• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAHA PENYADARAN BERZAKAT DAN PENUMBUHAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT MUSLIM KELAS MENENGAH TERHADAP LEMBAGA AMIL ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH MUHAMMADIYAH SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "USAHA PENYADARAN BERZAKAT DAN PENUMBUHAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT MUSLIM KELAS MENENGAH TERHADAP LEMBAGA AMIL ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH MUHAMMADIYAH SURABAYA."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

USAHA PENYADARAN BERZAKAT DAN PENUMBUHAN

KEPERCAYAAN MASYARAKAT MUSLIM KELAS

MENEGAH TERHADAP LEMBAGA AMIL ZAKAT, INFAQ &

SHODAQOH MUHAMMADIYAH SURABAYA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam pada Pascasarjana UIN Sunan

Ampel Surabaya

Oleh

Wahanani Mawasti NIM. F17214212

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama : Wahanani Mawasti

NIM : F17214212

Program : Magister (S- 2)

Institusi : Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya

Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa TESIS ini secara keseluruhan

adalah hasil penelitian atau karya saya sendiri, kecuali pada bagian – bagian yang dirujuk sumbernya.

Surabaya, 30 Agustus 2016

Saya yang menyatakan,

(3)

PERSETUJUAN

Tesis Wahanani Mawasti ini telah disetujui

pada tanggal 23 Juni 2016

Oleh Pembimbing

Dr. Choirul Arif, M.Fil.I

(4)

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Tesis Wahanani Mawasti ini telah diuji

Pada tanggal 23 Agustus 2016

Tim Penguji:

1. Prof. Masdar Hilmy, MA., Ph. D (Ketua Penguji) ...

2. Prof. Dr. H. Moh. Ali Aziz, M.Ag. (Penguji Utama) ...

3. Dr. Choirul Arif, M.Fil.I (Sekretaris Atau Penguji) ...

Surabaya, 31 Agustus 2016

(5)
(6)

viii

ABSTRAK

Potensi dana zaka>t, infa>q dan s}adaqah di Indonesia sangat besar, hal tersebut didorong oleh pertumbuhan jumlah masyarakat muslim kelas menengah di Indonesia. Meskipun potensi dana zaka>t di Indonesia sangat besar, tetapi masih terdapat beberapa masalah berzakat, yaitu terkait rendahnya kesadaran berzakat dan kepercayaan masyarakat dalam menyalurkan zaka>t secara profesional.

LAZIS Muhammadiyah Surabaya adalah salah satu lembaga amil zakat yang berperan dalam mengedukasi dan mengelola zaka>t di Indonesia agar lebih optimal. LAZIS Muhammadiyah Surabaya melaksanakan usaha penyadaran berzakat dan penumbuhan kepercayaan masyarakat muslim kelas menengah, salah satunya melalui media sosial.

Studi ini bertujuan menjelaskan upaya – upaya apa saja yang dilakukan oleh LAZIS Muhammadiyah Surabaya dalam mengkonstruksi media sosial sebagai media penyadaran berzakat dan penumbuhan kepercayaan masyarakat muslim menengah.

Teori yang digunakan dalam penelitan ini adalah teori komunikasi pemasaran terpadu. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan wawancara mendalam dan dokumentasi.

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa ada beberapa pertimbangan LAZIS Muhammadiyah dalam memilih media sosial sebagai media penyadaran berzakat, antara lain : 1. mempertimbangkan karakteristik

audiens sasaran penyadaran berzakat yang tergolong muslim kelas menengah muslim, 2. adanya perkembangan teknologi informasi yang memungkinkan untuk menyadarkan berzakat dengan efektif dan efisien, 3. ketersedian sumber daya manusia di LAZIS Muhammadiyah Surabaya yang sejalan dengan kebutuhan perubahan teknologi penyadaran berzakat.

Dalam hal mengkonstruksi media sosial sebagai media penyadaran berzakat dan penumbuhan kepercayaan masyarakat, LAZIS Muhammadiyah Surabaya menggunakan perencanaan komunikasi yang sesuai dengan teori komunikasi pemasaran terpadu.

(7)

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vii

ABSTRAK ... viii

HALAMAN UCAPAN TERIMAH KASIH ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 13

C. Rumusan Masalah ... 14

1. Penyadaran Berzakat Masyarakat. ... 16

2. Penumbuhan Kepercayaan terhadap Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah. ... 17

3. Masyarakat Muslim Kelas Menengah. ... 18

G. Penelitian Terdahulu ... 19

1. Penelitian terkait dengan Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah Surabaya ... 19

(8)

xii

H. Sistematika Pembahasan ... 20

BAB II LANDASAN TEORI ... 23

A. Media Sosial ... 23

1. Pengertian ... 23

2. Karakteristik Media Sosial ... 23

3. Tujuan Penggunaan Media Sosial ... 24

4. Ragam Jenis Media Sosial ... 25

B. Komunikasi Pemasaran Terpadu ... 28

1. Pengertian Komunikasi Pemasaran Terpadu ... 28

2. Prinsip Komunikasi Pemasaran Terpadu... 29

a. Tujuan Komunikasi Pemasaran Terpadu ... 29

b. Bauran komunikasi Pemasaran Terpadu ... 30

c. Ragam Alat (Media) Komunikasi Pemasaran Terpadu ... 31

d. Tahapan Merumuskan Komunikasi Pemasaran Terpadu ... 35

3. Kesimpulan : Prinsip – Prinsip Teori Komunikasi Pemasaran Terpadu... 40

4. Relevansi Teori Komunikasi Pemasaran Terpadu Terhadap Penelitian ... 42

C. Kelas Menengah Muslim Indonesia ... 45

1. Definisi Kelas Menengah Muslim Indonesia ... 45

2. Potensi Kelas Menengah Muslim di Indonesia ... 46

3. Karakteristik Kelas Menengah Muslim ... 46

4. Kesadaran Keberagamaan Kelas Menengah Muslim ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

A. Jenis Penelitian ... 48

B. Pendekatan Penelitian ... 49

C. Teknik Pengumpulan Data ... 50

1. Sumber Data Penelitian ... 50

2. Profil Informan Pengurus LAZIS Muhammadiyah Surabaya ... 52

3. Profil Informan Donatur LAZIS Muhammadiyah Surabaya ... 53

(9)

xiii

5. Metode Trianggulasi Data ... 54

D. Teknik Analisa Data ... 55

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 56

A. Profil LAZIS Muhammadiyah Surabaya ... 56

1. Sejarah Lahirnya LAZIS Muhammadiyah Surabaya ... 56

2. Visi & Misi LAZIS Muhammadiyah Surabaya ... 58

3. Struktur LAZIS Muhammadiyah Surabaya (Periode 2015 – 2020) 59 4. Program – Program LAZIS Muhammadiyah Surabaya ... 60

B. Upaya Penyadaran Berzakat & Penumbuhan Kepercayaan LAZIS Muhammadiyah Surabaya Secara Umum ... 60

1. Ragam Upaya Penyadaran Berzakat dan Penumbuhan Kepercayaan yang dilaksanakan oleh LAZIS Muhammadiyah Surabaya ... 60

2. Struktur Redaksi Penanggung Jawab Media Sosial ... 72

3. Pesan – Pesan Komunikasi Penyadaran & Penumbuhan Kepercayaan Masyarakat pada LAZIS Muhammadiyah Surabaya ... 74

C. Gambaran Media Sosial LAZIS Muhammadiyah Surabaya ... 78

1. Blog LAZIS Muhammadiyah Surabaya ... 78

2. Facebook LAZIS Muhammadiyah Surabaya ... 91

3. Whatsapp LAZIS Muhammadiyah Surabaya ... 96

BAB V PENYAJIAN DATA ... 97

A. Landasan LAZIS Muhammadiyah Surabaya Menggunakan Medsos .... 97

1. Realitas Masyarakat Muslim Kota Surabaya ... 97

2. Kebutuhan Teknologi Bagi LAZIS Muhammadiyah Surabaya ... 99

3. Ketersediaan SDM Untuk Media Sosial ... 106

B. Proses Konstruksi Media Sosial Sebagai Media Penyadaran Berzakat & Penumbuhan Kepercayaan ... 108

1. Penetapan Sasaran Donatur Media Sosial ... 111

2. Tujuan Penggunaan Media Sosial ... 111

(10)

xiv

4. Melaksanakan Pengukuran Respon Donatur Terhadap

Operasionalisasi Media Sosial ... 144

C. Respon Masyarakat Muslim Kelas Menengah ... 145

BAB VI PEMBAHASAN ... 150

BAB VII PENUTUP ... 165

A. Kesimpulan ... 165

B. Rekomendasi ... 166

(11)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahap Merancang Pesan... 37

Tabel 3.1 Identitas Informan (Pengurus LAZIS Muhammadiyah Surabaya) ... 51

Tabel 3.2 Identitas Informan (Donatur LAZIS Muhammadiyah Surabaya) ... 53

Tabel 6.1 Usaha Konstruksi Media Sosial Sebagai Media Penyadaran Berzakat &

Penumbuhan Kepercayaan ... 162

Tabel 6.2 Penerapan Teori IMC dalam Usaha Konstruksi Media Sosial Sebagai

Media Penyadaran Berzakat dan Penumbuhan Kepercayaan Pada

(12)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Pengguna Internet di Indonesia dari tahun 1998 – 2015 menurut

Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia ... 9

Gambar 2.1 Langkah Konstruksi Media Promosi Berdasarkan Teori Komunikasi Pemasaran Terintegrasi ... 42

Gambar 2.2 Kontekstualisasi Teori IMC Pada LAZIS Muhammadiyah Surabaya ... 43

Gambar 4.1 Tampilan Blog LAZIS Muhammadiyah Surabaya ... 78

Gambar 4.2 Facebook LAZIS Muhammadiyah Surabaya ... 92

Gambar 4.3 Facebook LAZIS Muhammadiyah Surabaya Sebagai Media Yang Interaktif Antara Masyarakat dan Pengurus LAZIS Muhammadiyah Surabaya ... 93

Gambar 4.4 Facebook Kegiatan Penyaluran Zakat, Infaq dan Shodaqoh LAZIS Muhammadiyah Surabaya ... 93

Gambar 4.5 Facebook Menampilkan Majalah LAZIS Muhammadiyah ... 94

Gambar 4.6 Facebook Menampilkan Tagline Zakat, Infaq dan Shodaqoh ... 94

Gambar 4.7 Facebook Menampilkan Layanan LAZIS Muhammadiyah ... 95

Gambar 4.8 Facebook Berisikan Informasi Tentang Event LAZIS Muhammadiyah (Pengajian Ahad LAZIS Muhammadiyah Surabaya) ... 95

Gambar 4.9 Whatsapp LAZIS Muhammadiyah Surabaya ... 97

Gambar 5.1 Tampilan Facebook Manfaat Zakat Bagi Mustahiq ... 125

Gambar 5.2 Gambar Informasi Donatur Pada Majalah & Facebook ... 127

Gambar 5.3 Beberapa Figur Yang Ditampilkan Pada Facebook & Majalah Untuk Mengajak Berzakat di LAZIS Muhammadiyah ... 129

Gambar 5.4 Contoh Pesan Penyadaran Jenis – Jenis Zakat ... 130

Gambar 5.5 Transparansi Donatur Baru LAZIS Muhammadiyah ... 135

Gambar 5.6 Kalkulator Zakat LAZIS Muhammadiyah ... 136

(13)

xvii

Gambar 5.8 Pedoman Zakat Pada Blog LAZIS Muhammadiyah Surabaya .... 139

Gambar 5.9 Facebook tentang Majalah Donatur LAZIS Muhammadiyah ... 140

Gambar 5.10 Penyajian Pesan Pada Facebook Berupa Video ... 141

Gambar 5.11 Contoh Penyadaran Berzakat Melalui Whatsapp Yang dilakukan Oleh Ketua LAZIS Muhammadiyah Surabaya ... 142

Gambar 5.12 Angket untuk Mengukur Feedback Donatur Terhadap Media Sosial LAZIS Muhammadiyah Surabaya ... 146

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zaka>t sebagai salah satu rukun Islam dan instrumen untuk meningkatkan

perekonomian umat Islam. Zaka>t yang wajib ditunaikan umat Islam bukan

hanya zaka>t fit}rah, melainkan bagi yang memiliki pendapatan atau harta yang

lebih dari nisab wajib mengeluarkan zaka>t yang lain seperti : zaka>t ma>l

maupun zaka>t penghasilan (profesi).

Zaka>t merupakan perintah wajib dan harus disalurkan pada yang berhak,

yaitu diberikan pada orang-orang faqi>r, orang-orang miskin,

pengurus-pengurus zaka>t, para mu’allaf, budak, orang-orang yang berhutang untuk

jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan. Sebagaimana

dalam Qs. At – Taubah : 60,

Artinya : “Sungguh zaka>t-zaka>t itu, hanyalah untuk orang-orang faqi>r, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zaka>t, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”

Ibnu Kathi>r menjelaskan bahwa Allah yang memiliki hak mengatur

(15)

2

selainnya. Dalam membagi zaka>t harus berdasarkan golongan yang

disebutkan di atas. Ibnu Kathi>r berpandangan bahwa sebagian besar ulama

memiliki pandangan bahwa ayat tersebut menjelaskan tentang siapa saja

kelompok yang berhak untuk memperoleh zaka>t, bukan tentang keharusan

untuk memenuhi dan membaginya kepada semua kelompok di atas. Selain

itu, dalam tafsir Ibnu Kathi>r juga dijelaskan bahwa kelompok faqi>r lebih

didahulukan untuk menerima zaka>t dibandingkan yang selainnya.1

Di negara Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim,

tentunya potensi dana zaka>t, infa>q dan s}adaqah sangat besar. Oleh karena itu,

sangat penting adanya pengelolaan zaka>t, infa>q dan s}adaqah yang baik agar

dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas umat muslim di Indonesia.

Jika dana zaka>t dikumpulkan dan dikelola dengan profesional dan akuntabel,

maka manfaat yang dihasilkan akan semakin besar.

Dalam realitasnya, di Indonesia masih terdapat masalah terkait kesadaran

dan kepercayaan masyarakat dalam menyalurkan zaka>t. Hal itu ditunjukan

dari masih banyaknya muzakki yang membayar zaka>t secara sporadis dan

hanya berfokus untuk menyalurkan zaka>t dalam bentuk yang bersifat

konsumtif.

Potensi dana zaka>t di Indonesia menurut Ketua umum Badan Amil Zakat

Nasional (Baznas) Didin Hafidhuddin mencapai Rp200 triliun lebih per

1 Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Kathi>r Jilid 4, terj., Abdullah bin Muhammad, (Bogor : Pustaka

(16)

3

tahun, tetapi hanya 15% saja dana zaka>t yang telah terkumpulkan.2 Ketua

umum Baznas (Didin Hafidhuddin)3 dan Ketua Pengurus Pusat LAZIS NU

(KH. Masyhuri Malik)4 menyampaikan bahwa prosentase hasil pengumpulan

zaka>t yang kecil karena adanya faktor kesadaran yang kurang. Kesadaran

berzakat masyarakat yang kurang, meliputi faktor kurangnya pemahaman

zaka>t, sosialisasi yang masih kurang, kepercayaan pada lembaga yang kurang

karena faktor keterbukaan lembaga dan faktor program lainnya yang dinilai

masyarakat kurang. Untuk itu, dalam rangka menghimpun dana zaka>t di

masyarakat secara optimal maka dibutuhkan upaya-upaya meningkatkan

kesadaran berzakat dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap

lembaga zaka>t yang profesional.5

Dalam rangka mengelola zaka>t dengan optimal dan meningkatkan

kesadaran masyarakat untuk berzakat, Pemerintah membentuk lembaga

pengelola zaka>t yang profesional dalam bentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ)

maupun Badan Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh Nasional (BAZNAS).

Pemerintah bersama DPR juga telah membuat undang-undang No. 38 Tahun

1999 tentang pengelolaan zaka>t sebagai dasar hukum bagi organisasi

masyarakat guna menggali sumber dana zaka>t, infa>q dan s}adaqah. Hal ini

2 Suryanto, “Ketum Baznas: potensi zakat Indonesia Rp200 triliun”, dalam http://www.antaranews.com/berita/509484/ketum-baznas-potensi-zakat-indonesia-rp200-triliun. (1 Maret 2016), pukul : 17.00.

3 Ibid

4 Tim Redaksi LAZIS NU, Training Manajemen Zakat LAZISNU : Revitalisasi Peran LAZ dalam Pengentasan Kemiskinan, dalam http://www.LAZISnu.or.id/berita/print/100/100. ((1 Maret 2016), pukul : 17.02.

(17)

4

mendorong lahirnya berbagai bentuk Lembaga Zakat, Infaq dan Shodaqoh

yang profesional.

Salah satu Lembaga Amil Zakat yang eksis dalam menghimpun dan

mengelola dana zakat di masyarakat adalah Lembaga Amil Zakat

Muhammadiyah. LAZIS Muhammadiyah ini dibentuk oleh pengurus pusat

Muhammadiyah dan tersebar di berbagai kota di Indonesia, termasuk di

Surabaya. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama nomor 457/21

November 2002, LAZIS Muhammadiyah juga termasuk sebagai salah satu

Lembaga Amil Zakat Nasional.

Lembaga Amil, Zakat, Infaq dan Shodaqah Muhammadiyah (LAZIS

Muhammadiyah) adalah lembaga nirlaba nasional yang berhidmat dalam

pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif atas dana

zaka>t, infa>q, waqaf, s}adaqah dan dana kedermawanan lainnya baik dari

perorangan maupun lembaga atau perusahaan.6

Lembaga Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah Islam, mendirikan

berbagai amal usaha sebagai perwujudan visi dan misi organisasi yang

diperjuangkannya, seperti mendirikan panti asuhan bagi anak yatim piatu

maupun orang jompo, rumah sakit dan sekolah. Muhammadiyah mendirikan

berbagai badan amal usahanya untuk memberdayakan masyarakat, salah

satunya berasal dari dana zaka>t, infa>q dan s}hadaqah yang diberikan oleh

masyarakat.7

6 M. Raihan Febriansyah, Arief Budiman Ch., Yazid R. Passandre, M. Amir Nashiruddin, Widiyastuti, Imron Nasri, Muhammadiyah 100 Tahun Menyinari negeri, (Yogyakarta : Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2013), 55.

(18)

5

LAZIS Muhammadiyah, berdiri dalam rangka menanggulangi

kemiskinan dengan mengoptimalkan penggalian dana zaka>t, infa>q dan

s}hadaqah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menghantarkan

zaka>t menjadi bagian dari penyelesaian masalah sosial kemasyarakatan.8

Saat ini di Indonesia, penggalian dana zaka>t, infa>q dan s}hadaqah masih

bersifat parsial dan belum terlembaga dengan baik, sehingga hasil yang

dicapai dirasa kurang optimal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Hal ini mendorong organisasi Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi

terbesar di Indonesia mendirikan lembaga amil zaka>t, infa>q dan s}hadaqah

yang terlembaga dengan manajemen yang bersifat profesional.

Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah ada di berbagai kota di Indonesia,

salah satunya adalah LAZIS Muhammadiyah Surabaya. LAZIS

Muhammadiyah Surabaya memiliki visi yaitu menjadi lembaga amil zaka>t,

infa>q dan s}hadaqah di kota Surabaya yang amanah, transparan dan

profesional dalam rangka pemberdayaan masyarakat miskin dan mustad}’afi>n

sesuai dengan tujuan Muhammadiyah.9

Organisasi dakwah Muhammadiyah memiliki potensi menghimpun dana

zaka>t dengan jumlah besar. Menurut Ketua Badan Pengurus Lembaga Amil

Zakat, Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah (LAZIS Muhammadiyah),

Hajriyanto Y Tohari mengemukakan potensi Amal Usaha Muhammadiyah

(AUM) dalam setahun mencapai Rp525 miliar.10 Jumlah tersebut

8 Ibid., Muhammadiyah 100 Tahun Menyinari negeri, 55 9 Ibid.

(19)

6

diproyeksikan dari 2 persen jumlah warga Muhammadiyah yang mau

mengeluarkan zaka>t, infa>q dan s}hadaqah. Warga Muhammadiyah yang sudah

memiliki Kartu Tanda Anggota atau Nomor Baku Muhammadiyah (KTA dan

NBM) yang mencapai 1,5 juta orang. Angka itu didapatkan dari perhitungan

rata – rata sumbangan Rp30.000 tiap orangnya.11

Menurut ketua pimpinan pusat Muhammadiyah (Haedar Nashir), potensi

kelas menengah di Indonesia sangat besar yaitu 171 juta orang, potensi itu

terus tumbuh seiring dengan meningkatnya perekonomian masyarakat. Untuk

itu, Haedar Nashir berpendapat bahwa potensi yang besar itu perlu terus

dimobilisasi agar berbanding lurus dengan kekuatan zaka>t. Organisasi

Muhammadiyah memiliki jaringan yang luas untuk memobilisasi kelas

menengah muslim agar mampu menyalurkan zaka>t, infa>q dan s}hadaqah untuk

para d}u’afa melalui LAZIS Muhammadiyah.12

Muhammadiyah memiliki potensi dana zaka>t, infa>q dan s}hadaqah yang

semakin tumbuh besar karena sebagian besar anggota Muhammadiyah

tergolong sebagai masyarakat muslim kelas menengah di Indonesia yang

memiliki kekhasan moral berderma. Adanya LAZIS Muhammadiyah di

berbagai kota, dalam rangka mendorong anggota Muhammadiyah sendiri

untuk menyalurkan zaka>t, infa>q dan s}hadaqah secara profesional sehingga

dapat bermanfaat bagi lahirnya berbagai badan usaha Muhammadiyah.

11 Ibid

12 LAZIS Muhammadiyah Kota Surabaya, Majalah Donatur LAZIS Muhammadiyah, Edisi 101

(20)

7

Meskipun potensi dana zaka>t yang sangat besar dari anggota

Muhammadiyah, namun kenyataannya jumlah yang menyalurkan bantuan

zakatnya pada LAZIS Muhammadiyah saja, hanya sekitar 22- 23%.

Hajriyanto (ketua LAZIS Muhammadiyah Pusat) menyatakan bahwa :

“Sekitar 41,2 persen warga Muhammadiyah menyalurkan zaka>t, infa>q dan s}hadaqah (ZIS) melalui dua lembaga (LAZIS dan lembaga yang lainnya). Dan hanya sekitar 22,3 persen saja yang melalui kepada satu lembaga saja (LAZIS Muhammadiyah). Selain itu, anggota yang menyalurkan donasinya langsung kepada Mustahiq juga tergolong masih cukup besar yaitu sekitar 30,8 persen”.13

Dari realitas diatas, Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah Surabaya

sebagai LAZIS Nasional yang profesional, memiliki komitmen dalam

meningkatkan kesadaran berzakat masyarakat. Dalam rangka mewujudkan

komitmen meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat dan

menumbuhkan kepercayaan donatur, khususnya kelas menengah muslim

maka Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah Surabaya

memiliki serangkaian upaya penyadaran dan penumbuhan kepercayaan

melalui berbagai media. Berbagai upaya antara lain melalui : event, door to

door, brosur, memberikan informasi melalui majalah, membuka konter, surat

kabar ataupun dengan media eletronik yaitu televisi, radio, maupun media

sosial.

Media sosial sebagai salah satu media yang secara aktif digunakan oleh

Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah Surabaya untuk memberikan

penyadaran berzakat dan penumbuhan kepercayaan donatur. Di era

globalisasi, perkembangan pengguna media sosial atau internet terus

(21)

8

mengalami peningkatan. Berdasarkan survei tahun 2000 – 2005, pengguna internet meningkat dari 318 juta orang (tahun 2000) menjadi 717 juta (2005)

atau dapat dikatakan mengalami peningkatan sekitar 53%.14 Pada tahun 2013

Kompas.com menyebutkan bahwa populasi pengguna internet di dunia terus

saja meningkat. Mary Meeker yang berasal dari Firma Kleiner Perkins

Caufield & Byers Meeker, menyatakan bahwa total pengguna internet pada

tahun 2003 di seluruh dunia telah menyentuh angka 2,4 miliar orang. Angka

tersebut meningkat 8 persen dari tahun sebelumnya (2012). Jumlah tersebut

menunjukan bahwa pada tahun 2012 sebanyak 34 persen populasi dunia

menggunakan internet sebagai salah satu media komunikasi.15

Selain itu, dalam survei tersebut negara Indonesia juga termasuk 8 negara

terbanyak menggunakan media sosial.16 Pada tahun 2013, pengguna aktif

internet di Indonesia sebanyak 55 juta atau sekitar 22,1% dari jumlah

penduduk Indonesia.17 Survei lain yang dilakukan oleh APJII (Asosiasi

Penyelenggara Internet Indonesia) menunjukan bahwa pada tahun 2013

negara Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan jumlah pengguna

internet tertinggi di dunia yaitu mencapai 82 juta dari 250 juta penduduk

Indonesia yang aktif menggunakan internet. APJII juga memperkirakan

bahwa pertumbuhan pengguna internet di Indonesia akan semakin meningkat

14 Fandi Tjiptono, Gregorius Chandra, Dedi Adriata, Pemasaran Strategik, (Yogyakarta : PT ANDI, 2008), 696.

15Pardianto, “Meneguhkan Dakwah melalui New Media”, Jurnal Komunikasi Islam, Volume 03, Nomor 01, Juni (2013), 207.

(22)

9

pada tahun 2015.18 Pertumbuhan pengguna internet ini juga disebabkan

karena semakin banyak media sosial seperti facebook, twitter dan lain

sebagainya sebagai media komunikasi masyarakat Indonesia.

Gambar 1.1. Pengguna Internet di Indonesia dari tahun 1998 – 2015 menurut Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia19

Melihat semakin berkembangnya pengguna media sosial mendorong

munculnya model komunikasi pemasaran baru. Model komunikasi pemasaran

baru lebih mendorong penggunaan media modern yang lebih menarik, lebih

fokus (tersegmen) dan lebih pribadi dalam proses komunikasi pemasaran,

misalnya iklan dengan promosi unik, tampilan baru ataupun web yang

atraktif.20 Media sosial dalam bentuk website, blog, facebook dan twitter

merupakan salah satu media komunikasi modern yang digunakan masyarakat

untuk memasarkan produk dalam bentuk barang maupun jasa. Pemasaran

melalui media sosial dipandang sebagai pemasaran yang cenderung modern

dan baru karena memiliki nilai interaktif dibandingkan pemasaran yang

18 Lydia Zein, “Pengguna Internet di Indonesia”, dalam http://fortunepr.com/team-content/dibe-unit/penggunaan-internet-di indonesia.html?upm_export=pdf. (8 Maret 2016), pukul 13.00.

19 Ibid.

(23)

10

bersifat tradisional. Pemasaran melalui media sosial dapat memberikan

pertukaran relasional dalam lingkungan digital, berjejaring (networked) dan

cenderung bersifat interaktif.21 Oleh karenanya, semakin banyak Perusahaan

yang menggunakan media sosial sebagai salah satu media komunikasi

pemasaran (pemasaran online).

Selain perusahaan, organisasi nirlaba juga mulai banyak menggunakan

media sosial baik dalam bentuk web, facebook, youtube, twitter dan lain – lain. Salah satu bentuk organisasi nirlaba yang banyak menggunakan media

sosial yaitu Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah. Hampir semua LAZ

Nasional seperti LAZIS Muhammadiyah, Dompet Dhuafa, Rumah Zakat,

LAZIS Nadhatul Ulama, Baitul Maal Hidayatullah memiliki website untuk

media komunikasi penyadaran dan menumbuhkan kepercayaan lembaga pada

donatur.

Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah juga menitik beratkan komunikasi

penyadaran dan menumbuhkan kepercayaan berzakat masyarakat muslim

yang tergolong dalam muslim kelas menengah. Hal itu didasari oleh adanya

potensi dana zaka>t, infa>q yang dapat memungkinkan dihimpun dari sebagian

besar anggota organisasi Muhammadiyah, yang selama ini kebanyakan adalah

masyarakat muslim kelas menengah.

Masyarakat yang termasuk di dalam kelas menengah adalah mereka yang

berpengeluaran dua hingga US$ 2-20 sehari (Menurut Asian Development

Bank (ADB). Pengeluaran tidak hanya berupa barang konsumtif atau hiburan

(24)

11

tetapi juga dalam bentuk amal. Segmen muslim kelas menengah sebagai

tantangan sekaligus peluang yang sangat prospek untuk dihimpun zakatnya,

sebab karakter kelas menengah memiliki karakter suka berderma yang tinggi.

Ada tiga karakter yang merupakan ciri khas masyarakat kelas menengah yaitu

knowledge ability, social connection (melek teknologi informasi), dan

resource atau daya beli yang berlebih.22 Tiga karakteristik inilah yang

menjadi peluang sekaligus tantangan dalam menggarap segmen kelas

menengah. Saat ini masyarakat muslim kelas menengah belum terbiasa

menyalurkan zaka>t lewat lembaga profesional. Kebanyakan masyarakat

masih menyalurkan zaka>t secara sporadis melalui masjid – masjid terdekat atau menyalurkan langsung ke perorangan dan panti asuhan yang ada di

sekitarnya.

Melihat karakteristik kelas menengah yang memiliki kecendrungan

mengikuti dan menggunakan perkembangan teknologi informasi (social

connection), tentunya merupakan langkah yang tepat bagi Lembaga Amil

Zakat Muhammadiyah untuk melakukan penyadaran dan membangun

kepercayaan melalui media sosial.

Media sosial yang digunakan oleh Lembaga Amil Zakat Infaq dan

Shodaqoh Muhammadiyah Surabaya untuk membangun kesadaran

masyarakat muslim kelas menengah, antara lain blog, path, whatsapp dan

facebook. Dalam pengamatan peneliti, media sosial yang digunakan oleh

22 Uyang, “Raih Penghargaan Dompet Dhuafa Kembali Dipercaya Sebagai Lembaga Zakat

(25)

12

Lazis Muhammadiyah Surabaya secara aktif memiliki berbagai fitur layanan,

misalnya: informasi kegiatan (event LAZIS Muhammadiyah), informasi

layanan pembayaran zaka>t melalui e-banking atau donasi lainnya, informasi

kelembagaan LAZIS Muhammadiyah, informasi kegiatan pengajian

Muhammadiyah, maupun informasi produk – produk zaka>t yang lainnya. Usaha komunikasi penyadaran zaka>t yang dilakukan oleh LAZIS

Muhammadiyah melalui media sosial merupakan bagian dari komunikasi

penyiaran Islam. Hal itu dikarenakan pesan yang disosialisasikan adalah

zaka>t yang merupakan salah satu rukun Islam, artinya dengan memasarkan

zaka>t akan berdampak pada peningkatan kesadaran masyarakat dalam

berzakat, sehingga otomatis meningkatkan juga jumlah muzakki (orang yang

membayar zaka>t). Hal tersebut, sama halnya telah melakukan penyiaran

kewajiban berzakat sebagai salah salah satu nilai – nilai Islam.

Dakwah secara substansi adalah kegiatan menyampaikan nilai – nilai Islam, baik yang di lakukan da’i secara perseorangan maupun lembaga.

Sebagaimana pengertian dakwah menurut Prof. Dr. Ahmad Mubarok, dakwah

adalah pekerjaan mengkomunikasikan pesan Islam manusia. Secara

operasional dakwah adalah aktivitas mengajak, mendorong manusia kepada

tujuan yang dapat di ambil dari Al-Quran dan Hadi>th. Tujuan dakwah

berdasarkan ruang lingkupnya bisa di perluas ataupun dipersempit.23

Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas komunikasi melalui

(26)

13

media sosial dalam menyadarkan masyarakat untuk zaka>t, infa>q dan s}adaqah

merupakan bagian dari kegiatan dakwah Islam.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan berikut :

1) Peranan media sosial dalam menyadarkan masyarakat muslim dan

membangun kepercayaan menengah untuk berzakat pada LAZIS

Muhammadiyah Surabaya.

2) Respon Masyarakat Surabaya terhadap upaya konstruksi media sosial

sebagai media komunikasi penyadaran berzakat dan penumbuhan

kepercayaan yang dilakukan oleh LAZIS Muhammadiyah Surabaya.

3) Upaya - upaya yang dilakukan Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah

Surabaya dalam mengkonstruksi media sosial sebagai media

penyadaran dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat muslim kelas

menengah pada LAZIS Muhammadiyah.

Penelitian ini lebih menitikberatkan pada menjelaskan upaya – upaya apa saja yang dilakukan oleh LAZIS Muhammadiyah Surabaya dalam

mengkonstruksi media sosial sebagai media penyadaran berzakat dan

membangun kepercayaan masyarakat muslim menengah.

Penelitian ini juga melakukan eksplorasi terhadap respon masyarakat

muslim kelas menengah yang merupakan donatur LAZIS Muhammadiyah

Surabaya terkait konstruksi media sosial yang dilakukan oleh Lembaga Amil

(27)

14

atas implementasi strategi komunikasi media sosial yang dilakukan oleh

LAZIS Muhammadiyah Surabaya.

C. Rumusan Masalah

1) Mengapa LAZIS Muhammadiyah Surabaya mengkonstruksi media sosial

sebagai media penyadaran berzakat dan menumbuhkan kepercayaan

masyarakat muslim kelas menengah?

2) Bagaimana usaha LAZIS Muhammadiyah Surabaya dalam

mengkonstruksi media sosial sebagai media penyadaran berzakat dan

penumbuhan kepercayaan pada masyarakat muslim kelas menengah?

3) Bagaimana respon masyarakat kelas menengah muslim Surabaya pada

usaha penyadaran berzakat dan penumbuhan kepercayaan melalui media

sosial yang dilakukan oleh LAZIS Muhammadiyah Surabaya?

D. Tujuan Penelitian

1) Untuk menjelaskan pertimbangan – pertimbangan yang menjadi pijakan pemilihan media sosial sebagai media penyadaran dan membangun

kepercayaan berzakat.

2) Untuk menjelaskan upaya – upaya yang dilakukan LAZIS Muhammadiyah Surabaya dalam mengkonstruksi media sosial sebagai media penyadaran

berzakat penumbuhan kepercayaan pada masyarakat muslim kelas

menengah.

3) Untuk menjelaskan respon masyarakat muslim kelas menengah di

(28)

15

Surabaya dalam melakukan penyadaran dan membangun kepercayaan

melalui media sosial.

E. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memperkaya khazanah teoritis tentang

penggunaan media sosial sebagai media komunikasi penyadaran dan

membangun kepercayaan pada organisasi nirlaba.

Secara teoritis penelitian ini memperkaya kajian komunikasi ditinjau

dari proses manajemen komunikasi pemasaran berdasarkan teori

Integrated Marketing Communication.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi Lembaga Amil Zaka>t,

Infa>q dan S}adaqah dalam rangka mengkonstruksi media sosial sebagai

media penyadaran berzakat.

Selain itu, penelitian ini dapat memberikan umpan balik terhadap

penggunaan media sosial sebagai media penyadaran dan membangun

kepercayaan di Lembaga Amil Zaka>t, Infa>q dan S}adaqah. Penelitian ini

juga menitik beratkan pada respon masyarakat muslim kelas menengah

pada upaya LAZIS Muhammadiyah Surabaya dalam melakukan

penyadaran berzakat melalui media sosial, hal ini dapat menjadi

informasi yang bermanfaat bagi LAZIS Muhammadiyah Surabaya untuk

(29)

16

F. Konseptualisasi

1. Penyadaran berzakat masyarakat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penyadaran adalah

cara atau perbuatan untuk menumbuhkan kesadaran, yaitu :

mengarahkan pada keadaan agar orang lain mengerti atau insyaf.24

Penyadaran dalam konteks berzakat berarti memberikan pemahaman

kepada masyarakat tentang kewajiban zaka>t, memberikan pengetahuan

pada masyarakat tentang macam – macam zaka>t yang harus dibayar oleh seseorang, memberikan informasi kemanfaatan yang diperoleh dari

kegiatan berzakat dan memberikan pengingat – pengingat untuk menunaikan kewajiban zaka>t bila telah mencapai nizabnya.

Tujuan penyadaran berzakat adalah agar masyarakat muslim

memiliki informasi tentang zaka>t serta memiliki keinsyafan (semangat)

membayar zakat sesuai dengan kewajiban masing – masing. Media sosial sebagai media penyadaran berzakat dapat dilihat dari content, variasi, dan

aplikasi yang ada di media sosial LAZIS Muhammadiyah Surabaya.

Maksud dari konstruksi media sosial adalah upaya – upaya yang dilakukan LAZIS Muhammadiyah Surabaya untuk menjadikan media

sosial sebagai media penyadaran berzakat. Konstruksi atau proses yang

dimaksud dalam penelitian ini antara lain : proses perumusan strategi,

keputusan komunikasi penyadaran berzakat yang diambil dan

implementasi media sosial untuk penyadaran berzakat masyarakat.

(30)

17

2. Penumbuhan kepercayaan terhadap Lembaga Amil Zakat

Muhammadiyah.

Pengertian penumbuhan kepercayaan adalah meningkatkan

kepercayaan atau keyakinan pada pihak tertentu. Dalam KBBI,

kepercayaan didefinisikan sebagai anggapan atau keyakinan bahwa yang

dipercayai tersebut benar – benar nyata atau sesuatu yang dapat membawa kebaikan.25 Konstruksi media sosial adalah upaya yang

dilakukan pengurus untuk menumbuhkan kepercayaan terhadap LAZIS

Muhammadiyah melalui media sosial. Sehingga, konstruksi berarti

proses (upaya) yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat

Muhammadiyah Surabaya untuk semakin meningkatkan kepercayaan

terhadap LAZIS Muhammadiyah (citra positif lembaga) melalui media

sosial.

Tujuan meningkatkan kepercayaan adalah untuk menunjukan bahwa

Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah Surabaya merupakan lembaga

profesional, transparan dan amanah. Adanya kepercayaan masyarakat

ditunjukan dari adanya keyakinan untuk menyalurkan zakat melalui

Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah.

Dalam rangka menumbuhkan kepercayaan masyarakat, media sosial

menyajikan berbagai aplikasi (misal : aplikasi simulasi zaka>t), informasi

tentang perkembangan lembaga (misal : informasi tentang prestasi atau

(31)

18

laporan transparansi LAZIS Muhammadiyah) dan lain – lain untuk membangun kepercayaan pada LAZIS Muhammadiyah.

3. Masyarakat Muslim Kelas Menengah.

Potensi pasar masyarakat muslim kelas menengah di Indonesia,

sekitar 87% dari seluruh penduduk Indonesia. Berdasarkan buku Middle

Class Muslim, kelas menengah muslim di Indonesia memiliki

karakteristik yang unik karena semakin meningkatnya kekayaan justru

semakin meningkat pula kesadaran bersedekah dan membayar zaka>t.26

Survei Inventure pada tahun 2013 menunjukan bahwa pengeluaran

belanja kelas menengah untuk zaka>t dan sumbangan mencapai 5,4% dari

total pengeluaran bulanan.27

Masyarakat muslim kelas menengah yang dimaksud disini adalah

donatur Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah, khususnya yang berada di

Surabaya yang memiliki tingkat ekononomi kelas menengah. Kelas

ekonomi menengah menurut Bank Indonesia dan Credit Suisse memiliki

rata – rata pendapatan antara lain 5 – 6 juta rupiah.28

Secara gaya hidup biasanya kelas menengah memiliki gaya hidup

modern, hidup terpisah dari lingkungan ekonomi kelas bawah dan atas

serta memiliki budaya leisure time yang biasanya ditunjukan dari

kegemaran membelanjakan uang, wisata dan fashion.29

26Yuswohdy, Marketing To The Middle Class Muslim : Pahami Perilakunya, Petakan Strateginya, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), xii.

27Ibid.

28Ayu Agustin, “Skripsi : Konstruksi dan Representasi Gaya Hidup Muslim Perkotaan : Studi

Kasus Hijabers Community di Jakarta”, (Jakarta : Universitas Indonesia, 2012), 1.

(32)

19

G. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian sebelumnya terkait dengan Lembaga Amil Zakat

Muhammadiyah Surabaya

Penelitian sebelumnya tentang Lembaga Amil Zakat

Muhammadiyah pernah dilakukan oleh Dewi Laela Hilyanti30 dan Budi

Arsanti31. LAZIS Muhammadiyah yang menjadi subyek penelitian di

kedua skripsi tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada tesis

ini. Selain itu fokus kajian yang diteliti juga berbeda dengan tesis ini,

sebab kedua penelitian sebelumnya tersebut lebih memfokuskan pada

masalah pengelolaan dan distribusi zaka>t sedangkan tesis ini lebih

menekankan pada usaha komunikasi penyadaran berzakat dan

penumbuhan kepercayaan melalui media sosial pada masyarakar muslim

kelas menengah.

2. Penelitian sebelumnya terkait masyarakat muslim kelas menengah

Penelitian terkait masyarakat kelas menengah pernah dilakukan oleh

Nuki Mayasari32, penelitian yang dilakukan lebih melihat perilaku kelas

muslim menengah dalam melaksanakan umrah secara berkala. Penelitian

ini sama sekali tidak membahas respon masyarakat khususnya terhadap

media sosial dan zaka>t.

30Dewi Laela Hilyanti, “Skripsi : Aplikasi Manajemen Distribusi Zakat Untuk Usaha Produktif (Studi Kasus Pada LAZIS Muhammadiyah Ranting Tanjung, Kecamatan Purwokerto Selatan,

Kabupaten Banyumas)”. (Malang : Universitas Islam Negeri Malang, 2007).

31 Budi Arsanti, “Skripsi : Pengelolaan Zakat Pada LAZIS Mumahhamadiyah Kabupaten

Gunung Kidul”, (Yogyakarta, : Universitas Islam Negeri Kalijaga, 2007).

(33)

20

Penelitian lain yang membahas tentang perilaku kelas muslim

menengah adalah penelitian yang ditulis oleh A. Ranggabumi

Nuswantoro33. Penelitian ini melihat kelas menengah dalam melakukan

pertukaran informasi di tengah masa pemilu.

Dari 2 penelitian diatas yang membahas tentang kelas menengah,

setidaknya memberikan gambaran tentang bagaimana karakteristik

masyarakat kelas menengah secara sosiologis. Namun, penelitian – penelitian diatas tidak memfokuskan pada respon kelas menengah muslim

terhadap media sosial terkait pengaruhnya terhadap pembentukan

kesadaran berzakat dan kepercayaan pada lembaga amil zakat.

Berdasarkan penelusuran penelitian terdahulu, peneliti tidak

menemukan adanya kesamaan dengan penelitian ini, khususnya dalam hal

fokus masalah secara substansi dan obyek yang diteliti yaitu terkait

donatur LAZIS Muhammadiyah Surabaya yang termasuk dalam kategori

masyarakat muslim kelas menengah.

H. Sistematika Pembahasan

Secara umum, penelitian ini disusun dalam kerangka sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan

Bagian ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian

meliputi : alasan peneliti memfokuskan kajian pada usaha penyadaran

berzakat melalui media sosial, alasan pemilihan LAZIS Muhammadiyah

(34)

21

sebagai obyek penelitian serta data – data lain penjelasan kemenarikan penelitian ini.

Selain itu di Bab 1, juga menjelaskan tentang rumusan masalah yang

menjadi fokus penelitian, tujuan, manfaat, konseptualisasi penelitian serta

penelitian terdahulu yang pernah dilakukan terkait dengan LAZIS

Muhammadiyah dan komunikasi penyadaran berzakat dimasyarakat

muslim kelas menengah melalui media sosial.

Bab II. Kerangka Teoritis

Bagian ini menjelaskan tentang teori – teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : media sosial, komunikasi pemasaran terpadu dan

kesadaran berzakat kelas menengah muslim

Bab III. Metode Penelitian

Bagian ini menjelaskan tentang pendekatan dan jenis metode

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, sumber data, teknik

pengumpulan dan analisa data berdasarkan proses penelitian yang

dilaksanakan oleh peneliti.

Bab IV. Profil LAZIS Muhammadiyah Surabaya

Pada bagian ini memberikan gambaran sekilas tentang obyek

penelitian yang diteliti meliputi : sejarah lahirnya, visi, misi, struktur

organisasi, program – program dan berbagai upaya penyadaran berzakat LAZIS Muhammadiyah Surabaya

(35)

22

Bab ini memaparkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan

masalah penelitian, meliputi : landasan (pertimbangan) LAZIS

Muhammadiyah Surabaya mengkonstruksi media sosial sebagai media

penyadaran berzakat, proses (usaha) yang dilakukan LAZIS

Muhammadiyah Surabaya dalam mengkonstruksi media sosial sebagai

media penyadaran berzakat, dan respon donatur yang tergolong

masyarakat kelas menengah muslim terhadap usaha penyadaran berzakat

melalui media sosial yang dilakukan oleh LAZIS Muhammadiyah

Surabaya.

Bab VI. Pembahasan

Pada bagian ini peneliti melakukan interpretasi terhadap data yang

sudah dikumpulkan berdasarkan teori integrated marketing communication

(IMC).

Bab VII. Penutup

Bab ini berisikan kesimpulan yang menjawab rumusan masalah yang

diteliti dan memberikan rekomendasi baik secara praktis maupun teoritis

(36)

23

BAB II

KERANGKA TEORETIS

A. Media Sosial

1. Pengertian

Dalam buku berjudul “Panduan Optimalisasi Media Sosial untuk Kementerian Perdagangan RI”, media sosial diartikan sebagai sebuah media

online, dimana para penggunanya melalui aplikasi berbasis internet dapat

saling berbagi informasi, berpartisipasi, menciptakan konten baik berupa

blog, wiki, forum, jejaring sosial, dan ruang dunia virtual lainnya.1

Secara sederhana, media sosial dapat didefinisikan sebagai bentuk

lintas komunikasi lewat penyebaran konten. Materi atau konten itu dapat

berupa suatu percakapan diskusi, video, opini, foto dan sebagainya.2

2. Karakteristik Media Sosial3

Pertama, media sosial dapat menjadikan pergeseran kekuatan dari

perusahaan kepada pelanggan, artinya : pelanggan dapat mengumpulkan

semua informasi yang mereka inginkan dan membandingkan sebelum

memutuskan dimana perusahaan untuk memilih.

Kedua, media sosial dapat diakses oleh mayoritas masyarakat.

Artinya: Jangkauan Internet sangat luas, hampir semua orang saat ini

1 Tim Pusat Humas Kementerian Perdagangan RI, Panduan Optimalisasi Media Sosial untuk Kementerian Perdagangan RI, (Jakarta : Pusat Humas Kementrian Perdagangan RI, 2014), 25.

2 Ibid, 56.

(37)

24

memiliki internet, jika mereka tidak memiliki internet, mereka juga bisa

mengakses internet pada ruang – ruang publik disekitar mereka.

Ketiga, memungkinkan tak tertandingi dalam cakupan & kecepatan.

Dengan media sosial informasi dapat dengan cepat menjadi viral dan

tersebar ke berbagai kalangan termasuk diliput oleh media – media komunikasi yang lainnya

Keempat, memperkecil biaya. perusahaan yang menggunakan media

sosial sebagai media komunikasi pemasaran, jauh mengeluarkan biaya yang

lebih kecil dibandingkan pemasaran secara secara tradisional.

3. Tujuan Penggunaan Media Sosial4

Media sosial dapat digunakan untuk kegiatan – kegiatan komunikasi pemasaran yang bertujuan antara lain :

a. Menyebarkan informasi

b. Menciptakan kesadaran

c. Mengumpulkan data riset sesuai kebutuhan

d. Membuat image (brand)

e. Menstimulasi mencoba

f. Meningkatkan layanan pada pelanggan (customer service)

g. Meningkatkan distribusi informasi

(38)

25

4. Ragam Jenis Media Sosial

Secara umum media sosial dapat dibagi menjadi 6 jenis berdasarkan ciri

– ciri penggunaannya5, antara lain :

a. Situs Web (Website)

Situs web biasanya digunakan oleh penggunanya untuk membagikan

informasi tertentu. Pengguna website diizinkan untuk mengubah,

menambah atau pun membuang konten – konten yang termuat di websitenya.6

Situs web menawarkan banyak keuntungan bagi berbagai macam

manfaat. Dalam sebuah situs dapat menghemat waktu dan tempat, tetapi

juga biaya. Situs web seringkali menjadi tempat bagi para pelanggan

untuk mengetahui informasi tentang suatu perushaan atau produk.7

Keuntungan situs web antara lain : 1.) Pelanggan akan lebih mudah

menemukan informasi lengkap tentang perusahaan, seperti dalam hal

lokasi usaha, atau nomor telepon perusahaan. 2.) Penyampaian

informasi yang cepat dan praktis mengenai sebuah produk, 3.)

Mengurangi tenaga pemasaran karena staf penjualan tidak perlu

membuat janji dengan calon pelanggan sekadar untuk menjelaskan

produk. 4.) Dapat membangun hubungan dengan pelanggan dengan

5 Tim Pusat Humas Kementerian Perdagangan RI, Panduan Optimalisasi Media Sosial, 26. 6 Ibid.

(39)

26

lebih baik karena memiliki content penawaran khusus seperti kuis dan

kontes secara online maupun dukungan fasilitas lainnya.8

Situs web dapat menyediakan berbagai informasi atau tips untuk

menarik pengunjung ataupun memberikan informasi tentang

perushaan. Selain itu, situs web bukan hanya memberikan sekedar

informasi tetapi juga memiliki fasilitas lainnya, seperti : tampilan

grafis, ruang dialog, suara, animasi, video, dan bahkan transaksi

penjualan barang dan jasa secara online.9

Tujuan beberapa perusahaan menggunakan situs web antara lain :

menyediakan informasi, mempengaruhi sikap, dan menciptakan

kesadaran (awareness) kepada perusahaan dan produknya.10

b. Situs Jejaring sosial

Sejak tahun 2002, internet bukan hanya menyediakan informasi,

tetapi juga memfasilitasi sosialisasi antar orang. Berbagai bentuk

jejaring sosial bermunculan dengan banyak keunggulan, keunikan,

karakteristik dan segmentasi yang beragam.11 Ragam jenis jejaring

sosial yang dapat digunakan untuk membangun relasi seperti :

Facebook, Friendster, MySpace, Wiser, Line, We Chat, WhatsApp,

Kakao Talk, Telegram dan lainnya.

Situs jejaring sosial memberikan jasa konektivitas melalui situs,

platform dan sarana yang berfungsi memfasilitasi pembentukan

8 Ibid.

9 Ibid., 321. 10 Ibid.

(40)

27

jaringan atau hubungan sosial di antara beragam orang yang

mempunyai ketertarikan, minat (interest), kegiatan, latar belakang,

maksud, kepentingan, tujuan, atau korelasi dunia nyata yang sama.12

c. Blog dan Microblog

Microblog memiliki karakteristik yaitu penggunanya memiliki

kebebasan dalam mengungkapkan suatu hal di blog itu, seperti

perasaan, pengalaman, pernyataan, sampai kritikan terhadap suatu hal,

seperti Twitter.13

d. Konten atau Isi

Konten atau isi yaitu di mana para user di website ini saling

membagikan konten-konten multimedia, seperti e-book, video, foto,

gambar, dan lain-lain seperti Youtube.14

e. Virtual Game World

Pengguna melalui aplikasi 3D dapat muncul dalam wujud

avatar-avatar sesuai keinginan dan kemudian berinteraksi dengan orang lain

yang mengambil wujud avatar juga layaknya di dunia nyata, seperti

online game.

f. Virtual Social World

Keenam, virtual social world, merupakan aplikasi berwujud dunia

virtual yang memberi kesempatan pada penggunanya berada dan hidup

di dunia virtual untuk berinteraksi dengan yang lain. Virtual social

12 Ibid.

(41)

28

world ini tidak jauh berbeda dengan virtual game world, namun lebih

bebas terkait dengan berbagai aspek kehidupan, seperti Second Life.

B. Komunikasi Pemasaran Terpadu (Integrated Marketing Communication)

1. Pengertian Komunikasi Pemasaran Terpadu

Teori komunikasi pemasaran terpadu, berangkat dari konteks organisasi

bisnis (perusahaan) dalam melakukan promosi (iklan) ke masyarakat. Teori

ini salah satunya di kembangkan oleh Peter D. Bennet. Teori ini berkembang

karena kebutuhan untuk promosi yang lebih dari sekedar menyampaikan

atau menciptakan nilai pelanggan, tetapi juga harus jelas dan bersifat

persuasif. Sehingga, idealnya dalam komunikasi pemasaran terintegrasi,

sebuah perusahaan harus mengkordinasi semua elemen bauran promosi agar

menghantarkan pesan yang jelas, konsisten dan persuasif tentang organisasi

(perusahaan) maupun produk.15

Kotler & Amstrong (2008) menyatakan bahwa dalam rangka

membangun hubungan dengan pelanggan yang baik tidak hanya

membutuhkan pengembangan produk ataupun harga produk yang baik,

tetapi perusahaan juga harus mengkomunikasikan proposisi nilai mereka

kepada pelanggan. Dalam mengkomunikasikan nilai perusahaan tidak dapat

dilaksanakan secara asal. Sebuah komunikasi harus direncanakan dan

dipadukan ke dalam program komunikasi pemasaran terpadu.16

(42)

29

Perkembangan berbagai teknologi media, mendorong konsumen

mendapatkan berbagai pesan tentang perusahaan dari berbagai sumber

(sarana) media komunikasi. Jika pesan yang didapatkan konsumen dari

berbagai sumber berbeda, maka akan berdampak pada kebingungan

pelanggan terhadap citra perusahaan, posisi merk dan hubungan pelanggan

dengan perusahaan. Misal, penggunaan web (media sosial) yang tidak

singkron dengan penjualan personal maka akan menghasilkan citra yang

kontradiksi dibenak konsumen.17

2. Prinsip Komunikasi Pemasaran Terpadu

a. Tujuan Komunikasi Pemasaran Terpadu

Secara umum tujuan IMC adalah mempengaruhi perilaku kalayak

sasaran melalui komunikasi pemasaran yang terintegrasi. Ini berarti IMC

tidak hanya meningkatkan kesadaran merek atau meningkatkan sikap

pelanggan melainkan untuk mendorong beberapa bentuk respon perilaku.

Tujuannya, dengan kata lain, adalah untuk menggerakkan orang untuk

bertindak.18

Jika dirincikan ada beberapa sub tujuan dalam IMC, antara lain :19

1) Memelihara atau meningkatkan pangsa pasar, maksudnya penerapan

IMC bertujuan untuk memperkuat hubungan perusahaan dengan pasar,

sehingga terjalin kepercayaan dari pelanggan yang mana hal tersebut

dapat meningkatkan pangsa pasar perusahaan.

17 Ibid., 119.

18 Kristoffer Ejebro, Integrated Marketing Communication (Connecting Company and Customer), (Lulea University of Tecnology, 2007), 12

(43)

30

2) Meningkatkan pengenalan merek. Perusahaan menggunakan IMC

untuk mengenalkan perusahaan, atau dalam hal ini merek perusahaan

kepada pelanggan.

3) Menginformasikan atau mengedukasi pasar. Memberikan informasi

tertentu pada masyarakat untuk menciptakan kesadaran masyarakat

untuk bertindak suatu perilaku tertentu.

b. Bauran Komunikasi Pemasaran Terpadu

Peter D. Bernet dalam buku komunikasi pemasaran Kotler & Amstrong

(2008) menjelaskan bahwa komunikasi pemasaran terpadu berkaitan

dengan bauran promosi pemasaran perusahaan. Bauran komunikasi

pemasaran merupakan paduan berbagai kegiatan promosi, spesifik iklan,

promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan personal, dan sarana

pemasaran langsung yang digunakan oleh perusahaan untuk

mengkomunikasi nilai secara persuasif dan membangun hubungan

pelanggan.20

Masing – masing bauran promosi memiliki berbagai media promosi yang digunakan untuk mengkomunikasikan tujuan tertentu pada konsumen.

Misalnya : kegiatan periklanan meliputi penyiaran, media cetak, Internet,

luar ruang, dan bentuk lain. Promosi penjualan meliputi sarana promosi

diskon, kupon, dan demonstrasi. Penjualan personal meliputi presentasi

(44)

31

penjualan, pameran dagang, dan program insentif. Hubungan masyarakat

meliputi siaran pers, sponsor, acara khusus, dan halaman web.21

Duncan (2002) menyatakan bahwa dalam komunikasi pemasaran

terpadu adalah strategi menggunakan berbagai alat komunikasi (bauran

komunikasi pemasaran) yang terkordinasi dengan baik.22 Kordinasi yang

baik akan tercipta bila ada departemen yang mampu membuat konsep,

mengkordinasi dengan baik berbagai kegiatan komunikasi pemasaran yang

dilakukan oleh Perusahaan. Semua pesan (pesan tentang produce, price

maupun place), figur ataupun program yang dikomunikasikan pada

pelanggan harus terintegrasi guna mencapai citra merek yang kuat dan

membuat pelanggan dapat bertindak sesuai harapan perusahaan.

c. Ragam Alat Atau Media Komunikasi Pemasaran Terpadu

Belch (2001) menyatakan bahwa seiring berkembangnya teknologi, ada

perubahan model alat komunikasi pemasaran yang bersifat 1 arah (the

traditional tools) menjadi 2 arah (the new tools). Dalam teori IMC, iklan,

penjualan personal, hubungan masyarakat dan event digolongkan sebagai

media komunikasi pemasaran yang bersifat tradisional. Sedangkan, internet

yang menggunakan teknologi dan bersifat interaktif masuk dalam kategori

media komunikasi pemasaran yang baru (new tools).23

21 Ibid, 117.

22 Kristoffer Ejebro, Integrated Marketing Communication (Connecting Company and Customer), 16.

(45)

32

Philip Kotler dalam buku Marketing Manajemen memberikan definisi

terhadap masing - masing kegiatan komunikasi pemasaran terdiri dari lima

alat utama komunikasi yaitu:24

1) Iklan: bentuk presentasi publik dan promosi gagasan, barang atau jasa

yang dibayar oleh sponsor yang teridentifikasikan.25 Periklanan sebagai

media komunikasi dalam waktu tertentu memiliki tujuan utama yang

dapat dikelompokan antara lain tujuan menginformasikan, membujuk

(mempersuasif) dan mengingatkan. Periklanan informatif adalah

periklanan yang bertujuan mengkomunikasikan nilai – nilai pada pelanggan, menjelaskan adanya produk baru dimasyarakat, menjelaskan

cara kerja produk baru, menyarankan penggunaan baru untuk suatu

produk, menginformasikan layanan yang terseda, memperbaiki kesan

yang salah, membangun merek (citra) maupun kepercayaan terhadap

perusahaan. Periklanan persuasif adalah iklan yang tujuannya mengubah

persepsi pelanggan terhadap atribut produk, membujuk pelanggan untuk

membeli sekarang, membujuk pelanggan untuk menerima panggilan

penjualan, dan meyakinkan pelanggan untuk memberitahu orang lain

mengenai merek. Biasanya periklanan yang bersifat persuasif cenderung

ada komparatif terhadap merek atau produk perusahaan lainnya.

Periklanan pengingat adalah periklanan yang berhubungan memelihara

hubungan pelanggan, mengingatkan konsumen bahwa produk itu

(46)

33

dibutuhkan dalam waktu dekat, mengingatkan untuk membeli dimana,

menjaga merek dalam pikiran pelanggan selama waktu tertentu. 26

2) Penjualan promosi: merupakan bauran komunikasi pemasaran yang

menekankan pada insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian

atau penjualan barang atau jasa.27 Tujuan promosi penjualan adalah

pembeli membeli produk atau jasa sekarang. Bentuk caranya antara lain

dengan memberikan kupon, harga khusus (diskon), undian dan lain – lain.

3) Public relations: Berbagai macam program untuk meningkatkan,

melindungi atau mempertahankan citra perusahaan atau produk

individualnya. Biasanya hubungan masyarakat menekankan pada

membangun hubungan dengan berbagai pihak agar mendapatkan

publisitas yang diinginkan, membangun image positif (kepercayaan)

pada perusahaan yang baik, atau untuk menyelesaikan rumor, berita, dan

kejadian yang tidak menyenangkan. Hubungan masyarakat lebih

menekankan pada kegiatan membangun hubungan baik yang dilakukan

oleh perusahaan kepada konsumen, investor, media dan komunitas

mereka. Bentuknya antara lain, hubungan pers, publisitas produk

(mempublikasikan produk), kegiatan kemasyarakatan, melobi, hubungan

investor, dan pengembangan (perusahaan membangun hubungan dengan

(47)

34

donor dan anggota organisasi untuk dapat membangun dukungan

finansial dan sukarela).

4) Penjualan personal atau Personal selling: interaksi tatap muka dengan

satu atau lebih calon pembeli untuk presentasi produk, menjawab

pertanyaan dan mendapatkan pesanan. Penjualan personal merupakan

bentuk presentasi pribadi yang dilakukan oleh wiraniaga perusahaan

dengan tujuan melakukan penjualan dan membangun hubungan dengan

pelanggan. Proses yang dilakukan antara lain pendekatan, presentasi dan

demonstrasi, memecahkan masalah keberatan, penutup dan tindak lanjut

untuk memastikan kepuasan pelanggan.28

5) Pemasaran langsung untuk membangun hubungan pelanggan langsung:

yaitu berkomunikasi secara langsung dengan konsumen tertentu secara

spesifik. Artinya, penggunaan surat, telepon, fax, e-mail, dan lain - lain

untuk mendapatkan respon lansung dari pelanggan dan calon pelanggan

spesifik (individual). Tujuan menggunakan pemasaran langsung adalah

mentarget konsumen secara individual, serta secara cermat memberikan

respon yang cepat pada konsumen dan membangun hubungan yang

langgeng.29

6) Pemasaran Online : adalah usaha yang dilakukan perusahaan untuk

memasarkan produk dan pelayanan serta bangunan hubungan pelanggan

melalui internet. Internet telah memberikan pemasar suatu cara yang baru

28 Ibid, 203.

(48)

35

untuk membangun nilai pelanggan dan hubungan pelanggan. Web telah

mengubah pandangan awal pelanggan tentang kenyamanan, kecepatan,

harga, informasi, produk dan layanan. Pemasaran online dapat dilakukan

melalui menciptakan situs web, menempatkan iklan dan promosi secara

online, menciptakan dan berpartisipasi dalam komunitas web,

menggunakan e-mail. Pemasaran online dapat menghantarkan lebih

banyak nilai kepada pelanggan secara menguntungkan.30

Dalam buku prinsip – prinsip pemasaran Kotler jilid 12 edisi ke-2, juga menjelaskan bahwa komunikasi pemasaran terintegrasi, cenderung

melampaui sarana promosi spesifik yang digunakan dalam tiap bauran

pemasaran. Dalam pandangan komunikasi pemasaran terintegrasi, seluruh

bauran pemasaran, meliputi promosi, produk, harga, dan tempat harus

dikordinasikan agar mendapatkan dampak komunikasi yang terbesar.31

d. Tahapan Merumuskan Komunikasi Pemasaran Terpadu

Dalam buku Philip Kotler dan Gery Amstrong dijelaskan bahwa dalam

perumuskan komunikasi pemasaran terpadu, dibutuhkan serangkaian

langkah sistematis yang sering disebut sebagai strategi komunikasi

pemasaran terpadu. Langkah – langkah itu meliputi antara lain:

Pertama, mengidentifikasi audiens sasaran. Dalam komunikasi dakwah

ini biasanya disebut dengan identifikasi mad’u (komunikan atau mitra

dakwah). Sedangkan dalam komunikasi pemasaran secara umum, audiens

(49)

36

sasaran dapat dibagi menjadi : audiens potensial, pengguna saat ini, deciders

(orang yang mempengaruhi keputusan pembelian), atau influencer (orang

yang mempengaruhi keputusan dan pilihan pembelian).32 Selain itu jika

berdasarkan jumlah audiens dapat dibagi menjadi : individu, kelompok,

publik tertentu, publik umum. Biasanya untuk mengetahui kondisi audiens

sasaran, riset pesan iklan maupun riset media. Riset ini dilakukan untuk

mengetahui pesan yang sesuai dengan audiens sasaran maupun media yang

tepat.

Kedua, menetapkan tujuan komunikasi pemasaran. Dalam tujuan

komunikasi yang paling terkenal adalah model tujuan AIDA (Attention,

Interest, Desire, dan Action). Klasifikasi ini didasarkan pada proses

psikologi sebelum seseorang membeli. Attention merujuk dalam perubahan

kognisi, sedangkan Interest dan Desire mengacu pada tahap afektif.

Sedangkan, action merupakan wujud dari tahap perilaku.33

Ketiga, merancang pesan komunikasi. Merancang pesan meliputi :

menetapkan pesan apa yang ingin disampaikan, bagaimana menyampaikan

pesan dengan logis, bagaimana menyampaikan pesan simbolis, menetapkan

siapa komunikator yang harus menyampaikan pesan.34 Aktivitas merancang

pesan komunikasi juga dapat dijelaskan lebih dalam dengan teori

komunikasi produksi pesan.

32 Fandi Tjiptono, 509

(50)

37

Tabel 2.1 Tahap Merancang Pesan Dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC)

a. Daya tarik rasional : manfaat dan kualitas produk b. Daya tarik emosional : humor, cinta, bangga, rasa

senang dll.

c. Daya tarik moral : mendorong konsumen untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial d. Daya tarik Fear (Ancaman) : menyajikan unsur –

unsur ancaman, ketakutan, kekhawatiran dalam pesan.

2. Menetapkan struktur pesan, agar pesan yang disampaikan logis

Berkaitan dengan penarikan kesimpulan dari pesan:36 a. Audiens menyimpulkan sendiri isi pesannya

(Implisit)

b. Perusahaan, lembaga menegaskan

kesimpulannya dengan jelas pada audiens. (Eksplisit)

Berkaitan dengan struktur pesan :

a. One Side Argument : dengan menyajikan argumen terlebih kuat terdahulu atau dengan pendekatan klimaks yaitu menghadirkan argumen utama di bagian akhir sebagai kesimpulan. Yang ditonjolkan adalah kelebihan atau aspek positivnya saja. Penekanan pesan hanya pada kepentingan pengirim pesan, pesan seperti ini

cocok untuk khalayak yang tingkat

pendidikannya rendah, bisa digunakan dalam iklan, serta tidak terkena counterargument

(argumen yang menentang)37

(51)

38

Urutan Penyajian Pesan :

a. Climax vs Anticlimax : Klimaks berarti meletakan bagian terpenting atau terkuat pada akhir pesan. Biasanya klimaks digunakan untuk audiens yang tingkat perhatian pada kepentingan cukup tinggi. b. Recency vs Primacy : Recency adalah aspek

positivnya di akhir. Sedangkan Primacy

kebalikan dari Recency.

Menyangkut Headline, copy, ilustrasi, dan warna (dalam media cetak), kata –kata, kualitas suara, dan vokalisasi

Menyangkut kredibilitas penyampai pesan, pesan yang disampaikan oleh subyek yang kredibel akan mengandung daya persuasif yang besar. Kredibilitas sumber pesan dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu :

1. Expertise : pengetahuan khusus yang dimiliki komunikator untuk mendukung dan melandasai klaimnya.

2. Trustworthiness : berkenaan dengan persepsi audiens terhadap obyektivitas dan kejujuran sumber pesan.

3. Likability : daya tarik penyampai pesan, meliputi : populer, ganteng, cantik, humoris, atletis dan lain sebagainya

Keempat, memilih saluran pemasaran. Saluran pemasaran secara umum

dibagi menjadi dua antara lain : saluran komunikasi pemasaran personal dan

saluran komunikasi non personal. Saluran komunikasi personal, terdiri atas

dua atau lebih orang yang saling berkomunikasi secara langsung, baik

dengan tatap muka, telepon, via e-mail, online chatting, maupun bentuk

presentasi. Secara umum metode komunikasi personal dapat diklasifikasi

Gambar

Tabel 3.2 Identitas Informan (Donatur LAZIS Muhammadiyah Surabaya) ....... 53
Gambar 5.8 Pedoman Zakat Pada Blog LAZIS Muhammadiyah Surabaya .... 139
Gambar 1.1. Pengguna Internet di Indonesia dari tahun 1998 – 2015
Tabel 2.1 Tahap Merancang Pesan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Putnam ―modal sosial adalah bagian dari organisasiorganisasi seperti kepercayaan, norma, dan jaringan sosial yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan

Dewasa ini banyak terjadi ketimpangan dan ketidakmerataan dalam masalah sosial ekonomi. Banyak orang yang mengatakan bahwa orang kaya semakin kaya serta orang miskin