• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI MEMILIH PERANGKAT LUNAK PEMBAGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI MEMILIH PERANGKAT LUNAK PEMBAGI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI MEMILIH PERANGKAT LUNAK PEMBAGI BANDWIDTH

TANPA MIKROTIK UNTUK WARNET

Hilyah Magdalena

Program Studi Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Jl. Raya Sungailiat Selindung Baru Pangkalpinang 33127

Telp (0717) 433506

E-mail: hilyah.magdalena@yahoo.co.id

ABSTRAK

Saat ini untuk mengatur dan mengelola bandwitdh banyak cara dan perangkat yang tersedia. Kita dapat memilih perangkat yang sesuai dengan kebutuhan. Berkembangnya kebutuhan untuk mengaskses internet dengan biaya relatif murah kemudian memunculkan sebuah usaha kreatif yang disebut dengan warung internet. Warung internet adalah jenis usaha yang mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 1997 yang bergerak dibidang penyewaan komputer untuk mengakses internet. Bagi sebagian masyarakat yang mempunyai usaha warung internet (warnet) teknik mengatur dan membagi bandwidth agar adil bagi semua pelanggannya adalah hal yang penting. Dalam penelitian ini ada beberapa perangkat lunak yang menjadi alternatif untuk menjadi fasilitas untuk mengatur kapaeitas bandwidth. Untuk memilih perangkat lunakpmebagi bandwidth terbaik untuk warnet penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process dan Expert Choice 2000 sebagai pengolah data dari responden ahli (expert judgement). Hasil analisis dan pengolahan data memberikan hasil bahwa kriteria terpenting dalam memilih perangkat lunak pembagi bandwidth adalah kriteria pembatasan badwidth dengan bobot mencapai 39,9%. Sedangkan alternatif perangkat lunak yang terpilih adalah SoftPerfect Bandwidth Manager dengan bobot mencapai32,6%.

Kata Kunci : perangkat lunak pembagi bandwidth, warung internet, analytical hierarchy process, expert choise 2000

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia teknologi informasi dan kebutuhan untuk mengakses informasi seluas – luasnya dari internat, telah menimbulkan sebuah usaha penyewaan komputer untuk mengakses internet yang dikenal dengan warung internet. Warung internet adalah sebuah istilah yang berkembang di Indonesia sejak tahun 1997 untuk menggambarkan sebuah kios penyewaan komputer yang digunakan untuk mengakses internet.

Keberadaan warnet bermanfaat bagi pelajar, mahasiswa, professional, dan wisatawan asing. Warnet diakses untuk berbagai kebutuhan seperti untuk mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah, riset, mencari data pendukung penulisan skripsi, berkunjung di media social, berkorespondensi melalui email, berkomunikasi melalui forum chatting, menikmati hiburan, bertransaksi online, bermain game, dan lain sebagainya.

Ada beberapa hal penting yang wajib menjadi perhatian para investor yang ingin membangun usaha warnet, yaitu : pemilihan lokasi warnet, rancangan meja komputer yang akan digunakan, instalasi listrik, instalasi jaringan dan model Local Area Network yang akan dipakai, instalasi sistem operasi dan aplikasi pendukungnya, instalasi untuk pembayaran sewa internet (billing), perakitan komputer untuk warnet, operator beserta pelatihannya, dan promosi.

Untuk kelancaran usaha, salah satu indikasi

kesuksesan usaha warnet adalah ramai atau tidaknya pengunjung yang datang untuk mengakses internet. Dan umumnya tolak ukur pertama bagi para pengunjung dalam memilih sebuah warnet selain harga adalah kecepatan akses. Kecepatan akses internet sangat bergantung kepada berbagai factor, salah satunya adalah teknik pembagian bandwidth.. ada berbagai perilaku pengunjung dalam warnet, dan sering kali ada perilaku pengunjung yang merugikan pengunjung lain seperti mendownload program dengan Internet Download Manager (IDM).

Untuk memastikan bahwa setiap pengunjung mendapatkan kapasitas bandwidth yang adil maka pengelola warnet dapat menggunakan beberapa teknik pembagian bandwidth. Ada teknik pembagian bandwidth dengan mikrotik dan ada pula yang tanpa mikrotik. Pada penelitian ini teknik pembagian bandwidth yang dibahas adalah teknik pembagian bandwidth menggunakan perangkat lunak dan tanpa mikrotik. Alasan pengelola tidak menggunakan mikrotik dalam mengelola pembangian bandwidth di warnetnya adalah jika computer yang dimiliki relative sedikit, setting dan manajemen bandwidth yang mudah, dan harga perangkat lunak yang relative murah.

(2)

1.2 Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini fokus, maka perlu dibuat ruang lingkup penelitian sebagai batasan masalah. Ruang lingkup penelitin ini adalah,

a. Mengkaji factor – factor apa saja yang perlu diperhatikan oleh pengelola internet jika ingin memilih dan menggunakan perangkat lunak pembagi bandwidth tanpa mikrotik.

b. Melihat perbandingan keunggulan masing – masing perangkat lunak pembagi bandwidth sebagai alternatif pilihan pengelola warnet. c. Penelitian ini menggunakan metode Analytical

Hierarchy Process dan Expert Choice sebagai tools.

1.3 Masalah

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah, sulitnya menentukan perangkat lunak apa yang paling sesuai untuk diimplementasikan di suatu warnet. Ada beberapa perangkat lunak yang dapat dijadikan alternatif sebagai pembagi bandwidth tanpa mikrotik, yang masing – masing tentu saja mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk dapat melihat kelebihan dan kekurangan masing - masing perangkat lunak, maka penelitian ini akan menyajikan berbagai kriteria untuk memilih perangkat lunak pembagi bandwidth ini dalam sebuah hirarki yang dimulai dari tujuan, kriteria level satu, sub kriteria dari level satu (kriteria level dua), dan alternatif yang akan dipilih dengan konsep yang ada pada metode Analytical Hierarchy Process

(AHP).

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dibuat untuk memberikan kemudahan pengambilan keputusan bagi para pengelola warnet dalam memilih perangkat lunak apa yang sebaik nya digunakan untuk membagi bandwidth tanpa mikrotik,

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk kemajuan dan percepatan perkembangan usaha warnet. Perangkat lunak pembagi bandwidth relative mudah dipelajari dan digunakan dibandingkan dengan menggunakan mikrotik, selain itu pemanfaatan perangkat lunak ini dapat disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan besarnya usaha warnet. Jika usaha warnet berkembang pesat dan menjadi terlalu besar untuk dapat di atur pembagian bandwidth – nya hanya dengan perangkat lunak, maka penyesuaikan dapat dilakukan dengan menggunakan mikrotik jika memang telah diperlukan.

1.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang menggunakan AHP sudah banyak dilakukan oleh peneliti lain untuk berbagai kepentingan. Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan AHP :

a. Thomas L.Saaty pada tahun 2000

mengembangkan tujuh pilar utama dalam AHP. Penelitian ini dipublikasikan pada Univ. of Pittsburgh, PA 15260, USA. (Saaty T.L, 2000)

b. Thomas L.Saaty pada tahun 2005

mempublikasikan hasil penelitiannya yang berjudul “Making Validating Complex Decision with the AHP/ ANP”. Penelitian ini terbit dalam

Journal of Systems Science and Systems Engineering. Vol. 14 No.1. pp 1-36. March 30, 2005. (Saaty T.L 2005)

c. Andras Farkas, pada tahun 2010

mempublikasikan hasil penelitiannya yang berjudul “The Use of the AHP in Civil Engineering Projects”. Penelitian ini dimuat dalam 8th – International Conference on Management, Enterprise and Brenchmarking. June 4-5 2010. Budapest, Hungaria. (Andras 2010).

d. Omar Lopez Ortega dan Marco Antonio Rosales (2011). Mempublikasikan hasil penelitiannya yang berjudul “An agent – oriented decision support system combining fuzzy clustering and the AHP”, pada Journal Expert Systems with Applications. (Ortega O. L., Rosales M.A., 2011).

e. M.A. Burhanuddin, Sami M.Halawani, A.R Ahmad, dan Zulkifli Tahir (2011). Mereka mempublikasikan hasil penelitiannya yang berjudul “Failur Based Maintenance Decision Support System Using Analytical Hierarchical Process”, pada International of Advance Computer Science, Vol. 1 No.1 pp 1 – 9 Juli 2011. (Burhanuddin M.A., Halawani S.M., Ahmad A.R., Tahir, Zulkifli 2011).

f. Zareta Servini, Igor Nedelkovski, dan Jani Servini (2011). Mereka mempublikasikan hasil penelitian mereka yang berjudul “Development of AHP Based Models and DSS for Strategic Planning of Local Sustainable Development”, yang dimuat pada Proceedings of the International Symposium on the Analytic Hierarchy Process 2011. (Servini, Zareta., Nedelkovski, Igor., Servini, Jani 2011).

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pendukung Keputusan

Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah pendekatan sistematis pada satu masalah dengan mengumpulkan fakta – fakta pendukung, menentukan alternatif yang akan dipilih, dan terakhir mengambil tindakan berdasarkan perhitungan yang tepat.

(3)

dengan Sistem Pendukung Keputusan (SPK). Masalah dalam pengambilan keputusan adalah sulitnya menentukan keputusan strategis yang sulit untuk direalisasikan. Untuk mengurangi kecenderungan ini, maka menurut Turban, proses pengambilan keputusan mempunyai empat fase yaitu fase identifikasi, desain, pemilihan, dan implementasi. Fase identifikasi juga disebut fase

intelligence yaitu fase mengidentifikasi masalah. Fase desain adalah fase menggunakan sebuah model tertentu untuk menggambarkan suatu sistem dengan mengacu pada peraturan – peraturan dan kriteria – krieria yang baku dan menggabungkan semua variabel – variabel tersebut. Fase pemilihan adalah fase yang menghasilkan pilihan sebagai tujuan atau penyelesaian dari sebuah mode. Sedangkan fase implementasi adalah fase melihat tingkat keberhasilan sistem pendukung keputusan dalam menyelesaikan masalah (Turban 1998).

2.2 Perangkat Lunak Pembagi Bandwidth a. Soft Perfect Bandwidth Manager

Soft Perfect Bandwidth Manager adalah sebuah perangkat lunak yang menawarkan fitur / tools lengkap dalam mengelola kegiatan lalu lintas data yang ada di Windows yang menawarkan keefektifan dalam melakukan kontrol bandwidth dan menjaga kualitas layanan berdasarkan aturan yang diprioritaskan.

Aturan-aturan ini dapat menentukan batas bandwidth untuk setiap pengguna internet, sehingga pengaturan akses ke internet dapat berjalan dengan maksimal. Ini adalah sebuah solusi bagi orang-orang yang mempunyai akses internet tinggi dan ingin membagi bandwidthnya menjadi beberapa jalur, khususnya orang-orang yang mempunyai warnet atau hotspot. Bandwidth harus dibatasi disetiap komputer karena kecepatan beberapa program seperti download manager mampu mengambil data trafik besar sehingga akan menganggu atau memperlambat koneksi komputer lainnya. Jika bandwidth disetiap computer telah dibatasi, dan ada pengguna warnet menggunakan internet download manager maka batas maksimal download adalah batas maksimal sesuai besarnya kapasitas bandwidth yang telah kita setting, sehingga tidak akan mengganggu pemakai internet yang lain.

Dengan SoftPerfect Bandwidth Manager, pengelola warnat dapat menerapkan aturan besarnya kecepatan atau pelambatan kecepatan ke alamat IP tertentu, port dan bahkan antarmuka jaringan dengan tidak ada perubahan infrastruktur jaringan yang ada. Fitur – fitur yang ada pada perangkat lunak SoftPerfect Bandwidth Manager mudah dikelola melalui Windows GUI intuitif. Perangkat lunak ini memerlukan Windows 2000 atau lebih tinggi dan koneksi jaringan, yang bisa menjadi koneksi nirkabel, atau modem yang sesuai dengan standar NDIS. Ada dua edisi SoftPerfect Bandwidth Manager yang tersedia: standar dan lite. Fitur Utama

yang ada di SoftPerfect Bandwidth Manager adalah : a. Konfigurasi terpusat dari lokasi jaringan

tunggal.

b. Fleksibel, memprioritaskan pengaturan dua arah untuk menentukan tingkat data maksimum. c. Adanya aturan untuk membuat pengalamatan

IP, protokol, port (untuk TCP / IP) dan antarmuka jaringan.

d. Transparansi bagi pengguna akhir.

e. Umumnya tidak membutuhkan instalasi

perangkat lunak pada komputer client.

f. Mampu menyajikan hasil dalam bentuk statistik terinci dan komprehensif untuk setiap aturan.

g. Kuota dan hukuman untuk mencegah

penyalahgunaan.

b. Antamedia Bandwidth Manager

Panduan lengkap tentang Antamedia Bandwidth Manager ada pada Antamedia Bandwidth Manager Manual tahun 2010. Antamedia Bandwidth Manager adalah perangkat lunak untuk membatasi download yang sangat cocok untuk internet yang memungkinkan perangkat lunak tersebut otomatis memblokir lalu lintas data ketika user logout. Setiap pengguna dan komputer dapat memiliki tingkat download dan upload yang berbeda. Perangkat lunak ini begitu mudah dipakai dan minimal terjadinya error pada port. Begitu dipasang ke server, maka dia langsung bisa mendeteksi komputer yang terkoneksi ke server. Setelah itu, langkah selanjutnya adalah membuat basis data komputer-komputer yang ada di warnet ke dalam daftar

account untuk pembagian jatah kuota bandwidth untuk download dan upload. Untuk komputer asing atau baru yang belum terdata dalam daftar account akan otomatis menjadapat jatah bandwidth sesuai default login yang sudah disetting. Keunggulan lain dari perangkat lunak ini adalah user friendly dan mudah dalam pemantauan lalu lintas data, serta tidak perlu install software ke komputer client. Perangkat lunak ini juga dapat digunakan untuk mengatur koneksi internet disetiap billing. Perangkat lunak ini juga juga bisa mengatur jumlah data yang terkirim disetiap billingnya jadi koneksi bisa disamaratakan (sistem penalty).

c. Du Super Controller

Du Super Controller adalah perangkat lunak yang dapat berfungsi sebagai tools pembatas bandwidth internet. Perangkat lunak ini dapat berjalan sendiri dan tidal memerlukan server. Perangkat lunak ini dapat langsung di install di tiap komputer client yang ingin diatur bandwidth. Perangkat lunak ini dilengkapi password untuk membukanya, sehingga hanya pengelola warnet atau orang – orang tertentu saja yang dapat mengubahnya. Berikut ini adalah fitur yang ada pada perangkat lunak Du Super Controller :

(4)

b.

Mudah untuk membuat batas atau limit download dan kecepatan upload untuk setiap aplikasi dan koneksi yang menggunakan TCP / IP. Semua control dalam perangkat lunak ini dirancang sederhana dan mudah digunakan.

c.

Memprioritaskan download dan mencegah upload yang dapat mengurangi kinerja download.

d.

Menjamin jaringan lalu lintas dari dan ke jaringan lokal tidak terpengaruh .

e.

Semua komputer mendapatkan bagian untuk koneksi internet secara adil bahkan ketika computer dalam keadaan idle.

f.

Mengawasi kecepatan lalu lintas jaringan yang memungkinkan pengguna dapat berselancar di internet dengan cepat dan nyaman.

d. Net Limiter

Netlimiter adalah perangkat lunak untuk mengawasi lalu lintas data atau traffic control atau

bandwidth management dan monitoring bandwidth untuk komputer bersistem windows, software ini sama dengan DU Controller yang umum para admin warnet pakai untuk topologi peer to peer dimana tidak ada server yang betugas untuk mengadministrasi secara terpusat keperluan bandwidth. Software ini dapat digunakan untuk mengatur batas kecepatan transfer download /

upload aplikasi atau koneksi tunggal dan memonitor lalu lintas internet pengguna warnet. Fitur utama NetLimiter adalah :

a. Monitor Jaringan

NetLimiter dapat menunjukkan daftar semua aplikasi yang berkomunikasi melalui koneksi jaringan, kecepatan transfer dan banyak lagi. b. Bandwidth Limiter

Pengelola warnet dapat menggunakan NetLimiter untuk mengatur download atau upload batas kecepatan transfer untuk aplikasi. Dengan batas ini pengelola warnet dapat dengan mudah mengatur bandwidth koneksi internet Anda (bandwidth shaper atau controller bandwidth)

c. Alat Statistik

Fitur ini memungkinkan Anda untuk melacak riwayat lalu lintas internet pengguna.

d. Tambahan Jaringan Informasi

NetLimiter memberikan Anda dan informasi tambahan seperti WHOIS, trace route dll. selain itu NetLimiter juga berfungsi sebagai penjadwal / scheduler, administrasi dari jarak jauh remote administration, blocker connection, running as WinNT service, hak pengguna,

advanced rule editor dan scheduler, zone based traffic management

2.3 Analytical Hierarchy Process

Metode AHP pertama kali dikembangkan oleh Prof. Thomas L.Saaty pada tahun 1970 dari

Wharton Business School, yang berguna untuk mencari rangking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam pemecahan suatu permasalahan (Vaidya dan Sushil, 2008)

Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat menyederhanakan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur. Masalah yang kompleks umumnya adalah masalah yang mempunyai banyak kriteria (multikriteria), struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia.

Thomas Lorie Saaty (1993) menguraikan metode AHP yang dilakukan dengan cara memodelkan permasalahan secara bertingkat yang terdiri dari kriteria dan alternatif. . untuk memodelkan sebuah masalah AHP memerlukan hirarki untuk mendefenisikan masalah serta membuat perbandingan berpasangan selanjutnya menentukan hubungan dalam struktur tersebut. Struktur hirarki digambarkan dalam suatu diagram pohon yang berisi goal (tujuan masalah yang akan dicari solusinya), kriteria, subkriteria dan alternatif.

2.4 Expert Choice 2000

Expert Choice 2000 merupakan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk perhitungan pemecahan persoalan dengan AHP (Ishizaka dan Labib, 2009 ).

Data yang diproses ialah data yangdiperoleh dari hasil interview dan kuesioner dari para responden ahli. Proses pengolahan datanya ialah menentukan total nilai dari kompetensi dengan cara mengalikan skor yang diperoleh dari interview dengan bobot yang diperoleh dari penilaian pakar. Dengan demikian data yang diperoleh akan menampilkan apakah kompetensi yang dimiliki harus memenuhi kriteria yangsudah ditentukan, yaitu lebih kecil atau sama dengan 10 %. Jika nilai / persentase yang ditimbulkan tidak memenuhi kriteria tersebut, maka diperlukan langkah – langkah ataupun perbaikan – perbaikan baik secaraberkala ataupun langsung.

3. DESAIN PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di beberapa warnet yang ada di Provinsi Bangka Belitung. Khususnya yang ada di Kota Pangkalpinang sebagai ibukota provinsi. Di Pangkalpinang saat ini banyak bermunculan warnet – warnet yang diakses oleh berbagai kalangan masyarakat untuk memenuhi berbagai keperluan terkait akses internet.

3.2 Metode Pengumpulan Data

(5)

3.3 Metode Pemilihan Responden Ahli

Responden ahli dalam penelitian yang menggunakan metode Analytical Hierarchy Process

adalah orang – orang yang dianggap mengerti tentang masalah dalam penelitian ini dan mampu memberikan expert judgement ( penilaian pakar ) untuk peneliti, expert judgement tersebut dibutuhkan terutama pada saat menentukan kriteria – kriteria apa saja yang paling cocok untuk dimasukkan dalam hirarki AHP.

Untuk mendapatkan penilain pakar ini harus melewati beberapa tahap, mulai dari wawancara pakar tahap pertama bertujuan untuk mendapatkan validasi variabel – variabel yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan perangkat lunak pembagi bandwidth untuk warnet. Adapun kriteria seorang pakar adalah memiliki pengalaman dibidang usaha warnet dan memiliki pendidikan yang menunjang di bidang teknologi informasi khususnya jaringan.

Setelah melakukan wawancara tahap pertama, maka dilakukan pengembangan dan perbaikan kuesioner. Hasilnya akan ditanyakan kembali kepada pakar yang sama untuk mendapatkan kesepakatan (konsensus) terkait dengan isi kuesioner, sebelum variabel dimasukkan kedalam kuesioner yang ditujukan untuk responden konsumen

Setelah didapat konsensus pakar tentang variabel-variabel yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan perangkat lunak pembagi bandwidth untuk warnet, maka tahap selanjutnya adalah melakukan penyebaran kuesioner atau angket kepada para responden. Responden yang dimaksud adalah beberapa pengelola dan operator warnet.

Kuesioner bersifat tertutup dimana pada setiap pertanyaan terdapat jawaban yang telah direncanakan dan responden hanya diminta mengisi sesuai petunjuk. Setelah penyebaran kuesioner kepada responden dan memperoleh faktor dominan yang menjadi kriteria pemilihan perangkat lunak pembagi bandwidth untuk warnet, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perincian kriteria sehingga terbentuk tingkatan untuk selanjutnya digunakan sebagai alat penilaian perangkat lunak pembagi bandwidth untuk warnet yang dijadikan sampel penelitian.

3.4 Variabel Yang Diamati

Dalam penelitian ini variable – variable yang diamati disusun secara hirarkis menurut prinsip AHP. Variable akan disusun bertingkat mulai dari tujuan, kriteria level satu, kriteria level dua, dan alternatif yang akan dipilih.

Goal / Tujuan adalah strategi memilih perangkat lunak pembagi bandwidth tanpa mikrotik untuk warnet.

Kriteria level satu terdiri dari instalasi program, jenis perangkat lunak, limitasi zona, dan pembatasan bandwidth.

Kriteria level dua sebagai sub kriteria dari kriteria instalasi program adalah, kemudahan instalasi server, kemudahan instalasi client, setting bandwidth, manajemen bandwidth, keamanan konfigurasi pengaturan bandwidth, pengaturan jaringan otomatis.

Kriteria level dua sebagai sub kriteria dari kriteria jenis perangkat lunak adalah, shareware, freeware, trial, license.

Kriteria level dua sebagai sub kriteria dari kriteria limitasi zona adalah, zona internet, zona local network, zona local host.

Kriteria level dua sebagai sub kriteria dari kriteria pembatasan bandwidth adalah, statis, pembatasan kapasitas download, pembatasan kecepatan secara global, pembatasan per program, mengukur kecepatan transfer rate, pembatasan satu arah.

4. HASIIL DAN PERANCANGAN 4.1.Hasil Analisis Data

Berdasarkan metode AHP, maka persoalan akan dipecah menjadi beberapa level yang tersusun menjadi hierarki sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Rancangan Pemilihan Alternatif

Pada gambar satu terlihat secara hirarki mulai dari tujuan, kriteria level satu, kriteria level dua, dan alternatif yang tersedia.

4.2. Solusi Dengan Expert Choice 2000

Setelah data responden ahli dihitung dengan prinsip AHP dan dengan bantuan perangkar lunak Expert Choice 2000, berikut ini adalah persentase tiap – tiap kriteria dan alternatif yang ada dalam hirarki pemilihan alternatif.

(6)

yang dianggap penting oleh para responden ahli dan alternatif yang terpilih.

Gambar 2. Solusi yang Dihasilkan

4.3. Tingkat Sensitivitas Hasil Analisis

Inconsistency ratio atau rasio inkonsistensi data responden merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak. Rasio inkonsistensi data dianggap baik jika nilai CR-nya ≤ 0.1. Berikut ini ditampilkan nilai rasio inkonsistensi pada masing-masing matriks perbandingan.

Tabel 1. Tabel Perbandingan Berpasangan

No Matriks Perbandingan Elemen Nilai CR

1 Perbandingan elemen kriteria level I berdasarkan goal strategi memilih perangkat lunak pembagi bandwidth tanpa mikrotik untuk warnet

0,02

2. Perbandingan Elemen Sub Kriteria Level II Kriteria Instalasi Program

0,01

3. Perbandingan Elemen Sub Kriteria Level II Kriteria Jenis Perangkat Lunak

0,01

4. Perbandingan Elemen Sub Kriteria Level II Kriteria Limitasi Zona

0,01

5. Perbandingan Elemen Sub Kriteria Level II Kriteria Pembatasan Bandwidth

0,01

6. Perbandingan Elemen Alternatif Level III Kriteria Instalasi Program Sub Kriteria Kemudahan Instalasi Server

0,01

7. Perbandingan Elemen Alternatif Level III Kriteria Instalasi Program Sub Kriteria Kemudahan Instalasi Client

0,01

8. Perbandingan Elemen Alternatif Level III Kriteria Instalasi Program Sub Kriteria Setting Bandwidth

0,01

9. Perbandingan Elemen Alternatif Level III Kriteria Instalasi Program Sub Kriteria Manajemen Bandwidth

0,03

10. Perbandingan Elemen Alternatif Level III Kriteria Instalasi Program Sub Kriteria Keamanan Konfigurasi Pengaturan Bandwidth

0,01

11. Perbandingan Elemen Alternatif Level III Kriteria Instalasi Program Sub Kriteria Pengaturan Jaringan Otomatis

0,00

12. Perbandingan Elemen Alternatif Level III Kriteria Jenis Perangkat Lunak Sub Kriteria Shareware

0,02

13. Perbandingan Elemen Alternatif Level III Kriteria Jenis Perangkat Lunak Sub Kriteria Freeware

0,00

14. Perbandingan Elemen Alternatif Level III Kriteria Jenis Perangkat Lunak Sub Kriteria Trial

0,00

15. Perbandingan Elemen Alternatif Level III Kriteria Jenis Perangkat Lunak Sub Kriteria License

0,02

16. Perbandingan Elemen Alternatif Level III Kriteria Limitasi Zona Sub Kriteria Zona Internet

0,02

17. Perbandingan Elemen Alternatif Level III Kriteria Limitasi Zona Sub Kriteria Zona Local Network

0,00

18. Perbandingan Elemen Alternatif Level III Kriteria Limitasi Zona Sub Kriteria Zona Local Host

0,00

19. Perbandingan Elemen Alternatif Level III Kriteria Pembatasan Bandwidth Sub Kriteria Statis

0,00

20. Perbandingan Elemen Alternatif Level III Kriteria Pembatasan Bandwidth Sub Kriteria Pembatasan Kapasitas Download

0,00

21, Perbandingan Elemen Alternatif Level III Kriteria Pembatasan Bandwidth Sub Kriteria Pembatasan Kecepatan Secara Global

0,01

22. Perbandingan Elemen Alternatif Level III Kriteria Pembatasan Bandwidth Sub Kriteria Pembatasan Per Program

(7)

23. Perbandingan Elemen Alternatif Level III Kriteria Pembatasan Bandwidth Sub Kriteria Mengatur Kecepatan Transfer Rate

0,02

24. Perbandingan Elemen Alternatif Level III Kriteria Pembatasan Bandwidth Sub Kriteria Pembatasan Satu Arah

0,01

Dari tabel matriks perbandingan berpasangan tersebut dapat disimpulkan bahwa perbandingan berpasangan yang diberikan responden ahli memiliki nilai rasio inkonsistensi yang lebih kecil dari 0,1 sebagai batasmaksimum nilai rasioinkonsistensi.

Dengan demikian hasil perhitungan geometrik gabungan data responden cukup konsisten. Berikut ini disajikan bobot masing-masing kriteria.

Pada Gambar 3 terlihat bahwa kriteria pembatasan bandwidth adalah kriteria level satu yang paling besar bobotnya, yaitu 39,9%.

Gambar 3. Kriteria Level Satu Beserta Nilai Bobotnya

Pada Gambar 4 terlihat beberapa sub kriteria dari Kriteria Instalasi Program, dan yang paling tinggi bobotnya adalah pengaturan jaringan otomatis dengan persentase mencapai 25,3%.

Gambar 4. Kriteria Level Dua / Sub Kriteria Instalasi Program Beserta Nilai Bobotnya

Pada gambar 5 terlihat beberapa sub kriteria dari kriteria Jenis Perangkat Lunak. Dan yang paling tinggi bobotnya adalah sub kriteria License dengan persentase mencapai 38,5%.

Gambar 5. Kriteria Level Dua / Sub Kriteria Jenis Perangkat Lunak

Pada gambar 6 terlihat beberapa sub kriteria dari kriteria Limitasi Zona. Dari beberapa sub kriteria tersebut, sub kriteria zona internet adalah yang paling besar bobotnya, yaitu 54,5%.

Gambar 6. Kriteria Level Dua / Sub Kriteria Limitasi Zona

Pada gambar 7 menunjukkan beberapa sub kriteria dari kriteria Pembatasan Bandwidth. Dari beberapa sub kriteria tersebut maka pembatasan kapasitas download adalah sub kriteria yang paling tinggi bobotnya yaitu 29,4%.

Gambar 7. Kriteria Level Dua / Sub Kriteria Pembatasan Bandwidth

Pada gambar 8 terlihat komposisi dari alternatif - alternatif yang terpilih beserta masing – masing bobotnya. Berdasarkan gambar Synthesis With Respect To Goal maka alternatif yang terpilih sebagai perangkat lunak terbaik untuk membagi bandwidth di warnet adalah Soft Perfect Bandwidth Manager dengan bobot mencapai 32,6%.

Gambar 8. Synthesis With Respect To Goal Beserta Bobot Masing – Masing Alternatif

Pada gambar 9 terlihat grafik kinerja atau performance masing – masing alternatif berdasarkan kriteria – kriteria yang telah disusun menurut prinsip AHP.

Gambar 9. Performace Sensitivity For Nodes Below

(8)

dalam pengambilan keputusan, sekaligus kriteria apa yang terpilih lengkap dengan persentase bobotnya.

Gambar 10. Dynamic Sensitivity For Nodes Below.

5. KESIMPULAN

Kebutuhan akan akses internet saat ini semakin tinggi. Kendala akan harga perangkat lunak dan perangkat keras yang mungkin tidak terjangkau oleh sebagian masyarakat kita terjawab dengan kehadiran warung internet atau warnet. Warnet adalah usaha jasa penyewaan seperangkat hardware dan software untuk mengakses internet. Saat ini banyak sekali warnet dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya untuk memenuhi bermacam kebutuhan masyarakat akan akses internet.

Dalam persaingan usaha yang cukup ketat untuk mendapatkan pelanggan sebanyak – banyaknya, salah satu tolak ukur kesuksesan warnet adalah kecepatan akses internetnya dan ini berkaitan dengan teknik pembagian bandwidth yang adil bagi semua pelanggannya.

Ada berbagai teknik yang dapat digunakan oleh pengelola warnet dalam membagi bandwidth. Salah satunya adalah menggunakan perangkat lunak pembagi bandwidth tanpa mikrotik.

Penelitian ini membandingkan beberapa perangkat lunak pembagi bandwidth tanpa mikrotik yang dapat digunakan untuk membagi bandwidth di warnet, yaitu Soft Perfect Bandwidth Manager, Antamedia Bandwidth Manager, Du Super Controller, dan Net Limiter.

Hasil pengolahan data dari para responden ahli menunjukkan bahwa kriteria yang paling berpengaruh dalam memilih perangkat lunak pembagi bandwidth ini adalah kriteria pembatasan bandwidth dengan bobot mencapai 39,8%, dan alternatif perangkat lunak yang terpilih adalah Soft Perfect Bandwidth Manager dengan persentase mencapai 32,6%.

PUSTAKA

Antamedia Bandwidth Manager Manual (2010). Burhanuddin M.A., Halawani S.M., Ahmad A.R.,

Tahir, Zulkifli (2011). Failure Based Maintenance Decision Support System Using Analytical Hierarchical Process. International Journal of Advance Computer Science, Vol.1 No.1. pp 1 – 9 Juli 2011

Farkas, Andras (2010). The Use of the AHP in Civil Engineering Project. 8th – International Conference on Management, Enterprise and Brenchmarking. June 4 – 5 2010. Budapest – Hungaria.

Ishizaka, Alessio dan Labib, Ashraf (2009). Analytic Hierarchy Process and Expert Choice : Benefits and Limitations. ORInsight, 22(4), p.201-220, 2009, Preprint Version

Laporan Hasil Riset Pengantar (Preliminary Research) Kondisi Industri Warnet Indonesia (Medan, Makasar, Bandung, Jogja, Jakarta Suburban) Kerja Sama Antara : Center For ICT Studies – ICT Watch Dengan PEG – USAID. 2003

Ortega O. L., Rosales M.A., (2011). An agent-oriented decision support system combining fuzzy clustering and the AHP. Journal Expert Systems with Applications.

www.elsevier.com/locate/eswa.

Saaty T. L. (2008), Decision Making With The Analytic Hierarchy Process, Int. J.Services Sciences, Vol. 1., No. 1, 2008

Saaty T.L. (2000), The Seven Pillars Of The Analytic Hierarchy Process

Saaty T.L. (2005), Making and Validating Complex Decision With The AHP / ANP : Journal Of Systems Science and Systems Engineering. Vol.14, No.1 pp 1- 36. March 20. 2005

Servini, Zareta., Nedelkovski, Igor., Servini, Jani. (2011). Development of AHP Based Models and DSS For Strategic Planning of Local Sustainable Development. Proceeding of the International Symposium on the Analytical Hierarchy Process 2011.

Turban, E; Jay E.A, 1998, Decision Support System and Intelligent System, Fifth Edition, Prentice Hall International, Inev. New Jersey

Gambar

Gambar 1. Kerangka Rancangan Pemilihan
Gambar 2. Solusi yang Dihasilkan
Gambar 6. Kriteria Level Dua / Sub Kriteria
Gambar 10. Dynamic Sensitivity For Nodes Below.

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah ini mengkaji tentang sejarah konsep kuantum (tinjauan dari fenomena fisis sampai pendekatan teoritis), perumusan mekanika gelombang Schrodinger untuk

Hal ini sangat beralasn sebab pengaturan masalah pencurian ikan/ Illegal Fishing itu sendiri masih baru saja diatur dalam Hukum positif kita, dengan

Oleh karena itu, dalam menunggu keputusan dari mahkamah internasional dalam penyelesaian pertikaian antara mereka, tentu lebih baik pertikaian di Kepulauan Spratly

Hal ini menyimpulkan bahwa hipotesa yang menyatakan “Ada Pengaruh Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) terhadap Peningkatan Ekonomi

Cara untuk melunaskan bill yang gantung adalah : doble click pada nama costumer yang belum lunas, lalu pilih jenis pembayaran tersebut, setelah itu klik add agar jenis pembayaran

Peningkatan program tersebut diarahkan agar operator bertanggungjawab terhadap mesin dengan melakukan aktivitas dasar seperti kebersihan, keteraturan tempat kerja sehingga

Pelaksanaan kegiatan ini merupakan kegiatan yang penting dalam pelaksanaan PPL. Saat praktik mengajar mahasiswa akan dituntut untuk mengajar langsung di dalam

Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.Wayang merupakan