• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resum Artikel Jurnal PENGEMBANGAN MEDIA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Resum Artikel Jurnal PENGEMBANGAN MEDIA (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS

ADAPTIVE MOBILE LEARNING SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG PROSES BLENDED LEARNING

Sanwasi1

1Jurusan Tadris IPA Biologi IAIN SyekhNurjati Cirebon Jln. PerjuanganBy Pass Cirebon

e-mail: wasisan3@gmail.com

ABSTRAK

Teknologi Informasi dan Telekomunikasi dengan internet menjadi prioritas utama dalam perkembangan kemajuan dunia. Perkembangan ini memberikan terobosan baru dalam pembelajaran mobile dengan memanfaatkan perangkat TI genggam atau yang biasa disebut dengan mobile learning (m-learning). M-Learning memiliki beberapa kelebihan kemampuan untuk pembelajaran yang bisa diakses kapan saja, di mana saja, oleh siapa saja. Masalah yang masih pada m-learning adanya keterbatasan hardware dan platform sehingga diperlukan rancangan dengan sistem dan kemudahan dalam mengakses. Disamping itu juga diperlukan penelitian khusus yang menangani tiap bagian yang ada pada m-learning agar didapat kenyamanan pada user. Penelitian ini bertujuan untuk menangani masalah dengan memanfaatkan multimedia sebagai konten yang bisa memberikan informasi yang lebih jelas dan spesifik. Penelitian ini bertujuan menghasilkan model pembelajaran blended learning, yakni penggabungan antara model pembelajaran online dan pembelajaran face to face, yang adaptif sesuai gaya belajar siswa yang mengikutinya.

Kata kunci: Media Pembelajaran, M-Learning, Blended Learning, Adaptive Learning.

PENDAHULUAN

Mata pelajaran Biologi di jenjang pendidikan SMA/MA termasuk ke dalam kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan untuk memperoleh kompetensi lebih lanjut serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri (Mendiknas, 2006). Mata pelajaran Biologi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk; (1) membentuk sikap positif terhadap mata pelajaran Biologi dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, (2) memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain. (3) mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. (4) mengembangkan kemampuan berpikir analisis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip Biologi. (5)

mengembangkan penguasaan konsep, dan prinsip Biologi, dan saling keterkaitananya dengan IPA lainnya serta mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. (6) menerapkan konsep dan prinsip Biologi untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan kebutuhan manusia. (7) meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan (Nunung, Syaiful, & Teti, 2014, p. 4).

Fenomena di lapangan menunjukkan bahwa mata pelajaran Biologi sulit dipahami oleh peserta didik karena beberapa materinya bersifat abstrak. Di samping itu terdapat istilah-istilah asing yang juga sulit untuk dipahami. Proses pembelajaran yang masih sebatas menyampaikan informasi belum cukup untuk membantu peserta didik belajar Biologi secara utuh.

(2)

membantu memudahkan berbagai pekerja-an manusia dalam berbagai bidang. Ada-pun dampak negatif yang ditimbulkannya seperti banyak waktu yang terbuang, mi-salnya terlalu lama di sosial media, mela-yani chating via instant messaging dan main games hingga lupa waktu. Hal itu didu-kung oleh fakta di lapangan, yang menun-jukkan bahwa penggunaan smartphone yang dimiliki oleh responden yang lebih banyak digunakan untuk aktivitas di sosial media dibandingkan dengan kegiatan pembelajaran. Data menunjukkan 90,3% peserta didik memiliki dan menggunakan aplikasi BBM, 93,5% peserta didik meng-gunakan aplikasi Whatapps, 80,6% me-miliki akun Twitter, 77,4% menggunakan akun Facebook (Surahman, 2015, p. 8).

Dalam sehari semalam 32,3 % res-ponden memenggunakan perangkat smart-phone selama 3-5 jam, sedangkan 25,8% ra-ta-rata menggunakan smartphone lebih dari 7 jam. 22,6% menggunakannya di bawah 3 jam, dan 19,4% rata-rata menggunakannya antara 5-7 jam. Fakta lainnya dari lama waktu penggunaan smartphone tersebut diperoleh data bahwa 29% online di sosial media yang dimilikinya lebih dari 5 jam, sedangkan 25,8 % rata-rata 1-5 jam online di sosial media (Surahman, 2015, p. 7).

Data tersebut memberikan gambar-an yang jelas bahwa kepemilikan mobile device berupa smartphone di kalangan pel-ajar perlu diberikan kontrol baik dari orang tua maupun, yang lebih penting, dari dirinya sendiri yang diberikan pemahaman bahwa penggunaan smartphone harus be-nar-benar dimanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat bukan hanya sekedar sosial media yang kurang berkontribusi positif terhadap rencana masa depannya.

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan cara mengoptimalkan proses pembelajaran. Proses pembelajaran dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal yang

paling mempengaruhi adalah faktor keadaan sekolah yang di dalamnya terdapat proses pembelajaran, kurikulum, materi, media, dan guru. Sedangkan untuk faktor internal yang mempengaruhi adalah kemampuan yang berbeda pada setiap siswa dalam memahami dan

Teknologi komunikasi kian berkembang dan maju pesat seiring dengan kebutuhan saat ini. Hampir disetiap proses kegiatan tidak lepas dari penggunaan teknologi komunikasi. Perkembangan teknologi saat ini diarahkan untuk dapat mempermudah proses kegiatan. Dalam hal ini terobosan-terobosan TI (Teknologi Informasi) untuk pembelajaran masih sangat gencar untuk dikembangkan terus-menerus. Mobile internet merupakan salah satu metode yang kini terus dikembangkan dalam dunia pendidikan agar bisa dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk pembelajaran oleh learner (pembelajar) dengan fleksibilitas dan kemudahannya itu yang memungkinkan cara belajar dengan metode mobile atau lebih dikenal dengan mobile learning (m-learning). menyerap pelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa merupakan individu yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa mempunyai perbedaan satu sama lain.

Inovasi media pembelajaran dewa-sa ini dituntut kreatif dan dapat menye-suaikan dengan perkembangan ilmu pe-ngetahuan dan teknologi. Perkembangan teknologi perangkat bergerak (mobile device) yang pesat memberikan peluang dalam pengembangan media pembelajaran ber-gerak (mobile learning).

(3)

yang lain (Rekkedal & Dye, 2009, pp. 71–72; Economides, 2008, p. 6).

Pengembangan multimedia mobile learning yang baik dapat memenuhi prinsip personalized learning yakni mampu menye-suaikan dengan karakteristik peserta didik (Tortorella & Graf, 2012, p. 671). Salah satu karakteristik peserta didik adalah keunikan antara satu dengan yang lainnya baik dari kemampuan awal, kecepatan menguasi materi, maupun gaya belajar. Multimedia mobile learning yang dapat menyesuaikan diri dengan perberadaan karateristik gaya belajar peserta didik dinamakan adapitve mobile learning.

Huang, Wang, & Hsieh (2012, p. 340) menjelaskan bahwa untuk dapat memfasilitasi keragaman perangkat mobile yang tersedia perlu meningkatkan kenya-manan dan efisiensi belajar dalam ling kungan pembelajaran bergerak. Selain itu diperlukan upaya untuk mengidentifikasi kapabilitas perangkat setiap individu, penyesuaian konten yang dapat menyediakan solusi atas keberagaman perangkat pengguna. Dengan demikian diperlukan sebuah mekanisme diagnosa pembelajaran untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik, gaya belajar setiap peserta didik.

Adaptive mobile learning adalah program multimedia pembelajaran yang menyajikan materi pembelajaran melalui perangkat bergerak (mobile device) dan memiliki kemampuan untuk menyesuai-kan dengan karateristik gaya belajar peng-guna (student learning styles). Kemampuan tersebut disebabkan adanya fitur khusus program multimedia berupa instumen un-tuk mengukur gaya belajar pengguna sebe-lum masuk pada room materi. Dengan de-mikian para pengguna dapat belajar sesuai dengan kecenderungan gaya belajar ma-sing-masing.

Özyurt & Özyurt (2015, p. 350) mengatakan bahwa belajar adalah proses yang sulit dan kompleks. Beberapa parameter yang harus diperhatikan pada karakteristik peserta didik di antaranya persepsi dan operasi

pengetahuan pada diri peserta didik, keterampilan umum, potensi berkembangnya dan faktor lingkungan memainkan peran yang penting dalam prosesnya. Dalam proses pembelajaran pendidik harus mampu membaca karakter dominan para peserta didik. Dengan demikian program layanan belajar dapat dikemas sesuai dengan karakteristik yang paling dominan. Salah satu kateristik peserta didik yang perlu diperhatikan adalah perbedaan gaya belajarnya. Gaya belajar peserta didik memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya (Surjono, 2011, p. 2350).

Perbedaan gaya belajar peserta di-dik dapat berhubungan dengan kecepatan peserta didik dalam mencerna dan menye-rap informasi yang diperoleh. Duckett & Tatarkowski (2005, p. 11) mendefisinikan gaya belajar adalah cara di mana seorang peserta didik dapat mempelajari sesuatu, lebih tepatnya berkaitan dengan cara dan pendekatan peserta didik dan pengalaman belajar serta dalam menggunakan infor-masi. Lebih jauh Duckett & Tatarkowski (2005, p. 11) menjabarkan bahwa terdapat berbagai pandangan mengenai gaya belajar seseorang, apakah itu faktor genetik atau tergantung pada bagian otak yang paling mudah menerima dan bertanggungjawab dalam mengatur informasi yang telah dipelajarinya. Namun, ada kemungkinan bahwa gaya belajar merupakan hasil in-teraksi antara apa yang diwariskan secara genetik dengan pengalaman yang telah dipelajari.

Dalam beberapa penelitian diperoleh simpulan bahwa adaptive mobile learning terbukti efektif untuk membantu pe-serta didik belajar mencapai tujuan pem-belajaran secara efektif dan efisien. Selain itu adaptive mobile learning memudahkan proses pembelajaran karena dapat dilaku-kan tanpa terikat waktu dan ruang. Peng-guna dapat belajar kapan saja dan di mana saja sesuai kebutuhan dirinya untuk bel-ajar.

(4)

satu alaternatif media pembelajaran peserta didik. Di samping itu diharapkan mampu mendukung proses pembelajaran campuran (blended learning). Proses blended learning adalah proses pembelajaran de-ngan mengombinasikan antara model pembelajaran konvensional dengan bantu-an media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

PEMBAHASAN A. Deskripsi Teoritis

1. Media Pembelajaran

a. Definisi Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin medius yang berarti tengah, perantara atau pengantar. Arti kata media dalam Bahasa Arab yakni perantara pesan yang dikirim pengirim pada penerima pesan (Arsyad, 2014: 3). Sependapat dengan peryataan di atas, Daryanto, (2010:4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim ke penerima. ”On nomme média un moyen de diffusion d’informations (comme la presse, la radio, la télévision), utilisé pour communiquer”, yang berarti bahwa media adalah alat untuk mengantarkan informasi yang digunakan untuk berkomunikasi.

Berdasarkan pengertian di atas guru, buku teks, dan lingkungan sekolah diartikan sebagai media. Lebih khusus media dalam pembelajaran lebih cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis dan elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Munadi (2013: 7) mendefinisikan media pembelajaran sebagai sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber pesan secara terencana sehingga

tercipta lingkungan belajar yang kondusif dan penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efektif dan efesien”.

Gerlach dan Ely via Arsyad (2014: 4) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara umum adalah manusia, materi dan kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Berdasar dari pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Rusman (2012: 170) juga mengemukakan media pembelajaran merupakan suatu teknologi perantara pesan yang dapat digunakan untuk pembelajaran dan media pembelajaran merupakan sarana fisik untuk menyampaikan materi pelajaran.

Media pembelajaran dapat merupakan wahana penyalur pesan dan informasi belajar. Media pembelajaran yang dirancang secara baik akan sangat membantu peserta didik dalam mencerna dan memahami materi pelajaran. Fungsi media dalam kegiatan pembelajaran bukan sekedar alat peraga bagi guru melainkan sebagai pembawa informasi/pesan pembelajaran. Masing-masing jenis media pembelajaran memiliki karakteristik, kelebihan serta kekurangannya. Itulah sebabnya maka perlu adanya perencanaan yang sistematis untuk penggunaan mediapembelajaran. (Muhson, 2010)

(5)

keinginan dan minat belajar yang tinggi, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh psikologis yang baik pada siswa. Media pembelajaran merupakan sarana penyampaian pesan pembelajaran yang sangat bermanfaat, sehingga sebaiknya guru menggunakan berbagai media yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran.

b. Klasifikasi Media Pembelajaran Media pembelajaran memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda-beda dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Oleh karena itu, pengelompokkan media pembelajaran dirasa penting agar memudahkan pendidik dalam memahami sifat media dan dalam menentukan media yang sesuai dengan tema pembelajaran tertentu sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Rusman (2012:173) mengemukakaan klasifikasi media pembelajaran terbagi menjadi tiga berdasarkan sifat, jangkauan, dan teknik dan pemakaiannya. Berdasarkan sifatnya, media dapat dikelompokkan ke menjadi media auditif, yaitu media yang dapat didengar saja atau media yang memiliki unsur suara. Contoh: Kaset. Berikutnya adalah media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Contoh: foto dan gambar dan media Audio-Visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat. Contoh: film dan video.

Berdasarkan kemampuan jangkuannya, media dapat pula dikelompokkan menjadi media yang memiliki daya input yang

luas dan serentak, yaitu media yang memiliki jangkauan luas.

Bagan 1. Fungsi Media Pembelajaran

Contoh: televisi dan radio dan media yang daya input yang terbatas oleh ruang dan waktu, yaitu media yang jangkauannya terbatas. Contoh: film dan video

Berdasarkan cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dikelompokkan menjadi media yang diproyeksikan, yaitu media yang digunakan membutuhkan alat bantu lain Contoh: OHP (Overhead Projector) dalam penggunaannya media ini membutuhkan plastik transparan agar dapat menampilkannya dan media yang tidak diproyeksikan, yaitu media yang tidak dapat membutuhkan alat bantu lain. Contoh: Poster, diagram, grafik

(6)

c. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran berfungsi sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi proses belajar yang buat dan ditata oleh guru. Media pembelajaran merupakan bagian dari metode mengajar sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan interaksi guru dan siswa serta interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya (Sudjana, 2011: 3).

Fungsi media pembelajaran menurut Daryanto (2010: 8) yakni media berfungsi sebagai pembawa infomasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode merupakan prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi demi mencapai tujuan pembelajaran. Fungsi media pembelajaran ditunjukan pada gambar berikut:

2. M-Learning

Teknologi Informasi dan Telekomunikasi dengan internet menjadi prioritas utama dalam perkembangan kemajuan dunia. Perkembangan ini memberikan terobosan baru dalam pembelajaran mobile dengan memanfaatkan perangkat TI genggam atau yang biasa disebut dengan mobile learning ( m-learning). M-Learning memiliki beberapa kelebihan kemampuan untuk pembelajaran yang bisa diakses kapan saja, di mana saja, oleh siapa saja. Masalah yang masih pada m-learning adanya keterbatasan hardware dan platform sehingga diperlukan rancangan dengan sistem dan kemudahan dalam mengakses.

Mobile Learning (m-learning) adalah pengembangan dari e-learning. Istilah mobile learning (m-learning) mengacu kepada penggunaan perangkat IT genggam dan bergerak, seperti PDA, telepon genggam, laptop, dan tablet PC, dalam

pengajaran dan pembelajaran. M-learning adalah pembelajaran yang unik karena pembelajar dapat mengakses materi pembelajaran, arahan dan aplikasi yang berkaitan dengan course kapan-pun dan di mana-pun.

3. Blended Learning

Blended learning yaitu pembelajaran yang mengombinasikan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online. Menurut Garnham, tujuan dikembangkannya blended learning adalah menggabungkan ciri-ciri terbaik dari pembelajaran di kelas (tatap muka) dan ciri-ciri terbaik pembelajaran online untuk meningkatkan pembelajaran mandiri secara aktif oleh siswa (Husamah 2013, p. 21). Yusuf (2011) menyatakan bahwa Blended learning sering digunakan untuk makna yang sama dengan istilah hybrid dan mix-learning. Tiga istilah ini secara praktis mengonvergensi bahan-bahan elektronik dengan interaksi di dalam kelas. Pendekatan ini menjadikan pembelajaran lebih personal dengan pemberian instruksi yang berbeda antara satu peserta dengan peserta yang lain.

(7)

Dengan blended learning, penguasaan konsep siswa menjadi lebih baik. 4. Adaptive Learning

Adaptive mobile learning adalah program multimedia pembelajaran yang menyajikan materi pembelajaran melalui perangkat bergerak (mobile device) dan memiliki kemampuan untuk menyesuai-kan dengan karateristik gaya belajar peng-guna (student learning styles). Kemampuan tersebut disebabkan adanya fitur khusus program multimedia berupa instumen un-tuk mengukur gaya belajar pengguna sebe-lum masuk pada room materi. Dengan de-mikian para pengguna dapat belajar sesuai dengan kecenderungan gaya belajar ma-sing-masing.

Özyurt & Özyurt (2015, p. 350) mengatakan bahwa belajar adalah proses yang sulit dan kompleks. Beberapa parameter yang harus diperhatikan pada karakteristik peserta didik di antaranya persepsi dan operasi pengetahuan pada diri peserta didik, keterampilan umum, potensi berkembangnya dan faktor lingkungan memainkan peran yang penting dalam prosesnya. Dalam proses pembelajaran pendidik harus mampu membaca karakter dominan para peserta didik. Dengan demikian program layanan belajar dapat dikemas sesuai dengan karakteristik yang paling dominan. Salah satu kateristik peserta didik yang perlu diperhatikan adalah perbedaan gaya belajarnya. Gaya belajar peserta didik memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya (Surjono, 2011, p. 2350).

Perbedaan gaya belajar peserta di-dik dapat berhubungan dengan kecepatan peserta didik dalam mencerna dan menye-rap informasi yang diperoleh. Duckett & Tatarkowski (2005, p. 11) mendefisinikan gaya belajar adalah cara di mana seorang peserta didik dapat mempelajari sesuatu, lebih

tepatnya berkaitan dengan cara dan pendekatan peserta didik dan pengalaman belajar serta dalam menggunakan infor-masi. Lebih jauh Duckett & Tatarkowski (2005, p. 11) menjabarkan bahwa terdapat berbagai pandangan mengenai gaya belajar seseorang, apakah itu faktor genetik atau tergantung pada bagian otak yang paling mudah menerima dan bertanggungjawab dalam mengatur informasi yang telah dipelajarinya. Namun, ada kemungkinan bahwa gaya belajar merupakan hasil in-teraksi antara apa yang diwariskan secara genetik dengan pengalaman yang telah dipelajari.

Dalam beberapa penelitian diperoleh simpulan bahwa adaptive mobile learning terbukti efektif untuk membantu pe-serta didik belajar mencapai tujuan pem-belajaran secara efektif dan efisien. Selain itu adaptive mobile learning memudahkan proses pembelajaran karena dapat dilaku-kan tanpa terikat waktu dan ruang. Peng-guna dapat belajar kapan saja dan di mana saja sesuai kebutuhan dirinya untuk bel-ajar.

Produk adaptive mobile learning yang dikembangkan bertujuan untuk menjadi salah satu alaternatif media pembelajaran peserta didik.

KESIMPULAN

Media adalah alat untuk mengantarkan informasi yang digunakan untuk berkomunikasi terutama dalam menyampaikan materi peembalajran di kelas. Manfaat dari media pembelajaran adalah membuat pembelajaran lebih menarik dan efisien.

(8)

dikembangkan melalui pendekatan mobile learning.

Selian itu perlu pengembangan Adaptive Mobile Learning (A- MoL) yang dapat memfasilitasi perbedaan karakteris-tik gaya belajar selain gaya belajar visual, auditorial dan kinetetik misalnya gaya belajar global, analitik, maupun gaya belajar read-write. Pengembangan Adaptive Mobile Learning (A-MoL) yang dapat memfasilitasi sajian materi sesuai dengan karakteristik peserta didik lainnya seperti tingkat pengetahuan awal, asal daerah dan keepatan belajar para peserta didik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapakan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materil khususnya kepada Dr. Kartimi, M.Pd. selaku ketua JurusanTadris IPA Biologi, Bpk. Ipin Aripin, M.Pd. yang telah membimbing dalam penulisan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Daryanto. 2010. Media Pembelajaran

Tujuannya Sangat Penting dalam Pencapian Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava.

Duckett, I., & Tatarkowski, M. (2005). Practical strategies for learning and teaching on vocational programmes. United Kingdom: Learning and Skills Development Agency.

Economides, A. A. (2008). Context-aware mobile learning. The Open Knowlege Society. A Computer Science and Information Systems Manifesto, 213–220.

Huang, H.-C., Wang, T.-Y., & Hsieh, F.-M. (2012). Constructing an Adaptive Mobile Learning System for the Support of Personalized Learning and Device Adaptation. Procedia -Social and Behavioral Sciences, 64, 332–341.

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012 .11.040

Husamah 2014. Pembelajaran Bauran (Blended Learning) Terampil Memadukan Keunggulan Face to face, E-learning Offline Online dan Mobile Learning. Jakarta, Prestasi Pustaka, p. 21

Indriana, D. (2011). Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta: Diva Press.

Muhson, A. (2010). “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi”. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. 8, (2), 1-10. Munadi, Y (2013). Media Pembelajaran.

Jakarta Selatan: Referensi

Nunung, N., Syaiful, A., & Teti, S. (2014). Buku guru biologi untuk SMA/MA kelas XI. Bandung: Yrama Widya. Özyurt, Ö., & Özyurt, H. (2015). Learning

style based individualized adaptive e-learning environments: Content analysis of the articles published from 2005 to 2014. Computers in Human Behavior, 52, 349–358. https://doi.org/10.1016/j.chb.2015.06 .020

Rekkedal, T., & Dye, A. (2009). Mobile distance learning with pdas: development and testing of pedagogical and system solution supporting mobile distance learners. Norwegia: AU Press.

Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta.

Sudjana, N dan Rivai. A. (2011). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

(9)

Learning”. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan. 4, (1), 26-37.

Surjono, H. D. (2011). The design of adaptive e-learning system based on student’s learning styles. International Journal of Computer Science Information and Education Technologies (IJCSIT), 2(5), 2350– 2353. Retrieved from http://ijcsit.com/docs/Volume

2/vol2issue5/ijcsit20110205108.pdf

Tortorella, R. A. W., & Graf, S. (2012). Personalized mobile learning via an adaptive engine. In 2012 12th IEEE International Conference on Advanced Learning Technologies (p. 671). Retrieved from http://sgraf.athabascau.ca/publicatio ns/tortorella_graf_DULPSPeL12.pdf Yusuf,M. T. 2011, ‘Mengenal blended

(10)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

(a): Diagram memperlihatkan hubungan percabangan, dan pembuluh darah paru yang berjalan dengan bronkiolus dan lapisan padat percabangan kapiler yang mengelilingi setiap

Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pendapatan asli daerah dan dana

Saat proses input data pegawai pada Gambar 15 dilakukan sementara basisdata master dalam keadaan mati, maka data akan ditulis ke tabel pegawai pada database slave dan juga akan

Hal ini ditunjukan dengan nilai T-Table 1,96 dengan nilai P-Values 0,002, Path Coefficient 0,277 dan nilai T-statistic 2,831, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas

Bagaimana cara menentukan prioritas rehabilitasi Daerah irigasi Cigora Kabupaten Brebes sesuai kondisi fisik jaringan.Urutan Prioritas Penanganan dari hasil evaluasi kondisi

Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan limbah bubutan besi sebagai substitusi parsial agregat halus pada

Selain dari sikap tersebut, beberapa penelitian yang dilakukan oleh Norma Yulianti & Meliza Silvy serta Ida & Cinthia Yohana Dwinta juga menunjukan bahwa karyawan single