• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN ‎HADIAH JALAN SEHAT DARI HASIL PENJUALAN KUPON DI ‎DESA MADE KECAMATAN SAMBIKEREP SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN ‎HADIAH JALAN SEHAT DARI HASIL PENJUALAN KUPON DI ‎DESA MADE KECAMATAN SAMBIKEREP SURABAYA."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN

HADIAH

JALAN SEHAT DARI HASIL PENJUALAN KUPON DI

DESA MADE

KECAMATAN SAMBIKEREP SURABAYA

SKRIPSI

Oleh

Muhimatul Khoiroh Nim. C32212087

Universitas Islam Negeri SunanAmpel Fakultas Syari’ah dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah‎(Muamalah) Surabaya

(2)

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN AIAAIAHAIEI HALAI HAIDAH

AIAAEH L APIEI HEP L HAA

H DESA MADE KECAMATAN SAMBIKEREP

SURABAYA

SKRIPSI Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Syariah dan Hukum

Oleh:

Muhimatul Khoiroh NIM. C32212087

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

FakultasHAyari’ahHdanHAukum

Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Surabaya

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Skripsi dengen judul Perspektif Hukum Islam Terhadap Pemberian Hadiah Jalan

Sehat Dari Hasil Penjualan Kupon Di Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya ini

merupakan penelitian yang akan menjawab permasalahan, 1) Bagaimana Praktik

Pemberian ‎Hadiah Jalan Sehat Dari Hasil Penjualan Kupon Di ‎Desa Made Kecamatan

Sambikerep? dan 2) Perspektif Hukum Islam Terhadap Pemberian ‎Hadiah Jalan Sehat

Dari Hasil Penjualan Kupon di ‎Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya ?

Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan analisis teknik kualitatif, yaitu menggambarkan kondisi, situasi, atau fenomena yang tertuang dalam data yang diperoleh tentang penerapan pengambilan keuntungan pada penjualan kupon dan pemberian hadiah jalan sehat di Desa Made Sambikerep Surabaya. Kemudian dianalisis dengan menggunakan pola pikir deduktif, yakni dengan menjelaskan terlebih dahulu berbagai hal mengenai konsep jual beli dan undian. Setelah menjelaskan konsep-konsep akan dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan.

Praktik pemberian hadiah jalan sehat yang terjadi didesa Made Sambikerep Surabaya, yang dilakukan oleh organisasi muda karang taruna sebagai pihak panitia. Panitia mengambil hadiah jalan sehat dari hasil mengajukan sebuah proposal kepada perusahaan-perusahaan swasta dan dari hasil penjualan kupon kepada warga. Panitia menjual kupon kepada warga dengan unsur paksaan, semua warga diwajibkan untuk membeli dua lembar kupon dengan harga Rp. 5000,- per kupon. Dana yang didapatkan dari hasil tersebut digunakan untuk keperluan acara jalan sehat seperti konsumsi, dekorasi, sounsistem, keseketariatan, cetak kupon dan untuk membeli hadiah yang diberikan kepada warga yang memenangkan undian. Pada dasarnya penjualan kupon yang dilakukan oleh panitia acara jalan sehat berhadiah hukumnya sah, karena dalam jual beli kupon tersebut tidak terdapat unsur paksaan, karena jalan sehat berhadiah tersebut sudah terkait oleh perintah ketua RW. sedangkan membeli tiket demi berharap untuk mendapatkan hadiah hukumnya tidak boleh. Karena mengadu nasib dengan tujuan agar mendaptkan hadiah lewat praktik semacam ini termasuk judi yang dilarang.

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

BAB I : PENDAHULUAN • Latar Belakang Masalah ... 1

• Identifikasi dan Batasan Masalah ... 6

• Rumusan Masalah ... 7

• Kajian Pustaka ... 7

• Tujuan Penelitian ... 9

• Kegunaan Hasil Penelitian ... 10

• Definisi Operasional ... 11

• Metode Penelitian ... 12

• Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II : KONSEP JUAL BELI • Jual Beli  Pengertian Jual Beli ... 20

 Dasar Hukum Jual Beli ... 23

(9)

 Syarat Jual Beli ... 27

 Undian  Pengertian Undian ... 29

 Dasar Hukum Undian ... 33

 Sistem Kegiatan Undian ... 35

 Judi  Pengertian Judi ... 36

 Dasar Hukum Judi ... 37

 Hibah • Pengertian Hibah ... 39

• Dasar Hukum Hibah ... 40

• Rukun dan Syarat Hibah ... 42

• Balasan Hadiah dan Pencabutan Hadiah ... 44

BAB III : PRAKTEK PEMBERIAN HADIAH JALAN SEHAT DARI HASIL PENJUALAN KUPON DI DESA MADE SAMBIKEREP SURABAYA • Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 46

• Praktek Pemberian Hadiah Jalan Sehat Dari Hasil Penjualan Kupon di Desa Made Sambikerep Surabaya ... 50

BAB IV : ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN HADIAH JALAN SEHAT DARI HASIL PENJUALAN KUPON DI DESA MADE SAMBIKEREP SURABAYA • Analisis terhadap Praktek Pemberian Hadiah Jalan Sehat Dari Hasil Penjualan Kupon di Desa Made Sambikerep Surabaya ... 56

• Analisis Perspektif Hukum Islam Terhadap

(10)

Penjualan Kupon di Desa Made Sambikerep

Surabaya ... 58

BAB V : PENUTUP

• Kesimpulan ... 64

• Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

• Data Pendidikan Penduduk ... 48

(12)

DAFTAR BAGAN

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang sempurna yang mengatur aspek

kehidupan manusia secara keseluruhan, baik akidah, ibadah, akhlak maupun

muamalah. Dalam Islam hukum merupakan ajaran agama dan norma hukum

yang harus ditaati berdasarkan kepada wahyu Allah yang telah diturunkan

melalui Rasulullah. Oleh karena itu hukum Islam merupakan jalan yang telah

digariskan oleh Allah untuk manusia.

Hukum Islam dapat disebut dengan berbagai istilah antara lain:

syariah, ‎fiqh dan terjemahan lainnya. Syariah adalah kumpulan dari beberapa

hukum ‎yang ditetapkan oleh Allah kepada semua manusia melalui lisan

rasul-Nya ‎Muhammad SAW baik dalam kitab-Nya dan sunnah rasul-Nya.

Fiqh pada mulanya berarti pengetahuan keagamaan yang mencakup seluruh

ajaran agama, baik berupa akidah, akhlak, maupun amaliah (ibadah). namun

pada perkembangannya fiqh diartikan sebagai bagian dari syariah islamiah

yaitu pengetahuan tentang hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia

yang telah dewasa dan berakal sehat yang diambil dari dalil-dalil yang

terperinci.1

(14)

2

Islam mengatur seluruh aspek hidup yang terkait dengan individu,

keluarga, masyarakat, atau yang berhubungan dengan negara. Ulama fiqh

membagi ilmu fiqh beberapa bidang, salah satunya adalah fiqh muamalah.2

Ulama fiqh ‎membagi ilmu fiqh beberapa bidang, salah satunya adalah

fiqh muamalah.‎‎ Fiqh ‎muamalah merupakan peraturan-peraturan allah yang

harus diikuti dan ditaati oleh manusia dalam hidup bermasyarakat untuk

menjaga kepentingan sesama manusia dalam memperoleh dan

mengembangkan harta bendanya. ‎Namun dapat diartikan juga aturan Islam

yang mengatur tentang kegiatan ‎ekonomi yang dilakukan manusia.‎3

Begitu juga dengan manusia diciptakan oleh Allah yang dilengkapi

dengan akal dan syahwat, yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan rohaniah maupun jasmaniah.tetapi

kebanyakan manusia hanya cenderung untuk memenuhi kebutuhan

jasmaniah, seperti hasrat akan harta kekayaan. sehingga manusia harus

bekerja semaksimal mungkin dengan cara berbisnis.

Bisnis merupakan kegiatan untuk menghasilkan dan mendistribusikan

barang-barang dan jasa-jasa untuk kepentingan bersama baik bagi produsen

dan konsumen atau penjual dan pembeli.4

Muamalah menggambarkan suatu aktifitas yang dilakukan oleh

seseorang dengan seseorang atau beberapa orang dalam memenuhi

kebutuhan masing-masing.5

2 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012), 2.

3 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 3.

4 Ismail Nawawi Uha, Bisnis Syariah-Pendekatan Ekonomi Dan Manajemen Doktrin, Teori Dan

(15)

3

Ruang lingkup muamalah dalam kegiatan ekonomi ialah ija@b qa@bul,

saling meridhai, tidak adanya keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan

kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, penimbunan, dan segala

sesuatu yang bersumber dari indera yang berkaitan dengan peredaran harta

dalam kehidupan bermasyarakat.

Allah SWT dalam kegiatan muamalah melarang manusia merugilkan

orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang

sebanyak-‎

banyaknya. Selain itu, manusia juga dilarang memakan harta yang

diperolehnya ‎dengan cara batil (tidak sah). Sebagimana firman Allah SWT

Surat An-Nisa ayat 29 :





























Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta ‎sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang ‎berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu ‎membunuh dirimu, sesungguhnya Allah

adalah Maha Penyayang kepadamu.”‎6

Kegiatan jual beli merupakan salah satu kegiatan yang dapat

memicu ‎persoalan dalam kehidupan seseorang dari segala lapisan

masyarakat. Hal ‎tersebut dipicu dengan adanya krisis ekonomi suatu negara

dan beberapa ‎kebijakan pemerintah mengenai kegiatan ekonomi. Namun

5 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), 01.

6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, Cet. IV, 2013),

‎‎

(16)

4

dalm Islam kegiatan ‎jual beli dilarang merugikan orang lain, sehingga akan

tercapai kemaslahatan ‎umat. Sesuai denga firman Allah SWT Surat

Al-Baqarah Ayat 275 :‎























































Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan ‎seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit ‎gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata ‎‎(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah ‎menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai ‎kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), ‎maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); ‎dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), ‎maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.‎‎”‎7

Salah satu sifat yang terpenting bagi pebisnis yang diridhai Allah

SWT ‎adalah kejujuran. Kejujuran merupakan faktor penyebab

keberkahan bagi ‎pedagang dan pembeli. Namun sebaliknya jika jual beli

tersebut saling ‎menyembunyikan kebenaran dan berdusta, maka akan

melenyapkan keberkahan ‎transaksi tersebut ‎.‎

Oleh karena itu manusia didorong untuk melakukan usaha yang

bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain agar tidak saling merugikan

(17)

5

antar satu dengan yang lainnya. dari kerja keras manusia dalam mencari

harta kekayaan tidak kenal lelah, maka terjadilah bentuk kesenjangan

sosial. salah satu bentuk kesenjangan sosial yang terjadi adalah masalah

perjudian yang berkembang tanpa mengenal status sosial, baik dari

kalangan bawah maupun kalangan atas.

Kegiatan jual beli dalam rangka mencari keuntungan seharusnya

diakukan dengan cara yang diperbolehkan oleh syariat Islam sehingga

tidak ‎hanya mendapatkan keuntungan namun juga mendapatkan

keberkahan. Salah ‎satu contoh kegiatan jual beli yaitu penjualan kupon

oleh penyelenggara jalan sehat berhadiah di Desa Made Kecamatan

Sambikerep ‎Surabaya. Untuk memperingati hari kemerdekaan 17

Agustus 1945 organisasi karang taruna di Desa Made mengadakan jalan

sehat berhadiah yang wajib diikuti oleh semua warga sekitar di desa

tersebut. Setiap satu keluarga diwajibkan untuk membeli dua buah

kupon dengan harga lima ribu rupiah (Rp. 5000,00) per kupon dan

diwajibkan bagi warga untuk mengikuti jalan sehat berhadiah tersebut.

Pembelian kupon diwajibkan bagi warga dengan tujuan panitia

mendapatkan uang yang sebanyak-banyaknya dari penjualan kupon.

Hasil penjualan tersebut akan digunakan oleh penyelenggara jalan sehat

untuk membeli hadiah yang akan dibagikan.

Permasalahan di atas akan diangkat oleh peneliti dengan

pandangan hukum Islam. Hukum Islam merupakan salah satu metode

(18)

6

dipaparkan oleh beberapa ulama. Transaksi jual beli yang ‎dilakukan oleh

penyelenggara jalan sehat dalam penjualan kupon pada awalnya

diperbolehkan namun karena adanya kewajiban bagi warga sekitar untuk\

membeli kupon tanpa memikirkan keadaan pembeli kupon dan adanya

pemberian hadiah dari hasil uang penjualan kupon maka hukum jual beli

kupon dan pemberian hadiah tersebut perlu dikaji kembali.‎

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menganggap

permasalahan ‎tersebut perlu dibahas untuk mengetahui hukum praktik

jual beli dan pemberian hadiah tersebut. Oleh ‎karena itu, penulis akan

melakukan penelitian dengan menggangkat judul ‎‎“Perspektif Hukum

Islam Terhadap Pemberian ‎Hadiah Jalan Sehat Dari Hasil Penjualan

Kupon Di ‎Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya”.

B. Identifikasi Dan Batasan Masalah

Identifikasi masalah dilakukan untuk menjelaskan

kemungkinan-‎

kemungkinan cakupan masalah yang dapat muncul dalam penelitian.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi

masalah-‎

masalah sebagai berikut:‎

1. Undian berhadiah.

2. Warga Desa Made Sambikerep Surabaya.

3. Pelaksanaan jalan sehat berhadiah.

4. Perspektif hukum Islam terhadap pemberian hadiah jalan sehat dari hasil

(19)

7

Pokok masalah pelaksanaan di atas meliputi berbagai aspek bahasan

yang masih bersifat umum sehingga dapat terjadi berbagai macam masalah dan

pemikiran yang berkaitan dengan itu, sebagai tindak lanjut agar lebih praktis

dan khusus diperlukan batasan masalah yang meliputi:

1. Aplikasi pemberian hadiah jalan sehat dari hasil penjualan kupon di Desa

Made Kecamatan Sambikerep Surabaya.

2. Perspektif Hukum Islam terhadap pemberian hadiah jalan sehat dari hasil

penjualan kupon di Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

ditarik rumusan masalah, sebagai berikut:

1. Bagaimana aplikasi pemberian hadiah jalan sehat dari hasil penjualan

kupon di Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya?

2. Bagaimana Perspektif Hukum Islam terhadap pemberian hadiah jalan sehat

dari hasil penjualan kupon di Desa Made Kecamatan Sambikerep

Surabaya?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini adalah untuk mendapatkan gambaran topik yang

akan diteliti dengan penelitian yang sejenis yang pernah dilakukan oleh

(20)

8

awal. Topik utama yang dijadikan objek penelitian dalam karya tulis ilmiah

adalah undian berhadiah.

Pembahasan tentang undian berhadiah pernah dikaji oleh beberapa

penulis, di antaranya:

1. “Tinjauan Hukum Islam terhadap Pemancing Ikan Bandeng Berhadiah Di

Pantai Ria Kenjeran Surabaya”. Oleh Luluk Faridah (C0.4.3.94.073) pada

tahun 2001, karya ini membahas proses perlombaan pemancingan ikan

bandeng, dan bagaimana pemenang akan ditentukan, dan apakah kegiatan

tersebut termasuk judi.‎ pemanjingan ikan bandeng di pahami sebagai suatu

kegiatan pemancingan yang disebut juga Galatama dimana tiap-tiap

peserta melakukan lomba dengan berebut ikan yang telah dilepaskan oleh

panitia untuk memperoleh ikan berdasarkan berat ringannya ikan.

prmsncingan ikan ini jika ditinjau menurut hukum islam diperbolehkan

karena tidak adanya unsur mengundi nasib hanya sekedar perlombaan.8

2. “Tinjauan Hukum Islam terhadap Undian Berhadiah Pada Bank BRI

Cabang Surabaya”. Oleh Nisaul Faidah (C02206131) pada tahun 2010,

karya ini membahas tentang praktek program undian berhadiah tabungan

BRI Britama. penulis menitik beratkan kepada hukum praktek program

undian berhadiah tabungan BRI Britama apakah mengandung unsur

perjudian. praktik undian berhadiah Tabungan BRI Britama pada Bank BRI

(21)

9

Cabang Surabaya bukanlah merupakan praktik perjudian yang diharamkan

oleh islam.9

3. “Tinjauan Hukum Islam terhadap Kuis SMS Berhadiah di JTV Surabaya”

oleh Mirna Nurma Anik (C04301052) pada tahun 2007, karya ini

membahas pandangan hukum islam terhadap kuis SMS Haji yang

diselenggarakan oleh JTV Surabaya tersebut. Penulis menitik beratkan

kepada Kuis SMS HAJI di JTV Surabaya apakah mengandung unsur

perjudian. Kuis SMS HAJI di JTV Surabaya termasuk perjudian, 10

Dari beberapa karya ilmiah di atas dapat dilihat bahwa

penelitian-penelitian selama ini belum ada yang membahas tentang pemberian

hadiah jalan sehat yang dananya diambil dari hasil penjualan kupon

sehingga penulis akan menitik beratkan penelitian tentang hukum

pemberian hadiah jalan sehat dari hasil penjualan kupon yang dilakukan

oleh organisasi Karang Taruna Desa Made Kecamatan Sambikerep

Surabaya yang tercover dalam judul “Perspektif Hukum Islam terhadap

Pemberian Hadiah Jalan Sehat dari Hasil Penjualan Kupon”

E. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

9 Nisaul Faidah, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Undian Berhadiah Pada Bank BRI Cabang Surabaya”, (Surabaya: Skripsi Fakultas Syariah Jurusan Muamalah, 2010).

(22)

10

1. Untuk mengetahui aplikasi pemberian hadiah jalan sehat dari hasil

penjualan kupon di Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya.

2. Untuk mengetahui perspektif hukum islam terhadap pemberian hadiah

jalan sehat dari hasil penjualan kupon di Desa Made Kecamatan

Sambikerep Surabaya.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembacanya,

baik bersifat teoritis maupun praktis, kegunaan tersebut antara lain:

1. Kegunaan secara teoritis

a. Sebagai tambahan pemikiran, wawasan keilmuan dalam perkembangan

ilmu hukum islam, pada masalah perspektif hukum islam terhadap

pemberian hadiah jalan sehat dari hasil penjualan kupon dan

menambah bahan kepustakaan.

b. Memberikan informasi penerapan pemberian hadiah jalan sehat di Desa

Made kecamatan Sambikerep Surabaya.

c. Memberikan gambaran tentang pemberian hadiah jalan sehat di Desa

Made kecamatan Sambikerep Surabaya.

2. Manfaat Secara Praktisi

1. Mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir, dan mengetahui

kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperolehnya.

2. Mencari kesesuaian antara teori yang telah didapatkan dengan praktek

(23)

11

3. Hasil dari penelitian dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

berkaitan dengan penelitian ini, yaitu mengenai pemberian hadiah jalan

sehat dari hasil penjualan kupon di Desa Made Kecamatan Sambikerep

Surabaya.

G. Definisi Operasional

Memahami judul sebuah skripsi perlu adanya pendefinisian judul secara

operasional agar dapat diketahui secara jelas. Judul yang akan penulis bahas

dalam skripsi ini adalah “Perspektif Hukum Islam Terhadap Pemberian Hadiah

Jalan Sehat dari Hasil Penjualan Kupon (Studi Kasus di Desa Made Kecamatan

Sambikerep Kabupaten Surabaya)”.

Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman dalam pengertian

maksud dari judul di atas, maka penulis memberikan definisi yang menunjukkan

ke arah pembahasan yang sesuai dengan maksud yang dikehendaki dari judul

tersebut sebagai berikut:

Hukum Islam :Hukum islam adalah peraturan-peraturan dan

ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan kehidupan berdasarkan

Al-Qur’an, Hukum Syari’ dan al-Hadis.11 Yang berkaitan dengan

jual beli dan hadiah.

Hadiah : Hadiah adalah pemberian uang, barang, jasa kepada orang

lain sebagai penghargaan atau penghormatan terhadap sesuatu

yang telah dilakukannya

(24)

12

Jalan sehat : Jalan sehat adalah olah raga ringan yang menyehatkan serta

sangat efektif membangun komunikasi dan kebersamaan.

Penjualan kupon : Penjulan kupon merupakan salah satu kegiatan ekonomi

yang ‎dilakukan oleh penjual dan pembeli dengan objek kupon.

H. Metode Penelitian

Agar sebuah karya ilmiah (dari sebuah penelitian) dapat mencapai apa

yang diharapkandengan tepat dan terarah dengan menggunakan metode ilmiah.

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kualitatif. Adapun dalam metode penelitian yang digunakan

adalah sebagai berikut:

1. Data yang akan dikumpulkan

Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek uraian-uraian,

bahkan dapat berupa cerita pendek.12

Data yang akan dikumpulkan untuk mendapatkan pemecahan masalah

dalam rumusan masalah skripsi ini. Dihimpun beberapa data, di antaranya:

a. Aplikasi pemberian hadiah jalan sehat dari hasil penjualan kupon di

Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya.

b. Perspektif Hukum Islam terhadap pemberian hadiah jalan sehat dari

hasil penjualan kupon di Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya.

2. Sumber Data

(25)

13

Peneliti ini merupakan penelitian lapangan, sumber yang digunakan

yaitu sumber data primer dan sekunder, terdiri dari :

a. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber yang

asli tanpa melalui perantara yang secara khusus dikumpulkan oleh

peneliti untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Data ini

diperoleh peneliti dari hasil wawancara dan melakukan penelitian ke

lapangan dengan pihak yang terlibat antara lain:

1. karang taruna sebagai pihak panitia penyelenggara jalan sehat

berhadiah.

2. warga yang mengikuti jalan sehat.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber sekunder adalah sumber data yang tidak deperoleh langsung

oleh peneliti sendiri. Data sekunder biasanya berwujud dokumentasi

atau data laporan yang tersedia.13 Data sekunder adalah data yang

diperoleh dari atau berasal dari bahan kepustakaan.14 Data sekunder

sifatnya membantu untuk melengkapi serta menambahkan penjelasan

mengenai sumber-sumber data yang berkaitan dengan penelitian ini.

Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1) Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah

2) Masyfuq Zuhdi, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam

(26)

14

3) Laonso Hamid Dan Muhammad Jamil, Hukum Islam Alternative:

Solusi Terhadap Masalah Fiqh Kontemporer

4) Facruddin, Ensiklopedia Al-Quran Jilid 2

5) Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah

6) Yusuf Qaradawi, Halal Haram dalam Islam

3. Subyek penelitian

Subyek penelitian merupakan bagian yang penting dalam sebuah

penelitian. Subyek dipilih oleh peneliti dan dianggap memiliki kredibilitas

untuk menjawab dan memberikan informasi dan data kepada peneliti yang

sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Adapun

subyek penelitian ini adalah beberapa orang selaku pihak panitia

penyelenggara jalan sehat berhadiah dan warga yang mengikuti undian

jalan sehat berhadiah.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dalam masyarakat

Desa Made Kecamatan Sambikerep Kabupaten Surabaya. Adapun proses

memperoleh data dalam penelitian sebagai berikut :

a. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan proses melihat kembali data-data dari

dokumentasi berupa segala macam bentuk informasi yang berhubungan

dengan penelitian yang dimaksud dalam bentuk tertulis atau rekaman

suara. Pengumpulan data dokumen merupakan metode yang digunakan

(27)

15

berbentuk dokumen, hal ini sebagai pelengkap data penelitian, data

sebagai penunjang dari hasil wawancara dan observasi.15 Dalam teknik

ini, peneliti mendapatkan data-data yang berupa dokumentasi seperti

foto, video, dan dokumen-dokumen yang ada sebagai kelengkapan

penelitian ini.

Metode ini digunakan peneliti untuk mengetahui data warga

yang mengikuti undian jalan sehat di Desa Made Kecamatan

Sambikerep Surabaya.

b. Wawancara

Dalam penelitian ini juga digunakan teknik wawancara.

Wawancara yaitu sebab dialog yang dilakukan oleh pewawancara dan

orang yang diwawancarai untuk memperoleh informasi yang detail

terkait masalah yang diteliti.16 Di sini penulis melakukan wawancara

kepada masyarakat, yang digunakan sebagai alat pengumpulan data

dengan melalui tanya jawab berdasarkan penyelidikan kepada:

1) Pihak penyelenggara undian berhadiah jalan sehat

2) warga yang mengikuti undian berhadiah jalan sehat dan

mendapatkan hadiah.

15

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(2006: PT Rineka Cipta), 158.

(28)

16

5. Teknik Pengolahan Data

Data-data yang berhasil dihimpun selanjutnya dianalisis dengan

metode analisis data sebagai berikut17 :

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali seluruh data yang diperoleh

mengenai kejelasan data, kesesuaian data yang satu dengan yang

lainnya, relevansi keseragaman satuan atau kelompok data.

b. Pengorganisasian data, yaitu menyusun dan mensistematisasikan

data-data dari proses awal hingga akhir tentang pemberian hadiah jalan

sehat dari hasil penjualan kupon di Desa Made kecamatan Sambikerep

Surabaya.

c. Analizing, adalah dengan memberikan analisis lanjutan terhadap hasil

editing dan organizing data yang telah diperoleh dari sumber-sumber

penelitian, dengan menggunakan teori dan dalil-dalil lainnya sehingga

diperoleh kesimpulan.18 Kesimpulan dari hasil data mengenai

pemberian hadiah jalan sehat dari hasil penjualan kupon Di Desa Made

Sambikerep Surabaya dan dapat disesuaikan dengan hukum Islam.

6. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu data

yang dihasilkan dari penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi

terhadap data yang ditemukan di lapangan.19 Sehingga teknis analisis data

17 Soeratno, Metode Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta: UUP AMP YKPM, 1995), 127.

18

(29)

17

yang digunakan adalah deskriptif. Analisis deskriptif adalah

menggambarkan dan menguraikan secara menyeluruh mengenai objek

yang diteliti. Sedangkan analisis isi adalah metodologi dengan

memanfaatkan sejumlah perangkat untuk menarik kesimpulan dari sebuah

dokumen atau bahan pustaka.20

Dalam mendeskripsikan data yang telah diperoleh, penulis

menggunakan pola pikir induktif, yakni memaparkan data-data kasus

yang di dapatkan kemudian menjadi kesimpulan yang dianalisis dengan

hukum islam mengenai pemberian hadiah dari hasil penjualan kupon.

Dimulai dengan menyatakan keadaaan atau fenomena hokum yang terjadi

di Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya.

Tahapan ini, penulis akan menganalisis konsep pemberian hadiah

dari hasil penjualan kupon berdasarkan perspektif hukum islam dengan

menggunakan pola pikir induktif yaitu menggambarkan hasil penelitian

tentangadanya di Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya, kemudian

dipadukan dengan teori-teori hukum Islam.

I. Sistematika Pembahasan

Secara garis besar, sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari lima

bab, yang setiap pembahasan memiliki sub pembahasan sebagai berikut:

Bab Pertama, merupakan pendahuluan yang memperkenalkan

kerangka ide skripsi ini secara metodologis, yakni terdiri dari latar belakang

(30)

18

masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian,

dan yang terakhir adalah sistematika pembahasan.

Bab Kedua, yakni berisi tentang landasan teori, yang merupakan hasil

telaah dari beberapa literatur untuk membuka wawasan dan cara berfikir dalam

memahami dan menganalisis fenomena yang ada, sedangkan bab ini

menjelaskan tentang konsep jual beli dan pemberian hadiah undian berhadiah

dalam Islam yang meliputi: pengertian jual beli, dasar hukum jual beli,

macam-macam jual beli, rukun dan syarat jual beli, pengertian undian, dasar hukum

undian, macam-macam undian, dan pemberian hadiah dalam pemikiran ulama

kontemporer.

Bab Ketiga, deskripsi hasil penelitian di Desa Made Kecamatan

sambikerep Surabaya yang meliputi gambaran umum aplikasi pemberian hadiah

jalan sehat dari hasil penjualan kupon.

Bab Keempat, merupakan analisis tentang Apikasi pemberian hadiah

jalan sehat berhadiah di Desa Made Kecamatan Sambikerep Kabupaten

Surabaya dan analisis perspektif hukum islam tentang konsep pemberian

hadiah jalan sehat dari hasil penjualan kupon di Desa Made Kecamatan

Sambikerep Kabupaten Surabaya.

Bab Kelima, merupakan akhir dari penelitian yang berisikan tentang

kesimpulan dan saran. ‎Kesimpulan berisi tentang beberapa hal yang berkatan

dengan hasil penelitian ‎sedangkan saran adalah beberapa masukan yang

(31)

BAB II

TEORI JUAL BELI

A. JUAL BELI`

1. Pengertian Jual Beli

Jual beli terdiri dari dua suku kata yaitu jual dan beli. Sebenarnya kata

jual dan beli mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak belakang. Kata

jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjual, sedangkan beli adalah

adanya perbuatan membeli. Dengan demikian, perkataan jual beli menunjukkan

adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan pihak

lain membeli. Dalam hal ini, terjadilah peristiwa hukum jual beli yang terlihat

bahwa dalam perjanjian jual beli terlibat dua pihak yang saling menukar atau

melakukan pertukaran.1

Jual beli dalam istilah fiqh disebut al-ba’i yang menurut etimologi

berarti tukar menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.2 Sedangkan secara

terminologi, terdapat beberapa definisi jual beli yang dikemukakan para ulama

fiqh antara lain:

1. Menurut ulama Hana@fiyyah

ulama Hana@fi@yah bahwa jual beli mempunyai dua arti:

1 Suhrawardi Dan Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 139.

(32)

20

ُةَلَداَبُم

ٍلاَم

ٍلاَِِ

ىَلَع

ٍهْجَو

ٍصْوُصََْ

3 Artinya:

Saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu.4

Sedangkan yang kedua, yaitu:

ُةَلَداَبُم

ٍئْيَش

ٍبْوُغْرَس

ِهْيِف

ِلْثِِِ

ىَلَع

ِهْجَو

ٍدَيَقُم

ٍصْوُصََْ

5 Artinya:

Tukar menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melalui cara

tertentu yang bermanfaat. 6

Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa ulama Hana@fi@yah

mengartikan jual beli yaitu tukar menukar harta benda atau sesuatu yang

diinginkan dengan sesuatu yang sepadan melalui cara tertentu yang

bermanfaat.7

2. Menurut ulama Malikiyah

Ulama malikiyah\ juga mengartikan jual beli, yaitu:

َوُهَ ف

ُدْقَع

ٍةَضَواَعُم

ىَلَع

ِْيَغ

َعِفاََم

َلَو

ِةَعْ تُم

ٍةَذَل

8 Artinya:

Jual beli adalah akad mu’a@wad}ah (timbal balik) atas selain manfaat dan

bukan pula untuk menikmati kesenangan

3. Menurut ulama Sha@fi’i@yah

3 M. Ali Hasan,, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003), 113.

4

Ibid.

5

Ibid.

6 Ibid.

7 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), 101.

8

(33)

21

اًعْرَشَو

:

ُنَمَضَتَ يٌدْقَع

َةَلَ باَقُم

ٍلاَم

ٍلاَِِ

ِهِطْرَشِب

ِْتآا

ِةَدَافِتْسَِل

ِكْلِم

ٍْيَع

ٍةَعَفْ ُمْوَأ

ٍةَدَبَؤُم

9 Artinya:

Jual beli menurut syara’ adalah suatu akad yang mengandung tukar menukar harta dengan harta dengan syarat yang akan diuraikan untuk memperoleh kepemilikan atas benda atau manfaat untuk waktu selamanya

4. Menurut ulama Hana@bilah

َنْعَم

ِعْيَ بْلا

ِف

ِعْرَشلا

ُةَلَداَبُم

ٍلاَم

، ٍلاَِِ

ْوَا

ُةَلَداَبُم

ٍةَحاَبُم

ٍةَعَفْ َِِ

ٍةَحاَبُم

ىَلَع

ِدْيٍبْأَتلا

ُرْ يَغ

اَبِر

ْوَأ

ٍضْرَ ق

Artinya:

Makna jual beli dalam syara’ adalah tukar menukar harta dengan harta, atau tukar menukar manfaat yang mubah dengan manfaat yang mubah

untuk waktu selamanya, bukan riba atau bukan utang10

Beberapa pendapat tentang pengertian jual beli di atas dapat disimpulkan

bahwa jual beli adalah kegiatan tukar-menukar barang dengan barang atau

tukar-menukar sejumlah barang dengan sejumlah nilai mata uang tertentu. Jual

beli juga dapat diartikan sebagai kegiatan menukar barang dengan barang lain

dengan cara tertentu (akad).11

9

Ibid, 10

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2010), 176.

11

(34)

22

2. Dasar Hukum Jual Beli

Jual beli telah diatur di dalam al-Qur’an, hadist, dan ijma’. al-Baqarah

ayat 198 adalah salah satu dasar hukum diperbolehkannya mencari karunia

Allah dengan berdagang, yang berbunyi:































Artinya:

Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari

Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada

Allah di Masy'arilharam, dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu, dan sesungguhnya kamu

sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.12

Ayat di atas menerangkan bahwa tidak ada dosa bagi orang-orag yang

mencari karunia Allah dengan cara berdagang. Namun, janganlah meninggalkan

amal ibadah kepada Allah saat telah dilaksanakannya kegiatan perdangan

tersebut.

Surat al-Baqarah ayat 275 juga menerangkan diperbolehkannya jual beli,

yang berbunyi:

(35)

23





















































Artinya:

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), maka

orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.13

Ayat di atas menerangkan bahwa Allah mengharamkan riba. Menurut Dr.

Yusuf Al-Qardhawi hikmah diharamkanya riba dalam Islam adalah

mewujudkan persamaan yang adil di antara pemilik modal dan pekeja, serta

memikul risiko dan akibatnya secara berani dan penuh tanggungjawab.14

Selain dalam surat Al-Baqarah, jual beli juga diataur dalam firman Allah

surat An-Nisa’ ayat 29, yang berbunyi:

13 Ibid, 47.

14 Yusuf Al-Qardhawi, Bunga Bank Haram, terj. Setiawan Budi Utomo, (Jakarta: Akbar Media Eka

(36)

24



























 Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh

dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.15

Firman Allah di atas menerangkan bahwa dilarangnya memakan harta

dari jalan yang batil. Carilah harta dari jalan perniagaan yang berprinsip saling

suka sama suka. Jadi, dalam jual beli tidak sah jika ada salah satu pihak

melakukan akad karena paksaan dari mana pun.

Rasulullah juga telah menganjurkan kepada umatnya untuk melakukan

jual beli sebagai pekerjaannya, sesuai dengan sabda beliau yang berbunyi:

اَي

َلوُسَر

ِهَللا

يَأ

ِبْسَكْلا

ُبَيْطَأ

َلاَق

ُلَمَع

ِلُجَرلا

ِهِدَيِب

لُكَو

ٍعْيَ ب

ٍروُرْ بَم

{

هاور

دمأ

}

Artinya:

"Wahai Rasulullah, mata pencaharian apakah yang paling baik?" beliau bersabda: "Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual

beli yang mabrur." (HR. Ahmad)16

Jual beli mabru@r dalam hadist di atas adalah jual beli yang jujur, dapat

dikatakan juga jual beli yang terhindar dari unsur penipuan atau pengkhianatan

dan merugikan orang lain. Sesuai dengan sabda Rasulullah:

15 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, 83.

(37)

25

اَََِإ

ُعْيَ بْلا

ْنَع

ٍضاَرَ ت

{

هاور

نبا

هجام

}

Artinya:

Jual beli berlaku dengan saling ridha. (HR. Ibnu Majjah)17

Para ulama juga telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan

alasan bahwa manusia membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Namun, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkan harus

diganti dengan barang lain yang sesuai.18

3. Rukun Jual Beli

Penetapan rukun jual beli, diantara para ulama terdapat perbedaan

pendapat ulama Hana@fi@yah dengan jumhur ulama. Menurut ulama Hana@fi@yah,

rukun jual beli hanya satu yaitu i>jab (ungkapan membeli dari pembeli) dan

qabu>l (ungkapan menjual dari penjual). Menurut mereka yang menjadi rukun

dalam jual beli hanyalah kerelaan (rid}a/tara@d}i) kedua belah pihak untuk

melakukan jual beli.19 I>jab dan qabu>l merupakan tindakan yang menunjukan

pertukaran barang secara rid}a, baik dengan ucapan maupun tindakan.20

Adapun rukun jual beli menurut jumhur ulama (mayoritas ulama) ada

empat, yaitu:

1. ba>’i (penjual),

17 Ibnu Majjah, Kitab Ibnu Majjah, Hadist No. 2176, Lidwah Pustaka i-Software-Kitab Sembilan Imam).

18 Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 75. 19 Nasrun Haroen, Fiqh…, 121.

(38)

26

2. mushtari> (pembeli),

3. s}i@ghat (i>jab dan qabu>l) dan

4. ma’qu@d ‘alayh (benda atau barang).

Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, unsur (rukun)

jual beli ada tiga, yaitu:21

1. pihak-pihak,

2. objek dan

3. kesepakatan.

4. Syarat Jual Beli

Syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang disebutkan diatas

adalah sebagai berikut:22

1. Syarat orang yang berakad

Jual beli yang dilakukan anak kecil yang belum berakal hukumnya

tidak sah. Anak kecil yang sudah mumayyis (menjelang baligh), apabila

akad yang dilakukannya membawa keuntungan baginya, seperti menerima

hibah, wasiat dan sedakah, maka akadnya sah menurut mazhab Hana@fi@yah.

Transaksi yang dilakukan anak kecil yang mumayyiz yang mengandung

manfaat, seperti jual beli sewa menyewa, dipandang sah menurut hukum

dengan ketentuan bila walinya mengizinkan.

21 Pusat Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat Madani (PPHIMM), Kompilasi Hukum…, 30.

22

(39)

27

2. Syarat terkait dengan i>jab dan q>abul

Ulama fiqih sepakat menyatakan, bahwa urusan utama dalam jual

beli adalah kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan ini dapat terlihat pada

saat akad berlangsung. i>jab qabu>l harus diungkapkan dengan jelas. Apabila

i>jab qabu>l telah diucapkan dalam akad jual beli, maka pemilikan barang dan

uang telah berpindah tangan.

3. Syarat yang diperjual belikan yaitu sebagai berikut:

a. Barang itu ada, atau tidak ada ditempat, tetapi pihak penjual

menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu.

b. Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia

c. Dapat diserahkan pada saat akad berlangsung, atau pada waktu yang

telah disepakati bersama ketika akad berlangsung

d. Bersih barangnya

4. Syarat nilai tukar (harga barang)

Nilai tukar barang adalah termasuk unsur yang terpenting. Harga

yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya. Uang dapat

diserahkan pada saat waktu akad, apabila barang itu dibayar kemudian

(40)

28

B. UNDIAN

1. Pengertian Undian

Undian adalah suatu cara yang telah berlaku semenjak dahulu kala, tapi

undian yang berlaku dimasa jahiliah itu, dengan cara orang yang melakukan

undian untuk menentukan nasib seseorang, apakah nasibnya baik atau buruk.

Didalam ensiklopedi Indonesia disebutkan, bahwa lotere (Belanda Loterij atau

undian berhadiah) undian berhadiah barang atau uang atas dasar syarat-syarat

tertentu yang ditetapkan sebelumnya. Menang atau kalah tergantung pada

nasib. Penyelenggaranya bisa oleh perorangan, lembaga atau badan, baik resmi

maupun swasta menurut peraturan pemerintah.23 Lotre berarti undian, dengan

demikian lotre atau undian pada hakikatnya mempunyai pengertian yang

sama.24 Undian dan lotre merupakan dua sisi mata uang, tetapi hakikatnya

adalah sama, yaitu berusaha menarik dana masyarakat dengan jalan yang tidak

halal, yang diiming-imingi oleh hadiah dan sebagainya. Padahal islam telah

memberikan batasan yang konkret bahwa setiap penghasilan yang diperoleh

melalui untung-untungan atau nasib-nasiban dan merugikan orang lain

termasuk judi yang dilarang oleh islam. Pelarangan islam berkenaan dengan

aktifitas tersebut yang subtansinya tidak bermanfaat, mengahambur-hamburkan

23 Ali Hasan, Masail Fiqliyah Zakat, Pajak Asuransi Dan Lembaga Keuangan, (Jakarta, PT. Raja Grafindo

Persada, 1996), 99.

(41)

29

uang dan waktu, menggiring pelakunya hidup dalam dunia angan-angan yang

tiada akhirnya.25

Beberapa pendapat lain menjelaskan mengenai undian, sebagai berikut:

1. Menurut Ibrahim Hosen

Menurut ibrohim hosen, lotre atau undian merupakan salah satu cara

untuk menghimpun dana yang dipergunakan untuk proyek kemanusiaan

dan kegiatan social. Undian berhadiah ini seringkali dilakukan diberbagai

acara atau momentum tertentu dengan mengeluarkan kupon berhadiah agar

merangsang atau menggairahkan pembeli.26 Undian ini dilakukan dengan

beberapa cara, antara lain dengan cara menjual kupon dengan nomor-nomor

tertentu. Untuk merangsang dan menggairahkan para pembeli kupon

diberikan hadiah-hadiah. Hadiah ini biasanya diundi didepan umum. Siapa

saja yang nomornya tepat akan mendapatkan hadiah tersebut.

Misalnya ada SPBU baru yang mengeluarkan kupon berhadiah untuk

merangsang pembeli. Hadiah ini biasanya diundi didepan notaries dan

dibuka secara umum. Siapa yang nomernya tepat akan mendapatkan hadiah

tersebut. Demikian juga biasanya banyak dilakukan oleh lembaga bisnis

dan kegiatan social lannya.27

25 Hamid Laonso Dan Muhammad Jamil, Hukum Islam Alternatif Solusi Terhadap Masalah Fiqh

Kontemporer, (Jakarta: Restu Ilahi, 2005), 220.

26 Ismail nawawi, fiqh mu’amalah hukum ekonomi, bisnis dan social, (Jakarta: CV. Dwi putra pustaka

jaya, 2010), 468.

(42)

30

Adapun undian berhadiah dalam aktivitasnya melibatkan hal-hal

sebagai berikut:

a. Penyelenggara

b. Para penyumbang, yakni orang-orang yang membeli kupon dengan

mengharapkan hadiah.

Adapun kegiatan penyelenggara sebagai berikut:

a. Mengedarkan kupon ataupun juga menjual kupon. Salah satu fungsi

pengedaran kupon adalah dapat dihitung dana yang diperoleh dari para

penyumbang.

b. Membagi-bagi hadiah sesuai ketentuan, hadiah ini diambil dari

sebagian dana yang telah diperoleh.

c. Menyalurkan dana yang telah terkumpul sesuai dengan rencana yang

telah ditentukan setelah diambil untuk hadiah dan dana

operasionalnya.28

Berdasarkan definisi dari Ibrahim Hosen, undian semacam ini

sifatnya untung-untungan, mengadu nasib, orang yang bertaruh pasti

mengahadapi salah satu dua kemungkinan yaitu menang atau kalah dan

sama halnya dengan judi. Adapun pengertian judi sendiri adalah permainan

(43)

31

yang mengandung unsur taruhan, yang dilakukan oleh dua orang atau lebih

secara langsung atau berhadap-hadapan dalam satu majelis.29

2. Menurut Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah

Menurut himpunan putusan tarjih muhammadiyah, bahwa undian itu

ada tiga jurusan, yakni:

a. Membeli

b. Meminta keuntungan, dan

c. Manfaat dan madharat.

Dengan keterangan diatas jelas bahwa antara judi dan undian menurut

Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah mempunyai sifat yang sama,

yaitu untung-untungan, sedang uang pembeli kupon sebagai taruhan. Oleh

sebab itu undian sama halnya dengan judi yang dengan tegas diharamkan

oleh islam. Judi adalah perbuatan setan, yaitu perbuatan keji yang harus

dijauhi.

Dari penjelasan diatas jelaslah bagi tiap-tiap macam judi selalu ada

untung rugi dan kalah menang baik dengan jalan taruhan yang lain. Maka

dapatlah diambil kesimpulan bahwa segala macam permainan dengan

mempergunakan alat-alat yang mencari untung rugi dinamakan judi.30

3. Syekh Ahmad Surkati

29 Ali hasan, Masail Fiqliyah Zakat, Pajak Asuransi dan Lembaga Keuangan, (Jakarta, PT. Raja Grafindo

Persada, 1996), 100.

(44)

32

Syekh Ahmad Surkati (al-Irsyad) berpendapat lotre atau undian itu

bukan judi, karena bertujuan menghimpun dana yang akan disumbangkan

untuk kegiatan-kegiatan social dan kemanusiaan. Beliau juga mengakui,

bahwa unsure negatifnya tetap ada, tetapi sangat kecil bila dibandingkan

dengan manfaatnya.31

2. Dasar Hukum Undian

Semua taruhan dengan cara mengadu nasib, yaitu sifatnya

untung-untungan dilarang keras oleh agama, sebagaimana firman Allah:





















 Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,

(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah termasuk

perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat

keberuntungan.32

Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar menjauhi

perbuatan yang dilarang seperti meminum khamr, berjudi, berkorban untuk

berhala, mengundi nasib dengan panah.

Allah berfirman:

31

Ali Hasan, Masail Fiqhiyah, Zakat, Pajak Asuransi, Dan Lembaga Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), 103.

32

(45)

33





















Artinya:

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah

kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).33

Allah menyuruh umat muslim untuk berhenti mengerjakan pekerjaan yang

menimbulkan kebencian, meminum khamr dan berjudi agar selalu mengingat

allah.

Mencermati banyaknya dampak yang ditimbulkan akibat keterlibatan

sesorang dalam permainan yang terindikasi judi, yang konsekuensi hukumnya

haram. Disamping itu keterlibatan seseorang dalam permainan tersebut

mengakibatkan perputaran ekonomi tidak optimal karena uang masyarakat

terkonsentrasi pada pembelian kupon dan sebagainya yang sia-sia. Realitas

tersebut tidak dapat dipungkiri sebagai suatu kondisi obyektif yang terjadi

dalam msyarakat, dan hal itu merupakan konsekuensi logis dari kegiatan yang

tidak diridhai allah. Betapapun bentuknya, karakteristik undian dan lotre plus

kuis berhadiah sama dengan karakteristik judi, yang memang dilarang dalam

islam. Pelarangan ini dikarenakan dampaknya sangat besar bagi kehidupan

33

(46)

34

seseorang. Oleh karena itu jika judi dipandang sebagai perbuatan haram, maka

undian, lotre, dan kuis berhadiah juga adalah haram.34

3. Sistem Kegiatan Undian

Kegiatan undian yang dilakukan dengan menggunakan system kupon

dan para penggunanya diwajibkan membeli kupon tersebut dengan harga yang

telah ditentukan, apabila mereka berkeinginan untuk memperoleh sejumlah

hadiah. Dan dari kupon itu terdapat nomor-nomor yang menunjukkan bahwa

jika nomor yang tertera dalam kupon itu keluar maka mereka yang membeli

kupon tersebut mendapatkan hadiah.

DR. Yusuf al- Qaradhawi dalam bukunya yang berjudul fiqh hiburan

mengemukakan bahwa membeli tiket brhadiah dengan tujuan untuk

menyaksikan sebuah pertandingan, menikmati permainan para pemain, dan

untuk mendukung jagoannya, hukumnya boleh. Akan tetapi, apabila sesorang

membeli tiket ini demi memperbesarkan untuk mendapatakan hadiah, padahal

sebenarnya ia tidak tertarik menyaksikan pertandingan tersebut, maka

hukumnya tidak boleh. Dan lebih tidak boleh lagi, jika ia sampai membeli lebih

dari satu tiket. Karena mengadu nasib dengan berharap pendapatkan hadiah

lewat yang praktik semacam ini termasuk judi yang diharamkan.35

34

Hamid Laonso dan Muhammad Jamil, Hukum Islam Alternatif solusi terhadap masalah fiqh

kontemporer, (Jakarta: Restu Ilahi, 2005), 226.

(47)

35

C. JUDI

1. Pengertian Judi

Judi adalah permainan yang disertai dengan taruhan uang atau barang

lainnya. Perbuatan judi adalah haram hukumnya, karena perbuatan judi

dibarengi dengan keinginan-keinginan dengan jalan pintas dan salah, yang

justru akan membawa pelakunya pada perbuatan-perbuatan yang keji lainnya,

seperti emosi besar karena selalu diikuti setan, juga akan menimbulkan

ketagihan hingga sulit untuk menghentikan perbuatan seperti ini.36

Husain Hamid berkomentar mengenai akad judi adalah gharar

(ketidakpastian). Karena masing-masing pihak yang berjudi atau bertaruh,

menentukan pada waktu akad, jumlah uang yang diambil atau jumlah yang

diberikan bisa ditentukan di akhir. Tergantung pada suatu peristiwa yang tidak

pasti, yaitu jika menang maka ia mengetahui jumlah yang diambil, jika kalah

maka ia mengetahui jumlah yang ia berikan. Sedangkan menurut Syafi’i

Antonio mengatakan bahwa unsur judi artimya adalah salah satu pihak yang

untung namun dilain pihak justru mengalami kerugian.37 Allah sangat

mengutuk perbuatan ini karena bahaya yang ditimbulkan bisa membuat

pelakunya semakin menjauhi allah dan permainan dalam bentuk apapun yang

menggunakan taruhan adalah haram

36 Asep Subhi dan Ahmad Taufiq, 101 Dosa-dosa Besar, (Jakarta: Qultum Media, 2004), 244-255.

(48)

36

2. Dasar Hukum Judi

Allah SWT telah memberi penegasan terhadap keharaman melakukan

aktivitas ekonomi yang mempunyai unsur judi. Hal ini didasari oleh nash

al-Quran dan hadis Nabi.

1) Dalil Al Quran



Gambar

Tabel  3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.2‎

Referensi

Dokumen terkait

Bahan ferromagnetik juga memiliki suseptibilitas yang tinggi, sangat berguna karena menghasilkan medan magnet B yang kuat dengan arus yang relatif kecil dalam koil.. Bahan

Secara umum Abdimas ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : wawancara dan pengamatan Pengguna PAUD, kunjungan ke lahan baru PAUD, studi literatur

Teknik analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan menganalisis, menjelaskan atau menggambarkan hasil dari

Temuan penelitian ini adalah: (1) PAUD Restu 2 Malang melibatkan orang tua/wali murid dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan pendidikan anak usia dini; (2) kegiatan

Jika dilihat dari hasil foto mikro dengan penambahan Mn sebesar( 0,5%Wt), (1%Wt) dan (1,2%Wt) sepeti pada Gambar 4.1, Gambar 4.2, Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 terdapat

Berdasarkan dari kedua defenisi diatas , kita dapat mengetahui bahwa yang dimaksud dengan promosi adalah kegiatan penjualan dan pemasaran dalam rangka menginformasikan dan

“Apakah Anda kenal dengan gadis yang di dalam mobil bersama dengan Restu pada saat kecelakaan itu?” wartawan yang lainnya ikut bertanya.. “Gadis?” Carissa

20 Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Organisasi : 1. 01