• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tafsir Q.S AL AN AM AYAT 153 (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tafsir Q.S AL AN AM AYAT 153 (1)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TAFSIR AL-QUR’AN :

JALAN YANG LURUS

(Jalan yang diperintahkan oleh Allah SWT ialah Jalan yang Lurus)

Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) *, karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.

* Maksudnya: janganlah kamu mengikuti agama-agama dan kepercayaan yang lain dari Islam.

2 ) Asbabul Nuzul

(2)

jangan mengikuti jalan-jalan yang lain yang mencerai-beraikan kamu dari jalan Allah. 1

Dalam hadis dari Ahmad, Nasai, Abu Syaikh dan Hakim dari Abdullah bin Masud dia menceritakan yang maksudnya: Rasulullah saw. membuat satu garis lurus dengan tangannya lalu bersabda, "Ini jalan Allah yang lurus." Kemudian menggariskan beberapa garis lagi dari kanan-kiri garis pertama tadi lalu bersabda lagi, "Pada setiap jalan dari jalan-jalan itu ada setan yang mengajak untuk menempuhnya." Kemudian Rasulullah membaca ayat ini: (Q.S. 6. Al-An'am:152).

Para ahli tafsir mengatakan bahwa bercerai-berai dalam agama Islam, karena perdebatan pendapat dan mazhab adalah dilarang oleh Allah, karena sangat membahayakan kepada mereka dan kepada agama itu sendiri. Kemudian ayat 153 ini diakhiri dengan anjuran bertakwa karena dengan bertakwalah dapat dicapai kebahagiaan dunia dan akhirat yang diridai Tuhan.

(Dan bahwa) dengan memakai harakat fatah mentakdirkan lam, dan dengan memakai harakat kasrah sebagai jumlah isti'naf/permulaan (hal ini) apa yang Kami pesankan kepada kamu (adalah jalan-Ku yang lurus) menjadi hal (maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan) cara-cara yang bertentangan dengannya (karena jalan itu mencerai-beraikan) dengan membuang salah satu di antara dua huruf ta, yakni akan menyelewengkan (kamu dari jalan-Nya) agama-Nya (yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.)2

3) Maksud dan Tujuan Ayat

Secara garis besar ayat di atas Allah menjelaskan hal yang terkait dengan Jalan yang lururs :

1. Perintah mengikuti jalan Allah yang lurus.

2. Larangan kaum Mukmimim untuk mengikuti jalan-jalan yang lain selain daripada jalan Lurus Allah

3. Allah menyuruh kaum Mukminim bersatu dan melarang merekan bercerai-berai dan berselisih 3

4. Perintah dan larangan tersebut bertujuan agar kaum Mukminim menjadi orang-orang yang bertakwa

1 Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 153

2 Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al An'aam 153

(3)

B. ISI

~ (Penjelasan Ayat Secara Global)

      1 .

(Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus)

Wasiat terakhir, yakni mengikuti jalan yang lurus, jalan Nabi Muhammad SAW atau jalan Allah yang ditunjukan kepada Nabi Muhammad. Wasiat ini adalah wasiat terakhir dari sepuluh wasiat yang Allah berikan, di mulai pertama dengan melarang syirik menegakkan tauhid dan diakhiri dengan menyempurnakan segala janji dengan Allah kemudian di kumpulkan menjadi satu yaitu Jalan yang lurus.4

   2. 

(Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai- beraikan kamu dari jalan-Nya.)

Firman Nya : ( ) /Jalan Nya pada penggalan akhir ayat, secara umum dapat dipahami serupa walau tidak sama dengan ()

shirathil / jalanku pada awal ayat. Maka di kemukakan perbedaan antara kedua kata tersebut, antara lain adalah ( )

mengandung makna jalan luas dan lebar serta selalu benar. Ia adalah jalan tol yang mengantar penelusurnnya sampai ke tujuan . sedang () bermakna jalan kecil atau lorong. Sabil ada yang bertemu dengan Shirath, ada juga yang tidak, sehingga pejalan tidak mencapai

  ash-ashirath al-mustaqim.

Jika jalan kecil itu mengantar kepada kebaikan dan kedamaian, maka ia dinamai sabilillah di jamak oleh al-Qur’an dan disifati dengan nama subul as-salam. Karena itu, maka semua yang dinamai sabilillah, yakni subul as-salam bermuara ke shirath al-mustaqim. Sebagaimana Allah berfirman dala Q.S Al-Maidah ayat 16

4 Tafsir Al-Azhar Juz 8, hlmn 131

10 wasiat menurut Al-Qur’an yang di sampaikan melalui Nabi Muhammad SAW. Yaitu : 1. Jangan kamu mempersekutukan sesutupun dengan Allah

2. Hendaklah kamu berlaku baik kepada kedua orang tua, ibu-bapak 3. Jangan kamu buhun anak-anak kamu karena lepapaan (kemiskinan)

4. Jangan kamu dekati segala macam kekejian (zina dan segala yang berhubungan) 5. Jangan kamu membunuh satu jiwa yang diharamkan Allah, kecuali dengan haknya 6. Jangan kamu dekati harta anak yatim, melainkan dengan cara yang amat haknya 7. Penuhilah sukatan dan timbangan dengan adil

8. Apabila kamu berkata-kata hendaklah kamu adil 9. Janji Allah hendaklah penuhi

(4)

      pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.”

Penggalan ayat di atas memberikan prinsip umum yang mencakup segala tuntunan kebajikan, yaitu mengikuyi jalan kedamaian, jalan islam, dan emmeperingatkan agar tidak mencari jalan kebahagiaan yang menyimpang dari jalan Allah tersebut.

3.      

(Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.)

Ayat 153 di tutup dengan (   ) la’allakum tattaqun/agar kami bertakwa/menghindari dari bencana dan siksa. Hal ini dinilai mengandung tuntunan bahwa agama yang di syariatkan Allah SWT merupakan jalan menuju kebahagaian abadi. 5 karena itu ayat ini menulusuri jalan itu dan tidak boleh ke jalan-jalan lain, sehingga dapat menghindari kedurhakaan sekaligus dapat bertakwa, yakni menghindari bencana dan siksa-Nya

~ (Penjelasan Ayat secara Terperinci)

Adapun penjelasan Q.S Al-An’am ayat 153 ini, antara lain :

     

   1. 

“ Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) “

Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini akan aku seru pada kalian, dan dengannya aku seru kalian menuju kepada hal yang menghidupkan kamu. Inilah jalanku yang aku tempuh dalam menuju ridha Allah dan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Keadaanya nya lurus, tidak menyesatkan orang yang menempuhnya, sedang orang yang meninggalkannya tak akan mendapat petunjuk. Oleh karena itu, ikutilah Al-Qur’an itu semata-mata dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan lain yang bertentangan dengan Al-Qur’an yang banyak jumlahnya itu. Sehingga kamu terpisah dari jaalnnya, dan masing-masing kalian menempuh kesesatan yang akan berakhir pada kehancuran , kerena setelah kebenaran tak ada lagi kesesatan.

(5)

Imam Ahmad bin Hambal meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud r.a be;iau berkata (260) :

“ Rasulullah saw, membuat sebuah garis dengan tangannya, kemudian beliau bersaba, inilah jalan Allah yang lurus. ‘kemudian beliau membuat garis sebelah kiri dan kanan garis tadi, lalu bersabda. ‘inilah jalan-jalan yang lain, tiada satu pun di antara jalan itu melainkan ia ditempati oleh setan yang mengajak manusia kejalnnya.’ Kemudian beliau membaca ayat, ‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya.” ( HR.Hakim )

Allah Ta’ala telah memberi suatu perumpamaan berupa jalan lurus yang sebelah kiri kanan jalan itu ada dua pagar yang terdapat pada kedua-duanya pintu-pintu yang terbuka, dan pada pintu-pintu itu terdapat pula tirai-tirai yang terpasang, sedang pada mulut jalan itu ada seorang penyeru yang mengatakan . “Hai manusia, marilah masuk ke jalan yang lurus semua, dan janganlah engkau bercerai-berai”. Dan ada pula seorang penyeru yang berseru dari jalan tengah. Apabila seseorang hendak membuka salah satu di antara pintu-pintu pagar tersebut, maka berkatalah penyeru tadi padnya . “Celakalah kamu, jangan kamu buka, karena kalau kamu membukanya, kamu akan masuk kedalamnya”

Jalan itu ialah Islam, dan dua pagar itu adalah batas-batas Allah, sedang pintu-pintu terbuka adalah hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Dan penyeru yang berada di mulut jalan tadi adalah kitab Allah, sedang penyeru dari tengah itu adalah pemberi nasihat dari Allah yang terdapat dalam hati sertiap muslim.











Ibnu Jaris meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah di atas, bahwa Allah Ta’ala memerintahkan orang-orang mu’min supaya membentuk jamaah dan melarang dari peselisihan pendapat dan berpecah belah, dan mengabarkan kepeda mereka bahwa yang menghancurkan umat sebelum mereka, tak lain adalah pertengkaran dan pemusuhan.

       2 .

(6)

perkawinan. Pada setiap judul pembicaraan, kata At-Taqwa ini ditafsirkan dengan tafsiran yang sesuai dengan pembicaraan tersebut.

Maksud ayat, perintah supaya mengikuti jalan kebenaran yang lurus, dan larangan mengikuti jalan-jalan kesesatan dan kebatilan yang diwasiatkan kepadamu oleh tuhanmu, bertujuan mempersiapkan kalian agar menghindari apa saja yang menyebabkan kesengsaraan dan penseditaahn di dunia dan di akhirat, hingga sampailah kamu kepada kebahagiaan yang terbesar dan kehidupan yang shaleh.

Ar-Razi mengatakan, ayat yang pertama di akhiri dengan firman Allah Ta’ala :

     

  

Di ayat 151, di peringatkan supaya mengerti dan mempergunakan akal. Sebab hanya dengan mempergunakan akal sajalah pengertian akan tumbuh, sehingga agama dipeluk dengan kesndafan. Di ayat 152 di peringatkan supaya selalu ingat. Ingat kepada Allah dan ingat akan batas-batas yang tidak bolah dilampaui, agar selamat. Maka di ayat 153 ini diperingatkan pula agar kamu semua bertakwa. Dapat dikatakan bahwa kebanyakan wasiat ayat pertama menggunakan bentuk redaksi larangan, yakni mencengah , maka sangat wajar jika ia ditutup dengan kata yang mengandung makna penceghan, yaitu ta’qillun, karena akal adalah “tali” yang mengikat sesuatu, sehingga mencegah kebebasannya. Adapun ayat 152 kebanyakan wasiatnya disampaikan dalam bentuk perintah ,untuk mengindahkan wasiat-wasiat itu, perlu daya ingat terus-menerus. Oleh karena itu, ia di tutup dengan kalimat agar kamu mengingat secara terus menerus.

(7)

C. KESIMPULAN

1. Bahwa jalan yang lurus adalah jalan Allah, jalan yang Allah telah wasiatkan melalui Nav=bi Muhammad kemudian diikuti oleh kaum mukminin. Allah telah menjadikan jalan yang lurus itu hanya saru. Sedang jalan-jalan yang tidak lurus banyak, karena kebenaran itu satu, sedang jalan kebathilan yaitu bertentangan dengan kebenaran itu banyak. Yakni mencakup agama-agama yang bathil, apakah agama itu buatan manusia sendiri atau agama samawi yang telah mengalami perubahan atau telah

mansukh (dihapuskan).

2. Allah pun melarang bercerai berai di jalan yang benar, karena bercerai berai dalam agama yang satu dan menjadikannya mazhab-mazdab yang masing-masing dari madzhab itu di dukung oleh sekelompok pendukung dan suatu golongan yang menolongnya dengan rasa fanatic, bahkan menganggap barang siapa saja yang menentangnya, lalu menuduh para pengikut oaring yang menentang itu sebagai orang yang bodoh dan sesat, semua itu adalah menjadi penyebab musnahnya agama itu sendiri. Karena setiap golongan akan memikirkan hal-hal yang memperkuat mazhab dan memenangkannya atas apara penentangnya, dan tidaklah penting bagi mereka mencari kebenaran atau memahami nash-nash.

3. berada di dalam jalan yang lurus itu memuat pembebanan-pembebanan, sedang Allah SWT menyuruh supaya mengikuti nya dan melarang mengikuti jalan-jalan selainnya, maka ayat ke tiga diakhiri dengan seruan bertakwa. Artinya ia menghindari neraka, karena barang siapa yang mengikuti Jalan Allah, maka ia akan memperoleh keselamatan abadi dan memperoleh kebahagiaan yang langgeng.

(8)

1. Mustafa Al-Maragi, Ahmad. 1993. Tafsir Al-Maragi. PTKarya Toha Putra; Semarang

2. Dr.Hamka, 1984. Tafsir Al-Azhar. PT Pustaka Panjimas; Jakarta

3. Nasib dr rifa’i, Muhammad. 1989. Tafsir Ibnu Katsir. Maktabah Ma’arif Riyadh; Jakrta

4. Shihab, Muhammad Quraush. 2007. Tafsir Al-Mishbah. Lentera Hati; Jakarta

5. Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 153

6. Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al An'aam 153

TAFSIR QUR’AN

Q.S AL-AN’AM AYAT 153

“ JALAN YANG LURUS (JALAN ALLAH SWT)

Dosen :

DR.K.H. Badruddin Hasyim Subky,M.HI

Oleh :

Imas Laila

(9)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

Referensi

Dokumen terkait