• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Hukum Pembuktian Dalam Transaksi Transfer Dana Dengan Menggunakan Telepon Seluler

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aspek Hukum Pembuktian Dalam Transaksi Transfer Dana Dengan Menggunakan Telepon Seluler"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 A.Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia pada berbagai aspek kehidupan, yang dilakukan secara berkelanjutan berlandaskan pada kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan perkembangan global. Pembangunan di bidang hukum merupakan bagian dari pembangunan nasional, karena hukum sebagai sarana pembaruan masyarakat tidak boleh ketinggalan dari proses perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. 1 Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mochtar Kusumaatmadja bahwa hukum sebagai sarana pembaruan (pembangunan) masyarakat harus berkembang seiring dengan lajunya pembangunan/perkembangan di segala bidang kehidupan.2

Peranan hukum dalam pembangunan adalah untuk menjamin bahwa perubahan itu terjadi dengan cara yang teratur. Perubahan hukum diarahkan sesuai dengan konsep pembangunan hukum di Indonesia, yang harus dilakukan dengan jalan peningkatan dan penyempurnaan pembinaan hukum nasional antara lain dengan mengadakan pembaruan, kodifikasi serta unifikasi hukum di bidang-bidang tertentu dengan jalan memperhatikan kesadaran hukum masyarakat; menertibkan fungsi lembaga hukum menurut proporsinya masing-masing;

1

Efa Laela Fakhriah, Bukti Elektronik dalam Sistem Pembuktian Perdata (Bandung: Alumni, 2009), hlm.1.

2 Ibid

(2)

peningkatan kemampuan dan kewibawaan penegak hukum; memupuk kesadaran hukum masyarakat; serta membina sikap para penguasa dan para pejabat pemerintah/Negara ke arah komitmen yang kuat dalam penegakan hukum, keadilan serta perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia.3

Pembaharuan pembangunan hukum ditandai dengan perkembangan yang terjadi dalam bidang perundang-undangan antara lain dengan terbentuknya berbagai perundang-undangan baru, seperti diantaranya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan (selanjutnya disebut UUP), Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 Tentang Dokumen Perusahaan (selanjutnya disebut UUDP), Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (selanjutnya disebut UU ITE) juga Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana (selanjutnya disebut UUTD). Pembentukan perundang-undangan itu dilakukan berdasarkan perkembangan kebutuhan hukum masyarakat dalam era globalisasi sekarang ini.4

Pembangunan hukum sebagaimana telah dikemukakan di atas, tidak dapat dipisahkan dari perkembangan masyarakat, khususnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini terkait dengan munculnya berbagai fenomena baru yang merupakan implikasi dari kemajuan teknologi dan informasi yang antara lain ditandai dengan era teknologi dan informatika yang memperkenalkan dunia maya (cyberspace) dengan hadirnya interconnected network (selanjutnya

3

Ilhami Bisri, Sistim Hukum Indonesia : Prinsip-Prinsip & Implementasi Hukum di Indonesia (Jakarta : Rajawali Pers, 2004), hlm. 127.

4

(3)

disebut internet) yang mempergunakan komunikasi tanpa kertas (paperless

document).5

Lembaga perbankan yang sarat dengan teknologi harus mengikuti dan mengusahakan teknologi sebagai bagian dari sistem pelayanannya, yang dikenal dengan electronic banking (selanjutnya disebut e-banking). Perkembangan teknologi akan mengubah secara radikal sistem transaksi perbankan, yang pada akhirnya mengubah budaya perbankan. Transaksi-transaksi konvensional melalui kertas, cepat atau lambat akan ditinggalkan. Pada akhirnya, transaksi perbankan akan sangat tergantung pada perkembangan sistem komunikasi ini. Tegasnya,

e-banking merupakan tumpuan harapan dari seluruh transaksi perbankan di masa

mendatang.6 Secara umum, sistem layanan perbankan yang menggunakan

e-banking dikategorikan antara lain Automatic Teller Machine (selanjutnya disebut

ATM) Banking; Kartu Debit; Kartu Kredit; Internet Banking; Short Message

Service (selanjutnya disebut SMS) Banking; Call Banking; Phone Banking, IP

Phone Banking; kartu penarikan fasilitas lain, termasuk sarana bayar lainnya.7

Berdasarkan sistem layanan perbankan di atas penggunaan telepon seluler untuk transaksi e-banking lebih mudah dikarenakan telepon seluler (ponsel) atau telepon genggam (telgam) atau handphone (HP) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa ke mana-mana dan tidak perlu

5Ibid

.

6

Try Widiyono., Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di Indonesia

(Bogor: Ghalia Indonesia, 2006), hlm.195.

7 Ibid

(4)

disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel.8 Saat ini Indonesia mempunyai dua jaringan telepon nirkabel yaitu sistem GSM (Global System for

Mobile Telecommunications) dan sistem CDMA (CodeDivision Multiple Access).

Adapun perusahaan penyelenggara telekomunikasi seluler terbesar di Indonesia adalah Telkomsel, XL, dan Indosat. Untuk lebih mendorong perluasan layanan, Bank Indonesia (selanjutnya disebut BI) melakukan fasilitasi untuk menciptakan sinergi kerjasama bisnis antar pelaku sistem pembayaran, yaitu dengan melakukan interkoneksi antar ketiga perusahaan telekomunikasi tersebut. Interkoneksi layanan transfer antaroperator seluler tersebut bertujuan untuk efisiensi industri sistem pembayaran dan diharapkan dapat mendorong percepatan adopsi uang elektronik secara massal. Selain itu juga akan memberikan lebih banyak kemudahan bagi nasabah untuk melakukan transfer dana dan kedepannya layanan pembayaran lintas operator serta mendukung keuangan inklusif.9

Layanan pembayaran lintas operator seluler yang canggih atau fasilitas apa saja yang dapat dimanfaatkan nasabah berdasarkan ketentuan-ketentuan yang terdapat pada masing-masing layanan, baik secara tertulis maupun yang terdapat dalam mesin ATM pada saat pendaftaran dan atau input data, dimana masing-masing bank mempunyai fasilitas e-banking yang berbeda-beda, sesuai tingkat teknologi informasi yang dimiliki. Penggunaan layanan ini tidak selalu berjalan

8

Telepon Genggam, tanggal 23 Oktober 2014).

9

Transaksi Transfer Dana via Ponsel Melonjak, http://bisnis

(5)

dengan baik karena kelalaian nasabah atau kesalahan oleh pihak bank sehingga menyebabkan adanya pihak yang dirugikan. Dalam penyelesaian masalah ini diperlukan adanya alat bukti yang dapat menerangkan siapa pihak yang telah melakukan kesalahan. Akan tetapi sistem pembuktian atas transaksi e-banking

masih diperdebatkan.10

Dilihat dari aspek pembuktian, maka input data yang terdapat dan atau yang dikeluarkan oleh sarana elektronik tersebut belum sepenuhnya mendapatkan perlindungan hukum sebagai alat bukti di hadapan hakim pengadilan. Hal ini dapat dilihat dari praktik yang mengharuskan adanya print out dalam bentu kertas

(paper).11

B.Rumusan Masalah

Hal inilah yang melatarbelakangi saya menguraikan tentang Aspek Hukum Pembuktian Dalam Transaksi Transfer Dana Dengan Menggunakan Telepon Seluler.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang menjadi pembahasan dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimana ketentuan alat bukti elektronik menurut peraturan perundang- undangan di Indonesia?

2. Bagaimana transaksi transfer dana dengan menggunakan telepon seluler menurut hukum positif ?

3. Bagaimana keabsahan pembuktian dalam transaksi transfer dana dengan menggunakan telepon seluler?

10

Try Widiyono, Op.Cit., hlm. 196.

11Ibid

(6)

C.Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana ketentuan alat bukti elektronik menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia.

b. Untuk mengetahui bagaimana transaksi transfer dana dengan menggunakan telepon seluler menurut hukum positif.

c. Untuk mengetahui keabsahan pembuktian dalam transfer dana dengan menggunakan telepon seluler.

2. Manfaat penulisan

Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini memiliki manfaat antara lain: a. Secara teoritis

Sebagai sumbangsih pemikiran penulis, skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan dokumentasi segi hukum dalam rangka membahas penerapan alat bukti elektronik dalam transaksi transfer dana dengan menggunakan telepon seluler dalam ketentuan undang-undang. b. Secara praktis

(7)

c. Secara akademis

Secara akademis, manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam hal ini Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

D.Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul “Aspek Hukum Pembuktian dalam Transaksi Transfer Dana dengan Menggunakan Telepon Seluler”, yang belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Hal ini dibenarkan oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum/ Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum yang menyatakan bahwa “tidak ada judul yang sama” dan tidak terlihat adanya keterkaitan.

Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah hasil pemikiran penulis yang dikaitkan dengan teori-teori hukum yang berlaku, referensi-referensi buku, media elektronik dan bantuan dari berbagai pihak, dalam rangka memenuhi tugas akhir dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(8)

E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian transaksi elektronik

Transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya.12 Pada perkembangannya, transaksi yang memanfaatkan teknologi tersebut diatas dikenal dengan istilah electronic commerce (selanjutnya disebut e-commerce)

yang didefinisikan Wikipedia sebagai berikut:13

Pasal 1 Angka 2 UU ITE mendefinisikan Transaksi Elektronik sebagai transaksi yang dilakukan secara elektronik yang pada dasarnya merupakan perikatan-perikatan

Electronic commerce, commonly known as (electronic marketing) e-commerce or e-e-commerce, consist of the buying and selling of products or services over electronic systems such as the Internet and other computer networks. The amount of trade conducted electronically has grown extraordinarily with widespread Internet usage. The use of commerce is conducted in this way, spurring and drawing on innovations in electronic funds transfer, supply chain management, Internet marketing, online transaction processing, electronic data interchange (EDI), inventory management systems, and automated data collection systems. Modern electronic commerce typically uses the World Wide Web at least at some point in the transaction’s lifecycle, although it can encompass a wider range of technologies such as e-mail as well.

14

12

Republik Indonesia, Undang‐Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Bab I, Pasal 1 Angka 2.

13

Resa Raditio, Aspek Hukum Perikatan,Pembuktian,dan Penyelesaian Sengketa Dalam Transaksi Elektronik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm. 3.

14

Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. (Subekti, Hukum Perjanjian (Jakarta: Intermasa, 2004), hlm. 1.)

(9)

komputer global atau internet. Hubungan hukum sendiri dapat diartikan sebagai hubungan antara dua pihak atau lebih (subyek hukum) yang mempunyai akibat hukum berupa hak dan kewajiban sesuai hukum.15

Hubungan hukum dalam e-commerce tersebut timbul sebagai perwujudan dari asas kebebasan berkontrak (laissez faire) yang mengikat para pihak (pacta

sun servanda)16. Hal ini diatur dalam “buku wajib” aturan hukum perdata di

Indonesia, yaitu Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ( selanjutnya disebut KUH Pdt.) yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku halnya sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Meskipun demikian, kebebasan berkontrak dalam e-commerce tetap mempunyai pembatasan-pembatasan dalam KUH Pdt.17

a. Adanya kesepakatan kedua belah pihak

, sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUH Pdt. yang menyatakan bahwa sahnya suatu perjanjian wajib didasarkan pada:

Kesepakatan adalah persesuaiam kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lain. Pengertian sesuai disini adalah pernyataannya, karena kehendak itu tidak dapat dilihat/diketahui oleh orang lain.18

15

Resa Raditio, Op.Cit.,hlm. 7.

16

Asas pacta sunt servanda merupakan asas dalam hukum perdata yang menyangkut kontrak atau disebut juga asas kepastian hukum. Asas ini berhubungan dengan akibat kontrak dimana hakim atau pihak ketiga tidak boleh mengintervensi kontrak. (Yahman, Karakteristik Wanprestasi dan Tindak Pidana Penipuan yang Lahir dari Hubungan Kontraktual (Surabaya: Kencana, 2014) hlm. 76.)

17

Pasal 53 UU ITE menyatakan bahwa pada saat berlakunya UU ITE , semua peraturan perundang-undangan dan kelembagaan yang berhubungan dengan pemanfaatan teknologi informasi yang tidak bertentangan dengan UU ITE dinyatakan tetap berlaku.

18

(10)

b. Kecakapan bertindak

Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan akibat hukum.19

Objek perjanjian adalah prestasi (pokok perjanjian). Prestasi adalah kewajiban debitor dan hak kreditor. Prestasi terdiri dari memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu. Prestasi harus dapat ditentukan, dibolehkan dimungkinkan, dan dapat dinilai dengan uang.

c. Adanya objek perjanjian

20

Pasal 1320 KUH Pdt. tidak menjelaskan pengertian kausa yang halal, dan dalam Pasal 1337 KUH Pdt. hanya disebutkan kausa yang terlarang. Dikatakan terlarang apabila perjanjian tersebut bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan atau ketertiban umum, maka ketentuan tersebut dikatakan tidak memiliki kekuatan atau lazim disebut batal demi hukum. d. Adanya kausa yang halal.

21

Berdasarkan ketentuan Pasal tersebut maka dapat terlihat bahwa keabsahan suatu kontrak diukur dari terpenuhinya kehendak para pihak pada klausula-klausula yang di sepakati. Itu sebabnya, Pasal 1320 KUH Pdt. dengan tegas menyebutkan kesepakatan para pihak sebagai unsur perjanjian yang pertama dan utama. Pasal 1320 Ayat (1) KUH Pdt. ini mewajibkan para pihak dalam membuat kontrak (perjanjian tertulis) harus sama-sama memberikan dan meminta

19Ibid

.,hlm. 84.

20Ibid

.,hlm. 85.

21Ibid

(11)

dipenuhinya hak dan kewajibannya. Kontraknya sendiri merupakan suatu ‘piagam’ yang menjadi dasar sekaligus pedoman bagi para pihak dalam melakukan perjanjian itu. Karena itu selama kontrak e-commerce telah memenuhi kesepakatan para pihak dan telah tertuang secara nyata (tertulis) maka secara hukum kontrak e-commerce tersebut dapat dikatakan telah memenuhi unsur pertama syarat sahnya perjanjian tersebut.22

2. Pengertian transfer dana

Hal ini pun telah sesuai dengan ketentuan Pasal 18 Ayat (1) UU ITE Jo. Pasal 19 UU ITE yang intinya menyatakan bahwa “para pihak yang melakukan transaksi elektronik harus menggunakan sistem elektronik yang disepakati.”

Transfer Dana adalah rangkaian kegiatan yang dimulai dengan perintah dari Pengirim Asal yang bertujuan memindahkan sejumlah Dana kepada Penerima yang disebutkan dalam Perintah Transfer Dana sampai dengan diterimanya Dana oleh Penerima.23

Hukum pembuktian adalah suatu rangkaian peraturan tata tertib yang harus dipedomani hakim dalam proses persidangan untuk menjatuhkan putusan bagi pencari keadilan.

3. Pengertian dan tujuan pembuktian

24

22

Resa Raditio, Op.Cit.,hlm. 7.

23

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab I, Pasal 1 Angka 1.

24

H.P.Panggabean, Hukum Pembuktian: Teori-Praktik dan Yurisprudensi Indonesia

(Jakarta : Alumni, 2012), hlm. 1.

(12)

menghasilkan suatu penetapan (jika pengadilan voluntair atau peradilan semu). Oleh karena itu, tujuan pembuktian adalah putusan hakim yang didasarkan pada pembuktian itu.25

F. Metode Penelitian 1. Spesifikasi penelitian

Penelitian merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris, yaitu research. Kata

research berasal dari re (kembali) dan to search (mencari). Research berarti

mencari kembali. Karena itu, penelitian pada dasarnya merupakan ”suatu upaya pencarian.” Pada dasarnya yang dicari adalah pengetahuan atau pengetahuan yang benar.26

Menurut Soerjono Soekanto, tipologi penelitian hukum dapat dibagi dalam hukum normatif dan hukum empiris. Hal ini diungkapkan sebagai berikut.27

Penelitian hukum normatif atau biasa disebut penelitian yuridis normatif, terdiri atas:

a. Penelitian hukum normatif

28

1) Penelitian terhadap asas-asas hukum; 2) Penelitian terhadap sistematika hukum; 3) Penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum; 4) Penelitian sejarah hukum;

25

Achmad Ali, Asas-Asas Hukum Pembuktian Perdata (Jakarta : Kencana, 2012), hlm. 57.

26

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hlm.1.

27Ibid

., hlm. 12 .

28Ibid

(13)

5) Penelitian perbandingan hukum. b. Penelitian hukum empiris

Penelitian hukum empiris atau sosiologis, terdiri atas:29 1) Penelitian terhadap identifikasi hukum; dan

2) Penelitian terhadap efektivitas hukum.

Penelitan hukum yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif yang merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari segi normatifnya. Dengan demikian penelitian ini meliputi penelitian terhadap sumber-sumber hukum, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen elektronik terkait, dan beberapa buku mengenai transaksi elektronik, transaksi transfer dana, telepon seluler, serta aspek hukum pembuktian.

Penulisan skripsi ini bersifat penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang keadaan yang menjadi objek penelitian yakni pembuktian dalam transaksi transfer dana dengan menggunakan telepon seluler. Penulisan skripsi ini juga menggunakan pendekatan yuridis yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka dan peraturan perundang-undangan serta literatur hukum yang berhubungan dengan permasalahan skripsi ini.

29Ibid

(14)

2. Data penelitian

Penelitian yuridis normatif menggunakan jenis data sekunder sebagai data utama. Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung dari objek penelitian. Data penelitian terdiri dari:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas (autoritatif).30

1) Peraturan perundang-undangan, misalnya KUH Pdt., Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (selanjutnya disebut KUHAP), UUTD, UU ITE, dan sebagainya.

Bahan hukum tersebut terdiri atas :

2) Catatatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan suatu peraturan perundang-undangan.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang merupakan dokumen yang tidak resmi.31

1) Buku-buku teks yang membahas tentang transaksi elektronik, transaksi transfer dana, telepon seluler, dan aspek hukum pembuktiannya.

Publikasi tersebut terdiri atas:

2) Artikel-artikel hukum.

30

Ibid., hlm. 47.

31

(15)

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier, yaitu mencakup bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, contohnya adalah kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif dan seterusnya.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan

(library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka

atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku, baik dari koleksi pribadi dan perpustakaan, artikel-artikel dari media elektronik, dan peraturan perundang-undangan.

4. Analisa data

Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.32

32

(16)

G.Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat hal-hal yang bersifat umum antara lain memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II KETENTUAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK MENURUT

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA Bab ini membahas tentang arti pembuktian dan hukum pembuktian, teori/sistem pembuktian, klasifikasi bukti elektronik dan ketentuan alat bukti elektronik menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia.

BAB III TRANSAKSI TRANSFER DANA DENGAN

MENGGUNAKAN TELEPON SELULER MENURUT HUKUM POSITIF

(17)

BAB IV KEABSAHAN PEMBUKTIAN DALAM TRANSAKSI TRANSFER DANA DENGAN MENGGUNAKAN TELEPON SELULER

Bab ini membahas tentang keabsahan pembuktian dalam transaksi transfer dana dengan menggunakan telepon seluler,beban pembuktian dalam transaksi transfer dana dengan menggunakan telepon seluler, implementasi pembuktian terkait sengketa dalam transfer dana dengan menggunakan telepon seluler.

BAB V PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana

Kista arachnoid ekstradural di tulang belakang merupakan kista yang langka dan jarang sebagai penyebab kompresi sumsum tulang belakang dan kista ini paling sering terjadi pada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, hasil perhitungan uji normalitas data dengan model Jarque Bera berdistribusi normal, hasil uji linieritas dengan model Ramsey

Simulasi Penjalaran Gelombang Tsunami Skenario tsunami B merupakan peristiwa tsunami yang diakibatkan oleh gempabumi yang mengakibatkan tsunami dengan magnitudo 7,1 SR

[r]

Faktor bentuk untuk elemen penampang yang diperkuat adalah Qa.. Besar tegangan kritis menurut AISC dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan tegangan kritis kolomseperti

Sehingga hal ini dapat membuktikan bahwa hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat membuktikan hipotesis tindakan penerapan strategi pembelajaran inkuiri dapat

Badan Wakaf UII Nomor 03 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pemilihan Rektor Dan Wakil Rektor Universitas Islam Indonesia dengan perkembangan pelbagai peraturan yang berlaku