DAFTAR TABEL
1. Blue Print Skala Resiliensi Sebelum Dilakukan Uji Coba
ASPEK AITEM
FAV
AITEM UNFAV
BOBOT JUMLAH
AITEM
Regulation Emotion 1, 2, 3, 4 5 15,15% 5
Impulse Control 6,7, 8,9,10 11 18,18% 6
Optimism 12,13,14,15 16,17 18,18% 6
Causal Analysis 18,19 20 9,09% 3
Emphaty 21,22,23,24 25 15,15% 5
Self Efficacy 26,27,28 31 12,12% 4
2. Blue Print Skala Perilaku Inovattif Sebelum Dilakukan Uji Coba
3. Blueprint Skala Resiliensi Setelah Dilakukan Uji Coba
4. Blueprint Skala Perilaku Inovatif Setelah Dilakukan Uji Coba
ASPEK AITEM FAV AITEM
UNFAV
BOBOT JUMLAH
AITEM
Opportunity exploration 1 2 30,79 % 4
Generativity 3, 4 5 23,07% 3
Formative investigation 6 7 23,07% 3
Championing 8, 9 - 23,07% 3
Applicationing 10, 11 12, 13 30,79% 4
5. Gambaran Usia Subjek Penelitian
Kategorisasi Usia N Persentase (%)
Dewasa awal (20-40 tahun) 147 98
Dewasa tengah (41-65 tahun) 3 2
Dewasa akhir (di atas 65 tahun) 0 0
6. Gambaran Jenis Kelamin Subjek Penelitian
Jenis Kelamin N Persentase (%)
Perempuan 55 36,6667
Laki-laki 95 63,333
Total 158 100
7. Uji Normalitas dengan One Sample Kolmogorov Smirnov
8. Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
perilakuinovatif *
Between
Groups
(Combined) 4554,651 71 64,150 1,230 ,186
Linearity 483,955 1 483,955 9,276 ,003
9. Hasil Analisis Pearson Product Moment
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
10.Deskripsi Data Resiliensi
Variabel N
Data Hipotetik Data Empirik
Skor
Mean SD Skor Mean SD
Min Maks Min Maks
11.Norma Kategorisasi Data Resiliensi
Kategori Rentang Nilai N Persentase (%)
Baik X >87,16 108 72
Netral 86,84≤ X ≤ 87,16 0 0
Buruk X <86,84 42 28
Total 150 100
13.Deskripsi Data Perilaku Inovatif
Variabel N
Data Hipotetik Data Empirik
14.Norma Kategorisasi Data Perilaku Inovatif
Kategori Rentang Nilai
Tinggi X > (M + 1SD)
Netral (M - 1SD) ≤ X ≤ (M + 1SD)
Buruk X < (M – 1SD)
15.Kategorisasi Data Perilaku Inovatif
Kategori Rentang Nilai N Persentase (%)
Tinggi X >39,66 102 68
Sedang 38,34 ≤ X ≤ 39,66 2 1,3
Rendah X <38,34 46 30,7
Lampiran A
Reliabilitas dan Uji Daya Beda Aitem
Aitem 20 97,55 891,699 ,767 . ,975
2. Reliabilitas dan Uji Daya Beda Aitem Skala Perilaku Inovatif
Aitem 10 41,41 146,699 ,701 . ,917
Aitem 11 41,67 147,230 ,657 . ,919
Aitem 12 41,65 150,483 ,553 . ,922
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
1. UJI NORMALITAS RESILIENSI DAN PERILAKU INOVATIF
2. UJI LINEARITAS RESILIENSI DAN PERILAKU INOVATIF
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
perilakuinovatif *
resilieni
Between
Groups
(Combined) 4554,651 71 64,150 1,230 ,186
Linearity 483,955 1 483,955 9,276 ,003
Deviation from
Linearity
4070,696 70 58,153 1,115 ,319
Within Groups 4069,323 78 52,171
3. HASIL UTAMA PENELITIAN
Hasil Analisis Pearson Product Moment
Correlations
resiliensi Perilakuinovatif
Resiliensi
Pearson Correlation 1 ,961**
Sig. (2-tailed) ,000
N 150 150
perilakuinovatif
Pearson Correlation ,961** 1 Sig. (2-tailed) ,000
N 150 150
LAMPIRAN D
No:
SKALA PENELITIAN
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan hormat,
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi USU, saya membutuhkan sejumlah data yang hanya akan saya peroleh dengan adanya kerjasama dari Bapak/Ibu dalam mengisi skala ini.
Skala ini terdiri dari 50 pernyataan yang menggambarkan keadaan Bapak/Ibu, dan abang/kakak. Saya mohon Bapak/Ibu dan abang/kakak sekalian bersedia meluangkan waktu untuk mengisi skala ini. Dalam mengisi skala ini, tidak ada jawaban yangbenar atau
salah. Saya sangat berharap jawaban yang Bapak/Ibu dan abang/kakak berikan merupakan
jawaban yang sesungguhnya, tanpa mendiskusikan jawaban dengan orang lain. Saya harap Bapak/Ibu dan abang/kakak menjawab dengan terbuka, jujur, dan apa adanya.
Semua jawaban serta identitas Bapak/Ibu dan abang/kakak sekalian akan dijaga
kerahasiaannyadan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Petunjuk cara
pengisian skala akan dijelaskan lebih lanjut. Diharapkan Bapak/Ibu dan abang/kakak sekalian membaca petunjuk cara pengisian skala terlebih dahulu dan saat menjawab pastikan bahwa Bapak/Ibu dan abang/kakak sekalian menjawab seluruh pernyataan tanpa ada yang terlewati atau belum diisi.
Saya mengucapkan terima kasih banyak atas partisipasi Bapak/Ibu dan abang/kakak sekalian dalam penelitian ini. Bantuan Bapak/Ibu dan abang/kakak sekalian merupakan kontribusi yang sangat besar dan sangat berarti bagi penelitian ini.
Hormat Saya,
IDENTITAS DIRI
Nama/Inisial :
Usia : ... Tahun Jenis Kelamin :
Lama Bekerja : ... Tahun
Saya bersedia mengisi skala ini dengan sukarela
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini ada sejumlah pernyataan. Baca dan pahami setiap pernyataan yang ada. Seluruh pernyataan ini menggambarkan aktivitas yang mungkin Anda lakukan saat menawarkan produk anda kepada calon customer. Anda diminta untuk memilih salah satu pilihan jawaban yang tersedia di sebelah kanan. Pilihlah jawaban yang menggambarkan keadaan Anda yang sesungguhnya. Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban Anda. Pilihan yang tersedia yaitu:
No. Pernyataan SS S N TS STS 1. Saya sangat senang dengan
pekerjaan saya sekarang ini X
Jika Anda ingin mengganti jawaban, berikan tanda sama dengan (=) pada jawaban yang salah dan berikan tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap paling sesuai.
No. Pernyataan SS S N TS STS
3. Saya dapat mengendalikan keinginan saya, sehingga akan memilih berdasarkan kebutuhan saja
4. Ketika saya merasa marah kepada orang lain, saya akan menunggu perasaan saya membaik kemudian membicarakannya 5. Jika saya merasa marah saya akan
menunjukkannya tanpa memikirkan akibatnya
6. Agar tidak terburu-buru, Sebelum mengambil suatu tindakan atau keputusan saya akan mencari tahu informasi terlebih dahulu mengenai suatu masalah
suatu masalah
9. Ketika masalah muncul, saya langsung memikirkan apa yang menjadi penyebabnya
10. Ketika menghadapi masalah saya cenderung menyerah
11. Saya percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya
12. Setiap kerja keras yang kita lakukan, pasti membuahkan hasil walaupun sedikit 13. Saya mampu menyelesaikan masalah yang
saya hadapi
14. Saya terbiasa mengandalkan diri sendiri untuk mengatasi permasalahan saya. 15. Saya kurang yakin dapat tampil menjadi
yang terbaik melebihi orang lain
16. Saya tidak yakin bahwa pekerjaan saya baik dimata orang yang melihat
17. Ketika masalah datang, saya akan terlebih dahulu mencaritahu penyebab masalah tersebut
18. Saya tidak mau memikirkan hal-hal diluar kendali saya
menginterpretasikan suatu masalah
20. Saya tahu perasaan customer saya, ketika saya melihat wajahnya
21. Saya mampu merasakan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh orang lain 22. Saya memahami apa yang menjadi
kekurangan dan kelebihan saya
23. Jika saya ada masalah, saya mudah terbawa emosi
24. Teman-teman kerja saya suka meminta pendapat saya ketika mereka ada masalah 25. Jika solusi pertama tidak berhasil, saya
akan mencoba solusi lain
26. Saya percaya bahwa saya bisa menyelesaikan masalah saya dengan baik 27. Saya bertindak atas kemauan diri saya,
bukan kemauan orang lain 28. Saya tidak mau mencoba hal baru
No. Pernyataan SS S N TS STS mengembangkan rencana baru bagi perusahaan.
5. Lebih baik mengikuti perencanaan yang sudah ditetapkan, daripada memikirkan ide baru untuk kemajuan perusahaan 6. Melalui diskusi, Saya meminta masukan
teman dan atasan untuk penyempurnaan ide yang saya miliki
7. Saya merasa yakin dengan ide dan pemikiran saya sehingga tidak memerlukan masukan orang lain.
8. Saya mencari dukungan dari pemimpin atau rekan kerja agar dapat menerapkan ide yang telah dibuat
9. Saya berusaha meyakinkan pemimpin dengan data dan fakta sehingga pemikiran dan ide saya dapat diwujudkan.
pekerjaan saya
11. Saya berusaha memberikan pemahaman pada pihak lain agar mendukung ide dan pemikiran saya.
12. Saya merasa orang lain dapat mencuri ide dan pemikiran saya
13. Saya kurang nyaman mengutarakan ide dan pemikiran kepada pihak lain.
Amir (2015). Validation of Innovative Behavior as A MultidimensionalConstruct. Jurnal Manajemen TeknologiVol.14 | No.1 | 2015
Apriawal (2012). Resiliensi Pada Karyawan yang Mengalami Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK). Jurnal Psikologi, Emphaty Vol.I No.1..
Azwar, S. (2004). Metode penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Carmelli, A., Meitar, R., & Weisberg, J. (2006). Self leadership skill and innovativebehavior at work. International Journal of Manpower,27(1), 75-90. Coulson, R. (2006). Resilience and self-talk in. Thesis. University Students:University
of Calgary.
Damanpour, F., & Gopalakrishnan, S. (1998). Theories of organizational structure and innovation adoption: the role of environment change. Journal of Engineering Technology Management, 15, 1-24.
Damanpour, F., & Scheider, M. (2008). Characteristics of innovation and innovation adoption: Assessing the role of managers. Journal of PublicAdministration Research, 19(3), 495 - 522.
De Jong, J.P.J., & Den Hartog, D. (2007). How leaders influence employee's innovative behavior.European Journal of Innovation Management, 10 (1), 41-64.
De Jong, J. P. J., & Den Hartog, D. N. (2007). How leaders influence employees' innovative bevavior.European Journal ofInnovation Management, 10(1), 141-146.
De Jong, J. P. J., & Den Hartog, D. N. (2010). Measuring innovative work behaviour. Creativity and Innovation Management, 19(1), 23-36.
Etikariena, A., & Muluk, H. (2014). Hubungan antara memori organisasi dan perilaku
inovatif karyawan. Jurnal Fakultas Psikologi UI18(2), 77-88.
Fajrianthi (2012). Pengaruh Persepsi Kepemimpinan Transformasional terhadap
Perilaku Inovatif Penyiar Radio. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi
Vol. 1 No. 02, Agustus 2012
Getz, I., & Robinson, A.G. (2003). Innovative or die:is that a fact? Creativity Innovation Manage, 12( 3),130-136.
Grotberg, E. (1995). A guide to promoting resilience in children: Strengthening the human spirit. fromwww.resilnet.uiuc.edu/library/grotb95b.html.
Henderson, N., & Milstein, M. M. (2003)”Resiliency in schools: Making it happen
for students and educators”, Thousand Oaks, Corwin Press, CA,.
Hutahaean, E. (2005). Kontribusi pribadi kreatif dan iklim organisasi terhadap
perilaku inovatif. Proceedings Seminar Nasional PESAT. Aditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, hal 159-167.
Kleysen, R.F., & Street, C.T. (2001). Toward a multi-dimensional measure of individual innovative behavior. Journal of Intellectual Capital. Vol. 2, No. 3, 1469-1930.
Klohnen, E.C. (1996). Conseptual Analysis and Measurement of The Construct of Ego Resilience. Journal of Personality and Social Psychology, Volume. 70 No 5, p 1067-1079 –
Larson, M. & Luthans, F. (2006). Potential Added Value of Psychological Capital in Predicting Work Attitudes. Journal of Leadership and Organizational Studies, Vol.13, Iss. 2, 18-75.
Luthans, F. (2007). Perlaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
London, M., & Mone, E.M. (1987). Career management and survival in the workplace. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers.
Miles, B. (1973). Inovation in Education. New York: Teacher College Columbia University
Nindiyanti(2012).The Role of Supportive Leader, Work Engagement, and Self Efficacy in Employees' Innovative Behavior: Empirical Study on a National Independent Company. Indonesian Psychological Journal Vol 28 No 1, 12-23 Papalia, Diane E. 2007. Human Development. New York : McGraw-Hill.
Purba, Sukarman (2009). Pengaruh Budaya Organisasi, Modal Intelektual, dan
Perilaku Inovaatif Terhadap Kinerja Pemimpin Jurusan Universitas Negeri
Medan. Jurnal Fkultas Teknik Universitas Negeri Medan. Kinerja, Volume
13, No.2, Th. 2009: Hal.150-167
Rusmawati (2011). Hubungan antara kepuasan kerja dan resiliensi dengan
organizational citizenship behavior(OCB) pada karyawan kantor pusat pt. Bpd bali. Jurnal psikologi undip vol. 9, no.1,
Reivich, k & shatte, a. (2002). The resilince factor; 7 essential skill for overcoming life’s inevitable obstacle. New york: random house, inc.
Rogers, Everett M dan Rekha Agarwala Rogers, (1976). Communication in Organizations. New York: The Free Press.
Rickwood, R.R. (2002). Enabling high-risk clients: exploring a career resiliency model. www.contactpoint.ca/natcon-conat/2002 /pdf/pdf-02-10.pdf. Diakses pada tanggal 20 September 2011.
R.W. Olson (1996). Seni Berfikir Kreatif : Sebuah Pedoman PraJais. Alih Bahasa
Alfonsus Samosir. akarta : Penerbit Erlangga. •
Sugiyono (2010). Metode penelitian kuantitatif & kualitatif & RND. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. 11th, 2004 from
www. Highbeam.com/library/ doc3.asp, 2002.
Scott, S.G., & Bruce, R.A. (1994). Determinants of innovative behavior: a path model of individual innovation in the work place. The Academy of Management Journal, 37(3),580-607.
Tugade. M.M & Fredrickson, B.L. (2004). Resilient individual use positive emotions to bounce back from negative emotional experiences. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 24, No. 2; 320-333.
Walsh, Former (2002). Strengthening Family Resilience. USA: The Guilford Press. Widuri (2012). Regulasi Emosi dan Resiliensi Pada Mahasiswa Tahun Pertama.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional yang bertujuan
untuk melihat hubungan antara resiliensi dengan perilaku inovatif pada karyawan
Multi Level Marketing X.
A. Identifikasi Variabel
1. Variabel Tergantung (Dependent Variable)
Variabel Tergantung (Dependent Variable) adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya variabel lain (Sugiyono,
2012). Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel tergantung adalah Perilaku
Inovatif.
2. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel Bebas (Independent Variable) adalah variabel yang
atau adanya perubahan pada variabel lain (Sugiyono, 2012). Maka dari itu,
adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah Resiliensi
B. Definisi Operasional
Menurut Sugiyono (2012), definisi operasional adalah penentuan konstrak
atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat diukur.
Berikut ini adalah definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian, yaitu
1. Perilaku Inovatif
Perilaku inovatif adalah kecenderungan karyawan Multi Level
Marketing untuk dapat berinovasi, yang diarahkan untuk menghasilkan,
memperkenalkan, dan mengaplikasikan hal-hal „baru‟ atau penerapan dari ide
-ide baru atau teknologi-teknologi untuk proses kerja yang secara signifikan
meningkatkan efisiensi dan efektifitas mereka serta dapat memberikan
opportunity exploration, generativity, formative investigation, championing,
dan applicationing. Skala tersebut terdiri dari 17 aitem yaitu 11 aitem favorable dan 6 aitem unfavorable.Skor total yang dihasilkan oleh skala akan
menunjukkan baik atau buruknya perilaku inovatif yang dilakukan karyawan.
Semakin tinggi skor perilaku inovatif maka semakin sering karyawan
menunjukkan perilaku inovatif tersebut. Sebaliknya, semakin rendah skor
perilaku inovatif maka semakin jarang karyawan menunjukkan perilaku
inovatif.
2. Resiliensi
Resiliensi adalah kapasitas karyawan untuk beradaptasi terhadap
masalah serta mengatasi masalah dalam pekerjaan yang sedang dojalani,
dimana kemampuan ini membuat individu mencapai prestasi dalam
pekerjaannya.
Resiliensi diukur dengan menggunakan skala Resiliensi yang disusun
berdasarkan teori Resiliensi yang dikemukakan oleh Reivich dan Shatte
(2002). Skala ini melihat resiliensi individu berdasarkan 7 faktor yaitu:
regulasi emosi, impulse control, optimism, causal analysis, empati, efikasi diri dan reaching out. Skala tersebut terdiri dari 33 aitem, yaitu 25 aitem favorable dan 8 aitem unfavorable. Skor total yang dihasilkan akan dinilai
resiliensi. Individu yang memiliki skor tinggi akan memiliki kemampuan
beradaptasi yang baik. Sementara individu yang memiliki skor rendah akan
memiliki kemampuan adaptasi yang rendah.
C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi
Populasi menurut Sugiyono (2012) adalah generalisasi yang terdiri
dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah
karyawan-karyawan yang bekerja di perusahaan produk/jasa X sebagai distributor.
2. Sampel dan Metode Pengambilan Sampel
Menurut Sugiyono (2012), Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Adapun penentuan jumlah
sampel yang dikembangkan oleh Roscoe (dalam Sugiyono, 2010),
Adapun tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kriteria khusus (Sugiyono, 2010).
D. Metode Pengumpulan Data
Didalam sebuah penelitian, metode pengumpulan data mempunyai
tujuan untuk emngungkapkan fakta mengenai variabel yang akan fiukur
(Azwar, 2013). Untuk itu peneliti dapat mempertimbangkan metode
pengumpulan data yang digunakan. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan Skala Model Likert yang disajikan dalam bentuk pernyataan
favorable dan sebagian unfavorable dengan menggunakan lima alternatif
jawaban yang terdiri dari Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), netral (N), tidak
sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS). Subjek penelitian akan diminta
untuk memberikan pernyataan respon yang sesuai dengan diri subjek.
Penelitian ini menggunakan dua buah skala model likert yaitu sebagai
berikut:
1. Skala Perilaku Inovatif
Metode pengambilan data mengenai perilaku inovatif dilakukan
dengan membuat skala mengenai perilaku inovatif yang disusun berdasarkan
teori Perilaku Inovatif yang dikemukakan oleh Kleysen dan Street (2001)
formative investigation, championing, dan applicationing. Skala tersebut terdiri dari 17 aitem yaitu 11 aitem favorable dan 6 aitem unfavorable.
Model skala perilaku inovatifmenggunakan skala model Likert yang
Berjumlah17 item. Aitem terdiri dari pernyataan dengan 5 pilihan jawaban
yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan
Sangat Tidak Setuju (STS). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan
favourable (mendukung) atau unfavourable (tidak mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1 sampai 5. Bobot penilaian untuk pernyataan
favourable yaitu: SS = 5, S = 4, N = 3, TS = 2, dan STS = 1. Sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavourable yaitu: SS = 1, S = 2, N = 3, TS = 4, dan STS = 5. Penilaian tersebut untuk melihati baik atau buruknya perilaku
inovatif masing-masing karyawan.
Adapun blue print untuk skala perilaku inovatifdapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1 . Blueprint Skala Perilaku Inovatif Sebelum Uji Coba
ASPEK AITEM FAV AITEM
UNFAV
BOBOT JUMLAH
Generativity 5, 6 7 17,64 % 3
Formative investigation 8, 9 10 17,64% 3
Championing 11, 12 13 17,64 % 3
Applicationing 14, 15 16,17 23,52 % 4
2. Skala Resiliensi
Metode pengambilan data mengenai resiliensi dilakukan dengan
membuat skala mengenai resiliensi yang disusun berdasarkan teori Resiliensi
yang dikemukakan oleh Reivich dan Shatte (2002). Skala ini melihat
resiliensi individu berdasarkan 7 faktor yaitu: regulasi emosi, impulse control, optimism, causal analysis, empati, efikasi diri dan reaching out. Skala tersebut terdiri dari 33 aitem, yaitu 25 aitem favorable dan 8 aitem
unfavorable.
Model skala resiliensimenggunakan skala model Likert yang Berjumlah 33 item. Aitem terdiri dari pernyataan dengan 5 pilihan jawaban
Sangat Tidak Setuju (STS). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan
favourable (mendukung) atau unfavourable (tidak mendukung). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1 sampai 5. Bobot penilaian untuk pernyataan
favourable yaitu: SS = 5, S = 4, N = 3, TS = 2, dan STS = 1. Sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavourable yaitu: SS = 1, S = 2, N = 3, TS = 4, dan STS = 5. Penilaian tersebut untuk melihat baik atau buruknya resiliensi
masing-masing karyawan.
Adapun blue print untuk skala resiliensidapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.2 . Blueprint Skala Resiliensi Sebelum Uji Coba
ASPEK AITEM
FAV
AITEM
UNFAV
BOBOT JUMLAH
AITEM
Regulation Emotion 1, 2, 3, 4 5 15,15% 5
Impulse Control 6,7, 8,9,10 11 18,18% 6
Self Efficacy 26,27,28 31 12,12% 4
Reaching Out 30.29..32 33 9,09% 4
E. Uji Coba Alat Ukur
1. Validitas Alat Ukur
Suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur tersebut dapat
mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2012). Validitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi
mengukur sejauh mana aitem-aitem yang ada didalam tes dapat
mencakup keseluruhan objek yang hendak diukur. Adapun pengujian
validitas ini dengan menggunakan analisis rasional atau dengan
pendapat dari para ahli di bidang tersebut.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas
tampang (face validity) dan validitas isi (content validity). Validitas tampang merupakan hal yang penting dalam membuat skala karena
tampilan skala akan membangkitkan minat subjek untuk menjawab
dengan kesungguhan hati. Sedangkan validitas isi merupakan suatu
estimasi untuk melihat sejauh mana aitem-aitem skala mewakili
sejauh mana aitem-aitem skala mencerminkan indikator keperilakuan
yang hendak diukur (Azwar, 2012).
Validitas tampang berusaha dicapai dengan penyajian alat ukur
yang rapi, jelas, serta menarik agar subjek dapat mengisi aitem-aitem
dalam skala dengan konsisten. Validitas isi diusahakan dengan
pengujian aitem melalui professional judgement (Azwar, 2012).
Professional judgement dilakukan dengan cara berkonsultasi dengan pihak lain yang lebih mengerti tentang pembuatan alat ukur dan
variabel yang akan diukur.
2. Daya Diskriminasi Aitem
Menurut Azwar (2010), uji daya diskriminasi aitem dilakukan
untuk melihat sejauh mana aitem dapat membedakan antara individu
atau kelompok yang tidak memiliki atribut dengan yang memiliki
atribut yang akan diukur. Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan
dengan komputasi korelasi antara distribusi antar skor skala itu sendiri
dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil yang diperoleh dari suatu
pengukuran dapat dipercaya. Menurut Azwar (2012), reliabilitas
dicapai apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap
kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Uji reliabilitas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konsistensi
internal (Cronbach’s Alpha Coeffecient), yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok
individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar
aitem atau antar bagian dalam skala menggunakan SPSS 21.0 for Windows.
F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR
Untuk melihat daya beda item, dilakukan analisa uji coba dengan
menggunakan aplikasi komputer SPSS version 21.0 for Windows, kemudian nilai corrected item total correlation yang diperoleh dengan Pearson Product Moment dengan interval kepercayaan 95% yang memiliki harga kritik 0.30. Karena menurut Azwar (1999), semua item yang mencapai koefisien korelasi
minimal 0.30, daya pembedanya dianggap memuaskan.
a. Skala Perilaku Inovatif
Hasil analisis skala perilaku inovatif menunjukkan bahwa dari 17
aitem, terdapat 13 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total minimal
perhitungan reliabilitas skala kohesivitas kelompok menghasilkan nilai
koefisien alpha sebesar 0,842.
Tabel 3.4 . Blueprint Skala Perilaku Inovatif Setelah Dilakukan Uji Coba
ASPEK AITEM FAV AITEM
UNFAV
BOBOT JUMLAH
AITEM
Opportunity exploration 1 2 30,79 % 4
Generativity 3, 4 5 23,07% 3
b. Skala Resiliensi
Hasil analisis skala resiliensimenunjukkan bahwa dari 33aitem,
terdapat 29 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem totalminimal sebesar
≥ 0,30. Sedangkan jumlah aitem yang gugur sebanyak 4aitem. Hasil
perhitungan reliabilitas skala resiliensi menghasilkannilai koefisien alpha
sebesar 0,976.
Tabel 3.3 . Blueprint Skala Resiliensi Setelah Dilakukan Uji Coba
ASPEK AITEM
FAV
AITEM UNFAV
BOBOT JUMLAH
AITEM
Regulation Emotion 1, 2, 3, 4 5 17,24% 5
Impulse Control 6,7, 8,9, 10 17,24% 5
Optimism 11,12,13,14 15,16 20,68% 6
Causal Analysis 17,18 19 10,34% 3
Self Efficacy 24,25,26 27 13,79% 4
Reaching Out .28..29 - 6,89% 2
G. Metode Pengolahan Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif
yang digunakan untuk menguji hubungan variabel tergantung terhadap variabel
bebas. Metode yang statistik yang akan digunakan adalah teknik analisa pearson product moment., dimana ini merupakan suatu analisis yang mengukur hubungan kausal antara variabel bebas dan variabel tergantung (Sugiyono, 2012). Metode
analisa pearson product moment. dapat dilakukan dengan bantuan SPSS 21.0. Namun, sebelum menganalisis data, maka terlebih dahulu dilakuakn uji asumsi
terhadap variabel-variabel penelitian, yaitu :
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah
variabel bebas dan variabel tergantung terdistribusi secara normal.
Pengukuran uji normalitas ini menggunakan teknik One-Sample Kolmogorov
Uji linearitas adalah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah variabel bebas dan variabel tergantung mempunyai
hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini dilakukan dengan
menggunakan analisis statistik uji F dengan bantuan program SPSS 21.0.
Suatu data dikatakan linear apabila p<0,00 (Azwar, S. 2004).
H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Ketiga tahap
tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan ini yang dilakukan oleh peneliti adalah:
a. Pembuatan Alat Ukur
Pada tahap ini, alat ukur yang terdiri dari skala resiliensi dan
skala perilaku inovatif dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori
yang telah diuraikan. Peneliti membuat 33 item untuk skala resiliensi
dan 17 item untuk skala perilaku inovatif. Skala resiliensi dan skala
perilaku inovatif dibuat dalam bentuk booklet yang terdiri dari 5
alternatif pilihan jawaban, dimana disamping pernyataan telah
disediakan tempat untuk menjawab sehingga memudahkan subjek
b. Evaluasi alat ukur
Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah mengevaluasi atau
memeriksa kembali aitem-aitem dalam alat ukur. Aitem- aitem
tersebut dievaluasi secara kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi kualitatif
dilakukan dengan bantuan professional judgement untuk menilai
apakah indikator dan aitem yang ada sesuai dengan aspek variabel.
Evaluasi kuantitatif dilakukan dengan menguji coba alat ukur pada
sejumlah partisipan.
c. Revisi alat ukur
Tahap selanjutnya, peneliti menguji daya beda aitem dan
reliabilitas skala resiliensi dan skala perilaku inovatif dengan
menggunakan aplikasi komputer SPSS version 21,0 for windows.
Setelah diketahui aitem-aitem mana saja yang memenuhi validitas dan
reliabilitasnya, peneliti mengambil item-item tersebut untuk dijadikan
skala resiliensi dan skala perilaku inovatif yang disusun dalam bentuk
Setelah alat ukur diuji coba kepada 150 orang subjek dan sudah
direvisi, maka dilaksanakan penelitian dari tanggal 28 February – 20
Maret 2016. Pengambilan data ini dilakukan pada karyawan Multi Level
Marketing X. Pembagian skala penelitian langsung diberikan kepada
pimpinan perusahaan dan pimpinan perusahaan menyebar kepada
karyawannya.
3. Tahap Pengolahan Data
Setelah diperoleh hasil skor resiliensi dan perilaku inovatif pada
masing-masing subjek, maka untuk pengolahan data selanjutnya, peneliti
menggunakan aplikasi komputer SPSS version 21,0 for windows.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan pembahasan hasil penelitian sesuai dengan data
yang diperoleh. Pembahasan pada bab ini meliputi gambaran umum subjek
penelitian, hasil uji asumsi, hasil utama penelitian berupa pengujian hipotesis, dan
hasil tambahan berupa deskripsi data penelitian yang turut memperkaya hasil
penelitian.
Adapun subjek dalam penelitian ini adalah Multi Level Marketing (MLM) pada
perusahaan X. Subjek penelitian berjumlah 150 orang. Sebelum dilakukan analisis
data, terlebih dahulu diuraikan gambaran subjek peneitian berdasarkan jenis kelamin,
usia dan lama bekerja.
1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Menurut Papalia, Old, & Feldman (2007), kategori usia dewasa dibagi
menjadi tiga yaitu dewasa awal (20-40 tahun), dewasa tengah (41-65
tahun), dan dewasa akhir (di atas 65 tahun). Berdasarkan kategori tersebut,
maka diperoleh gambaran subjek penelitian sebagai berikut.
Tabel 4.1 Gambaran Usia Subjek Penelitian
Kategorisasi Usia N Persentase (%)
Dewasa awal (20-40 tahun) 147 98
Dewasa tengah (41-65 tahun) 3 2
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh gambaran bahwa sebagian besar
subjek penelitian berada pada kategori usia dewasa awal (20-40 tahun), yaitu
sebanyak 147 orang (98 %), kemudian subjek penelitian dengan usia dewasa
tengah (41-65 tahun) sebanyak 3 orang (2 %), dan tidak ada subjek dari usia
dewasa akhir (di atas 65 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa karyawan MLM
yang bekerja di X rata-rata berada pada kategori usia dewasa awal.
2. . Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian diperoleh gambaran
sebagai berikut.
Tabel 4.2 Gambaran Jenis Kelamin Subjek Penelitian
Jenis Kelamin N Persentase (%)
Perempuan 55 36,6667
Laki-laki 95 63,333
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh gambaran bahwa subjek penelitian
berjenis kelamin perempuan berjumlah 55 orang (36,6667%) dan subjek
penelitian berjenis kelamin laki-laki berjumlah 95 orang (63,333%). Hal ini
menunjukkan bahwa karyawan MLM yang bekerja di X rata-rata berjenis
kelamin laki-laki.
B. Hasil Uji Asumsi
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan analisis Pearson Product Moment.Sebelum melakukan analisis tersebut maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian yang bertujuan untuk melihat bagaimana distribusi data
penelitian. Uji asumsi dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji
linieritas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa data terdistribusi
secara normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas
0,100 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel resiliensiterdistribusi
secara normal. Selanjutnya, hasil uji normalitas terhadap variabel perilaku
inovatif kelompok menunjukkan nilai p = 0,102. Hasil ini menunjukkan
bahwa nilai p = 0,102 > 0,05 maka data dari variabel perilaku inovatif
terdistribusi secara normal.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah korelasi antara
variabel dependen dan variabel independen membentuk garis linear atau tidak.
Uji linearitas dalam penelitian ini menggunakan metode statistik Uji F. Data penelitian dikatakan berkorelasi linear apabila signifikansi atau nilai p untuk
linearity< 0,05 dan signifikansi atau nilai p untuk deviation from linearity > 0,05. Hasil uji linearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5Hasil Uji Linearitas P
Linearity Deviation from linearity
dengan Perilaku Inovatif
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai p untuk
linearity< 0,05 yaitu sebesar 0,003 dan nilai p untuk deviation from linearity> 0,05, yaitu sebesar 0,319. Dengan demikian, kualitas layanan berhubungan
secara linear dengan loyalitas pelanggan.
C. Hasil Utama Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara resiliensidengan perilaku inovatif pada MLM X.Untuk
menguji hubungan antara hubungan antara resiliensi dengan perilaku inovatif,
peneliti menggunakan analisis pearson product moment dengan bantuan aplikasi komputer SPSS 21.0 for Windows. Hasil pengolahan data dijelaskan dengan tabel berikut:
.Tabel 6 Hasil Analisis Pearson Product Moment
Sig. (2-tailed) ,000
N 150 150
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Norma yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara resiliensidengan perilaku inovatifyakni, jika sig > 0.05 maka hipotesis
penelitian ditolak, sebaliknya jika sig < 0,05 maka hipotesis penelitian
diterima. Sementara interprestasi angka korelasi menurut Prof. Sugiyono
(2007)0-0,199 (Sangat lemah), 0,20-0,399 (Lemah), 0,40-0,599 : (Sedang),
0,60 -0,799 (Kuat) dan 0,80-1,0 (Sangat kuat) Berdasarkan tabel hasil analisis
di atas dengan menggunakan analisis pearson product moment, diperoleh korelasi antara variabel resiliensidengan perilaku inovatifsebesar 0,961, yang
artinya “Sangat Kuat”, dengan significansi sebesar 0,000 yaitu 0,000 < 0,05.
Hal ini juga menunjukkan adanya korelasi atau hubungan antara
resiliensidengan perilaku inovatif.
D. Hasil Tambahan Penelitian
1. Deskripsi dan Kategorisasi Data Variabel Resiliensi a. Deskripsi Data Resiliensi
Berdasarkan data penelitian, maka data empirik dan data hipotetik
resiliensi adalah sebagai berikut.
Variabel N
Data Hipotetik Data Empirik
Skor
Mean SD
Skor
Mean SD
Min Maks Min Maks
Resiliensi 150 29 145 87 19,33 40 151 100,91 30,990
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa mean hipotetik
resiliensi adalah 87 dengan standar deviasi sebesar 19,33 dan mean
empirik resiliensi adalah 100,91 dengan standar deviasi 30,990.
Apabila dilihat perbandingan antara mean hipotetik dengan mean
empirik pada variabel resiliensi, maka diperoleh mean empirik lebih
besar dari mean hipotetik dengan selisih sebesar 13,91. Hasil ini
menunjukkan bahwaresiliensi yang dirasakan pada subjek penelitian
lebih positif daripada populasi pada umumnya.
b. Kategorisasi Data Resiliensi
Kategorisasi data resiliensiakan dilakukan dalam tiga kategori dengan
Baik X > (M + 1SD)
Netral (M –1SD) ≤ X ≤ (M + 1SD)
Buruk X < (M – 1SD)
Tabel berikut menunjukkan kategorisasi persepsi subjek penelitian
terhadap Resiliensi pada subjek penelitian.
Tabel 4.10 Kategorisasi Data Resiliensi
Kategori Rentang Nilai N Persentase (%)
Baik X >106,33 108 72
Netral 67,667≤ X ≤106,33 42 28
Buruk X <67,667 0 0
Total 150 100
Pada data penelitian mengenai resiliensi, mean empirik sebesar 100,91
yang berada pada kategori skor baik. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi
subjek penelitian mengenai resiliensi berada pada kategori baik. Tabel di atas
berada pada kategori tinggi, 0% subjek memiliki resiliensi yang berada pada
kategori netral, dan 28%subjek yang memiliki resiliensi di katagori buruk.
2. Deskripsi dan Kategorisasi Data Variabel Perilaku Inovatif a. Deskripsi Data Perilaku inovatif
Berdasarkan data penelitian, maka data empirik dan data hipotetik
variabel perilaku inovatif adalah sebagai berikut.
Tabel 4.11 Deskripsi Data Perilaku Inovatif
Variabel N
Data Hipotetik Data Empirik
Skor
Untuk variabel perilaku inovatif, diketahui bahwa mean
hipotetiknya adalah 39 dengan standar deviasi sebesar 8,667 dan mean
empirik perilaku inovatif adalah 45,09 dengan standar deviasi 13,045.
Perbandigan mean hipotetik dan mean empirik perilaku inovatif
b. Kategorisasi Data Perilaku Inovatif
Kategorisasi perilaku inovatifakan dilakukan dalam tiga
kategori dengan menggunakan rumus mean dan standar deviasi
sebagai berikut.
Tabel 4.12 Norma Kategorisasi Data Perilaku Inovatif
Kategori Rentang Nilai
Baik X > (M + 1SD)
Netral (M - 1SD) ≤ X ≤ (M + 1SD)
Buruk X < (M – 1SD)
Tabel berikut menunjukkan norma kategorisasi perilaku
inovatif karyawan MLM X.
Tabel 4.13 Kategorisasi Data Perilaku Inovatif Kategori Rentang Nilai N Persentase (%)
Netral 30,333 ≤ X ≤ 47,667 2 1,3
Buruk X <30,333 46 30,7
Total 150 100
Pada data penelitian perilaku inovatif, mean empirik sebesar
45,09 yang berada pada kategori perilaku inovatif yang sedang. Hal ini
menunjukkan bahwa perilaku inovatifpada subjek penelitian berada
pada kategori sedang. Tabel di atas menunjukkan bahwa 68% subjek
penelitian memiliki perilaku inovatif yang tinggi, 1,3% subjek
memiliki perilaku inovatifberada pada kategori sedang, dan 30,7%
subjek tmemiliki perilaku inovatif yang buruk pada pekerjaannya.
perubahan yang baik demi keberlangsungan hidup perusahaan (Luthans,
dalam Rusmawati, 2011). Untuk itu, perusahaan harus mampu
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi
karyawannya.Dalam penelitian ini, telah dianalisa hubungan antara resiliensi
dengan perilaku inovatif pada karyawan MLM X. Resiliensi dipilih sebagai
faktor yang diteliti karena resiliensi mengacu pada kemampuan individu
untuk bertahan dan bangkit kembali guna memulihkan kebahagiaan setelah
menghadapi situasi yang tidak menyenangkan dalam pekerjaan yang mereka
lakukan selama bekerja (Luthans,dalam Rusmawati, 2011).
Hasil penelitian mengenai hubungan antara resiliensi dengan perilaku
inovatif karyawan MLM X menunjukkan bahwa hipotesa alternatif penelitian
diterima (p<0,05) dengan nilai r sebesar 0,961 dengan signifikansi 0,000
yaitu ada hubungan antara resiliensi dengan perilaku inovatif pada karyawan
MLM X. Hal ini berarti bahwa semakin baik resiliensi pada karyawan MLM
X, maka semakin baik perilaku inovatif pada karyawan MLM X yang berarti
Terdapat hubungan positif antara resiliensi dengan perilaku inovatif
karyawan, dimana jika karyawan resilien maka terdapat perilaku inovatif.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Yuwono
dkk (dalam Rusmawati, 2011), bahwa karyawan yang lebih resilien akan
semakin mungkin menolong teman sekerjanya tanpa mengharap imbalan
mematuhiperaturan agar terhindar dari konflik dengan karyawan lain dan
sadar akan semua tugas dan tanggung jawabnya tanpa tekanan atasan.Dengan
adanya resiliensi di tempat kerja diharapkan dapat mendorong perilaku
inovatif karyawan. Semakin resilien seorang karyawan maka semakin tinggi
kemungkinan untuk menunjukkan perilaku inovatif (Robbins, 2006)
Dari hasil analisis deskriptif variabel resiliensi, diperoleh bahwa
sebanyak 108 (72%) subjek memiliki resiliensi yang baik, dan 42 (28%)
subjek lainnya memiliki resiliensi yang buruk. Sedangkan pada variabel
perilaku inovatif semua subjek penelitian yaitu sebanyak 102 (68%) subjek
memiliki perilaku inovatif yang berada pada kategori tinggi, 2 (1,3%) subjek
memiliki perilaku inovatif yang berada pada kategori sedang dan 46 (30,7 %)
subjek memiliki perilaku inovatif yang berada pada kategori buruk. Guna
mendapatkan penjelasan lebih lanjut, peneliti melakukan komunikasi personal
kepada subjek penelitian.
Yah kalau kita gak bisa menangani masalah kalau lagi kerja, ya mana bisa lanjut kerjanya,, kami juga harus dituntut untuk bisa lebih dalam menawarkan produk yang harus kami pasarkan,, kalau gak bisa mikir ide-ide yang baru mana bisa keerja,, heheh gitu la kira-kira dek (Komunikasi Personal, 23 February 2016)
pekerjaan subjek, dalam hal ini yaitu memasarkan produk yang ada dari
perusahaan mereka untuk ditawarkan kepada calon konsumen dengan
cara-cara yang mereka ciptakan sendiri.
Hasil penelitian ini harus diinterpretasikan berdasarkan situasi pada
saat penelitian berlangsung. Data dikumpulkan pada awal bulan Februari
sampai 15 Maret 2016, sehingga hasil yang diperoleh mengenai resiliensi dan
perilaku inovatif karyawan MLM X menggambarkan fenomena yang saat itu
berlangsung diarea lingkungan kerja para karyawan MLM X.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini, peneliti akan menjabarkan mengenai kesimpulan dan saran
praktis. Saran teoritis adalah saran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
penelitian sejenis di masa mendatang.Saran yang bersifat praktisadalah saran untuk
penggunaan yang bersifat praktis.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
Terdapat hubungan antara resiliensi dengan perilaku inovatif pada
karyawan Multi Level Marketing (MLM) X. Semakin resilien seorang
karyawan maka semakin tinggi kemungkinan untuk menunjukkan perilaku
inovatif dalam pekerjaannya.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan kesimpulan yang
telah dikemukakan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran. Saran ini
dharapkan dapat berguna untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan resiliensi dan perilaku inovatif.
1. Saran Metodologis
a. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin menjadikan resiliensi dan perilaku
pada skala hingga diperoleh penyebaran jumlah aitem yang
proporsional pada masing-masing aspek.
b. Proses pengambilan data sebaiknya dilakukan secara langsung kepada
subjek, agar tercipta komunikasi dan proses penelitian yang lebih baik.
c. Penelitiannya sebaiknya dilakukan kepada seluruh populasi, agar dapat
digeneralisasikan.
2. Saran Praktis
Mengingat resiliensi dan perilaku inovatif berhubungan positif, maka
sebaiknya organisasimelakukan beberapa upaya untuk meningkatkan
resiliensi dari distributor. Upaya tersebut diantaranya dengan mengundang
pembicara untuk mengadakan seminar bagi para distributor, dan
melakukan pelatihan berkelanjutan untuk menigkatkan resiliensi dari
setiap distributor.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Perilaku Inovatif
1. Pengertian Perilaku Inovatif
Perilaku inovatif didefinisikan sebagai tindakan individu yang
mengarah pada pemunculan, pengenalan dan penerapan dari sesuatu yang
baru dan menguntungkan (Kleysen dan street, dalam Fajrianthi, 2012).
Sesuatu yang menguntungkan meliputi pengembangan ide produk baru
atau teknologi-teknologi, perubahan dalam prosedur administratif yang
bertujuan untuk meningkatkan relasi kerja atau penerapan dari ide-ide
baru atau teknologi-teknologi untuk proses kerja yang secara signifikan
meningkatkan efisiensi dan efektifitas mereka (Kleysen dan street, dalam
bermanfaat dalam berbagai level organisasi. Perilaku inovatif sering
dikaitkan dengan kreatifitas karyawan. Namun, keduanya memiliki
konstruk perilaku yang berbeda (De Jong, dalam Amir 2015). Dimana,
kreatifitas dapat dilihat pada tahap pertama dari proses perilaku inovatif
yang dibutuhkan karyawan untuk menghasilkan ide-ide baru (West, dalam
De Jong, 2007). Sedangkan perilaku inovatif memiliki proses yang lebih
kompleks karena ide-ide tersebut akan sampai pada tahap aplikasi (De
Jong, dalam Amir 2015).
Sedangkan menurut Scott (dalam Nindyati, 2009) perilaku inovatif
yaitu perilaku untuk memunculkan, meningkatkan dan menerapkan
ide-ide baru dalam tugasnya, kelompok kerjanya atau organisasinya.Menurut
(Inkeles, et.al.) dalam (Purba, 2009) mengartikan proses modernisasi
dikaitkankan dengan perilaku inovatif sebagai proses perubahan
kehidupan masyarakat, ditekankan bahwa perubahan kehidupan akibat
perilaku inovatif modernisasi ini diikuti oleh perubahan sikap, sifat atau
gaya hidup individu-individu dalam masyarakat
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa perilaku inovatif adalah keseluruhan tindakan individu yang
memunculkan, mengenalkan, dan menerapkan sesuatu hal yang baru dan
2. Aspek Perilaku inovatif
Menurut Kleysen & Street (dalam Amir 2015), perilaku inovatif
memiliki 5 aspek, yaitu :
a. Oppurtunity Exploration
Aspek ini mengacu pada mempelajari atau mengetahui lebih
banyak mengenai peluang untuk berinovasi.
b. Generativity
Aspek ini mengacu pada pemunculan konsep-konsep untuk tujuan
pengembangan.
c. Formative Investigation
Aspek ini mengacu pada pemberian perhatian untuk
menyempurnakan ide, solusi, opini, dan melakukan peninjauan
terhadap ide-ide tersebut.
Aspek ini mengacu pada mencoba untuk mengembangkan,
menguji coba, dan mengkomersialisasikan ide-ide inovatif.
3. Faktor yang mempengaruhi Perilaku Inovatf
Etikariena & Muluk (2014) mengemukakan ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi munculnya perilaku inovatif, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor tersebut adalah:
a. Faktor Internal
1. Tipe Kepribadian
Menurut Janssen, Van den Ven dan West adalah orang yang
memiliki tipe kepribadian adalah orang yang mampu dan berani
mengambil resiko terhadap perilaku inovatif yang di buat.
2. Gaya individu dalam memecahkan masalah
Karyawan yang memiliki gaya pemecahan masalah yang intuitif
dapat menghasilkan ide-ide sehingga menghasilkan solusi yang
baru.
b. Faktor Eksternal
1. Kepemimpinan
Banyak bawahan yang kutrang dapat menjaga hubungannya
inovatif sesorang tidak terlihat, namun karyawan yang memiliki
hubungan yang positif dengan pemimpinnya, cenderung
memunculkan perilaku inovatif pada karyawan. Harapan yang
tinggi dari pemimpin agar karyawannya menjadi inovatif juga
dapat mempengaruhi munculnya perilaku inovatif pada karyawan
(Scott & Bruce, dalam Fajrianthi 2012). 2. Dukungan untuk berinovasi
Dukungan dari orang-orang disekitar individu sangat
membantu bagi karyawan tersebut dalam menciptakan suatu
perilaku inovatif, bukan hanya itu dukungan dari orang dalam
organisasi tersebut juga bisa memunculkan perilaku inovatif bagi
karyawan tersebut (Scott & Bruce, dalam Fajrianthi 2012). 3. Tuntutan dalam pekerjaan
Tuntutan dari perusahaan cenderung meningkatkan semangat
para karyawannya untuk berperilaku inovatif. Tuntutan tersebut
menjadi dorongan bagi karyawan tersebut (Koesmono, 2007).
Salah satu hal yang muncul akibat adanya tingkat tuntutan
Iklim psikologis menunjukkan kepada bagaimana lingkungan
organisasi dipersepsikan dan diinterpretasikan oleh karyawan
Brown dan Leigh (dalam Yekty, 2006).
B. RESILIENSI
1. Pengertian Resiliensi
Ketahanan dalam ilmu psikologi positif disebut dengan resiliensi
(Luthans, 2006). Resiliensi mengacu pada kemampuan individu untuk
bertahan dan bangkit kembali guna melanjutkan pekerjaan setelah
menghadapi situasi yang tidak menyenangkan dalam pekerjaan mereka.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Luthans (2006) resiliensi menjadi
faktor yang sangat diperlukan untuk dapat mengubah ancaman-ancaman
menjadi kesempatan untuk bertumbuh, berkembang, dan meningkatkan
kemampuan untuk beradaptasi demi perubahan yang baik.
Pada dasarnya konsep resiliensi merupakan konsep yang menarik
karena alasan yang mendasari hal tersebut adalah karna resiliensi dapat
menjawab mengapa satu orang lemah ketika mengalami masalah sulit,
sementara ada beberapa orang mengalami kebalikannya dan menjadikan
hal tersebut sebagai suatu keuntungan . Istilah resiliensi diformulasikan
yang diartikan sebagai kemampuan umum yang melibatkan kemampuan
penyesuaian diri yang tinggi dan luwes saat dihadapkan pada tekanan
internal maupun eksternal. Sejalan dengan itu menurut
Menurut Grotberg, resiliensi adalah suatu kemampuan yang
memungkinkan dimiliki seseorang, kelompok, atau komunitas untuk
mencegah dan menghilangkan pengaruh yang merugikan dari keadaan
yang tidak menyenangkan dalam pekerjaan (Grotberg, 2003).
Resiliensi menurut Henderson & Milstein (dalam Desmita, 2008)
adalah suatu kemampuan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan setiap
orang untuk bangkit dan mengatasi masalah yang sebelumnya terjadi.
Resiliensi tidak hanya dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang,
melainkan setiap orang.
2. Aspek Resiliensi
Menurut Reivich dan Shatte (dalam Widuri, 2012), resiliensi memiliki
7 aspek, yaitu:
a. Regulasi Emosi
hubungan dengan orang lain. Dimana emosi yang dialami seseorang
biasanya berpengaruh terhadap orang-orang disekitarnya.
b. Kontrol Impuls
Kontrol terhadap impuls adalah kemampuan individu untuk
mengendalikan impuls atau dorongan-dorongan dalam dirinya,
kemampuan mengontrol impuls akan membawa kepada kemampuan
berpikir yang jernih dan akurat.
c. Optimis
Optimis berarti individu memiliki kepercayaan bahwa segala
sesuatu akan menjadi lebih baik. Individu mempunyai harapan dan
kontrol atas kehidupannya. Optimis yang dimiliki oleh seorang
individu menandakan bahwa individu tersebut percaya bahwa dirinya
memiliki kemampuan untuk mengatasi kemalangan yang mungkin
terjadi di masa depan. Individu yang resilien adalah individu yang
optimis,Optimis adalah ketika kita melihat bahwa masa depan kita
cemerlang.
d. Kemampuan Menganalisis Masalah
Kemampuan menganalisis masalah pada diri individu dapat
dilihat dari bagaimana individu dapat mengidentifikasikan secara
akurat sebab-sebab dari permasalahan yang menimpanya. Individu
terus menerus melakukan kesalahan yang sama seperti yang sudah
dilakukan sebelumnya. Individu yang resilien merupakan individu
yang memiliki kognitif yang baik. Individu mampu mengidentifikasi
penyebab masalah yang menimpa mereka.
e. Empati
Empati merupakan kemampuan individu untuk bisa membaca
dan merasakan bagaimana perasaan dan emosi orang lain (Reivich &
Shatte, 2005). Individu dengan empati yang rendah cenderung
mengulang pola yang dilakukan oleh individu yang tidak resilien,
yaitu menyamaratakan semua keinginan dan emosi orang lain,
f. Self efficacy
Self efficacy mewakili kepercayaan individu bahwa individu mampu untuk mengatasi segala permasalahan disertai keyakinan akan
kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
tersebut. Self efficacy merupakan suatu hal yang penting bagi resiliensi.
g. Pencapaian
C. Hubungan Resiliensi dengan Perilaku Inovatif Multi Level Marketing X
Banyaknya perusahaan-perusahaan yang terbentuk pada saat ini
mengakibatkan persaingan antar perusahaan. Persaingan tersebut dilakukan
agar tetap dapat mempertahankan eksistensi setiap perusahaan dalam pasar
dunia. Persaingan yang dihadapi cenderung memunculkan hal yang tidak
diinginkan oleh para pemasar (Hutahean, 2005).
Untuk menghadapi persaingan tersebut, tentunya harus disertai dengan
usaha yang keras pada masing-masing perusahaan, selain dalam hal produk
peran serta dari pemasar juga sangat diperlukan. Inovasi sangat dibutuhkan
untuk tetap bisa bertahan dalam pasar dunia. Pemasar akan menjadi perantara
yang paling dekat dengan para konsumen. Dengan adanya inovasi, organisasi
akan dapat merespon tantangan, dapat bertahan dan lebih mudah berkembang
(Van den Ven, 1986; Carmelli, Meitar, & Weisberg,dalam Kistyanto 2013)
Untuk itu perilaku inovatif dari para pemasar sangat dibutuhkan demi
keberlangsungan tercapainya target pemasaran yang di haruskan oleh setiap
perusahaan (Damanpour & Gopalakrishnan, 2008).Perilaku inovatif sendiri
dapat diartikan sebagai tindakan individu yang mengarah pada pemunculan,
pengenalan dan penerapan dari sesuatu yang baru dan menguntungkan
(Kleysen, dan street, dalam Fajrianthi, 2012).
Perilaku inovatif tentu saja tidak bisa muncul begitu saja, tetapi ada
Orang yang memiliki perilaku inovatif didalam dirinya adalah orang yang
memiliki opportunity exploration dimana, individu mempelajari atau mengetahui lebih banyak mengenai peluang untuk berinovasi (Kleysen &
Street, dalam Fajrianthi, 2012). Lingkungan merupakan hal yang sangat
berperan, dengan dia melihat lingkungan disekitarnya, maka individu dapat
menemukan peluang yang dimaksud. Generativity mengacu pada pemunculan konsep-konsep untuk tujuan pengembangan, setelah individu menemukan
peluang, individu mulai mengembangkan tujuan dari peluang tersebut (De
Jong, 2007). Formative Investigation mengacu pada pemberian perhatian untuk menyempurnakan ide, solusi, opini, dan melakukan peninjauan
terhadap ide-ide tersebut, disini individu sudah mulai akan mengaplikasikan
ide tersebut kedalam bukti yang lebih nyata (Kleysen & Street, dalam Amir
2015). Championing mengacu pada adanya praktek-praktek usaha untuk merealisasikan ide-ide. Dan melalui application mengacu pada mencoba untuk mengembangkan, menguji coba, dan mengkomersialisasikan ide-ide
inovatif (De Jong & Den Hartog, 2007).
Ketika karyawan tidak mampu menyelesaikan masalah dan
lakukan dengan baik (Robbins, 2006). Walsh (2006) mengungkapkan ini
adalah proses aktif dari ketahanan, perbaikan diri dan pertumbuhan dalam
merespon tantangan. Resiliensi merupakan salah satu bentuk kesadaran
seseorang untuk mengubah pola pikir dalam menghadapi permasalahan
sehingga tidak mudah putus asa (Benson, 2002). Karyawan yang memiliki
resiliensi didalam dirinya akan mampu meregulasi emosinya dalam
berhadapan dengan orang lain sehingga kemampuan menganalisis masalah
dari individu dapat terlihat (Reivich & Shatte, dalam Widuri, 2012).
Karyawan yang memiliki kontrol impuls yang baik juga dapat berfikir jernih
dalam menyelesaikan masalahnya dan dapat berfikir jernih untuk dapat
meghasilkan perilaku inovatif yang dapat membangun kinerja karyawan
dalam perusahaannya. Selain itu para karyawan juga harus optimis dimana
mereka percaya bahwa segala sesuatunya akan lebih baik dan dapat
menyelesaikan masalah dalam pemasaran yang sebelumnya dihadapi dan
dapat berakhir dengan karyawan bisa memikirkan perilaku inovatif yang akan
dia lakukan. Kita memandang bahwa masa depan atau apa yang akan kita
lakukan akan semakin baik (Reivich & Shatte, dalam Widuri, 2012). Melalui
empati karyawan mampu memahami perilaku dan keinginan calon custumer
nya. Individu dengan empati yang rendah cenderung mengulang pola yang
dilakukan oleh individu yang tidak resilien, yaitu menyamaratakan semua
melalui self efficacy dan pencapaian, karyawan dapat mengatasi segala masalah disertai keyakinan dan kekuatan untuk mengatasi masalah tersebut,
serta mampu untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam
kehidupannya yang mencakup pula keberanian seseorang untuk mengatasi
segala masalah-masalah yang mengancam dalam kehidupannya. Sehingga
karyawan memiliki resiliensi yang baik dan dapat disertai dengan perilaku
inovatif (Reivich & Shatte, dalam Widuri, 2012).
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat diduga atau
diasumsikan bahwa resiliensi berhubungan dengan perilaku inovatif
D. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan penjelasan kerangka berpikir diatas, maka hipotesa
penelitian ini adalah: Terdapat hubunganpositif antara resiliensi dengan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Di era sekarang ini banyak perusahaan-perusahaan baru yang
terbentuk. Terkhusus perusahaan yang memfokuskan pergerakannya di bidang
produksi suatu barang dan jasa. Hal tersebut mengharuskan perusahaan untuk
lebih bersaing agar dapat mempertahankan eksistensinya di dunia pasar, salah
satunya adalah dengan membangun sumber daya manusia yang terdidik,
dimana pihak pimpinan perusahaan berharap bahwa perusahaan mereka
mampu berkiprah secara lokal maupun global(Hutahean, 2005). Selanjutnya,
setiap perusahaan dituntut untuk dapat memahami pasar, dalam hal ini adalah
keinginan konsumennya. Serta memahami perubahan lingkungannya agar
dapat tetap bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya.
Menghadapihalini, perusahaan dituntut untuk memiliki usaha yang keras agar
mampu untuk bersaing dengan perusahaan lainnya (Hutahean, 2005).
Organisasi yang memiliki sumber daya manusia yang baik akan menjadikan
organisasi mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan (Cusway,
2002).
Salah satu cara yang harus digunakan oleh perusahaan agar tetap
bertahan dibidang pemasaran adalah mencptakan perilaku inovatif dari
yang ada dalam organisasi akan dapat merespon tantangan, dapat bertahan dan
lebih mudah berkembang (Van den Ven, 1986; Carmelli, Meitar, & Weisberg,
2006). Hal ini mengacu pada pemunculan, pengenalan dan penerapan dari
sesuatu yang baru dan menguntungkan bagi organisasi tersebut melalui
sumber daya manusia. Hal tersebut dikatakan sebagai peilaku inovatif
(Kleysen & Street, 2001).
Pada saat ini tuntutan bagi organisasi untuk lebih inovatif
dibandingkan organisasi lain semakin lebih besar agar tetap menjadi
organisasi yang dapat berkompetisi dan bertahan untuk memenuhi kebutuhan
pasar atau konsumennya. Organisasi yang inovatif akan lebih mudah
menanggapi tantangan lingkungannya dengan lebih cepat dan lebih baik
dibandingkan organisasi yang kurang inovatif (Damanpour &
Gopalakrishnan, 2008).
Pentingnya inovatif bagi sumber daya manusia dalam sebuah
organisasi sejalan dengan keberhasilan dan kesuksesan mereka dalam
organisasi tersebut. Inovatif mengarah pada keharusan untuk dapat
menganalisis peluang, bertindak efektif dalam memikirkan hal-hal yang perlu