• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)PENAFSIRAN AYAT-AYAT DISABILITAS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JÂMI’ LI AHKÂM AL-QUR’AN KARYA IMAM AL-QURTHUBÎ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "(1)PENAFSIRAN AYAT-AYAT DISABILITAS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JÂMI’ LI AHKÂM AL-QUR’AN KARYA IMAM AL-QURTHUBÎ"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

Beliau menyatakan bahwa skripsi tersebut berjudul “Tafsir Ayat Disabilitas Dalam Sudut Pandang Tafsir Al-Jâmi’ Li Ahkâm Al-Qur’an Karya Imam Al-Qurthubî”. Romlah Widayanti, M.Sc. Ag sebagai Wakil Rektor III Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta.

DAFTAR TABEL

PEDOMAN TRANSLITERASI

Kata sandang yang diikuti alif-lam ) لا( syamsiyah ditransliterasi menurut kaidah yang telah ditetapkan dan menurut bunyinya, sedangkan ta marbûthah )ة( yang diikuti atau disambung (di-vashal) dengan kata benda (ism). diterjemahkan ke dalam surat.

ABSTRAK

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang Masalah
  • Permasalahan
  • Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan penulisan skripsi ini adalah
  • Tinjauan Pustaka
  • Kerangka Teori
  • Teknik Sistematika Penulisan

Kurangnya pemahaman masyarakat dan penyandang disabilitas itu sendiri tentang pandangan Al-Qur'an terhadap penyandang disabilitas. Bab keempat berisi analisis tentang isi ayat-ayat disabilitas dalam Al-Qur'an dan tafsir ayat-ayat disabilitas dalam Tafsir al-Qurthubi.

DISKURSUS DISABILITAS DAN AYAT-AYAT TENTANG DISABILITAS

Pengertian Disabilitas

Istilah “berkebutuhan khusus” atau “orang berkebutuhan khusus” mempunyai arti yang sangat luas. Dengan demikian, jelas disebutkan bahwa anak berkebutuhan khusus (KS) adalah orang-orang itu sendiri yang mempunyai kelainan atau kelainan baik fisik maupun mental yang dapat mengganggu dirinya.

Jenis-Jenis Disabilitas

32 Kementerian Pendidikan Nasional, Merangkul Perbedaan: Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus di Lingkungan Inklusif, (Jakarta, IDPN Indonesia, 2005) hal. Ketiga aspek tersebut merupakan gangguan utama bagi penderita autis yang disebut gangguan triadik (tiga gangguan yang saling berkaitan). Penderita autisme seringkali disertai dengan gangguan pada aspek emosional dan persepsi sensorik, bahkan aspek motorik.

Gangguan autis memiliki kumpulan ciri-ciri yang dijadikan kriteria diagnosis autisme. Ada tiga gangguan utama pada siswa autis yaitu perilaku, interaksi sosial, komunikasi dan bahasa. Biasanya penderita autis terlambat bicara, mengoceh dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti dan tidak dapat memahami pembicaraan orang lain, mereka juga suka mengulang-ulang kata berulang kali.42.

Perundang-Undangan Tentang Disabilitas

Penyandang retardasi mental adalah penyandang disabilitas mental yang mengalami hambatan dalam berfungsinya kecerdasan intelektual yang mempengaruhi dirinya dalam penyesuaian diri dan keterampilan hidup sehari-hari. Ciri-ciri penyandang tunagrahita ditinjau dari fisik atau penampilannya adalah mengalami kematangan motorik yang lambat, dari segi intelektualitasnya sulit mempelajari hal-hal akademis, serta secara sosial dan emosional suka menyendiri dan kurang konsentrasi. 43 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang disabilitas secara khusus mengatur ketentuan mengenai pemenuhan hak disabilitas di bidang sosial ekonomi.

Inilah kondisi seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan penglihatan.Berdasarkan derajat gangguannya, penyandang tunanetra dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu buta total dan yang masih mempunyai sisa penglihatan (gangguan penglihatan). Ini adalah gangguan perkembangan pervasif yang ditandai dengan gangguan dan keterlambatan kognisi, bahasa, perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial. Peran pemerintah dan pengelola tempat ibadah penting dalam mewujudkan hak penyandang disabilitas untuk menjalankan ibadahnya secara setara dengan masyarakat.

Ayat-Ayat yang Berkaitan dengan Disabilitas dan Klasifikasinya

Sedangkan di dalam Al-Quran terdapat beberapa ayat yang menyebutkan tentang orang buta atau cacat jasmani. 50 Muhammad Fuad Abdul Baihaqi, al-Mu'jam al-Muhfahras li Alfadz Al-Qur'an Al-Karim, hal. Dalam Al-Quran terdapat beberapa ayat yang menyebutkan kata shummun (tuli) dan bukmun (tidak bisa berkata-kata).

54 Muhammad Fuad Abdul Baihaqi, al-Mu'jam al-Muhfahras li Alfadz Al-Qur'an Al-Karim, hlm. Ciri tersebut disebut dalam Al-Qur'an dalam surah Al-An'âm 50, surah Al-Ra'd ayat 16, dan surah Thâhâ ayat 124. Ciri tersebut diterangkan dalam Al-Qur'an dalam beberapa ayat, iaitu dalam surah Thâhâ ayat 125, surah An-Naml ayat 66, surah Al-Qashash ayat 66 dan surah Al-Isra’ ayat 72.

IMAM AL-QURTHUBÎ DAN TAFSIRNYA

  • Latar Belakang Intelektual
  • Guru dan Murid Imam Al-Qurthubî
  • Karya-Karya Imam Al-Qurthubî
  • Sistematika, Metodologi dan Corak Penafsiran Imam Al-Qurthubî Menurut Amin al-Khuli dalam bukunya Manâhij Tajdîd bahwa dalam
  • Komentar Para Ulama

Beliau adalah seorang al-Muqri' dan seorang ulama nahwu, yang merupakan guru pertama Imam al-Qurthubi. Imam al-Qurthubî adalah seseorang yang menempati kedudukan penting di kalangan ulama khususnya dalam bidang ayat-ayat hukum yang terdapat dalam al-Quran. Tafsir al-Qurthubî tidak menggunakan sistem tafsir maudhû'î iaitu mentafsirkan al-Quran berdasarkan tema-tema tertentu dan mengumpulkan ayat-ayat yang berkaitan dengan tema-tema tersebut.

Menonjolnya gaya fiqh dalam tafsir al-Qurthubî bukanlah suatu hal yang asing, karena tafsirnya sejak awal diberi judul al-Jâmi' li Ahkâm Al-Qur'an. Al-Dzahabi mengatakan bahwa Imam al-Qurthubî adalah orang yang berpengetahuan luas, cemerlang akalnya, dan penuh keutamaan. Selain itu, menurut al-Dzahabi, kitab al-Jâmi' li Ahkâm Al-Qur'an mempunyai kelebihan yaitu Imam al-Qurthubî mengumpulkan ayat-ayat, hadits dan pendapat para ulama' mengenai permasalahan hukum.

ANALISIS KANDUNGAN AYAT-AYAT DISABILITAS DALAM AL-QUR’AN

Yaitu pada surat Ali Imran ayat 49 dan surat Al-Maidah ayat 110 Imam al-Qurthubî membahasnya dalam enam pembahasan, namun yang berkaitan dengan pembahasan penulis adalah pembahasan keempat. أَو"Dan Aku menyembuhkan orang-orang yang buta sejak lahirnya dan orang-orang yang berkutu (kusta)." Pendapat ini disampaikan oleh Ibnu Abbas, dan disusul oleh Ubadah, beliau mengatakan َهَمۡكَ ۡۡٱ adalah sebutan bagi seseorang yang buta sejak lahir.

Mujahid meyakini bahwa َهَمۡكَ ۡۡٱ adalah orang yang melihat pada siang hari namun buta pada malam hari. 97 Abû 'Abdillâh Muhammad bin Ahmad al-Anshârî al-Qurthubî, al-Jâmi' li Ahkâm Al-Qur'an, Volume 4 (Beirut, Mu'assisah Al-Risala, 2006) hal. Kata ini berasal dari kata Kamaha- Yakmuhu -Kamhan-Kamahmahan yang artinya Aku membuatnya buta.98.

توُيُب ۡو َ

أ ۡمُكِسُفن َ أ

أ ِتوُيُب ۡو َ

أ ۡمُكِئ ٓاَباَء

Relevansi Penafsiran Ayat-Ayat Disabilitas Dalam Tafsir Al-Qurthubî Dengan Kaum Penyandang Disabilitas Masa Kini

Adanya ayat-ayat Al-Qur'an yang secara tegas menyebut istilah penyandang disabilitas menunjukkan bahwa Al-Qur'an secara umum mengakui keberadaan kelompok tersebut, baik secara fisik maupun non-fisik (secara teologis). Relatif sedikitnya jumlah penyandang disabilitas fisik dalam ayat-ayat Al-Qur'an disebabkan oleh pandangan Islam yang netral. 121 Hindatul Latifah, Apresiasi Al-Qur'an bagi Tunanetra: Kajian Tematik Surat Al-Qur'an 'Abasa, Jurnal Penerapan Ilmu Agama, Vol.

نَع يِبﹶأ

ىَّلَص ُهَّللا

نِإ َهَّللا

ن كﹶلَو ُرُظْنَي

Di luar itu semua, faktanya penyandang disabilitas adalah bagian dari tatanan kehidupan manusia dan Al-Qur'an mengakomodir keberadaan mereka. Jika kita memperhatikan ayat-ayat Al-Qur'an yang berbicara tentang penyandang disabilitas fisik, kita akan melihat bahwa ayat-ayat tersebut sebenarnya mengacu pada makna perlindungan dan perlindungan. Perlindungan yang dimaksud dalam ayat tentang penyandang disabilitas dalam Al-Qur'an dapat dikatakan sebagai upaya untuk mendobrak dan merekonstruksi stigma negatif masyarakat saat itu.

Misalnya, Al-Qur'an memberikan akomodasi khusus agar mereka bisa beribadah seperti orang lain. Hal ini sekaligus dapat berarti bahwa Al-Qur'an memperhitungkan kemampuan dan kondisi seseorang, misalnya dalam shalat.124. 125https://nonstopnews.id/post/ibadah-bagi-pendengan-disabilities-ini-kaidah-fiqihnya (Diakses pada 20 Juni 2020 pukul 11.05).

نَع ﹶناَرْم ع

هَّللا ُهْنَع

يِبَّنلا ىَّلَص

هَّللا هْيﹶلَع

لَص اًم ئاﹶق

نِإﹶف ْمﹶل

ىﹶلَعﹶف بْنَج

نَع ﹶةَش ئاَع

اوُلُك اوُبَرْشاَو

ﹶن ذَؤُي ُنْبا

نَع سَنﹶأ

نﹶأ َّيِبَّنلا

مُأ موُتْكَم

مْعﹶأ "

اَنﹶثَّدَح

لي عاَمْسِإﹶلاﹶق

تْع مَس اًسْيﹶق

ﹶلاﹶق يِنَرَبْخﹶأ

دوُعْسَم َّنﹶأ

اًلُجَرﹶلاﹶق

ﹶلوُسَر هَّللا

ي نِإ ُرَّخﹶأَتﹶأﹶل

نَع ةاﹶلَص

ن م ِلْجﹶأ

تْيﹶأَر

ﹶلوُسَر هَّللا

هَّل هْيﹶلَع

مَّلَسَوي ف

ةﹶظ عْوَم

دَشﹶأاًبَضﹶغ

مُث ﹶلاﹶق

نِإﹶف ْمِهي ف

يِبﹶكْلاَواﹶذَو

ةَجاَحْلا "

Al-Qur'an dan Islam memberikan informasi bahwa disabilitas bukanlah suatu aib atau kutukan, namun bisa jadi dibalik keterbatasan fisik yang dimilikinya terdapat suatu derajat yang mulia di sisi Allah. Islam tidak mengajarkan keterbatasan fisik tersebut sebagai kekurangan, melainkan sebagai tangga untuk mencapai derajat yang tinggi. Hal ini sesuai dengan hadis yang mendakwahkan kemuliaan bagi penyandang disabilitas netra, yaitu hadis riwayat Imam Tirmidzi:

ضْرﹶأ ُهﹶل

Hal ini juga dapat mengubah cara berpikir masyarakat, yang menganggap disabilitas sebagai sebuah aib atau kutukan, dan mengubahnya menjadi pemikiran bahwa disabilitas tersebut adalah cara Tuhan memuliakan seseorang dengan sabar menerima apa yang dimilikinya. Serta kemampuan untuk menunjukkan kepada penyandang disabilitas bahwa Al-Qur’an dan Islam tidak pernah membeda-bedakan mereka dengan orang lain kecuali penyandang disabilitas dan menempatkan mereka pada posisi yang sama serta menganjurkan tetap dilanjutkannya interaksi sosial sebagaimana dijelaskan dalam tafsir surat An-Nur. 61. Dari penjelasan dan penafsiran ayat Al-Qur'an dan hadits di atas terlihat bahwa Islam sangat menghormati hak penyandang disabilitas dalam beribadah, hal ini telah diterapkan di masyarakat melalui organisasi disabilitas seperti Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia. (PPDI). , Gerakan Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin), Himpunan Perempuan Disabilitas Indonesia (HWDI), Gerakan Aksesibilitas Nasional (GAUN).

Selain itu dibantu dan difasilitasi oleh organisasi Islam yaitu Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) untuk menyampaikan aspirasi penyandang disabilitas mengenai aksesibilitas penyandang disabilitas untuk beribadah di masjid.139.

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam surat Al-Fath ayat 17 Imam al-Qurthubî menjelaskan tentang rukhsah bagi penyandang tunanetra, penyandang cacat, dan orang yang mempunyai penyakit kronis (kelemahan) agar tidak ikut berjihad di jalan Allah SWT. Ayat tersebut secara tegas menjelaskan bahwa Islam memudahkan penyandang disabilitas dalam beribadah, yaitu beribadah sesuai kemampuannya. Tafsir Imam al-Qurthubî terhadap Surat 'Abasa ayat 2 tentang teguran atas sikap Rasulullah terhadap sahabat penyandang disabilitas juga dapat menjadi pembelajaran bagi seluruh umat Islam agar lebih perhatian terhadap penyandang disabilitas, memberi dan menghormati.

Dari penafsiran surat An-Nur ayat 61 dapat mengubah pandangan masyarakat terhadap penyandang disabilitas, yakni terhindar dari diskriminasi dan stigma negatif terhadap mereka. Dan juga dari tafsir surat Al-Fath ayat 17, penyandang disabilitas dapat mengetahui rukhsahnya dalam beribadah, namun tetap taat dan beribadah sesuai kemampuannya yaitu tidak memaksakan diri untuk beribadah seperti orang normal pada umumnya. titik memperburuk kondisi mereka dan tidak meninggalkannya. Dan mereka mungkin tahu bahwa Al-Qur'an dan Islam sangat menekankan kepedulian dan perlindungan terhadap penyandang disabilitas.

Saran

Ayat ini secara tegas menekankan penerimaan dan perlakuan setara terhadap disabilitas, tanpa diskriminasi dan stigma negatif dalam kehidupan bermasyarakat dengan masyarakat. Secara teoritis, penulis berharap penelitian ini tidak berhenti sampai disini saja, namun dilakukan pengembangan penelitian lebih lanjut. Dari sisi praktik, penulis berharap masyarakat khususnya umat Islam tidak menganggap penyandang disabilitas sebagai hal yang memalukan, terkutuk, dan salah.

Tentunya juga untuk menjangkau dan membantu semaksimal mungkin kepada para penyandang disabilitas yang membutuhkan. Dan juga kepada pemerintah agar lebih baik dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang hak-hak penyandang disabilitas, walaupun sudah ada Undang-Undang tentang Penyandang Disabilitas dan Hari Penyandang Disabilitas Sedunia, namun karena belum tersosialisasi dengan baik maka belum ada. diketahui masyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA

Fuad Abdul Baihaqi, Muhammad, al-Mu'jam al-Muhfahras li Al-Fadz Al-Qur'an Al-Karim, Bejrut: Dar Al-Fikr, 1987. Khalil al-Qattan, Manna, Mabahis fi Ulum Al-Qur' an, Bejrut: Mansurat Al-Asr Al-Hadis, 1973. Kholis Setiawan, Nur, Pribumisasi Al-Qur'an, Yogyakarta: Kaukaba, 2012 Al-Khuli, Amin, Manahij Tajdid, Mesir: Dar Al-Ma'rifah, 1961 .

Yusuf, Kadar, “Indra Manusia Menurut Al-Qur'an dan Psikologi, Studi Banding", Skripsi, Universitas Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2003. Raden, Tim FKI, Kitab Sains Al-Qur'an, Sejarah dan Tafsir Kalamullah Kajian , Kediri: Lirboyo Press. Rahman, Fadzlur, Tema Besar Al-Qur'an, Bandung: Mizan, 2017 Rinakri Atmaja, Jati, Pendidikan dan bimbingan anak yang membutuhkan.

Referensi

Dokumen terkait

TIASIL PENII,AIA,N SEIAWAT SEBIDA}IG ATAU PT'T'ft REWEW KARYA ILMIAH: JURNAL ILMIAH Judul Jurnal Ilmiah Artikel Penulis Jurnal Ilmiah Status Penulis Identitas Buku Kategori Publikasi