• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komisi Doa (Bentuk-bentuk Pelayanan Komisi Doa di Jemaat GPIB “Bethesda” Sidoarjo Dalam Tinjauan Konseling Pastoral) T1 712008035 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komisi Doa (Bentuk-bentuk Pelayanan Komisi Doa di Jemaat GPIB “Bethesda” Sidoarjo Dalam Tinjauan Konseling Pastoral) T1 712008035 BAB I"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat dan sadar akan eksistensi Allah di dalam kehidupannya. Pertemuan dengan Kristus pun dipahami berada di dalam diri seseorang ataupun juga di dalam sebuah lingkup persekutuan orang percaya. Gereja sebagai wadah untuk kemudian mengumpulkan bahkan mempersatukan ragamnya pola pikir, ras dan budaya ini yang kemudian menjadi sangat penting untuk dikembangkan dan dipertahankan di tengah-tengah masyarakat. Gereja berasal dari istilah Yunani yaitu ekklesia, yang artinya pertemuan atau sidang (jemaat), dipahami sebagai tempat bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai “jemaat Allah”.1 Pertemuan ini merupakan hal yang penting bagi orang-orang percaya karena merupakan tempat bertemu dengan saudara-saudara yang beriman dan juga bertemu dengan Allah secara khusus.

Gereja dipahami sebagai wadah, yang hadir di bumi untuk dapat membawa misi keselamatan untuk menyampaikan kabar baik kepada semua orang, agar dapat merasakan dan juga mengalami sukacita, bahkan dapat menjawab pergumulan warga jemaat di tengah masyarakat. Pelayan yang berkerja di dalam gereja seperti pendeta ataupun majelis jemaat, kemudian diutus untuk dapat bekerja di dalam masyarakat agar dapat menyatakan misi dan sukacita tersebut. Kehadiran gereja lewat pelayanannya kemudian menjadi hal yang sangat penting untuk dapat menyatakan keberadaannya sebagai wadah yang hidup di dalam

1

(2)

masyarakat. Dengan itu maka para pelayan gereja pun harus memiliki wawasan dan teknik yang baik di dalam pendekatan terhadap jemaat, agar supaya jemaat kemudian dapat menerima dan merasakan kehadiran seorang pelayan gereja dalam kehidupannya.

Namun dalam kenyataannya Gereja, yang memiliki jumlah warga jemaat yang besar dan minimnya pelayan yang ada, serta beragam pergumulan dan pola pikir yang ada, membuat gereja menjadi wadah yang kurang berperan di dalam kehidupan jemaat Kristen. GPIB dalam hal ini yang merupakan salah satu gereja yang bersifat presbiter sinodal, senantiasa berupaya untuk menyampaikan misi dan pelayanannya melalui rangkaian pelayanan yang disatukan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Tata Gereja GPIB. Tata Gereja GPIB dipahami sebagai pencerminan dari inventarisasi pemikiran dan pengalaman, baik pada aras lingkup sinodal maupun jemaat dalam menggumuli organisasi dan penatalayanan GPIB.2 Peran Gereja di dalam Tata Gereja GPIB melingkupi banyak hal, namun secara khusus mengatur tentang hubungan Gereja dan Jemaat di tengah-tengah masyarakat. Rangkaian pelayanan grejawi diupayakan untuk dapat menjawab permasalahan jemaat yang ada, juga mengaktifkan Gereja yang merupakan wadah untuk kembali aktif dalam mengembalakan jemaatnya dan membantu jemaat sesuai dengan tugas panggilan gereja dan presbiter. Pendeta dan majelis jemaat yang merupakan anggota presbiter berperan di dalam hal penatalayan gereja untuk dapat mengembalakan jemaat agar dapat mencapai misi gereja itu sendiri. Sesuai dengan apa yang tertulis dalam Alkitab yaitu;

Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah diatas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.(1 Petrus 5:2,3).

Penggembalaan warga jemaat di dalam gereja tidak cukup hanya dengan berkhotbah saja, akan tetapi juga perlu dilakukan pendekatan kepada jemaat secara khusus. Pendekatan

2

(3)

melalui khotbah atau pemberitaan Firman dari atas mimbar dipahami kurang dapat menyentuh realitas kehidupan jemaat. Pendekatan ini disebut sebagai “konseling pastoral” (pastoral counseling). Kehadiran konseling dilandaskan pada pemahaman, bahwa individu sebagai bagian dari jemaat memiliki kebutuhan khusus, yang harus diberi perhatian secara khusus pula. Dengan pendekatan ini maka diharapkan adanya “jembatan” untuk dapat menghubungkan para pelayan jemaat dengan para anggota jemaat itu sendiri. Jembatan atau pendampingan pastoral ini berhubungan dengan manusia tidak peduli macam kepercayaan (agama), kedudukan sosial, atau pun prestisenya untuk dapat menjawab atau membantu kebutuhan manusia di dalam perjalanan hidupnya.3 Van Beek memahami konseling pastoral sebagai sebuah proses pertolongan yang pada hakekatnya adalah psikologis antara seorang penolong dengan seorang atau beberapa orang yang ditolongnya dengan maksud meringankan penderitaan dari yang ditolong. Sementara kata pastoral berasal dari bahasa Latin yang artinya “gembala” (Pastor). Seorang pastor adalah seseorang yang bersifat seperti gembala, yang bersedia merawat, memelihara, melindungi dan menolong orang lain dan bahkan seorang pastor juga ikut merasa bahwa karya semacam itu adalah “yang seharusnya” dilakukannya, katakanlah bahwa itu adalah “tanggung jawab dan kewajiban” baginya.4

Menurut Gerrit Singgih, Pendampingan atau Konseling Pastoral yang dilaksanakan di dalam gereja menurut konteks Indonesia, membuat warga jemaat yang ada didalamnya itu akan “bertumbuh”.5

Oleh sebab itu maka pelayanan yang ada harus sesuai dengan kondisi jemaat, baik dari sosial warga jemaat. Dengan adanya pendampingan di dalam pengembalaan gereja, maka kita dapat mengerti apa sebenarnya kebutuhan warga jemaat. Fungsi pastoral, dalam hal ini adalah, penyembuhan, mendukung/penopangan, pembimbingan, perdamaian,

3

Mesach Krisetya, Konseling Pastoral, (Salatiga: Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana, 2010), 5.

4

Aart M. van Beek, Konseling Pastoral, (Semarang: Satya Wacana, 1987), 16-17

5

(4)

dan pemeliharaan, diharapkan dapat menjawab permasalahan di dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Kekhususan proses konseling pastoral di dalam penugasannya juga dapat menempatkan orang dalam relasinya dengan Allah, menjadikan Allah sebagai realita, membuat wilayah kerja dan kompetensi konselor pastoral menumbuhkan spiritualitas dengan menggunakan sumber-sumber agamis dalam konseling, membantu orang-orang dalam belajar untuk hidup dan mengembangkan kompetensi hubungan antar pribadi, serta membuat konselor dapat memiliki kuasa untuk memberkati dan bahkan diberkati.6 Dengan itu maka, pendampingan pastoral sangat penting di dalam sebuah gereja sehingga ketika ada permasalahan yang dihadapi oleh jemaat, gereja mengadakan pendekatan melalui perkunjungan pendeta, khotbah dan Pemahaman Alkitab.

Dengan itu maka sebagai Gereja, upaya lain dimungkinkan, untuk dapat membantu tercapainya pendampingan jemaat secara menyeluruh. Upaya ini kemudian dituangkan melalui sebuah organisasi atau kelompok kerja yang terbentuk di dalam gereja dengan misi yang sama yaitu mendampingi jemaat secara khusus. Kelompok ini disebut sebagai “Komisi Doa”. Dengan tugas yang telah diberikan, maka tim atau kelompok ini kemudian melayani

ke dalam keluarga-keluarga secara khusus. komisi doa berada di dalam sebuah pelayanan yang berisikan percakapan pribadi dan berdoa bersama, yang dapat membawa jemaat untuk dapat lebih terbuka satu dengan yang lain dan juga mempertemukan jemaat kepada Allah melalui doa. Pendampingan jemaat ini, juga memberdayakan warga jemaat yang ingin melayani dan ikut membantu di dalam tugas pelayanan pendeta dan majelis jemaat.

Pemberdayaan warga jemaat ini kemudian dipahami sebagai cara mengajak jemaat yang ada diluar jabatan gereja untuk dapat belajar melayani satu dengan yang lain dan melihat kondisi kehidupan sesama jemaat dalam sebuah gereja. Dalam pelayanan bersama ini

6

(5)

maka seseorang dapat belajar dari orang lain mengenai kehidupan. Seperti yang dikatakan oleh Totok Wiryasaputra, bahwa sesungguhnya, manusia bertumbuh dalam proses menjumpai dan dijumpai.7 Dengan proses ini maka kita akan bersama-sama memahami kebutuhan hidup manusia di dalam setiap pergumulannya bahkan juga dapat saling membantu, menguatkan dan menghibur satu dengan yang lain. Dengan dasar inilah GPIB “Bethesda” Sidoarjo lalu kemudian membentuk komisi doa untuk dapat membantu tugas

pelayanan pendeta dan majelis jemaat di dalam gereja. Di samping itu, GPIB Sidoarjo memiliki jumlah warga jemaat yang besar, Kurang lebih 900-KK dengan 13 Sektor membuat pendeta dan majelis jemaat kewalahan untuk dapat melakukan pelayanan secara total di dalam hal pendampingan pastoral dari satu keluarga ke keluarga lain secara menyeluruh. Dengan itu maka komisi doa menjadi sangat membantu untuk melakukan pelayanan pastoral kepada jemaat serta menjalankan fungsi pastoral untuk menjawab pergumulan jemaat itu sendiri.

Pendampingan seperti ini di dalam gereja sangat penting untuk meringankan tugas pendeta dan majelis jemaat dalam menyampaikan misi gereja dalam kehidupan berjemaat serta membuat jemaat bertumbuh di dalam iman dan pelayanannya dengan ikut serta di dalam pelayanan gereja. Namun, perlu juga di ketahui apakah fungsi pastoral di dalam pendampingan pastoral melalui komisi doa tersebut telah sesuai dengan lima fungsi pastoral yang ada dan dapat menjawab pergumulan jemaat di dalam gereja tersebut.

Berdasarkan alasan-alasan sebagaimana disebutkan di atas maka skripsi ini diberi judul :

“KOMISI DOA”

(Bentuk – bentuk Pelayanan Komisi Doa di Jemaat GPIB “BETHESDA” SIDOARJO dalam Tinjauan Konseling Pastoral)

7

(6)

1.2. Batasan Masalah

Menyadari bahwa ruang lingkup konseling pastoral cukup luas, maka penulis membatasi penyusunan skripsi ini dalam ruang lingkup peran komisi doa di dalam sebuah kelompok jemaat yang berfungsi untuk membantu tugas pelayanan patoral dengan memberdayakan warga jemaat sebagai anggota di dalam pelaksanaan komisi doa tersebut.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah penulisan skripsi ini sebagai berikut:

Apakah Bentuk-bentuk pelayanan komisi doa di GPIB “Bethesda” Sidoarjo sesuai dengan prespektif pastoral?

1.4. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Mendeskripsikan Bentuk-bentuk pelayanan komisi doa di GPIB “Bethesda” Sidoarjo dalam prespektif pastoral.

1.5. Metodelogi

(7)

yang mendalam guna memperoleh jawaban yang dapat menjawab permasalahan.8 Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”. Dengan Metode ini penulis pun

menggabungkan buku yang merupakan sumber teori dan wawancara kepada pihak-pihak terkait dengan judul dan sub.judul skripsi ini. Namun penulis tidak memberikan verbatim, penulis kemudian membahasakannya dalam kata-kata. Melalui metode kualitatif dengan penerapan penelitan deskriptif ini, maka akan didapatkan data primer dan sekunder.

1. Data Primer :

a. Wawancara : wawancara dilakukan kepada narasumber terkait antara lain pendeta yang melayani di GPIB “Bethesda” Sidoarjo, Majelis Jemaat,

Ketua dan Anggota Komisi Doa, serta beberapa jemaat yang dirasa mampu mewakili suara Jemaat GPIB “Bethesda” Sidoarjo. Jenis

wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu kombinasi dari wawancara bebas dan wawancara terpimpin, penulis hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara, penulis hanya mengarahkan orang yang diwawancarai untuk menjawab sesuai kebutuhan agar tidak kehilangan arah.9 Wawancara ini dilakukan secara langsung tatap muka-perorangan sehingga diharapkan akan mendapat data yang lebih intensif dan valid. b. Observasi partisipan : penulis mengikuti Kegiatan yang diadakan oleh

Komisi Doa didalam setiap kunjungan kebeberapa jemaat sesuai dengan

8

Koentjaranigrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat. (Jakarta : Gramedia, 1980) 30-37.

9

(8)

kebutuhan, sehingga mampu mengumpulkan data dengan cara mengamati dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan topik penulisan skripsi ini. Menurut Burhan Bunging, di dalam pengumpulan data, observasi partisipasi adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan.10

Data Sekunder : Data sekunder diperoleh melalui kajian kepustakaan yang berkaitan dengan penulisan dan yang bermanfaat untuk menyusun landasan teoritis sebagai tolak ukur dalam menganalisa data penelitian lapangan yang berguna menjawab persoalan pada rumusan masalah penelitian.

Lokasi dari Penelitian adalah di jemaat GPIB “Bethesda” Sidoarjo

a) Subjek Analisa dari penelitian ini adalah warga jemaat, dengan tujuan untuk menggali pemahaman mengenai pendampingan pastoral terhadap jemaat melalui pelayanan komisi doa, di jemaat GPIB “Bethesda” Sidoarjo.

b) Waktu Penelitian: penelitian dengan teknik wawancara – observasi ini akan dilakukan selama 1 bulan pada bulan Desember 2012.

c) Informan: penelitian ini akan mendapatkan berbagai informasi dari para informan antara lain : Anggota Komisi Doa.

1.6. Signifikansi penelitian

Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Memberi masukan bagi pendeta dan majelis jemaat didalam pelaksanaan pendampingan pastoral melalui komisi doa di jemaat GPIB “BETHESDA” Sidoarjo. 2. Memberi masukan bagi jemaat untuk saling terbuka di dalam pelaksanaan pelayanan

komisi doa agar jemaat dapat dikuatkan ketika menghadapi masalah kehidupan yang

10

(9)

ada, dan jemaat benar-benar dapat merasakan fungsi dan tugas gereja di dalam kehidupan secara pribadi.

3. Memberi masukan bagi Fakultas, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pelengkap dan tambahan pengetahuan khususnya sehubungan dengan studi pastoral. Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi mahasiswa teologi yang berminat pada studi pastoral serta yang akan terjun dalam pelayanan di gereja dan masyarakat.

1.7 Susunan penulisan

Sistematika yang disajikan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

1.2Batasan Masalah

1.3. Rumusan Masalah

1.4 Tujuan Penelitian

1.5 Manfaat Penelitian

1.6 Signifikansi Penelitian

1.7 Sistematika Penulisan

(10)

2.2 Tugas dan Panggilan Gereja

2.3 Pengertian Pastoral

2.4 Fungsi Pastoral

2.5 Pengertian Konseling Pastoral

2.6 Tahap-Tahap Konseling Pastoral

Bab III PENDEKATAN LAPANGAN

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah Majelis Jemaat perlu mengadakan pembinaan mengenai pendampingan secara intensif kepada warga jemaat terutama

dengan Pelayanan Konseling Pastoral dalam GKP Jemaat Cimahi, maka yang berperan.. melakukan pelayanan tersebut adalah Majelis Jemaat dan Pendeta Konsulen yang

Untuk memahami apa itu pelayanan Konseling Pastoral Holistik yang dilakukan oleh gereja (pendeta serta majelis dan atau jemaat dengan kompetensi), maka kita

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepemimpinan pendeta dalam pelayanan GPIB Jemaat Siloam Kerayan Dari Perspektif Kepemimpinan Transformasional.. Penelitian ini

Bagi warga jemaat yang memerlukan pelayanan dapat menghubungi Pengurus Sektor atau Majelis Jemaat setempat atau dapat langsung ke kantor sekretariat Majelis Jemaat

Inilah yang perlu kami (Gereja) pelajari ketika gereja melakukan kunjungan terhadap warga jemaat yang sakit, terkhususnya bagi warga jemaat pasca stroke tidak

SIHOMBING usia 61th (Sektor Yusuf) Pemakaman telah dilaksanakan pada hari Kamis, 18 Mei 2017 di TPU Pondok Rangon Majelis Jemaat dan Warga Jemaat GPIB Gideon menyatakan

Bagi warga jemaat yang memerlukan pelayanan dapat menghubungi Pengurus Sektor atau Majelis Jemaat setempat atau dapat langsung ke kantor sekretariat Majelis Jemaat