan-gepeng-dan-anak-jalanan/#.VMh1do5x_do
Sugiono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryabrata, S. (2010). Metodologi Penelitian . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2 20 Tahun Laki-laki
3 20 Tahun Perempuan
4 22 Tahun Perempuan
5 22 Tahun Perempuan
6 22 Tahun Perempuan
7 23 Tahun Perempuan
8 22 Tahun Perempuan
9 20 Tahun Perempuan
10 21 Tahun Perempuan
11 21 Tahun Perempuan
12 19 Tahun Perempuan
13 19 Tahun Perempuan
14 21 Tahun Perempuan
15 20 Tahun Perempuan
16 20 Tahun Perempuan
17 21 Tahun Perempuan
18 21 Tahun Perempuan
19 21 Tahun Perempuan
20 21 Tahun Perempuan
21 23 Tahun Perempuan
22 20 Tahun Perempuan
23 20 Tahun Perempuan
28 20 Tahun Perempuan
29 20 Tahun Perempuan
30 20 Tahun Perempuan
31 19 Tahun Perempuan
32 20 Tahun Perempuan
33 20 Tahun Perempuan
34 20 Tahun Perempuan
35 20 Tahun Laki-laki
36 23 Tahun Laki-laki
37 20 Tahun Laki-laki
38 21 Tahun Laki-laki
39 20 Tahun Laki-laki
40 20 Tahun Laki-laki
41 20 Tahun Laki-laki
42 20 Tahun Laki-laki
43 20 Tahun Laki-laki
44 21 Tahun Laki-laki
45 19 Tahun Perempuan
46 19 Tahun Perempuan
47 18 Tahun Perempuan
48 18 Tahun Perempuan
49 19 Tahun Perempuan
54 19 Tahun Perempuan
55 19 Tahun Perempuan
56 19 Tahun Perempuan
57 19 Tahun Perempuan
58 21 Tahun Laki-laki
59 20 Tahun Laki-laki