• Tidak ada hasil yang ditemukan

T IPA 1204744 Chapter (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T IPA 1204744 Chapter (1)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Tujuan pendidikan nasional Indonesia secara umum adalah untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan diselenggarakan berbagai mata

pelajaran dengan tujuan khusus yang sesuai dengan karakteristiknya

masing-masing. Salah satu contohnya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah

(MTs) yang menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)

(2013e, hlm. 97) dilaksanakan untuk mengembangkan kepedulian terhadap

kelestarian sumber daya alam berdasarkan perspektif biologi, fisika, dan kimia”.

Implementasi Kurikulum 2013 dilaksanakan secara bertahap mulai tahun

2013. Pemaparan yang disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(Mendikbud) (2014) menjelaskan skema rencana Kemdikbud untuk mencapai

implementasi Kurikulum 2013 secara penuh di semua tingkatan sekolah pada

tahun 2015. Rencana tersebut disertai dengan rencana persiapan semua

komponen yang diperlukan baik personal maupun nonpersonal. Persiapan yang

matang untuk menyongsong implementasi kurikulum 2013 harus dilakukan

karena terdapat beberapa komponen yang berbeda dari kurikulum-kurikulum

sebelumnya. Perbedaan tersebut diantaranya adalah muatan literasi sains dalam

pendidikan IPA, penekanan pembelajaran IPA sebagai pembelajaran terpadu, dan

pengintegrasian TIK ke dalam semua mata pelajaran.

Literasi sains tidak dicantumkan secara eksplisit pada kurikulum 2013,

tetapi dari kandungan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) dapat

ditarik benang merah bahwa salah satu tujuan pendidikan IPA di SMP adalah

(2)

kesempatan sosialisasi Kurikulum 2013 selalu menyampaikan rendahnya

pencapaian peserta didik di Indonesia pada Trends in International Mathematics

and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment

(PISA) sebagai salah satu latar belakang dikembangkannya Kurikulum 2013, dan

menurut Sudiatmika (2010, hlm. 4) TIMSS maupun PISA merupakan studi

internasional yang mengukur literasi peserta didik.

“Literasi sains dianggap sebagai hasil belajar kunci dalam pendidikan ... “ (Toharudin dkk., 2011, hlm. 12), dan menurut Ogunkola (2013) semua orang

sepakat akan pentingnya literasi sains. Uni Eropa (dalam Okada, 2013)

menganggap literasi sains penting karena merupakan kompetensi kunci dalam

keikutsertaan dalam upaya mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Sebagai hasil belajar kunci seharusnya semua aspek literasi sains terkandung pada

setiap komponen pembelajaran IPA, termasuk bahan ajar yang digunakan.

Sayangnya penelitian Adisenjaja (2008) menemukan bahan ajar IPA lebih banyak

mengandung aspek pengetahuan (82%) dibandingkan dengan kandungan

penyelidikan hakikat sains (2%), sains sebagai cara berpikir (8%), serta interaksi

sains, teknologi, dan masyarakat (8%). Toharudin (2010) menilai lemahnya

muatan literasi sains pada pembelajaran IPA di tingkat pendidikan dasar menjadi

penyebab buruknya hasil yang dicapai peserta didik Indonesia pada TIMSS dan

PISA. Indonesia menduduki peringkat 40 dari 42 negara peserta pada TIMSS

2011, (Martin dkk., 2012, hlm. 40) dan menduduki peringkat 64 dari 65 negara

peserta pada PISA 2012 (OECD, 2013e, hlm. 5).

Di tingkat satuan pendidikan, rendahnya literasi sains peserta didik sangat

terasa. Pengalaman penulis sebagai guru mata pelajaran IPA di SMPN 1

Cipeucang Kabupaten Pandeglang menunjukkan bahwa sebagian besar peserta

didik belum mampu menunjukkan kompetensi sains. Mereka diantaranya sering

mengalami kesulitan ketika mengambil kesimpulan dan menginterpretasikan data

yang disajikan dalam bentuk grafik. Keadaan ini harus segera di atasi. Salah satu

upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan bahan ajar yang

memiliki kandungan literasi sains yang seimbang antara pengetahuan, kompetensi

(3)

Komponen Kurikulum 2013 yang juga harus mendapat perhatian adalah

proses pembelajaran IPA di tingkat SMP yang dilaksanakan secara terpadu.

Pembelajaran IPA terpadu harus mendapat perhatian karena hal itu sudah

dinyatakan secara eksplisit pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

sejak tahun 2006 tetapi pelaksanaanya masih belum optimal. Berbagai diskusi

yang dilaksanakan dalam forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPA

di Kabupaten Pandeglang sering menyimpulkan bahwa kurang optimalnya

pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu diantaranya disebabkan oleh dua faktor

yaitu faktor latar belakang pendidikan guru dan faktor kurangnya bahan ajar yang

mendukung pembelajaran IPA Terpadu.

Faktor pertama adalah latar belakang pendidikan guru IPA di SMP yang

kebanyakan berlatar belakang pendidikan Biologi atau pendidikan Fisika. Guru

IPA yang berlatar belakang pendidikan Biologi biasanya mengalami kesulitan

ketika menyampaikan konsep-konsep Fisika, dan sebaliknya guru IPA berlatar

belakang pendidikan Fisika biasanya mengalami kesulitan ketika menyampaikan

konsep-konsep Biologi. Faktor kedua adalah kurangnya bahan ajar yang

benar-benar mendukung pembelajaran IPA Terpadu. Bahan ajar yang tersedia dalam

bentuk buku paket, meskipun disampulnya tertulis Buku Mata Pelajaran IPA

Terpadu, sering dinilai oleh sebagian guru IPA hanya merupakan gabungan dan

bukan perpaduan konsep.

Kurikulum 2013 kembali menegaskan bahwa pembelajaran IPA di SMP

dilaksanakan secara tematik dan terpadu (Kemdikbud, 2013d). “Model

pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu model pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif

mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan autentik” (Depdikbud dalam Kemdikbud, 2013d, hlm. 171). Pembelajaran terpadu tersebut dilaksanakan dengan memadukan KI dan KD-KD yang memiliki

keterkaitan satu sama lain. Showalter (1979) berpendapat bahwa pembatasan

seputar pemisahan berbagai bidang kajian IPA harus diusahakan terjadi sesedikit

mungkin dengan cara merancang tujuan pembelajaran yang mencakup semua

(4)

proses pembelajaran yang lebih bermakna dengan mengaitkan berbagai konsep

yang diterima dalam pembelajaran dan mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehari-hari. Kurniawan (2011) menilai pembelajaran terpadu dapat meningkatkan

kebermaknaan pembelajaran. Meningkatnya kebermaknaan melalui pembelajaran

terpadu terjadi karena peserta didik dapat melihat dan merasakan manfaat dari

materi-materi yang mereka pelajari. Terkait dengan upaya mengembangkan

literasi sains, penelitian yang dilakukan di tingkat SMP menemukan bahwa

Pembelajaran IPA terpadu dapat meningkatkan literasi sains peserta didik

(Priatna, 2009; Sumartati, 2009). Mengingat hal tersebut maka faktor-faktor

penghambat pelaksanaan pembelajaran IPA secara terpadu harus dihilangkan,

salah satu caranya adalah dengan menyediakan bahan ajar yang mendukung

pembelajaran IPA Terpadu.

Faktor lain yang menarik perhatian dari Kurikulum 2013 adalah tidak

dimasukkannya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai mata

pelajaran yang berdiri sendiri pada pendidikan di tingkat SMP. Dilihat sepintas,

kebijakan tersebut kontra produktif mengingat TIK memegang peranan pada

hampir semua aspek kehidupan manusia. Begitu pentingnya peranan TIK dalam

kehidupan manusia sehingga kecakapan di bidang TIK menjadi prasyarat bagi

seseorang untuk dapat berperan serta secara efektif dalam kehidupan sosial dan

dunia kerja (Mabry dkk., 2010). Memberikan kecakapan dibidang TIK bagi

peserta didik ketika TIK diberikan secara terintegrasi di dalam mata pelajaran lain

merupakan tantangan tersendiri. Tantangan ini lebih terasa bagi guru mata

pelajaran IPA karena secara jelas dikatakan bahwa “Guru IPA seharusnya mampu

membantu peserta didik untuk menyiapkan penyajian pengetahuan dengan bantuan TIK” (Kemdikbud, 2013d, hlm. 4). Hal ini mengharuskan guru-guru IPA terampil menggunakan TIK dalam pembelajaran yang dikelolanya.

Dunia pendidikan harus dapat mengimbangi dan merespon tantangan yang

muncul dari pesatnya perkembangan TIK dan memanfaatkannya untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran. TIK harus diintegrasikan dalam kegiatan

pembelajaran (Sharma, dkk., 2011; Su, 2011). Di era teknologi digital,

(5)

(Rusman, 2012). Pembelajaran yang mengintegrasikan TIK di dalamnya

diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah yang selama ini sering ditemui.

Peserta didik dapat mengambil berbagai manfaat sebab melalui pembelajaran

yang menggunakan media berbasis TIK stimulus yang diterima mereka tidak

hanya berupa stimulus verbal tetapi juga stimulus visual. Penggabungan stimulus

verbal dan stimulus visual dalam satu media pembelajaran diharapkan dapat

meningkatkan kapasitas belajar peserta didik.

Pengintegrasian TIK dalam pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan

memanfaatkan media pembelajaran berbasis komputer, misalnya dalam bentuk

modul interaktif. Modul interaktif merupakan media pembelajaran yang

dikembangkan dengan memanfaatkan multimedia yang mengandung teks, suara,

gambar, video, dan animasi yang memiliki fasilitas tertentu sehingga

penggunanya dapat melakukan interaksi secara aktif. Beberapa penelitian

menemukan bahwa kandungan multimedia dalam pembelajaran IPA di SMP

memberikan hasil positif. Dengan menggunakan multimedia interaktif (MMI)

dalam pembelajaran IPA, Retmana (2010) berhasil meningkatkan literasi sains

peserta didik dengan N-Gain sebesar 0,34 dan Widyariani (2011) berhasil

meningkatkan literasi sains peserta didik dengan N-Gain sebesar 0,39. Walaupun

begitu perlu diperhatikan bahwa upaya mengintegrasikan TIK ke dalam

pembelajaran dalam bentuk pemanfaatan MMI harus didukung oleh tersedianya

sarana dan prasarana yang memadai. Retmana (2010) mengemukakan bahwa guru

menghadapi kendala ketika menggunakan MMI karena komputer yang digunakan

dalam pembelajaran jumlahnya terbatas.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mencoba

mengembangkan sebuah media pembelajaran IPA Terpadu berbentuk modul

interaktif yang disusun dengan memperhatikan kandungan literasi sains. Tema

yang dipilih adalah Bioteknologi. Tema bioteknologi menjadi pilihan karena

memiliki kaitan dengan beragam konsep IPA sehingga memiliki potensi yang

besar untuk dipadukan. Alasan lainnya adalah karena Bioteknologi merupakan

(6)

telah memiliki kecakapan menggunakan komputer yang memadai untuk dapat

menggunakan media pembelajaran berbasis komputer yang bersifat interaktif.

B.Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian yang disampaikan di latar belakang, dapat

diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Literasi sains peserta didik masih rendah

2. Kandungan aspek-aspek literasi sains pada bahan ajar tidak seimbang karena

lebih cenderung menonjolkan aspek pengetahuan dibanding aspek-aspek lain.

3. Penyampaian IPA secara terpadu dalam pembelajaran masih rendah.

4. Media pembelajaran yang mengandung materi IPA secara terpadu masih belum

banyak tersedia.

5. Pengintegrasian TIK dalam pembelajaran IPA masih rendah.

Alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan adalah dengan mengembangkan

suatu bahan ajar yang mengandung muatan literasi sains seimbang dan

memadukan beberapa konsep IPA terkait dengan menggunakan media berbasis

TIK. Salah satu bentuk media yang memungkinkan untuk tujuan itu adalah media

pembelajaran berbentuk modul interaktif.

C.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian yang disampaikan pada latar belakang, pada penelitian

ini dirumuskan pertanyaan pokok sebagai berikut: “Bagaimana modul interaktif

berbasis literasi sains untuk pembelajaran IPA Terpadu pada tema Bioteknologi di

Bidang Produksi Pangan?” Pertanyaan pokok tersebut dijabarkan ke dalam

beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik modul interaktif berbasis literasi sains yang

dikembangkan untuk pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Bioteknologi di

Bidang Produksi Pangan?

2. Bagaimana tanggapan peserta didik terhadap modul interaktif berbasis literasi

sains yang dikembangkan untuk pembelajaran IPA Terpadu pada tema

(7)

3. Bagaimana tanggapan guru terhadap modul interaktif berbasis literasi sains

yang dikembangkan untuk pembelajaran IPA Terpadu pada tema Bioteknologi

di Bidang Produksi Pangan?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan

sebagai berikut:

1. Menghasilkan media pembelajaran berbentuk modul interaktif berbasis literasi

sains yang dikembangkan untuk pembelajaran IPA Terpadu pada Tema

Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan.

2. Memperoleh informasi mengenai tanggapan peserta didik terhadap

pemanfaatan modul interaktif berbasis literasi sains yang dikembangkan untuk

pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Bioteknologi di Bidang Produksi

Pangan.

3. Memperoleh informasi mengenai tanggapan guru terhadap pemanfaatan modul

interaktif berbasis literasi sains yang dikembangkan untuk pembelajaran IPA

Terpadu pada Tema Bioteknologi di Bidang Produksi Pangan

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peserta didik

Peserta didik memperoleh kesempatan belajar dengan memanfaatkan

modul interaktif yang dikembangkan dengan berdasarkan literasi sains untuk

pembelajaran IPA Terpadu. Selain motivasi peserta didik meningkat, interaksi

pembelajaran antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan

guru, dan peserta didik dengan sumber belajar juga akan meningkat sehingga

pembelajaran berlangsung dengan lebih bermakna yang pada akhirnya diharapkan

meningkatkan hasil pembelajaran dalam bentuk literasi sains.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian menyediakan alternatif media pembelajaran bagi guru

berupa modul interaktif berbasis literasi sains untuk pembelajaran IPA Terpadu

(8)

karakteristiknya. Informasi yang berhasil dikumpulkan pada penelitian ini dapat

menjadi bahan pertimbangan guru ketika merencanakan pembelajarannya.

3. Bagi Peneliti lain

Bukti empirik yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini dapat dijadikan

rujukan oleh peneliti dalam pengembangan media pembelajaran yang berupa

modul interaktif berbasis literasi sains untuk pembelajaran IPA Terpadu. Peneliti

lain dapat menindak lanjuti hasil penelitian ini dengan melakukan penelitian

lanjutan atau dengan mengembangkan modul interaktif untuk tema yang lain.

F. Struktur Organisasi Tesis

Tesis ini terdiri dari lima bab dan setiap bab memiliki beberapa subbab.

Berikut ini diberikan deskripsi singkat untuk setiap bab.

1. Bab satu disusun untuk memberikan gambaran mengenai alasan penetapan

masalah dan pentingnya masalah ini untuk diteliti. Pada bab ini dikemukakan

beberapa kesenjangan yang harus dicari pemecahannya, alternatif pemecahan

yang ditawarkan, dan hasil-hasil penelitian yang mendukung keberhasilan dari

alternatif yang ditawarkan tersebut. Bab satu tersusun dari enam subbab yaitu

Latar Belakang Penelitian, Indentifikasi Masalah Penelitian, Rumusan Masalah

Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi

Tesis.

2. Bab dua disusun dengan tujuan memberikan landasan teoretis terhadap

penelitian yang dilakukan. Di bab dua ini terdapat tiga subbab, yaitu

Pengintegrasian TIK dalam Pembelajaran IPA, Literasi Sains, dan

Pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Bioteknologi di Bidang Produksi

Pangan.

3. Penjabaran rinci mengenai metode penelitian disampaikan pada bab tiga. Bab

ini memiliki delapan subbab yaitu Lokasi, Populasi, dan Pampel Penelitian,

Metode Penelitian, Prosedur Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen

Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data, dan

(9)

4. Bab empat menyajikan analisis data untuk menghasilkan temuan penelitian dan

pembahasan atau analisis terhadap temuan itu. Bab empat pada tesis ini

tersusun dari empat subbab, yaitu Karakteristik Modul Interaktif Bioteknologi

di Bidang Produksi Pangan (MIB2P2), Perbaikan-perbaikan Terhadap

MIB2P2, Analisis Terhadap Hasil Uji Coba Terbatas, dan Penilaian Terhadap

MIB2P2.

5. Simpulan dan saran yang berhubungan dengan penelitian disampaikan pada

bab lima. Pada subbab Simpulan disampaikan simpulan hasil penelitian dan

pada subbab Saran disampaikan saran-saran mengenai pemanfaatkan dan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Melalui penerapan model pembelajaran IPBA terpadu yang mengakomodasi kecerdasan majemuk ini dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa dan juga dapat menanamakan karakter pada

yaitu hasil belajar siswa dengan penerapan model inkuiri menggunakan media.. game multimedia interaktif ( ) dan hasil belajar siswa dengan

Aplikasi penjualan elektronik yang penulis boat ini di maksudkan untuk membantu mengatasi masalah - masalah yang di hadapi oleh "TOKO SINAR JAYA" dimana kegiatan

Terdapat perbedaan hasil belajar siswa dari aspek kognitif antara kelas yang.. diberikan perlakuan dengan menerapkan model inkuiri

Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.Bandung: CV.. Human Resource Management (5

Adakah faktor pelancar atau faktor pendukung dalam pengembanga nGabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Desa Tempuran, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi? Wisnu Raharja

Dengan adanya pembuatan sistem ini dapat memberikan suatu kemudahan dalam pemrosesan data, dapat mengefisienkan penggunaan waktu, dan dapat memperkecil kemungkinan adanya