• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUTRI ARAWITHA WANGGAY I.8709022

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PUTRI ARAWITHA WANGGAY I.8709022"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

i

TUGAS AKHIR

ANALISA PERHITUNGAN KEBUTUHAN

AIR BERSIH DAN AIR KOTOR

( Studi Kasus Gedung PUSDIKLAT UNS Surakarta )

Disusu n S ebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program D3 Teknik S ipil Ju rusan Teknik Sipil

F aku ltas Teknik Universita s Sebelas Maret Surakarta

Di susun oleh :

PUTRI ARAWITHA WANGGAY

NIM : I 8709022

(2)

ii

( Studi Kasus Gedung PUSDIKLAT UNS Surakarta )

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program D3 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dikerjakan oleh :

PUTRI ARAWITHA WANGGAY NIM : I 8709022

Telah disetujui untuk dipertahankan Tim Penguji Pendadaran Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Diperiksa dan disetujui : Dosen Pembimbing

Ir. Solichin, M.T. NIP. 196001101988031002

(3)

iii

ANALISA PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DAN AIR KOTOR

( Studi Kasus Gedung PUSDIKLAT UNS Surakarta )

Dikerjakan oleh :

PUTRI ARAWITHA WANGGAY NIM : I 8709022

Dipertahankan di hadapan Tim Penguji Ujian Pendadaran Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima guna memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Ahli Madya.

Pada hari : Jum’at Tanggal : 15 Febuari 2013 Tim Penguji Pendadaran :

1. Ketua : Ir. Solichin, M.T. ... NIP. 196001101988031002

2. Anggota : Ir. Susilowati, MSi ... NIP. 19471230 198410 1 001

3. Anggota : Ir. Adi Yusuf Muttaqien, MT ... NIP. 19581127 198803 1 001

Mengetahui, Ketua Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik UNS

Ir. BAMBANG SANTOSA, MT NIP.19590823 198601 1 001

Disahkan Ketua Program D-III Teknik Jurusan Teknik Sipil FT UNS

ACHMAD BASUKI, ST, MT NIP. 19710901 199702 1 001

(4)

iv

· Orang – rang yang mengubah mimpi menjadi kenyataan adalah mereka yang selalu

berkata : ”SAYA BISA” tanpa memperdulikan orang lain berkata: ”KAMU TIDAK

BISA” ( )

· OPINI dan PENILAIAN oranglain dapat MENGHAMBAT dan MEMBATASI

potensi dan kemampuan seserang. ( )

· JADILAH: Pemain, Pengemudi, dan Produsen. BUKAN: Penonton, Penumpang, dan

Konsumen. ( )

(5)

v

PERSEMBAHAN

T

erima kasih saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

karunia-Nya sehingga saya telah berhasil menyelesaikan Tugas Akhir sebagai

syarat kelulusan.

Dengan izin Mu ini akan ku persembahkan karya ini kepada :

1.

Ibu dan Bapak

,

yang ku hormati, ku cintai, ku banggakan,terima

kasih atas semua dukungan, doa, dan harapan baik materi maupun rohani.

Ku ucapkan sekali lagi Terima kasih untuk semuanya, aku bangga pada

kalian.

2.

Wahyu Darmawan

sebagai orang spesial yang selalu menemani dan

membantu dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

3.

Aditia Hadinata

atas kerjasama dan bantuannya yang sangat

membantu dalam pengerjaan TA ini.

4.

Teman-teman program D3 Teknik Sipil infrastruktur

perkotaan

09

terutama untuk Fahrizal Hasnan, Pramesty Andalas,

Andrew Rahma, Himaho Dwi Prakoso, Rimaniar Julindra, Orien

Kalam,RusdiHamdani. Ini semua tanpa bantuan, dukungan dan doa kalian

berikan, semua ini tak akan terwujud.

5.

Kepada semua

yang telah menbantu menyelesaikan laporan tugas

akhir ini.

(6)

vii

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang merupakan syarat untuk meraih gelar Ahli Madya pada Fakultas Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Siti Qomariyah, Msc selaku dosen pembimbing akademik,

2. Bapak Ir. Solichin, M.T. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan selama penyusunan tugas akhir,

3. Seluruh rekan-rekan mahasiswa D III Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan UNS angkatan 2009, 2010, 2011.

4. Seluruh pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran tugas kerja hingga terwujudnya laporan ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan pengetahuan serta masih kurangnya pemahaman yang penyusun miliki sehingga dalam penyusunan laporan ini banyak kekurangan, maka penyusun berharap dengan segala kerendahan hati untuk kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini berguna dan bermanfaat bagi semua yang memerlukanya.

Surakarta, Juli 2012

Penyusun

(7)

ix

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR NOTASI ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Batasan Masalah ... 2

1.4. Tujuan Penelitian ... 3

1.5. Manfaat Penelitian ... 3

1.6. Sistematika Penulisan Laporan ... 3

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 5

2.1. Tinjauan Pustaka ... 5

2.1.1Pengertian Sistem Plambing ... 5

2.1.2Penyediaan Air Bersih ... 5

2.1.2.1 Jumlah Penggunaan Air Bersih ... 6

2.1.2.2 Jenis Sistem Penyediaan Air Bersih ... 7

2.1.2.3 Yang Dipasang Pada Alat Plambing ... 12

2.1.3Sistem Pipa Pada Plumbing ... 18

(8)

x

2.2.1Analisa Penyediaan Air Bersih ... 21

2.2.2Analisa Jumlah Air Kotor ... 26

2.2.3Analisa Ven ... 27

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Metode yang Digunakan ... 32

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.3. Proses Perencanaan ... 33

3.4. Penyusunan Laporan ... 34

BAB 4 HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1. Data Hasil Penelitian ... 36

4.1.1. Tugas dan Fungsi PUSDIKLAT UNS... 36

4.1.2. Data Denah Lantai ... 36

4.1.3. Data Penghuni, Penginap dan Pengunjung ... 37

4.1.3.1 Penaksiran Jumlah Penghuni ... 37

4.1.3.2 Penaksiran Jumlah Penginap ... 39

4.1.3.3 Penaksiran Jumlah Pengunjung ... 40

4.1.4. Data Sumber Air ... 40

4.1.5. Data Fasilitas Plambing ... 41

4.2. Evaluasi Kebutuhan Air Bersih ... 43

4.2.1. Sistem Penyediaan Air Bersih ... 43

4.2.2. Penaksiran Kebutuhan Air Bersih Untuk Penghuni ... 44

4.2.3. Penaksiran Kebutuhan Air Bersih Untuk Penginap ... 45

4.2.4. Penaksiran Kebutuhan Air Bersih Untuk Pengunjung .... 47

(9)

xi

4.2.5. Perhitungan Diameter Pipa, Tebal Pipa dan

Kapasitas Pompa... 50

4.2.6. Perkiraan Volume Bak Penampungan ... 52

4.3. Evaluasi Buangan ... 52

4.3.1. Sistem Pengolahan Air Limbah ... 52

4.3.2. Sistem Pembuangan Air Limbah ... 53

4.3.3. Perhitungan Volume Air Buangan ... 53

4.3.4. Perhitungan Volume Septic Tank ... 55

4.4. Analisa Ven ... 55

4.5. Pembahasan ... 56

4.6. Rencana Anggaran Biaya ... 57

BAB 5 KESIMPULAN ... 60

5.1 Kesimpulan ... 60

5.2 Saran... 61

PENUTUP ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN

(10)

xii

Tabel 2.1 Pemakaian Air Rata-rata Setiap Hari ... 6

Tabel 2.2 Ukuran Pipa Air Bersh Berdasarkan Kapasitas Tangki ... 18

Tabel 2.3 Standart Ukuran Pipa Baja Menurut ‘JIS’ Tahun 2002 ... 19

Tabel 2.4 Produk Lumpur ... 26

Tabel 4.1 Luas Lantai Ruangan Pada Gedung PUSDIKLAT UNS ... 37

Tabel 4.2 Perkiraan Jumlah Penghuni PUSDIKLAT UNS Surakarta ... 39

Tabel 4.3 Perkiraan Jumlah Penginap PUSDIKLAT UNS Surakarta ... 40

Tabel 4.4 Fasilitas Sanitasi Gedung PUSDIKLAT UNS Surakarta... 41

Tabel 4.5 Kebutuhan Pipa Pada Gedung Pusdiklat UNS Surakarta ... 42

Tabel 4.6 Hasil Kebutuhan Penyediaan Air Bersih Untuk Penghuni ... 45

Tabel 4.7 Hasil Kebutuhan Penyediaan Air Bersih Untuk Penginap ... 47

Tabel 4.8 Hasil Kebutuhan Penyediaan Air Bersih Untuk Pengunjung ... 49

Tabel 4.9 Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih Gedung PUSDIKLAT UNS Surakarta ... 49

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Diameter Pipa ,Tebal Pipa dan Kapasitas Pompa ... 51

Tabel 4.11 Rekapitulasi Perhitungan Volume Air Buangan ... 54

Tabel 4.12 Perbandingan antara Hasil Analisa dengan Data Hasil Survey ... 56

Tabel 4.13 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya ... 58

(11)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sistem Sambungan Langsung (Katup Penutup dalam Persil) .... 8

Gambar 2.2 Sistem Sambungan Langsung (Katup Penutup dibawah Jalan) . 8 Gambar 2.3 Sistem Tangki Atas ... 10

Gambar 2.4 Sistem Tangki Tekan ... 12

Gambar 2.5 Perangkap Udara Jenis P dan S ... 13

Gambar 2.6 Perangkap Udara Jenis U dan Tabung ... 14

Gambar 2.7 Contoh Bak Cuci Tangan ... 15

Gambar 2.8 Contoh Wastafel ... 16

Gambar 2.9 Contoh Janitor ... 16

Gambar 2.10 Contoh Bak Cuci Piring ... 17

Gambar 2.11 Contoh Keran Penyiram Tanaman ... 17

Gambar 3.1 Denah Lokasi PUSDIKLAT UNS Surakarta ... 34

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian ... 35

(12)

xiv

Ph = Jumlah Penghuni (jiwa)

perm = Toleransi tegangan max (N/ ) B = Beda Tinggi Pipa (mm) C = Factor korosi sea water lines c = Koefisien lantai efektif

c1 = Konstanta 1 berkisar antara 1,5 sampai 2,0

c2 = Konatanta 2 berkisar antara 3,0 sampai 4,0

da = Diameter luar pipa (mm)

d = Diameter Pipa (mm) H = Panjang Kenie (mm)

J = jumlah penghuni (org) L = Panjang Pipa (mm)

Lef = Luas efektif (m2)

Lkeb = Luas kebutuhan masing-masing orang (m2)

Lr = Luas ruang (m

2

) Pc = Ketentuan tekanan ( Bar )

P = produk lumpur ( ltr/org/th ) Q = Kapasitas air (

Qd = Pemakaian air rata-rata sehari (m3)

Qf = Cadangan air untuk pemadam kebakaran (m3/hari) Qh = Pemakain air rata-rata sejam (m3/jam)

Qp = Kapasitas pompa dinas (m3/jam)

(13)

xv = jumlah debit total (m3/hari) = Tebal pipa (mm)

T = Rata-rata pemakaian per hari (jam/hari) t = Jangka Waktu Pemakaian

V = Factor efisiensi

= volume air buangan (m3/hari)

V = volume lumpur ( ltr/th )

Vt = Volume bak penampungan (m3) dalam sehari

(14)

ABSTRAK

Putri Arawitha Wanggay, 2013, “Analisa Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Dan Air Kotor Pada Gedung PUSDIKLAT UNS, Surakarta”.

Kesehatan merupakan salah satu aset manusia yang sangat berharga. Dalam hal ini, aspek-aspek lingkungan harus diperhatikan agar tercapai lingkungan yang sehat. Laporan ini akan membahas mengenai kajian pekerjaan plumbing air bersih dan air kotor Gedung PUSDIKLAT UNS Surakarta. Demi mendukung kapasitas serta fungsinya, yaitu sebagai tempat pertemuan dan sarana penginapan, maka jumlah suplai penyediaan air bersih harus dengan kualitas dan kuantitas yang baik, pembuangan air kotor yang tiada hambatan mutlak diperlukan.

Pada analisis ini perhitungannya menggunakan metode banyaknya jumlah pemakai (penghuni, penginap dan pengunjung). Dan hitungan analisis jumlah penghuni di lakukan berdasarkan konsep luas bangunan efektif, sedangkan penginap dan pengunjung dari data yang di dapat. Pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur serta menggunakan data yang dimiliki oleh instansi-instansi terkait dalam hal ini adalah PT. KARSA BAYU BANGUN PERKASA.

Analisis jumlah penghuni Gedung PUSDIKLAT UNS Surakarta yang dihitung dengan metode luas lantai efektif adalah sebanyak 31 orang, dan dari data yang diperoleh jumlah penginap 142 orang dan pengunjung 50 orang. Sumber air bersih berasal dari Deep Well sebesar 150 m3/hari dan menggunakan sistem tangki atap. Jumlah total kebutuhan air bersih untuk penghuni, penginap dan pengunjung sebesar 21,06 m3/hari. Dengan volume bak penampung air bersih 15,314 m3. Diameter pipa 50 mm,tebal 4,2,dan kapasitas pompa 14,375 m3/jam.Untuk analisis volume air buangan total penghuni, penginap dan pengunjung sebesar 16,848 m3/hari dan volume septictank sebesar 20,351 m3. Analisis rencana anggaran biaya pembangunan sistem penyediaan air bersih dan air kotor sebesar Rp 1,061,300,000.00,- .

Kata Kunci: plumbing, air bersih, air kotor .

(15)

ABSTRACT

Putri Arawitha Wanggay, 2013, Study of Plumbing Work for Clean Water and Waste Water in PUSDIKLAT UNS, Surakarta.

Healthy is one of precious human asset. In this case, environment aspects mmust be considered to reach a healthy environment. This report will discuss about study of plumbing Work for Clean Water and Waste Water in PUSDIKLAT UNS, Surakarta. To support this capacity and function, as a meating place and lodging facilities, suplay of clean water stock have to good quality and good quantitty, sewerage is absolutely necessary that there is no dostacle.

The analysis used method of the large number of users (occupaint, lodger, visitor). Data of analysis totals occupant was got based on effective method of floor area whereas. Data of analysis totals visitor and lodger already being gotten. The collecting data was done from literature study and using proprietary data by institution be connnected, that is PT. KARSA BAYU BANGUN PERKASA.

The result of analysis total occupant that was calculating with effective method of floor area are 31 persons,. And from proprietary data, maximum totals visitor and lodger are 142 and 50 persons. Source of clean water that is come from Deep Well are 150 m2/day and use roof thank system. Amount of clean water requirment for visitor, occupaint, and lodger are 21,06 m3/day. Volumes of clean water tank are 15,314 m3/hour. The result of analysis volumes total waste water from occupant, lodger, and visitor are 16,848 m3/day and septictank volumes are 20,351 m3. Analysis of budget planning to develop claen water suplay system are Rp1,061,300,000.00,-. Key words : Plumbing, clean water, waste water.

(16)

Bab 1 Pendahuluan

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Seiring berkembangnya pengetahuan dan perncanaan mengenai pemukiman pada masa kini menuntut setiap orang dapat mengikuti perkembangannya agar menjadi Sumber Daya Manusia yang lebih profesional. Salah satu upaya untuk meningkatkan kenyamanan tersebut diperlukan suatu sarana yang mendukung dalam segi pembangunan dalam segala keperluan. Seiring dengan itu perencanaan plambing pada bangunan suatu gedung yang tidak dapat dilepaskan karena untuk memenuhi kebutuhan penghuni didalamnya.

Perencanaan instalasi plambing sering diabaikan, pada saat muncul masalah pada saluran seperti saluran air bersih bocor atau saluran WC macet maka akan mengurangi kenyamanan, kebersihan, dan bahkan kesehatan dari penghuninya. Instalasi plambing harus direncanakan dengan baik guna menghindarkan pemborosan yang tidak perlu serta masalah yang timbul. Perencanaan plambing pada bangunan khususnya terdiri dari perencanaan instalasi air bersih dan air kotor dalam rangka memperoleh jaringan perpipaan yang dapat memenuhi standar perencanaan yang berlaku. Perencanaan instalasi air bersih yang dimaksud harus memenuhi kualitas air yang sesuai standar, menggunakan teknis yang benar (aman untuk keselamatan dan aman untuk pipa jaringan) serta ekonomis. Selain masalah tentang sumber air yang harus sesuai standar air bersih, masalah tekanan air pada pipa distribusi air bersih juga merupakan sesuatu yang sangat penting. Hal yang paling penting adalah debit air yang didistrbusikan harus dapat memenuhi kebutuhan air pada gedung pada saat pemakain normal ataupun pemakaian puncak.

1

(17)

Laporan Tugas Akhir 2

Bab 1 Pendahuluan

Sedangkan air kotor dan air bekas harus diperoleh perencanaan instalasi pipa yang dapat mengalirkan kotoran cair atau padat dengan lancar dan aman terhadap lingkungan atau tidak mencemari daerah-daerah yang dilaluinya. Sistem ven yang direncanakan pada sistem pipa air kotor dan air bekas harus dapat mengalirkan udara yang diakibatkan oleh efek sifon atau tekanan. Dengan memperhatikan hal diatas, maka diaharapkan perencanaan air bersih, air kotor pada Pusdiklat Universitas Sebelas Maret Surakarta dapat memenuhi standard. Hal tersebuat menunjang tercapainya instalasi yang aman, nyaman dan dapat memenuhi tingkat keindahan atau arsitektural pada bangunan yang direncanakan. Sehingga gedung yang direncanakan dapat bernilai arsitektur tinggi yang tidak hanya indah tetapi penghuninya dapat aman dan nyaman didalamnya.

Gedung PUSDIKLAT UNS Surakarta terdiri dari 4 lantai. Demi mendukung kapasitas serta fungsinya, maka persediaan air dengan kualitas dan kuantitas yang baik, pembuangan air kotor yang tiada hambatan, serta sistem pencegah kebakaran yang memadahi mutlak diperlukan. Hal ini diharapkan dapat memberikan kepuasan bagi pengguna gedung.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:

1. Bagaimana kuantiti kebutuhan air bersih pada Pusdiklat UNS Surakarta? 2. Bagaimana kuantiti jumlah air kotor dan ven pada Pusdiklat UNS Surakarta? 3. Berapakah estimasi biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan plumbing air

bersih dan air kotor pada Gedung PUSDIKLAT UNS Surakarta?

1.3

Batasan Masalah

Dalam penelitian ini agar masalh tidak melebar dan menjauh maka penulis akan menetapkan batasan-batasan pembhasan yaitu sebagai berikut:

(18)

Bab 1 Pendahuluan

2. Tinjauan yang mencakup instalasi penyediaan air bersih dan air kotor;

1.4

Tujuan Penelitian

1. Menganalisa kebutuhan penyediaan air bersih pada Pusdiklat UNS Surakarta;

2. Menganalisa jumlah air kotor yang dihasilkan pada Pusdiklat UNS Surakarta;

3. Menganalisa rencana anggaran biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan penyediaan air bersih dan air kotor pada Gedung PUSDIKLAT UNS Surakarta;

1.5

Manfaat Penelitian

Dengan adanya penulisan Tugas Akhir kajian pekerjaan plumbing air bersih dan air kotor pada Pusdiklat UNS Surakarta ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang Teknik Sipil sesuai teori yang didapat di bangku perkuliahan dan sebagai implementasi teori pada waktu perkuliahan khususnya di bidang perencanaan plumbing untuk kepentingan penelitian lebih lanjut.

2. Memberikan kenyamanan bagi pengguna bangunan.

1.6

Sistematika Penulisan Laporan

1. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang signifikasi mengapa penelitian ini layak dan menarik untuk dilakukan; berisikan abstraksi perihal yang dibahas dalam tulisan ini; perumusan dan pembatasan penelitian; tujuan penelitian serta sistematika laporan.

(19)

Laporan Tugas Akhir 4

Bab 1 Pendahuluan

2. BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang teori-teori yang dipakai sebagai dasar hukum atau landasan dalam pembuatan laporan tugas akhir yang meliputi definisi plambing, dasar perundangan dn peraturan.

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang metodologi survei pengambilan data lapangan di proyek pembangunan Gedung PUSDIKLAT UNS Surakarta.

4. BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi paparan tentang pembahasan dari hasil Tinjauan instalasi plumbing penyediaan air bersih, jumlah air kotor dan ven pada Gedung PUSDIKLAT UNS Surakarta.

5. BAB V KESIMPULAN

Bab ini memuat kesimpulan dari laporan Tinjauan Instalasi Plumbing Air Bersih, Air Kotor dan ven di Gedung PUSDIKLAT UNS Surakarta.

(20)

Bab 2 Landasan Teori

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1

Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Sistem Plumbing

Plambing didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pemasangan pipa dengan peralatannya di dalam gedung atau gedung yang berdekatan yang bersangkutan dengan Air Bersih dan Air Buangan yang dhubungkan dengan sistem saluran kota, sebagai satu kesatuan instalasi yang berfungsi untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup, dan membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya (Anonim).

2.1.2 Penyediaan air bersih

Pada sistim air bersih, penyediaan air harus dapat mencapai daerah distribusi dengan debit, tekanan dan kuantitas yang cukup dengan kualitas air sesuai standar/higienis. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002, bahwa air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Dalam perencanaan sistim penyediaan air bersih suatu bangunan, kebutuhan air bersih tergantung dari fungsi kegunaan bangunan, jumlah peralatan saniter dan jumlah penghuninya. Kebutuhan air bersih dapat dihitung dengan tiga cara yaitu, berdasarkan jumlah penghuni, berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing dan berdasarkan beban unit alat plambing (Ketut Catur Budi Artayana).

5

(21)

Laporan Tugas Akhir 6

Bab 2 Landasan Teori

2.1.2.1 Jumlah penggunaan air bersih

Penggunaan air bersih pada tiap-tiap gedung berbeda tergantung jumlah penghuninya dan luas dari bangunan tersebut. Tabel 2.1 Dibawah ini merupakan jumlah pemakaiann air rata-rata per hari sesuai dengan SNI 03-6481-2000.

Tabel 2.1 Pemakaian Air Rata-rata setiap Hari

No. Jenis Gedung

Pemakaian air rata-rata sehari (liter) Jangka waktu pemakaian air rata-rata sehari (jam) Perbandingan luas lantai efektif/total (%) Keterangan 1 Perumahan

mewah 250 8 – 10 42 – 45 Setiap penghuni

2 Rumah biasa 160 – 250 8 – 10 50 – 53 Setiap penghuni

3 Apartemen 200 – 250 8 – 10 45 – 50

Mewah 250 liter

Menengah 180 liter

Bujangan 100 liter

4 Asrama 120 8 Bujangan

5 Rumah sakit

Mewah>1000

Menengah 500 – 1000

Umum

350 – 500

8 – 10 45 – 48

(setiap tempat tidur

pasien)Pasien luar 8 liter Keluarga 160 liter

Staf 120 liter

6 Sekolah dasar 40 5 58 – 60 Guru 100 liter

7 SLTP 50 6 58 – 60 Guru 100 liter

8 SLTA atau PT 80 6 Guru/dosen 100

liter

9 Rumah toko 100 – 200 8 Penghuni 160

liter

10 Gedung kantor 100 8 50 – 60 Setiap pegawai

11 Toserba 3 7 55 – 60

Pemakaian hanya untuk kakus belum termasuk restoran 12 Pabrik/industri pria 60 wanita 100

8 Per orang setiap

giliran

(22)

Bab 2 Landasan Teori

13 Stasiun

/terminal 3 15

Setiap penumpang

14 Restoran 30 5 Penghuni 160

liter

15 Restoran

umum 15 7

Penghuni 160 liter

Pelayan 160 liter

70% tamu perlu 15 ltr/orang untuk kakus

16 Gedung

pertunjukan 30 5 53 – 55

Setiap penonton (untuk 1 kali)

17 Gedung

bioskop 10 3

Setiap penonton (untuk 1 kali)

18 Toko pengecer 40 6

30 liter/ tamu, 150 liter/staf atau 5 liter per hari/ m2 lantai

19 Hotel 250 – 300 10

Setiap tamu

Staf 120-150 liter

Penginapan 200 ltr

20 Peribadatan 10 2 Jumlah jemaah

21 Perpustakaan 25 6 Setiap pembaca

22 Bar 30 6 Setiap tamu

23 Perk. Sosial 30 Setiap tamu

24 Kelab malam 120 – 350 Setiap tamu

25 Gedung

perkmpl. 150 – 200 Setiap tamu

26 Laboratorium 100 -200 8 Setiap staf

Sumber : SNI 03-6481-2000

2.1.2.2 Jenis Sistem Penyediaan Air Bersih

1. Sistem sambungan langsung

Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih. Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran pipa, cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah. Tangki pemanas air biasanya tidak disambung

(23)

Laporan Tugas Akhir 8

B ab 2 Landasan Teori

langsung kepada pipa distribusi, dan dibeberapa daerah tidak diizinkan memasang katup gelontor (flush va lve).

Gambar 2.1 Sistem Sambungan Langsung (Katup Penutup dalam Persil)

Sumber : www.ilmutekniksipil.com

Gambar 2.2 Sistem Sambungan Langsung (Katup Penutup di bawah Jalan) KATUP

PAM

Kotak meteran air batas

jalan

selokan

batas persil

Pipa Persil

Meteran air Pipa

dinas Katup penutup Keran

Pipa distribusi PAM

Batas jalan

Pipa persil Meteran air Selokan

Kotak Meteran air

Batas persil

Keran

Lubang Kontrol PAM

Katup Penutup

Pipa distribusi PAM Katup

PAM

(24)

Bab 2 Landasan Teori 2. Sistem tangki atas

Dalam sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada lantai terendah bangunan atau dibawah muka tanah) kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang diatas atap atau diatas lantai tertinggi bangunan. Dari tangki atap ini diterapkan seringkali dengan alasan-alasan berikut :

a. Selama air digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat plambing hamper tidak terjadi, perubahan tekanan ini hanyalah akibat muka air dalam tangki atap.

b. Sistem pompa yang dinaikkan air tangki atap bekerja otomatis dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan timbulnya kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka dalam tangki atap.

c. Perawatan tangki atap sangat sederhana jika dibandingkan dengan tangki tekan. Untuk bangunan-bangunan yang cukup besar, sebaiknya disediakan pompa cadangan untuk menaikkan air ke tangki atap. Pompa cadangan ini dalam keadaan normal biasanya dijalankan bergantian dengan pompa utama, untuk menjaga agar kalau ada kerusakan atau kesulitan maka dapat segera diketahui. Apabila tekanan air dalam pipa utama cukup besar, air dapat langsung dialirkan ke dalam tangki atap tanpa disimpan dalam tangki bawah dan dipompa. Dalam keadaan demikian ketinggian lantai atas yang dapat dilayani akan tergantung pada besarnya tekanan air dalam pipa utama. Hal terpenting dalam sistem tangki atap ini adalah menentukan letak “tangki atap” tersebut apakah dipasang di dalam langit-langit, atau di atas atap (misalnya untuk atap dari beton) atau dengan suatu kontruksi menara yang khusus. Penentuan ini harus didasarkan pada jenis alat plambing yang dipasang pada lantai tertinggi bangunan dan tekanan kerja yang tinggi.

(25)

Laporan Tugas Akhir 10

B ab 2 Landasan Teori

Sumber : www.ilmutekniksipil.com

Gambar 2.3 Sistem Tangki Atas.

3. Sistem tangki tekan

Sistem tangki tekan diterapkan dalam keadaan dimana suatu kondisi tidak dapat digunakan sistem sambungan langsung. Prinsip kerja sistem ini adalah sebagai berikut :

Air yang telah ditampung dalam tangki bawah, dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi. Air dalam tangki tersebut dialirkan ke dalam suatu distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu detektor tekanan,yang menutup / membuka saklar motor listrik penggerak pompa. Pompa berhenti bekerja kalau tekanan tangki telah mencapai suatu batas

Katup Pelampung Tangki air Bawah Meteran air

Katup penguras

Katup penutup

Pipa peluap Tangki atas Katup utama penyediaan air

atap Lantai 3

Lantai 2

Lantai 1

Basement 1

Basement 2

Pipa peluap

Katup gelontor keran

Pompa Katup cabang

(26)

Bab 2 Landasan Teori

minimum yang ditetapkan, daerah fluktuasi tekanan ini biasanya ditetapkan antara 1,0 sampai 1,5 kg / cm2. Daerah yang makin lebar biasanya baik bagi pompa karena memberikan waktu lebih lama untuk berhenti, tetapi seringkali menimbulkan efek yang negatif pada peralatan plambing. Dalam sistem ini udara yang terkompresi akan menekan air ke dalam sistem distribusi dan setelah berulang kali diperlukan tangki tekan yang besar. Untuk mengatasi hal ini maka tekanan awal udara dalam tangki dibuat lebih besar dari tekanan atmosfer (dengan mem asukkan udara kempa ke dalam tangki).

Kelebihan sistem tangki tekan yaitu :

1. Lebih menguntungkan dari segi estetika karena tidak terlalu mencolok dibandingkan dengan tangki atap.

2. Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin bersama pompa-pompa lainya.

3. Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang di atas menara.

Sedangkan kekurangannya yaitu :

1. Daerah fluktuasi tekanan sebesar 1,0 kg/cm2 sangat besar dibandingkan dengan sistem tangki atap yang hampir tidak ada fluktuasinya. Fluktuasi yang besar ini dapat menimbulkan fluktuasi aliran air yang cukup berarti pada alat plambing, dan pada alat pemanas gas dapat menghasilkan air dengan temperatur yang berubah-ubah.

2. Dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan, maka setiap beberapa hari sekali harus ditam bahkan udara kempa dengan kompresor atau dengan menguras seluruh air dalam tangki tekan.

(27)

Laporan Tugas Akhir 12

B ab 2 Landasan Teori

3. Sistem tangki tekan dapat dianggap sebagai suatu sistem pengaturan otom atik pompa penyediaan air saja dan bukan sebagai sistem penyimpanan air seperti tangki atap.

4. Karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam tangki tekan relatif

Sumber : www.ilmutekniksipil.com

Gambar 2.4 Sistem Tangki Atap

2.1.2.3 Yang dipasang pada alat plambing

1. Perangkap jenis “P”, berbentuk menyerupai huruf “P” dan banyak digunakan. Perangkap jenis ini dapat diandalkan dan sangat stabil kalau dipasang pipa ven. Perangkap jenis “P” biasanya dipasang pada kloset,lavatory, dan lain-lain.

2. Perangkap jenis “S”, berbentuk menyerupai huruf “S” dan seringkali menimbulkan kesulitan akibat efek siphon, biasanya dipasang pada lavatory. Gambar 2.4 perangkap jenis P dan perangkap jenis S:

Atap

Lantai 3

Lantai 2

Lantai 1

Meteran air Katup penutup

Bak cuci tangan

Katup gelontor

Muka tanah

Kompresor

TangkiTekan

Pompa

Basement Tangki air

bawah

Katup pelampung

Peluap

(28)

B ab 2 Landasan Teori

Sumber : Soufya n M. Noerba mba ng dan Ta keo Morimura , 2000 Gambar 2.5 Perangkap Udara Jenis P dan S.

3 Yang dipasang pada pipa pembuangan

1. Perangkap jenis “U”, berbentuk menyerupai huruf “U” dan dipasang pada pipa pembuangan mendatar, umumnya untuk pembuangan air hujan. Kelemahan jenis ini adalah memberikan tambahan tahanan terhadap aliran. Perangkap jenis ini biasanya dipasang pada peturasan, pada pipa pembuangan air hujan di dalam tanah.

2. Perangkap jenis “tabung”, mempunyai sekat berbentuk “tabung”, sehingga mengandung air lebih banyak dibandingkan jenis-jenis lainnya sehingga air penutup tidak mudah hilang, biasanya dipasang pada floor dra in dan bak cuci dapur (Soufya n M. Noerbamba ng da n Ta keo Mor imura , 2000).

(29)

Laporan Tugas Akhir 14

B ab 2 Landasan Teori

Sumber : Soufya n M. Noerba mba ng dan Ta keo Morimura , 2000

Gambar 2.6 Perangkap Udara Jenis U dan Tabung

4 Alat Plambing

Definisi alat plambing

Istilah “alat plambing” digunakan untuk semua peralatan yang dipasang didalam ataupun di luar gedung, untuk menyediakan air (memasukan) air panas atau air dingin, dan untuk menerima (mengeluarkan) air buangan, atau secara singkat dapat dikatakan semua peralatan yang dipasang pada :

Bahan yang dianjurkan sebagai alat plambing harus memenuhi syarat-syarat berikut :

1. Tidak menyerap air (atau, sedikit sekali) 2. Mudah dibersihkan

3. Tidak berkarat dan tidak mudah aus 4. Relatif mudah dibuat

5. Mudah dipasang

Peralatan Saniter

Peralatan saniter pada gedung ini yang hanya menggunakan air bersih adalah bak cuci tangan, janitor, bak cuci piring (pantry), dan pancuran

(30)

B ab 2 Landasan Teori

mandi, peralatan saniter umumnya dibuat dari bahan porselen atau keramik. Bahan ini sangat popular karena biaya pembuatannya cukup murah, dan ditinjau dari segi sanitasi sangat baik. Bahan lain yang cukup banyak digunakan di Indonesia adalah “teraso”, walaupun untuk membersihkan lebih sulit dari pada bahan porselen. Beberapa jenis peralatan saniter yang menggunakan air bersih pada gedung ini, sebagai berikut :

1. Bak cuci tangan

Pada gedung ini, bak cuci tangan meliputi bak cuci tangan kecil dan bak cuci tangan. Bak cuci tangan kecil ialah tempat untuk menyuci tangan (wastafel), sedangkan bak cuci tangan pada gedung ini ialah tempat yang digunakan untuk mengambil air berwudhu, dimana pemakaian air bersih pada bak cuci tangan ini terlalu banyak.

[image:30.595.156.499.248.594.2]

Sumber : repository.gunada rma.a c.id Gambar 2.7 Contoh Bak Cuci Tangan 2. Wa stafel

Tempat untuk mencuci tangan. Biasanya berada di dekat ruang makan, didapur atau didalam kamar mandi baik pribadi maupun umum.

(31)

Laporan Tugas Akhir 16

B ab 2 Landasan Teori

[image:31.595.151.504.112.486.2]

Sumber : ba mba ng pr ia nton o.multiply.co m

Gambar 2.8 Contoh Wa sta fel 3. Janitor

Janitor adalah tempat pencucian (pembersihan) kain pel dan biasanya juga dipakai untuk menyuci pakaian (laundry), tapi pada gedung ini janitor hanya digunakan untuk tempat pencucian kain pel saja

Sumber : repository.gunada rma .ac.id Gambar 2.9 Contoh Janitor

[image:31.595.224.398.507.651.2]
(32)

B ab 2 Landasan Teori

4. Bak cuci piring (pantry)

Bak cuci piring (pantry) ini adalah tempat pencuci piring untuk para penghuni gedung ini.

[image:32.595.126.494.226.690.2]

Sumber : repository.gunada rma .ac.id Gambar 2.10 Contoh Bak Cuci Piring

5. Keran penyiram tanaman

Keran penyiram tanaman ini, untuk menyiramkan tanaman di sekitar bangunan gedung ini.

Sumber : repository.gunada rma .ac.id

(33)

Laporan Tugas Akhir 18

Bab 2 Landasan Teori

6. Yang dipasang di luar gedung

Contoh jenis ini adalah bak perangkap, yang berfungsi sebagai perangkap bila ujung pipa pembuangan terbenam dalam air di dalam bak tersebut.

2.1.3 Sistem Pipa Pada Plambing

Ukuran pipa ditentukan berdasarakan laju aliran puncak. Disamping itu ada tambahan pertimbangan lain yang berdasarkan pada pengalaman perancang atau kontraktor pelaksana. Berikut beberapa macam ukuran pipa yang sering digunakan.

1. Ukuran Pipa Air Bersih Berdasarkan Kapasitas Tangki

[image:33.595.125.497.250.688.2]

Dibawah ini merupakan ukuran pipa berdasarkan kapasitas tangki yang dapat dilihat pada Tabel 2.2 :

Tabel 2.2 Ukuran pipa air bersih berdasarkan kapasitas tangki

Kapasitas Tangki (Ton)

Diameter Dalam Pipa & fitting (mm)

0 – 20 60

20 – 40 70

40 – 75 80

75 – 120 90

120 – 190 100

190 – 265 110

265 – 360 125

360 – 480 140

480 – 620 150

620 – 800 160

800 – 1000 175

1000 – 1300 200

1300 – 1700 215

Sumber : Anonim, 2009

(34)

Bab 2 Landasan Teori

[image:34.595.123.518.210.594.2]

2. Ukuran Pipa Berdasarkan JIS (Ja pa n Interna tiona l Standa rt) Ukuran pipa yang ditetapkan oleh JIS terdapat pada Tabel 2.3

Tabel 2.3. Standart Ukuran Pipa Baja menurut “JIS” tahun 2002

Inside Nominal Outside SGP Schedul 40 Schedul 80

Diameter Size Diameter Tebal Min ( mm ) ( mm )

( mm ) ( mm ) ( mm ) ( mm )

6 0,25 10,5 2,0 1,7 2,4

10 0,375 17,3 2,3 2,3 3,2

15 0,5 21,7 2,8 2,8 3,7

20 0,25 27,2 3,2 2,9 3,9

25 1 34,0 3,5 3,4 4,5

32 1,25 42,7 3,5 3,6 4,9

40 1,5 48,6 3,8 3,7 5,1

50 2 60,5 4,2 3,9 5,5

65 2,5 76,3 4,2 5,2 7,0

80 3 89,1 4,5 5,5 7,6

100 4 114,3 4,5 6,0 8,6

125 5 139,8 5,0 6,6 9,5

150 6 165,2 5,8 7,1 11,0

200 8 216,3 6,6 8,2 12,7

250 10 267,4 6,9 9,3 -

300 12 318,5 7,9 10,3 -

350 14 355,6 7,9 11,1 -

400 16 406,4 - 12,7 -

450 18 457,2 - - -

500 20 508,0 - - -

Sumber: JIS, 2002

2.1.4 Aspek Penelitian Sistem Plumbing

Secara umum penelitian sistem plumbing dilakukan secara bertahap. Sistem plambing yang ditinjau biasanya mencakup analisa sistem penyediaan air bersih, penyaluran air buangan, dan penelitian ven.

(35)

Laporan Tugas Akhir 20

Bab 2 Landasan Teori 1. Analisa Air Bersih

Analisa penyediaan air bersih meliputi: a. Menganalisa jumlah pemakaian air bersih. b. Manganalisa perpipaan untuk air bersih.

c. Menganalisa bak penampung dan system pompa untuk air bersih. d. Mengetahui jenis dan jumlah alat plambing

2. Analisa jumlah Air Kotor dan Ven Analisa jumlah air kotor dan ven meliputi:

a. Menganalisa perpipaan untuk air kotor dan ven.

b. Menganalisa bak penampung untuk air air kotor dan ven.

Perencanaan sistem plambing pada gedung bertingkat harus dilakukan sesuai dengan prosedur perencanan yang telah ditentukan, yaitu dalam 4 tahap (SNI, 2005):

1. Konsep rencana;

Data dan informasi awal yang dibutuhkan adalah meliputi jumlah penghuni, pengunjung dan pegawai, gambar rencana arsitektural gedung pada tahap konsep; jaringan air bersih dan fasilitas pembuangan air buangan kota; serta peraturan yang berlaku umum maupun yang berlaku setempat.

Sedangkan data dan informasi akhir yang harus dipersiapkan adalah sumber air bersih dan lokasi sistem pembuangan; gambar denah yang menunjukkan tata letak alat plambing, jenis dan jumlahnya ditentukan berdasarkan SNI 03-6481-2000, Sistem Plambing;, dokumen yang diperlukan untuk

mengurus persetujuan prinsip membangun dari instansi yang berwenang dan pihak lain yang terkait.

2. Rencana dasar;

Merupakan penelitian atau survey keadaan lingkungan, ciri geografis dan topografis, kondisi air bawah tanah, dsb, dan kemudian menentukan beberapa hal dengan data yang didapat. Penelitian lapangan tidak hanya berarti

(36)

Bab 2 Landasan Teori

kunjungan ke lokasi pembangunan gedungnya dan melihat situasi setempat, tetapi mencakup pola perundingan dengan instansi Pemerintah yang berwenang, menjajagi pendapat instansi pengairan dan perikanan setempat, serta penelitian yang menyangkut hak penggunaan air dan pembuangan air (Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura, 2005).

Penyusunan rencana dasar terdiri dari perhitungan kebutuhan air bersih; bak penampung; pipa; pompa dan perkiraan volume air buangan. Dokumen dalam bentuk laporan yang disiapkan sekurang-kurangnya meliputi penjelasan alternative sistem dan perlengkapannya; hasil perhitungan sistem plambing, parameter air bersih berdasarkan dinas kesehatan, perkiraan jumlah dan jenis pipa; serta spesifikasi bahan dan peralatan (SNI, 2005).

3. Rencana pendahuluan;

Pada tahap rencana pendahuluan, diadakan perhitungan yang meliputi perhitungan untuk menentukan ukuran semua pipa cabang, perhitungan bak panampung dan pompa yang telah ditentukan dengan metode yang mengacu pada SNI 03-6481-2000 tentang Sistem Plambing.

[image:36.595.125.500.225.536.2]

4. Rencana pelaksanaan.

Gambar dan dokumen rencana detil pelaksanaan yang harus disiapkan adalah gambar detil pelaksanaan; spesifikasi lengkap dan persyaratan umum pelaksanaan (SNI, 2005).

2.2

Dasar Teori

2.2.1 Analisa Penyediaan Air Bersih

Dalam tinjauan air bersih terdapat tahapan perhitungan dan metode yang dapat digunakan. Secara garis besar tinjauan air bersih adalah sebagai berikut:

1. Penaksiran Jumlah Penghuni

(37)

Laporan Tugas Akhir 22

Bab 2 Landasan Teori

Ada beberapa metode atau cara perhitungan jumlah pnghuni, salah satunya yaitu dengan memperkirakan berdasarkan koefisien lantai efektif (Morimura da n Noerbamba ng, 2000), serta menetapkan kepadatan hunian dengan rumus sebagai berikut:

………(2.1)

...………(2.2)

Keterangan:

Ph = Jumlah Penghuni (jiwa)

L

ef = Luas efektif (m2)

L

r = Luas ruang (m2)

L

keb = Luas kebutuhan masing-masing orang (m2)

c

= Koefisien lantai efektif

Penghuni yang dimaksudkan adalah pegawai atau karyawan yang bekerja pada tempat tersebut yang mana dapat di hitung dengan menggunakan rumus di atas, sedangkan penginap adalah konsumen dari tempat tersebut yang bermalam untuk beberapa waktu dan pengunjung yaitu seseorang yang menggunakan suatu tempat hanya untuk keperluan beberapa saat dan tidak bermalam pada tempat tersebut.

2. Penaksiran Jumlah Debit

Jumlah debit dapat dihitung dengan menentukan debit aliran per hari, debit per jam, dan puncak debitnya yang dinyatakan sebagai berikut:

1. Debit Aliran per hari

Dengan memilih standar pemakaian air per orang sehari berdasarkan jenis penggunaan gedung, jumlah pemakaian air per hari seluruh gedung dapat dihitung. Pemakaian air rata-rata dinyatakan sebagai berikut:

(38)

Bab 2 Landasan Teori

………….(2.3)

(Jimmy S. Juwa na , 2004).

Dan diperkirakan perlu tambahan sampai 20% untuk mengatasi kebocoran, pancuran air, tambahan air untuk air panas yang menggunakan solahart atau mesin pendingin (chiller) gedung ini, penyiraman taman, dsb.

………(2.4)

Pemakaian air rata-rata dapat pula dihitung, dengan membaginya untuk 10 jam.

……….(2.5)

Keterangan :

Qh = Pemakain air rata-rata (m3/jam) Qd = Pemakaian air rata-rata sehari (m3) t = Jangka Waktu Pemakaian

2. Puncak Debit

Pada waktu-waktu tertentu pemakaian air ini akan melebihi pemakaian air rata-rata, dan yang tertinggi dinamakan pemakaian air jam puncak. Yang dinyatakan sebagai berikut:

………..(2.6)

konstanta “c1” berkisar antara 1,5 sampai 2,0 bergantung kepada lokasi, sifat

penggunaan gedung, dan sebagainya (Jimmy S. Juwa na , 2004). Laju aliran air pada jam puncak inilah yang digunakan untuk menentukan ukuran pipa utama (dari tangki atap), pompa penyediaan air. Sedangkan pemakaian air pada menit-puncak dapat dinyatakan sebagai berikut:

(39)

Laporan Tugas Akhir 24

Bab 2 Landasan Teori

………..(2.7) konstanta “c2” berkisar antara 3,0 sampai 4,0. (Jimmy S. Juwa na , 2004)

3. Penaksiran Volume Bak Penampungan

Kapasitas bak penampung (tangki) biasanya untuk kebutuhan air bersih dan kebutuhan air pemadam kebakaran. Karena bak penampungan tersebut juga digunakan untuk kebutuhan pemadam kebakaran, sehingga volume tangki dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:

x

……...………..(2.8)

Keterangan :

Vt = Volume bak penampungan (m3) dalam sehari

Qd = Pemakaian air rata-rata sehari (m3/hari)

Qp = Kapasitas pompa dinas (m3/jam)

T = Rata-rata pemakaian per hari (jam/hari)

Qf = Cadangan air untuk pemadam kebakaran (m3/hari)

4. Penaksiran Diameter Pipa, Tebal Pipa dan Kapasitas Pompa

Ada beberapa metode dalam menghitung rumus diameter pipa, tebal pipa, dan kapasitas pompa dinyatakan sebagai berikut :

1. Diameter Pipa Berdasarkan BKI 2006 Sec. 11 N 2.2

x ………(2.9)

Keterangan :

d = Diameter Pipa (mm) L = Panjang Pipa (mm)

(40)

Bab 2 Landasan Teori

B = Beda Tinggi Pipa (mm) H = Panjang Kenie (mm)

2. Perhitungan Tebal Pipa Berdasarkan BKI 2006 Sec. 11 C 2.1

S =

+ c + b

(mm) ………..(2.10a)

Keterangan :

= Tebal pipa (mm)

………(2.10b)

da = Diameter luar pipa (mm)

Pc = Ketentuan tekanan ( Bar ) (BKI 2006 Sec. 11, tabel 11,1) = 16 Bar

perm = Toleransi tegangan max (N/ )

=80 N mm

V = Factor efisiensi = 1,00

C = Factor korosi sea wa ter lines = 3,00

b = 0

3. Kapasitas pompa (BKI 2006 Sec. 11, C 3,1)

Q = 5,75 x

………...(2.11)

Keterangan :

Q = Kapasitas air diijinkan dengan menggunakan pompa dan cadangan (

= diameter pipa (mm)

(41)

Laporan Tugas Akhir 26

Bab 2 Landasan Teori

2.2.2 Analisa jumlah Air Kotor

1. Penaksiran Volume Air Buangan

Karena pada penghitungan volume air buangan tidak terpaut dengan koefisien apapun, maka dapat dihitung dengan menjumlahnya setiap lantai, seperti berikut:

………...(2.12)

Keterangan :

: volume air buangan (m3/hari) : jumlah debit total (m3/hari)

2. Penaksiran Volume Tangki Air Buangan / Septic Ta nk

Sebelum kita mencari volume septic ta nk, kita harus dapat mengetahui Volume air buangan dan volume lumpurnya.

Rumus volume air buangan dapat kita lihat pada Persamaan 2.13.

[image:41.595.121.498.257.499.2]

Untuk mencari volume lumpur, digunakan produk lumpur seperti pada tabel 2.4 dibawah ini :

Tabel 2.4 Produk lumpur

No. Jenis Gedung Kapasitas Produk Lumpur ( ltr/org/th )

1 Perumahan mewah 50

2 Rumah biasa 15

3 Apartemen 20 – 25

4 Asrama 12

5 Rumah sakit

Mewah>100

Menengah 50 – 80

Umum40 – 50

6 Sekolah dasar 40

7 SLTP 50

(42)

Bab 2 Landasan Teori

8 SLTA atau PT 80

9 Rumah toko 15 – 20

10 Gedung kantor 30

11 Toserba 3

12 Pabrik/industri 75

Sumber : Wiranto Arismunandar, 1993

Rumus menghitung produk lumpur dapat digunakan rumus sebagai berikut:

……….(2.13)

Keterangan:

V = volume lumpur ( ltr/th )

J = jumlah penghuni (org)

P = produk lumpur ( ltr/org/th ) t = jangka waktu pemakaian.

Jadi untuk menghitung volume septic ta nk digunakan rumus sebagai berikut :

Volume Septic Ta nk =

+

………...(2.14)

Keterangan :

V = volume air buangan (m3/hari)

V = volume lumpur (m3/hari)

2.2.3 Analisa Ven

Sistem ven yaitu secara garis besar dapat diartikan sebagai seperangkat rangkaian sistem untuk memperlancar penyaluran air bersih dan khususnya air kotor pada gedung dalam rangkaian sistem plambing yang digunakan. Bersama-sama dengan alat perangkap, pipa ven merupakan bagian penting dari suatu system pembuangan. Tujuan pemasangan pipa ven adalah sebagai berikut:

(43)

Laporan Tugas Akhir 28

Bab 2 Landasan Teori

1. Menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau tekanan. 2. Menjaga sirkulasi yang lancar dalam pipa pembuangan. 3. Mesirkulasikan udara dalam pipa pembuangan.

Karena tujuan utamanya adalah menjaga agar perangkap tetap mempunyai sekat air, maka pipa ven harus dipasang sedemikian rupa agar mencegah hilangnya sekat air tersebut. Kedalaman minimum sekat air adalah 50 mm. Pipa pembuangan dan ven harus dirancang dan dipasang agar mampu menjaga kedalaman tersebut.

Keuntungan dari penggunaan sistem ven yaitu secara garis besar dapat memperlancar laju perjalanan air yang mengalir pada pipa-pipa bangunan setelah digunakan dan dapat menghindari hilangnya sekat air pada perangkap air kotor, dan jika bangunan bertingkat tanpa menggunakan sistem ven dimungkinkan dapat terjadi beberapa kendala kemacetan pada laju air kotor pada pipa dan dapat menimbulkan bau.

Jenis-jenis pipa ven adalah sebagai berikut: (Morimura da n Noerba mba ng, 2000)

1. Ven Tunggal

Pipa ven ini dipasang untuk melayani satu alat plambing dan disambungkan kepada sistem ven lainnya atau langsung terbuka ke udara luar. Walaupun sistem ini yang terbaik, tetapi sitem ini paling banyak menggunakan bahan (pipa).

2. Ven Lup

Dalam sistem ini pipa ven melayani dua atau lebih alat plambing (sebanyak-banyaknya 8) dipasang pada cabang mendatar pipa air buangan dan disambungkan kepada ven pipa tegak. Pipa ven tersebut dipasang pada

(44)

Bab 2 Landasan Teori

cabang mendatar pipa air buangan yang mempunyai ukuran tetap “didepan“ alat plambing yang paling jauh dari pipa tegak air buangan.

3. Ven Pipa Tegak

Pipa ini merupakan perpanjangan dari pipa tegak air buangan, di atas cabang mendatar pipa air buangan tertinggi.

Dalam gedung yang menggunakan sistem ini, hanya ada ven pipa tegak saja dan tidak dipasang pipa ven jenis lainnya. Semua pipa pengering alat plambing disambung langsung kepada pipa tegak air buangan. Sistem ini disebut juga sistem pipa tegak tunggal atau sistem pipa pembuangan tunggal. Sistem ini dapat diterapkan pada gedung dimana pipa tegak air buangan dapat dipasang dekat alat-alat plambing, seperti pada gedung rumah susun (a pa rtment).

4. Ven Bersama

Pipa ven ini adalah satu pipa yang melayani perangkap, dari dua alat plambing yang dipasang bertolak belakang atau sejajar dan dipasang pada tempat dimana kedua pipa pengering alat plambing tersebut disambungkan bersama.

5. Ven Basah

Pipa ven basah adalah pipa ven yang juga menerima air buangan berasal dari alat plambing selain kloset. Sistem dimana pipa pembuangan juga berfungsi sebagai pipa ven, oleh karena itu beban air buangan sebaiknya hanya setengahnya dibandingkan dengan pipa pembuangan sejenis dari ukuran yang sama.

6. Ven balik

Bagian dari pipa ven tunggal yang membelok ke bawah, setelah bagian tegak ke atas sampai lebih tinggi dari muka air banjir alat plambing dan

(45)

Laporan Tugas Akhir 30

Bab 2 Landasan Teori

yang kemudian disambungkan kepada pipa tegak tegak ven setelah dipasang mendatar dibawah lantai.

7. Ven Yoke

Pipa ven ini merupakan suatu ven pelepas yang menghubungkan pipa tegak air buangan kepada pipa tegak ven, untuk mencegah perubahan tekanan dalam pipa tegak air buangan yang bersangkutan.

Persyaratan untuk pipa ven secara garis besar sebagai berikut : (Morimura da n Noerba mba ng, 2000)

1. Kemiringan pipa ven

Pipa ven harus miring ke atas dari sambungan terendah dengan pipa air kotor atau pipa air buangan ketempat berakhirnya pipa ven tersebut untuk memperoleh ventilasi pada seluruh bagian sistem drainase dengan sirkulasi udara secara gravitasi.

2. Cabang pada pipa ven

Dalam membuat cabang pipa ven harus diusahakan agar udara tidak akan terhalang oleh masuknya air kotor atau air bekas manapun.

3. Letak bagian mendatar pipa ven

Dari tempat sambungan pipa ven dengan cabang mendatar pipa air buangan, pipa ven tersebut haus dibuat tegak sampai skurang-kurangnya 150 mm di atas muka iar banjir alat plambing tertinggi yang dilayani ven tarsebut, sebelum dibelokkan mendatar atau disambungkan kepada cabang pipa ven.

4. Ujung pipa ven

Ujung pipa ven harus terbuka ke udara luar, tetapi harus dengan cara yang tidak menimbulkan gangguan kesehatan.

(46)

Bab 2 Landasan Teori

Ukuran pipa ven sebagai berikut : (Morimura da n Noerba mba ng, 2000)

1. Ukuran pipa ven lup dan pipa ven sirkuit

Ukuran pipa ven lup, pipa ven sirkuit dan pipa ven pelepas minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari ½ kali diameter cabang mendatar pipa buangan atau pipa tegak ven yang disambungkannya.

2. Ukuran pipa tegak

Ukuran pipa tegak tidak boleh kurang dari ukuran pipa tegak air buangan yang dilayaninya dan selanjutnya tidak boleh diperkecil ukurannya sampai ke ujung terbuka.

3. Ukuran pipa ven tunggal

Ukuran pipa ven tunggal minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari ½ kali diameter pipa pengering alat plambing yang dilayaninya.

4. Ukuran pipa ven pelepas offset

Ukuran pipa ven pelepas untuk ofset pipa pembuangan harus sama dengan atau lebih dari diameter pipa tegak ven atau pipa tegak air buangan.

5. Ukuran pipa ven yoke

Ukuran pipa ven yoke harus sama dengan atau lebih dari diameter pipa tegak ven atau pipa tegak air buangan (yang terkecil diantara keduanya).

(47)

Laporan Tugas Akhir 32

B ab 3 Metode Penelitian

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 METODE YANG DIGUNAKAN

Secara harfiah, metodologi merupakan uraian tentang cara kerja bersistem yang berfungsi memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991 ). Metode penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan tugas akhir ini adalah metode deskriptif evaluatif, yaitu pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat (Whitney,1960).

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Pusdiklat UNS Surakarta, dan dilaksanakan pada bulan November tahun 2012.

[image:47.595.127.495.250.695.2]

Adapun lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1:

(48)

Bab 3 Metode Penelitian

3.3 PROSES PERENCANAAN

Persiapan merupakan rangkaian sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap persiapan disusun hal – hal yang harus dilakukan dengan tujuan untuk efektifitas waktu dan pekerjaan penulisan tugas akhir, tahap persiapan ini meliputi kegiatan antara lain :

1. Permohonan ijin

Permohonan ijin ditujukan kepada PT. KARSA BAYU BANGUN PERKASA sebagai pihak kontraktor yang memiliki wewenang untuk memberikan ijin penelitian dan data-data yang penulis butuhkan.

2. Survey lokasi untuk mendapat gambaran umum proyek;

Survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta. Survey dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi lokasi penelitian, sehingga dapat dilakukan anilisis secara tepat sesuai dengan kebutuhan serta kondisi lahan atau gedung.

3. Menentukan kebutuhan data;

Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam metodologi ilmiah, karena pada umunya data yang dikumpulkan akan digunakan. Untuk dapat melakukan analisis yang baik, diperlukan data / informasi, teori konsep dasar dan alat bantu memadai, sehingga kebutuhan data sangat mutlak diperlukan.

· Data Primer

Merupakan data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti langsung dari responden ( Supramono,1995 ). Sumber data primer dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah tata letak fasilitas dan sarana pada proyek yang efisien dan efektif melalui observasi langsung

(49)

Laporan Tugas Akhir 34

Bab 3 Metode Penelitian

· Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi yaitu diolah dan disajikan oleh pihak lain ( Supramono,1995 ). meliputi : • Studi pustaka

• Site Plan Lokasi Proyek • SNI 03-6481-2000 4. Studi kasus terhadap materi;

Studi kasus adalah penelitian yang bertujuan memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat maupun karakter yang khas dari suatu kasus. Metodologi penulisan tugas akhir ini meliputi tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan persiapan, pengumpulan data, pengolahan dan analisa data serta pembahasan.

5. Tahap – tahap penelitian.

3.4 PENYUSUNAN LAPORAN

Seluruh data atau informasi yang telah terkumpul kemudian diolah atau dianalisis dan disusun untuk mendapatkan hasil akhir yang dapat memberikan solusi mengenai perencanaan sistem penyediaan air bersih dan penyaluran air kotor pada gedung PUSDIKLAT UNS Surakarta. Untuk memudahkan penulis dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan tahapan penelitian dalam bentuk diagram alir, seperti pada gambar 3.2 .

(50)
[image:50.595.139.483.149.721.2]

Bab 3 Metode Penelitian

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian Pengumpulan Data:

1. Denah lokasi PUSDIKLAT UNS Surakarta;

2. Data mengenai kondisi dan volume saluran drainase di sekitar area PUSDIKLAT UNS Surakarta (survey lapangan);

3. Data sumber air yang melayani sistem distribusi area

PUSDIKLAT UNS Surakarta; 4. Studi pustaka;

Analisa perhitungan:

1. Penaksiran Jumlah Penghuni, Penginap dan Pengunjung 2. Penaksiran Jumlah Debit

3. Penaksiran Volume Bak Penampungan Air Bersih

4. Penaksiran Diameter Pipa, Tebal Pipa, dan Kapasitas Pompa 5. Penaksiran Volume Air Buangan

6. Penaksiran Volume Septic Tank

7. Penaksiran Rencana Anggaran Biaya

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan Mulai

Selesai

(51)

Laporan Tugas Akhir 36

Bab 4 Hasil Analisa dan Pembahasan

BAB 4

HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1

Data Hasil Penelitian

4.1.1 Tugas dan Fungsi PUSDIKLAT

Pusat Pendidikan dan Pelatihan (PUSDIKLAT) mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan diplomatic berjenjang, non-diplomatik, teknis dan structural serta melaksanakan kerjasama dengan lembaga pendidikan dan pelatihan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, PUSDIKLAT menyelenggarakan lima fungsi utama, yaitu :

a. Penyusunan rencana dan program pelaksanaan pendidikan dan pelatihan diplomatik berjenjang, non-diplomatik, teknis dan struktural, serta kerjasama dengan lembaga pendidikan dan pelatihan;

b. Koordinasi penyusunan kurikulum pendidikan dan pelatihan diplomatik berjenjang, non-diplomatik, teknis dan struktural;

c. Pelaksanaan kerja sama pendidikan dan pelatihan dengan berbagai instansi pemerintah, perguruan tinggi negeri dan swasta, organisasi internasional serta lembaga-lembaga lainnya;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan; Pelaksanaan administrasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan.

4.1.2 Data Denah Lantai

Data denah setiap lantai PUSDIKLAT UNS Surakarta digunakan untuk mengetahui luasan lantai yang nantinya akan digunakan untuk menghitung perkiraan jumlah penghuni yang ada dalam Gedung tersebut. Denah setiap lantai PUSDIKLAT UNS Surakarta dapat dilihat pada lampiran 1. Dari denah lantai

36

(52)

Bab 4 Hasil Analisa dan Pembahasan

[image:52.595.127.496.195.498.2]

PUSDIKLAT UNS tersebut didapatkan luasan lantai untuk setiap ruangan sebagai berikut :

Tabel 4.1 Luas Lantai Ruangan Pada Gedung PUSDIKLAT UNS

No. Jenis Ruang Luas Lantai (m2) 1 Room General Manager 12,96 2 Room Staff Management 25,92

3 Service Room 19,80

4 Receptionist 8,60

5 Chief & kitchen staff

room 40,44

6 Bank Officer 35,47

7 Bank Servce 39,85

8 TravelAgent 48,87

9 Finance Room 12,93

4.1.3 Data Penghuni, Penginap dan Pengunjung

Data jumlah penghuni, penginap dan pengunjung tersebut digunakan untuk mengetahui perkiraan jumlah debit air bersih yang digunakan di PUSDIKLAT UNS Surakarta.

4.1.3.1 Penaksiran Jumlah Penghuni

Untuk jumlah penghuni, penulis menggunakan metode perbandingan luas lantai efektif, dengan mengasumsikan atau menganggap bahwa setiap pengguna atau penghuni gedung membutuhkan ruang gerak 5 m2 – 10 m2 (Morimura da n Noerbamba ng,2000). Berikut merupakan rumus perhitungan perkiraan jumlah penghuni:

………(2.1)
(53)

Laporan Tugas Akhir 38

Bab 4 Hasil Analisa dan Pembahasan

...………(2.2)

Keterangan:

Ph = Jumlah Penghuni (jiwa)

L

ef = Luas efektif (m2)

L

r = Luas ruang (m2)

L

keb = Luas kebutuhan masing-masing orang (m2)

= 5 m

2

c

= Koefisien lantai efektif = 0,43

Berikut ini merupakan contoh perhitungan jumlah penghuni:.

1. Ruang General Manager

orang 2 orang

2. Ruang Staff Management

orang 3 orang

(54)
[image:54.595.120.503.170.494.2]

Bab 4 Hasil Analisa dan Pembahasan

Tabel 4.2 Perkiraan Jumlah Penghuni di PUSDIKLAT UNS Surakarta

No Jenis Penggunaan

Jumlah Unit

Luas (m2)

koef lantai efektif Luas bangunan efektif (m2)

Ruang yang dibutuhkan (m2/orang)

Perkiraan Jumlah Penghuni (orang) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Room General

Manager 1 12,96 0,43 5,573 5 2 Room Staff

Management 1 25,92 0,43 11,146 5 3 Service Room 3 19,8 0,43 8,514 5 6

Receptionist 1 8,604 0,43 3,699 5 1

Chief& kitchen staff

room

1 40,435 0,43 17,387 5 4

Bank

Officer 1 35,473 0,43 15,25 5 4 Bank

Servce 1 39,846 0,43 17,134 5 4 Travel

Agent 1 48,873 0,43 21,02 5 5 Finance Room 1 12,93 0,43 5,573 5 2

Jumlah 244,87 - 105,296 - 31

Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa jumlah total perkiraan penghuni pada PUSDIKLAT UNS Surakarta adalah sebanyak 31 orang.

4.1.3.2 Penaksiran Jumlah Penginap

Untuk jumlah penginap, penulis menggunakan metode yang sama dengan metode yang digunakan untuk menghitung jumlah penghuni yaitu metode perbandingan luas lantai efektif, dengan mengasumsikan atau menganggap bahwa setiap pengguna atau penghuni gedung membutuhkan ruang gerak 5 m2 – 10 m2 (Morimura da n Noerba mba ng,2000).

Berikut ini merupakan perhitungan jumlah penginap:.

1. Room Superior

(55)

Laporan Tugas Akhir 40

Bab 4 Hasil Analisa dan Pembahasan

orang 2 orang

2. Room Delux

[image:55.595.120.505.93.498.2]

orang 3 orang

Tabel 4.3 Perkiraan Jumlah Penginap di PUSDIKLAT UNS Surakarta

No Jenis Penggunaan

Jumlah Unit

Luas (m2)

koef lantai efektif Luas bangunan efektif (m2)

Ruang yang dibutuhkan (m2/orang)

Perkiraan Jumlah Penghuni (orang) 1 2 Room

Superior 68 15,2089 0,43 6,54 5 136 Room

Delux 2 28,7015 0,43 12,34 5 6

Jumlah 43,9104 - 18,88 - 142

Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa jumlah total perkiraan penginap pada PUSDIKLAT UNS Surakarta adalah sebanyak 142 orang.

4.1.3.3 Penaksiran Jumlah Pengunjung

Jumlah pengunjung Gedung PUSDIKLAT UNS Surakarta yang datang setiap harinya jumlahnya sangat bervariasi, dari interview yang dilakukan penulis di lapangan diperkirakan jumlah pengunjung mencapai 50 orang setiap harinya. Jumlah pengunjung tidak dapat dihitung menggunakan metode yang sama dengan perkiraan jumlah penghuni.

4.1.4 Data Sumber Air

Data sumber air bersih yang melayani sistem distribusi wilayah PUSDIKLAT UNS Surakarta adalah sumber air bersih dari Deep Well. Sumber air bersih yang

(56)

Bab 4 Hasil Analisa dan Pembahasan

didapat dari proses pengeboran dalam dengan debit / kapasitas total 150m hari. Air bersih yang didapat langsung disalurkan ke Ground Wa ter Tank (tangki air bawah) dengan pompa deep well.

4.1.5 Data Fasilitas Plambing.

[image:56.595.126.502.253.736.2]

Data berupa jumlah fasilitas plambing yang ada pada Gedung PUSDIKLAT UNS Surakarta yang nantinya akan digunakan untuk menghitung rencana anggaran biaya pekerjaan plambing pada Gedung PUSDIKLAT UNS Surakarta. Untuk lebih detailnya, berikut adalah tabel fasilitas plambing yang ada pada gedung PUSDIKLAT UNS Surakarta :

Tabel 4.4 Fasilitas Sanitasi Gedung PUSDIKLAT UNS Surakarta.

No Lantai Nama Alat Plambing Jumlah

1 BASEMENT 2 Urina l -

2 Toilet duduk -

4 Wa shta fel -

5 Floor dra in -

6 Roof dra in 1

7 Kran air Wa shta fel -

8 kran semprot 1

9 kitchen sink -

10 LANTAI DASAR Urinal 4

11 Toilet duduk 15

12 Wa shta fel 15

13 Floor dra in 25

14 Roof dra in -

15 Kran air Wa shta fel 15

16 Kran semprot 3

17 Kitchen sink 5

18 Ba thup 2

19 Kran Ba thup 2

20 Shower 6

(57)

Laporan Tugas Akhir 42

Bab 4 Hasil Analisa dan Pembahasan

21 LANTAI 1 Urina l 3

22 Toilet duduk 14

23 Wa shta fel 14

24 Floor dra in 23

25 Roof dra in -

26 Kran air Wa shta fel 14

27 Kran semprot 6

28 Shower 9

29 LANTAI 2 Urina l -

30 Toilet duduk 27

31 Wa shta fel 27

32 Floor dra in 54

33 Roof dra in -

34 Kran air Wa shta fel 27

35 kran semprot 1

36 Shower 27

37 LANTAI 3 Urinal -

38 Toilet duduk 26

39 Wa shta fel 26

40 Floor dra in 52

41 Roof dra in -

42 Kran air Wa shta fel 26

43 Kran semprot -

[image:57.595.162.466.120.538.2]

44 Shower 26

Tabel 4.5 Kebutuhan Pipa Pada Gedung PUSDIKLAT UNS Surakarta

No Lantai Jenis Pipa Diameter (mm) Panjang Pipa

1 Lantai Dasar Air bersih D 50 55,7

D 40 21,6

Air kotor D 100 18,5

D 150 19,6

Air bekas D 100 57,6

Venting D 50 36,6

(58)

Bab 4 Hasil Analisa dan Pembahasan

2 Lantai 1 Air bersih D 50 47,8

D 40 15,6

Air kotor D 100 14,6

D 150 18,6

Air bekas D 100 39,6

Venting D 50 32,1

3 Lantai 2 Air bersih D 50 136,8

Air kotor D 100 32,5

D 150 39,6

Air bekas D 100 85,1

Venting D 50 67,8

4 Lantai 3 Air bersih D 50 133,2

Air kotor D 100 42

D 150 3,1

Air bekas D 100 77,9

Venting D 50 68,3

5 Lantai Atap Air bersih D 50 50,4

D 65 10,8

4.2

Evaluasi Kebutuhan Air Bersih

4.2.1 Sistem Penyediaan Air Bersih

Sistem penyediaan air bersih yang sekarang ini sering digunakan dan diaplikasikan di dalam bangunan adalah:

1. Sistem Sambungan Langsung 2. Sistem tangki atap

3. Sistem tangki tekan

Pada PUSDIKLAT UNS Surakarta menggunakan 1 sistem tangki yaitu sistem tangki atap.

(59)

Laporan Tugas Akhir 44

Bab 4 Hasil Analisa dan Pembahasan

4.2.2 Penaksiran Kebutuhan Air Bersih

Gambar

Tabel 2.1 Pemakaian Air Rata-rata setiap Hari
Gambar 2.1 Sistem Sambungan Langsung (Katup Penutup dalam Persil)
Gambar 2.3 Sistem Tangki Atas.
Gambar 2.4 Sistem Tangki Atap
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tipe Data Distribusi Data Jumlah Data Statistik Parametrik Statistik Non Parametrik Nominal/Ordinal Tidak Normal Kecil (<30) Besar (>30) Normal Interval/ratio..

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa secara parsial motivasi karir dan motivasi kualitas terdapat pengaruh

Analisis Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah merupakan suatu alat analisa yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan data

Pemekaan pernafasan atau kulit : Berdasarkan data yang tersedia, kriteria klasifikasi tidak dipenuhi. Mutagenisiti sel germa : Berdasarkan data yang tersedia, kriteria

Struktur ekonomi Kabupaten Kutai Barat dapat dilihat melalui kontribusi sektor- sektor produksi yang membentuk nilai PDRBnya. Sepanjang tahun 2008, Sektor

Tanda positif dalam hipotesis penelitian tentang pengaruh jumlah penduduk dan pengangguran terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 – 2010 adalah

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka simpulan yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah bahwa pertumbuhan ekonomi (pertumbuhan PDRB per kapita

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kepemilikan manajerial yang diukur dengan kepemilikan saham oleh manajemen (X 1 ), kepemilikan