• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Resiliensi dan Perilaku Inovatif Pada Karyawan Multi Level Marketing X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Resiliensi dan Perilaku Inovatif Pada Karyawan Multi Level Marketing X"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR TABEL

1. Blue Print Skala Resiliensi Sebelum Dilakukan Uji Coba

ASPEK AITEM

FAV

AITEM UNFAV

BOBOT JUMLAH

AITEM

Regulation Emotion 1, 2, 3, 4 5 15,15% 5

Impulse Control 6,7, 8,9,10 11 18,18% 6

Optimism 12,13,14,15 16,17 18,18% 6

Causal Analysis 18,19 20 9,09% 3

Emphaty 21,22,23,24 25 15,15% 5

Self Efficacy 26,27,28 31 12,12% 4

(2)

2. Blue Print Skala Perilaku Inovattif Sebelum Dilakukan Uji Coba

3. Blueprint Skala Resiliensi Setelah Dilakukan Uji Coba

(3)

4. Blueprint Skala Perilaku Inovatif Setelah Dilakukan Uji Coba

ASPEK AITEM FAV AITEM

UNFAV

BOBOT JUMLAH

AITEM

Opportunity exploration 1 2 30,79 % 4

Generativity 3, 4 5 23,07% 3

Formative investigation 6 7 23,07% 3

Championing 8, 9 - 23,07% 3

Applicationing 10, 11 12, 13 30,79% 4

5. Gambaran Usia Subjek Penelitian

Kategorisasi Usia N Persentase (%)

Dewasa awal (20-40 tahun) 147 98

Dewasa tengah (41-65 tahun) 3 2

Dewasa akhir (di atas 65 tahun) 0 0

(4)

6. Gambaran Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Jenis Kelamin N Persentase (%)

Perempuan 55 36,6667

Laki-laki 95 63,333

Total 158 100

7. Uji Normalitas dengan One Sample Kolmogorov Smirnov

8. Hasil Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

perilakuinovatif *

Between

Groups

(Combined) 4554,651 71 64,150 1,230 ,186

Linearity 483,955 1 483,955 9,276 ,003

(5)

9. Hasil Analisis Pearson Product Moment

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

10.Deskripsi Data Resiliensi

Variabel N

Data Hipotetik Data Empirik

Skor

Mean SD Skor Mean SD

Min Maks Min Maks

(6)

11.Norma Kategorisasi Data Resiliensi

Kategori Rentang Nilai N Persentase (%)

Baik X >87,16 108 72

Netral 86,84≤ X ≤ 87,16 0 0

Buruk X <86,84 42 28

Total 150 100

13.Deskripsi Data Perilaku Inovatif

Variabel N

Data Hipotetik Data Empirik

(7)

14.Norma Kategorisasi Data Perilaku Inovatif

Kategori Rentang Nilai

Tinggi X > (M + 1SD)

Netral (M - 1SD) ≤ X ≤ (M + 1SD)

Buruk X < (M – 1SD)

15.Kategorisasi Data Perilaku Inovatif

Kategori Rentang Nilai N Persentase (%)

Tinggi X >39,66 102 68

Sedang 38,34 ≤ X ≤ 39,66 2 1,3

Rendah X <38,34 46 30,7

(8)
(9)

Lampiran A

Reliabilitas dan Uji Daya Beda Aitem

(10)
(11)

Aitem 20 97,55 891,699 ,767 . ,975

2. Reliabilitas dan Uji Daya Beda Aitem Skala Perilaku Inovatif

(12)

Aitem 10 41,41 146,699 ,701 . ,917

Aitem 11 41,67 147,230 ,657 . ,919

Aitem 12 41,65 150,483 ,553 . ,922

(13)

LAMPIRAN B

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)

LAMPIRAN C

(31)

1. UJI NORMALITAS RESILIENSI DAN PERILAKU INOVATIF

2. UJI LINEARITAS RESILIENSI DAN PERILAKU INOVATIF

ANOVA Table

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

perilakuinovatif *

resilieni

Between

Groups

(Combined) 4554,651 71 64,150 1,230 ,186

Linearity 483,955 1 483,955 9,276 ,003

Deviation from

Linearity

4070,696 70 58,153 1,115 ,319

Within Groups 4069,323 78 52,171

(32)

3. HASIL UTAMA PENELITIAN

Hasil Analisis Pearson Product Moment

Correlations

resiliensi Perilakuinovatif

Resiliensi

Pearson Correlation 1 ,961**

Sig. (2-tailed) ,000

N 150 150

perilakuinovatif

Pearson Correlation ,961** 1 Sig. (2-tailed) ,000

N 150 150

(33)

LAMPIRAN D

(34)

No:

SKALA PENELITIAN

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(35)

Dengan hormat,

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi USU, saya membutuhkan sejumlah data yang hanya akan saya peroleh dengan adanya kerjasama dari Bapak/Ibu dalam mengisi skala ini.

Skala ini terdiri dari 50 pernyataan yang menggambarkan keadaan Bapak/Ibu, dan abang/kakak. Saya mohon Bapak/Ibu dan abang/kakak sekalian bersedia meluangkan waktu untuk mengisi skala ini. Dalam mengisi skala ini, tidak ada jawaban yangbenar atau

salah. Saya sangat berharap jawaban yang Bapak/Ibu dan abang/kakak berikan merupakan

jawaban yang sesungguhnya, tanpa mendiskusikan jawaban dengan orang lain. Saya harap Bapak/Ibu dan abang/kakak menjawab dengan terbuka, jujur, dan apa adanya.

Semua jawaban serta identitas Bapak/Ibu dan abang/kakak sekalian akan dijaga

kerahasiaannyadan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Petunjuk cara

pengisian skala akan dijelaskan lebih lanjut. Diharapkan Bapak/Ibu dan abang/kakak sekalian membaca petunjuk cara pengisian skala terlebih dahulu dan saat menjawab pastikan bahwa Bapak/Ibu dan abang/kakak sekalian menjawab seluruh pernyataan tanpa ada yang terlewati atau belum diisi.

Saya mengucapkan terima kasih banyak atas partisipasi Bapak/Ibu dan abang/kakak sekalian dalam penelitian ini. Bantuan Bapak/Ibu dan abang/kakak sekalian merupakan kontribusi yang sangat besar dan sangat berarti bagi penelitian ini.

Hormat Saya,

(36)

IDENTITAS DIRI

Nama/Inisial :

Usia : ... Tahun Jenis Kelamin :

Lama Bekerja : ... Tahun

Saya bersedia mengisi skala ini dengan sukarela

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut ini ada sejumlah pernyataan. Baca dan pahami setiap pernyataan yang ada. Seluruh pernyataan ini menggambarkan aktivitas yang mungkin Anda lakukan saat menawarkan produk anda kepada calon customer. Anda diminta untuk memilih salah satu pilihan jawaban yang tersedia di sebelah kanan. Pilihlah jawaban yang menggambarkan keadaan Anda yang sesungguhnya. Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban Anda. Pilihan yang tersedia yaitu:

(37)

No. Pernyataan SS S N TS STS 1. Saya sangat senang dengan

pekerjaan saya sekarang ini X

Jika Anda ingin mengganti jawaban, berikan tanda sama dengan (=) pada jawaban yang salah dan berikan tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap paling sesuai.

(38)

No. Pernyataan SS S N TS STS

3. Saya dapat mengendalikan keinginan saya, sehingga akan memilih berdasarkan kebutuhan saja

4. Ketika saya merasa marah kepada orang lain, saya akan menunggu perasaan saya membaik kemudian membicarakannya 5. Jika saya merasa marah saya akan

menunjukkannya tanpa memikirkan akibatnya

6. Agar tidak terburu-buru, Sebelum mengambil suatu tindakan atau keputusan saya akan mencari tahu informasi terlebih dahulu mengenai suatu masalah

(39)

suatu masalah

9. Ketika masalah muncul, saya langsung memikirkan apa yang menjadi penyebabnya

10. Ketika menghadapi masalah saya cenderung menyerah

11. Saya percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya

12. Setiap kerja keras yang kita lakukan, pasti membuahkan hasil walaupun sedikit 13. Saya mampu menyelesaikan masalah yang

saya hadapi

14. Saya terbiasa mengandalkan diri sendiri untuk mengatasi permasalahan saya. 15. Saya kurang yakin dapat tampil menjadi

yang terbaik melebihi orang lain

16. Saya tidak yakin bahwa pekerjaan saya baik dimata orang yang melihat

17. Ketika masalah datang, saya akan terlebih dahulu mencaritahu penyebab masalah tersebut

18. Saya tidak mau memikirkan hal-hal diluar kendali saya

(40)

menginterpretasikan suatu masalah

20. Saya tahu perasaan customer saya, ketika saya melihat wajahnya

21. Saya mampu merasakan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh orang lain 22. Saya memahami apa yang menjadi

kekurangan dan kelebihan saya

23. Jika saya ada masalah, saya mudah terbawa emosi

24. Teman-teman kerja saya suka meminta pendapat saya ketika mereka ada masalah 25. Jika solusi pertama tidak berhasil, saya

akan mencoba solusi lain

26. Saya percaya bahwa saya bisa menyelesaikan masalah saya dengan baik 27. Saya bertindak atas kemauan diri saya,

bukan kemauan orang lain 28. Saya tidak mau mencoba hal baru

(41)

No. Pernyataan SS S N TS STS mengembangkan rencana baru bagi perusahaan.

5. Lebih baik mengikuti perencanaan yang sudah ditetapkan, daripada memikirkan ide baru untuk kemajuan perusahaan 6. Melalui diskusi, Saya meminta masukan

teman dan atasan untuk penyempurnaan ide yang saya miliki

7. Saya merasa yakin dengan ide dan pemikiran saya sehingga tidak memerlukan masukan orang lain.

8. Saya mencari dukungan dari pemimpin atau rekan kerja agar dapat menerapkan ide yang telah dibuat

9. Saya berusaha meyakinkan pemimpin dengan data dan fakta sehingga pemikiran dan ide saya dapat diwujudkan.

(42)

pekerjaan saya

11. Saya berusaha memberikan pemahaman pada pihak lain agar mendukung ide dan pemikiran saya.

12. Saya merasa orang lain dapat mencuri ide dan pemikiran saya

13. Saya kurang nyaman mengutarakan ide dan pemikiran kepada pihak lain.

(43)

Amir (2015). Validation of Innovative Behavior as A MultidimensionalConstruct. Jurnal Manajemen TeknologiVol.14 | No.1 | 2015

Apriawal (2012). Resiliensi Pada Karyawan yang Mengalami Pemutusan Hubungan

Kerja (PHK). Jurnal Psikologi, Emphaty Vol.I No.1..

Azwar, S. (2004). Metode penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Carmelli, A., Meitar, R., & Weisberg, J. (2006). Self leadership skill and innovativebehavior at work. International Journal of Manpower,27(1), 75-90. Coulson, R. (2006). Resilience and self-talk in. Thesis. University Students:University

of Calgary.

Damanpour, F., & Gopalakrishnan, S. (1998). Theories of organizational structure and innovation adoption: the role of environment change. Journal of Engineering Technology Management, 15, 1-24.

Damanpour, F., & Scheider, M. (2008). Characteristics of innovation and innovation adoption: Assessing the role of managers. Journal of PublicAdministration Research, 19(3), 495 - 522.

De Jong, J.P.J., & Den Hartog, D. (2007). How leaders influence employee's innovative behavior.European Journal of Innovation Management, 10 (1), 41-64.

De Jong, J. P. J., & Den Hartog, D. N. (2007). How leaders influence employees' innovative bevavior.European Journal ofInnovation Management, 10(1), 141-146.

De Jong, J. P. J., & Den Hartog, D. N. (2010). Measuring innovative work behaviour. Creativity and Innovation Management, 19(1), 23-36.

(44)

Etikariena, A., & Muluk, H. (2014). Hubungan antara memori organisasi dan perilaku

inovatif karyawan. Jurnal Fakultas Psikologi UI18(2), 77-88.

Fajrianthi (2012). Pengaruh Persepsi Kepemimpinan Transformasional terhadap

Perilaku Inovatif Penyiar Radio. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi

Vol. 1 No. 02, Agustus 2012

Getz, I., & Robinson, A.G. (2003). Innovative or die:is that a fact? Creativity Innovation Manage, 12( 3),130-136.

Grotberg, E. (1995). A guide to promoting resilience in children: Strengthening the human spirit. fromwww.resilnet.uiuc.edu/library/grotb95b.html.

Henderson, N., & Milstein, M. M. (2003)”Resiliency in schools: Making it happen

for students and educators”, Thousand Oaks, Corwin Press, CA,.

Hutahaean, E. (2005). Kontribusi pribadi kreatif dan iklim organisasi terhadap

perilaku inovatif. Proceedings Seminar Nasional PESAT. Aditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, hal 159-167.

Kleysen, R.F., & Street, C.T. (2001). Toward a multi-dimensional measure of individual innovative behavior. Journal of Intellectual Capital. Vol. 2, No. 3, 1469-1930.

Klohnen, E.C. (1996). Conseptual Analysis and Measurement of The Construct of Ego Resilience. Journal of Personality and Social Psychology, Volume. 70 No 5, p 1067-1079 –

(45)

Larson, M. & Luthans, F. (2006). Potential Added Value of Psychological Capital in Predicting Work Attitudes. Journal of Leadership and Organizational Studies, Vol.13, Iss. 2, 18-75.

Luthans, F. (2007). Perlaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.

London, M., & Mone, E.M. (1987). Career management and survival in the workplace. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers.

Miles, B. (1973). Inovation in Education. New York: Teacher College Columbia University

Nindiyanti(2012).The Role of Supportive Leader, Work Engagement, and Self Efficacy in Employees' Innovative Behavior: Empirical Study on a National Independent Company. Indonesian Psychological Journal Vol 28 No 1, 12-23 Papalia, Diane E. 2007. Human Development. New York : McGraw-Hill.

Purba, Sukarman (2009). Pengaruh Budaya Organisasi, Modal Intelektual, dan

Perilaku Inovaatif Terhadap Kinerja Pemimpin Jurusan Universitas Negeri

Medan. Jurnal Fkultas Teknik Universitas Negeri Medan. Kinerja, Volume

13, No.2, Th. 2009: Hal.150-167

Rusmawati (2011). Hubungan antara kepuasan kerja dan resiliensi dengan

organizational citizenship behavior(OCB) pada karyawan kantor pusat pt. Bpd bali. Jurnal psikologi undip vol. 9, no.1,

Reivich, k & shatte, a. (2002). The resilince factor; 7 essential skill for overcoming life’s inevitable obstacle. New york: random house, inc.

(46)

Rogers, Everett M dan Rekha Agarwala Rogers, (1976). Communication in Organizations. New York: The Free Press.

Rickwood, R.R. (2002). Enabling high-risk clients: exploring a career resiliency model. www.contactpoint.ca/natcon-conat/2002 /pdf/pdf-02-10.pdf. Diakses pada tanggal 20 September 2011.

R.W. Olson (1996). Seni Berfikir Kreatif : Sebuah Pedoman PraJais. Alih Bahasa

Alfonsus Samosir. akarta : Penerbit Erlangga. •

Sugiyono (2010). Metode penelitian kuantitatif & kualitatif & RND. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. 11th, 2004 from

www. Highbeam.com/library/ doc3.asp, 2002.

Scott, S.G., & Bruce, R.A. (1994). Determinants of innovative behavior: a path model of individual innovation in the work place. The Academy of Management Journal, 37(3),580-607.

Tugade. M.M & Fredrickson, B.L. (2004). Resilient individual use positive emotions to bounce back from negative emotional experiences. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 24, No. 2; 320-333.

Walsh, Former (2002). Strengthening Family Resilience. USA: The Guilford Press. Widuri (2012). Regulasi Emosi dan Resiliensi Pada Mahasiswa Tahun Pertama.

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional yang bertujuan

untuk melihat hubungan antara resiliensi dengan perilaku inovatif pada karyawan

Multi Level Marketing X.

A. Identifikasi Variabel

1. Variabel Tergantung (Dependent Variable)

Variabel Tergantung (Dependent Variable) adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya variabel lain (Sugiyono,

2012). Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel tergantung adalah Perilaku

Inovatif.

2. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel Bebas (Independent Variable) adalah variabel yang

(48)

atau adanya perubahan pada variabel lain (Sugiyono, 2012). Maka dari itu,

adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah Resiliensi

B. Definisi Operasional

Menurut Sugiyono (2012), definisi operasional adalah penentuan konstrak

atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat diukur.

Berikut ini adalah definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan

dalam penelitian, yaitu

1. Perilaku Inovatif

Perilaku inovatif adalah kecenderungan karyawan Multi Level

Marketing untuk dapat berinovasi, yang diarahkan untuk menghasilkan,

memperkenalkan, dan mengaplikasikan hal-hal „baru‟ atau penerapan dari ide

-ide baru atau teknologi-teknologi untuk proses kerja yang secara signifikan

meningkatkan efisiensi dan efektifitas mereka serta dapat memberikan

(49)

opportunity exploration, generativity, formative investigation, championing,

dan applicationing. Skala tersebut terdiri dari 17 aitem yaitu 11 aitem favorable dan 6 aitem unfavorable.Skor total yang dihasilkan oleh skala akan

menunjukkan baik atau buruknya perilaku inovatif yang dilakukan karyawan.

Semakin tinggi skor perilaku inovatif maka semakin sering karyawan

menunjukkan perilaku inovatif tersebut. Sebaliknya, semakin rendah skor

perilaku inovatif maka semakin jarang karyawan menunjukkan perilaku

inovatif.

2. Resiliensi

Resiliensi adalah kapasitas karyawan untuk beradaptasi terhadap

masalah serta mengatasi masalah dalam pekerjaan yang sedang dojalani,

dimana kemampuan ini membuat individu mencapai prestasi dalam

pekerjaannya.

Resiliensi diukur dengan menggunakan skala Resiliensi yang disusun

berdasarkan teori Resiliensi yang dikemukakan oleh Reivich dan Shatte

(2002). Skala ini melihat resiliensi individu berdasarkan 7 faktor yaitu:

regulasi emosi, impulse control, optimism, causal analysis, empati, efikasi diri dan reaching out. Skala tersebut terdiri dari 33 aitem, yaitu 25 aitem favorable dan 8 aitem unfavorable. Skor total yang dihasilkan akan dinilai

(50)

resiliensi. Individu yang memiliki skor tinggi akan memiliki kemampuan

beradaptasi yang baik. Sementara individu yang memiliki skor rendah akan

memiliki kemampuan adaptasi yang rendah.

C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2012) adalah generalisasi yang terdiri

dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah

karyawan-karyawan yang bekerja di perusahaan produk/jasa X sebagai distributor.

2. Sampel dan Metode Pengambilan Sampel

Menurut Sugiyono (2012), Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Adapun penentuan jumlah

sampel yang dikembangkan oleh Roscoe (dalam Sugiyono, 2010),

(51)

Adapun tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kriteria khusus (Sugiyono, 2010).

D. Metode Pengumpulan Data

Didalam sebuah penelitian, metode pengumpulan data mempunyai

tujuan untuk emngungkapkan fakta mengenai variabel yang akan fiukur

(Azwar, 2013). Untuk itu peneliti dapat mempertimbangkan metode

pengumpulan data yang digunakan. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan Skala Model Likert yang disajikan dalam bentuk pernyataan

favorable dan sebagian unfavorable dengan menggunakan lima alternatif

jawaban yang terdiri dari Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), netral (N), tidak

sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS). Subjek penelitian akan diminta

untuk memberikan pernyataan respon yang sesuai dengan diri subjek.

Penelitian ini menggunakan dua buah skala model likert yaitu sebagai

berikut:

1. Skala Perilaku Inovatif

Metode pengambilan data mengenai perilaku inovatif dilakukan

dengan membuat skala mengenai perilaku inovatif yang disusun berdasarkan

teori Perilaku Inovatif yang dikemukakan oleh Kleysen dan Street (2001)

(52)

formative investigation, championing, dan applicationing. Skala tersebut terdiri dari 17 aitem yaitu 11 aitem favorable dan 6 aitem unfavorable.

Model skala perilaku inovatifmenggunakan skala model Likert yang

Berjumlah17 item. Aitem terdiri dari pernyataan dengan 5 pilihan jawaban

yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan

Sangat Tidak Setuju (STS). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan

favourable (mendukung) atau unfavourable (tidak mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1 sampai 5. Bobot penilaian untuk pernyataan

favourable yaitu: SS = 5, S = 4, N = 3, TS = 2, dan STS = 1. Sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavourable yaitu: SS = 1, S = 2, N = 3, TS = 4, dan STS = 5. Penilaian tersebut untuk melihati baik atau buruknya perilaku

inovatif masing-masing karyawan.

Adapun blue print untuk skala perilaku inovatifdapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1 . Blueprint Skala Perilaku Inovatif Sebelum Uji Coba

ASPEK AITEM FAV AITEM

UNFAV

BOBOT JUMLAH

(53)

Generativity 5, 6 7 17,64 % 3

Formative investigation 8, 9 10 17,64% 3

Championing 11, 12 13 17,64 % 3

Applicationing 14, 15 16,17 23,52 % 4

2. Skala Resiliensi

Metode pengambilan data mengenai resiliensi dilakukan dengan

membuat skala mengenai resiliensi yang disusun berdasarkan teori Resiliensi

yang dikemukakan oleh Reivich dan Shatte (2002). Skala ini melihat

resiliensi individu berdasarkan 7 faktor yaitu: regulasi emosi, impulse control, optimism, causal analysis, empati, efikasi diri dan reaching out. Skala tersebut terdiri dari 33 aitem, yaitu 25 aitem favorable dan 8 aitem

unfavorable.

Model skala resiliensimenggunakan skala model Likert yang Berjumlah 33 item. Aitem terdiri dari pernyataan dengan 5 pilihan jawaban

(54)

Sangat Tidak Setuju (STS). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan

favourable (mendukung) atau unfavourable (tidak mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1 sampai 5. Bobot penilaian untuk pernyataan

favourable yaitu: SS = 5, S = 4, N = 3, TS = 2, dan STS = 1. Sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavourable yaitu: SS = 1, S = 2, N = 3, TS = 4, dan STS = 5. Penilaian tersebut untuk melihat baik atau buruknya resiliensi

masing-masing karyawan.

Adapun blue print untuk skala resiliensidapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2 . Blueprint Skala Resiliensi Sebelum Uji Coba

ASPEK AITEM

FAV

AITEM

UNFAV

BOBOT JUMLAH

AITEM

Regulation Emotion 1, 2, 3, 4 5 15,15% 5

Impulse Control 6,7, 8,9,10 11 18,18% 6

(55)

Self Efficacy 26,27,28 31 12,12% 4

Reaching Out 30.29..32 33 9,09% 4

E. Uji Coba Alat Ukur

1. Validitas Alat Ukur

Suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur tersebut dapat

mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2012). Validitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi

mengukur sejauh mana aitem-aitem yang ada didalam tes dapat

mencakup keseluruhan objek yang hendak diukur. Adapun pengujian

validitas ini dengan menggunakan analisis rasional atau dengan

pendapat dari para ahli di bidang tersebut.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas

tampang (face validity) dan validitas isi (content validity). Validitas tampang merupakan hal yang penting dalam membuat skala karena

tampilan skala akan membangkitkan minat subjek untuk menjawab

dengan kesungguhan hati. Sedangkan validitas isi merupakan suatu

estimasi untuk melihat sejauh mana aitem-aitem skala mewakili

(56)

sejauh mana aitem-aitem skala mencerminkan indikator keperilakuan

yang hendak diukur (Azwar, 2012).

Validitas tampang berusaha dicapai dengan penyajian alat ukur

yang rapi, jelas, serta menarik agar subjek dapat mengisi aitem-aitem

dalam skala dengan konsisten. Validitas isi diusahakan dengan

pengujian aitem melalui professional judgement (Azwar, 2012).

Professional judgement dilakukan dengan cara berkonsultasi dengan pihak lain yang lebih mengerti tentang pembuatan alat ukur dan

variabel yang akan diukur.

2. Daya Diskriminasi Aitem

Menurut Azwar (2010), uji daya diskriminasi aitem dilakukan

untuk melihat sejauh mana aitem dapat membedakan antara individu

atau kelompok yang tidak memiliki atribut dengan yang memiliki

atribut yang akan diukur. Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan

dengan komputasi korelasi antara distribusi antar skor skala itu sendiri

dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment

(57)

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil yang diperoleh dari suatu

pengukuran dapat dipercaya. Menurut Azwar (2012), reliabilitas

dicapai apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap

kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Uji reliabilitas

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konsistensi

internal (Cronbach’s Alpha Coeffecient), yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok

individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar

aitem atau antar bagian dalam skala menggunakan SPSS 21.0 for Windows.

F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

Untuk melihat daya beda item, dilakukan analisa uji coba dengan

menggunakan aplikasi komputer SPSS version 21.0 for Windows, kemudian nilai corrected item total correlation yang diperoleh dengan Pearson Product Moment dengan interval kepercayaan 95% yang memiliki harga kritik 0.30. Karena menurut Azwar (1999), semua item yang mencapai koefisien korelasi

minimal 0.30, daya pembedanya dianggap memuaskan.

a. Skala Perilaku Inovatif

Hasil analisis skala perilaku inovatif menunjukkan bahwa dari 17

aitem, terdapat 13 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total minimal

(58)

perhitungan reliabilitas skala kohesivitas kelompok menghasilkan nilai

koefisien alpha sebesar 0,842.

Tabel 3.4 . Blueprint Skala Perilaku Inovatif Setelah Dilakukan Uji Coba

ASPEK AITEM FAV AITEM

UNFAV

BOBOT JUMLAH

AITEM

Opportunity exploration 1 2 30,79 % 4

Generativity 3, 4 5 23,07% 3

(59)

b. Skala Resiliensi

Hasil analisis skala resiliensimenunjukkan bahwa dari 33aitem,

terdapat 29 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem totalminimal sebesar

≥ 0,30. Sedangkan jumlah aitem yang gugur sebanyak 4aitem. Hasil

perhitungan reliabilitas skala resiliensi menghasilkannilai koefisien alpha

sebesar 0,976.

Tabel 3.3 . Blueprint Skala Resiliensi Setelah Dilakukan Uji Coba

ASPEK AITEM

FAV

AITEM UNFAV

BOBOT JUMLAH

AITEM

Regulation Emotion 1, 2, 3, 4 5 17,24% 5

Impulse Control 6,7, 8,9, 10 17,24% 5

Optimism 11,12,13,14 15,16 20,68% 6

Causal Analysis 17,18 19 10,34% 3

(60)

Self Efficacy 24,25,26 27 13,79% 4

Reaching Out .28..29 - 6,89% 2

G. Metode Pengolahan Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif

yang digunakan untuk menguji hubungan variabel tergantung terhadap variabel

bebas. Metode yang statistik yang akan digunakan adalah teknik analisa pearson product moment., dimana ini merupakan suatu analisis yang mengukur hubungan kausal antara variabel bebas dan variabel tergantung (Sugiyono, 2012). Metode

analisa pearson product moment. dapat dilakukan dengan bantuan SPSS 21.0. Namun, sebelum menganalisis data, maka terlebih dahulu dilakuakn uji asumsi

terhadap variabel-variabel penelitian, yaitu :

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah

variabel bebas dan variabel tergantung terdistribusi secara normal.

Pengukuran uji normalitas ini menggunakan teknik One-Sample Kolmogorov

(61)

Uji linearitas adalah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui apakah variabel bebas dan variabel tergantung mempunyai

hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini dilakukan dengan

menggunakan analisis statistik uji F dengan bantuan program SPSS 21.0.

Suatu data dikatakan linear apabila p<0,00 (Azwar, S. 2004).

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Ketiga tahap

tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan ini yang dilakukan oleh peneliti adalah:

a. Pembuatan Alat Ukur

Pada tahap ini, alat ukur yang terdiri dari skala resiliensi dan

skala perilaku inovatif dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori

yang telah diuraikan. Peneliti membuat 33 item untuk skala resiliensi

dan 17 item untuk skala perilaku inovatif. Skala resiliensi dan skala

perilaku inovatif dibuat dalam bentuk booklet yang terdiri dari 5

alternatif pilihan jawaban, dimana disamping pernyataan telah

disediakan tempat untuk menjawab sehingga memudahkan subjek

(62)

b. Evaluasi alat ukur

Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah mengevaluasi atau

memeriksa kembali aitem-aitem dalam alat ukur. Aitem- aitem

tersebut dievaluasi secara kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi kualitatif

dilakukan dengan bantuan professional judgement untuk menilai

apakah indikator dan aitem yang ada sesuai dengan aspek variabel.

Evaluasi kuantitatif dilakukan dengan menguji coba alat ukur pada

sejumlah partisipan.

c. Revisi alat ukur

Tahap selanjutnya, peneliti menguji daya beda aitem dan

reliabilitas skala resiliensi dan skala perilaku inovatif dengan

menggunakan aplikasi komputer SPSS version 21,0 for windows.

Setelah diketahui aitem-aitem mana saja yang memenuhi validitas dan

reliabilitasnya, peneliti mengambil item-item tersebut untuk dijadikan

skala resiliensi dan skala perilaku inovatif yang disusun dalam bentuk

(63)

Setelah alat ukur diuji coba kepada 150 orang subjek dan sudah

direvisi, maka dilaksanakan penelitian dari tanggal 28 February – 20

Maret 2016. Pengambilan data ini dilakukan pada karyawan Multi Level

Marketing X. Pembagian skala penelitian langsung diberikan kepada

pimpinan perusahaan dan pimpinan perusahaan menyebar kepada

karyawannya.

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah diperoleh hasil skor resiliensi dan perilaku inovatif pada

masing-masing subjek, maka untuk pengolahan data selanjutnya, peneliti

menggunakan aplikasi komputer SPSS version 21,0 for windows.

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan pembahasan hasil penelitian sesuai dengan data

yang diperoleh. Pembahasan pada bab ini meliputi gambaran umum subjek

penelitian, hasil uji asumsi, hasil utama penelitian berupa pengujian hipotesis, dan

hasil tambahan berupa deskripsi data penelitian yang turut memperkaya hasil

penelitian.

(64)

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah Multi Level Marketing (MLM) pada

perusahaan X. Subjek penelitian berjumlah 150 orang. Sebelum dilakukan analisis

data, terlebih dahulu diuraikan gambaran subjek peneitian berdasarkan jenis kelamin,

usia dan lama bekerja.

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Menurut Papalia, Old, & Feldman (2007), kategori usia dewasa dibagi

menjadi tiga yaitu dewasa awal (20-40 tahun), dewasa tengah (41-65

tahun), dan dewasa akhir (di atas 65 tahun). Berdasarkan kategori tersebut,

maka diperoleh gambaran subjek penelitian sebagai berikut.

Tabel 4.1 Gambaran Usia Subjek Penelitian

Kategorisasi Usia N Persentase (%)

Dewasa awal (20-40 tahun) 147 98

Dewasa tengah (41-65 tahun) 3 2

(65)

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh gambaran bahwa sebagian besar

subjek penelitian berada pada kategori usia dewasa awal (20-40 tahun), yaitu

sebanyak 147 orang (98 %), kemudian subjek penelitian dengan usia dewasa

tengah (41-65 tahun) sebanyak 3 orang (2 %), dan tidak ada subjek dari usia

dewasa akhir (di atas 65 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa karyawan MLM

yang bekerja di X rata-rata berada pada kategori usia dewasa awal.

2. . Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian diperoleh gambaran

sebagai berikut.

Tabel 4.2 Gambaran Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Jenis Kelamin N Persentase (%)

Perempuan 55 36,6667

Laki-laki 95 63,333

(66)

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh gambaran bahwa subjek penelitian

berjenis kelamin perempuan berjumlah 55 orang (36,6667%) dan subjek

penelitian berjenis kelamin laki-laki berjumlah 95 orang (63,333%). Hal ini

menunjukkan bahwa karyawan MLM yang bekerja di X rata-rata berjenis

kelamin laki-laki.

B. Hasil Uji Asumsi

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan analisis Pearson Product Moment.Sebelum melakukan analisis tersebut maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian yang bertujuan untuk melihat bagaimana distribusi data

penelitian. Uji asumsi dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji

linieritas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa data terdistribusi

secara normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan

(67)

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas

0,100 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel resiliensiterdistribusi

secara normal. Selanjutnya, hasil uji normalitas terhadap variabel perilaku

inovatif kelompok menunjukkan nilai p = 0,102. Hasil ini menunjukkan

bahwa nilai p = 0,102 > 0,05 maka data dari variabel perilaku inovatif

terdistribusi secara normal.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah korelasi antara

variabel dependen dan variabel independen membentuk garis linear atau tidak.

Uji linearitas dalam penelitian ini menggunakan metode statistik Uji F. Data penelitian dikatakan berkorelasi linear apabila signifikansi atau nilai p untuk

linearity< 0,05 dan signifikansi atau nilai p untuk deviation from linearity > 0,05. Hasil uji linearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5Hasil Uji Linearitas P

Linearity Deviation from linearity

(68)

dengan Perilaku Inovatif

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai p untuk

linearity< 0,05 yaitu sebesar 0,003 dan nilai p untuk deviation from linearity> 0,05, yaitu sebesar 0,319. Dengan demikian, kualitas layanan berhubungan

secara linear dengan loyalitas pelanggan.

C. Hasil Utama Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara resiliensidengan perilaku inovatif pada MLM X.Untuk

menguji hubungan antara hubungan antara resiliensi dengan perilaku inovatif,

peneliti menggunakan analisis pearson product moment dengan bantuan aplikasi komputer SPSS 21.0 for Windows. Hasil pengolahan data dijelaskan dengan tabel berikut:

.Tabel 6 Hasil Analisis Pearson Product Moment

(69)

Sig. (2-tailed) ,000

N 150 150

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Norma yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

antara resiliensidengan perilaku inovatifyakni, jika sig > 0.05 maka hipotesis

penelitian ditolak, sebaliknya jika sig < 0,05 maka hipotesis penelitian

diterima. Sementara interprestasi angka korelasi menurut Prof. Sugiyono

(2007)0-0,199 (Sangat lemah), 0,20-0,399 (Lemah), 0,40-0,599 : (Sedang),

0,60 -0,799 (Kuat) dan 0,80-1,0 (Sangat kuat) Berdasarkan tabel hasil analisis

di atas dengan menggunakan analisis pearson product moment, diperoleh korelasi antara variabel resiliensidengan perilaku inovatifsebesar 0,961, yang

artinya “Sangat Kuat”, dengan significansi sebesar 0,000 yaitu 0,000 < 0,05.

Hal ini juga menunjukkan adanya korelasi atau hubungan antara

resiliensidengan perilaku inovatif.

D. Hasil Tambahan Penelitian

1. Deskripsi dan Kategorisasi Data Variabel Resiliensi a. Deskripsi Data Resiliensi

Berdasarkan data penelitian, maka data empirik dan data hipotetik

resiliensi adalah sebagai berikut.

(70)

Variabel N

Data Hipotetik Data Empirik

Skor

Mean SD

Skor

Mean SD

Min Maks Min Maks

Resiliensi 150 29 145 87 19,33 40 151 100,91 30,990

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa mean hipotetik

resiliensi adalah 87 dengan standar deviasi sebesar 19,33 dan mean

empirik resiliensi adalah 100,91 dengan standar deviasi 30,990.

Apabila dilihat perbandingan antara mean hipotetik dengan mean

empirik pada variabel resiliensi, maka diperoleh mean empirik lebih

besar dari mean hipotetik dengan selisih sebesar 13,91. Hasil ini

menunjukkan bahwaresiliensi yang dirasakan pada subjek penelitian

lebih positif daripada populasi pada umumnya.

b. Kategorisasi Data Resiliensi

Kategorisasi data resiliensiakan dilakukan dalam tiga kategori dengan

(71)

Baik X > (M + 1SD)

Netral (M –1SD) ≤ X ≤ (M + 1SD)

Buruk X < (M – 1SD)

Tabel berikut menunjukkan kategorisasi persepsi subjek penelitian

terhadap Resiliensi pada subjek penelitian.

Tabel 4.10 Kategorisasi Data Resiliensi

Kategori Rentang Nilai N Persentase (%)

Baik X >106,33 108 72

Netral 67,667≤ X ≤106,33 42 28

Buruk X <67,667 0 0

Total 150 100

Pada data penelitian mengenai resiliensi, mean empirik sebesar 100,91

yang berada pada kategori skor baik. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi

subjek penelitian mengenai resiliensi berada pada kategori baik. Tabel di atas

(72)

berada pada kategori tinggi, 0% subjek memiliki resiliensi yang berada pada

kategori netral, dan 28%subjek yang memiliki resiliensi di katagori buruk.

2. Deskripsi dan Kategorisasi Data Variabel Perilaku Inovatif a. Deskripsi Data Perilaku inovatif

Berdasarkan data penelitian, maka data empirik dan data hipotetik

variabel perilaku inovatif adalah sebagai berikut.

Tabel 4.11 Deskripsi Data Perilaku Inovatif

Variabel N

Data Hipotetik Data Empirik

Skor

Untuk variabel perilaku inovatif, diketahui bahwa mean

hipotetiknya adalah 39 dengan standar deviasi sebesar 8,667 dan mean

empirik perilaku inovatif adalah 45,09 dengan standar deviasi 13,045.

Perbandigan mean hipotetik dan mean empirik perilaku inovatif

(73)

b. Kategorisasi Data Perilaku Inovatif

Kategorisasi perilaku inovatifakan dilakukan dalam tiga

kategori dengan menggunakan rumus mean dan standar deviasi

sebagai berikut.

Tabel 4.12 Norma Kategorisasi Data Perilaku Inovatif

Kategori Rentang Nilai

Baik X > (M + 1SD)

Netral (M - 1SD) ≤ X ≤ (M + 1SD)

Buruk X < (M – 1SD)

Tabel berikut menunjukkan norma kategorisasi perilaku

inovatif karyawan MLM X.

Tabel 4.13 Kategorisasi Data Perilaku Inovatif Kategori Rentang Nilai N Persentase (%)

(74)

Netral 30,333 ≤ X ≤ 47,667 2 1,3

Buruk X <30,333 46 30,7

Total 150 100

Pada data penelitian perilaku inovatif, mean empirik sebesar

45,09 yang berada pada kategori perilaku inovatif yang sedang. Hal ini

menunjukkan bahwa perilaku inovatifpada subjek penelitian berada

pada kategori sedang. Tabel di atas menunjukkan bahwa 68% subjek

penelitian memiliki perilaku inovatif yang tinggi, 1,3% subjek

memiliki perilaku inovatifberada pada kategori sedang, dan 30,7%

subjek tmemiliki perilaku inovatif yang buruk pada pekerjaannya.

(75)

perubahan yang baik demi keberlangsungan hidup perusahaan (Luthans,

dalam Rusmawati, 2011). Untuk itu, perusahaan harus mampu

memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi

karyawannya.Dalam penelitian ini, telah dianalisa hubungan antara resiliensi

dengan perilaku inovatif pada karyawan MLM X. Resiliensi dipilih sebagai

faktor yang diteliti karena resiliensi mengacu pada kemampuan individu

untuk bertahan dan bangkit kembali guna memulihkan kebahagiaan setelah

menghadapi situasi yang tidak menyenangkan dalam pekerjaan yang mereka

lakukan selama bekerja (Luthans,dalam Rusmawati, 2011).

Hasil penelitian mengenai hubungan antara resiliensi dengan perilaku

inovatif karyawan MLM X menunjukkan bahwa hipotesa alternatif penelitian

diterima (p<0,05) dengan nilai r sebesar 0,961 dengan signifikansi 0,000

yaitu ada hubungan antara resiliensi dengan perilaku inovatif pada karyawan

MLM X. Hal ini berarti bahwa semakin baik resiliensi pada karyawan MLM

X, maka semakin baik perilaku inovatif pada karyawan MLM X yang berarti

Terdapat hubungan positif antara resiliensi dengan perilaku inovatif

karyawan, dimana jika karyawan resilien maka terdapat perilaku inovatif.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Yuwono

dkk (dalam Rusmawati, 2011), bahwa karyawan yang lebih resilien akan

semakin mungkin menolong teman sekerjanya tanpa mengharap imbalan

(76)

mematuhiperaturan agar terhindar dari konflik dengan karyawan lain dan

sadar akan semua tugas dan tanggung jawabnya tanpa tekanan atasan.Dengan

adanya resiliensi di tempat kerja diharapkan dapat mendorong perilaku

inovatif karyawan. Semakin resilien seorang karyawan maka semakin tinggi

kemungkinan untuk menunjukkan perilaku inovatif (Robbins, 2006)

Dari hasil analisis deskriptif variabel resiliensi, diperoleh bahwa

sebanyak 108 (72%) subjek memiliki resiliensi yang baik, dan 42 (28%)

subjek lainnya memiliki resiliensi yang buruk. Sedangkan pada variabel

perilaku inovatif semua subjek penelitian yaitu sebanyak 102 (68%) subjek

memiliki perilaku inovatif yang berada pada kategori tinggi, 2 (1,3%) subjek

memiliki perilaku inovatif yang berada pada kategori sedang dan 46 (30,7 %)

subjek memiliki perilaku inovatif yang berada pada kategori buruk. Guna

mendapatkan penjelasan lebih lanjut, peneliti melakukan komunikasi personal

kepada subjek penelitian.

Yah kalau kita gak bisa menangani masalah kalau lagi kerja, ya mana bisa lanjut kerjanya,, kami juga harus dituntut untuk bisa lebih dalam menawarkan produk yang harus kami pasarkan,, kalau gak bisa mikir ide-ide yang baru mana bisa keerja,, heheh gitu la kira-kira dek (Komunikasi Personal, 23 February 2016)

(77)

pekerjaan subjek, dalam hal ini yaitu memasarkan produk yang ada dari

perusahaan mereka untuk ditawarkan kepada calon konsumen dengan

cara-cara yang mereka ciptakan sendiri.

Hasil penelitian ini harus diinterpretasikan berdasarkan situasi pada

saat penelitian berlangsung. Data dikumpulkan pada awal bulan Februari

sampai 15 Maret 2016, sehingga hasil yang diperoleh mengenai resiliensi dan

perilaku inovatif karyawan MLM X menggambarkan fenomena yang saat itu

berlangsung diarea lingkungan kerja para karyawan MLM X.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini, peneliti akan menjabarkan mengenai kesimpulan dan saran

(78)

praktis. Saran teoritis adalah saran yang dapat digunakan untuk meningkatkan

penelitian sejenis di masa mendatang.Saran yang bersifat praktisadalah saran untuk

penggunaan yang bersifat praktis.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

Terdapat hubungan antara resiliensi dengan perilaku inovatif pada

karyawan Multi Level Marketing (MLM) X. Semakin resilien seorang

karyawan maka semakin tinggi kemungkinan untuk menunjukkan perilaku

inovatif dalam pekerjaannya.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan kesimpulan yang

telah dikemukakan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran. Saran ini

dharapkan dapat berguna untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan

dengan resiliensi dan perilaku inovatif.

1. Saran Metodologis

a. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin menjadikan resiliensi dan perilaku

(79)

pada skala hingga diperoleh penyebaran jumlah aitem yang

proporsional pada masing-masing aspek.

b. Proses pengambilan data sebaiknya dilakukan secara langsung kepada

subjek, agar tercipta komunikasi dan proses penelitian yang lebih baik.

c. Penelitiannya sebaiknya dilakukan kepada seluruh populasi, agar dapat

digeneralisasikan.

2. Saran Praktis

Mengingat resiliensi dan perilaku inovatif berhubungan positif, maka

sebaiknya organisasimelakukan beberapa upaya untuk meningkatkan

resiliensi dari distributor. Upaya tersebut diantaranya dengan mengundang

pembicara untuk mengadakan seminar bagi para distributor, dan

melakukan pelatihan berkelanjutan untuk menigkatkan resiliensi dari

setiap distributor.

(80)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Perilaku Inovatif

1. Pengertian Perilaku Inovatif

Perilaku inovatif didefinisikan sebagai tindakan individu yang

mengarah pada pemunculan, pengenalan dan penerapan dari sesuatu yang

baru dan menguntungkan (Kleysen dan street, dalam Fajrianthi, 2012).

Sesuatu yang menguntungkan meliputi pengembangan ide produk baru

atau teknologi-teknologi, perubahan dalam prosedur administratif yang

bertujuan untuk meningkatkan relasi kerja atau penerapan dari ide-ide

baru atau teknologi-teknologi untuk proses kerja yang secara signifikan

meningkatkan efisiensi dan efektifitas mereka (Kleysen dan street, dalam

(81)

bermanfaat dalam berbagai level organisasi. Perilaku inovatif sering

dikaitkan dengan kreatifitas karyawan. Namun, keduanya memiliki

konstruk perilaku yang berbeda (De Jong, dalam Amir 2015). Dimana,

kreatifitas dapat dilihat pada tahap pertama dari proses perilaku inovatif

yang dibutuhkan karyawan untuk menghasilkan ide-ide baru (West, dalam

De Jong, 2007). Sedangkan perilaku inovatif memiliki proses yang lebih

kompleks karena ide-ide tersebut akan sampai pada tahap aplikasi (De

Jong, dalam Amir 2015).

Sedangkan menurut Scott (dalam Nindyati, 2009) perilaku inovatif

yaitu perilaku untuk memunculkan, meningkatkan dan menerapkan

ide-ide baru dalam tugasnya, kelompok kerjanya atau organisasinya.Menurut

(Inkeles, et.al.) dalam (Purba, 2009) mengartikan proses modernisasi

dikaitkankan dengan perilaku inovatif sebagai proses perubahan

kehidupan masyarakat, ditekankan bahwa perubahan kehidupan akibat

perilaku inovatif modernisasi ini diikuti oleh perubahan sikap, sifat atau

gaya hidup individu-individu dalam masyarakat

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa perilaku inovatif adalah keseluruhan tindakan individu yang

memunculkan, mengenalkan, dan menerapkan sesuatu hal yang baru dan

(82)

2. Aspek Perilaku inovatif

Menurut Kleysen & Street (dalam Amir 2015), perilaku inovatif

memiliki 5 aspek, yaitu :

a. Oppurtunity Exploration

Aspek ini mengacu pada mempelajari atau mengetahui lebih

banyak mengenai peluang untuk berinovasi.

b. Generativity

Aspek ini mengacu pada pemunculan konsep-konsep untuk tujuan

pengembangan.

c. Formative Investigation

Aspek ini mengacu pada pemberian perhatian untuk

menyempurnakan ide, solusi, opini, dan melakukan peninjauan

terhadap ide-ide tersebut.

(83)

Aspek ini mengacu pada mencoba untuk mengembangkan,

menguji coba, dan mengkomersialisasikan ide-ide inovatif.

3. Faktor yang mempengaruhi Perilaku Inovatf

Etikariena & Muluk (2014) mengemukakan ada beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi munculnya perilaku inovatif, yaitu faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor tersebut adalah:

a. Faktor Internal

1. Tipe Kepribadian

Menurut Janssen, Van den Ven dan West adalah orang yang

memiliki tipe kepribadian adalah orang yang mampu dan berani

mengambil resiko terhadap perilaku inovatif yang di buat.

2. Gaya individu dalam memecahkan masalah

Karyawan yang memiliki gaya pemecahan masalah yang intuitif

dapat menghasilkan ide-ide sehingga menghasilkan solusi yang

baru.

b. Faktor Eksternal

1. Kepemimpinan

Banyak bawahan yang kutrang dapat menjaga hubungannya

(84)

inovatif sesorang tidak terlihat, namun karyawan yang memiliki

hubungan yang positif dengan pemimpinnya, cenderung

memunculkan perilaku inovatif pada karyawan. Harapan yang

tinggi dari pemimpin agar karyawannya menjadi inovatif juga

dapat mempengaruhi munculnya perilaku inovatif pada karyawan

(Scott & Bruce, dalam Fajrianthi 2012). 2. Dukungan untuk berinovasi

Dukungan dari orang-orang disekitar individu sangat

membantu bagi karyawan tersebut dalam menciptakan suatu

perilaku inovatif, bukan hanya itu dukungan dari orang dalam

organisasi tersebut juga bisa memunculkan perilaku inovatif bagi

karyawan tersebut (Scott & Bruce, dalam Fajrianthi 2012). 3. Tuntutan dalam pekerjaan

Tuntutan dari perusahaan cenderung meningkatkan semangat

para karyawannya untuk berperilaku inovatif. Tuntutan tersebut

menjadi dorongan bagi karyawan tersebut (Koesmono, 2007).

Salah satu hal yang muncul akibat adanya tingkat tuntutan

(85)

Iklim psikologis menunjukkan kepada bagaimana lingkungan

organisasi dipersepsikan dan diinterpretasikan oleh karyawan

Brown dan Leigh (dalam Yekty, 2006).

B. RESILIENSI

1. Pengertian Resiliensi

Ketahanan dalam ilmu psikologi positif disebut dengan resiliensi

(Luthans, 2006). Resiliensi mengacu pada kemampuan individu untuk

bertahan dan bangkit kembali guna melanjutkan pekerjaan setelah

menghadapi situasi yang tidak menyenangkan dalam pekerjaan mereka.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Luthans (2006) resiliensi menjadi

faktor yang sangat diperlukan untuk dapat mengubah ancaman-ancaman

menjadi kesempatan untuk bertumbuh, berkembang, dan meningkatkan

kemampuan untuk beradaptasi demi perubahan yang baik.

Pada dasarnya konsep resiliensi merupakan konsep yang menarik

karena alasan yang mendasari hal tersebut adalah karna resiliensi dapat

menjawab mengapa satu orang lemah ketika mengalami masalah sulit,

sementara ada beberapa orang mengalami kebalikannya dan menjadikan

hal tersebut sebagai suatu keuntungan . Istilah resiliensi diformulasikan

(86)

yang diartikan sebagai kemampuan umum yang melibatkan kemampuan

penyesuaian diri yang tinggi dan luwes saat dihadapkan pada tekanan

internal maupun eksternal. Sejalan dengan itu menurut

Menurut Grotberg, resiliensi adalah suatu kemampuan yang

memungkinkan dimiliki seseorang, kelompok, atau komunitas untuk

mencegah dan menghilangkan pengaruh yang merugikan dari keadaan

yang tidak menyenangkan dalam pekerjaan (Grotberg, 2003).

Resiliensi menurut Henderson & Milstein (dalam Desmita, 2008)

adalah suatu kemampuan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan setiap

orang untuk bangkit dan mengatasi masalah yang sebelumnya terjadi.

Resiliensi tidak hanya dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang,

melainkan setiap orang.

2. Aspek Resiliensi

Menurut Reivich dan Shatte (dalam Widuri, 2012), resiliensi memiliki

7 aspek, yaitu:

a. Regulasi Emosi

(87)

hubungan dengan orang lain. Dimana emosi yang dialami seseorang

biasanya berpengaruh terhadap orang-orang disekitarnya.

b. Kontrol Impuls

Kontrol terhadap impuls adalah kemampuan individu untuk

mengendalikan impuls atau dorongan-dorongan dalam dirinya,

kemampuan mengontrol impuls akan membawa kepada kemampuan

berpikir yang jernih dan akurat.

c. Optimis

Optimis berarti individu memiliki kepercayaan bahwa segala

sesuatu akan menjadi lebih baik. Individu mempunyai harapan dan

kontrol atas kehidupannya. Optimis yang dimiliki oleh seorang

individu menandakan bahwa individu tersebut percaya bahwa dirinya

memiliki kemampuan untuk mengatasi kemalangan yang mungkin

terjadi di masa depan. Individu yang resilien adalah individu yang

optimis,Optimis adalah ketika kita melihat bahwa masa depan kita

cemerlang.

d. Kemampuan Menganalisis Masalah

Kemampuan menganalisis masalah pada diri individu dapat

dilihat dari bagaimana individu dapat mengidentifikasikan secara

akurat sebab-sebab dari permasalahan yang menimpanya. Individu

(88)

terus menerus melakukan kesalahan yang sama seperti yang sudah

dilakukan sebelumnya. Individu yang resilien merupakan individu

yang memiliki kognitif yang baik. Individu mampu mengidentifikasi

penyebab masalah yang menimpa mereka.

e. Empati

Empati merupakan kemampuan individu untuk bisa membaca

dan merasakan bagaimana perasaan dan emosi orang lain (Reivich &

Shatte, 2005). Individu dengan empati yang rendah cenderung

mengulang pola yang dilakukan oleh individu yang tidak resilien,

yaitu menyamaratakan semua keinginan dan emosi orang lain,

f. Self efficacy

Self efficacy mewakili kepercayaan individu bahwa individu mampu untuk mengatasi segala permasalahan disertai keyakinan akan

kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan-permasalahan

tersebut. Self efficacy merupakan suatu hal yang penting bagi resiliensi.

g. Pencapaian

(89)

C. Hubungan Resiliensi dengan Perilaku Inovatif Multi Level Marketing X

Banyaknya perusahaan-perusahaan yang terbentuk pada saat ini

mengakibatkan persaingan antar perusahaan. Persaingan tersebut dilakukan

agar tetap dapat mempertahankan eksistensi setiap perusahaan dalam pasar

dunia. Persaingan yang dihadapi cenderung memunculkan hal yang tidak

diinginkan oleh para pemasar (Hutahean, 2005).

Untuk menghadapi persaingan tersebut, tentunya harus disertai dengan

usaha yang keras pada masing-masing perusahaan, selain dalam hal produk

peran serta dari pemasar juga sangat diperlukan. Inovasi sangat dibutuhkan

untuk tetap bisa bertahan dalam pasar dunia. Pemasar akan menjadi perantara

yang paling dekat dengan para konsumen. Dengan adanya inovasi, organisasi

akan dapat merespon tantangan, dapat bertahan dan lebih mudah berkembang

(Van den Ven, 1986; Carmelli, Meitar, & Weisberg,dalam Kistyanto 2013)

Untuk itu perilaku inovatif dari para pemasar sangat dibutuhkan demi

keberlangsungan tercapainya target pemasaran yang di haruskan oleh setiap

perusahaan (Damanpour & Gopalakrishnan, 2008).Perilaku inovatif sendiri

dapat diartikan sebagai tindakan individu yang mengarah pada pemunculan,

pengenalan dan penerapan dari sesuatu yang baru dan menguntungkan

(Kleysen, dan street, dalam Fajrianthi, 2012).

Perilaku inovatif tentu saja tidak bisa muncul begitu saja, tetapi ada

(90)

Orang yang memiliki perilaku inovatif didalam dirinya adalah orang yang

memiliki opportunity exploration dimana, individu mempelajari atau mengetahui lebih banyak mengenai peluang untuk berinovasi (Kleysen &

Street, dalam Fajrianthi, 2012). Lingkungan merupakan hal yang sangat

berperan, dengan dia melihat lingkungan disekitarnya, maka individu dapat

menemukan peluang yang dimaksud. Generativity mengacu pada pemunculan konsep-konsep untuk tujuan pengembangan, setelah individu menemukan

peluang, individu mulai mengembangkan tujuan dari peluang tersebut (De

Jong, 2007). Formative Investigation mengacu pada pemberian perhatian untuk menyempurnakan ide, solusi, opini, dan melakukan peninjauan

terhadap ide-ide tersebut, disini individu sudah mulai akan mengaplikasikan

ide tersebut kedalam bukti yang lebih nyata (Kleysen & Street, dalam Amir

2015). Championing mengacu pada adanya praktek-praktek usaha untuk merealisasikan ide-ide. Dan melalui application mengacu pada mencoba untuk mengembangkan, menguji coba, dan mengkomersialisasikan ide-ide

inovatif (De Jong & Den Hartog, 2007).

Ketika karyawan tidak mampu menyelesaikan masalah dan

(91)

lakukan dengan baik (Robbins, 2006). Walsh (2006) mengungkapkan ini

adalah proses aktif dari ketahanan, perbaikan diri dan pertumbuhan dalam

merespon tantangan. Resiliensi merupakan salah satu bentuk kesadaran

seseorang untuk mengubah pola pikir dalam menghadapi permasalahan

sehingga tidak mudah putus asa (Benson, 2002). Karyawan yang memiliki

resiliensi didalam dirinya akan mampu meregulasi emosinya dalam

berhadapan dengan orang lain sehingga kemampuan menganalisis masalah

dari individu dapat terlihat (Reivich & Shatte, dalam Widuri, 2012).

Karyawan yang memiliki kontrol impuls yang baik juga dapat berfikir jernih

dalam menyelesaikan masalahnya dan dapat berfikir jernih untuk dapat

meghasilkan perilaku inovatif yang dapat membangun kinerja karyawan

dalam perusahaannya. Selain itu para karyawan juga harus optimis dimana

mereka percaya bahwa segala sesuatunya akan lebih baik dan dapat

menyelesaikan masalah dalam pemasaran yang sebelumnya dihadapi dan

dapat berakhir dengan karyawan bisa memikirkan perilaku inovatif yang akan

dia lakukan. Kita memandang bahwa masa depan atau apa yang akan kita

lakukan akan semakin baik (Reivich & Shatte, dalam Widuri, 2012). Melalui

empati karyawan mampu memahami perilaku dan keinginan calon custumer

nya. Individu dengan empati yang rendah cenderung mengulang pola yang

dilakukan oleh individu yang tidak resilien, yaitu menyamaratakan semua

(92)

melalui self efficacy dan pencapaian, karyawan dapat mengatasi segala masalah disertai keyakinan dan kekuatan untuk mengatasi masalah tersebut,

serta mampu untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam

kehidupannya yang mencakup pula keberanian seseorang untuk mengatasi

segala masalah-masalah yang mengancam dalam kehidupannya. Sehingga

karyawan memiliki resiliensi yang baik dan dapat disertai dengan perilaku

inovatif (Reivich & Shatte, dalam Widuri, 2012).

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat diduga atau

diasumsikan bahwa resiliensi berhubungan dengan perilaku inovatif

D. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan penjelasan kerangka berpikir diatas, maka hipotesa

penelitian ini adalah: Terdapat hubunganpositif antara resiliensi dengan

(93)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Di era sekarang ini banyak perusahaan-perusahaan baru yang

terbentuk. Terkhusus perusahaan yang memfokuskan pergerakannya di bidang

produksi suatu barang dan jasa. Hal tersebut mengharuskan perusahaan untuk

lebih bersaing agar dapat mempertahankan eksistensinya di dunia pasar, salah

satunya adalah dengan membangun sumber daya manusia yang terdidik,

dimana pihak pimpinan perusahaan berharap bahwa perusahaan mereka

mampu berkiprah secara lokal maupun global(Hutahean, 2005). Selanjutnya,

setiap perusahaan dituntut untuk dapat memahami pasar, dalam hal ini adalah

keinginan konsumennya. Serta memahami perubahan lingkungannya agar

dapat tetap bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya.

Menghadapihalini, perusahaan dituntut untuk memiliki usaha yang keras agar

mampu untuk bersaing dengan perusahaan lainnya (Hutahean, 2005).

Organisasi yang memiliki sumber daya manusia yang baik akan menjadikan

organisasi mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cusway,

2002).

Salah satu cara yang harus digunakan oleh perusahaan agar tetap

bertahan dibidang pemasaran adalah mencptakan perilaku inovatif dari

(94)

yang ada dalam organisasi akan dapat merespon tantangan, dapat bertahan dan

lebih mudah berkembang (Van den Ven, 1986; Carmelli, Meitar, & Weisberg,

2006). Hal ini mengacu pada pemunculan, pengenalan dan penerapan dari

sesuatu yang baru dan menguntungkan bagi organisasi tersebut melalui

sumber daya manusia. Hal tersebut dikatakan sebagai peilaku inovatif

(Kleysen & Street, 2001).

Pada saat ini tuntutan bagi organisasi untuk lebih inovatif

dibandingkan organisasi lain semakin lebih besar agar tetap menjadi

organisasi yang dapat berkompetisi dan bertahan untuk memenuhi kebutuhan

pasar atau konsumennya. Organisasi yang inovatif akan lebih mudah

menanggapi tantangan lingkungannya dengan lebih cepat dan lebih baik

dibandingkan organisasi yang kurang inovatif (Damanpour &

Gopalakrishnan, 2008).

Pentingnya inovatif bagi sumber daya manusia dalam sebuah

organisasi sejalan dengan keberhasilan dan kesuksesan mereka dalam

organisasi tersebut. Inovatif mengarah pada keharusan untuk dapat

menganalisis peluang, bertindak efektif dalam memikirkan hal-hal yang perlu

Gambar

Tabel 3.2 . Blueprint Skala Resiliensi Sebelum Uji Coba
Tabel 3.4 . Blueprint Skala Perilaku Inovatif Setelah  Dilakukan Uji Coba
Tabel 3.3 . Blueprint Skala Resiliensi Setelah Dilakukan Uji Coba
Tabel 4.1 Gambaran Usia Subjek Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, maka saya bermaksud untuk mengadakan penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yaitu skala resiliensi dan skala perilaku inovatif yang disusun berdasarkan aspek resiliensi oleh Reivich

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yaitu skala resiliensi dan skala perilaku inovatif yang disusun berdasarkan aspek resiliensi oleh Reivich

dapat merancang strategi pemasaran yang sesuai dengan keinginan konsumen,?. Namun terkadang tak sesuai dengan harapan, penjual

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi sebagai syarat kelulusan, saya membutuhkan sejumlah data yang dapat saya peroleh dengan adanya kerjasama

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, saya memerlukan sejumlah data yang hanya akan

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi USU, saya bermaksud mengadakan penelitian yang memerlukan sejumlah data yang

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi Sumatera Utara, saya meminta dan memohon kesediaan Bapak/Ibu dan