• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketidakaktifan Warga Sidi Baru dalam Pelayanan di GPIB Jemaat Tamansari Salatiga dari Prespektif Sosio-Teologis T1 712011008 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketidakaktifan Warga Sidi Baru dalam Pelayanan di GPIB Jemaat Tamansari Salatiga dari Prespektif Sosio-Teologis T1 712011008 BAB I"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KEPEMIMPINAN SINODAL

GEREJA KRISTEN PROTESTAN DI BALI (GKPB) DILIHAT DARI

PERSPEKTIF SOSIO-FEMINIS

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persatuan Kristen Protestan Bali (PKPB) adalah nama pertama yang dicetuskan untuk mendirikan Sinode dan menyatukan gereja-gereja yang ada di Bali, namun nama itu pun diganti dengan nama Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) yang hingga saat ini adalah Sinode yang pertama terbentuk di Bali. 1 Sinode ini sah diakui oleh Pemerintah sejak 25 Agustus 1949.2

Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) jika dilihat secara teologis, GKPB masuk dalam aliran Calvinis sama halnya seperti gereja-gereja lainnya yang ada di bawah naungan Persekutuan Gereja Indonesia (PGI). Dalam hal ini GKPB menganut sistem presbiterial sinodal, yang dimaksud dengan presbiterial sinodal sendiri adalah penggabungan antara presbiter dan sinodal. Pengambilan keputusan tertinggi di jemaat-jemaat lokal berada di tangan presbiter (Majelis Jemaat) dan pengambilan keputusan tertingggi dari semua jemaat-jemaat lokal berada di tangan sinode (pejabat gerejawi).

Dilihat secara sosiologis GKPB termasuk di dalam gereja suku, maka suku dan kebudayaan Bali sebagai faktor penting dalam pertumbuhan serta perkembangan GKPB sendiri. Pengaruh budaya yang ada terlihat sangat jelas, mulai dari bangunan gereja yang pada umumnya dibangun menghadap ke arah Utara, menurut budaya orang Bali arah Utara adalah Suci3 hingga liturginya pada perayaan hari raya besar pun sangat kental dengan budaya Bali, seperti mereka menggunakan tarian untuk menyampaikan khotbah mereka, juga jubah Pendeta menggunakan jubah warna putih bukan jubah hitam, karena menurut bayangan budaya di Bali hitam mewakili kematian sedangkan putih biasanya digunakan untuk membangun hubungan dengan para dewa.4 Kebudayaan memiliki sifat yang mengatur agar manusia dapat mengerti dan memahami bagaimana seharusnya ia bertindak, berbuat, menentukan sikap apabila ingin membangun dan menjalin hubungan dengan orang lain.

Berkaitan antara kedua ciri utama dari GKPB yaitu ciri sosiologis dan teologis munculah sebuah pertanyaan “Bagaimana kedudukan perempuan dalam kepemimpinan GKPB?” Dilihat

1

I Nengah Ripa,dkk, Dinamika GKPB dalam Perjalanan Sejarah, (Badung:Sinode GKPB, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 266-267.

2

Ulrich Beyer, Bali-Fajar Pagi Dunia,(Malang:Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, 2001),10. 3

I Ketut Suyaga Ayub, Sejarah Gereja Bali dalam Tahap Permulaan, (Batu Malang:Departemen Literatur YPPII, 1999), 62.

4

(2)

dalam realitas secara sosial di Bali sudah banyak perempuan yang berkarir dan menduduki jabatan sebagai seorang pemimpin, lalu bagaimana dengan Sinode GKPB sendiri? Sejak tahun 1964 di gereja anak Sinode GKPB sudah ada pendeta perempuan. Sejak tahun 1943 hingga pendataan terakhir tahun 2010 ada 15 orang pendeta perempuan dari 106 pendeta di GKPB5. Sekalipun di GKPB sudah memiliki cukup banyak pendeta perempuan, hingga saat ini tidak pernah seorang pendeta perempuan menjabat menjadi seorang ketua Sinode yang biasa disapa dengan nama Bishop. Salah satu syarat untuk menjabat menjadi seorang Ketua Sinode adalah seseorang ketua Majelis Sinode Harian (MSH) dan untuk menjadi ketua MSH adalah seorang pendeta, di dalam peraturan gereja sendiri tidak terdapat larangan bahwa perempuan dapat menjadi seorang Ketua MSH dan ketua Sinode.6

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti memilih judul penelitian sebagaimana disebutkan di bawah ini:

KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KEPEMIMPINAN GEREJA KRISTEN SINODAL PROTESTAN DI BALI (GKPB) DILIHAT DARI PERSPEKTIF

SOSIO-FEMINIS

Berdasarkan latar belakang penulisan di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti, yaitu:Bagaimana kedudukan perempuan dalam kepemimpinan GKPB jika dilihat dari perspektif budaya?dan mengapa tidak pernah ada perempuan menjabat sebagai seorang Bishop di GKPB? Tujuan akhir dari penelitian ini, yaitu mendiskripsikan bagaimana kedudukan perempuan dalam kepemimpinan GKPB jika dilihat dari perspektif budaya dan menggambarkan penyebab mengapa sampai saat ini belum pernah ada seorang perempuan yang menjabat menjadi seorang Bishop.

Penelitian yang akan dilaksanakan ingin memberikan manfaat untuk memberikan sumbangan berupa pemikiran kepada anggota Gereja Kristen di Bali (GKPB) mengenai bagaimana kedudukan perempuan yang baik sebenarnya. Selain itu juga, membantu memberi jawaban kepada mereka yang memiliki pertanyaan besar sama seperti Peneliti mengenai mengapa sampai sekarang Bishop tidak pernah dijabat oleh seorang perempuan.

1.2 Metode Penelitian

Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian tersebut didasarkan pada pengumpulan analisis dan interpretasi data dalam bentuk narasi bukan angka untuk memperoleh pemahaman yang mendalam dari peristiwa tertentu yang diminati.7 Peneliti akan melaksanakan penelitian dengan melakukan observasi langsung ke lokasi peristiwa, ikut

5

I Nengah Ripa, dkk, Dinamika GKPB dalam Perjalanan Sejarah, (Badung:Sinode GKPB, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 426-430.

6

Sinode GKPB, Tata Gereja GKPB pasal 24 tentang Bishop, BAB XIII, 13.

7

(3)

serta dalam kegiatan dan melakukan wawancara yang mendalam bagi orang-orang yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, yang akan menjadi subjek adalah pendeta laki-laki dan perempuan, ahli budaya dalam Gereja Kristen Protestan di Bali dan Emeritus pendeta perempuan. Teknik pengumpulan data dan sumber data dilakukan dengan cara:

a. Wawancara

Wawancara adalah hal yang dilakukan dengan cara tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan guna untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal yang diketahuinya, guna untuk dimuat dalam sebuah tulisan8. Sumber data yang akan diwawancarai ialah beberapa Pendeta jemaat (terwakili), jemaat GKPB (terwakili), Pendeta Emeritus Perempuan (terwakili) dan ahli budaya dalam Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB).

b. Kepustakaan

Dalam melakukan penelitian ini, Peneliti juga menggunakan buku-buku guna untuk mendukung dalam memberi informasi sebelum peneliti turun langsung ke tempat, sehingga kepustakaan dapat menjadi pra penelitian juga membantu dalam menentukan landasan teori yang tepat untuk digunakan dalam penelitian serta penelitian ini.

8

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model role play pada kelompok eksperimen menunjukan prestasi hasil belajar muhadatsah

6.1 Express the meaning and rhetoric steps in the simple short essays using variety or written language accurately, fluently, and acceptably to interact with the nearest environment

Berdasarkan Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersunber dari Anggaran Pendapatan Belanj a Daerah.. Permendagri

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DINAS PERIKANAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN

In a classroom experiment, Yembise (2007) observed that EFL teachers no matter s/he is NAN, AN or Non Papuan, with well-educated background, familiar with

Untuk pengaturan user kita harus konek ke wifi, kemudian login dengan username: admin, password :(kosong).setelah itu masukan IP 192.168.1.254/userman. Ketika diminta untuk

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLII-2/W3, 2017 3D Virtual Reconstruction and Visualization of

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fungi mikoriza arbuskula (fma) terhadap akumulasi logam Pb tanaman belimbing wuluh, jabon, dan petai,