• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kerentanan Perubahan Iklim di Kot (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kajian Kerentanan Perubahan Iklim di Kot (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Konstruksi,Vol. 1, No. 1, April 2013

| 19

JURNAL KONSTRUKSI

Kajian Kerentanan Perubahan Iklim di Kota Tarakan

*Ibnu Sofian **Yackob Astor

*Badan Informasi Geospasial (BIG)

Jl. Raya Jakarta Bogor Km.46 Cibinong, Bogor. Email: ibnusofian@gmail.com ** Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati)

Jl. Pemuda No.32 Cirebon. Email: yackobastor@yahoo.com

ABSTRAK

Lingkungan pantai merupakan daerah yang sangat rentan terhadap pengaruh aktivitas penduduk dan kondisi alam terutama pengaruh naiknya tinggi muka air laut akibat pemanasan global (global warming). Pulau Tarakan yang dikelilingi oleh lautan sangat mudah terpengaruh oleh kenaikan tinggi muka air laut yang dapat menyebabkan bahaya banjir (ROB), sedimentasi dan erosi. Kondisi ini semakin rentan dengan tingginya frekuensi terjadinya iklim ekstrim seperti El Niño dan La Niña.

Kajian ini bertujuan untuk memberikan dasar acuan informasi bagi pengembangan daerah pantai di Pulau Tarakan, juga dijadikan dasar acuan adaptasi untuk mengurangi risiko akibat terjadinya bencana alam yang berkaitan dengan kenaikan tinggi muka air laut. Metode yang digunakan untuk estimasi kenaikan tinggi muka air laut dan terjadinya extreme events ( El Niño dan La Niña) dalam penelitian ini adalah Trend analysis, analisis klimatologi, dan Wavelet analysis. Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM) merupakan data elevasi digunakan sebagai dasar pembuatan deliniasi daerah potensi genangan. Hasil kajian diperoleh bahwa kenaikan tinggi muka air laut dan subsiden di Pulau Tarakan akan menyebabkan terjadinya genangan terhadap daerah yang mempunyai elevasi ketinggian antara 0 m sampai 4 m pada tahun 2100. Secara umum daerah pantai di Pulau Tarakan akan tergerus dan tereduksi antara 2km sampai 5km. Pengaruh cuaca ekstrim menyebabkan daerah genangan meluas dengan penambahan tinggi genangan antara 3m.

Kata kunci: Sea Level Rise, El Niño dan La Niña.

ABSTRACT

Coastal environment is an area that is very susceptible from people activities influence and natural condition, especially sea level rise due global warming. Tarakan island that surrounded by the sea is very easily affected by sea level rise, that cause hazards of flooding (ROB), sedimentation and erosion. This condition is more vulnerable by extreme climate such as El Niño and La Niña. This study aims to provide basic reference information for development coastal areas in Tarakan island, also used for basic reference adaptation to reduce risks from natural disasters related sea level rise. The methods used are Trend Analysis, Climatology Analysis and Wavelet Analysis to estimate sea level rise and extreme events (El Niño and La Niña). Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM) is elevation data used for delineate potential inundation area. The results found that sea level rise and subsidence in Tarakan island will cause inundation for the area that has elevation height between 0 m to 4 m in 2100. In general, coastal areas in Tarakan island will be eroded and reduced between 2km to 5km. Effect from extreme events is extends inundation area with addition high between 3m.

(2)

Kajian Kerentanan Perubahan Iklim Di Kota Tarakan

Jurnal Konstruksi, Vol. 1, No. 1, April 2013

| 20

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perubahan iklim global telah meningkatkan suhu atmosfer global dan berdampak pula pada sistem hidrologi di bumi. Hal ini pada akhirnya berdampak negatif terhadap ekosistem alam dan kehidupan manusia secara luas. Pemanasan global yang terjadi berdampak pada aspek lingkungan dan sosial, terutama pada kenaikan permukaan air laut, perubahan pada pola curah hujan, serta meningkatnya kejadian-kejadian cuaca ekstrim. Hal ini terasa juga dampaknya di Kota Tarakan.

Perlu dirumuskan strategi dan rencana aksi bagi Negara untuk melindungi warganya dari bencana alam dan lingkungan yang lebih aman. Untuk itu, masyarakat harus mengenali dan memperkuat metode-metode tradisional dan mencari jalan baru untuk hidup dengan risiko bencana, dan mengambil langkah-langkah penting untuk mencegah dan juga mengurangi dampak dari bencana. Kapasitas untuk melakukan hal ini sangat memungkinkan. Tata ruang nasional yang berwawasan nusantara dijadikan pedoman bagi perencanaan pembangunan agar penataan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan secara aman, tertib, efisien dan efektif.

Lingkungan pantai merupakan daerah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim terutama pengaruh yang diakibatkan oleh naiknya permukaan air laut, baik akibat ekspansi volume air laut karena naiknya suhu air laut atau mencairnya es glasier dan es di kutub utara dan selatan. Meskipun dampak kenaikan tinggi muka air laut hanya menjadi wacana di kalangan ilmuwan, tetapi setiap penduduk terutama yang tinggal di daerah pantai harus tanggap akan resiko terhadap penurunan kualitas kehidupan di lingkungan pantai akibat naiknya tinggi muka air laut.

Letak geografis Kota Tarakan antara 117034’ Bujur Barat dan 117038’ Bujur Timur serta diantara 3019’ Lintang Utara dan 3020’ Lintang Selatan. Dengan luas daratan 250,80 km² dan luas laut 406,53 km², disadari sebagai kota pulau akan sangat rentan terhadap pengaruh kenaikan tinggi muka air laut terutama terhadap bahaya banjir (ROB), sedimentasi dan erosi. Kondisi ini semakin rentan dengan semakin tingginya frekuensi terjadinya iklim ekstrim seperti El

Nino dan La Nina. Untuk mengatasi perubahan iklim tersebut, maka pembangunan ekonomi dan pembangunan lingkungan hidup diperlukan kebijakan yang berpihak pada upaya pelestarian alam sebagai upaya adaptasi terhadap perubahan iklim tersebut. Tanpa ada visi dan misi yang jelas tentang bagaimana mengelola dan mengatasi perubahan iklim global maka tidak akan menyentuh rasa keadilan, kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

Tantangan yang dihadapi dalam perubahan iklim global di masa depan adalah bagaimana memanfaatkan dan memelihara sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi penanggulangan bencana serta pencegahannya, dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat sejalan dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang berkaitan dengan makin meluasnya tuntutan masyarakat untuk memperoleh kualitas lingkungan hidup yang semakin baik dan adil. Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan salah satu aset utama untuk mendukung terciptanya tujuan utama pembangunan. Telah dipahami bersama bahwa ketersediaan sumber daya alam dan kualitas lingkungan hidup yang baik akan mendukung kesinambungan pembangunan pada saat ini dan di masa yang akan datang.

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk memberikan pemahaman mengenai pentingnya kajian kerentanan dalam perubahan iklim serta memperkirakan dampak perubahan iklim pada sektor yang rentan di Kota Tarakan terutama pada sektor pesisir dan kelautan. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi pengembangan daerah pantai Kota Tarakan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim terutama terhadap sea level rise (kenaikan TML). 2. Memberikan gambaran berupa peta

rendaman yang dapat dijadikan sebagai dasar acuan adaptasi untuk mengurasi risiko akibat terjadinya bencana alam yang berkaitan dengan kenaikan TML.

1.3 Lingkup Kegiatan

Lingkup dari kegiatan Sosialisasi dan Kajian Kerentanan Perubahan Iklim di Kota Tarakan adalah sebagai berikut:

(3)

Jurnal Konstruksi, Vol. 1, No. 1, April 2013

| 21

2. Memprediksi kenaikan muka air laut sebagai

salah satu ancaman perubahan iklim. 3. Menganalisa sektor yang rentan dan

diperkirakan terkena dampak perubahan iklim dalam hal ini sektor kelautan dan pesisir.

4. Membuat peta rendaman akibat kenaikan muka air laut.

1.4 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kota Tarakan yang difokuskan pada daerah pesisir dan kelautan yang memiliki nilai strategis, seperti kawasan pariwisata, permukiman, pusat kegiatan ekonomi, serta infrastruktur penting seperti pelabuhan, bandara udara, serta jalan lingkar (Ring Road). Ilustrasi pantai dan Kota Tarakan seperti pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Kota Tarakan (Sumber: Bappeda Kota Tarakan, 2008)

1.5 Kemanfaatan Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, antara lain:

1. Hasil kajian kerentanan perubahan iklim di Kota Tarakan berupa skenario kenaikan permukaan air laut di kota Tarakan. Hasil kajian ini dapat digunakan sebagai acuan kebijakan perubahan iklim oleh para pemangku kepentingan. Selanjutnya hasil kajian ini, tidak hanya berisi kajian ilmiah seputar perubahan iklim, tetapi juga memuat data-data terkini iklim di Kota Tarakan. Sebagai penutup, kajian ini juga memuat skenario perubahan iklim selama beberapa puluh tahun, sampai tahun 2100.

2. Peta rendaman kawasan pesisir dengan berbagai proyeksi hingga tahun 2100. Dari peta yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan informasi berupa prediksi

lokasi wilayah-wilayah yang akan terendam akibat terjadinya kenaikan permukaan air laut dalam jangka waktu 100 tahun kedepan. Hasil pemeraan ini sangat bermanfaat bagi para pembuat kebijakan dan lembaga lainnya agar dapat memberikan dukungan yang lebih tepat sasaran bagi usaha-usaha penanganan perubahan iklim di wilayah-wilayah tersebut.

Data dan Metode 1.6 Data

Data tinggi muka air laut yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Data historis yang terdiri dari:

 Data pasang surut (pasut), yang diambil dari data pasut di Bitung, Tawau dan Sadakan. Penghitungan MSL (mean sea level, rata-rata ketinggian muka air laut). Data pasang surut diperoleh dari UHSLC (University of Hawaii Sea Level Center).  Data satelit altimeter yang merupakan

gabungan (merger) dari beberapa satelit altimeter seperti TOPEX/Poseidon (T/P), GFO, Envisat, ERS-1 dan 2, serta Jason-1, yang tersedia sejak Oktober 1992, sampai Oktober 2008. Data altimeter ini diperoleh dari AVISO (AVISO, 2004).

2. Data hasil permodelan sampai tahun 2100 diperoleh dari permodelan IPCC berdasarkan scenario Special Report on Emission Scenario (SRES) b1, a1b dan b2, dengan proyeksi konsentrasi CO2 pada tahun 2100

sebesar 720ppm (part per million) dan 540ppm. Data model IPCC yang digunakan adalah data suhu permukaan laut dan data ketinggian muka air laut.

3. Data penunjang yang digunakan dalam kajian ini, meliputi:

 Data suhu permukaan laut (SPL), yang berasal dari NOAA (National Oceanography and Atmospheric Agency) OI (Optimal Interpolation) (Reynolds, 1994) dari tahun 1981 sampai 2008.  Data konsentrasi klorofil-a hasil estimasi

dengan menggunakan satelit MODIS, dan SeaWifs.

2. Metodologi Kajian

(4)

Kajian Kerentanan Perubahan Iklim Di Kota Tarakan

Jurnal Konstruksi, Vol. 1, No. 1, April 2013

| 22

El Niño dan La Niña, dalam penelitian ini terdiri

dari:

1. Trend analysis yang digunakan untuk mengetahui kecendrungan serta tingkat kenaikan tinggi muka air laut berdasarkan data historis yang meliputi data satelit almeter, maupun data hasil model IPCC. Dalam hal ini, trend analysis merupakan analisa regresi linier tinggi muka air laut terhadap waktu dalam bulan, dengan persamaan matematis y = a + bt. Dimana y adalah tinggi muka air laut, t waktu dalam bulan, a offset, dan b adalah tingkat kenaikan (slope, trend). Detail diagram alir penghitungan kenaikan tinggi muka air laut dengan menggunakan trend analysis seperti terlihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Diagram alir estimasi kenaikan tinggi muka air laut dengan menggunakan data historis

dan model IPCC.

2. Pembuatan data klimatologi untuk mengetahui pengaruh monsun terhadap karakteristik klorofil-a, curah hujan, SPL, dan ketinggian muka air laut. Hasil analisa klimatologi juga digunakan untuk mendeteksi konsistensi model terhadap data historis. Gambar 2.2 menunjukkan komparasi data klimatologis antara hassil model dengan data historis di perairan Pulau Tarakan dengan menggunakan data tinggi muka air laut. Data model MRI (Marine Research Institute) Jepang, mempunyai karakter yang sama dengan data pasut dan data altimeter, dengan tinggi muka air laut terendah pada bulan Agustus sampai september, dan tinggi muka air laut tertinggi terjadi pada bulan Januari sampai April. Berdasarkan uji komparassi ini, maka data SPL dari model MRI digunakan sebagai acuan untuk mendeteksi terjadinya extreme events.

Gambar 2.2 Klimatologi tinggi muka air laut berdasarkan data pasut, altimeter

dan model

Gambar 2.3 Wavelet Morlet

3. Wavelet analysis digunakan untuk mendeteksi waktu dan terjadinya El Niño dan La Niña dari tahun 2000 sampai 2100. Detail deskripsi dan algoritma numerik yang digunakan dalam analisa wavelet dapat dilihat di Torrence and Compo (1999). Wavelet analysis juga dikenal sebagai salah satu metode untuk melakukan analisa Time-frequency. Wavelet model yang digunakan untuk mendeteksi waktu dan frekuensi El Niño dan La Niña (ENSO, El Niño Southern Oscillation) adalah fungsi Morlet pada orde 6. Fungsi Morlet dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 2.3 Transformasi wavelet mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan transformasi Fourier yang sering digunakan.

(5)

Jurnal Konstruksi, Vol. 1, No. 1, April 2013

| 23

transformasi wavelet ini, maka analisa

wavelet digunakan untuk mendeteksi waktu dan frekuensi terjadinya ENSO sampai tahun 2100. Untuk mendeteksi waktu dan frekuensi terjadinya ENSO dilakukan dengan implementasi analisa wavelet pada SPL di daerah Pasifik Timur yang didefinisikan antara 150°BB (bujur barat) sampai 90°BB dan dari 5°LU (lintang utara) sampai 5°LS (lintang selatan), atau yang disebut daerah Nino3.

4. Secara umum proses estimasi rendaman air laut dapat dilihat pada Gambar 2.4 Data proyeksi TML berdasarkan data model, altimeter dan pasut. Sementara data pasut tertinggi bulanan berdasarkan data hasil permodelan OTIS (Ocean Tidal Inverse Solutions). Data Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM) yang merupakan data elevasi (Digital Elevation Model, DEM) digunakan sebagai dasar pembuatan dasar deliniasi daerah potensi genangan.

Gambar 2.4 Diagram alir proses dan metode umum untuk estimasi daerah genangan air laut

pada tahun 2100

3. Proyeksi Daerah Rendaman

Secara umum proses estimasi daerah rendaman karena kenaikan TML menggunakan data Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM) dengan resolusi spasial 90m, dan menggunakan data TML, serta prediksi level penurunan permukaan tanah (level subsidens). Disamping data tersebut diatas, juga digunakan data pasang surut tertinggi bulanan akibat gaya gravitasi, kenaikan TML akibat La Nina, serta ketinggian gelombang pada cuaca ekstrim.

3.1 Estimasi Daerah Rendaman

Gambar 3.3 menunjukkan daerah yang berpotensi tergenang air laut (inundasi) pada tahun 2100, saat kondisi tenang, hanya pengaruh pasang surut bulanan, dengan menggunakan persamaan seperti berikut:

T= MSL+ SL + Hps + L+ Wh

Dimana: T = tinggi muka air laut SL = level subsidens

Hps = tidal forcing

dengan MSL =1m, SL =1m, Hps=1,2m

(6)

Kajian Kerentanan Perubahan Iklim Di Kota Tarakan

Jurnal Konstruksi, Vol. 1, No. 1, April 2013

| 24

Gambar 3.1 Proyeksi rendaman air laut pada

cuaca tenang tahun 2100, dengan kenaikan TML sebesar 1m, level subsiden 1m, dan pasang surut

1,2m.

Daerah yang terendam paling luas adalah Tarakan Barat, dengan beberapa jalan utama terendam, jalur ring road di Tarakan Utara sebagian ruas jalan terendam, existing tambak udang akan terendam. Sementara itu intrusi air laut akan meninggi, dengan bertambah tingginya TML. Risiko banjir semakin tinggi karena penurunan kecepatan aliran sungai akibat penurunan selisih tinggi sungai dan tinggi muka laut (penurunan energy potensial), terutama daerah di sepanjang aliran sungai.

Sementara itu estimasi daerah genangan pada saat terjadi cuaca ekstrim yang disertai dengan gelombang ekstrim terlihat seperti pada Gambar 7. Tinggi rendaman dihitung berdasarkan persamaan seperti berikut:

T= MSL+ SL + Hps + L+ Wh

Dimana:T = tinggi muka air laut pada saat cuaca ekstrim

SL = level subsidens

Hps = tidal forcing

L = La Niña Wh = Wave height

dengan MSL =1m, SL =1m, Hps=1,2m, L=0.2m

dan Wh=2.2m

Hasil estimasi menunjukkan bahwa daerah Tarakan Utara tidak mengalami perubahan yang signifikan, meskipun terjadi perluasan daerah rendaman. Kota Tarakan terendam dengan

penambahan daerah rendaman dengan mundurnya garis pantai sebesar 2km sampai 5km. Tarakan Timur dan Tengah akan terpisah dengan nainya rendaman air laut. Lebih lanjut, risiko banjir akan semakin meningkat, terutama pada saat musim penghujan dan cuaca ekstrim, dan diperkirakan banjir akan menggenangi daerah di pantai dengan ketinggian antara 6m sampai 10m, sementara daerah dengan elevasi 0m sampai 6m akan terendam air laut. Berdasarkan kondisi tersebut, adaptasi terhadap perubahan iklim, termasuk kenaikan tinggi muka laut menjadi sangat penting untuk mengurangi risiko bencana banjir yang akan terjadi jika tidak dilakukan adaptasi yang benar.

Gambar 3.2 Proyeksi rendaman air laut pada cuaca ekstrim tahun 2100, dengan kenaikan TML sebesar 1m, level subsiden 1m, pasang surut 1,2m, La Nina 0,2m dan tinggi gelombang sebesar 2,2m.

(7)

Jurnal Konstruksi, Vol. 1, No. 1, April 2013

| 25

0 meter

1 meter

2 meter

3 meter

4 meter

5 meter

6 meter

Gambar 3.3 Evolusi daerah rendaman di Tarakan Kota pada tahun 2100

4. Kesimpulan dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dampak pemanasan global terhadap tinggi muka laut (TML), SPL dan iklim ekstrim yang terdiri dari El Nino dan La Nina, dapat disimpulkan bahwa:

(8)

Kajian Kerentanan Perubahan Iklim Di Kota Tarakan

Jurnal Konstruksi, Vol. 1, No. 1, April 2013

| 26

Gray: menunjukkan hasil observasi

2. Hasil estimasi model relatif sama dengan estimasi berdasarkan data observasi, meskipun SPL hasil estimasi model cenderung lebih tinggi, dengan rentang yang rendah antara tren tertinggi dan terendah, sebesar 0.07 ºC/tahun.

3. Kenaikan SPL yang tinggi akan membawa dampak terhadap potensi tangkapan ikan dan kerusakan terumbu karang. Daerah tangkapan ikan akan berpindah dari daerah tropis termasuk Samudera Indonesia dan Laut Banda serta Flores ke daerah sub-tropis dengan suhu yang lebih rendah. Sementara itu, jika tingkat kenaikan (rate) SPL masih dalam batas adaptasi terumbu karang dan habitat biota pantai lain, maka kerusakan biota pantai akibat peningkatan SPL, dapat dihindari.

4. Pola arus musiman dan ITF mungkin akan terpengaruh dengan adanya kenaikan TML yang tidak seragam, dengan kenaikan TML di Samudera Pasifik lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan TML di Samudera Hindia. Pada akhirnya pola arus geostrofik akan lebih mendominasi dibandingkan dengan kondisi sekarang. Perubahan pola arus ini dapat meyebabkan semakin intensifnya abrasi dan erosi di pantai timur Pulau Tarakan yang didominasi oleh pengaruh arus di Selat Makassar.

5. Berdasarkan data pasut, Kenaikan TML bervariasi antara 0.45cm/tahun sampai 0.62cm/tahun. Nilai rata-rata kenaikan TML di perairan sekitar Tarakan antara 0.55cm/tahun sampai 0.57cm/tahun. Proyeksi kenaikan TML pada tahun 2030 diperkirakan mencapai 16cm±3cm relatif

terhadap TML di tahun 2000. Selanjutnya TML akan bergerak naik seiring dengan peningkatan SPL. TML akan naik sebesar 28cm±5cm dan 45cm±9cm, masing-masing pada tahun 2050 dan 2080. Pada akhirnya TML akan naik sebesar 55cm±10cm di tahun 2100. Sebagai tambahan, kenaikan TML ini berkaitan erat dengan kenaikan SPL, dengan asumsi kenaikan setiap 1°C SPL meningkatkan TML sebesar 20cm sampai 40cm, maka kenaikan TML akan mencapai 45cm sampai 80cm berdasarkan tingkat kenaikan SPL sebesar 1.5°C sampai 2°C pada tahun 2100. Model IPCC menunjukkan bahwa tingkat kenaikan TML berkisar antara 0.7cm/tahun sampai 0.8cm/tahun. TML naik 22.5±1.5cm pada tahun 2030 relatif terhadap TML tahun 2000, selanjutnya akan berkisar antara 35cm sampai 40cm pada tahun 2050. TML akan terus naik dan mencapai 56cm sampai 60±4cm pada tahun 2080, dan mencapai 75±5cm pada tahun 2100.

6. Berdasarkan hasil penelitian sejak tahun 2006, dengan memasukkan perubahan massa es dinamis dari mencairnya es di Greenland dan Antartika, didapatkan bahwa tingkat kenaikan TML akan mencapai 175cm pada tahun 2100 relatif terhadap TML tahun 2000. Sementara itu TML pada tahun 2030 naik sebesar 52.5cm, tahun 2050 naik sebesar 87.5, dan naik 140cm pada tahun 2080. Kecendrungan ini mendorong makin tingginya abrasi, erosi dan genangan air laut, tidak hanya disebabkan oleh makin tingginya TML, tapi juga oleh gelombang badai, pasang surut akibat gravitasi bulan dan matahari, serta iklim ekstrim seperti La nina yang termodulasi dengan tingginya TML terrsebut.

7. Hasil analisa kejadian extreme events (ENSO) sampai tahun 2100 dengan menggunakan hasil model untuk SPL di daerah NINO3, menunjukkan terjadinya kenaikan frekuensi ENSO dari 3 sampai 7 tahun sekali, menjadi 2 tahun sekali.

(9)

Jurnal Konstruksi, Vol. 1, No. 1, April 2013

| 27

9. La Niña dan El Niño mengakibatkan

terjadinya gelombang pasang dengan variasi antara 1.7m sampai 2.25m. Tingginya gelombang laut pada fase El Niño dan La Niña akan mempertinggi intensitas erosi dan abrasi, dengan tingkat kerusakan yang tinggi pula. Pada akhirnya, dengan intensitas El Niño dan La Niña yang semakin tinggi, dapat mengakibatkan tingkat perubahan garis pantai yang semakin tinggi pula, meskipun tingkat kenaikan TML hanya 1cm/tahun.

10. Kenaikan tinggi muka air laut dan subsidens di Pulau Tarakan, akan menyebabkan terjadinya genangan terhadap daerah yang mempunyai elevasi ketinggian antara 0m sampai 4m pada tahun 2100. Secara umum daerah pantai di Pulau tarakan, akan tergerus dan tereduksi antara 2km sampai 5km. Pengaruh cuaca ekstrim, daerah genangan meluas dengan penambahan tinggi genangan antara 3m.

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan diatas, maka rekomendasi adaptasi yang mungkin dilakukan untuk mengurangi dampak pemasan global terhadap sektor kelautan dan pesisir seperti dibawah ini:

1. Peningkatan sumberdaya manusia meliputi pendidikan, keahlian dan pengalaman dalam pengelolaan kawasan pesisir dan lahan basah (wetland).

2. Pembangunan ekologi pantai meliputi konservasi pantai, wetland dan lain-lain. 3. Memperkuat Disaster Warning System

(DWS) dalam antisipasi terjadinya gelombang pasang, maupun storm surges, terutama untuk sektor transportasi.

4. Memperkuat manajemen pengelolaan pantai yang meliputi manajemen data yang akurat, baik data TML, maupun data kejadian ekstrim yang terdiri dari banjir dan gelombang pasang, yang akan digunakan untuk monitoring dampak pemanasan global yang berkelanjutan,

5. Pembuatan bangunan penahan gelombang, atau penanaman mangrove untuk mengurangi dampak gelombang ekstrim.

DAFTAR PUSTAKA

Bamber J.L., R.L. Layberry, and S.P. Gogenini, 2001, A new ice thickness and bedrock data set for the Greenland ice sheet, JGR Atmospheres, 106, D24: 33773-33780. Bindoff, N.L., Solomon, S., D. Qin, M.

Manning, Z. Chen, M. Marquis, K.B. Averyt, M. Tignor, and H.L. Miller, 2007: Observations: Oceanic climate change and sea level. In: Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Cambridge University Press, Cambridge, United Kingdom, 385-432.

Coles, S. L., and B.E. Brown, 2003, Coral bleaching—capacity for acclimatization and adaptation, J. Adv. Mar. Bio., Vol. 86, pp. 183-223.

Egbert, G. D., A. F. Bennett, and M. G. G. Foreman, 1994: TOPEX/Poseidon tides estimated using a global inverse model. J. Geophys. Res., 99, 24 821–24 852.

Folland, C.K., N.A. Rayner, S.J. Brown, T.M. Smith, S.S.P. Shen, D.E. Parker, I. Macadam, P.D. Jones, R.N. Jones, N. Nicholls and D.M.H. Sexton (2001). "Global temperature change and its uncertainties since 1861". Geophysical Research Letters 28: 2621-2624.

Hoegh-Guldberg, O., 1999, Climate change:

coral bleaching and the future of the world’s

coral reefs, J. Mar. and Fresh. Res., Vol. 50, pp. 839-866.

Intergovernmental Panel on Climate Change, 2007, Climate Change 2007 - The Physical Science Basis: Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the IPCC. Cambridge, Cambridge University Press.

Knutti, Reto and T. F. Stocker, 2000, Influence of the Thermohaline Circulation on Projected Sea Level Rise, Journal of Climate 13, 12: 1997-2001.

Lythe, B. Matthew, D. G. Vaughan and the BEDMAP Consortium, 2001, BEDMAP: A new ice thickness and subglacial topographic model of Antarctica, J. Geo. Res. 106, B6: 11335–11351.

(10)

Kajian Kerentanan Perubahan Iklim Di Kota Tarakan

Jurnal Konstruksi, Vol. 1, No. 1, April 2013

| 28

Meehl, G. A., Solomon, S., D. Qin, M. Manning,

Z. Chen, M. Marquis, K.B. Averyt, M. Tignor, and H.L. Miller in: Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change, Cambridge University Press, Cambridge, United Kingdom, 748-845. Rahmstorf, S., 2007: A semi-empirical approach

to projecting future sea-level rise. Science, 315, 368-370.

Rayner, N. A., D. E. Parker, E. B. Horton, C. K. Folland, L. V. Alexander, and D. P. Rowell, 2003, Global analyses of sea surface temperature, sea ice, and night marine air temperature since the late nineteenth century, J. Geph. Res., VOL. 108, NO. D14, 4407.

Ridley, J.K., P. Huybrechts, J.M. Gregory, and J.A. Lowe, 2005: Elimination of the Greenland ice sheet in a high CO2 climate. Journal of Climate, Vol 18, 3409-3427. Rignot, Eric and P. Kanagaratnam, 2006,

Changes in the Velocity Structure of the Greenland Ice Sheet, Science, 311, 5763: 986-990.

Sofian, I, 2009, Kajian Dasar (Scientific Basis) dalam Pengarusutamaan Perubahan Iklim di Indonesia: Proyeksi Sea Level Rise dan Extreme Events, Bappenas-GTZ (in press). Steffen, K., P. U. Clark., J. G. Cogley, D.

Holland, S. Marshall, E. Rignot, and R. Thomas, 2009, Rapid Changes in Glaciers and Ice Sheets and their Impacts on Sea Level in: Abrupt Climate Change, Final Report, Synthesis and Assessment Product 3.4, U. S. Geological Survey.

Timmermann, A., M. Latif, A. Bacher, J. Oberhuber, E. Roeckner, 1999, Increased El-Niño, Nature, 398, 694-696.

Timmermann, A., 2001, Changes of ENSO stability due to Greenhouse Warming, Geophysical Research Letters, 28, 8: 2064-2066.

Gambar

Gambar 1.1 Kota Tarakan (Sumber: Bappeda Kota Tarakan, 2008)
Gambar 2.2 Klimatologi tinggi muka air laut berdasarkan data pasut, altimeter
Gambar 2.4 Diagram alir proses dan metode umum untuk estimasi daerah genangan air laut
Gambar 3.1 Proyeksi rendaman air laut pada cuaca tenang tahun 2100, dengan kenaikan TML
+2

Referensi

Dokumen terkait

dengan TG-DTA tersebut, dapat diketahui pengaruh konsentrasi NaCl terhadap perubahan berat total, titik lebur dan fenomena yang terjadi selama proses pemanasan / peleburan garam

Setelah Presiden Hosni Mubarak jatuh, militer Mesir menghadapi tantangan serius bagaimana mereka menstranformasikan diri menjadi organisasi militer yang profesional dan

Zaki A., M.Kom Prind Triajeng P, M.Kom Siti Asmiatun, M.Kom Fahrul Pradhana P., M.Kom.. Fuzzy

Bahan yang digunakan sebagai pembuatan elektroda karbon adalah karbon aktif dari bahan tempurung kelapa yang telah dipanasakan pada temperatur 80 o C selama 24 jam dan

Meningkatnya konsentrasi ambien menyebabkan meningkatnya dampak pencemaran pada kesehatan manusia dan nilai ekonomi dari gangguan kesehatan tersebut (Gambar 4 dan Gambar 5).. Gambar

SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP UP adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran setiap tahun anggaran setelah dikeluarkannya SK

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode latihan berstruktur yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa mengikuti langkah-langkah sebagai berikut (1) guru

Pelaksanaan kegiatan sosialisasi Massage bagi Eks Tenaga Kerja Indonesia di-Subang Jawa Barat dapat berjalan sesuai dengan rencana program yang telah ditentukan baik dari segi