• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELING DALAM MENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELING DALAM MENG"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI

KESULITAN BELAJAR SISWA DI SEKOLAH

(Refleksi Implementasi BK di SMPN 2 Mijen)

DOSEN :Prof. DR. Slameto

DISUSUN OLEH NASOKHA NURHADI

NPM. : 16.61.1752

PROGRAM STUDI S2 MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PARIWISATA INDONESIA ( STIEPARI) SEMARANG

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai seorang guru yang sehari-hari mengajar di sekolah, tentunya tidak

jarangharus menangani anak-anak yang mengalami kesulitan dalam belajar.

Anak-anak yang sepertinya sulit sekali menerima materi pelajaran, baik pelajaran

membaca, menulis, serta berhitung. Hal ini terkadang membuat guru menjadi

frustasi memikirkan bagaimana menghadapi anak-anak seperti ini. Demikian juga

para orang tua yang memiliki anak-anak yang memiliki kesulitan dalam belajar.

Harapan agar anak mereka menjadi anak yang pandai, mendapatkan nilai

yang baik di sekolah menambah kesedihan mereka ketika melihat kenyataan bahwa

anak-anak mereka kesulitan dalam belajar.Akan tetapi yang lebih menyedihkan

adalah perlakuan yang diterima anak yang mengalami kesulitan belajar dari orang

tua dan guru yang tidak mengetahui masalah yang sebenarnya, sehingga mereka

memberikan cap kepada anak mereka sebagai anak yang bodoh, tolol, ataupun

gagal. Akan tetapi yang lebih menyedihkan adalah perlakuan yang diterima anak

yang mengalami kesulitan belajar dari orang tua dan guru yang tidak mengetahui

masalah yang sebenarnya, sehingga mereka memberikan cap kepada anak mereka

sebagai anak yang bodoh, tolol, ataupun gagal.

Untuk mengatasi masalah pendidikan siswa perlu dapat bimbingan agar

mereka dapat membina sebanyak mungkin dari pengalaman di sekolah. Akan tetapi

kemampuan guru dalam membimbing anak didik nya terbatas, sedangkan masalah

(3)

inilah peranan bimbingan dan konseling diperlukan, dalam rangka meminimalisasi

kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Tujuan akhir pelayanan bimbingan ini sama

dengan tujuan pendidikan di sekolah.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam tulisan ini adalah sebagai berikut.

1. Apa yang menjadi kesulitan-kesulitan yang yang dihadapi dalam belajar siswa

di sekolah?

2. Bagaiman peranan bimbingan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar

siswa di sekolah?

C. Tujuan Penulisan

Ada beberapa tujuan untuk mengatasi kesulitan belajar sebagai berikut :

1. Untuk menjelaskan kesulitan-kesulitan yang yang dihadapi dalam belajar.

2. Untuk menjelaskan peranan bimbingan konseling dalam mengatasi kesulitan

belajar siswa di sekolah.

D. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat menyimpulkan

rumusan masalahnya sebagai berikut .

1. Kesulitan apa saja yang dihadapi oleh siswa dalam belajar

2. Peranan Bimbingan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar siswa di

(4)

BAB II

MANAGEMEN BIMBINGAN KONSELING

A. Definisi, Fungsi dan Azas Bimbingan Konseling

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari

”guidance”.Secara harfiyah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti: (1)

mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), (4)

menyetir (to steer).Menurut Moh. Surya (dalam Dewa Ketut Sukardi, 2002:20).

Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan

sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian

dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat

perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.

Sedangkan istilah konseling berasal dari bahasa inggris yaitu “to counsel” yang

secara etimologis berarti ”to give advice” atau memberi saran dan nasihat.

Homby, 1958 (dalam Hallen, 2005:09).

Menurut Rogers (dalam Hallen A 2005:9), mengatakan bahwa

konseling adalah serangkai hubungan langsung dengan individu yang bertujuan

untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah lakunya. Menurut

Ahmad Juntika Nurihsan, dkk (2005:9), bimbingan dan konseling adalah upaya

pemberian bantuan kepada individu (peserta didik/siswa) yang dilakukan secara

berkesinambungan, supaya mereka dapat memahami dirinya sehingga mereka

(5)

tuntutan dan sesuai keadaan lingkungan Sekolah Dasar, keluarga, dan

masyarakat serta kehidupan pada umumnya.

Dengan demikian bimbingan dan konseling mempunyai pengertian

proses pemberian bantuan dari konselor kepada klien, guna memecahkan

permasalahan yang dihadapinya dan dapat mencapai tingkat perkembangan yang

optimal sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

2. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai

memberi layanan kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat

berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri.

Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah

fungsi yang hendak dipenuhi melalui kegiatan bimbingan dan konseling.

Menurut Hallen A (2005:55-58), fungsi-fungsi tersebut adalah:

a. Fungsi pemahaman ;

Fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan

pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan

kepentingan pengembangan peserta didik, baik pemahaman tentang diri

sendiri, orang tua, guru pembimbing, pemahaman tentang lingkungan

peserta didik, serta pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas

termasuk di dalamnya informasi pendidikan, jabatan/pekerjaan dan

(6)

b. Fungsi pencegahan ;

Fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan

tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan

yang akan timbul, yang akan mengganggu, menghambat ataupun

menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses

perkembangannya.

c. Fungsi pengentasan

Fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan terentaskannya

atau teratasinya suatu masalah dengan cara yang paling cepat,

tepat, dan cermat.

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan

Fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan

terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif

peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap

dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini, hal-hal yang dipandang sudah bersifat

positif dijaga agar tetap baik dan dimantapkan, dengan demikian dapat

diharapkan agar peserta didik dapat mencapai perkembangan kepribadian

secara optimal.

e. Fungsi advokasi ;

fungsi bimbingan dan konseling yang akan mengasilkan

teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka dan upaya

(7)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi bimbingan

dan konseling adalah mencegah masalah yang timbul dan menciptakan kondisi

perkembangan seluruh potensi anak secara optimal, baik dalam belajar maupun

dalam bergaul dengan lingkungan sehingga anak didik dapat meningkatkan

prestasi belajarnya di sekolah masing-masing.

3. Asas-asas Bimbingan dan Konseling

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, seharusnya ada suatu atau

dasar yang melandasi dilakukannya kegiatan tersebut atau dengan kata lain

ada asas yang dijadikannya dasar pertimbangan kegiatan itu. Dalam kegiatan

bimbingan dan konseling. Menurut Hallen A (2005:75-83) ada dua belas asas

yang harus menjadi dasar pertimbangan dalam pelayanan bimbingan dan

konseling yaitu: (a) asas kerahasiaan; asas bimbingan dan konseling yang

menuntut di rahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta didik

atau klien yang menjadi sasaran layanan yaitu keterangan yang tidak

boleh diketahui orang lain, (b) asas kesukarelaan ; asas bimbingan dan

konseling yang menghendaki adanya kesukarelaan peserta didik dalam

mengikuti kegiatan yang diperuntukkan bagi peserta didik.

Kesukarelaan ini diindikasikan dengan tingginya motivasi dan

keterlibatan anak untuk mengikuti program bimbingan dan konseling dalam

rangka mengentaskan dan mengembangkan pribadi peserta didik yang akan

menemukan jati diri, (c) asas keterbukaan ; asas bimbingan dan konseling

yang efisien hanya berlangsung dalam suasana keterbukaan. Baik yang

(8)

menerima saran-saran dari luar” tetapi dalam hal ini lebih penting masing

-masing yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan

pemecahan masalah yang dimaksud, (d) asas kekinian ; asas kekinian pada

umumnya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari masalah

yang dirasakan klien saat sekarang atau kini. Namun, pada dasarnya

pelayanan bimbingan dan konseling menjangkau dimensi waktu yang lebih

luas yaitu masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, (e) asas

kemandirian; seperti dikemukakan terdahulu kemandirian merupakan tujuan

dari usaha layanan bimbingan dan konseling. Dalam memberikan layanan

para petugas hendaknya selalu berusaha menghidupkan kemandirian pada

diri orang yang dibimbing, (f) asas kegiatan ; asas bimbingan dan konseling

yang menghendaki peserta didik atau orang tua yang menjadi sasaran layanan

berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan atau kegiatan

bimbingan. Dalam hal ini guru perlu mendorong peserta didik untuk aktif

dalam setiap layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang

diperuntukkan baginya, (g) asas kedinamisan ; upaya layanan bimbingan dan

konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri individu yang

dibimbing yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Perubahan

tidaklah sekedar mengulang - ulang hal - hal yang lama bersifat monoton,

melainkan perubahan yang selalu menuju kesuatu pembaruan, sesuatu yang

lebih maju, (h) asas keterepaduan ; asas layanan bimbingan dan konseling

memadukan berbagai aspek individu yang dibimbing, sebagaimana diketahui

individu yang dibimbing itu memiliki berbagai segi kalau keadaannya tidak

(9)

4. Bidang Bimbingan dan Konseling

Dalam melaksanakan bimbingan dan konseling agar siswa dapat

mengembangkan bakat, minat, dan keterampilan siswa untuk mengatasi

kesulitan belajar perlu adanya penerapan dalam berbagai bidang.

Menurut W.S Winkel (dalam Dewa Ketut Sukardi, 2002:38), ada tiga bidang

dalam melaksanakan bimbingan dan konseling, yaitu: (a) Bidang bimbingan

pribadi-sosial yaitu bidang bimbingan pribadi yang membantu siswa

menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan YME, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Dalam

bidang bimbingan sosial, membantu siswa, mengenal dan berhubungan dengan

lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur, dan bertanggung jawab.

Bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam menghadapi

keadaan batinnya sendiri dalam mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian,

perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan

sebagainya, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusian dengan

sesama diberbagai lingkungan, (b) Bidang bimbingan belajar yaitu bidang

bimbingan yang membantu siswa mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan

belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan serta

menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi, dan (c)

Bidang bimbingan karir, yaitu bidang bimbingan yang membantu siswa.

Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

(10)

bidang bimbingan pribadi-sosial, bidang bimbingan belajar, dan bidang

bimbingan karier.

A. Visi, Misi, dan Tujuan Bimbingan Konseling SMP Negeri 2 Mijen

1. Visi BK

Terwujudnya perkembangan dari dan kemandirian secara optimal dengan

hakekat kemanusiaan sebagai hamba Tuhan YME, sebagai makhluk individu,

dan makhluk social dalam berhubungan dengan manusia dan alam semesta.

2. Misi BK

a. Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan

b. Pemahamn perkembangan diri dan lingkungannya

c. Pengarahan diri ke arah dimensi spiritual

d. Pengambilan keputusan berdsarkan IQ, EQ, dan SQ

e. Pengaktualisasian diri secara optimal.

3. Tujuan Bimbingan Dan Konseling

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada uraian terdahulu, bahwa

bimbingan dan konseling menempati bidang layanan pribadi dalam keseluruh

proses dan kegiatan pendidikan. Menurut Dewa Ketut Sukardi, (2005:27-28).

Tujuan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:

a. Tujuan Umum

Tujuan umum layanan bimbingan dan konseling adalah sesuai

dengan tujuan pendidikan, yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya

yang cerdas, yang beriman, yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

(11)

kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta

rasa bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari layanan bimbingan dan konseling bertujuan

untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan

meliputi aspek pribadi-sosial, belajar dan karir. Bimbingan pribadi sosial

dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi-sosial

dalam mewujudkan pribadi yang bertakwa, mandiri, dan bertanggung

jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas

perkembangan pendidikan. Bimbingan karir dimaksudkan untuk

(12)

BAB III

PERANAN BIMBINGAN KONSELING DALAM

MENGATASI KESULITAN BELAJAR

A. Pengertian Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar merupakan suatu terjemahan dari istilah bahasa Inggris

learning disability. Terjemahan tersebut sesungguhnya kurang tepat karena

“learning” artinya belajar dan disability artinya ketidakmapuan, sehingga

terjemahan yang sebenarnya adalah ketidakmampuan belajar. Istilah kesulitan

belajar digunakan dalam ini karena dirasakan lebih optimistik. Menurut Syaiful

Bahri Djamarah (2002:201), kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak

didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan

ataupun gangguan dalam belajar. Menurut Abu Ahmadi, dkk (2004:77), kesulitan

belajar adalah keadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar

sebagaimana mestinya.

Menurut Dalyono (2005:229), kesulitan belajar adalah keadaan dimana

anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Dengan demikian

kesulitan belajar mempunyai pengertian suatu kondisi dimana anak didik tidak

dapat belajar secara wajar, sehingga anak kurang cepat dalam mengembangkan

prestasi belajarnya.

B. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:203-212), faktor-faktor penyebab

(13)

1. Faktor anak didik ;

anak didik adalah subjek yang belajar, anak didik merasakan langsung

penderitaan akibat kesulitan belajar. Karena anak adalah orang yang belajar,

bukan guru yang belajar. Guru hanya mengajar dan mendidik. Kesulitan belajar

yang diderita anak didik tidak hanya yang bersifat menetap, tetapi juga yang

bisa dihilangkan dengan usaha-usaha tertentu. Faktor intelegensi adalah

kesulitan anak didik yang bersifat menetap. Sedangkan kesehatan yang kurang

baik, kebiasaan belajar yang tidak baik adalah faktor non-intelektual yang bisa

dihilangkan.

2. Faktor sekolah ;

sekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan

rumah rehabilitasi anak didik. Ditempat inilah anak didik menimba ilmu

pengetahuan dengan bantuan guru yang berhati mulia. Sebagai lembaga

pendidikan yang setiap hari anak didik datangi tentu saja mempunyai dampak

yang besar bagi anak didik. Kenyamanan dan ketenangan anak didik dalam

belajar akan ditentukan sampai sejauh mana kondisi dan sistem sosial di sekolah

dalam menyediakan lingkungan yang kondusif dan kreatif. Sarana dan prasarana

sudahkah mampu dibangun dan memberikan layanan yang memuaskan bagi

anak didik.

3. Faktor keluarga ;

keluarga adalah lembaga pendidikan informal (luar sekolah) yang diakui

keberadaannya dalam dunia pendidikan. Peranannya tidak kalah pentingnya

(14)

sekolah, anak sudah mendapatkan pendidikan dalam keluarga yang bersifat

kodrati.

4. Faktor masyarakat sekitar;

jika keluarga adalah komunitas terkecil, maka masyarakat adalah

komunitas masyarakat dalam kehidupan sosial yang tersebar. Dalam masyarakat

sosial terpatri strata sosial yang merupakan yang merupakan penjelmaan dari

suku, ras, agama, pendidikan, dan status. Menurut Hallen A (2005:121-123),

ada dua faktor penyebab kesulitan belajar yaitu faktor internal yaitu faktor yang

di dalam diri peserta didik dan faktor ekstern yaitu faktor yang berada di luar

diri peserta didik. a) faktor internal seperti ; kurangnya kemampuan dasar yang

dimiliki oleh peserta didik, kurangnnya bakat khusus untuk suatu situasi belajar

tertentu, kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar, emosional peserta

didik pada waktu tertentu, faktor jasmaniah yang tidak mendukung kegiatan

belajar dan faktor hereditas (bawaan) yang tidak mendukung kegiatan belajar. b)

faktor ekstern seperti; faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi

situasai belajar peserta didik, situasi dalam keluarga mendukung situasi belajar

peserta didik dan situasi lingkungan sosial yang mengganggu kegiatan belajar

peserta didik.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan faktor-faktor kesulitan belajar

dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor tersebut

dapat teratasi jika pihak keluarga, lingkungan sekitar dan sekolah secara intensif

memberi motivasi dan bimbingan kepada anak yang mengalami kesulitan

(15)

C. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kesulitan Belajar

Siswa

Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada

kehidupan manusia, kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam

kehidupan seringkali menghadapi persoalan silih berganti, persolan yang satu

dapat diatasi, persoalan yang lain timbul, demikian seterusnya. Berdasarkan atas

kenyataan bahwa manusia itu tidak sama satu sama lainnya baik sifat maupun

kemampuannya. Maka ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa

bantuan dari orang lain maupun pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang

tidak sanggup mengatasi persoalan tanpa adanya bantuan orang lain. Peserta

didik di sekolah biasanya juga memiliki masalah-masalah khususnya masalah

dalam menerima atau juga memproses suatu materi pelajaran ke dalam

pikirannya.

Bimbingan dan konseling dimaksudkan agar peserta didik mengenal

kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerima secara positif dan

dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Oleh karena itu individu

yang mepunyai pribadi yang sehat selalu berusaha bersikap positif terhadap

dirinya dan terhadap lingkungannya, untuk mewujudkan sikap yang positif

diperlukan anak didik yang berdiri sendiri sebagai pribadi yang mandiri, bebas

dan mantap. Anak didik yang seperti ini akan terhindar dari keragu-raguan dan

ketakutan serta penuh dengan hal-hal yang positif dalam dirinya seperti

kreatifitas, sportifitas dan lain sebagainya dan mampu mengatasi masalah

masalah sendiri misalnya masalah kesulitan belajar. Masalah kesulitan belajar

(16)

penting yang perlu mendapat perhatian yang serius di kalangan para peserta

pendidik. Dikatakan demikian, karena kesulitan belajar yang dialami oleh para

peserta didik di sekolah akan membawa dampak negatif, baik bagi siswa sendiri

maupun lingkungannya. Untuk mencegah dampak negatif yang timbul karena

kesulitan belajar yang dialami peserta didik, maka para pendidik harus waspada

terhadap gejala-gejala kesulitan belajar yang mungkin dialami oleh peserta

didiknya.

Masalah belajar yang sering timbul dikalangan peserta didik, misalnya

masalah pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar yang efektif dan efisien,

menggunakan buku-buku referensi, cara belajar kelompok, bagaimana

mempersiapkan diri mengahadapi ujian, memilih jurusan atau mata pelajaran

yang cocok dengan minat bakat yang dimilikinya, dari masalah-masalah tersebut

dapat diatasi dengan program pelayanan bimbingan dan konseling untuk

membantu para peserta didik agar mereka dapat berhasil dalam belajar.

Dalam belajar mengajar guru/pendidik sering menghadapi masalah adanya

peserta didik yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan lancar, ada siswa

yang meperoleh prestasi belajar yang rendah, meskipun telah diusahakan untuk

belajar dengan seabaik-baiknya, guru atau pendidik sering menghadapi dan

menemukan peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar, untuk

menghadapi peserta didik yang kesulitan belajar, pemahaman utuh dari guru

tentang kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didiknya, merupakan dasar

dalam usaha meberikan bantuan dan bimbingan yang tepat. Kesulitan belajar

yang dialami peserta didik itu akan termanifestasi dalam berbagai macam gejala,

(17)

seimbang dengan usaha yang dilakukan, lambat dalam melakukan tugas-tugas

belajar, menunjukan sikap yang kurang wajar, menunjukan tingkah laku yang

berkelaianan.

Melalui pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan siswa dapat

mengalami perkembangan yang optimal baik secara akademis, psikologis dan

sosial. Perkembangan yang optimal secara akademis diharapkan peserta didik

mampu mencapai prestasi belajar yang baik dan optimal sesuai dengan

kemampuan, perkembangan yang optimal ditandai dengan perkembangan

kesehatan yang memadai, sedangkan perkembang optimal dari segi sosial

bertujuan agar setiap peserta didik dapat mencapai penyesuaian diri dan

(18)

BAB III

PENUTUP

Dari uraian di atas telah jelas diuraikan bahwa bimbingan dan konseling

sangat diperlukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar siswa, sehingga

siswa dapat meperoleh prestasi yang baik. Dengan perolehan prestasi yang baik

maka tujuan pendidikan nasional akan tercapai, dan juga dapat berguna bagi

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hallen A. 2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Quantum Teaching.

Juntika Nurihsan, A. 2004. Manajemen Bimbingan Konseling di Sekolah. Jakarta :

PT. Grasindo Anggota Ikapi.

--- dan Syamsu Yusuf. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Mugiarso, Heru. 2006. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT UNNES Press.

Mulyati. 2007. Pengantar Psikologi Belajar. Jogjakarta : Quality Publishing.

Sukardi, Dewa Ketut. 2002. Pengantar Pelaksana Bimbingan dan Konseling. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling (Studi Karir). Yogyakarta: C. V.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan visualisasi yang menarik dan informatif pada perancangan buku esai foto tentang ayam hias jenis onagadori ini, diharapkan dapat menyajikan cerita tentang ayam

Di dalam praktiknya, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi cara guru melaksanakan pembelajaran terpadu. Hal ini mengakibatkan terdapatnya beraneka macam bentuk

Netralitas responden terhadap kebergairahan pembelajar, kerekatan sosial- emosional, dan iklim pembelajar menyebabkan ketidakcukupan dalam membangkitkan kesediaan

PENGARUH KOMPENSASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASIONAL SEBAGAI VARIABEL MEDIASI (Studi Kasus. Asep

Dari uraian diatas, tampak bahwa pemahaman karakteristik siswa, terutama siswa dengan kebutuhan khusus seperti siswa CIBI merupakan salah satu aspek penting yang perlu

Choose a skin from the css/skins folder instead of downloading all of them to reduce

Berkaitan dengan minat belajar pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Veteran Cirebon, dijumpai berdasarkan penelitian pendahuluan bahwa siswa yang

Dari keempat kategori Brand Equity yang sudah diukur, kartu X memiliki asosiasi merek yang baik, namun ketiga kategori lainnya, yaitu brand awareness, perceived