• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kelekatan pada ayah dengan konsep diri remaja laki-laki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara kelekatan pada ayah dengan konsep diri remaja laki-laki"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN PADA AYAH DENGAN KONSEP DIRI REMAJA LAKI-LAKI HALAMAN JUDUL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi. Rizky Dian Wulandari 129114161. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING. HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN PADA AYAH DENGAN KONSEP DIRI REMAJA LAKI-LAKI. Disusun Oleh : Rizky Dian Wulandari 129114161. Telah disetujui oleh :. Dosen Pembimbing,. Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si. Tanggal,. ii.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PENGESAHAN HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN PADA AYAH DENGAN KONSEP DIRI REMAJA LAKI-LAKI Dipersiapkan dan ditulis oleh : Rizky Dian Wulandari NIM : 129114161. Telah dipertanggungjawabkan di depan panitia penguji pada tanggal dan dinyatakan telah memenuhi syarat. Susunan Panitia Penguji :. Nama Penguji. Tanda Tangan. 1. Penguji 1: Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si. ………………………. 2. Penguji 2 : Dr. Aquilina Tanti Arini. ……..……………….. 3. Penguji 3 : Monica E. Madyaningrum, M. Psych., Ph.D ..…………………….. Yogyakarta, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Dekan,. Dr. Titik Kristiyani, M.Psi., Psi. iii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN MOTTO. “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” _ Filipi 4: 6 “All blame is a waste of time. No matter how much fault you find with another, and regardless of how much you blame him, it will not change you” _ Wayne Dyer “Sebab aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari yang penuh harapan” _ Yeremia 29:11 “Ia yang mengerjakan lebih dari apa yang dibayar pada suatu saat akan dibayar lebih dari apa yang ia kerjakan” _ Napoleon Hill “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri, Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu”_ Amsal 3:5-6 “YOU CAN DO IT IF YOU THINK YOU CAN” “NEVER GIVE UP” “EVERYTHING WILL BE AMAZING IN HIS TIME”. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. Puji dan syukur ku haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkat , pengaharapan, kesehatan, kesabaran dan tempat berkeluh kesah ketik tak ada satu orang pun yang memahami kondisi selama mengerjakan tugas akhir hingga aku dapat menyelesaikannya. Skripsi ini juga ku persembahkan kepada kedua orang tua yang tak henti memberikan dukungan dan semangat untukku supaya aku dapat menyelesaikan skripsi, yaitu bapak tercinta “Endy Purwanto” dan ibu “Christiani Erlien Sukarelawati”, I love you Teruntuk saudara dan saudari tercinta “Ninditya Dyah Pitaloka, Robertus Sunandar, Nugroho Cahyo wicaksono, Eka Hardiana, Iman Bagas Prakoso, Anggit Henggar Jati, Bangkit Waluyo Jati, Rizky Rumboko Sayekti” dan tidak lupa simbah “Sutrisminah” yang selalu menanyakan kapan aku wisuda. Tidak lupa juga untuk sahabat ku di kost Luna “Tere, Agnes, Agatha, Nita” juga untuk sabhabat-sahabatku seperjuangan juga untuk teman-teman persekutuan dewasa muda dan tim konseling GKI Gejayan yang tak dapat ku sebutkan satu per satu, Terima Kasih untuk segala dukungan dan bimbingannya. I love you all.. v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. Saya menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagimana layaknya karya ilmiah.. Yogyakarta, Peneliti,. Rizky Dian Wulandari. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN PADA AYAH DENGAN KONSEP DIRI REMAJA LAKI-LAKI Rizky Dian Wulandari ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kelekatan pada ayah dengan konsep diri remaja. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif parametrik. Responden dalam penelitian ini berjumlah 112 siswa yang duduk dibangku kelas XI dan masih memiliki keluarga yang utuh. Penelitian menghasilkan dua kesimpulan, yaitu terdapat hubungan yang positif antara kelekatan pada ayah dengan konsep diri (r = 147.13; p < 0.05), selain itu terdapat pula hubungan yang positif antara aspek kepercayaan (r = 470; p < 0.05) dan komunikasi (r = 481; p < 0.05) dengan konsep diri, dan hubungan negatif yang sedang aspek alienasi (r = -511; p < 0.05) dengan konsep diri.. Kata kunci : kelekatan, konsep diri, remaja. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Correlation Between Attachment With Father And Self-Concept Of Male Adolescences Rizky Dian Wulandari ABSTRACT. This research aimed to know the correlation between attachment with father and self-concept of adolescents. The method of the research in parametric quantitative method. Responding to this research, 112 students in XI grade and still had an intact family. The study produced two conclusions, there is a positive relationship between father and self concept (r = 147.13; p <0.05), in addition there is also positive relationship between aspects of trust (r = 470; p <0.05) and communication (r = 481 ; p <0.05) with the self-concept and has a negative relationship with alienation aspect that is quite high (r = -511; p <0.05). Keyword : Attachment, Self-concept, Adolescent. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH. Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama. : Rizky Dian Wulandari. Nomor Mahasiswa. : 129114161. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :. “Hubungan antara Kelekatan pada Ayah dengan Konsep Diri Remaja Laki-laki”. beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepeda Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan loyalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.. Dibuat di. : Yogyakarta. Pada Tanggal. :. Yang menyatakan. Rizky Dian Wulandari. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, penyertaan dan pengharapan yang berlimpah menjadi kekuatan dalam proses menyelesaikan skripsi. Tuhan yang selalu mengerti segala persoalan yang saya hadapi dan menjadi penghibur ketika saya ingin menyerah. Pada akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Kehadiran keluarga memberikan kekuatan dan motivasi yang tiada henti, terimakasih untuk bapak dan ibu yang selalu memberikan dukungan pada saya untuk segera menyelesaikan studi ini. Terimakasih juga untuk saudara-saudariku yang selalu menjadi tempat bagi saya untuk berkeluh kesah dan meluapkan rasa segala perasaan yang sempat menghampiri dan mengganggu selama mengerjakan skripsi ini. I love you so much guys! Terimakasih juga kepada seluruh jajaran dekanat, Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi., Psi., selaku dekan Fakultas Psikologi, ibu Monica E. Madyaningrum, M.App., Ph.D., selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi. Terimakasih kepada dosen pembimbing akademik saya selama ini yang telah membimbing dan selalu mengingatkan saya juga memberikan saya saran atas permasalahanpermasalahan selama saya belajar di Fakultas Psikologi. Terima kasih banyak untuk ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si., yang telah dengan sabar membimbing saya dalam mengerjakan skripsi ini mulai dari membuat latar belakang, menentukan teori dan membuat skala hingga skripsi ini dapat selesai. Terima kasih untuk setiap nasihat, saran yang diberikan ketika saya mengalami kebuntuan dan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Rasa terima kasih juga saya ucapkan kepada sahabat-sahabat saya, Tere, Agnes. Agatha, Nita juga Dinda yang selalu memberikan dukungannya dan selalu memberikan motivasi dan menguatkan saya dikala saya mulai merasa jenuh dan penat. Serta menjadi tempat bagi saya untuk mencurahkan segala persoalanpersoalan yang saya alami dalam menyelasikan skripsi maupun sebagai tempat curhat permasalahan pribadi. Tidak lupa juga untuk teman-teman seperjuangan angkatan 2012, terimakasih telah berdinamika selama ini bersama-sama. Banyak suka duka telah kita lewati bersama dan saya yakin bahwa kita mampu melewati semua yang telah kita mulai hingga selesai, tetap semangat dan yakin bahwa kita bisa. Terima kasih juga untuk teman-teman dewasa muda dan tim konseling GKI Gejayan yang selalu memberikan penghiburan di saat perasaan jenuh dan penat mulai menghampiri, terkhusus untuk kak Yeni, ka Fedro, ka Djunot, Yensi, kaka Bass, Echa, ka Nay, mas Dani yang selalu mengingatkan dan menceriakan kembali perasan saya untuk tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, saya berharap penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang membaca meskipun masih ada keterbatasan. Maka dari itu, dengan kerendahan hati saya meminta kritik dan saran yang dapat membangun untuk pengembangan ilmu selanjutnya. Terima kasih. Yogyakarta, Peneliti,. Rizky Dian Wulandari xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............................. ix KATA PENGANTAR ............................................................................................ x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv DAFTAR GAMBAR DAN SKEMA .................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 10 C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 11 D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 11 1. Manfaat Teoritik ............................................................................. 11 2. Manfaat Praktis ............................................................................... 11 BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 12 A. Konsep Diri ......................................................................................... 12 1. Definisi konsep diri ........................................................................ 12 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri .............................. 13 3. Dimensi Konsep Diri ...................................................................... 14 4. Jenis-jenis Konsep Diri ................................................................... 16 5. Peran Penting Konsep Diri ............................................................. 19 xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. B. Kelekatan (Attachment) ....................................................................... 20 1. Definisi Kelekatan .......................................................................... 20 2. Kelekatan di Masa Remaja ............................................................. 21 3. Kelekatan pada Ayah ...................................................................... 22 4. Jenis Kelekatan ............................................................................... 24 5. Pengukuran Kelekatan .................................................................... 26 C. Remaja................................................................................................. 28 1. Definisi Remaja .............................................................................. 28 2. Tugas Perkembangan Remaja ........................................................ 29 D. Dinamika Hubungan antara Kelekatan pada ayah dengan Konsep Diri pada remaja laki-laki ................................................................................. 30 E. Skema Hubungan Antara Kelekatan pada Ayah dengan Konsep Diri 36 F. Hipotesis.............................................................................................. 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 37 A. Jenis Penelitian .................................................................................... 37 B. Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................... 37 C. Definisi Operasional............................................................................ 37 1. Kelekatan pada Ayah ...................................................................... 37 2. Konsep Diri..................................................................................... 38 D. Subjek Penelitian................................................................................. 39 E. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 40 F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ................................................... 43 1. Validitas .......................................................................................... 43 2. Reliabilitas ...................................................................................... 44 3. Analisis isi dan Seleksi Aitem ........................................................ 44 xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. G. Metode Analisis Data .......................................................................... 48 1. Uji Asumsi ...................................................................................... 48 2. Uji Hipotesis ................................................................................... 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 51 A. Persiapan Penelitian ............................................................................ 51 B. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 51 C. Deskripsi Subjek Penelitian ................................................................ 52 D. Deskripsi Data Penelitian .................................................................... 54 E. Hasil Penelitian ................................................................................... 56 1. Uji Asumsi ...................................................................................... 56 2. Uji Hipotesis ................................................................................... 60 F. Analisis Tambahan .............................................................................. 61 G. Pembahasan ......................................................................................... 62 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 66 A. Kesimpulan ......................................................................................... 66 B. Saran .................................................................................................... 66 C. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 67 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL Tabel 1. Blueprint Skala Kelekatan pada Ayah ................................................... 42 Tabel 2. Blueprint Skala Konsep Diri .................................................................. 42 Tabel 3. Sebaran Aitem Skala Kelekatan pada Ayah Setelah Seleksi Aitem ..... 46 Tabel 4. Sebaran Aitem Skala Konsep Diri Setelah Seleksi Aitem .................... 47 Tabel 5. Kriteria Kekuatan Korelasi .................................................................... 50 Tabel 6. Deskripsi Rentang Usia Subjek.............................................................. 52 Tabel 7. Deskripsi Pekerjaan Ayah ...................................................................... 53 Tabel 8. Deskripsi Lokasi Ayah Bekerja ............................................................. 54 Tabel 9. Deskripsi Data Penelitian ....................................................................... 54 Tabel 10. Deskripsi One-Sample t-Test Skala Kelekatan pada Ayah .................. 55 Tabel 11. Deskripsi One-Sample t-Test Skala Konsep Diri ................................. 56 Tabel 12. Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 57 Tabel 13. Hasil Uji Linearitas .............................................................................. 59 Tabel 14. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................... 60 Tabel 15. Hasil Uji Korelasi Aspek-Aspek Kelekatan dengan Konsep Diri ....... 61. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR DAN SKEMA Skema 1 ………………………………….….………………..…………………36 Gambar 1 ……………………………….….…………………..………………..58 Gambar 2 ………………………………….….………………..………………..58. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 ………………………………….….………………..………… 73 Lampiran 2 ………………………………….….………………..………… 83 Lampiran 3 ………………………………….….………………..………… 90. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Masa remaja juga sering disebut sebagai masa periode kritis. Pada tahap ini remaja bukan lagi seorang anak-anak dan juga bukan seorang dewasa (Hurlock, 1990). Menurut Erickson (dalam Santrock, 2007) remaja berada pada tahap perkembangan indentity vs indentity confusion. Pada tahap ini remaja mengembangkan pemahaman diri sesuai identitas dirinya, seperti peran yang akan ditunjukkan dalam lingkungan sosialnya. Dalam perkembangan selama masa remaja, prestasi sekolah, gaya hidup remaja, dan perilaku menyimpang remaja menjadi pedoman utama terhadap penilaian orang tua terhadap remaja. Remaja kerap kali mendapatkan cemoohan, ejekan, dan kemarahan dari orang tua (Susana, dkk, 2006). Meningkatnya tuntutan yang terkadang membingungkan dan adanya perubahan fisik atau bentuk tubuh, serta perubahan kognitif sering menimbulkan benturan dan menjadi pemicu masalah dalam kehidupan sosial seorang remaja. Hal itu dapat mempengaruhi pandangan remaja terhadap dirinya secara negatif. Berdasarkan pengamatan dan wawancara pada hari kamis, 28 Agustus 2017 di SMA N 1 Purwodadi. Hasil dari pengamatan dan wawancara menunjukkan bahwa siswa di SMAN 1 Purwodadi cenderung 1.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. mengembangkan konsep diri yang negatif. Hal itu dapat dilihat dari bagaimana siswa menjelaskan gambaran dirinya, harapan dan kepercayaan diri yang rendah, serta rendahnya motivasi berprestasi pada bidang akademik maupun non akademik. Disisi lain, berdasarkan hasil yang diperoleh peneliti terkait hubungan siswa dengan orang tua dari guru bimbingan konseling (BK) menunjukkan bahwa siswa di SMA N 1 Purwodadi memiliki hubungan yang kurang lekat dengan orang tua. Hal itu dapat dilihat dari bagaimana cara siswa dalam memandang perhatian dan dukungan yang diberikan oleh orang tua dinilai kurang. Siswa merasa perhatian dan dukungan yang diberikan hanya memenuhi kebutuhan dalam kegiatan belajar di sekolah, sehingga mereka memiliki hubungan yang tidak lekat dengan orang tua. Akibatnya dalam pergaulan siswa cenderung mengelompokkan diri dan melakukan perilaku menyimpang di dalam maupun di luar sekolah. Pembentukan konsep terhadap diri yang negatif disebabkan oleh penilaian remaja terhadap diri yang tidak akurat, dan harapan-harapan yang dibentuk tidak masuk akal (Amin & Uliyah, 2014). Dalam penelitian Harter (1983) menunjukkan bahwa konsep diri negatif mempengaruhi kesehatan mental yang rendah, prestasi belajar yang menurun dan kenakalan (dalam Marshall, 1989). Keberhasilan dan kegagalan remaja dalam menghadapi tekanan dan tantangan atas perubahan-perubahan yang dialami oleh remaja dipengaruhi oleh bagaimana remaja mengevaluasi diri dan harapan remaja terhadap masa depan, serta dukungan orang dalam.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. mendampingi perkembangan remaja. Selain itu, pemahaman dan pengertian terhadap diri akan membantu remaja dalam membentuk pola kepribadian. Perkembangan kepribadian pada masa remaja memiliki arti yang khusus. Menurut Erickson (dalam Ardiyanti, 2017), dinamika selama masa perkembangan remaja dan perkembangan kepribadian berhubungan erat dengan kompetensi yang dimiliki individu pada masa dewasa. Konsep diri memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang. Konsep diri tidak hanya mempengaruhi perilaku, tetapi juga kesehatan mental, inteligensi, dan keberhasilan belajar (Elkins, 1979). Dalam hal ini, konsep diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam keberhasilan remaja untuk menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Menurut Markus (dalam Sarwono & Meinarno, 2009) konsep diri merupakan hal yang penting, sebab konsep diri mempengaruhi perilaku seseorang dalam menghadapi lingkungan dan pengalaman sosialnya. Pemahaman remaja terhadap diri sendiri akan membantu dalam membangun konsep dirinya. Pemahaman individu terhadap diri dipengaruhi oleh bagaimana cara berpikir individu terhadap diri dan dunia diluar dirinya. Dalam perkembangan kepribadian, konsep diri merupakan gambaran tentang diri yang terbentuk melalui pengalaman, interaksi dengan lingkungannya dan tidak dibawa sejak lahir (Agustiani, 2006). Dalam Berk (2012) dijelaskan bahwa konsep diri terbentuk sejak masa.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. kanak-kanak. Konsep diri dalam proses perkembangannya sangat mempengaruhi proses perkembangan emosi pada remaja. Atwater (dalam Desmita, 2008) menyebutkan bahwa konsep diri merupakan keseluruhan dari gambaran diri seseorang yang meliputi persepsi diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang digunakan seseorang. Konsep diri siswa sekolah menurut Roger (dalam Amin & Uliyah, 2014) adalah individu yang mampu dalam memahami diri dan kemampuannya dalam mengatasi masalah yang dihadapi, juga mampu untuk mengatur hidupnya, serta mampu. dalam. mengatasi. permasalahan. yang. sedang. dihadapi.. Terbentuknya konsep diri dianalogikan sebagai cermin oleh Cooley (dalam Desmita, 2008) sebagai sarana bagi seseorang untuk melihat dirinya, melalui penilaian atau evaluasi orang lain terhadap dirinya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Walsh (dalam Hosnan, 2016) mengungkapkan bahwa anak pada masa puber cenderung mengembangkan konsep diri yang negatif. Hal ini dikarenakan pada masa puber anak cenderung mengembangkan konsep diri yang tidak realistis terhadap harapan di masa dewasa. Remaja yang memiliki konsep diri negatif cenderung menggunakan standar dalam kelompok sebagai dasar pembentukan konsep terhadap diri. Penelitian Coopersmith (2000), mengatakan bahwa remaja yang memiliki konsep diri yang positif akan cenderung melakukan hal positif yang diharapkan masyarakat, sedangkan konsep diri yang negatif akan membuat remaja cenderung melanggar peraturan dan norma-norma masyarakat. Menurut Hartinah (2008), konsep.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. diri yang positif akan mempengaruhi kemampuan individu dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya dengan baik sebaliknya konsep diri yang negatif cenderung menghambat dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya. Salah satu faktor penting yang mendukung keberhasilan remaja dalam. membentuk. konsep. diri. yang. positif. adalah. keluarga.. Bronfenbrenner (dalam Santrock, 2002; Astuti & Puspitarani. 2013) menyatakan bahwa sebagai unit sosial terkecil, tugas utama keluarga adalah memenuhi kebutuhan jasmani, rohani dan sosial anggota keluarganya baik perawatan, pemeliharaan, bimbingan, perkembangan kepribadian dan pemenuhan sisi emosional serta spiritual bagi anggotanya. Menurut Agustiani (2006), keluarga sebagai tempat pembentukan kelekatan mempunyai peran yang besar dalam proses pembentukan dan pengembangan konsep diri seseorang. Santrock (2005), mengungkapkan bahwa, akhir-akhir ini banyak ahli perkembangan yang melakukan penelitian terkait peran “secure attachment” dengan orang tua terhadap perkembangan psikologis remaja yang dapat membantu remaja dalam berinteraksi di lingkungan sosial dan memperoleh kesejahteraan sosial yang tercermin dalam harga diri, penyesuaian emosional dan kesehatan fisik yang baik. Kelekatan sebagai representasi mental diri dalam hubungannya dengan orang lain memiliki keterkaitan dengan konsep diri anak (Doyle, Markiewicz, Brendgen, Lieberman, and Voss, 2000). Helmi (1999) dalam jurnalnya mengatakan.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. bahwa dalam pembentukan kelekatan, apabila figur lekat atau pengganti selalu dapat memberikan respon positif, maka akan membentuk keyakinan atau model mental diri yang mampu memandang diri secara positif, merasa sebagai orang yang dapat dipercaya, penuh perhatian dan dihargai, sehingga anak akan memiliki konsep diri yang positif. Menurut Santrock (2007) sikap orang tua merupakan unsur yang penting dalam membantu anak untuk mengenali diri melalui pandangan orang tua terhadap penampilan, kemampuan dan prestasi. Santrock, (2003) mengatakan bahwa kelekatan pada masa remaja mengacu pada perspektif keintiman dalam teori kelekatan selama masa kanak-kanak. Remaja yang mampu mempertahankan kelekatan dengan orang tua dalam mencapai kebebasan, akan membentuk keberhasilan dalam memiliki hubungan intim dan meningkatkan harga diri di masa selanjutnya. Steinberg (2002) mendefinisikan kelekatan sebagai suatu ikatan emosional yang kuat dan bertahan lama. Menurut Ainsworth (dalam Helmi, 1999), kelekatan adalah suatu hubungan yang terjalin antara seseorang dengan figur lekat dan terjadi secara terus-menerus secara afeksional. Menurut Santrock, (2003) kelekatan aman yang dimiliki oleh remaja dengan orang tua dapat mengurangi dampak kecemasan dan ketegangan emosi selama masa transisi anak menuju masa remaja. Menurut Armsden dan Greenberg (1987) memasuki usia remaja, kelekatan yang terbentuk antara remaja dengan orang tua tidak lagi berupa kelekatan secara fisik seperti pada masa bayi. Pada masa remaja kelekatan.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. yang terbentuk berupa ikatan secara emosional. Bell (dalam Santrock, 2003) mengatakan, kelekatan remaja kepada orang tua berfungsi adaptif dalam menyediakan dasar rasa aman bagi remaja dalam mengeksplorasi dan mengendalikan lingkungan sosial yang baru dan semakin luas. Shehata. &. Ramadan. (dalam. Krisnatuti. &. Putri,. 2012). mengungkapkan bahwa interaksi antara orang tua dengan remaja, muncul beberapa variabel seperti waktu, kualitas komunikasi, kualitas interaksi dan hubungan, kasih sayang, serta jenis kelamin remaja yang mempengaruhi kualitas hubungan secara keseluruhan antara orang tua dan anak remajanya. Menurut Fisher (dalam Santrock, 2003) kelekatan yang aman juga membantu remaja dalam hubungan dengan teman sebaya yang cakap, positif, dan dekat diluar keluarga. Sebaliknya, remaja yang memiliki kelekatan yang ambigu dengan orang tuanya cenderung menunjukkan sikap cemburu, mudah berkonflik, ketergantungan, dan kepuasan yang kurang dalam berhubungan dengan teman. Perasaan aman dalam suatu hubungan berkembang melalui cara dan sikap orang tua dalam menanggapi terutama ketika anak berada dalam kesusahan. Bowlby (dalam Cassidy & Shaver, 2016) mengemukakan bahwa kelekatan yang aman mempengaruhi cara pandangan dan harga diri seorang anak. Adanya komunikasi yang terbuka dan fleksibel antara anak dan orang tua secara emosional akan menghasilkan keseimbangan emosi yang positif dan emosi yang negatif. Armsden dan Greenberg (1987), keseimbangan emosi yang terjalin memunculkan kepercayaan antara anak dan orang tua..

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. Kepercayaan adalah suatu perasaan aman dan keyakinan bahwa orang lain akan memenuhi kebutuhan tertentu, karena terlihat bahwa anak membangun kepercayaan dalam hubungan dengan mengetahui bahwa orang lain secara konsisten ada untuk mereka. Dengan kata lain, representasi kemampuan untuk mempercayai figur lekat ada karena situasi masa lalu yang positif terkait. dengan. kepercayaan.. Keterasingan. berkaitan. erat. dengan. penghindaran dan penolakan. Bila seseorang merasa bahwa sosok figure lekat tidak hadir akan menimbulkan perasaan keterasingan, maka kelekatan akan menjadi kurang aman. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kelekatan aman memiliki kontribusi yang besar dalam konsep diri (Helmi, 1999). Keberhasilan orang tua dalam pemenuhan tugas sebagai seorang ayah dan ibu dalam pembentukan konsep diri anak akan membentuk remaja yang sadar terhadap nilai dan norma, sehingga remaja dapat mengendalikan dirinya untuk tidak melakukan tindakan kriminal (Muniriyanto & Suharnan, 2014). Bringle & Bagby (dalam Doyle, Markiewicz, Brendgen, Lieberman, dan Voss, 2000) menjelaskan ada beberapa bukti bahwa pada remaja, konsep diri dikaitkan dengan kelekatan tidak aman dan terpreokupasi memiliki dampak terhadap konsep diri secara sosial dan akademis yang lebih rendah. Hasil penelitian Bartholomew dan Horwitz (1991) menunjukkan bahwa kelekatan yang aman dan kelekatan yang menolak memiliki korelasi positif terhadap pembentukan konsep diri..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. Selama masa bayi, remaja laki-laki yang mendapatkan kelekatan dari ayahnya akan memiliki perasaan nyaman dan dicintai hingga ia dewasa (Sulliver, 1999). Gottman dan DeClaire (dalam Krisnatuti & Putri, 2012) menemukan bahwa Ayah memberikan pengaruh yang positif dalam kehidupan remaja laki-laki dalam hubungannya dengan teman sebaya dan prestasi di sekolah, serta membantu remaja dalam mengembangkan pengendalian dan penyesuaian diri dalam lingkungan sosialnya. Ayah memiliki pengaruh yang berbeda dengan ibu dalam interaksi remaja dengan teman sebaya dan dalam meraih prestasi. Menurut Gunarsa (2003), peranan ayah dalam hal pendidikan di keluarga sangatlah penting, terutama bagi anak laki-laki yang mengharapkan ayah dapat menjadi teladan bagi perannya di masa mendatang. Sebuah studi longitudinal yang dilakukan mengenai remaja Larson dkk (dalam Santrock, 2007) menemukan bahwa ayah hanya meluangkan sebagian kecil waktunya bersama remaja. Penelitian Krisnatuti dan Putri (2012) mengungkapkan bahwa ayah cenderung menghabiskan waktu lebih sedikit dengan anak laki-laki dari pada anak perempuan. Pollack (dalam Santrock, 2007), mengungkapkan bahwa anak laki-laki cenderung dituntut untuk mampu dalam menyembunyikan perasaan dan bersikap tangguh sebagai aturan laki-laki. Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Rubin, dkk (dalam Dagun, 1990) menjelaskan bahwa ayah cenderung menunjukkan sikap maskulinitasnya dengan memberikan perhatian yang kuat, keras dan ingin mengatur pada anak laki-laki, berbeda dengan anak.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. perempuan, ayah cenderung menunjukkan sikap dan perhatian yang halus meskipun bayi itu belum lahir. Berdasarkan uraian di atas, pentingnya memahami konsep diri sebagai gambaran diri dari seorang remaja yang mempengaruhi remaja dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Hubungan antara ayah dan anak laki-lakinya yang lekat aman di nilai lebih efektif dalam membentuk konsep diri yang positif. Namun, di era modern saat ini, hubungan antara remaja laki-laki dengan ayah cenderung kurang memiliki kelekatan yang aman. Selain itu kurangnya peran ayah dalam membimbing anak laki-laki untuk menyelesaikan persoalan terkait gender mereka, seperti. pada. aspek perkembangan. biologis,. sosial. dan. psikologinya juga membuat hubungan ayah dan anak kurang memiliki hubungan yang lekat. Maka dari itu penelitian yang akan dilakukan ini ingin membahas mengenai kelekatan dan konsep diri pada hubungan antara ayah dan anak laki-laki.. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka fokus penelitian ini untuk mengetahui apakah kelekatan pada ayah berhubungan dengan konsep diri pada remaja laki-laki..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelekatan pada ayah dengan konsep diri remaja laki-laki.. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pentingnya kelekatan dalam hubungan orang tua dan anak b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi baru di bidang psikologi, khususnya psikologi perkembangan dengan kajian ayah. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi orang tua khususnya ayah mengenai pentingnya keterlibatan ayah dalam mendidik anak, sehingga dapat memberikan penanganan yang tepat bagi permasalahan perilaku pada tahap perkembangan remaja. b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah penelitian yang membahas mengenai permasalahan, peran dan fungsi seorang ayah dalam mengasuh anak, terutama pada anak laki-laki..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI. A.. Konsep Diri 1.. Definisi konsep diri Konsep diri menurut Agustiani (2006) merupakan gambaran yang dimiliki seseorang mengenai dirinya yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Konsep diri menurut Ardiyanti (2017) adalah persepsi terhadap gambaran diri secara menyeluruh mengenai fisik, mental psikologis, dan sosial. Atwater (dalam Desmita, 2008) menyebutkan bahwa konsep diri merupakan keseluruhan dari gambaran diri seseorang yang meliputi persepsi diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang digunakan seseorang. Brooks (dalam Rakhmat, 2011) juga mendefinisikan konsep diri sebagai suatu pandangan dan perasaan tentang diri yang di persepsikan dalam gambaran fisik, sosial maupun psikologi. Menurut Baldwin & Holmes, konsep diri merupakan hasil belajar seseorang melalui hubungannya dengan orang lain. (Calhoun & Acocella, 1995) Berdasarkan beberapa pengertian konsep diri di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep diri adalah gambaran diri yang dimiliki seseorang mengenai kondisi fisik, psikologis, perasaan dan sosial berdasarkan pengalaman, dan interaksi dengan lingkungannya.. 12.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. 2.. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri Dalam membentuk konsep diri, menurut seorang sosiolog yang bernama Charles Horton Cooley (dalam Calhoun & Acocella, 1995), seseorang menggunakan orang lain sebagai cerminan diri untuk mengetahui gambaran dan penilaian terhadap diri. Pada akhirnya gambaran dan penilaian diri tersebut digunakan untuk mengetahui siapa dirinya, apa yang menjadi harapannya dan dapat menilai dirinya sendiri, orang lain yang dimaksud yaitu: a. Orang tua Orang tua adalah kontak sosial yang paling awal dan paling kuat. Orang tua menjadi tempat bergantung untuk mendapatkan makanan, perlindungan, dan kenyamanan untuk kelangsungan hidupnya. Cara orang tua memperlakukan akan merupakan cara orang tua berkomunikasi dengan anak untuk menyampaikan informasi mengenai bagaimana anak menilai diri. anak menduga apapun perlakuan orang tua terhadap dirinya adalah perlakuan yang pantas diterimanya. Oleh karena itu, nilai yang dibentuk oleh seorang anak berasal dari nilai yang diberikan orang tua kepada anak. Semua perlakuan orang tua terhadap akan mempengaruhi bagaimana anak membentuk konsep dirinya. b. Teman sebaya Teman sebaya menjadi faktor penting kedua dalam mempengaruhi pembentukkan konsep diri. Selain cinta yang.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. didapatkan dari orang tua, anak juga membutuhkan penerimaan dari. teman-temannya.. Dalam. menjalin. pertemanan,. anak. cenderung membentuk peran yang akan membedakkan antara dirinya dengan orang lain. Jika anak tidak mendapatkan penerimaan dari teman-temannya maka konsep dirinya akan terganggu. Peran yang dimunculkan anak berupa menjadi seorang pemimpin, pengacau, badut, atau menjadi seorang pahlawan kesiangan dalam kelompok. Peran yang dimainkan menimbulkan suatu penilaian yang akan memperkuat pandangan anak tentng dirinya dan tentu akan mempengaruhi pembentukkan konsep diri. c. Masyarakat Masyarakat membentuk suatu penilaian berdasarkan atribut yang dimiiki oleh seseorang berdasarkan latar belakang orang tuanya. Penilaian yang diberikan mempengaruhi seseorang dalam membentuk konsep diri yang dimiliki.. 3.. Dimensi Konsep Diri Konsep diri merupakan pandangan diri seseorang terhadap dirinya sendiri. Menurut Calhoun dan Acocella (1995), konsep diri terdiri dari 3 dimensi konsep diri, yaitu pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri, pengharapan yang dimiliki seseorang akan dirinya di masa depan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. a. Pengetahuan tentang diri (real self) Pengetahuan merupakan pandangan mengenai apa yang seseorang diketahui tentang dirinya. Dalam hal ini merujuk pada gambaran mengenai usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku, dan pekerjaan. Selain itu, individu dalam membandingkan diri dengan orang lain disebut dengan kualitas diri, misalnya seseorang mengkategorikan sebagai orang yang baik hati atau egois. Pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai dirinya tidaklah permanen yang artinya seseorang dapat mengubah dirinya tanpa mengubah ligkungannya. b. Pengharapan terhadap diri sendiri (ideal self) Harapan dalam hal ini merupakan pandangan seseorang mengenai siapa dia di masa yang akan datang. Pengharapan yang dimiliki seseorang merupakan gambaran ideal diri yang dibangun. Harapan. yang. dibangun. merupakan. dorongan. yang. membangkitkan kekuatan dalam mencapai tujuan di masa yang akan datang. Setiap individu memiliki pengharapan yang berbeda antara satu orang dengan orang lain dalam hidupnya. c. Penilaian mengenai diri (social self) Dimensi terakhir konsep diri adalah evaluasi seseorang terhadap dirinya. Penilaian merupakan evaluasi diri dari harapan seseorang dengan standar diri yang dimiliki. Semakin besar ketidaksukaan yang dimliki terhadap diri dengan harapan, maka.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. memunculkan harga diri yang rendah. Sebaliknya apabila seseorang merasa puas dengan dirinya, maka akan membentuk harga diri yang positif pula.. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep diri memiliki tiga dimensi, yaitu pengetahuan terhadap diri (real self) yang menjelaskan bagaimana seseorang mengenali keadaan dan kualitas. dirinya.. Harapan. mengenai. diri. yang. menjelaskan. pengharapan seseorang mengenai dirinya di masa depan. Penilaian menganai diri yang menjelaskan bagaimana seseorang memberikan penilaian atau evaluasi terhadap diri ideal dengan diri saat ini.. 4.. Jenis-jenis Konsep Diri Menurut Calhoun dan Acocella (1995) konsep diri terbagi menjadi dua jenis, yaitu konsep diri negatif dan konsep diri positif. a. Konsep diri positif Calhoun dan Acocella (1995), menyebutkan tipe individu dengan konsep diri positif adalah individu yang memiliki penerimaan diri, kerendahan hati, dan dia juga mengetahui siapa dirinya. Dalam hal ini individu dengan konsep diri positif mampu menerima diri apa adanya, dengan tidak egois dan angkuh. Individu tersebut juga memahami dan menerima dirinya, sehingga dirinya memiliki evaluasi positif terhadap diri dan dapat.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. menerima keberadaan orang lain. Hal ini membuat dirinya mampu menghadapi kehidupan di depannya. Menurut Brooks & Emmert (1976, dalam Rakhmat, 2011), orang yang mempunyai konsep diri positif memiliki ciri-ciri sebagai individu yang memiliki keyakinan terhadap diri sendiri dalam menghadapi suatu masalah, merasa sama dengan orang lain, cenderung menerima pujian secara wajar tanpa rasa malu, menerima diri sendiri dan mampu mengungkapkan siapa dirinya, apa yang disenangi maupun apa yang tidak disenangi dengan berusaha untuk memperbaikinya. Ia juga merupakan individu yang mampu menghargai orang lain dengan melihat orang lain sebagai individu yang mempunyai berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang memiliki kemungkinan tidak dapat diterima oleh lingkungan. Berdasarkan uraian tersebut, individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah individu yang memahami tentang kekurangan dan kelebihan dirinya. Individu dengan konsep diri positif akan lebih mampu menerima diri, menghargai orang lain, dan memiliki keyakinan dan kepercayaan terhadap diri dalam menghadapi masalah dan kehidupan di depannya..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. b. Konsep diri negatif Calhoun dan Acocella (1995), menyebutkan tipe individu yang memiliki konsep diri negatif, yaitu memandang dirinya sendiri dengan benar-benar tidak teratur, tidak stabil dan tidak memiliki keutuhan dalam diri. Individu dengan konsep diri seperti ini benar-benar tidak mengetahui siapa dirinya, kekuatan, kelemahan atau pun hal apa yang di hargai di dalam hidupnya. Pandangan yang telah terbentuk ini akan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Individu dengan konsep diri negatif juga memandang dirinya sendiri secara kaku,. Hal ini menjadikan diri sebagai individu yang tidak mengijinkan terjadinya penyimpangan terhadap dirinya, sebab hal tersebut dianggap sebagai cara hidup yang tepat. Di lain sisi, Brooks & Emmert (1976, dalam Rakhmat, 2011), membagi konsep diri negatif menjadi empat tanda. Pertama, orang yang memiliki konsep diri negatif akan peka terhadap percakapan. kritik, yang. sehingga terbuka,. cenderung keras. menghindar. dalam. dalam. mempertahankan. pendapatnya dan koreksi kerap kali dianggap sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Kedua, memiliki sikap hiperkritis dan responsif terhadap pujian. Meskipun tidak mau di kritik, tetapi individu yang memiliki konsep diri negatif ini selalu mencela, mengeluh dan cenderung meremehkan orang lain, serta tidak.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. mampu mengakui kelebihan orang lain, sebab harga dirinya dijadikan sebagai pusat perhatiannya. Ketiga, menilai lingkungan secara negatif, sehingga dalam berreaksi cenderung menganggap orang lain sebagai musuh, tidak akrab dan hangat terhadap orang lain, dan cenderung menganggap bahwa dirinya adalah korban karena tidak mau disalahkan. Keempat, bersikap pesimis dalam menghadapi suatu persaingan, misalnya dalam kemampuan akademik. Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa individu yang memiliki konsep diri negatif adalah individu yang tidak mengenali dirinya dengan baik, memandang secara kaku terhadap diri maupun orang lain, sebab ia menilai lingkungan secara negatif dan menganggap orang lain sebagai musuh. Selain itu, individu dengan konsep diri seperti ini kurang memiliki kepercayaan diri dan sangat peka terhadap kritik dan bersikap responsif terhadap suatu pujian.. 5.. Peran Penting Konsep Diri Konsep diri merupakan suatu hal yang penting bagi seseorang. Konsep diri yang positif akan membentuk suatu penghargaan diri yang tinggi terhadap diri sendiri dan akan membantu dalam mencapai suatu keberhasilan di masa yang akan datang. Konsep diri positif juga dapat menjadi bekal dalam membentuk individu yang mandiri, kreatif.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. dan produktif. Sedangkan konsep diri negatif akan membentuk penghargaan diri yang rendah terhadap diri sendiri yang akan mempengaruhi pencapaian keberhasilan di masa yang akan datang (Susana, dkk, 2006). Hurlock (1990) mengungkapkan bahwa konsep diri merupakan inti. dari. pola. perkembangan. kepribadian. seseorang. yang. mempengaruhi segala sifat dan perilaku seseorang dalam proses penyesuaian diri di lingkungan sosial. Menurut Folker (dalam Burns, 1993) konsep diri merupakan keseimbangan dalam diri seseorang untuk bersikap konsisten dengan pandangan, ide, perasaan dan persepsinya. Konsep diri juga mempengaruhi cara seseorang dalam menginterpretasikan pengalamannya terhadap suatu peristiwa tertentu sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya.pengalaman itu dapat bersifat positif maupun bersifat negatif. Selain itu, konsep diri sebagai harapan yang dimiliki seseorang terhadap dirinya sendiri.. B.. Kelekatan (Attachment) 1. Definisi Kelekatan Attachment merupakan istilah yang pertama kali di perkenalkan oleh J. Bowlby untuk menggambarkan hubungan atau ikatan yang terjalin antara bayi dan pengasuh primer, biasanya ibu (Barrocas, 2012). Bowlby juga menjelaskan bahwa kelekatan adalah suatu ikatan emosional yang terjalin kuat antara bayi dan pengasuhnya (dalam.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. Feeney & Noller, 1996). Menurut Ainsworth, kelekatan adalah suatu hubungan secara afeksional yang terjalin antara seseorang dengan figur lekat dan terjadi secara terus-menerus (dalam Helmi, 1999). Monks (2004). menjelaskan. kelekatan. sebagai. suatu. sikap. dan usaha. mempertahankan suatu hubungan dengan orang-orang yang tertentu, yaitu orang pertama yang dipilih anak dalam kelekatan adalah ibu (pengasuh), ayah atau saudara-saudara dekatnya. Steinberg (2002) mendefinisikan kelekatan sebagai suatu ikatan emosional yang kuat dan bertahan lama. Santrock (2003) juga mendefinisikan kelekatan sebagai suatu ikatan emosional yang terbentuk antara bayi dengan pengasuhnya. Berdasarkan uraian dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa pengertian kelekatan adalah suatu hubungan atau ikatan emosional yang terjalin antara anak dengan figur lekat yaitu orang tua, saudara-saudara dekat, maupun pengasuh lain.. 2. Kelekatan di Masa Remaja Pada masa remaja kelekatan pada orang tua mengalami perubahan dari masa anak-anak menuju masa remaja. Perubahan ini meliputi berkurangnya pengaruh orang tua atau pengasuh terhadap sikap remaja dan tahap perkembangan kemandirian yang sedang dialami oleh remaja (dalam Barrocas, 2012). Interaksi dan dukungan yang diberikan orang tua/ pengasuh akan membentuk suatu hubungan yang lekat dengan remaja. Allen et.al (dalam Barrocas, 2012) menjelaskan bahwa.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. penyesuaian dan dukungan yang diberikan oleh ibu mempengaruhi hubungan lekat remaja dengan orang tua. Dalam tahap ini, terdapat perbedaan interaksi antara orang tua dan remaja. Perbedaan yang terjadi membentuk pola hubungan yang unik antara orang tua dengan remaja. Santrock (2007) menunjukkan bahwa memasuki masa remaja, anak akan memisahkan diri dari orangtua dan masuk ke dunia kemandirian yang terpisah dari orangtua. Dalam membangun kebebasan, remaja tetap mempertahankan kelekatan dengan orang tua. Hal ini menunjukkan bahwa remaja masih membutuhkan orang tua sebagai figur kelekatan, untuk tetap memperoleh dukungan dan perlindungan. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kelekatan remaja merupakan kelekatan yang terjalin dan dipertahankan oleh remaja untuk tetap memperoleh dukungan dan perlindungan.. 3. Kelekatan pada Ayah Orang tua memiliki peran sebagai figur lekat yang penting dan sebagai sistem pendukung remaja saat mengeksplorasi dunia sosial yang lebih luas dan kompleks. Hubungan emosional yang kuat dengan orang tua remaja mendukung dalam menghadapi lingkungan sosialnya. Hubungan remaja dengan ibu dan ayah memiliki kelekatan yang berbeda. Leaper (dalam Barrocas, 2012) menemukan bahwa cara bermain ibu dan ayah memiliki perbedaan sesuai dengan jenis kelamin.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. orang tua dan anak. Hal ini menunjukkan bahwa ibu dan ayah memiliki kontribusi dan pengaruh yang berbeda pada perkembangan anak. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa hubungan antara ibu dan remaja memiliki ikatan yang kuat, namun pentingnya peran ayah dalam kehidupan anak tidak boleh diabaikan. Pandangan tradisional, seorang ayah secara khas digambarkan sebagai orang yang tidak terlibat dalam. kehamilan,. kelahiran,. maupun. perawatan. anak-anaknya,. sebaliknya pengasuhan anak lebih dibebankan kepada ibu (Dagun, 1990). Parke (dalam Shapiro, 2003) mengatakan bahwa ayah sering di pandang sebagai pencari nafkah, para ayah menjadi model panutan yang kuat, tetapi jauh dari anak-anak mereka. Perhatian yang dulu lebih berfokus pada ibu, saat ini mulai memberikan kesempatan dan ruang bagi ayah untuk mengekspresikan diri dalam proses parenting (pengasuhan). Adanya peran dan keterlibatan ayah mempengaruhi kelekatan remaja pada ayah. Figur ayah dapat berperan dalam berbagai hal, diantaranya pengasuhan, partisipasi dalam aktivitas dan masalah pendidikan. Rubin, dkk (dalam Dagun, 1990) menjelakan bahwa ayah cenderung menunjukkan sikap dan perhatian yang berbeda antara anak laki-laki dan perempuan. Pada anak laki-laki ayah cenderung, keras dan ingin mengatur. Santrock (2003) mengungkapkan, ayah yang perhatian, akrab, dan dapat diandalkan dapat memberi pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan sosial remaja. Interaksi yang dilakukan oleh ayah dengan.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. anaknya lebih banyak melibatkan aktivitas fisik dan kegiatan luar ruangan (Rubin, dkk, dalam Dagun, 1990). Berdasarkan uraian di atas. Ayah memiliki kontribusi yang sama pentingnya dengan ibu dalam perkembangan remaja. Kelekatan yang dibentuk oleh ayah berupa perhatian yang keras dan ingin mengatur terhadap anak laki-laki.. 4. Jenis Kelekatan Bartholomew & Horowitz (1991) melakukan pengembangan terhadap penelitian yang telah dilakukan oleh Bowlby mengenai kelekatan. Dengan gambaran Bowlby mengenai dua tipe dari internal working models (mengenai diri dan orang lain) dan mengenai pembagian dua sikap dasar yang positif dan negatif terhadap diri dan orang lain, Bartholomew & Horowitz (dalam Baron & Byrne, 2005) mengkombinasikan kedua tipe dari internal working models tersebut menjadi empat kelekatan, yaitu : a. Kelekatan yang Aman (secure attachment) merupakan suatu hubungan yang memiliki kehangatan dan tingkat kepercayaan yang tinggi. kelekatan ini memliki karakteristik self-esteem yang tinggi dan positif, sehingga individu dengan kelekatan ini akan membentuk kepercayaan interpersonal yang tinggi. Selain itu, individu dengan kelekatan yang aman menunjukkan perasaan dicintai dan merasa bahwa orang lain menerima dan mau mendengarkan dirinya..

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. b. Kelekatan yang takut-menghindar (fearful-avoidant attachment) merupakan kelekatan terbentuk akibat pengalaman ditolak oleh figur lekat yaitu pengasuh, karena individu kurang menekankan pentingnya kelekatan. Kelekatan ini merupakan kelekatan yang paling tidak aman. Individu dengan kelekatan takut-menghindar memiliki self-esteem yang rendah dan kurang memiliki kepercayaan pada orang lain, cenderung menggambarkan orang tua secara negatif dan tidak memiliki keintiman dalam berinteraksi dengan orang lain. Individu dengan kelekatan ini diasosiasikan dengan hubungan interpersonal yang negatif, mengembangkan perasaan tidak dicintai dan memiliki harapan bahwa orang lain akan bersikap negatif, menghindari relasi yang dekat dengan orang lain. c. Kelekatan. yang. bersifat. preokupasi. (preoccupied. attachment). merupakan kelekatan tidak aman yang terbentuk akibat kehadiran orang tua yang tidak konsisten dan keterpakuan individu pada pengalaman kelekatan. Individu dengan kelekatan ini memiliki pandangan negatif terhadap diri dan mengembangkan harapan yang positif terhadap orang lain yang terkadang berlebihan untuk mengurangi perasaan cemas. d. Kelekatan yang menolak (dismissing attachment) merupakan kelekatan tidak aman yang terbentuk akibat pengalaman-pengalaman traumatik karena ditinggal meninggal atau kekerasan yang didapatkan dari orang.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. tua. Individu dengan kelekatan ini mengembangakan penilaian negatif terhadap orang lain dan menghindari interaksi secara langsung. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model kelekatan Bartholomew merupakan bentuk kelekatan yang memiliki karakteristik. self. esteem. dan. kepercayaan. interpersonal,. dan. berdasarkan pada sikap positif-negatif terhadap diri dan sikap positifnegatif terhadap orang lain, sehingga membentuk empat kelekatan yaitu, Kelekatan yang Aman, Kelekatan yang takut-menghindar , Kelekatan yang bersifat preokupasi, dan Kelekatan yang menolak.. 5.. Pengukuran Kelekatan Kelekatan menurut Bowlby (1982) adalah pusat ikatan kasih sayang yang terjalin seumur hidup antara seseorang dengan figur penting dalam kehidupanya. Bowlby menunjukkan bahwa model kerja internal dari diri dan pengasuh merupakan hasil dari pola komunikasi yang sebenarnya antara seseorang dan figur lekat (dalam Feeney & Noller, 1996). Adiyanti & Laumi (2012), mengatakan, adanya komunikasi yang terbuka dan fleksibel antara anak dan orang tua secara emosional akan menghasilkan keseimbangan emosi yang positif dan emosi yang negatif. Keseimbangan emosi yang terjalin memunculkan kepercayaan antara anak dan orang tua. Komunikasi, kepercayaan, dan perasaan tidak terasing adalah aspek kelekatan yang aman. Komunikasi yang harmonis dan sehat.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. akan membantu menciptakan ikatan emosional mengembangkan kelekatan yang aman antara orang tua dan anak. Kepercayaan adalah produk hubungan yang kuat dengan figur-figur lekat, terutama ketika mereka dapat bergantung satu sama lain (Collins, Cooper & Shaver, 1998). Adiyanti & Laumi (2012) menyebutkan, kepercayaan akan berkembang ketika orang tua ada ketika anak membutuhkan dukungan mereka. Alienasi sangat terkait dengan penolakan dan penghindaran, dua konstruksi penting dalam mengembangkan kelekatan yang tidak aman. Anak-anak mengembangkan perasaan keterasingan pada ketidakhadiran orang tua ketika mereka membutuhkannya. Dengan demikian, komunikasi, kepercayaan, dan keterasingan merupakan aspek penting yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan konstruk kelekatan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelekatan antara orang tua dan remaja di ukur berdasarkan tiga aspek kelekatan yang dikemukakan Bowlby (dalam Armsden & Greenberg, 1987). Kepercayaan (trust) di ukur berdasarkan adanya perasaan tergantung pada orang tua ayah dan harapan terhadap orang tua (ayah), komunikasi (communication) di ukur berdasarkan keterbukaan remaja dengan orang tua (ayah), kualitas percakapan dengan ayah, dan umpan balik yang diterima dari ayah, dan keterasaingan (alienation) di ukur berdasarkan perasaan diabaikan oleh orang tua (ayah), dan tidak ada dukungan orang tua (ayah)..

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. C.. Remaja 1. Definisi Remaja Pengertian remaja menurut Hurlock (1990) merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Masa remaja sering disebut sebagai masa periode kritis. Sebab pada tahap ini remaja belum memiliki status yang jelas. Hal ini terjadi karena dirinya bukan lagi seorang anak-anak dan juga bukan seorang dewasa. Menurut Erickson (Santrock, 2007) remaja berada pada tahap perkembangan indentity vs indentity confusion. Masa remaja ditandai dengan dialaminya pubertas, yaitu proses yang dialami oleh seseorang diamana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi, yang disertai dengan perubahan-perubahan fisik dan psikologis. Dalam perkembangannya, perubahan-perubahan yang dialami remaja menunjukkan bahwa pada masa awal remaja dengan masa akhir remaja memiliki perbedaan. Perbedaan itu meliputi kematangan yang dimiliki oleh remaja. Berdasarkan penelitian dan secara hukum remaja yang dianggap matang adaalah remaja yang berada pada masa akhir remaja. Rentang usia menurut Hurlock (1990), remaja awal berada pada rentang usia 13 tahun sampai 17 tahun, sedangkan remaja akhir berada pada rentang usia 16 tahun sampai 18 tahun. Batasan usia remaja menurut para ahli dibedakan menjadi tiga, yaitu remaja awal dengan rentang usia 12-15 tahun, remaja tengah dengan rentang usia 15-18.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. tahun, dan remaja akhir 18-21 tahun (dalam Santrock, 2003). Di Indonesia sendiri, usia remaja berada pada rentang usia 11 – 24 tahun. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi remaja adalah individu yang dalam masa peralihan dari masa perkembangan anak menuju masa perkembangan dewasa yang mengalami perubahan secara fisik, kognitif, dan psikososial. Rentang usia yang digunakan oleh peneliti adalah remaja yang berusia 12 tahun sampai usia 21 tahun.. 2. Tugas Perkembangan Remaja Menurut Havighurst (dalam Agustiani, 2006), tugas perkembangan remaja adalah menerima perubahan diri secara fisik, sehingga remaja dapat membangun relasi baru yang lebih matang sesuai dengan peran sosialnya (maskulinitas dan femininitas). Dalam hal ini, remaja membentuk gambaran dirinya secara fisik, psikologi dan soaial. Remaja juga mulai memiliki otonomi secara emosional, yaitu melepaskan diri dari pengaruh orang tua dan mencapai kemandirian. Menemukan nilainilai dan etika sebagai hasil evaluasi diri seseorang dengan standar yang dimiliki.. Mempersiapkan. diri. dalam. berkarir. dan. menyiapkan. perkawinan serta kehidupan berkeluarga, merupakan perwujudan dari harapan-harapan yang dibentuk remaja mengenai masa depannya. Senada dengan Tugas perkembangan remaja yang dikemukakan oleh Havighurst, Hurlock (1973), menjelaskan tugas perkembangan.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. remaja sebagai tahapan bagi remaja dalam mencapai hubungan yang baru dan lebih dewasa dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin melalui peran sosial yang dibentuk sebagai gambaran diri yang dimiliki remaja mengenai keadaan fisik, sosial dan psikologi. Dalam mencapai kemandirian emosional dengan tidak melepaskan ikatan yang telah terbentuk antara orang tua dan remaja. Remaja membentuk harapan di masa depan dengan memilih dan mempersiapkan karirnya untuk kehidupan yang akan datang dengan membangun pernikahan dan hidup berkeluarga. Dalam mencapai harapan-harapan yang dibangun remaja melakukan evaluasi diri terhadap perilaku dengan nilai dan etika yang dimiliki dalam mencapai harapan di masa depan. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tugas perkembangan remaja meliputi keberhasilan remaja dalam memiliki hubungan baru yang lebih dewasa dengan menerima perubahan fisik sesuai dengan peran sosial yang dibangun yaitu maskulinitas atau femininitas. Selain itu remaja juga memiliki tugas untuk mencapai otonomi secara emosional dari orang tua dan mencapai kemandirian sosial, mempersiapkan karir, pernikahan, dan hidup berkeluarga.. D.. Dinamika Hubungan antara Kelekatan pada ayah dengan Konsep Diri pada remaja laki-laki Pada masa perkembangan remaja, banyak perubahan yang harus dialami oleh remaja. Kelekatan yang terbentuk antara bayi dengan orang.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. tua merupakan dasar bagi hubungan seseorang dengan orang lain pada perkembangan selanjutnya. Allen & Tan. (dalam Cassidy, 2016). mengatakan, perubahan kelekatan yang dialami pada masa remaja mempengaruhi hubungan antara figur lekat dengan remaja sehingga membutuhkan keseimbangan baru demi mendorong pertumbuhan yang sehat pada remaja dalam membangun kelekatan dan kebutuhan dalam mengeksplorasi dan menguasai lingkungan yang baru. Kelekatan yang terjalin antara orang tua dengan remaja akan terus terjalin hingga masa dewasa muda. Kelekatan menurut Bowlby merupakan pengalaman penting dalam kehidupan seseorang sejak ia dilahirkan hingga meninggal (dalam Hazan & Shaver, 1987). Bowlby (dalam Laumi & Adiyanti, 2012) menyatakan bahwa kelekatan adalah suatu ikatan afeksional yang kuat antara individu dengan figur penting dalam kehidupannya. Dalam perkembangannya, teori Bowlby mengenai konsep internal working model dikonseptualisasikan oleh Bartholomew dan Horowitz (1991) bahwa pola kelekatan mencerminkan model kerja diri dan figur lekat untuk menggambarkan bentuk prototipe dari kelekatan di masa dewasa. Menurut Bartholomew dan Horowitz (1991) model diri dapat kelompokkan menjadi positif (pandangan bahwa diri layak untuk dicintai dan diperkatikan) dan negatif (pandangan bahwa diri tidak layak untuk dicintai). Sama halnya, model figur lekat bisa dibagai menjadi positif (pandangan bahwa orang lain yang mau peduli dan ada untuknya) dan negatif (pandangan bahwa orang lain yang tidak peduli, menolak,.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 32. menjauh). Kombinasi dari model diri dengan model figur lekat menghasilkan empat kelekatan, yaitu kelekatan aman (secure), takut menghindar (fearful-avoidant), terokupasi (preoccupied), dan menolak (dismissing-avoidant). Keempat gaya ini muncul dari dua dimensi yang mendasari, yaitu model diri yang mencerminkan tingkat ketergantungan pada penerimaan orang lain (model negatif diri dikaitkan dengan ketergantungan) dan model lain yang mencerminkan tingkat penghindaran hubungan dekat (model negatif dari penghindaran orang lain). Ada beberapa aspek yang membentuk kelekatan, yaitu kepercayaan, komunikasi dan alienasi. Kepercayaan adalah suatu perasaan aman dan keyakinan bahwa orang lain akan memenuhi kebutuhannya. Seseorang membangun rasa percaya dalam hubungan karena anak mengetahui bahwa orang lain secara konsisten ada untuk mereka. Komunikasi yang terbuka dan fleksibel antara anak dan orang tua secara emosional akan menghasilkan keseimbangan emosi yang positif dan emosi yang negatif. Keseimbangan emosi yang terjalin memunculkan kepercayaan antara anak dan orang tua. (Armsden & Greenberg, 1987). Keterasingan berkaitan erat dengan penghindaran dan penolakan yang dilakukan oleh figur lekat. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati dan Sunardi (2011) menjelaskan bahwa kelekatan aman berhubungan dengan konsep diri. Helmi (1999) dalam jurnalnya mengatakan bahwa dalam pembentukan kelekatan, apabila figur lekat atau pengganti selalu dapat memberikan respon positif, maka akan membentuk keyakinan atau model mental diri remaja yang.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 33. mampu memandang diri secara positif dan merasa sebagai orang yang dapat dipercaya, penuh perhatian serta dihargai, sehingga remaja akan memiliki konsep diri yang matang. Balwin dan Holmes (dalam Calhoun dan Acocella, 1995) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi konsep diri salah satunya adalah orang tua. Keluarga adalah tempat pertama bagi anak membentuk kelekatan. Sikap dan pandangan orang tua dalam membentuk kelekatan mempunyai peran penting dalam membentuk dan mengembangkan konsep diri seseorang (Agustiani, 2006). Kelekatan yang aman membantu remaja dalam hubungan dengan teman sebaya yang cakap, positif, dan dekat diluar keluarga. Sebaliknya, remaja yang memiliki kelekatan yang ambigu dengan orang tuanya cenderung menunjukkan sikap cemburu, mudah berkonflik, ketergantungan, dan kepuasan yang kurang dalam berhubungan dengan teman (Fisher, 1990, dalam Santrock, 2003). Menurut Gunarsa (2003), ayah memilki peran yang penting didalam keluarga, terutama bagi anak laki-laki yang mengharapkan bahwa ayah dapat menjadi teladan bagi perannya di masa yang akan datang. Ayah yang hangat dalam berelasi dengan anak dapat meningkatkan kemampuan kognitif, emosional dan sosial anak. Seseorang yang memiliki kualitas pengasuhan yang responsive, sensitive, dan hangat akan membentuk kelekatan yang aman dan memiliki konsep diri yang positif. Seseorang yang memiliki kelekatan aman merasa mendapat perlindungan dan rasa aman sehingga dapat mengelola emosi negatif ketika mengeksplorasi lingkungannya. Sebaliknya, seseorang yang.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 34. tidak mendapatkan pengasuhan yang responsif, sensitif, dan tidak hangat akan membentuk kelekatan yang tidak aman dan memiliki konsep diri yang negatif. Ketika anak tidak memiliki kelekatan yang aman, dalam mengeksplorasi lingkungan akan merasa tidak dilindungi dan kurang aman sehingga ia kurang mampu mengelola emosi negatifnya (Fenney dan Noller, 1990). Seorang ayah yang membangun kelekatan aman akan mempengaruhi bagaimana seorang remaja membentuk kepercayaan diri (dalam Doyle, et.al, 2000). Seseorang dengan kelekatan aman cenderung memiliki persepsi yang positif terhadap dirinya, sehingga ia mampu menerima diri, menghargai orang lain, dan memiliki keyakinan dan kepercayaan terhadap diri dalam menghadapi masalah dan kehidupan di masa yang akan datang (dalam Baron dan Byrne, 2005). Sedangkan seseorang yang memiliki kelekatan takut menghindar cenderung membentuk konsep diri yang negatif. Seseorang yang memiliki kelekatan ini memiliki persepsi negatif terhadap diri dan orang lain, menghindari relasi yang dekat dengan orang lain, dan merasa tidak dicintai. Orang dengan kelekatan ini kurang mengenali dirinya dengan baik, memandang secara kaku terhadap diri maupun orang lain. Jenis kelekatan yang ketika yaitu kelekatan terpreokupasi. Seseorang dengan kelekatan ini cenderung memiliki pandangan negatif terhadap diri dan mengembangkan harapan positif yang berlebihan terhadap orang lain untuk mengurangi perasaan cemas, kurang memiliki kepercayaan terhadap orang lain. Jenis kelekatan yang keempat yaitu, kelekatan menolak..

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 35. seseorang yang memiliki kelekatan ini cenderung memiliki harga diri yang rendah, mengembangakan penilaian negatif terhadap orang lain dan menghindari interaksi secara langsung. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelekatan yang dimiliki seseorang memiliki peran penting dalam membentuk konsep diri. Kelekatan sebagai representasi mental diri berkaitan dengan representasi diri seorang anak. Sikap dan pandangan orang tua dalam membentuk kelekatan menjadi cerminan model diri yang di bentuk oleh remaja dengan orang tua dalam membentuk dan mengembangkan konsep diri dan membentuk evaluasi positif atau gambaran diri positif di masa dewasa. Konsep diri sebagai gambaran diri seseorang mempengaruhi bagaimana cara seseorang dalam memandang dirinya dan sosialnya, serta mempengaruhi kemampuan individu dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya. Remaja yang mengalami penolakan atau pengabaian dari orang tua akan membentuk dasar penolakan terhadap diri, sehingga anak cenderung membentuk gambaran diri negatif. Hal itu akan dipahami oleh remaja sebagaimana sepantasnya dirinya diperlakukan oleh lingkungan. Oleh sebab itu, kelekatan memiliki peran yang besar dalam membentuk konsep diri remaja..

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 36. E.. Skema Hubungan Antara Kelekatan pada Ayah dengan Konsep Diri. Remaja Kelekatan pada Ayah. Kelekatan Aman. Memiliki pandangan positif terhadap diri dan orang lain, mampu menerima diri, menghargai orang lain, dan memiliki keyakinan dan kepercayaan diri dalam menghadapi masalah dan kehidupan di masa depan, memiliki komunikasi yang baik, nyaman dalam berelasi, merasa dicintai.. Konsep Diri Positif. F.. Kelekatan Tidak Aman Memiliki pandangan negatif terhadap diri dan harga diri yang rendah, kurang memiliki kepercayaan pada orang lain, menghindari relasi yang dekat dengan orang lain, merasa tidak dicintai, menilai lingkungan secara negatif dan menganggap orang lain sebagai musuh. Konsep Diri Negatif. Hipotesis Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kelekatan aman pada ayah dan konsep diri pada remaja laki-laki. Hipotesis ini mengartikan bahwa semakin aman kelekatan yang terbentuk antara ayah dengan anak laki-laki, semakin positif konsep diri yang terbentuk. Sebaliknya, semakin tidak aman kelekatan yang terbentuk antara ayah dengan anak laki-lakinya, maka semakin negatif konsep diri yang terbentuk..

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis studi korelasional. Studi korelasional merupakan jenis penelitian kuantitatif yang mempelajari hubungan dua variabel atau lebih yang berhubungan dengan variabel lain. Studi korelasional bertujuan untuk menguji hipotesis dengan mengukur dan menghitung korelasi antar dua atau lebih variabel. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat hubungan antara kelekatan dan konsep diri. B. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Variabel Bebas. : Kelekatan pada Ayah. 2. Variabel Tergantung. : Konsep Diri. C. Definisi Operasional 1. Kelekatan pada Ayah Kelekatan pada ayah adalah hubungan atau ikatan emosional yang terjalin antara ayah dengan anak remaja laki-laki sejak kecil dan memiliki arti yang khusus bagi remaja itu sendiri. Kelekatan antara. 37.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 38. orang tua dan remaja di ukur berdasarkan tiga aspek kelekatan yang dikemukakan Bowlby (dalam Armsden & Greenberg, 1987) yaitu : a. Kepercayaan (trust) di ukur berdasarkan adanya perasaan tergantung pada orang tua ayah dan harapan terhadap orang tua (ayah), b. Komunikasi (communication) di ukur berdasarkan keterbukaan remaja dengan orang tua (ayah), kualitas percakapan dengan ayah, dan umpan balik yang diterima dari ayah c. Keterasaingan (alienation) di ukur berdasarkan perasaan diabaikan oleh orang tua (ayah), dan tidak ada dukungan orang tua (ayah) Pengukuran skala kelekatan pada ayah akan di ukur menggunakan skala psikologis berdasarkan aspek-aspek kelekatan menurut Armsden dan Greenberg (1987) yang dinilai berdasarkan total skor yang didapat pada skala tersebut. Skor total yang tinggi menunjukkan kecenderungan kelekatan aman. Sedangkan apabila skor bernilai rendah, maka menunjukkan kecenderungan seseorang memiliki kelekatan yang tidak aman.. 2. Konsep Diri Konsep diri adalah evaluasi diri mengenai gambaran diri yang dimiliki seseorang mengenai keadaan diri berupa fisik, psikologis, perasaan dan sosial berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 39. lingkungannya. Konsep diri di ukur berdasarkan tiga dimensi menurut Calhoun & Acolella (1995), yaitu : a.. pengetahuan. meliputi. pemahaman. terhadap. kondisi. fisik,. pemahaman terhadap kualitas diri, dan pemahaman terhadap peran di lingkungan; b.. harapan meliputi gambaran diri di masa depan dan peran dalam mencapai harapan. c.. penilaian meliputi pandangan terhadap kemampuan dalam menyelesaikan masalah, pandangan orang lain terhadap diri. Konsep diri akan di ukur dengan menggunakan skala. psikologis yang disusun berdasarkan dimensi konsep diri oleh Calhoun dan Acocella (1995). Semakin tinggi skor total skala konsep diri, maka semakin positif konsep diri yang dimiliki oleh seseorang. Demikian sebaliknya, semakin rendah skor skala konsep diri maka semakin negatif konsep diri yang dimiliki oleh seseorang.. D. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah orang-orang yang memiliki karaktersitik sesuai dengan variabel-variabel penelitian dan akan dikenai kesimpulan hasil penelitian (Azwar, 2009). Dalam penelitian ini, metode pengambilan sampel penelitian menggunakan, metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan kriteria khusus, sehingga layak dijadikan.

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 40. sample. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki yang berusia 15-18 tahun dan masih memiliki ayah (tidak bercerai).. E. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode skala atau angket. Skala yang digunakan terdiri atas beberapa pernyataan yang ditunjukkan kepada subjek penelitian untuk mengetahui kesetujuan atau ketidaksetujuannya dalam sebuah kontinum tertentu (Supratiknya, 2014). Peneliti menggunakan model penskalaan Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi dari seseorang ataupun kelompok mengenai suatu fenomena atau kondisi sosial (Azwar, 2009). Anderson (dalam Supratiknya, 2014) mengatakan bahwa aitem pernyataan dalam skala di bedakan menjadi dua kategori, yaitu pernyataan favorable, yaitu pernyataan yang menunjukkan sikap positif atau persetujuan terhadap isi pernyataan dan unfavorable, yaitu pernyataan yang menunjukkan sikap negatif atau ketidaksetujuan terhadap isi pernyataan. Skala yang digunakan peneliti dalam penelitian ini terdiri dari dua skala, yaitu skala kelekatan dan skala konsep diri. masing-masing skala terdiri dari empat pilihan jawaban, yaitu “Sangat Setuju (SS)”, “Setuju (S)”, “Tidak Setuju (TS)”, “Sangat Tidak Setuju (STS)”. Penilaian untuk setiap jawaban berdasarkan aitem-aitem pernyataan favorable dan unfavorable. Pada pernyataan item favorable, skor 4 untuk pilihan.

(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 41. jawaban “Sangat Setuju (SS)”, skor 3 untuk pilihan jawaban “Setuju (S)”, skor 2 untuk pilihan jawaban “Tidak Setuju (TS)”, dan skor 1 untuk pilihan jawaban “Sangat Tidak Setuju (STS)”. Sedangkan untuk pernyataan unfavorable, skor 1 untuk pilihan jawaban “Sangat Setuju (SS)”, skor 2 untuk pilihan jawaban “Setuju (S)”, skor 3 untuk jawaban pilihan “Tidak Setuju (TS”), dan 4 untuk pilihan jawaban ”Sangat Tidak Setuju (STS)”. Penelitian ini tidak menggunakan pilihan jawaban “Netral (N)”, sebab peneliti menghindari kecenderungan subjek memilih jawaban tersebut. Dalam hal ini kesempatan memilih jawaban netral mencerminkan ketidakpastian dan banyak subjek cenderung memilih pilihan jawaban ini untuk mencari aman. Kecenderungan ini dapat mempengaruhi validitas aitem tes, sebab banyak metode analisis aitem didasarkan pada jawaban ekstrim (Kline, 1986, dalam Supratiknya, 2014). Adapun skala yang digunakan, yaitu: 1. Skala Kelekatan pada Ayah Pengukuran kelekatan pada ayah disusun berdasarkan tiga aspek yang dikemukakan oleh Armsden & Greenberg (1987), yaitu kepercayaan, komunikasi dan alienasi. Penentuan jenis kelekatan ini berdasarkan total skor yang didapatkan dari skala kelekatan pada ayah. Skala pengukuran kelekatan pada ayah dalam penelitian ini berupa data interval..

Gambar

Gambar 1. Grafik hasil uji normalitas variabel kelekatan

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan paling krusial berkenaan dengan cukai rokok adalah pengaturan tentang konsep bagi hasil penerimaan negara dari hasil cukai tembakau yang dituangkan dalam Pasal 66A,

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada 8 orang mahasiswa semester IV program studi D III kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Dalam peneitian ini bertujuan ingin mengetahui proses peran komunikasi antarpribadi personal selling dalam memasarkan produk jasa layanan Internet &amp; TV Cable

Hasil analisis dengan melakukan overlay terhadap potensi air banjir dengan daerah rawan banjir Kota Pangkalpinang bahwa daerah yang memiliki kelas kurang rawan, cukup

Peningkatan tersebut dibuktikan dengan analisis tes hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I, yakni siswa yang tuntas 9 dari 13 siswa atau persentase ketuntasan

4 Dewasa Perempuan Odinofagia &gt;1 minggu Sfingter esofagus atas Gigi palsu Esofagoskopi. 5 Balita Laki-laki Disfagia &gt;1 jam Sfingter esofagus

Melihat data diatas bahwa penurunan daya ingat sering terjadi pada lansia. dan masih ada sebagian lansia yang mempunyai daya ingat yang

Bentuk interaksi sosial Asosiatif yaitu : (1) kerjasama (cooperation), Kerjasama disini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau