PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN
HADIAH
JALAN SEHAT DARI HASIL PENJUALAN KUPON DI
DESA MADE
KECAMATAN SAMBIKEREP SURABAYA
SKRIPSI
Oleh
Muhimatul Khoiroh Nim. C32212087
Universitas Islam Negeri SunanAmpel Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah(Muamalah) Surabaya
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN AIAAIAHAIEI HALAI HAIDAH
AIAAEH L APIEI HEP L HAA
H DESA MADE KECAMATAN SAMBIKEREP
SURABAYA
SKRIPSI Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Syariah dan Hukum
Oleh:
Muhimatul Khoiroh NIM. C32212087
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
FakultasHAyari’ahHdanHAukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Surabaya
ABSTRAK
Skripsi dengen judul Perspektif Hukum Islam Terhadap Pemberian Hadiah Jalan
Sehat Dari Hasil Penjualan Kupon Di Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya ini
merupakan penelitian yang akan menjawab permasalahan, 1) Bagaimana Praktik
Pemberian Hadiah Jalan Sehat Dari Hasil Penjualan Kupon Di Desa Made Kecamatan
Sambikerep? dan 2) Perspektif Hukum Islam Terhadap Pemberian Hadiah Jalan Sehat
Dari Hasil Penjualan Kupon di Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya ?
Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan analisis teknik kualitatif, yaitu menggambarkan kondisi, situasi, atau fenomena yang tertuang dalam data yang diperoleh tentang penerapan pengambilan keuntungan pada penjualan kupon dan pemberian hadiah jalan sehat di Desa Made Sambikerep Surabaya. Kemudian dianalisis dengan menggunakan pola pikir deduktif, yakni dengan menjelaskan terlebih dahulu berbagai hal mengenai konsep jual beli dan undian. Setelah menjelaskan konsep-konsep akan dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan.
Praktik pemberian hadiah jalan sehat yang terjadi didesa Made Sambikerep Surabaya, yang dilakukan oleh organisasi muda karang taruna sebagai pihak panitia. Panitia mengambil hadiah jalan sehat dari hasil mengajukan sebuah proposal kepada perusahaan-perusahaan swasta dan dari hasil penjualan kupon kepada warga. Panitia menjual kupon kepada warga dengan unsur paksaan, semua warga diwajibkan untuk membeli dua lembar kupon dengan harga Rp. 5000,- per kupon. Dana yang didapatkan dari hasil tersebut digunakan untuk keperluan acara jalan sehat seperti konsumsi, dekorasi, sounsistem, keseketariatan, cetak kupon dan untuk membeli hadiah yang diberikan kepada warga yang memenangkan undian. Pada dasarnya penjualan kupon yang dilakukan oleh panitia acara jalan sehat berhadiah hukumnya sah, karena dalam jual beli kupon tersebut tidak terdapat unsur paksaan, karena jalan sehat berhadiah tersebut sudah terkait oleh perintah ketua RW. sedangkan membeli tiket demi berharap untuk mendapatkan hadiah hukumnya tidak boleh. Karena mengadu nasib dengan tujuan agar mendaptkan hadiah lewat praktik semacam ini termasuk judi yang dilarang.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR BAGAN ... xi
DAFTAR TRANSLITERASI ... xii
BAB I : PENDAHULUAN • Latar Belakang Masalah ... 1
• Identifikasi dan Batasan Masalah ... 6
• Rumusan Masalah ... 7
• Kajian Pustaka ... 7
• Tujuan Penelitian ... 9
• Kegunaan Hasil Penelitian ... 10
• Definisi Operasional ... 11
• Metode Penelitian ... 12
• Sistematika Pembahasan ... 18
BAB II : KONSEP JUAL BELI • Jual Beli Pengertian Jual Beli ... 20
Dasar Hukum Jual Beli ... 23
Syarat Jual Beli ... 27
Undian Pengertian Undian ... 29
Dasar Hukum Undian ... 33
Sistem Kegiatan Undian ... 35
Judi Pengertian Judi ... 36
Dasar Hukum Judi ... 37
Hibah • Pengertian Hibah ... 39
• Dasar Hukum Hibah ... 40
• Rukun dan Syarat Hibah ... 42
• Balasan Hadiah dan Pencabutan Hadiah ... 44
BAB III : PRAKTEK PEMBERIAN HADIAH JALAN SEHAT DARI HASIL PENJUALAN KUPON DI DESA MADE SAMBIKEREP SURABAYA • Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 46
• Praktek Pemberian Hadiah Jalan Sehat Dari Hasil Penjualan Kupon di Desa Made Sambikerep Surabaya ... 50
BAB IV : ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN HADIAH JALAN SEHAT DARI HASIL PENJUALAN KUPON DI DESA MADE SAMBIKEREP SURABAYA • Analisis terhadap Praktek Pemberian Hadiah Jalan Sehat Dari Hasil Penjualan Kupon di Desa Made Sambikerep Surabaya ... 56
• Analisis Perspektif Hukum Islam Terhadap
Penjualan Kupon di Desa Made Sambikerep
Surabaya ... 58
BAB V : PENUTUP
• Kesimpulan ... 64
• Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
• Data Pendidikan Penduduk ... 48
DAFTAR BAGAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang sempurna yang mengatur aspek
kehidupan manusia secara keseluruhan, baik akidah, ibadah, akhlak maupun
muamalah. Dalam Islam hukum merupakan ajaran agama dan norma hukum
yang harus ditaati berdasarkan kepada wahyu Allah yang telah diturunkan
melalui Rasulullah. Oleh karena itu hukum Islam merupakan jalan yang telah
digariskan oleh Allah untuk manusia.
Hukum Islam dapat disebut dengan berbagai istilah antara lain:
syariah, fiqh dan terjemahan lainnya. Syariah adalah kumpulan dari beberapa
hukum yang ditetapkan oleh Allah kepada semua manusia melalui lisan
rasul-Nya Muhammad SAW baik dalam kitab-Nya dan sunnah rasul-Nya.
Fiqh pada mulanya berarti pengetahuan keagamaan yang mencakup seluruh
ajaran agama, baik berupa akidah, akhlak, maupun amaliah (ibadah). namun
pada perkembangannya fiqh diartikan sebagai bagian dari syariah islamiah
yaitu pengetahuan tentang hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia
yang telah dewasa dan berakal sehat yang diambil dari dalil-dalil yang
terperinci.1
2
Islam mengatur seluruh aspek hidup yang terkait dengan individu,
keluarga, masyarakat, atau yang berhubungan dengan negara. Ulama fiqh
membagi ilmu fiqh beberapa bidang, salah satunya adalah fiqh muamalah.2
Ulama fiqh membagi ilmu fiqh beberapa bidang, salah satunya adalah
fiqh muamalah. Fiqh muamalah merupakan peraturan-peraturan allah yang
harus diikuti dan ditaati oleh manusia dalam hidup bermasyarakat untuk
menjaga kepentingan sesama manusia dalam memperoleh dan
mengembangkan harta bendanya. Namun dapat diartikan juga aturan Islam
yang mengatur tentang kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia.3
Begitu juga dengan manusia diciptakan oleh Allah yang dilengkapi
dengan akal dan syahwat, yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan rohaniah maupun jasmaniah.tetapi
kebanyakan manusia hanya cenderung untuk memenuhi kebutuhan
jasmaniah, seperti hasrat akan harta kekayaan. sehingga manusia harus
bekerja semaksimal mungkin dengan cara berbisnis.
Bisnis merupakan kegiatan untuk menghasilkan dan mendistribusikan
barang-barang dan jasa-jasa untuk kepentingan bersama baik bagi produsen
dan konsumen atau penjual dan pembeli.4
Muamalah menggambarkan suatu aktifitas yang dilakukan oleh
seseorang dengan seseorang atau beberapa orang dalam memenuhi
kebutuhan masing-masing.5
2 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012), 2.
3 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 3.
4 Ismail Nawawi Uha, Bisnis Syariah-Pendekatan Ekonomi Dan Manajemen Doktrin, Teori Dan
3
Ruang lingkup muamalah dalam kegiatan ekonomi ialah ija@b qa@bul,
saling meridhai, tidak adanya keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan
kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, penimbunan, dan segala
sesuatu yang bersumber dari indera yang berkaitan dengan peredaran harta
dalam kehidupan bermasyarakat.
Allah SWT dalam kegiatan muamalah melarang manusia merugilkan
orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang
sebanyak-
banyaknya. Selain itu, manusia juga dilarang memakan harta yang
diperolehnya dengan cara batil (tidak sah). Sebagimana firman Allah SWT
Surat An-Nisa ayat 29 :
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.”6
Kegiatan jual beli merupakan salah satu kegiatan yang dapat
memicu persoalan dalam kehidupan seseorang dari segala lapisan
masyarakat. Hal tersebut dipicu dengan adanya krisis ekonomi suatu negara
dan beberapa kebijakan pemerintah mengenai kegiatan ekonomi. Namun
5 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), 01.
6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, Cet. IV, 2013),
4
dalm Islam kegiatan jual beli dilarang merugikan orang lain, sehingga akan
tercapai kemaslahatan umat. Sesuai denga firman Allah SWT Surat
Al-Baqarah Ayat 275 :
Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”7
Salah satu sifat yang terpenting bagi pebisnis yang diridhai Allah
SWT adalah kejujuran. Kejujuran merupakan faktor penyebab
keberkahan bagi pedagang dan pembeli. Namun sebaliknya jika jual beli
tersebut saling menyembunyikan kebenaran dan berdusta, maka akan
melenyapkan keberkahan transaksi tersebut .
Oleh karena itu manusia didorong untuk melakukan usaha yang
bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain agar tidak saling merugikan
5
antar satu dengan yang lainnya. dari kerja keras manusia dalam mencari
harta kekayaan tidak kenal lelah, maka terjadilah bentuk kesenjangan
sosial. salah satu bentuk kesenjangan sosial yang terjadi adalah masalah
perjudian yang berkembang tanpa mengenal status sosial, baik dari
kalangan bawah maupun kalangan atas.
Kegiatan jual beli dalam rangka mencari keuntungan seharusnya
diakukan dengan cara yang diperbolehkan oleh syariat Islam sehingga
tidak hanya mendapatkan keuntungan namun juga mendapatkan
keberkahan. Salah satu contoh kegiatan jual beli yaitu penjualan kupon
oleh penyelenggara jalan sehat berhadiah di Desa Made Kecamatan
Sambikerep Surabaya. Untuk memperingati hari kemerdekaan 17
Agustus 1945 organisasi karang taruna di Desa Made mengadakan jalan
sehat berhadiah yang wajib diikuti oleh semua warga sekitar di desa
tersebut. Setiap satu keluarga diwajibkan untuk membeli dua buah
kupon dengan harga lima ribu rupiah (Rp. 5000,00) per kupon dan
diwajibkan bagi warga untuk mengikuti jalan sehat berhadiah tersebut.
Pembelian kupon diwajibkan bagi warga dengan tujuan panitia
mendapatkan uang yang sebanyak-banyaknya dari penjualan kupon.
Hasil penjualan tersebut akan digunakan oleh penyelenggara jalan sehat
untuk membeli hadiah yang akan dibagikan.
Permasalahan di atas akan diangkat oleh peneliti dengan
pandangan hukum Islam. Hukum Islam merupakan salah satu metode
6
dipaparkan oleh beberapa ulama. Transaksi jual beli yang dilakukan oleh
penyelenggara jalan sehat dalam penjualan kupon pada awalnya
diperbolehkan namun karena adanya kewajiban bagi warga sekitar untuk\
membeli kupon tanpa memikirkan keadaan pembeli kupon dan adanya
pemberian hadiah dari hasil uang penjualan kupon maka hukum jual beli
kupon dan pemberian hadiah tersebut perlu dikaji kembali.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menganggap
permasalahan tersebut perlu dibahas untuk mengetahui hukum praktik
jual beli dan pemberian hadiah tersebut. Oleh karena itu, penulis akan
melakukan penelitian dengan menggangkat judul “Perspektif Hukum
Islam Terhadap Pemberian Hadiah Jalan Sehat Dari Hasil Penjualan
Kupon Di Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya”.
B. Identifikasi Dan Batasan Masalah
Identifikasi masalah dilakukan untuk menjelaskan
kemungkinan-
kemungkinan cakupan masalah yang dapat muncul dalam penelitian.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi
masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Undian berhadiah.
2. Warga Desa Made Sambikerep Surabaya.
3. Pelaksanaan jalan sehat berhadiah.
4. Perspektif hukum Islam terhadap pemberian hadiah jalan sehat dari hasil
7
Pokok masalah pelaksanaan di atas meliputi berbagai aspek bahasan
yang masih bersifat umum sehingga dapat terjadi berbagai macam masalah dan
pemikiran yang berkaitan dengan itu, sebagai tindak lanjut agar lebih praktis
dan khusus diperlukan batasan masalah yang meliputi:
1. Aplikasi pemberian hadiah jalan sehat dari hasil penjualan kupon di Desa
Made Kecamatan Sambikerep Surabaya.
2. Perspektif Hukum Islam terhadap pemberian hadiah jalan sehat dari hasil
penjualan kupon di Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
ditarik rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana aplikasi pemberian hadiah jalan sehat dari hasil penjualan
kupon di Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya?
2. Bagaimana Perspektif Hukum Islam terhadap pemberian hadiah jalan sehat
dari hasil penjualan kupon di Desa Made Kecamatan Sambikerep
Surabaya?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini adalah untuk mendapatkan gambaran topik yang
akan diteliti dengan penelitian yang sejenis yang pernah dilakukan oleh
8
awal. Topik utama yang dijadikan objek penelitian dalam karya tulis ilmiah
adalah undian berhadiah.
Pembahasan tentang undian berhadiah pernah dikaji oleh beberapa
penulis, di antaranya:
1. “Tinjauan Hukum Islam terhadap Pemancing Ikan Bandeng Berhadiah Di
Pantai Ria Kenjeran Surabaya”. Oleh Luluk Faridah (C0.4.3.94.073) pada
tahun 2001, karya ini membahas proses perlombaan pemancingan ikan
bandeng, dan bagaimana pemenang akan ditentukan, dan apakah kegiatan
tersebut termasuk judi. pemanjingan ikan bandeng di pahami sebagai suatu
kegiatan pemancingan yang disebut juga Galatama dimana tiap-tiap
peserta melakukan lomba dengan berebut ikan yang telah dilepaskan oleh
panitia untuk memperoleh ikan berdasarkan berat ringannya ikan.
prmsncingan ikan ini jika ditinjau menurut hukum islam diperbolehkan
karena tidak adanya unsur mengundi nasib hanya sekedar perlombaan.8
2. “Tinjauan Hukum Islam terhadap Undian Berhadiah Pada Bank BRI
Cabang Surabaya”. Oleh Nisaul Faidah (C02206131) pada tahun 2010,
karya ini membahas tentang praktek program undian berhadiah tabungan
BRI Britama. penulis menitik beratkan kepada hukum praktek program
undian berhadiah tabungan BRI Britama apakah mengandung unsur
perjudian. praktik undian berhadiah Tabungan BRI Britama pada Bank BRI
9
Cabang Surabaya bukanlah merupakan praktik perjudian yang diharamkan
oleh islam.9
3. “Tinjauan Hukum Islam terhadap Kuis SMS Berhadiah di JTV Surabaya”
oleh Mirna Nurma Anik (C04301052) pada tahun 2007, karya ini
membahas pandangan hukum islam terhadap kuis SMS Haji yang
diselenggarakan oleh JTV Surabaya tersebut. Penulis menitik beratkan
kepada Kuis SMS HAJI di JTV Surabaya apakah mengandung unsur
perjudian. Kuis SMS HAJI di JTV Surabaya termasuk perjudian, 10
Dari beberapa karya ilmiah di atas dapat dilihat bahwa
penelitian-penelitian selama ini belum ada yang membahas tentang pemberian
hadiah jalan sehat yang dananya diambil dari hasil penjualan kupon
sehingga penulis akan menitik beratkan penelitian tentang hukum
pemberian hadiah jalan sehat dari hasil penjualan kupon yang dilakukan
oleh organisasi Karang Taruna Desa Made Kecamatan Sambikerep
Surabaya yang tercover dalam judul “Perspektif Hukum Islam terhadap
Pemberian Hadiah Jalan Sehat dari Hasil Penjualan Kupon”
E. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
9 Nisaul Faidah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Undian Berhadiah Pada Bank BRI Cabang Surabaya”, (Surabaya: Skripsi Fakultas Syariah Jurusan Muamalah, 2010).
10
1. Untuk mengetahui aplikasi pemberian hadiah jalan sehat dari hasil
penjualan kupon di Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya.
2. Untuk mengetahui perspektif hukum islam terhadap pemberian hadiah
jalan sehat dari hasil penjualan kupon di Desa Made Kecamatan
Sambikerep Surabaya.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembacanya,
baik bersifat teoritis maupun praktis, kegunaan tersebut antara lain:
1. Kegunaan secara teoritis
a. Sebagai tambahan pemikiran, wawasan keilmuan dalam perkembangan
ilmu hukum islam, pada masalah perspektif hukum islam terhadap
pemberian hadiah jalan sehat dari hasil penjualan kupon dan
menambah bahan kepustakaan.
b. Memberikan informasi penerapan pemberian hadiah jalan sehat di Desa
Made kecamatan Sambikerep Surabaya.
c. Memberikan gambaran tentang pemberian hadiah jalan sehat di Desa
Made kecamatan Sambikerep Surabaya.
2. Manfaat Secara Praktisi
1. Mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir, dan mengetahui
kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperolehnya.
2. Mencari kesesuaian antara teori yang telah didapatkan dengan praktek
11
3. Hasil dari penelitian dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkaitan dengan penelitian ini, yaitu mengenai pemberian hadiah jalan
sehat dari hasil penjualan kupon di Desa Made Kecamatan Sambikerep
Surabaya.
G. Definisi Operasional
Memahami judul sebuah skripsi perlu adanya pendefinisian judul secara
operasional agar dapat diketahui secara jelas. Judul yang akan penulis bahas
dalam skripsi ini adalah “Perspektif Hukum Islam Terhadap Pemberian Hadiah
Jalan Sehat dari Hasil Penjualan Kupon (Studi Kasus di Desa Made Kecamatan
Sambikerep Kabupaten Surabaya)”.
Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman dalam pengertian
maksud dari judul di atas, maka penulis memberikan definisi yang menunjukkan
ke arah pembahasan yang sesuai dengan maksud yang dikehendaki dari judul
tersebut sebagai berikut:
Hukum Islam :Hukum islam adalah peraturan-peraturan dan
ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan kehidupan berdasarkan
Al-Qur’an, Hukum Syari’ dan al-Hadis.11 Yang berkaitan dengan
jual beli dan hadiah.
Hadiah : Hadiah adalah pemberian uang, barang, jasa kepada orang
lain sebagai penghargaan atau penghormatan terhadap sesuatu
yang telah dilakukannya
12
Jalan sehat : Jalan sehat adalah olah raga ringan yang menyehatkan serta
sangat efektif membangun komunikasi dan kebersamaan.
Penjualan kupon : Penjulan kupon merupakan salah satu kegiatan ekonomi
yang dilakukan oleh penjual dan pembeli dengan objek kupon.
H. Metode Penelitian
Agar sebuah karya ilmiah (dari sebuah penelitian) dapat mencapai apa
yang diharapkandengan tepat dan terarah dengan menggunakan metode ilmiah.
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif. Adapun dalam metode penelitian yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Data yang akan dikumpulkan
Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek uraian-uraian,
bahkan dapat berupa cerita pendek.12
Data yang akan dikumpulkan untuk mendapatkan pemecahan masalah
dalam rumusan masalah skripsi ini. Dihimpun beberapa data, di antaranya:
a. Aplikasi pemberian hadiah jalan sehat dari hasil penjualan kupon di
Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya.
b. Perspektif Hukum Islam terhadap pemberian hadiah jalan sehat dari
hasil penjualan kupon di Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya.
2. Sumber Data
13
Peneliti ini merupakan penelitian lapangan, sumber yang digunakan
yaitu sumber data primer dan sekunder, terdiri dari :
a. Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber yang
asli tanpa melalui perantara yang secara khusus dikumpulkan oleh
peneliti untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Data ini
diperoleh peneliti dari hasil wawancara dan melakukan penelitian ke
lapangan dengan pihak yang terlibat antara lain:
1. karang taruna sebagai pihak panitia penyelenggara jalan sehat
berhadiah.
2. warga yang mengikuti jalan sehat.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber sekunder adalah sumber data yang tidak deperoleh langsung
oleh peneliti sendiri. Data sekunder biasanya berwujud dokumentasi
atau data laporan yang tersedia.13 Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari atau berasal dari bahan kepustakaan.14 Data sekunder
sifatnya membantu untuk melengkapi serta menambahkan penjelasan
mengenai sumber-sumber data yang berkaitan dengan penelitian ini.
Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1) Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah
2) Masyfuq Zuhdi, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam
14
3) Laonso Hamid Dan Muhammad Jamil, Hukum Islam Alternative:
Solusi Terhadap Masalah Fiqh Kontemporer
4) Facruddin, Ensiklopedia Al-Quran Jilid 2
5) Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah
6) Yusuf Qaradawi, Halal Haram dalam Islam
3. Subyek penelitian
Subyek penelitian merupakan bagian yang penting dalam sebuah
penelitian. Subyek dipilih oleh peneliti dan dianggap memiliki kredibilitas
untuk menjawab dan memberikan informasi dan data kepada peneliti yang
sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Adapun
subyek penelitian ini adalah beberapa orang selaku pihak panitia
penyelenggara jalan sehat berhadiah dan warga yang mengikuti undian
jalan sehat berhadiah.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dalam masyarakat
Desa Made Kecamatan Sambikerep Kabupaten Surabaya. Adapun proses
memperoleh data dalam penelitian sebagai berikut :
a. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan proses melihat kembali data-data dari
dokumentasi berupa segala macam bentuk informasi yang berhubungan
dengan penelitian yang dimaksud dalam bentuk tertulis atau rekaman
suara. Pengumpulan data dokumen merupakan metode yang digunakan
15
berbentuk dokumen, hal ini sebagai pelengkap data penelitian, data
sebagai penunjang dari hasil wawancara dan observasi.15 Dalam teknik
ini, peneliti mendapatkan data-data yang berupa dokumentasi seperti
foto, video, dan dokumen-dokumen yang ada sebagai kelengkapan
penelitian ini.
Metode ini digunakan peneliti untuk mengetahui data warga
yang mengikuti undian jalan sehat di Desa Made Kecamatan
Sambikerep Surabaya.
b. Wawancara
Dalam penelitian ini juga digunakan teknik wawancara.
Wawancara yaitu sebab dialog yang dilakukan oleh pewawancara dan
orang yang diwawancarai untuk memperoleh informasi yang detail
terkait masalah yang diteliti.16 Di sini penulis melakukan wawancara
kepada masyarakat, yang digunakan sebagai alat pengumpulan data
dengan melalui tanya jawab berdasarkan penyelidikan kepada:
1) Pihak penyelenggara undian berhadiah jalan sehat
2) warga yang mengikuti undian berhadiah jalan sehat dan
mendapatkan hadiah.
15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(2006: PT Rineka Cipta), 158.
16
5. Teknik Pengolahan Data
Data-data yang berhasil dihimpun selanjutnya dianalisis dengan
metode analisis data sebagai berikut17 :
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali seluruh data yang diperoleh
mengenai kejelasan data, kesesuaian data yang satu dengan yang
lainnya, relevansi keseragaman satuan atau kelompok data.
b. Pengorganisasian data, yaitu menyusun dan mensistematisasikan
data-data dari proses awal hingga akhir tentang pemberian hadiah jalan
sehat dari hasil penjualan kupon di Desa Made kecamatan Sambikerep
Surabaya.
c. Analizing, adalah dengan memberikan analisis lanjutan terhadap hasil
editing dan organizing data yang telah diperoleh dari sumber-sumber
penelitian, dengan menggunakan teori dan dalil-dalil lainnya sehingga
diperoleh kesimpulan.18 Kesimpulan dari hasil data mengenai
pemberian hadiah jalan sehat dari hasil penjualan kupon Di Desa Made
Sambikerep Surabaya dan dapat disesuaikan dengan hukum Islam.
6. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu data
yang dihasilkan dari penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi
terhadap data yang ditemukan di lapangan.19 Sehingga teknis analisis data
17 Soeratno, Metode Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta: UUP AMP YKPM, 1995), 127.
18
17
yang digunakan adalah deskriptif. Analisis deskriptif adalah
menggambarkan dan menguraikan secara menyeluruh mengenai objek
yang diteliti. Sedangkan analisis isi adalah metodologi dengan
memanfaatkan sejumlah perangkat untuk menarik kesimpulan dari sebuah
dokumen atau bahan pustaka.20
Dalam mendeskripsikan data yang telah diperoleh, penulis
menggunakan pola pikir induktif, yakni memaparkan data-data kasus
yang di dapatkan kemudian menjadi kesimpulan yang dianalisis dengan
hukum islam mengenai pemberian hadiah dari hasil penjualan kupon.
Dimulai dengan menyatakan keadaaan atau fenomena hokum yang terjadi
di Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya.
Tahapan ini, penulis akan menganalisis konsep pemberian hadiah
dari hasil penjualan kupon berdasarkan perspektif hukum islam dengan
menggunakan pola pikir induktif yaitu menggambarkan hasil penelitian
tentangadanya di Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya, kemudian
dipadukan dengan teori-teori hukum Islam.
I. Sistematika Pembahasan
Secara garis besar, sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari lima
bab, yang setiap pembahasan memiliki sub pembahasan sebagai berikut:
Bab Pertama, merupakan pendahuluan yang memperkenalkan
kerangka ide skripsi ini secara metodologis, yakni terdiri dari latar belakang
18
masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian,
dan yang terakhir adalah sistematika pembahasan.
Bab Kedua, yakni berisi tentang landasan teori, yang merupakan hasil
telaah dari beberapa literatur untuk membuka wawasan dan cara berfikir dalam
memahami dan menganalisis fenomena yang ada, sedangkan bab ini
menjelaskan tentang konsep jual beli dan pemberian hadiah undian berhadiah
dalam Islam yang meliputi: pengertian jual beli, dasar hukum jual beli,
macam-macam jual beli, rukun dan syarat jual beli, pengertian undian, dasar hukum
undian, macam-macam undian, dan pemberian hadiah dalam pemikiran ulama
kontemporer.
Bab Ketiga, deskripsi hasil penelitian di Desa Made Kecamatan
sambikerep Surabaya yang meliputi gambaran umum aplikasi pemberian hadiah
jalan sehat dari hasil penjualan kupon.
Bab Keempat, merupakan analisis tentang Apikasi pemberian hadiah
jalan sehat berhadiah di Desa Made Kecamatan Sambikerep Kabupaten
Surabaya dan analisis perspektif hukum islam tentang konsep pemberian
hadiah jalan sehat dari hasil penjualan kupon di Desa Made Kecamatan
Sambikerep Kabupaten Surabaya.
Bab Kelima, merupakan akhir dari penelitian yang berisikan tentang
kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi tentang beberapa hal yang berkatan
dengan hasil penelitian sedangkan saran adalah beberapa masukan yang
BAB II
TEORI JUAL BELI
A. JUAL BELI`
1. Pengertian Jual Beli
Jual beli terdiri dari dua suku kata yaitu jual dan beli. Sebenarnya kata
jual dan beli mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak belakang. Kata
jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjual, sedangkan beli adalah
adanya perbuatan membeli. Dengan demikian, perkataan jual beli menunjukkan
adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan pihak
lain membeli. Dalam hal ini, terjadilah peristiwa hukum jual beli yang terlihat
bahwa dalam perjanjian jual beli terlibat dua pihak yang saling menukar atau
melakukan pertukaran.1
Jual beli dalam istilah fiqh disebut al-ba’i yang menurut etimologi
berarti tukar menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.2 Sedangkan secara
terminologi, terdapat beberapa definisi jual beli yang dikemukakan para ulama
fiqh antara lain:
1. Menurut ulama Hana@fiyyah
ulama Hana@fi@yah bahwa jual beli mempunyai dua arti:
1 Suhrawardi Dan Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 139.
20
ُةَلَداَبُم
ٍلاَم
ٍلاَِِ
ىَلَع
ٍهْجَو
ٍصْوُصََْ
3 Artinya:Saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu.4
Sedangkan yang kedua, yaitu:
ُةَلَداَبُم
ٍئْيَش
ٍبْوُغْرَس
ِهْيِف
ِلْثِِِ
ىَلَع
ِهْجَو
ٍدَيَقُم
ٍصْوُصََْ
5 Artinya:Tukar menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melalui cara
tertentu yang bermanfaat. 6
Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa ulama Hana@fi@yah
mengartikan jual beli yaitu tukar menukar harta benda atau sesuatu yang
diinginkan dengan sesuatu yang sepadan melalui cara tertentu yang
bermanfaat.7
2. Menurut ulama Malikiyah
Ulama malikiyah\ juga mengartikan jual beli, yaitu:
َوُهَ ف
ُدْقَع
ٍةَضَواَعُم
ىَلَع
ِْيَغ
َعِفاََم
َلَو
ِةَعْ تُم
ٍةَذَل
8 Artinya:Jual beli adalah akad mu’a@wad}ah (timbal balik) atas selain manfaat dan
bukan pula untuk menikmati kesenangan
3. Menurut ulama Sha@fi’i@yah
3 M. Ali Hasan,, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003), 113.
4
Ibid.
5
Ibid.
6 Ibid.
7 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), 101.
8
21
اًعْرَشَو
:
ُنَمَضَتَ يٌدْقَع
َةَلَ باَقُم
ٍلاَم
ٍلاَِِ
ِهِطْرَشِب
ِْتآا
ِةَدَافِتْسَِل
ِكْلِم
ٍْيَع
ٍةَعَفْ ُمْوَأ
ٍةَدَبَؤُم
9 Artinya:Jual beli menurut syara’ adalah suatu akad yang mengandung tukar menukar harta dengan harta dengan syarat yang akan diuraikan untuk memperoleh kepemilikan atas benda atau manfaat untuk waktu selamanya
4. Menurut ulama Hana@bilah
َنْعَم
ِعْيَ بْلا
ِف
ِعْرَشلا
ُةَلَداَبُم
ٍلاَم
، ٍلاَِِ
ْوَا
ُةَلَداَبُم
ٍةَحاَبُم
ٍةَعَفْ َِِ
ٍةَحاَبُم
ىَلَع
ِدْيٍبْأَتلا
ُرْ يَغ
اَبِر
ْوَأ
ٍضْرَ ق
Artinya:Makna jual beli dalam syara’ adalah tukar menukar harta dengan harta, atau tukar menukar manfaat yang mubah dengan manfaat yang mubah
untuk waktu selamanya, bukan riba atau bukan utang10
Beberapa pendapat tentang pengertian jual beli di atas dapat disimpulkan
bahwa jual beli adalah kegiatan tukar-menukar barang dengan barang atau
tukar-menukar sejumlah barang dengan sejumlah nilai mata uang tertentu. Jual
beli juga dapat diartikan sebagai kegiatan menukar barang dengan barang lain
dengan cara tertentu (akad).11
9
Ibid, 10
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2010), 176.
11
22
2. Dasar Hukum Jual Beli
Jual beli telah diatur di dalam al-Qur’an, hadist, dan ijma’. al-Baqarah
ayat 198 adalah salah satu dasar hukum diperbolehkannya mencari karunia
Allah dengan berdagang, yang berbunyi:
Artinya:Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari
Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada
Allah di Masy'arilharam, dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu, dan sesungguhnya kamu
sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.12
Ayat di atas menerangkan bahwa tidak ada dosa bagi orang-orag yang
mencari karunia Allah dengan cara berdagang. Namun, janganlah meninggalkan
amal ibadah kepada Allah saat telah dilaksanakannya kegiatan perdangan
tersebut.
Surat al-Baqarah ayat 275 juga menerangkan diperbolehkannya jual beli,
yang berbunyi:
23
Artinya:
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.13
Ayat di atas menerangkan bahwa Allah mengharamkan riba. Menurut Dr.
Yusuf Al-Qardhawi hikmah diharamkanya riba dalam Islam adalah
mewujudkan persamaan yang adil di antara pemilik modal dan pekeja, serta
memikul risiko dan akibatnya secara berani dan penuh tanggungjawab.14
Selain dalam surat Al-Baqarah, jual beli juga diataur dalam firman Allah
surat An-Nisa’ ayat 29, yang berbunyi:
13 Ibid, 47.
14 Yusuf Al-Qardhawi, Bunga Bank Haram, terj. Setiawan Budi Utomo, (Jakarta: Akbar Media Eka
24
Artinya:Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.15
Firman Allah di atas menerangkan bahwa dilarangnya memakan harta
dari jalan yang batil. Carilah harta dari jalan perniagaan yang berprinsip saling
suka sama suka. Jadi, dalam jual beli tidak sah jika ada salah satu pihak
melakukan akad karena paksaan dari mana pun.
Rasulullah juga telah menganjurkan kepada umatnya untuk melakukan
jual beli sebagai pekerjaannya, sesuai dengan sabda beliau yang berbunyi:
اَي
َلوُسَر
ِهَللا
يَأ
ِبْسَكْلا
ُبَيْطَأ
َلاَق
ُلَمَع
ِلُجَرلا
ِهِدَيِب
لُكَو
ٍعْيَ ب
ٍروُرْ بَم
{
هاور
دمأ
}
Artinya:"Wahai Rasulullah, mata pencaharian apakah yang paling baik?" beliau bersabda: "Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual
beli yang mabrur." (HR. Ahmad)16
Jual beli mabru@r dalam hadist di atas adalah jual beli yang jujur, dapat
dikatakan juga jual beli yang terhindar dari unsur penipuan atau pengkhianatan
dan merugikan orang lain. Sesuai dengan sabda Rasulullah:
15 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan…, 83.
25
اَََِإ
ُعْيَ بْلا
ْنَع
ٍضاَرَ ت
{
هاور
نبا
هجام
}
Artinya:
Jual beli berlaku dengan saling ridha. (HR. Ibnu Majjah)17
Para ulama juga telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan
alasan bahwa manusia membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Namun, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkan harus
diganti dengan barang lain yang sesuai.18
3. Rukun Jual Beli
Penetapan rukun jual beli, diantara para ulama terdapat perbedaan
pendapat ulama Hana@fi@yah dengan jumhur ulama. Menurut ulama Hana@fi@yah,
rukun jual beli hanya satu yaitu i>jab (ungkapan membeli dari pembeli) dan
qabu>l (ungkapan menjual dari penjual). Menurut mereka yang menjadi rukun
dalam jual beli hanyalah kerelaan (rid}a/tara@d}i) kedua belah pihak untuk
melakukan jual beli.19 I>jab dan qabu>l merupakan tindakan yang menunjukan
pertukaran barang secara rid}a, baik dengan ucapan maupun tindakan.20
Adapun rukun jual beli menurut jumhur ulama (mayoritas ulama) ada
empat, yaitu:
1. ba>’i (penjual),
17 Ibnu Majjah, Kitab Ibnu Majjah, Hadist No. 2176, Lidwah Pustaka i-Software-Kitab Sembilan Imam).
18 Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 75. 19 Nasrun Haroen, Fiqh…, 121.
26
2. mushtari> (pembeli),
3. s}i@ghat (i>jab dan qabu>l) dan
4. ma’qu@d ‘alayh (benda atau barang).
Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, unsur (rukun)
jual beli ada tiga, yaitu:21
1. pihak-pihak,
2. objek dan
3. kesepakatan.
4. Syarat Jual Beli
Syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang disebutkan diatas
adalah sebagai berikut:22
1. Syarat orang yang berakad
Jual beli yang dilakukan anak kecil yang belum berakal hukumnya
tidak sah. Anak kecil yang sudah mumayyis (menjelang baligh), apabila
akad yang dilakukannya membawa keuntungan baginya, seperti menerima
hibah, wasiat dan sedakah, maka akadnya sah menurut mazhab Hana@fi@yah.
Transaksi yang dilakukan anak kecil yang mumayyiz yang mengandung
manfaat, seperti jual beli sewa menyewa, dipandang sah menurut hukum
dengan ketentuan bila walinya mengizinkan.
21 Pusat Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat Madani (PPHIMM), Kompilasi Hukum…, 30.
22
27
2. Syarat terkait dengan i>jab dan q>abul
Ulama fiqih sepakat menyatakan, bahwa urusan utama dalam jual
beli adalah kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan ini dapat terlihat pada
saat akad berlangsung. i>jab qabu>l harus diungkapkan dengan jelas. Apabila
i>jab qabu>l telah diucapkan dalam akad jual beli, maka pemilikan barang dan
uang telah berpindah tangan.
3. Syarat yang diperjual belikan yaitu sebagai berikut:
a. Barang itu ada, atau tidak ada ditempat, tetapi pihak penjual
menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu.
b. Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia
c. Dapat diserahkan pada saat akad berlangsung, atau pada waktu yang
telah disepakati bersama ketika akad berlangsung
d. Bersih barangnya
4. Syarat nilai tukar (harga barang)
Nilai tukar barang adalah termasuk unsur yang terpenting. Harga
yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya. Uang dapat
diserahkan pada saat waktu akad, apabila barang itu dibayar kemudian
28
B. UNDIAN
1. Pengertian Undian
Undian adalah suatu cara yang telah berlaku semenjak dahulu kala, tapi
undian yang berlaku dimasa jahiliah itu, dengan cara orang yang melakukan
undian untuk menentukan nasib seseorang, apakah nasibnya baik atau buruk.
Didalam ensiklopedi Indonesia disebutkan, bahwa lotere (Belanda Loterij atau
undian berhadiah) undian berhadiah barang atau uang atas dasar syarat-syarat
tertentu yang ditetapkan sebelumnya. Menang atau kalah tergantung pada
nasib. Penyelenggaranya bisa oleh perorangan, lembaga atau badan, baik resmi
maupun swasta menurut peraturan pemerintah.23 Lotre berarti undian, dengan
demikian lotre atau undian pada hakikatnya mempunyai pengertian yang
sama.24 Undian dan lotre merupakan dua sisi mata uang, tetapi hakikatnya
adalah sama, yaitu berusaha menarik dana masyarakat dengan jalan yang tidak
halal, yang diiming-imingi oleh hadiah dan sebagainya. Padahal islam telah
memberikan batasan yang konkret bahwa setiap penghasilan yang diperoleh
melalui untung-untungan atau nasib-nasiban dan merugikan orang lain
termasuk judi yang dilarang oleh islam. Pelarangan islam berkenaan dengan
aktifitas tersebut yang subtansinya tidak bermanfaat, mengahambur-hamburkan
23 Ali Hasan, Masail Fiqliyah Zakat, Pajak Asuransi Dan Lembaga Keuangan, (Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 1996), 99.
29
uang dan waktu, menggiring pelakunya hidup dalam dunia angan-angan yang
tiada akhirnya.25
Beberapa pendapat lain menjelaskan mengenai undian, sebagai berikut:
1. Menurut Ibrahim Hosen
Menurut ibrohim hosen, lotre atau undian merupakan salah satu cara
untuk menghimpun dana yang dipergunakan untuk proyek kemanusiaan
dan kegiatan social. Undian berhadiah ini seringkali dilakukan diberbagai
acara atau momentum tertentu dengan mengeluarkan kupon berhadiah agar
merangsang atau menggairahkan pembeli.26 Undian ini dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain dengan cara menjual kupon dengan nomor-nomor
tertentu. Untuk merangsang dan menggairahkan para pembeli kupon
diberikan hadiah-hadiah. Hadiah ini biasanya diundi didepan umum. Siapa
saja yang nomornya tepat akan mendapatkan hadiah tersebut.
Misalnya ada SPBU baru yang mengeluarkan kupon berhadiah untuk
merangsang pembeli. Hadiah ini biasanya diundi didepan notaries dan
dibuka secara umum. Siapa yang nomernya tepat akan mendapatkan hadiah
tersebut. Demikian juga biasanya banyak dilakukan oleh lembaga bisnis
dan kegiatan social lannya.27
25 Hamid Laonso Dan Muhammad Jamil, Hukum Islam Alternatif Solusi Terhadap Masalah Fiqh
Kontemporer, (Jakarta: Restu Ilahi, 2005), 220.
26 Ismail nawawi, fiqh mu’amalah hukum ekonomi, bisnis dan social, (Jakarta: CV. Dwi putra pustaka
jaya, 2010), 468.
30
Adapun undian berhadiah dalam aktivitasnya melibatkan hal-hal
sebagai berikut:
a. Penyelenggara
b. Para penyumbang, yakni orang-orang yang membeli kupon dengan
mengharapkan hadiah.
Adapun kegiatan penyelenggara sebagai berikut:
a. Mengedarkan kupon ataupun juga menjual kupon. Salah satu fungsi
pengedaran kupon adalah dapat dihitung dana yang diperoleh dari para
penyumbang.
b. Membagi-bagi hadiah sesuai ketentuan, hadiah ini diambil dari
sebagian dana yang telah diperoleh.
c. Menyalurkan dana yang telah terkumpul sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan setelah diambil untuk hadiah dan dana
operasionalnya.28
Berdasarkan definisi dari Ibrahim Hosen, undian semacam ini
sifatnya untung-untungan, mengadu nasib, orang yang bertaruh pasti
mengahadapi salah satu dua kemungkinan yaitu menang atau kalah dan
sama halnya dengan judi. Adapun pengertian judi sendiri adalah permainan
31
yang mengandung unsur taruhan, yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
secara langsung atau berhadap-hadapan dalam satu majelis.29
2. Menurut Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah
Menurut himpunan putusan tarjih muhammadiyah, bahwa undian itu
ada tiga jurusan, yakni:
a. Membeli
b. Meminta keuntungan, dan
c. Manfaat dan madharat.
Dengan keterangan diatas jelas bahwa antara judi dan undian menurut
Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah mempunyai sifat yang sama,
yaitu untung-untungan, sedang uang pembeli kupon sebagai taruhan. Oleh
sebab itu undian sama halnya dengan judi yang dengan tegas diharamkan
oleh islam. Judi adalah perbuatan setan, yaitu perbuatan keji yang harus
dijauhi.
Dari penjelasan diatas jelaslah bagi tiap-tiap macam judi selalu ada
untung rugi dan kalah menang baik dengan jalan taruhan yang lain. Maka
dapatlah diambil kesimpulan bahwa segala macam permainan dengan
mempergunakan alat-alat yang mencari untung rugi dinamakan judi.30
3. Syekh Ahmad Surkati
29 Ali hasan, Masail Fiqliyah Zakat, Pajak Asuransi dan Lembaga Keuangan, (Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 1996), 100.
32
Syekh Ahmad Surkati (al-Irsyad) berpendapat lotre atau undian itu
bukan judi, karena bertujuan menghimpun dana yang akan disumbangkan
untuk kegiatan-kegiatan social dan kemanusiaan. Beliau juga mengakui,
bahwa unsure negatifnya tetap ada, tetapi sangat kecil bila dibandingkan
dengan manfaatnya.31
2. Dasar Hukum Undian
Semua taruhan dengan cara mengadu nasib, yaitu sifatnya
untung-untungan dilarang keras oleh agama, sebagaimana firman Allah:
Artinya:Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.32
Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar menjauhi
perbuatan yang dilarang seperti meminum khamr, berjudi, berkorban untuk
berhala, mengundi nasib dengan panah.
Allah berfirman:
31
Ali Hasan, Masail Fiqhiyah, Zakat, Pajak Asuransi, Dan Lembaga Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), 103.
32
33
Artinya:Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah
kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).33
Allah menyuruh umat muslim untuk berhenti mengerjakan pekerjaan yang
menimbulkan kebencian, meminum khamr dan berjudi agar selalu mengingat
allah.
Mencermati banyaknya dampak yang ditimbulkan akibat keterlibatan
sesorang dalam permainan yang terindikasi judi, yang konsekuensi hukumnya
haram. Disamping itu keterlibatan seseorang dalam permainan tersebut
mengakibatkan perputaran ekonomi tidak optimal karena uang masyarakat
terkonsentrasi pada pembelian kupon dan sebagainya yang sia-sia. Realitas
tersebut tidak dapat dipungkiri sebagai suatu kondisi obyektif yang terjadi
dalam msyarakat, dan hal itu merupakan konsekuensi logis dari kegiatan yang
tidak diridhai allah. Betapapun bentuknya, karakteristik undian dan lotre plus
kuis berhadiah sama dengan karakteristik judi, yang memang dilarang dalam
islam. Pelarangan ini dikarenakan dampaknya sangat besar bagi kehidupan
33
34
seseorang. Oleh karena itu jika judi dipandang sebagai perbuatan haram, maka
undian, lotre, dan kuis berhadiah juga adalah haram.34
3. Sistem Kegiatan Undian
Kegiatan undian yang dilakukan dengan menggunakan system kupon
dan para penggunanya diwajibkan membeli kupon tersebut dengan harga yang
telah ditentukan, apabila mereka berkeinginan untuk memperoleh sejumlah
hadiah. Dan dari kupon itu terdapat nomor-nomor yang menunjukkan bahwa
jika nomor yang tertera dalam kupon itu keluar maka mereka yang membeli
kupon tersebut mendapatkan hadiah.
DR. Yusuf al- Qaradhawi dalam bukunya yang berjudul fiqh hiburan
mengemukakan bahwa membeli tiket brhadiah dengan tujuan untuk
menyaksikan sebuah pertandingan, menikmati permainan para pemain, dan
untuk mendukung jagoannya, hukumnya boleh. Akan tetapi, apabila sesorang
membeli tiket ini demi memperbesarkan untuk mendapatakan hadiah, padahal
sebenarnya ia tidak tertarik menyaksikan pertandingan tersebut, maka
hukumnya tidak boleh. Dan lebih tidak boleh lagi, jika ia sampai membeli lebih
dari satu tiket. Karena mengadu nasib dengan berharap pendapatkan hadiah
lewat yang praktik semacam ini termasuk judi yang diharamkan.35
34
Hamid Laonso dan Muhammad Jamil, Hukum Islam Alternatif solusi terhadap masalah fiqh
kontemporer, (Jakarta: Restu Ilahi, 2005), 226.
35
C. JUDI
1. Pengertian Judi
Judi adalah permainan yang disertai dengan taruhan uang atau barang
lainnya. Perbuatan judi adalah haram hukumnya, karena perbuatan judi
dibarengi dengan keinginan-keinginan dengan jalan pintas dan salah, yang
justru akan membawa pelakunya pada perbuatan-perbuatan yang keji lainnya,
seperti emosi besar karena selalu diikuti setan, juga akan menimbulkan
ketagihan hingga sulit untuk menghentikan perbuatan seperti ini.36
Husain Hamid berkomentar mengenai akad judi adalah gharar
(ketidakpastian). Karena masing-masing pihak yang berjudi atau bertaruh,
menentukan pada waktu akad, jumlah uang yang diambil atau jumlah yang
diberikan bisa ditentukan di akhir. Tergantung pada suatu peristiwa yang tidak
pasti, yaitu jika menang maka ia mengetahui jumlah yang diambil, jika kalah
maka ia mengetahui jumlah yang ia berikan. Sedangkan menurut Syafi’i
Antonio mengatakan bahwa unsur judi artimya adalah salah satu pihak yang
untung namun dilain pihak justru mengalami kerugian.37 Allah sangat
mengutuk perbuatan ini karena bahaya yang ditimbulkan bisa membuat
pelakunya semakin menjauhi allah dan permainan dalam bentuk apapun yang
menggunakan taruhan adalah haram
36 Asep Subhi dan Ahmad Taufiq, 101 Dosa-dosa Besar, (Jakarta: Qultum Media, 2004), 244-255.
36
2. Dasar Hukum Judi
Allah SWT telah memberi penegasan terhadap keharaman melakukan
aktivitas ekonomi yang mempunyai unsur judi. Hal ini didasari oleh nash
al-Quran dan hadis Nabi.
1) Dalil Al Quran