• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Paparan Setjen Kemenhub

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Materi Paparan Setjen Kemenhub"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

1

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Rapat Kerja Kementerian Perhubungan

Jakarta, 17 November 2016

KEBIJAKAN DAN PELUANG INVESTASI

INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI

(2)

2

1.

KEBUTUHAN DAN KEMAMPUAN PEMERINTAH DALAM

MEMBIAYAI SEKTOR TRANSPORTASI

2.

PELUANG SWASTA DAN BUMN UNTUK MELAKUKAN INVESTASI

INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI

3.

INVESTASI INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI ATAS PRAKARSA

SWASTA DAN BUMN (KEBIJAKAN PERIJINAN)

4.

INVESTASI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR YANG TELAH

DIBANGUN OLEH PEMERINTAH (KONSESI, BLU, KSP BMN/ASET

NEGARA)

(3)

3

(4)

4

TANTANGAN 1. Geopolitik

2. Geoekonomi 3. Bonus Demografi 4. Agenda Paska 2015 5. Perubahan Iklim

REGULASI KELEMBAGAAN PENDANAAN

PR

Infrastruktur MemadaiPendapatan per kapita USD 14 Ribu

Pengangguran < 5%Penduduk Miskin > 5%HDI dan GDI Meningkat

PERMASALAHAN 1. Kondisi jalan daerah

kurang memadai 2. Pembangunan Kereta

api masih terbatas. 3. Kinerja Pelabuhan

kurang kompetitif 4. Perkotaan yang

semakin padat

ISU STRATEGIS

VISI/MISI PRESIDEN + NAWA CITA

SASARAN RPJMN 2015-2019

kecelakaan transportasi laut menjadi

 Kondisi mantap jalan nasional 100%

 Waktu tempuh perjalanan darat dari

2,6 jam per 100 km menjadi 2,2 jam per 100 km

 Biaya logistik menurun menjadi

19,2%terhdap PDB

 Pangsa Pasar Angkutan Umum

32%

 On time performance penerbangan mencapai 95%

 Jumlah penumpang pesawat sebanyak 162 juta penumpang per tahun

 Menurunnya angka fatalitas korban kecelakaan transportasi jalan hingga

50 persen dari kondisi baseline.

 Menurunnya rasio kecelakaan transportasi udara pada AOC 121 dan AOC 135 menjadi kurang dari 3 kejadian/1 juta flight cycle.

 Menurunnya jumlah kejadian kecelakaan transportasi laut menjadi

kurang dari 50 kejadian/tahun.

 Menurunnya rasio angka kecelakaan kereta api menjadi kurang dari 0,025 kecelakaan per 1 juta-km perjalanan kereta api.

KEBIJAKAN DAN SRATEGI

 Pembangunan Transportasi Multimoda dan mendukung Sislognas, kawasan industri,

 Mempercepat pembangunan Sistem Transportasi Multimoda

 Melakukan upaya keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan.

 Membangun sistem dan jaringan transportasi yang terintegrasi untuk mendukung investasi pada Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Kompleks Industri, dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah non-koridor ekonomi

 Meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam penyelengaraan transportasi

 Mengembangkan sarana dan prasarana transportasi yang ramah lingkungan

 Mengembangkan sistem angkutan umum massal yang modern

 Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Jaringan Jalan Kota

 Mengembangkan manajemen

transportasi perkotaan yang berimbang

PERBAIKAN REGULASI, TEROBOSAN KEBIJAKAN DAN PENDANAAN KREATIF

PERBAIKAN REGULASI, TEROBOSAN KEBIJAKAN DAN PENDANAAN KREATIF

KERANGKA PIKIR PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

TAHUN 2015-2019

Peningkatan

Ketersediaan Penguatan Konektivitas Nasional

Pengembangan

Transportasi Massal Perkotaan

Peningkatan

Efektivitas dan Efisiensi

(5)

5

 Pengembangan 100 Pelabuhan Non

Komersial

 Pengerukan alur pelayaran/kolam pelabuhan

pada 65 lokasi

 Pembangunan 103 Kapal Perintis

 Terlayaninya 193 lintas angkutan laut perintis

 Penyelenggaraan Rute Angkutan Laut Tetap

Dan Teratur untuk Mendukung Tol Laut pada

13 rute

 Penyelesaian dan Pembangunan Kapal

Negara Kenavigasian 41 Unit

 Penyelesaian dan Pembangunan Kapal

Patroli 282 Unit

 Pembangunan 15 Bandara baru

 Pengembangan Bandara untuk pelayanan

Kargo Udara di 9 Lokasi

 Pembangunan/ pengembangan bandaradi

100 lokasi

 Pembangunan/ pengembangan terminal

penumpang di 26 bandara

 Pembangunan BRT di 34 kotadengan

pengadaan 3.170 bus

 Pembangunan angkutan massal cepat di

kawasan kota metropolitan

 Pembangunan/ pengembangan Terminal

Penumpang Tipe A pada 41 lokasi

 Penerapan teknologi ATCS di seluruh ibu

kota provinsi

 Pembangunan Pelabuhan

Penyeberangan di 65 lokasi

 Pembangunan/ pengembangan

dermaga sungai dan danau di 120 lokasi

 Pengadaan kapal penyeberangan

(terutama perintis) sebanyak 50 unit

 Pembangunan Jalur sepanjang KA 3.258

km’spdi Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan Papua

 Penyelenggaraan kereta api perintis pada

10 lintas

 Pembangunan dan pengembangan

kampus baru pada 27 lokasi

(6)

SEPERTIGA PERJALANAN NAWACITA

C

A

P

A

I

A

N

41 Lokasi

82 Stasiun

306 Pelabuhan

100 Bandara

185 Lokasi

3.258 km’sp

103 Unit

50 Unit

282 Unit

41 Unit

3.170 BRT

Target Sesuai Renstra

2015-2019

(7)

55 232 10171 30

Darat KA Laut Udara BPSDM 0

KA Perkotaan ASDP Laut Udara

7

KEBUTUHAN PEMBIAYAAN

INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI TAHUN 2015-2019

• Kebutuhan pendanaan infratruktur transportasi sebesar Rp.1,283 Triliun diperoleh melalui pendekatan makro didasarkan atas asumsi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 : 6-8%, inflasi 2,5-4,5%, tingkat suku bunga 4-5-6,5%. Selain itu, perkiraan perhitungan juga mempertimbangkan skenario kebutuhan pendanaan transportasi yang tertuang dalam Rencana Induk, Cetak Biru dan Kajian Latar Belakang Transportasi Perkotaan.

Sumber : Bappenas, 2015

Kebutuhan Pendanaan

Perkiraan Pendanaan Kemampuan APBN sesuai dengan RPJMN

Tahun 2015-2019

GAP

Terdapat GAP pembiayaan investasi sebesar Rp. 791 Triliun untuk

(8)

PELUANG SWASTA DAN BUMN

(9)

9

Infrastruktur dasar, non-komersial, non cost-recovery, secara

ekonomi sangat layak, secara finansial

tidak layak, strategis secara nasional, akses

kepada daerah tertinggal dan perdesaan, meningkatkan ekonomi nasional dan

lokal dan merupakan kewajiban pemerintah (Public Service Obligation,

PSO)

Kemitraan Pemerintah dan

Swasta

Infrastruktur dasar, komersial dan non-komersial, potensi cost-recovery, secara

ekonomi sangat layak, secara finansial

layak atau kurang layak, dapat menjadi

layak apabila ada dukungan pemerintah, strategis secara nasional, akses

kepada daerah tertinggal dan perdesaan, meningkatkan ekonomi nasional dan

lokal, mendukung logistik dan koridor

ekonomi

Investasi Swasta Murni

Infrastruktur ekonomi yang komersial, full cost-recovery, secara

ekonomi sangat layak, secara finansial

juga layak, strategis secara nasional, akses

kepada pelabuhan dan bandara internasional , meningkatkan ekonomi nasional dan

lokal. Penyediaan infrastruktur khusus

seperti Special Railways, Special Ports, dan Special Airports dapat menggunakan skema

ini dengan sifat

unsoliciteddan tanpa tender.

KPS Aliansi Strategis

Pemerintah & Swasta

bersama-sama sejak awal

Investasi Swasta Murni

Solicited PemerintahProgram

Unsolicited Special FacilitiesInisiatif Swasta,

*) Idealnya skema 1 diserahkan penuh kepada pihak swasta sepanjang sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan sesuai dengan konsesi, bahwaproyek tersebut dapat diserahkan kepada swasta. *) BUMN/BUMD mengerjakan skema 2 dan 3

*)Kontribusi Pemerintah=Dukungan Pemerintah, dapat dilakukan melalui : a) Pendanaan pembebasan lahan

b) Pembiayaan sebagian konstruksi; c) PemberianViability Gap Fund (VGF)

(10)

LANGKAH YANG TELAH DILAKUKAN KEMENHUB

1. Telah dibentuk

Tim Pendanaan Investasi Infrastruktur Perhubungan

melalui

Keputusan

Menteri Perhubungan No KP.590 Tahun 2016

yang bertugas merencanakan dan

mempersiapkan proyek Infrastruktur Perhubungan yang akan di biayai oleh skema

alternatif selain APBN.

2. Telah dilakukan pembahasan awal dengan internal Perhubungan maupun dengan

Bappenas, PT. SMI (Sarana Multi Infrastruktur), dll untuk mempersiapkan dan

merencanakan proyek Perhubungan yang akan dibiayai skema alternative selain APBN.

3. Usulan awal proyek Perhubungan yang biayai skema alternatif selain APBN adalah

No. Unit Eselon I Kegiatan

1 Ditjen Phb Darat a. Pengembangan Terminal Mengwi di Badung, Bali b. Pengembangan Terminal Tirtonadi, Solo

c. Pembangunan Angkutan Massal Perkotaan

2 Ditjen Perkeretaapian a. KA Express Line Bandara Internasional Soekarno - Hatta (SHIA)(KPBU)

b. Program Pembangunan KA Akses Bandara Adi Sumarmo - Solo (Stasiun & Sarana) c. Program Pembangunan KA Kertapati-Simpang-Tanjung Api-api

d. Program Pembangunan Kereta Cepat/High Speed Train(HST) Jakarta – Surabaya

3 Ditjen Phb Laut Pelabuhan Kuala Tanjung

4 Ditjen Phb Udara a. Bandara Karawang b. Bandara Bali Utara

(11)

11

INVESTASI INFRANSTRUKTUR TRANSPORTASI

ATAS PRAKARSA SWASTA DAN BUMN

(12)

PM 24 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas PM 3 Tahun 2015

tentang Pelaksanan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang

Perhubungan Di Badan Koordinasi Penanaman Modal

Pe

an

Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut (SIUPAL)

DITJEN PERHUBUNGAN LAUT

Surat Izin Operasi Perusahaan Angkutan Laut Khusus (SIOPSUS)

Izin Usaha Badan Usaha Pelabuhan;

Surat Izin Usaha Perusahaan Salvage dan Pekerjaan Bawah Air;

Izin Usaha Perekrutan dan Penempatan Awak Kapal (IUPPAK)

DITJEN PERHUBUNGAN UDARA

DITJEN PERHUBUNGAN UDARA

Izin Pengusahaan Bandar Udara Komersil (Izin Badan Usaha Bandar Udara);

Izin Usaha Angkutan Udara;

Izin Usaha Jasa Pengurusan Transportasi Yang Dilakukan Oleh Usaha Patungan(Joint Venture)atau Yang Berstatus Penanaman Modal Asing;

PenetapanRecognized Security Organization (RSO);

DITJEN PERHUBUNGAN DARAT Izin Penetapan Lokasi Terminal Angkutan Barang;

Izin Pembangunan Pelabuhan Sungai Danau (Pelayanan Antar Propinsi dan Lintas Batas Negara);

(13)

DEREGULASI PERATURAN BIDANG PERHUBUNGAN

POSISI SAAT INI PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN YANG SEDANG

DALAM PROSES PENGUSULAN DEREGULASI ADALAH SEBAGAI BERIKUT:

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 45 TAHUN 2015

TENTANG PERSYARATAN KEPEMILIKAN MODAL BADAN USAHA DI BIDANG

TRANSPORTASI;

(14)

INVESTASI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

YANG TELAH DIBANGUN OLEH PEMERINTAH

(15)

15

INFRASTRUKTUR

NON INFRASTRUKTUR

BENTUK

PEMANFAATAN BMN

PINJAM PAKAI

KERJA SAMA PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

SEWA

(16)
(17)

17

(18)

DASAR HUKUM KONSESI

Ditjen Perhubungan Udara :

Undang Undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, Pasal 235.

Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif PNBP yang berlaku

pada Kemenhub, Pasal 2, ayat 1.d. dan lampiran IV K.2 a s/d f.

Peraturan Menteri Perhubungan No. 193 Tahun 2015 tentang Konsesi dan Bentuk

Kerjasama Lainnya antara Pemerintah dengan Badan Usaha Bandar Udara untuk

Pelayanan Jasa Kebandarudaraan.

Ditjen Perhubungan Laut :

Undang-undang No. 17 tahun 2008 tentang pelayaran, Pasal 92.

Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2015 tentang Kepelabuhanan, Pasal 1, ayat 30.

Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif PNBP yang berlaku

pada Kemenhub, Pasal 2, ayat 1.b.

(19)

19

KONSESI

adalah pemberian hak oleh Penyelenggara Pelabuhan kepada Badan Usaha Bandar Udara/ Badan Usaha Pelabuhan untuk melakukan kegiatan penyediaan dan/atau pelayanan jasa kebandarudaraan/ kepelabuhanan tertentu dalam jangka waktu tertentu dan kompensasi tertentu.

PENYELENGGARA BANDAR UDARA/

PELABUHAN

BUBU/

BUP

KERJASAMA DALAM BENTUK KONSESI

Dituangkan dalam bentuk perjanjian

Penyediaan dan

atau pelayanan jasa kepelabuhanan/

kebandarudaraan

Dalam hal masa konsesi telah berakhir, fasilitas bandar udara/ pelabuhan hasil konsesi beralih atau diserahkan kepada Penyelenggara Bandar Udara/ Pelabuhan

Pendapatan konsesi merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

MEKANISME PEMBERIAN KONSESI

MEKANISME PELELANGAN

PENUGASAN/PENUNJUKAN

MEKANISME

• Pelelangan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

• Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur

• Lahan dimiliki oleh Badan Usaha Pelabuhan; Investasi sepenuhnya dilakukan oleh Badan Usaha Pelabuhan dan tidak menggunakan pendanaan yang bersumber dari APBN/APBD

Pendapatan konsesi dihitung berdasarkan formula hubungan antara proyeksi tarif bandar udara/ pelabuhan, besaran investasi, besaran konsesi min 2,5 % dari pendapatan bruto jasa kebandarudaraan/ kepelabuhanan, dan masa konsesi

KONSESI DI LINGKUNGAN DITJEN PERHUBUNGAN UDARA/LAUT

(20)

KONSESI YANG TELAH

BERJALAN

KONSESI DI LINGKUNGAN

DITJEN HUBUD

Kegiatan Atas Pelayanan Jasa terkait Bandar Udara pada UPBU (26 LOKASI)

• Optimalisasi penggunaan lahan dan bangunan di area komersial UPBU (konsesi dihitung senilai 5 % dari pendapatan operasional)

• Optimalisasi penggunaan lahan parkir di UPBU

(konsesi dihitung senilai 15 % dari pendapatan operasional)

• Konsesi atas pengelolaan ground handling

(konsesi dihitung senilai 15 % dari pendapatan operasional)

• Konsesi atas jasa wrapping

(konsesi dihitung senilai 15 % dari pendapatan operasional)

KONSESI SEDANG

DALAM PROSES

• Pemberian hak pengelolaan atas jasa kebandar udaraan (Direktorat Bandar Udara) kepada Badan Usaha Bandar Udara (BUBU) yaitu PT.Angkasa Pura I dan II

Posisi saat ini belum terealisasi , pihak BUBU minta agar dibahas kembali atas perhitungan nilai konsesi yang sudah ditetapkan, berdasarkan

(21)

21

KONSESI YANG TELAH

DITANDATANGANI

KONSESI DI LINGKUNGAN

DITJEN HUBLA

KONSESI SEDANG

DALAM PROSES

PELABUHAN EKSISTING (4 LOKASI)

• OP Belawan & PT. Pelindo I

• OP Tanjung Priok& PT. Pelindo II

• OP Tanjung Perak & PT. Pelindo III

• OP Makassar & PT. Pelindo IV

PELABUHAN/ TERMINAL NON EKSISTING (7 LOKASI)

• Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Kalibaru Pelabuhan Tanjung Priok (OP Tanjung Priok& PT. Pelindo II)

• Pengusahaan Terminal Petikemas Belawan Fase II 350m (OP Belawan & PT. Pelindo I)

• Pengusahaan Dermaga Terminal Curah Cair Pelabuhan Kuala Tanjung (OP Belawan & PT. Pelindo I)

• Pengusahaan Terminal Multipurpose Teluk Lamong Di Surabaya (OP Tanjung Perak & PT. Pelindo III)

• Pengusahaan Terminal Petikemas Makassar New Port Tahap I di Makassar (OP Makassar & PT. Pelindo IV)

• Pengusahaan Terminal Petikemas Muaro Jambi di Pelabuhan Talang Duku (KSOP Talang Duku & PT. Wahyu Samudra Indah)

• Pengusahaan Terminal Cigading di Pelabuhan Banten (KSOP Banten & PT. Krakatau Bandar Samudera) ALUR PELAYARAN (1 LOKASI)

• Penyediaan dan Pelayanan Jasa Penggunaan Alur Pelayaran Barat Surabaya (OP Tanjung Perak & PT. Pelindo III)

• ADDENDUM PERJANJIAN KONSESI TERMINAL KUALA TANJUNG (PT. PELINDO I) (CURAH CAIR MENJADI MULTIPURPOSE)

• PT. PELABUHAN TEGAR INDONESIA (PT. PTI)

• PT. KARYA CITRA NUSANTARA (PT. KCN)

• PT. BANDAR BAKAU JAYA (PT. BBJ) – BAKAUHENI

• PT. BANDAR BAKAU JAYA (PT. BBJ) – BANTEN

• PT. BERLIAN MANYAR SEJAHTERA (PT. BMS)

(22)
(23)

23

NON TUSI

TUSI

NON TUSI

TUSI

PP 27 Tahun 2014 Tentang

Pengelolaan BMN/D

PP JENIS DAN TARIF

PNBP DI KEMENHUB

PP 15 Tahun 2016

PRINSIP DASAR

PENERIMAAN NEGARA

Pemanfaatan aset dalam rangka menunjang

tupoksi di lingkungan Kementerian

Perhubungan

Pemanfaatan aset yang tidak terkait atau

tidak dalam rangka mendukung pelaksanaan

tupoksi

dengan persetujuan Pengelola Barang

(Kementerian Keuangan)

Dapat dilakukan

kerjasama antara Pemerintah

dengan Badan Usaha dan Swasta dengan

pertimbangan tertentu

sesuai ketentuan

Dapat dilakukan kerjasama dengan Badan

Usaha dan Swasta dengan tarif lainnya

apabila telah menjadi BLU berpedoman

sesuai PMK 136 tahun 2016 tentang

Pengelolaan Aset pada Badan Layanan Umum

Utilisasi dalam Bentuk Pemanfaatan BMN

sesuai ketentuan PP 27 Tahun 2014

Tidak terjadi pengalihan Kepemilikan Aset

Kerjasama dengan BLU :

(24)

KERJA SAMA PEMANFAATAN

BMN

>> Pendayagunaan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan

Penerimaan Negara dan sumber pembiayaan lainnya.

Mengoptimalkan daya guna dan hasil guna BMN

Meningkatkan penerimaan negara

Optimalisasi

Kontribusi tetap.

Pembagian keuntungan hasil

pendapatan KSP.

Tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dlm APBN utk memenuhi biaya terkait BMN (operasional, pemeliharaan, perbaikan)

Nilai Tambah KSP

Ketentuan/Pertimbangan KSP

PNBP

Pengertian KSP

Paling lama 30 tahun dan dapat diperpanjang

Jangka Waktu KSP

(25)

25

KERJA SAMA PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

>> Kerja sama antara pemerintah dan badan usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam rangka kepentingan umum dan/atau penyediaan infrastruktur guna mendukung tugas dan fungsi pemerintahan

Tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dlm APBN utk penyediaan infrastruktur

Termasuk dalam daftar prioritas proyek program penyediaan infrastruktur yg telah ditetapkan

Pengertian KSPI

Pertimbangan KSPI

Mendapatkan pembagian kelebihan keuntungan

Nilai Tambah KSPI

Paling lama 50 tahun dan dapat diperpanjang

Jangka Waktu KSPI

(26)

Sebagai mitra KSP Pelabuhan, PT. Pelindo (Persero), dipersyaratkan sebagai berikut:

1. meningkatkan kinerja pelabuhan

2. Dapat mengusulkan kenaikan tarif setelah adanya peningkatan kinerja pelabuhan 3. Investasi yang akan dilakukan PT. Pelindo harus jelas terlebih dahulu;

4. Hasil KSP (aset BMN dan hasil pengembangan dari PT. Pelindo) merupakan aset milik pemerintah 5. Wajib membayar kontribusi tetap dan pembagian keuntungan;

6. Memberikan jaminan peningkatanthroughtputcargo pada pelabuhan tersebut; 7. Menyusun rencana bisnis dalam jangka waktu pengusahaan maksimal 30 tahun; 8. Pelindo wajib menampung Pegawai apabila di UPT tersebut kelebihan Pegawai.

KSP kepada PT.

PELINDO I, II, III,

DAN IV

PT. Pelindo (Persero) dapat ditunjuk sebagai mitra KSP Pelabuhan

Pelaksanaan KSP Pelabuhan dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Pengelola Barang (Kementerian Keuangan)

PT. Pelindo (Persero) agar menyiapkan dokumen sebagai berikut:

1. Pertimbangan yang mendasari usulan Kerjasama Pemanfaatan; 2. Data pemohon kerjasama pemanfaatan, yang meliputi:

• nama • alamat

• Nomor Pokok Wajib Pajak

• Bentuk kelembagaan, jenis kegiatan usaha, fotokopi surat izin usaha.

3. Data Barang Milik Negara (BMN) yang direncanakan untuk dilakukan kerjasama pemanfaatan; 4. Proposal rencana usaha kerjasama pemanfaatan (business plan) yang antara lain terdiri atas latar

belakang permohonan, rencana peruntukan kerjasama pemanfaatan, jangka waktu kerjasama pemanfaatan, dan usulan penerimaan negara dari kerjasama pemanfaatan dimaksud;

5. Usulan besaran kontribusi tetap dan persentase pembagian keuntungan pelaksanaan Kerjasama Pemanfaatan

UU No. 17 Tahun 2008 Ttg Pelayaran

PMK 78 Tahun 2014 (Pasal 96) Ttg Tata Cara

Pelaksanaan Pemanfaatan BMN

(27)

27

(28)

BENTUK KERJA SAMA BLU ..[1]

• Pemimpin BLU melakukan KSO dan/atau KSM dalam rangka Tugas dan Fungsi pada BLU.

• KSO dan/atau KSM dilaksanakan dengan melibatkan pihak lain sebagai Mitra.

• KSO dan/atau KSM dituangkan dalam naskah perjanjian antara pemimpin BLU dengan Mitra.

• Tarif yang dikenakan kepada masyarakat terhadap layanan yang dihasilkan dari KSO dan/atau KSM ditetapkan oleh pemimpin BLU sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan keuangan BLU.

• pemerintah daerah;

• badan usaha milik negara;

• badan usaha milik daerah;

• BLU;

• BLU daerah;

• perusahaan swasta;

• yayasan;

• koperasi; dan/atau

• perorangan. • Pemimpin BLU menyusun rencana KSO dan/atau KSM

yang paling sedikit menjelaskan secara ringkas mengenai maksud dan tujuan, bentuk, dan hasil analisis dan evaluasi dari aspek teknis, aspek keuangan, dan aspek hukum.

• Analisis dan evaluasi dari aspek teknis termasuk berupa spesifikasi teknis/kualifikasi dan/atau kegiatan terkait objek KSO dan/atau KSM.

• Analisis dan evaluasi dari aspek keuangan termasuk proyeksi pendapatan dan biaya yang timbul dari pelaksanaan KSO dan/atau KSM.

• Analisis dan evaluasi dari aspek hukum termasuk kelengkapan bukti kepemilikan aset, resiko, dan/atau rekam jejak Mitra.

• Rencana KSO dan/atau KSM dicantumkan dalam RBA.

• Dasar: PMK No.136 Tahun 2016 tentang Pengelolaan aset Pada Badan Layanan Umum (BLU);

• meningkatkan penyediaan pelayanan umum kepada masyarakat;

• mengoptimalkan daya guna dan hasil guna Aset BLU; dan

• meningkatkan pendapatan BLU yang dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja BLU sesuai RBA.

Dasar Hukum dan Tujuan

Mitra

Perencanaan

(29)

29

29

BENTUK KERJA SAMA BLU ..[2]

KSM

KSO

Aset BLU

Aset Pihak Lain

Tanah dan Bangunan

Selain Tanah dan/atau Bangunan

Peralatan dan Mesin

SDM/Managerial BLU

SDM/Managerial Pihak Lain

“Sewa” (A)

Bangun-Guna-Serah (C) Bangun-Serah-Guna (B)

Bentuk

termasuk aset tak berwujud yang terdiri atas:

• perangkat lunak komputer(software); • lisensi dan franchise; • hasil kajian/penelitian yang

memberikan manfaat jangka panjang;

• hak cipta (copyright), paten, dan hak kekayaan intelektual lainnya;

• merk dagang;

(30)

Aset Pihak lain Sewa BSG/BOT BGS(BTO)

Keputusan Pemimpin

BLU Keputusan Pemimpin BLU Keputusan Pemimpin BLU Keputusan Pemimpin BLU Keputusan Pemimpin BLU Keputusan Pemimpin BLU Keputusan Pemimpin BLU Max 15 th dan dapat

diperpanjang setelah dilakukan evaluasi

Max 30 th Max 30 th Dapat diperpanjang setelah dilakukan evaluasi, dan

penyesuaian klausul dlm perjanjian

Memperhitungkan

masa manfaat Max 5 th Max 5 th

Kompensasi tetap dan Imbal hasil

Hanya berlaku utk 1 kali perjanjian dan tdk dpt dilakukan

perpanjangan

Hanya berlaku utk 1 kali perjanjian dan tdk dpt dilakukan

perpanjangan

kompensasi tetap, imbal hasil, dan/atau manfaat ekonomi lainnya

Kompensasi tetap, imbal hasil, dan/atau manfaat ekonomi lainnya

Dapat diperpanjang setelah dilakukan evaluasi, dan

penyesuaian klausul dlm perjanjian

Dapat diperpanjang setelah dilakukan evaluasi, dan

penyesuaian klausul dlm perjanjian Penunjukan langsung Dapat melakukan

kerja sama dgn bentuk KSO Tanah dan

Bangunan (A)

Dapat melakukan kerja sama dgn bentuk KSO Tanah dan

Bangunan (A)

Penunjukan langsung, perizinan, atau lelang

Lelang Perizinan Lelang

Kompensensi tetap dan/atau imbal hasil

Kompensensi tetap dan/atau imbal hasil Lelang Lelang

Kerja Sama Manajemen (KSM) Aset BLU

Tanah dan Bangunan

Kerja Sama Operasional (KSO)Bentuk Kerja Sama

Selain Tanah dan/atau

Bangunan Peralatan dan Mesin SDM/Manajerial BLU

SDM/Manajerial Pihak Lain

(31)

31

31

PELUANG KERJASAMA PADA UPT BLU DILINGKUNGAN

KEMENHUB DENGAN SKEMA KSO/KSM

1. UPBU Raden Inten II Lampung

2. UPBU Fatmawati Soekarno

3. UPBU Sentani

4. UPBU Juwata

5. UPBU Mutiara Sis Al Jufri

6. UPBU HAS Hanandjoedin

7. UPBU Haluoleo Kendari

8. UPBU Tjilik Riwut Palangkaraya

9. UPBU Kalimarau

10. UPBU Wamena

11. UPBU Djalaludin

12. UPBU Sultan Babullah Ternate

13. UPBU Rendani

14. UPBU Domine Eduard Osok Sorong

15. UPBU Mopah

Peluang

Kerjasama

Peluang

Kerjasama

Pada UPBU yang telah

dilakukan pembahasan di

Kemenkeu yaitu :

Pada UPBU yang telah

dilakukan pembahasan di

Kemenkeu yaitu :

1. UPBU Fatmawati

Soekarno

1. UPBU Fatmawati

Soekarno

4. UPBU Sentani

4. UPBU Sentani

2. UPBU Raden Inten II

Lampung

2. UPBU Raden Inten II

Lampung

(32)

SEKIAN DAN TERIMAKASIH

(33)

33

(34)

NO UNIT KERJA JUMLAH IZIN DIDELEGASIKAN TELAH KE BKPM

TETAP DI KEMENTERIAN

1 Direktorat Jenderal Perhubungan Darat 9 3 6

2 Direktorat Jenderal Perhubungan Laut 26 7 19

3 Direktorat Jenderal Perhubungan Udara 109 2 107

4 Direktorat Jenderal Perkeretaapian 13 1 12

JUMLAH 157 13 144

Sumber:

1. Surat Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Nomor UM.002/76/1/DJPL-16 Tanggal 18 Oktober 2016;

2. Surat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Nomor HK.601/1/3/DJPU.KUM–2016 Tanggal 7 Oktober 2016; 3. Surat Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor DI.101/767/X/AMM/2016 Tanggal 12 Oktober 2016; 4. Surat Direktorat Jenderal Perkeretaapian Nomor HK.601/90/K1/DJKA/IX/16 Tanggal 23 September 2016;

Catatan :

Sesuai Hasil Rapat Pembahasan Perkembangan PTSP Pusat di BKPM oleh Kementerian Perhubungan Tanggal pelaksanaan 1 Agustus 2016 tempat di Ruang Rapat Kutai Gedung Karsa Lantai 7 Kementerian Perhubungan

MATRIKS IDENTIFIKASI PERIJINAN

(35)

35

APBN Murni Availability Payment Konsesi

Dampak terhadap

timeline

konstruksi

Kecil- Skema sudah disusun,

dan disepakati KecilOBC, dan penunjukan kontraktor- Membutuhkan pembuatan untuk fasilitasbelow rail, yang

harusnya bisa dilakukan sesuai jadwal seperti APBN Murni.

Besar– Menstrukturkan proyek konsesi dalam perkeretaapian cukup kompleks, dan kemungkinan besar memerlukan waktu yang cukup panjang.

Dampak terhadap likuiditas anggaran

Besar

- Anggaran tidak

akan cukup pada APBN

2017, dan tidak

diperkirakan akan cukup

pada tahun berikutnya

Baik- Diperkirakan baru ada permintaan anggaran pada tahun 2018-2019, dan permintaan per tahun relatif rendah

Sedang- Diperkirakan baru ada permintaan anggaran pada tahun 2018-2019 dalam bentuk PSO untuk Operator (Kontraktor dibayar oleh operator melalui TAC) sehingga dibutuhkan skema pendanaan yang baru.

Value for

money Sulit diprediksisering mengalami– Proyek keterlambatan, dan kenaikan biaya

Jelas– Apabila pihak swasta tidak mengikuti pada jadwal kontrak, maka tidak perlu dibayar.

Jelas -Apabila pihak swasta tidak mengikuti pada jadwal kontrak, maka tidak perlu dibayar.

Risiko Lebih banyak di pemerintah Sebagian dipindahkan ke swasta Sebagian dipindahkan ke swasta

Rangkuman Proyek dapat ditunda lama, dan risiko ditanggung

pemerintah

Proyek dapat jalan sesuai jadwal, dampak likuiditas baik, risiko juga dipindahkan ke swasta

Proyek dapat ditunda, namun ada kelebihannya di likuiditas dan risiko

(36)

2015 2016 2017 2018 2019 JUMLAH 2015 2016 2017

1 DITJEN PERHUBUNGAN DARAT 6.077,11 10.620,24 13.031,64 13.481,22 14.053,45 57.263,66 6.077,11 3.811,62 4.522,32

2 DITJEN PERKERETAAPIAN 18.670,67 39.558,85 46.200,81 63.253,29 65.641,93 233.325,55 18.670,67 13.209,11 18.031,44

3 DITJEN PERHUBUNGAN LAUT 22.842,96 25.513,01 25.216,71 25.362,23 26.985,45 125.920,35 22.842,96 14.437,68 11.662,27

4 DITJEN PERHUBUNGAN UDARA 11.745,87 18.376,11 17.820,38 17.620,36 17.748,30 83.311,02 11.745,87 10.307,84 9.306,55

5 BPSDMP 4.401,61 6.712,10 6.741,82 6.819,24 7.507,36 32.182,13 4.401,61 5.497,53 4.347,87

6 BADAN LITBANG 228,26 240,36 251,11 237,05 247,94 1.204,71 228,26 217,26 124,16

7 INSPEKTORAT JENDERAL 100,31 105,33 110,59 116,12 122,93 555,28 100,31 100,31 90,31

8 SEKRETARIAT JENDERAL 887,22 1.036,89 1.031,46 1.087,93 1.148,37 5.191,87 887,22 884,29 526,83

9 BPTJ - - - - - 120,44

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 64.954,00 102.162,88 110.404,53 127.977,43 133.455,74 538.954,59 64.954,00 48.465,64 48.732,19

% PENGANGGARAN 100,00% 47,44% 44,14%

No. UNIT KERJA ALOKASI RENSTRA 2015-2019 (Rp. Miliar) REALISASI PENGANGGARAN (Rp. Miliar)

KEBUTUHAN PENDANAAN PENYEDIAAN

INFRASTRUKTUR PERHUBUNGAN 2015-2019

(37)

37

PENDELEGASIAN PERIZINAN

YANG TELAH DAN BELUM DILENGKAPI SOP

9 perizinan yang telah dilengkapi SOP

Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut (SIUPAL);

Surat Izin Operasi Perusahaan Angkutan Laut Khusus (SIOPSUS);

Izin Usaha Badan Usaha Pelabuhan;

Izin Usaha Perusahaan Salvage dan Pekerjaan Bawah Air;

Surat Izin Usaha Perekrutan dan Penempatan Awak Kapal (SIUPPAK);

Izin Jasa Pengurusan Transportasi Yang Dilakukan Oleh Usaha Patungan (

Joint Venture

) atau Yang

Berstatus Penanaman Modal Asing;

Izin Badan Usaha Bandar Udara Komersil (BUBU);

Izin Usaha Angkutan Udara;

Izin Usaha Sarana Perkeretaapian Umum.

4 perizinan yang belum dilengkapi SOP

Izin Penetapan Lokasi Terminal Angkutan Barang;

Izin Pembangunan Pelabuhan Sungai Danau (Pelayanan Antar Propinsi dan Lintas Batas Negara);

Izin Pembangunan Terminal Khusus Sungai dan Danau;

(38)

DEREGULASI PERATURAN BIDANG PERHUBUNGAN

• PERATURAN MENTERI

PERHUBUNGAN NOMOR PM

45 TAHUN 2015 TENTANG

PERSYARATAN KEPEMILIKAN

MODAL BADAN USAHA DI

BIDANG TRANSPORTASI

PERATURAN

MENTERI

PERHUBUNGAN

YANG SEDANG

DALAM PROSES

(39)

39

39

No Tahapan Kegiatan / Langkah-Langkah Waktu Pemohon LO Kemenhub pada PTSP BO Kemenhub pada PTSP

Tim Pokja

PTSP Pusat

Kemenhub TU PTSP PUSAT

1 Berkas pemohon diterima Liasion Officer (LO) Kementerian Perhubungan

1 hari

2 BO menerima dokumen lengkap

dari Pemohon melalui LO 1 hari

3 Dokumen lengkap diteruskan ke Tim Pokja PTSP Pusat (Dokumen tidak lengkap dikembalikan ke LO)

1 hari

4 Tim Pokja mengirim dokumen ke

Kementerian Perhubungan 1 hari

5 Kementerian Perhubungan memverifikasi Administrasi dan Teknis

6 Dokumen diambil kembali oleh

TU PTSP Pusat di BKPM 1 hari

Total waktu penyelesaian 5 hari

SOP PERMOHONAN IZIN DI PTSP PUSAT DI BKPM

Catatan :

(40)

KESIMPULAN

4 (empat) jenis perizinan yang belum Standar Operating Prosedur (SOP)/Bussines Proses segera

dilengkapi;

Rancangan SOP 4 (empat) perizinan segera dibahas dengan BKPM;

Permohonan perijinan diselesaikan sesuai SLA (Service Level Agreement);

SOP Pemohon Izin Usaha di PTSP Pusat sesuai dengan hasil kesepakatan;

(41)

41

(42)

PROFIL TERMINAL MENGWI

PROFIL TERMINAL MENGWI

Pembiayaan pembangunan melalui dana APBN Kementerian Perhubungan Tahun 2007 sebesar Rp. 30 Milyar

Luas 12,244 Ha

Jalan masuk seluas 2,9943 Ha

Nilai Manfaat : Terminal Mengwi sebagai simpul transportasi yang melayani Angkutan AKAP dan AKDP dari dan ke wilayah Bali.

(43)

43

Luas total ± 35.500 m2 dengan rincian :

Luas landasan : 16.000 m2 Luas pelataran parkir : 3.400 m2 Luas ruang tunggu (2 lokasi) : 694 m2 Luas emplasemen : 1.806 m2

Total Investasi Pembangunan :

Rp. 156.000.000.000,- (APBN + APBD)

Nilai Manfaat : Terminal Tirtonadi sebagai simpul transportasi yang melayani Angkutan AKAP dan AKDP di wilayah Jawa, Sumatera dan Bali.

PROFIL TERMINAL TIRTONADI

Jangka Waktu Pembangunan :

(44)

Posisi Saat Ini:

Panjang Jalur : 33,86 Km (hasil Pra-FS PT. SMI) Rute : Halim-Manggarai-Dukuh Atas-Tanah

Abang-Pluit-SHIA

Stasiun & Depo : 6 unit stasiun & 1 unit depo

Jenis Konstruksi : Elevated / Layang (Konstruksi Beton, Slab Track)

 Penyelesaian Perpres tentang KA Bandara Soetta Expressline (Kemenko Perekonomian , Seskab dan Kemenhub);  Pemilihan trase dalam pra-FS masuk kedalam lingkup penugasan Perpres;

 Perlu ditetapkan skema pendanaan (Skema KPBU atau Penugasan BUMN).

Skema Pembiayaan : USD. 2,039 Juta (Eq. Rp. 20 Triliun) (Swasta)

Tarif sesuai

perhitungan : Rp. 70.000 Rencana Konstruksi : 2018

Rencana Operasi : 2022

(45)

45

PROGRAM PEMBANGUNAN KA AKSES BANDARA ADI SUMARMO, SOLO

Keterangan

: Jalur KA Eksisting : Jalur KA Rencana

: Jalur KA Rencana (Elevated) : Bandar Udara

Jalur Kereta Eksisting = 6,73 km

Jalur Kereta Rencana Koridor Utara = 7,14 km (At Grade)

Jalur Kereta Koridor Barat : 12,2 km (elevated)

Rencana Trase

A. Total Rencana Panjang Jalur ± 26,07 Km’sp, terdiri atas ± 6,73 Km’sp track eksisting dan ± 19,34 Km’sp track baru

B. Indikasi Kebutuhan Pembebasan Lahan : ±410.650 m2

(46)

Estimasi Kebutuhan Lahan

1 Tarif sesuai perhitungan : Rp. 500.000 s.d Rp. 900.000 (terbagi atas kelas Ekonomi, Bisnis dan Executive) 2 Lebar spoor (gauge) 1.435 mm dan tidak menggunakan rel eksisiting yang sudah ada

3 Panjang track direncanakan sepanjang + 685,4 Km dengan jumlah stasiun sebanyak 9 (sembilan) lokasi dan 1 unit depo

4 Jika pembangunan menyambungkan jalur KA cepat Jakarta-Bandung di Karawang maka jarak bisa berkurang ± 50 Km sehingga jarakyang dibangun menjadi 635,4 Km 5 Kecepatan maksimum didesain sampai dengan 350 Km/Jam dan kecepatan operasi adalah 300 Km/Jam

6 Waktu tempuh kurang dari 3 jam

7 Total biaya yang dibutuhkan untuk kontruksi, pembebasan lahan maupun pengadaan rolling stock adalah sebesar Rp. 253,8 Trilliun 8 Rencana Operasi tahun 2030

Lokasi Stasiun Alt 1: Pembangunan dilakukan mulai

dari Karawang, Track Jakarta-Karawang menggunakan track kereta cepat Jakarta-Bandung, sehingga dapat menghemat biaya konstruksi

Alt 2: Rute alternatif dibangun dengan melanjutkan trase kereta cepat Jakarta-Bandung diteruskan ke Bandara Kertajati-Cirebon-Semarang-Surabaya, kesulitan trase ini adalah wilayah Bandung-Cirebon melewati kontur perbukitan dan pegunungan sehingga membutuhkan biaya yang lebih tinggi

(47)

47

Posisi Saat Ini:

Panjang

Jalur : 96 Km’sp

Rute : Kertapati-Simpang-Tanjung Api-Api

Stasiun &

Depo : 10 stasiun ( Kertapati-Simpang-Solok Rasau-Talang Kemang-Talang ilir-Gasing-Jalur 19-Sebalik-Paku Rancah-Tanjung Api-Api Jenis

Konstruksi : At Grade (Bantalan beton)

Desain telah dilaksanakan tahun 2006 namun perlu direview karena adanya perubahan trase (review desain diprogramkan tahun 2017) Skema

Pembiayaan : Rp 2,4 Triliun (KPBU) Rencana

Operasi : 2020

(48)

PENGEMBANGAN PELABUHAN KUALA TANJUNG

• Rencana Induk Pelabuhan Nomor KP 148 Tahun 2016

• Perjanjian Konsesi Pengusahaan Dermaga Terminal Curah Cair antara KSOP Kuala Tanjung dan PT. Pelindo I (Persero) pada tanggal 23 Januari 2015

• Finalisasi Adendum Perjanjian Konsesi menjadi Pengusahaan TerminalMultipupose

• Konstruksi Fisik 59%

TERMINAL CURAH CAIR &

MULTIPURPOSE (1)

TERMINAL PETIKEMAS (2)

• Rencana Induk Pelabuhan Nomor KP 148 Tahun 2016

• Studi Pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai Hub Internasional melalui APBN Ditjen Hubla TA 2014

• StudiOutlined Bussiness Caseoleh Kemenko Perekonomian Tahun 2016

 (1)

Pembangunan Terminal Multipurpose telah dimulai tahun 2015 oleh Pelindo I.

(2)

Pada Tahap I (jangka pendek) juga dikembangkan Pelabuhan Hub

(49)

49

PERKIRAAN KEBUTUHAN ANGGARAN

Pelabuhan

Tahap I

Kebutuhan Anggaran Rp.

2016-2021

2022-2026

Tahap II

2027-2031

Tahap III

2032-2041

Tahap IV

Setelah 2042

Tahap V

Multipurpose*

-

-

-

-

-Hub International

13.728,75 M 5.520,904 M 9.041,382 M 8.809,793 M 12.360,45 M

PENGEMBANGAN PELABUHAN KUALA TANJUNG

* Ket: Pembangunan Terminal Multipurpose telah dimulai tahun 2015 oleh Pelindo I

(50)

Perkiraan Pendanaan (Maret 2011, JIKA)

Tahap 1 akan dibangun dengan perkiraan kebutuhan pendanaan sebesar Rp.37,512 triliun dengan komposisi sebesar Rp. 27,84 triliun pendanaan dalam negeri dan Rp 9,67 triliun pendanaan luar negeri;

Tahap 2 akan dibangun dengan perkiraan kebutuhan pendanaan sebesar Rp.44,54 triliun dengan komposisi sebesar Rp. 25,96 triliun pendanaan dalam negeri dan Rp 18,573 triliun pendanaan luar negeri;

Total keseluruhan diperkirakan akan membutuhkan pendanaan sebesar Rp.82,05 triliun dengan komposisi sebesar Rp. 53,80 triliun pendanaan dalam negeri dan Rp 28,245 triliun pendanaan luar negeri (65% dalam negeri dan 35% luar negeri).

Struktur Kerjasama

PJPK Kementerian Perhubungan Peran Swasta BOT

Ruang Lingkup Pembangunan Bandara baru

Jadwal Pelaksanaan Proyek (Maret 2011, JICA)

Tahap I (2019) direncanakan memiliki 2 landas pacu dengan panjang masing-masing 3.600 meter dengan kapasitas 370.000 pergerakan pesawat dan dapat melayani 60 juta penumpang/ tahun;

Tahap II (2030) direncanakan memiliki 3 landas pacu dengan panjang masing-masing 3.600 meter dengan kapasitas 470.000 pergerakan pewawat dan dapat melayani 75 juta penumpang/ tahun;

Tahap Ultimate direncanakan memiliki 4 landas pacu dengan panjang masing-masing 3.600 meter dengan kapasitas 570.000 pergerakan pesawat dan dapat melayani 90 juta penumpang/ tahun.

Status

• Telah pernah dilakukan kajian “Master Plan Study On Multiple Airport Development For Greater Jakarta Metropolitan Area” yang dilakukan oleh Kementerian Perhubugan dengan JICA

Tindak Lanjut

• Perlu penetapan rencana pembangunan bandara Karawang dalam RTRW Kabupaten Karawang dan RTRW Provinsi Jawa Barat.

• Perlu dilakukan reviewrencana pembangunan Bandara Karawang terkait dengan telah adanya perubahan faktor eksternal yaitu sedang dilakukan kegiatan pengembangan Bandara Soekarno-Hatta serta sedang dibangunnya Bandara Kertajati di Majalengka

(51)

51

Struktur Kerjasama

PJPK Pemerintah Provinsi Bali Peran Swasta BOT

Ruang Lingkup Pembangunan bandara baru di wilayah bali bagian utara

Ringkasan Proyek

Estimasi Capex (Nilai Investasi) Rp 5,6 T

PEMBANGUNAN BANDARA BALI BARU……….1

Status • Dalam proses penyiapan proyek: pembahasan skema pembiayaan proyek

• Pra Feasibility Study sudah dilakukan oleh Pemprov Bali. Disamping itu terdapat swasta (PT Pembangunan Bali Mandiri) yang melakukan pra studi kelayakan juga.

• Berdasarkan hasil rapat pada Agustus 2014 di Kemenko Perekonomian disimpulkan bahwa masih perlu dilakukan FS lanjutan atau kajian lebih terperinci untuk menentukan titik koordinat lokasi, serta diarahkan agar proyek ini dilaksanakan dengan skema solicited.

• Persiapan studi lanjutan atau kajian lebih terperinci untuk menentukan titik koordinat dalam rangka penetapan lokasi

Tindak Lanjut • Diperlukan pertemuan antara Kementerian Perhubungan dan Pemerintah

(52)

KENDALA TEKNIS DI LOKASI ALTERNATIF TERPILIH

(rekomendasi PT. PBM)

• Lahan merupakan sawah dengan sistem subak.

• Perlu Relokasi ± 409 rumah penduduk, 6 pura, sungai sepanjang 2.250 m dan jalan.

• Perlu pekerjaan galian dan timbunan dengan volume yang besar (galian ± 5,4 juta m³ dan timbunan ± 4,9 juta m³ ).

• Kemungkinan memerlukan pekerjaan reklamasi untuk pembangunan landas pacu kedua.

Rencana Landas Pacu kedua memerlukan pekerjaan reklamasi

Rencana Landas Pacu kedua memerlukan pekerjaan reklamasi

Kebutuhan Lahan untuk 1 (satu) landas pacu : 672±Ha

Kebutuhan Lahan untuk 2 (dua) landas pacu (tahap ultimate) : 1.120 ±Ha

(53)
(54)

DASAR HUKUM

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan BMN/D.

Perpres Nomor : 56 Tahun 2011 tentang Kerjasama

Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan

Infrastruktur.

Permen PPN Nomor : 3 Tahun 2012 tentang Panduan Umum

Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha

Dalam Penyediaan Infrastruktur.

PMK Nomor : 78 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Pemanfaatan BMN.

(55)

55

INVESTASI PEMERINTAH

penempatan sejumlah dana dan/atau barang dalam jangka panjang untuk investasi

pembelian surat berharga dan Investasi Langsung untuk memperoleh manfaat

ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya

Investasi Pemerintah

(PP nomor 1 Tahun 2008 yang diubah dengan PP 49 Tahun 2011 tentang Investasi Pemerintah)

Penyertaan modal dan/atau pemberian pinjaman oleh badan investasi

pemerintah untuk membiayai kegiatan usaha

Investasi Langsung

Bentuk investasi pemerintah pada Badan Usaha dengan mendapat hak

kepemilikan

(56)

INVESTASI PEMERINTAH

Investasi pemerintah diklasifikasikan menjadi dua yaitu investasi

jangka pendek dan investasi jangka panjang

(PP nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah)

Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya, yaitu

permanen dan nonpermanen

.

Investasi Permanen

adalah investasi jangka panjang

yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan, sedangkan

Investasi

Nonpermanen

adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki

secara tidak berkelanjutan

Investasi Jangka Panjang

a. Penyertaan modal pemerintah;

a. Penyertaan modal pemerintah;

b. Investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh pemerintah untuk

menghasilkan

pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

( misal :

pemanfaatan BMN)

(57)

57

KERJASAMA PEMANFAATAN

BMN

Pendayagunaan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan Penerimaan

Negara dan sumber pembiayaan lainnya.

KSP tidak mengubah status BMN.

Tanah, gedung, bangunan, sarana dan fasilitas yang

dibangun oleh Mitra KSP menjadi BMN sejak

diserahkan kepada Pemerintah sesuai perjanjian

atau pada saat berakhirnya perjanjian

Biaya persiapan KSP yang dikeluarkan oleh

Pengelola Barang atau Pengguna Barang s.d.

Penunjukan Mitra KSP dibebankan pada APBN

Biaya persiapan KSP yang terjadi setelah

ditetapkannya Mitra KSP dibebankan pada Mitra

KSP

Cicilan pokok dan biaya yang timbul atas pinjaman

Mitra KSP, dibebankan pada Mitra KSP dan tidak

diperhitungkan dalam pembagian keuntungan

Mitra KSP ditentukan melalui tender, kecuali BMN

yang bersifat khusus.

Mengoptimalkan daya guna dan hasil guna BMN

Meningkatkan penerimaan negara

Tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dlm APBN utk memenuhi biaya terkait BMN

Optimalisasi

PNBP

Pemeliharaan

Kontribusi tetap.

Pembagian keuntungan hasil

(58)

KSP

BMN

PIHAK YANG DAPAT MELAKSANAKAN KSP

• Tanah/Bangunan

• Sebagian T/B

• Selain T/B

dengan persetujuan Pengelola Barang

• Tanah/Bangunan

• Sebagian T/B

• Selain T/B

PENGELOLA

PENGGUNA

PIHAK YANG DAPAT MENJADI MITRA KSP

• Badan Usaha Milik Negara

•Badan Usaha Milik Daerah

BUMN/D

Swasta

Kecuali, Perorangan

JANGKA WAKTU KSP:

Paling lama 30 (tiga puluh) tahunsejak ditandatanganinya perjanjian KSP dan dapat diperpanjang

 Jangka

waktu KSP BMN untuk penyediaan infrastruktur paling lama 50 (lima puluh) tahun

sejak

perjanjian KSP ditandatangani dan dapat diperpanjang

PERPANJANGAN KSP

Permohonan persetujuan perpanjangan jangka waktu KSP paling lambat 2 (dua) tahun sebelum jangka

waktu berakhir, dengan pertimbangan :

sepanjang tidak mengganggu pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan

negara; dan

(59)

59

KSP

BMN

PENUNJUKAN MITRA KSP

BMN yang mempunyai spesifikasi tertentu sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

Pemilihan Mitra KSP dilakukan melalui tender

, kecuali objek Pemanfaatan dalam bentuk KSP merupakan

BMN yang bersifat khusus

Barang yang memiliki kompleksitas khusus seperti

bandar udara, pelabuhan laut, kilang, instalasi tenaga

listrik, dan bendungan/waduk;

Barang yang dikerjasamakan dalam investasi yang

berdasarkan perjanjian, hubungan bilateral antar

Negara; atau

BMN lain yang ditetapkan oleh Pengelola Barang

BMN BERSIFAT KHUSUS:

PENUNJUKAN LANGSUNG MITRA KSP

• Tanah/bangunan • Sebagian T/B • Selain T/B

terhadap Badan Usaha Milik Negara/Daerah yang memiliki bidang dan/atau wilayah kerja tertentu sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan. • Tanah/bangunan

• Sebagian T/B • Selain T/B

PENGELOLA

PENGGUNA

(60)

KONTRIBUSI TETAP DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN

Penerimaan negara yang wajib disetorkan Mitra KSP selama jangka waktu KSP, terdiri atas:

kontribusi tetap; dan

pembagian keuntungan KSP.

Perhitungan Kontribusi Tetap :

KONTRIBUSI TETAP

* Dalam hal terdapat nilai BMN yang berbeda dengan nilai wajar hasil Penilaian, dalam rangka Pemanfaatan BMN digunakan nilai wajar hasil Penilaian

Besaran persentasekontribusi tetap didasarkan pada hasil perhitungan tim berdasarkan hasil Penilaian

Besaran persentase

kontribusi tetap

X

nilai wajar BMN

objek KSP

Keterangan :

Nilai wajarBMN didasarkan pada :

a. hasil Penilaian oleh Penilai pemerintah, untuk BMN berupa tanah dan/atau bangunan*;

(61)

61

KONTRIBUSI TETAP DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN

Perhitungan Pembagian Keuntungan dilakukan dengan mempertimbangkan :

PEMBAGIAN KEUNTUNGAN

Besaran nilai investasi pemerintah didasarkan pada nilai wajar BMN yang menjadi objek KSP.

Keterangan :

Besaran nilai investasi mitra KSP didasarkan pada estimasi investasi dalam proposal KSP.

1. Nilai investasi pemerintah;

2. Nilai investasi mitra KSP; dan 3. Risiko yang ditanggung mitra KSP.

Perhitungan pembagian keuntungan dimaksud ditentukan oleh Pengelola Barang dari hasil perhitungan tim berdasarkan hasil Penilaian

Besaran pembagian keuntungan dapat ditinjau kembali oleh Pengelola Barang dalam hal realisasi investasi yang dikeluarkan oleh mitra KSP (didasarkan dari hasil audit yang dilakukan oleh auditor independen), lebih rendah dari estimasi investasi sebagaimana tertuang dalam perjanjian.

Perhitungan Pembagian Keuntungan

X

besaran keuntungan pelaksanaan KSP

(62)

KSP OPERASIONAL DAN

KSP BMN UNTUK PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

KSP operasional atas BMN bukan merupakan Penggunaan BMN Yang Dioperasikan oleh Pihak Lain.

KSP OPERASIONAL

Dalam hal mitra KSP hanya mengoperasional-kan BMN, bagian keuntungan yang menjadi bagian mitra KSP ditentukan oleh Pengelola Barang berdasarkan persentase tertentu dari besaran keuntungan yang diperoleh mitra KSP terkait pelaksanaan KSP.

Dalam hal mitra KSP BMN untuk penyediaan infrastruktur berbentuk Badan Usaha Milik Negara/Daerah, kontribusi tetap dan pembagian keuntungan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari hasil perhitungan tim KSP.

Penetapan kontribusi tetap dan pembagian keuntungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada kondisi keuangan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dan hasil analisis kelayakan bisnis KSP oleh Pengelola Barang dengan mempertimbangkan usulan Pengguna Barang

KSP BMN UNTUK PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

Ketentuan lebih lanjut atas pelaksanaan KSP Operasional dan mengenai besaran penetapan kontribusi tetap dan pembagian keuntungan atas pelaksanaan KSP untuk penyediaan infrastruktur diatur dengan Keputusan Menteri

(63)

63

LINGKUP

INFRASTRUKTUR

meliputi : pelabuhan laut, sungai dan/atau danau, bandar udara, terminal, dan/atau jaringan rel dan/atau stasiun kereta api;

INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI

1

meliputi : jalan jalur khusus, jalan tol, dan/atau jembatan tol INFRASTRUKTUR JALAN

2

meliputi : saluran pembawa air baku dan/atau waduk/bendungan; INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR

3

meliputi : bangunan pengambilan air baku, jaringan transmisi, jaringan distribusi, dan/atau instalasi pengolahan air minum

INFRASTRUKTUR AIR MINUM

(64)

LINGKUP

INFRASTRUKTUR

meliputi : meliputi : instalasi pengolah air limbah, jaringan pengumpul dan/atau jaringan utama, dan/atau sarana persampahan yang meliputi pengangkut dan/atau tempat pembuangan;

INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH

5

meliputi : jaringan telekomunikasi. INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI

6

meliputi : meliputi : pembangkit, transmisi, distribusi dan/atau instalasi tenaga listrik; INFRASTRUKTUR KELISTRIKAN

7

meliputi : instalasi pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, transmisi, dan/atau distribusi minyak dan/atau gas bumi.

INFRASTRUKTUR MINYAK DAN/ATAU GAS BUMI

(65)

65

KERJA SAMA PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

Kerja sama antara pemerintah dan badan usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan

Mitra KSPI yang telah ditetapkan, selama jangka

waktu KSPI:

a.

dilarang menjaminkan, menggadaikan, atau

memindahtangankan BMN yang menjadi objek

KSPI;

b.

wajib memelihara objek KSPI dan barang hasil

KSPI; dan

c.

dapat

dibebankan

pembagian

kelebihan

keuntungan sepanjang terdapat kelebihan

keuntungan

yang

diperoleh

dari

yang

ditentukan pada saat perjanjian dimulai

(clawback).

Mitra KSPI harus menyerahkan objek KSPI dan

barang hasil KSPI kepada pemerintah pada saat

berakhirnya jangka waktu KSPI sesuai perjanjian.

Barang hasil KSPI menjadi BMN sejak diserahkan

kepada pemerintah sesuai perjanjian.

Mendukung tugas dan fungsi pemerintahan

Tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dlm APBN utk penyediaan infrastruktur

Termasuk dalam daftar prioritas proyek program penyediaan infrastruktur yg telah ditetapkan

Pendukung

Penyediaan

(66)

KSPI

BMN

PIHAK YANG DAPAT MELAKSANAKAN KSPI

Tanah/bangunan

dengan persetujuan Pengelola Barang

• Tanah/bangunan

• Sebagian T/B

• Selain T/B

PENGELOLA

PENGGUNA

PIHAK YANG DAPAT MENJADI MITRA KSPI

•Badan Usaha Milik Negara

•Badan Usaha Milik Daerah

BUMN/D

Koperasi

JANGKA WAKTU KSPI

Jangka waktu KSPI

paling lama 50 (lima puluh) tahun

dan dapat diperpanjang

PERPANJANGAN KSPI

Perpanjangan jangka waktu KSPI hanya dapat dilakukan apabila terjadi

government force majeure

, seperti

dampak kebijakan pemerintah yang disebabkan oleh terjadinya krisis ekonomi, politik, sosial, dan

keamanan.

PT

Perseroan Terbatas

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan KSPI diatur dengan

(67)

67

KSP BMN PADA PENGGUNA BARANG

PERMOHONAN KSP

PENGGUNA PENGGUNA BARANG

Permohonan pelaksanaan KSP

Tim KSP

Membentuk Tim KSP

PENGELOLA BARANG

melakukan penelitian apakah BMN dapat dijadikan objek KSP

PENGELOLA BARANG menugaskan Penilai untuk melakukan penilaian

Laporan Hasil Penilaian

PENGELOLA BARANG

Menetapkan persetujuan pelaksanaan KSP Laporan Tim KSP

2

1

Alasan/ pertimbangan

tidak dapat disetujui

(68)

KSP BMN PADA PENGGUNA BARANG

KEPUTUSAN PELAKSANAAN KSP

MITRA KSP

Menerima keputusan KSP dan

PENGELOLA BARANG

Memberikan surat persetujuan KSP

Laporan hasil tender

PANITIA PEMILIHAN MITRA

Melakukan Tender dan mengusulkan pemenang sebagai calon mitra KSP

PENGGUNA BARANG

Menetapkan pemenang tender (Mitra KSP) dg Keputusan

Keputusan Pelaksanaan KSP

a. Objek KSP b. peruntukan KSP

c. penerimaan negara dari KSP d. Identitas Mitra KSP

e. Jangka waktu KSP

3

4

PENGGUNA BARANG

Membentuk Panitia Pemilihan Mitra

Alasan/ pertimbangan

tidak dapat disetujui

Laporan pelaksanaan KSP

(69)

69

PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN

PEMANFAATAN BMN

PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN

Mitra Pemanfaatan wajib melakukan pengamanan dan pemeliharaan atas BMN objek

Pemanfaatan.

Dalam hal Pemanfaatan BMN berupa KSP, BGS, dan KSPI, mitra Pemanfaatan harus melakukan

pengamanan dan pemeliharaan atas barang hasil Pemanfaatan BMN berdasarkan perjanjian.

Pengamanan ditujukan untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi dan hilangnya BMN objek

Pemanfaatan dan hasil Pemanfaatan BMN.

Pemeliharaan ditujukan untuk menjaga kondisi dan memperbaiki BMN objek Pemanfaatan dan

hasil Pemanfaatan BMN agar selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara

berdaya guna dan berhasil guna.

Seluruh biaya pengamanan dan pemeliharaan menjadi beban mitra Pemanfaatan

PERBAIKAN

Perbaikan BMN terkait pelaksanaan pemeliharaan harus sudah selesai dilaksanakan paling

(70)

PEMILIHAN DAN PENETAPAN

MITRA KSP

Dilaksanakan secara terbuka;

Sekurang-kurangnya diikuti oleh 3 (tiga) peserta;

Memperoleh manfaat yang optimal bagi Negara;

Dilaksanakan oleh panitia pemilihan yang memiliki integritas tinggi, handal dan

kompeten;

Tertib administrasi; dan

Tertib pelaporan.

PRINSIP PEMILIHAN MITRA KSP

Pemilihan Mitra KSP dilakukan secara Tender

Tender adalah pemilihan mitra guna pengalokasian hak pemanfaatan BMN melalui

penawaran secara tertulis untuk memperoleh penawaran tertinggi.

(71)

71

TENDER

PENGELOLA BARANG/PENGGUNA BARANG PANITIA PEMILIHAN MITRA

Tender dilakukan untuk mengalokasikan hak Pemanfaatan BMN kepada mitra yang tepat dalam rangka mewujudkan Pemanfaatan BMN yang efisien, efektif, dan optimal.

Memasukan dokumen Penawaran Mengambil dokumen pemilihan dari Panitia atau mengunduh via Website

Membuka Dokumen Penawaran secara terbuka Membuat Daftar Peserta Calon Mitra yg mengambil Dokumen

Melaksanakan penelitian kualifikasi peserta calon Mitra Membentuk Panitia Pemilihan Mitra

Mengumumkan rencana pelaksanaan Tender di Media Massa Nasional

CALON MITRA

TENDER ...

pt bunga mawar

Jl. Kebun Raja 382 JAKARTA 10112 Tel. 021-721823 Fax. 021-722324

Jakarta, 10-08-94 Kepada: PT Jaya Plastiik Indah Jl. Kemiri 34 Jakarta Fax. 021-447692

• Agar pesanan diantar sebelum tanggal 14-08-94. • Pembayaran paling lambat 2

(dua) hari setelah delivery. • Bila ada yang kurang jelas harap hubungi sdr. Mamat (bag. Pembelian).

Hormat Kami, (Ny. Setiawati Lubis) Kabag. Pembelian

pt bunga mawar

Jl. Kebun Raja 382 JAKARTA 10112 Tel. 021-721823 Fax. 021-722324

(72)

TENDER

PENGELOLA BARANG/PENGGUNA BARANG PANITIA PEMILIHAN MITRA

Pelaksanaan Tender melalui Surat Tertulis/Elektronis

Peserta Tender Minimal 3 ?

Membuat BA Hasil Tender dan Melakukan Pemanggilan Peserta yg Lulus Kualifikasi

CALON MITRA

Lulus Kualifikasi ?

Mengumumkan Tender Ulang di Media Massa Nasional

Menetapkan Pemenang Tender sebagai Mitra

(73)

73

TENDER ULANG

PENGELOLA BARANG/PENGGUNA BARANG PANITIA PEMILIHAN MITRA

Pelaksanaan Tender melalui Surat Tertulis/Elektronis

Peserta Tender Minimal 3 ?

Membuat BA Hasil Tender dan Mengusulkan Pemenang Tender

CALON MITRA

Mengumumkan Tender Ulang di Media Massa Nasional

Menetapkan Pemenang Tender sebagai Mitra

TENDER ULANG ....

Peserta Tender 2 :

SELEKSI LANGSUNG

Peserta Tender 1 : Menyatakan Tender Ulang Gagal,

selanjutnya melakukan

PENUNJUKAN LANGSUNG

(74)

KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN

BADAN USAHA (KPBU)

KPBU adalah kerjasama antara pemerintah dan

Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk

kepentingan umum dengan mengacu kepada

spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh

Menteri/Kepala Lembaga/Kepala

Daerah/BUMN/BUMD, yang sebagian atau

seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha

dengan memperhatikan pembagian risiko antara para

pihak.

(75)

75

Mengapa KPBU?

Tujuan menggunakan skema KPBU meliputi:

Menciptakan

iklim investasi

yang

mendorong partisipasi Badan Usaha dalam

penyediaan infrastruktur.

Memberikan

kepastian pengembalian

investasi

Badan Usaha melalui

pembayaran secara berkala oleh

pemerintah kepada Badan Usaha.

Penyediaan Infrastruktur yang berkualitas,

efektif, efisien, tepat sasaran dan tepat

waktu.

Mencukupi kebutuhan pendanaan

penyediaan infrastruktur

secara

berkelanjutan melalui pengerahan dana

swasta.

Mendorong

prinsip pakai-bayar

oleh

pengguna, atau dalam hal tertentu

mempertimbangkan kemampuan

membayar pengguna.

KEMITRAAN

BERSAING

EFEKTIF

KEMANFAATAN

PENGENDALIAN DAN

PENGELOLAAN RISIKO

EFISIEN

(76)

Investasi swasta bukan

sumbangan gratis

kepada

pemerintah dalam penyediaan pelayanan publik;

KPBU bukan merupakan

privatisasi barang publik;

KPBU bukan merupakan

sumber pendapatan

pemerintah

yang akan membebani masyarakat

dalam pemberian pelayanan umum;

KPBU bukan merupakan

pinjaman (utang)

pemerintah kepada swasta.

Kesalahpahaman Terhadap KPBU

KPS bukan pengalihan kewajiban pemerintah

dalam penyediaan layanan kepada masyarakat,

tetapi KPS merupakan pembiayaan untuk

merancang, membangun, dan mengoperasikan

proyek-proyek infrastruktur kepada swasta;

(77)

77

SUBJEK DALAM KPBU

BERDASARKAN PERPRES 38/2005

Pemerintah

yang dalam hal ini akan

berperan sebagai

Penanggung Jawab

Proyek Kerjasama (PJPK)

Menteri/Kepala Lembaga atau pihak yang didelegasikan

untuk bertindak mewakili Kementerian/Lembaga / Kepala

Daerah / BUMN/BUMD.

Proyek KPBU dapat dilakukan dengan

penggabungan

(

bundling

) 2 atau lebih jenis infrastruktur

dimana

Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah bertindak

bersama-sama sebagai PJPK

dengan menandatangai nota

kesepahaman mengenai PJPK dan menunjuk pihak yang

menjadi koordinator PJPK.

BUMN/D dapat bertindak sebagai PJPK sepanjang diatur

dalam peraturan perundang-undangan sektor.

Badan Usaha

Badan Usaha Milik Negara,

Badan Usaha Milik Daerah,

Badan usaha swasta berbentuk

(78)

JENIS INFRASTRUKTUR PADA

PERPRES NO. 38 / 2015 TENTANG KPBU

Transportasi

Sumber Daya Air dan Irigasi

Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat

Sistem Pengelolaan Persampahan

Ketenagalistrikkan

Pendidikan

Lembaga

Pemasyarakatan

Perumahan Rakyat

Jalan

Air Minum

Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat

Telekomunikasi dan Informatika

Minyak dan Gas Bumi dan Energi Terbarukan

Perkotaan

Sarana dan Prasarana Olahraga

serta Kesenian

Pariwisata

Kesehatan

Kawasan

Konservasi

(79)

79

79

1. LATAR BELAKANG

Infrastruktur Transportasi

Proses Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah

dengan Badan Usaha dalam Penyediaan

(80)

MAPPING SUMBER-SUMBER PEMBIAYAAN DALAM KPBU UNTUK

PROYEK

SOLICITED

80

PROYEK KPBU (SOLICITED)

APBN RP Murni PHLN

BADAN PENYIAPAN

• Konsultan (PT)

• Lembaga Keuangan

RETURNED FEE:

• Biaya Penyiapan

• Biaya Transaksi

SUCCESS FEE

BADAN USAHA PELAKSANA (BUP)

• Penyiapan Proyek berupa Penyusunan Pra FS

• Transaksi

TAHAPAN KONSTRUKSI & OM

• CAPEX (Capital Expenditure)

• OPEX (Operational Expenditure)

• Keuntungan (Profit)

DUKUNGAN PEMERINTAH utk CAPEX

• Pengadaan Tanah

• Sebagian Konstruksi

• VGF (Viability Gap Fund)

DUKUNGAN PEMERINTAH utk OPEX

• Subsidi Operasional

Dibayar oleh BUP pemenang lelang (bagian dari CAPEX)

PENGEMBALIAN INVESTASI: 1. Tarif (User Charge)

2. Availability Payment(AP) 3. Bentuk lainnya, misal TOD atau

pengelolaan kawasan Manajemen Perjanjian APBN RP Murni

PHLN PHLN

(81)

81

81

MAPPING SUMBER-SUMBER PEMBIAYAAN DALAM KPBU UNTUK

PROYEK

UNSOLICITED

PROYEK KPBU (UNSOLICITED)

TAHAPAN KONSTRUKSI & OM

• CAPEX (Capital Expenditure)

• OPEX (Operational Expenditure)

• Keuntungan (Profit) BADAN USAHA PELAKSANA (BUP)

EQUITY

LOAN

Pengembalian Investasi: 1. Tarif (User Charge)

2. Availability Payment(AP) 3. Bentuk lainnya, misal TOD

atau pengelolaan kawasan

• Transaksi

• Manajemen Perjanjian APBN

RP Murni

PHLN BADAN USAHA

PEMRAKARSA

dan FS

Penyiapan Proyek berupa :

• Penyusunan Pra FS

• Penyusunan FS

• Review dan Evaluasi Pra FS dan FS

HAK Pemrakarsa: a. 10 % bonus point,

b. Right to Match,

c. Pembelian prakarsa KPBU oleh Pemerintah atau pemenang lelang

Referensi

Dokumen terkait

Pemilik, agen ekspedisi muatan pesawat udara, pengirim, badan usaha bandar udara, unit penyelenggara bandar udara, badan usaha pergundangan, atau badan usaha angkutan udara niaga

Direktorat Jenderal, Unit Penyelenggara Bandar Udara, Badan Usaha Bandar Udara, Badan Usaha Angkutan Udara dan instansi terkait dalam pelaksanaan Program Keamanan

PT Angkasa Pura II (Persero), merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait bandar udara

memerintahkan kepada Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan, Badan Usaha Angkutan Udara yang pesawat udaranya menjadi objek tindakan melawan hukum dan bandar udara

3 (2) Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Unit Penyelenggara Bandar Udara, Badan Usaha Bandar Udara, Badan Usaha Angkutan Udara,

Pemilik, agen ekspedisi muatan pesawat udara, pengirim, badan usaha bandar udara, unit penyelenggara bandar udara, badan usaha pergundangan, atau badan usaha angkutan udara niaga

Di bawah ini merupakan Prosedur yang harus dilakukan penyelenggara Bandar Udara, yang meliputi Unit Penyelenggara Bandar Udara, Badan Usaha Bandar Udara, Operator Bandar Udara khusus

Unit Penyelenggara Bandar Udara, Badan Usaha Bandar Udara dan Badan Usaha Angkutan Udara harus membuat prosedur penanganan Barang Dilarang Prohibited Items dan mencantumkannya pada