• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kurikulum Pendidikan di Indonesia docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kurikulum Pendidikan di Indonesia docx"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

KURIKULUM PENDIDIKAN DI INDONESIA

(2)

DAFTAR ISI

Cover i

Daftar isi ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1. Latar belakang 1

2. Rumusan Masalah 1

3. Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

1. Pengertian kurikulum 2

2. Hubungan kurikulum dan pengajaran 4

3. Kurikulum ibarat pondasi rumah 6

4. Peran penting kurikulum dan urgensi kurikulum 2013 8

5. Perkembangan Kurikulum Pendidikan IPS di Indonesia 12

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 17

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan menentukan metode, tekhnik, media pengajaran, dan alat evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat.

Untuk itu, keberhasilan sistem pendidikan, ditentukan oleh semua pihak, sarana yang baik dan kurikulum yang tepat guna. Sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan memahami pendidikan, kurikulum, dan pengajaran serta berusaha untuk mengembangkannya.

2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kurikulum?

2. Apa hubungan kurikulum dan pengajaran?

3. Apa yang dimaksud kurikulum ibarat pondasi rumah?

4. Apa peran penting kurikulum dan urgensi kurikulum 2013?

(4)

3. Tujuan

1. Mengetahui pengertian kurikulum.

2. Mengetahui hubungan kurikulum dan pengajaran.

3. Mengetahui yang dimaksud kurikulum ibarat pondasi rumah.

4. Mengetahui peran penting kurikulum dan urgensi kurikulum 2013.

5. Mengetahui perkembangan kurikulum Pendidikan IPS di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Kurikulum

Sebelum membicarakan kurikulum, terlebih dahulu kita perlu memahami apa yang dimaksud dengan kurikulum. Istilah “kurikulum berasal dari bahasa latin yakni currir mempunyai pengertian a running course, dan dalam bahasa Prancis yakni courier berarti to run = berlari. Istilah itu kemudian digunakan untuk sejumlah mata pelajaran (courses) yang harus ditempuh untuk mecapai suatu gelar penghargaan dalam dunia pendidikan, yang dikenal dengan ijazah (Abdullah, Idi: 1999, 4). Dalam perkembangannya kurikulum juga mengalami penafsiran yang beragam dari para ahli pendidikan, khususnyayang berkompeten membicarakan tentang kurikulum tersebut. Karenanya hampir setiap ahli kurikulum memiliki rumusan sendiri, meskipun aspek-aspek kesamaannya tetap nampak. Berikut ini ada beberapa pengertian kurikulum dari beberapa ahli yang dikelompokan berdasarkan isi dari pengertiannya:

(5)

Pada hakekatnya kurikulum sebagai suatu program kegiatan terencana (program of planed activities) memiliki rentang yang cukup luas, hingga membentuk suatu pandangan yang menyeluruh. Disuatu pihak, kurikulum dipandang sebagai suatu dokumen tertulis, Beauchamp (1981 dalam Hamalik 2007: 5) dan dilain pihak, kurikulum dipandang sebagai rencana tidak tertulis yang terdapat dalam pihak pendidik, Taylor (1970 dalam Hamalik 2007: 5)

B. Kurikulum sebagai hasil belajar yang diharapkan

Beberapa penulis kurikulum, Johnson dan Posner (1977,1982 dalam Hamalik, 2007: 6) menyatakan bahwa kurikulum seharusnya tidak dipandang sebagai aktivitas, tetapi difokuskan secara langsung pada berbagai hasil belajar yang diharapkan (intended learning outcomes). Kajian ini menekankan perubahan cara pandang kurikulum sebagai alat (means) menjadi kurikulum sebagai tujuan atau akhir yang akan dicapai (ends). Salah satu alasan utama adalah karena hasil belajar yang diharapkan merupakan dasar bagi perencanaan dan perumusan berbagai tujuan kegiatan pembelajaran.

C. Kurikulum sebagai reproduksi cultural

Sebagian ahli pendidikan berpandangan bahwa kurikulum dalam setiap masyarakat atau budaya seharusnya menjadi refleksi dari budaya masyarakat itu sendiri. Sekolah bertugas memproduksi pengetahuan dan nilai-nilai yang penting bagi penerus. Masyarakat, Negara atau bangsa bertanggung jawab mengidentifikasi keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan berbagai apresiasi yang akan diajarka. Sementara itu, pihak pendidik professional bertanggung jawab untuk melihat apakah skill, knowledge dan apresiasi tersebut sudah ditransformasikan ke dalam kurikulum yang dapat disampaikan kepada anak-anak dan generasi muda (Hamalik, Omar : 2007, 6-7).

(6)

Pandangan ini berpendapat bahwa kurikulum merupakan satu kumpulan tugas dan konsep (discrete task and concept) yang harus dikuasai siswa. Dalam hal ini, diasumsikan bahwa penugasan tugas-tugas yang saling bersifat diskrit (berdiri sendiri)tersebut adalah untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah diciptakan sebelumnya (Hamalik, Omar : 2007, 7).

E. Kurikulum sebagai agenda rekonstruksi sosial

Sejauh mana keberanian sekolah membangun suatu tatanan sosial yang baru (Dare the school build a new social order?) pertanyaan ini merupakan judul karya George S. Counts (1932) yang dipandang sebagai salah seorang perintis rekonstruksionisme sosial dalampend idikan. Ide Counts tersebut banyak diperjuangkan oleh Theodore Brameld dalam decade 1940-an dan 1950-an, yang banyak terinspirasi Pemikiran Dewey. Pandangan ini berpendapat bahwa sekolah harus mempersiapkan suatu agenda pengetahuan dan nilai-nilai yang diyakini dapat menuntun siswa memperbaiki masyarakat dan institusi kebudayaan, serta berbagai keyakinan dan kagiatan praktik yang mendukungnya (Hamalik, Omar : 2007, 8).

Beragamnya definisi tentang kurikulum tidak terlepas dari cara menentukan penafsirannya. Penafsiran berkaitan erat dengan pemahaman atas tujuan pendidikan, hakekat manusia dan masyarakat dan juga berhubungan dengan falsafah seseorang. Namun umumnya definisi dan pemahaman tentangkurikulum mempunyai dampak redaksinal berbeda.

2. Hubungan Kurikulum Dan Pengajaran

(7)

Sedangkan, Pengajaran adalah kegiatan guru untuk membelajarkan peserta didik (Zais, 1976). Jadi pengajaran adalah interaksi antara guru dengan seseorang atau lebih peserta didik untuk mencapai tujuan sesuai kurikulum yang berlaku.

Sehingga hubungannya kurikulum dengan pengajaran merupakan dua subsistem dari sistem yang lebih besar yaitu persekolahan dan pendidikan. Oleh karena itu antara keduanya sangat erat kaitannya maka para ahli menganggap bahwa kurikulum dan pengajaran adalah suatu kesatuan dengan demikian tidak perlu dibedakan karena yang satu tidak dapat berkaitan tanpa yang lain,dan satu berpengaruh terhadap yang lain. Berdasarkan istilah itu orang menggunakan istilah “kurikulum dan pengajaran” untuk menghindarkan polemik yang berkepanjangan mengenai hal itu. Melihat lebih jauh hal tersebut, hubungan antara kurikulum dan pengajaran tidak dapat dipisahkan oleh keterlibatan guru sebagai penghubung antar kedua hal tersebut yaitu sebagai pengajar maka kemudian kami membahas fungsi guru sebagai penghubung antara kurikulum dan pengajaran.

Berikut adalah fungsi guru dalam hubungan kurikulum dalam pengajaran 1. Guru memegang peranan penting dalam pelaksanaan proses

belajar-mengajar. Salah satunya fungsi guru yaitu untuk memperbaiki situasi belajar. Selain itu sebagai perencana, pelaksana, dan pengembangan kurikulum dari pengajaran. Guru adalah pembimbing, dinamisator, motivator, fasilitator, dan arsitek proses belajar mengajar.

2. Guru sebagai komunikator yaitu sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, agar pembelajar meguasai materi pelajaran yang diajarkan.

3. Guru sebagai informator yaitu pelaksanaan dengan beberapa cara mengajar: informatif, praktis, dan studi lapangan secara akademik maupuan umum.

(8)

5. Guru sebagai motivator. Peranan ini sangat penting artinya dalam rangka meningakatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar. Guru harus dapat merangsang memberikan dorongan untuk mendinamisasikan potensi pembelajar, menumbuhkan aktivitas dan kreativitas sehingga yerjadi dinamika didalam proses pembelajaran.

6. Guru sebagai pengarah/direktor yaitu jiwa kepemimpinana seorang guru dalam peranan ini sangat menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetepkan.

7. Guru sebagai inisiator yaitu pencetus ide-ide dalam proses belajar. Dalam pembelajaran guru perluh memberikan ide-ide yang dapat dicontoh oleh pembelajar.

8. Guru sebagai transmitter yaitu memberikan fasilitas untuk kemudahan pembelajaran, mencipakan suasana belajar sedemikian rupa, serasi dengan pengembangan siswa sehingga interaksi dalam pembelajaran akan berlangsung secara efektif.

9. Guru sebagai mediator yaitu penengah dalam kegiatan pembelajaran. Selai itu, mediator dapat diartikan perancang pengembang, dan penyedia media serta cara memakai dan mengorganisasikan penggunaan media.

10. Guru sebagai evaluator yaitu peranana akhir kegiatan guru dalam pembelajaran adalah melakukan evaluasi. Dalam hal ini guru mempunyai otoritas untuk menilai keberhasialan pengajaran.

3. Kurikulum Ibarat Pondasi Rumah

(9)

sedemikian? apakah kurikulum yang selama ini dijalankan dengan segala bentuk UU memberikan pondasi yang kuat demi menjalankan pendidikan yang berkualitas dan baik? apakah pondasi dalam kurikulum negeri ini memang dipola dengan sedemikian amburadul sehingga melahirkan output pendidikan yang sangat buruk? apakah kurikulum sebelum dilaksanakan secara praktik telah diperkuat dengan perangkat luar biasa supaya proses pendidikan yang dijalankan nantinya bisa optimal?

(10)

Mencermati paparan tersebut maka menjadi sangat jelas bahwa kurikulum merupakan bahan utama dalam melahirkan kualitas pendidikan yang baik. Kurikulum mendapatkan posisi guna membawa proses pendidikan yang mampu memberikan arah jelas dan baku ke depannya. Bila pendidikan Indonesia harus diselaraskan dengan tujuan pendidikan nasional, kurikulum sedemikian cukup cerdas memberikan titik berangkat yang sangat kokoh.

4. Peran Penting Kurikulum Dan Urgensi Kurikulum 2013 A. Peranan Kurikulum

Ada tiga peranan kurikulum yang sangat penting, yakni peranan konservatif, peranan kritis atau evluatif, dan peranan kreatif ;

1. Peranan Konservatif

Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial bagi generasi muda. Dengan demikian, sekolah sebagai suatu lembaga sosial dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku siswa sesuai dengan berbagai nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial. Ini seiring dengan hakikat pendidikan itu sendiri, yang berfungsi sebagai jembatan antara siswa selaku anak didik dengan orang dewasa, dalam suatu proses pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih kompleks. Oleh karenanya, dalam kerangka ini fungsi kurikulum menjadi teramat penting, karena ikut membantu proses tersebut. Romine mengatakan bahwa:

“In sense the conservative role provides what may be called’social cement’. It contributes to like mindedness and provides for behaviour which is consistent with values already accepted. It deals with what is sometimes

(11)

Dengan adanya peranan konservatif ini, maka sesungguhnya kurikulum itu berorientasi pada masa lampau. Meskipun demikian, peranan ini sangat mendasar sifatnya.

2. Peranan Kritis dan Evaluatif

Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih berbagai unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan memberi penekanan pada unsur berpikir kritis. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan di masa mendatang dihilangkan, serta diadakan modifikasi dan perbaikan. Dengan demikian, kurikulum harus merupakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.

3. Peranan Kreatif

Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa mendatang. Untuk membantu setiap individu dalam mengembangkan semua yang ada padanya, maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan, dan keterampilan yang baru, yang memberikan manfaat bagi masyarakat.

Ketiga peran kurikulum tersebut harus berjalan secara seimbang, atau dengan kata lain terdapat keharmonisan diantara ketiganya. Dengan demikian, kurikulum dapat memenuhi tuntutan waktu dan keadaan dalam membawa siswa menuju kebudayaan masa depan.

B. Urgensi Kurikulum 2013

(12)

zaman pendidikan akan semakin banyak menghadapi tantangan. Lebih-lebih menghadapi pasar bebas atau era globalisasi.

Menurut Mohammad Nuh sebagai menteri pendidikan menegaskan bahwa kurikulum 2013 dirancang sebagai upaya mempersiapkan generasi Indonesia 2045 yaitu tepatnya 100 tahun Indonesia merdeka, sekaligus memanfaatkan populasi usia produktif yang jumlahnya sangat melimpah agar menjadi bonus demografi dan tidak menjadi bencana demografi (Muzamiroh, 2013)

Dalam hal Penguatan Tata Kelola Kurikulum pada Kurikulum 2013, penyusunan kurikulum dimulai dengan menetapkan standar kompetensi lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan. Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak diberikan kewenangan menyusun silabus, tapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih diberikan kesempatan mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani dengan tugas-tugas penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang sangat memberatkan guru.

(13)

dicapai oleh siswa. Rumusan kompetensi juga sulit dijabarkan ke dalam indikator dengan akibat sulit dijabarkan ke pembelajaran, sulit dijabarkan ke penilaian, sulit diajarkan karena terlalu kompleks, dan sulit diajarkan karena keterbatasan sarana, media, dan sumber belajar.

Untuk menjamin ketercapaian kompetensi sesuai dengan yang telah ditetapkan dan untuk memudahkan pemantauan dan supervisi pelaksanaan pengajaran, perlu diambil langkah penguatan tata kelola antara lain dengan menyiapkan pada tingkat pusat buku pegangan pembelajaran yang terdiri dari buku pegangan siswa dan buku pegangan guru. Karena guru merupakan faktor yang sangat penting di dalam pelaksanaan kurikulum, maka sangat penting untuk menyiapkan guru supaya memahami pemanfaatan sumber belajar yang telah disiapkan dan sumber lain yang dapat mereka manfaatkan. Untuk menjamin keterlaksanaan implementasi kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran, juga perlu diperkuat peran pendampingan dan pemantauan oleh pusat dan daerah.

(14)

6. Perkembangan Kurikulum Pendidikan IPS di Indonesia

Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia sangat berbeda dengan di Inggris dan Amerika Serikat. Pertumbuhan IPS di Indonesia tidak terlepas dari situasi kacau, termasuk dalam bidang pendidikan, sebagai akibat pemberontakan G30S/PKI, yang akhirnya dapat ditumpas oleh Pemerintahan Orde Baru. Setelah keadaan tenang pemerintah melancarkan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Pada masa Repelita I (1969-1974) Tim Peneliti Nasional di bidang pendidikan menemukan lima masalah nasional dalam bidang pendidikan. Kelima masalah tersebut antara lain:

1. Kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.

2. Kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan

3. Relevansi, berkaitan dengan kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan pembangunan.

4. Efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana.

5. Pembinaan generasi muda dalam rangka menyiapkan tenaga produktif bagi kepentingan pembangunan nasional.

Adapun perkembangan sejarah Kurikulum Pendidikan IPS dan dimulai dari tahun 1964, diantaranya:

1. Kurikulum 1964

(15)

2. Kurikulum 1968

Pada tahun 1968 terjadi perubahan pengelompokkan mata pelajaran sebagai perubahan orientasi pendidikan. Mata pelajaran disekolah dibedakan menjadi pendidikan jiwa Pancasila, pembinaan pengetahuan dasar dan pembinaan kecakapan khusus.

3. Kurikulum 1975

Pada tahun 1975, lahirlah kurikulum 1975 yang mengelompokkan tiga jenis pendidikan, yakni pendidikan umum, pendidikan akademis dan pendidikan keahlian khusus. Dalam kurikulum 1975 dikemukakan secara eksplisit istilah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang menyampaikan nilai-nilai berdasarkan filsafat pancasila dan UUD 1945. Dengan demikian mata pelajaran IPS pun berfungsi dan mendukung tercapainya tujuan PMP.

4. Kurikulum 1984

(16)

untuk IPS Sekolah Dasar (SD) lebih mirip menggunakan integrative (integrated approach)

5. Kurikulum 1994

Pada tahun 1994, terjadi lagi perubahan kurikulum IPS. Dalam Kurikulum 1994 dinyatakan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara, dan sejarah. Untuk IPS SD, bahan kajian pokok dibedakan atas dua bagian, ialah pengetahuan sosial meliputi lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan, sedangkan bahan kajian sejarah mencakup perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga kini. Ada perbedaan yang cukup menonjol dalam kurikulum IPS Sekolah Dasar 1994 dibandingkan dengan Kurikulum IPS sebelumnya, yakni dalam metode dan penilaian. Kurikulum IPS 1994 hanya memberikan anjuran umum bahwa pelaksanaan proses belajar mengajar hendaknya para guru menerapkan prinsip belajar aktif. Dari bunyi rambu-rambu yang terakhir ini, menunjukkan bahwa Kurikulum IPS 1994 memberikan keleluasaan atau kekuasaan otonom yang cukup besar.

6. Kurikulum 2004

(17)

Sosial untuk merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat

7. Kurikulum 2006

Ketentuan tentang implikasi dari peraturan perundangan tersebut adalah dikeluarkannya kebijakan tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) beserta pedomannya dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dengan panduan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 ini, antara IPS dan PKn dipisahkan kembali. Hal ini memperhatikan berbagai masukan dan kritik ahli pendidikan nasional dan politik bangsa yaitu perlunya pendidikan Kewarganegaraan Bangsa, maka antara IPS dan PKn meskipun tujuan dan kajiannya adalah sama yaitu membentuk warga negara yang baik, maka PKn tetap diajarkan sebagai mata pelajaran di sekolah secara terpisah dengan IPS.

8. Kurikulum 2013

(18)
(19)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Apa yang direncanakan biasanya bersifat idea, suatu cita-cita tentang manusia atau warga negara yang akan dibentuk. Apa yang dpat diwujudkan dalam kenyataan disebut kurikulum yang real, yang tidak dapat diwujudkan ternyata tetap menjadi idea.

2. Kurikulum merupakan bahan utama dalam melahirkan kualitas pendidikan yang baik. Kurikulum mendapatkan posisi guna membawa proses pendidikan yang mampu memberikan arah jelas dan baku ke depannya. Bila pendidikan Indonesia harus diselaraskan dengan tujuan pendidikan nasional, kurikulum sedemikian cukup cerdas memberikan titik berangkat yang sangat kokoh.

3. Kurikulum dan pengajaran adalah suatu kesatuan dengan demikian tidak perlu dibedakan karena yang satu tidak dapat berkaitan tanpa yang lain,dan satu berpengaruh terhadap yang lain.

(20)

5. Pendidikan IPS bertujuan untuk menghasilkan warganegara yang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat dan bangsanya, religius, jujur, demokratis, kreatif, analitis, senang membaca, memiliki kemampuan belajar, rasa ingin tahu, peduli dengan lingkungan sosial dan fisik, berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial budaya, serta berkomunikasi secara produktif.

B. SARAN

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Rezky fausi. 2012. ( http://rezkyfausi.blogspot.com/2012/11/materi-kurikulum-dan-pengajaran.html Diakses 25,03,2014)

Fajar,Dhia.2013(http://berkilaulah.wordpress.com/2013/05/09/pendidikankuri kulum-dan-pengajaran/ Diakses 25,03,2014)

Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Hasan, Said Hamid. 2013( http://www.uny.ac.id/berita/nasib-pendidikan-ips-di-kurikulum-2013.html Diakses 25,03,2014)

Idi, Abdullah. 1999. Pengembangan kurikulum : teori dan praktek. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Purwandari, Elice. 2013(http://www.slideshare.net/elcepurwandarie/pendapat-guru-terhadap-penerapan-kurikulum-2013 Diakses25,03,2014)

Rosmaya, Dita. 2013(

http://ditarosmaya.wordpress.com/2013/03/08/makalah-perencanaan-dan-model-pengembangan-kurikulum/ Diakses25,03,2014)

Ruhyana. 2013. http://agpaiikabogor.blogspot.com/2013/09/alasan-rasional-perubahan-kurikulum-2013.html Diakses25,03,2014)

Simanjuntak,Juliper.2013(http://lpmpsumut.or.id/1/wpcontent/uploads/2013/0

(22)

Referensi

Dokumen terkait

lengkap karena tidak menuliskan satuan pada besaran. 4) Menuliskan besaran yang ditanya, dari 30 peserta didik 14 (46,7%) orang. peserta didik menuliskan simbol besaran

Selain dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis, metode identifikasi melalui suara echolokai juga dapat membedakan jenis kelamin dari jenis yang sama pada empat

Alhamdulilah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan Rahmat, Hidayah serta Karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini

Setelah masinsg-masing anggota telah memberi saran pada kertas teman anggota kelompoknya maka kertas dari masing-masing anggota akan dikumpulkan dan dilakukan

ANALISIS KEPATUHAN BANK SYARIAH TERHADAP PRINSIP-PRINSIP SYARIAH PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedangkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban dalam Pasal 1 butir 6-nya yang berbunyi sebagai berikut: segala upaya pemenuhan

[r]

The subject of the study was 5 th semester students and 2 lecturers of English Education Study Program of Unimus1. It observed the communication strategies used during the