• Tidak ada hasil yang ditemukan

peningkatan nilai tambah jeruk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "peningkatan nilai tambah jeruk"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHI R

PENGKAJI AN PENI NGKATAN

NI LAI TAMBAH BUAH JERUK SPESI FI K

BENGKULU

WI LDA MI KASARI

BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU

BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PERTANI AN

2015

(2)

LAPORAN AKHI R

PENGKAJI AN PENI NGKATAN

NI LAI TAMBAH BUAH JERUK SPESI FI K

BENGKULU

Wilda Mikasari

Lina I vanti

Taufik Hidayat

Zainani

David Ari juniansyah

BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU

BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PERTANI AN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat karunia-Nyalah Laporan Akhir Tahun Kegiatan Pengkajian Peningkatan

Nilai Tambah Komoditas Buah Jeruk Spesifik Bengkulu dapat diselesaikan.

Laporan ini berisi hasil pelaksanaan kegiatan Pengkajian Peningkatan Nilai

Tambah Komoditas Buah Jeruk Spesifik Bengkulu tahun 2015.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala BPTP Bengkulu atas

bimbingan dan arahannya dalam kegiatan ini, demikian juga kepada rekan-rekan

anggota tim yang telah memberikan tenaga dan pikiran sehingga kegiatan ini

dapat terlaksana dengan baik. Harapan kami semoga laporan ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu, Desember 2015

Penanggungjawab Kegiatan

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPTP : Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Buah Jeruk Spesifik Bengkulu 2. Unit Kerja : Balai Penelitian Teknologi Pertanian Bengkulu 3. Alamat Unit Kerja : Jl. I rian Km. 6.5 Bengkulu 38119

4. Sumber Dana : DI PA BPTP Bengkulu TA. 2015 5. Status Penelitian : B (Baru)

6. Penanggung Jawab :

a. Nama : Wilda Mikasari, STP., M.Si. b. Pangkat/ Golongan : Penata / I I I d

c. Jabatan : Peneliti Muda 7. Lokasi : Kabupaten Lebong 8. Agroekosistem : Lahan kering 9. Tahun Mulai : 2015

10. Tahun Selesai : 2016

11. Output Tahunan : Tahun 2015 :

a. Teknologi penanganan pascapanen jeruk spesifik Bengkulu.

b. Teknologi pengolahan jeruk spesifik Bengkulu.

c. Tingkat implementasi teknologi

penanganan pascapanen dan pengolahan jeruk spesifik Bengkulu.

Tahun 2016 :

a. I nformasi tahapan adopsi inovasi yang diimplementasikan.

b. Penerapan inovasi teknologi pada kawasan yang lebih luas.

12. Output Akhir : Model penanganan pascapanen dan

pengolahan yang dapat meningkatkan nilai tambah komoditas jeruk spesifik Bengkulu 13. Biaya : Rp 80.660.000,00 (delapan puluh juta enam

ratus enam puluh ribu rupiah)

Koordinator Program, Penanggung Jawab Kegiatan,

Dr. I r. Wahyu Wibawa, MP Wilda Mikasari, S.TP,M.Si NI P. 19690427 199803 1 001 NI P. 19690812 199803 2 001

Mengetahui,

Kepala BBP2TP, Kepala BPTP Bengkulu,

(5)

DAFTAR I SI

halaman

KATA PENGANTAR... ii

LEMBAR PENGESAHAN... iii

DAFTAR I SI ... iv

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR LAMPI RAN... vi

RI NGKASAN DAN SUMMARY... vii

I . PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Dasar Pertimbangan ... 2

1.3. Tujuan ... 3

1.4. Keluaran... 3

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak ... 4

I I . TI NJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Kerangka Teoritis ... 5

2.2. Hasil Hasil Penelitian Yang Terkait ... 7

I I I . METODOLOGI ... 9

3.1. Pendekatan ... 9

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan... ... 9

3.3. Waktu dan Lokasi Kegiatan ... 9

3.4. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan... 9

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN ... 16

4.1. Tahap Persiapan ... 16

4.2. Sosialisasi Teknis Pengkajian... 17

4.3. Pelaksanaan Pengkajian ... 17

4.4. Temu Lapang dalam Rangka Diseminasi Kegiatan Pengkajian Peningkatan Nilai tambah Komoditas Buah jeruk Spesifik Bengkulu ... 26

4.5. I mplementasi Teknologi Penanganan Pascapanen dan Pengolahan Jeruk RGL ... 27

4.6. I mplementasi Teknologi Penanganan Pascapanen dan Teknologi Pengolahan Jeruk RGL ... 29

V. KESI MPULAN DAN SARAN .. ... 31

KI NERJA HASI L PENGKAJI AN... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

ANALI SI S RI SI KO ... 35

JADWAL PELAKSANAAN ... 36

PEMBI AYAAN ... 37

(6)

DAFTAR TABEL

halaman 1. Kriteria Kelas Mutu Jeruk Keprok (SNI 01-3165-1992) ... 6

2. Kombinasi Perlakuan Tahap Pembersihan/ Pencucian dan

Penyimpanan ... 11

3. Kombinasi Perlakuan pada Pembuatan Sari Buah Jeruk RGL... 13

4. Komponen Perhitungan Nilai Tambah Sari Buah Jeruk RGL dalam Satu Kali Proses Produksi Mengikuti Metode Hayami (Hayami et al.,

1987) ... 14

5. Nilai I nterval Kelas Skor Total dan Kriteria Nilai I ndikator Penanganan

Pascapanen Jeruk RGL... 15

6. Hasil Pengamatan Terhadap Bobot, Jumlah Buah, Bobot Rata-rata

Buah (Penyimpanan 0 hari) ... 18

7. Data Hasil Pengamatan Kadar Jus, Total Padatan Terlarut (TPT), Total Asam Tertitrasi (TAT), dan Kadar Vitamin C Buah Jeruk RGL

(Penyimpanan 0 hari) ... 18

8. Data Hasil Pengamatan Kadar Jus, Total Padatan Terlarut (TPT), Total Asam Tertitrasi (TAT), dan Kadar Vitamin C Buah Jeruk RGL

(Penyimpanan 14 hari) ... 19

9. Data Hasil Pengamatan Kadar Jus, Total Padatan Terlarut (TPT), Total Asam Tertitrasi (TAT), dan Kadar Vitamin C Buah Jeruk RGL

(Penyimpanan 28 hari) ... 20

10. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Kelayakan Jual Buah Jeruk RGL... 21

11. Data Hasil Analisis Uji Tingkat Kesukaan Sari Jeruk RGL dengan

Menggunakan Alat Ekstraktor ... 22

12. Data Hasil Analisis Uji Tingkat Kesukaan Sari Jeruk RGL dengan

Menggunakan Alat Pengepres... 23

13. Kandungan Gizi Berbagai jeruk Per 100 Gram Bahan ... 26

14. Hasil Analisis Nilai Tambah Sari Buah Jeruk RGL ... 27

15. Pengetahuan Petani dalam Penanganan Pascapanen Jeruk RGL di

Kabupaten Lebong Tahun 2015 ... 29

16. Pengetahuan Petani dalam Teknologi Pembuatan Sari Buah Jeruk

RGL di Kabupaten Lebong Tahun 2015... 30

17. Daftar Risiko ... 35

(7)

DAFTAR LAMPI RAN

Halaman 1. Tanaman jeruk RGL dan kriteria buah siap panen ... 39

2. Alat grading buah sederhana dan proses sortasi jeruk RGL di tingkat

petani ... 39

3. Proses penanganan pascapanen dengan pencucian buah jeruk RGL ... 40

4. Penyeragaman warna buah/ penguningan dengan cara pencelupan

dalam larutan ethrell ... 40

5. Proses pelilinan buah jeruk dengan menggunakan lilin lebah ... 41

6. Buah hasil sortasi berukuran kecil (diameter < 50 mm) dilakukan

pengolahan sari buah jeruk RGL dengan bulir ... 41

7. Pengemasan produk sari buah jeruk berbulir ... 42

8. Sosialisasi dan pelatihan penanganan panen dan pascapanen jeruk

RGL di desa Rimbo Pengadang Kabupaten Lebong ... 42

9. Temu lapang penanganan pascapanen dan pengolahan jeruk RGL di

desa Rimbo Pengadang Kabupaten Lebong ... 43

10. Penyerahan bantuan alat sortasi dan alat pengemasan untuk penanganan pascapanen dan pengolahan hasil jeruk RGL dalam

upaya meningkatkan nilai tambah pada kegiatan Temu Lapang ... 43

11. Nilai I ndikator Pengetahuan Petani dalam Kegiatan Penanganan

(8)

RI NGKASAN

1 Judul : Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Buah Jeruk Spesifik Bengkulu

2 Unit kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu

3 Lokasi : Propinsi Bengkulu 4 Agroekosistem : Lahan Kering 5 Status (L/ B) : Baru

6 Tujuan : Tujuan Akhir :

Mengkaji dan mengembangkan model penanganan pascapanen dan pengolahan yang dapat meningkatkan nilai tambah komoditas jeruk spesifik Bengkulu.

Tujuan Tahun 2015 :

a. Mendapatkan teknologi penanganan pascapanen buah jeruk spesifik Bengkulu. b. Mendapatkan teknologi pengolahan buah jeruk

spesifik Bengkulu.

c. Mengkaji implementasi teknologi penanganan pascapanen dan teknologi pengolahan jeruk spesifik Bengkulu oleh kelompok petani jeruk. Tujuan Tahun 2016 :

a. Mengkaji tahapan adopsi inovasi yang diimplementasikan.

b. Pengembangan penerapan inovasi teknologi pada kawasan yang lebih luas.

7 Keluaran : Keluaran Akhir :

Model penanganan pascapanen dan pengolahan yang dapat meningkatkan nilai tambah komoditas jeruk spesifik Bengkulu.

Keluaran Tahun 2015 :

a. Teknologi penanganan pascapanen jeruk spesifik Bengkulu.

b. Teknologi pengolahan jeruk spesifik Bengkulu. c. Tingkat implementasi teknologi penanganan

pascapanen dan pengolahan jeruk spesifik Bengkulu.

Keluaran Tahun 2016 :

a. I nformasi tahapan adopsi inovasi yang diimplementasikan.

b. Penerapan inovasi teknologi pada kawasan yang lebih luas.

8 Hasil/ pencapaian : a. Hasil pengkajian tahun 2012 menghasilkan teknologi pengolahan jeruk RGL menggunakan penghilang rasa pahit yang dapat meningkatkan nilai tambah jeruk RGL sebesar Rp. 22.500,-. b. Pengkajian tahun 2014 menghasilkan formula

(9)

sitrat sebesar 0.1% dan bahan pengisi agar-agar sebagai alternatif CMC.

9 Prakiraan Manfaat dan Dampak

: Diterapkannya teknologi pascapanen jeruk mulai dari sortasi, kebersihan produk, penguningan dan pelilinan, penyimpanan, pengemasan dan transportasi diharapkan dapat mengurangi tingkat kehilangan hasil dan daya simpan jeruk spesifik Bengkulu. Peningkatan daya simpan jeruk, berdampak pada perluasan pangsa pasar komoditas ini. Selain itu, teknologi pascapanen jeruk bermanfaat untuk mengurangi tingkat kerugian petani akibat kehilangan hasil selama distribusi dan penyimpanan.

Teknologi pengolahan jeruk spesifik Bengkulu dapat meningkatkan pendapatan petani jeruk. Peningkatan pendapatan juga dapat dirasakan oleh kelompok pengolahan hasil di sekitar sentra budidaya tanaman jeruk. Melalui upaya diseminasi teknologi tersebut diharapkan dapat terbentuk simpul-simpul yang mendukung pengembangan kawasan agribisnis.

10 Metodologi : 1. Tahap Persiapan (Koordinasi dengan instansi terkait di tingkat Propinsi dan Kabupaten dan berkonsultasi dengan Balai Besar Pasca Panen Bogor)

2. Tahap Pelaksanaan. Kegiatan pengkajian dilaksanakan pada sentra budidaya jeruk RGL di desa Rimbo Pengadang, kecamatan Rimbo Pengadang, kabupaten Lebong dengan kelompok petani jeruk RGL Lebong sebagai kooperator.

(10)

kepercayaan 95% (P< 0.05) lalu dilanjutkan dengan uji beda nyata (Duncan). Sementara, data hasil evaluasi perilaku kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan interval kelas. Dan dilaksanakan diseminasi hasil pengkajian dalam bentuk temu lapang dan pelatihan ke stakeholder dan pengguna serta evaluasi terhadap perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) petani dalam penanganan pascapanen dan pengolahan Jeruk RGL.

11 Jangka Waktu : 2 (dua)Tahun

(11)

SUMMARY

1 Title : Study of Bengkulu Spesific Citrus Comodity Added Value I ncreasing

2 Unit : Assesment I nstitute for Agricultural Technology (AI AT) Bengkulu

3 Location : Bengkulu Province 4 Agroecosystem : Dryland

5 Statue (O/ N) : New

6 Objective : The Final Objective :

To study and develop postharvest handling and processing which has impact to increase the added value of Bengkulu spesific citrus comodity. Year 2015 Objective:

a. To get postharvest handling technology of Bengkulu spesific citrus.

b. To get processing technology of Bengkulu spesific citrus.

c. To study the implementation of Bengkulu spesific citrus postharvet handling and prosessing by farmer group.

Year 2016 Objective :

a. To study inovation adoption step which is implemented.

b. Development of technology inovation implementation in wide area.

7 Output : The Final Output :

Bengkulu spesific citrus postharvest handling and processing model which can increase it’s added value.

Year 2015 Output :

a. Bengkulu spesific citrus postharvest handling technology.

b. Bengkulu spesific citrus processing technology. c. I mplementation rate of Bengkulu spesific

citrus postharvest handling technology. Year 2016 Output :

a. The information of inovation adoption step which is implemented.

b. The implementation of technology inovation in wide area will be developed.

8 Result/ Achievement : a. Study at 2012 resulted technology of processed juice with bitterness reducer which can increased added value of RGL citrus about Rp. 22.500,00.

(12)

beneficial to increase Bengkulu spesific citrus added value.

Expected I mpact : The increase of RGL Lebong Citrus shelflife increased it’s added value, so the target market can be expanded especially export market. Furthermore the domestic income can be increased. Beside that, RGL Lebong Citrus postharvest handling can reduce citrus yield losses during transportation and storage and citrus processing influence to farmer income, then agribussines unit will be developed.

10 Methodology : The study will held from year 2015 and year 2016 at Citrus RGL Lebong field in Rimbo Pengadang Village, Rimbo Pengadang Subdistric, Lebong District with citrus farmer as cooperator. The step of study concist of preparation is farmer group experiment. Research design on postharvest handling is Randomized Block Design (RBD) factorial with two factors and four replications. The treatments concist of cleaning handling and storage temperature, with exsisting technology. I n citrus processing, Randomized Complete Design (RCD) will used. The treatments are extraction way (with pressing machine and extractor) Furthermore, postharvest handling and processing technology will be introduced with the best treatments from postharvest laboratorium. The farmer’s knowledge, attitude, and skill on citrus postharvest handling and processing can be evaluated. Then, the result study of experiment will be analyzed by Analysis of Variance (ANOVA) with trust level 95% (P< 0.05) and continued with Duncan. The result of KAS evaluation then analyzed by descriptive statistic and interv

(13)

I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jeruk merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak

dikembangkan di I ndonesia. Diantara berbagai jenis jeruk komersial yang ada,

jenis jeruk yang cukup banyak dikembangkan oleh petani adalah jeruk siam,

jeruk keprok, pamelo dan jeruk manis. Sementara itu, produksi jeruk nasional

pada tahun 2012 sebesar 1.972.000 (Dirjen Hortikultura, 2012). Jumlah produksi

ini meningkat 8.44% dibandingkan produksi tahun 2011.

Peningkatan produksi buah jeruk nasional juga diiringi dengan peningkatan

impor jeruk. Setiap tahun impor buah jeruk meningkat sebesar 11% selama

sepuluh tahun ini (Hanif dan Zamzami, 2012). Hal ini menunjukkan pasar

domestik semakin dikuasai oleh jeruk impor. Namun demikian, kualitas jeruk

lokal belum cukup mampu bersaing dengan kualitas jeruk impor terutama dari

segi penampilan fisik sedangkan dari segi rasa, jeruk lokal tidak kalah dengan

jeruk impor.

Propinsi Bengkulu menghasilkan beberapa komoditas hortikultura lokal

unggulan, salah satunya jeruk Rimau Gerga Lebong (RGL) atau lebih dikenal

dengan nama jeruk RGL. Jeruk RGL dikatakan unggul karena mempunyai

keunggulan kompetitif, yaitu buahnya berwarna kuning-orange, berbuah

sepanjang tahun, ukuran buah besar 200-350 gram, kadar sari buah tinggi dan

mempunyai potensi pasar yang baik. Potensi pasar yang baik didukung dengan

ketersediaan buah yang dihasilkan sepanjang tahun. Biasanya, dalam satu pohon

terdapat 4-6 generasi, dalam satu pohon ada bunga, buah muda sampai buah

siap panen (Rambeet al, 2012).

Dibandingkan dengan jenis jeruk keprok lainnya, jeruk RGL memiliki

spesifikasi diantaranya ukuran daun besar dan kaku serta kulit buahnya tebal.

Tanaman jeruk ini menghasilkan buah dengan berat perbuah 173-347 gram. Kulit

buah jeruk RGL berwarna kuning orange dan daging buah berwarna orange yang

bercitarasa manis, asam, segar. Lebih spesifik, buah jeruk RGL memiliki

karakteristik fisik diantaranya Total Padatan Terlarut (TPT) berkisar antara 12-16o

Brix (BPSB, 2012). Sementara ditinjau dari karakteristik kimia, buah jeruk RGL

(14)

Sejak tahun 2011 jeruk RGL telah ditetapkan sebagai komoditas prioritas

nasional untuk dikembangkan. Program pengembangan jeruk di kabupaten

Lebong dimulai tahun 2010 sehingga luas tanam jeruk RGL sampai tahun 2013

telah mencapai 250 ha. Selanjutnya, program pengembangan wilayah komoditas

jeruk pada tahun 2014 adalah seluas 200 ha.

Namun, salah satu permasalahan dalam pengembangan jeruk RGL Lebong

adalah kualitas buah yang dihasilkan masih beragam dan daya simpan buah yang

masih rendah (mudah busuk). Hal ini menyebabkan minat masyarakat untuk

membeli buah jeruk RGL berkurang. Tidak hanya konsumen, distributor buah

juga lebih memilih untuk memasarkan jeruk siam dan jeruk impor karena

memiliki daya simpan yang lebih lama. Daya simpan Jeruk RGL yang rendah

menyebabkan kerugian bagi distributor.

Selain permasalahan tersebut, dalam budidaya jeruk RGL tingkat

kehilangan hasil buah masih cukup tinggi. Sekitar 30% buah gugur akibat

berbagai faktor diantaranya pengaruh iklim. Prosentase kehilangan hasil tersebut

apabila dikalikan dengan luas lahan pertanaman jeruk RGL saat ini menunjukkan

besarnya kerugian yang dialami petani.

Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan pada pengembangan

jeruk RGL, dilakukan pengkajian penerapan teknologi pascapanen dan

pengolahan buah gugur jeruk RGL menjadi sari buah.

1.2. Dasar Pertimbangan

Selama ini petani jeruk RGL belum menerapkan penanganan pascapanen

buah jeruk dengan baik. Sementara, produk sari buah jeruk dipilih sebagai

produk olahan jeruk RGL karena saat ini sari buah jeruk merupakan produk yang

sedang populer di kalangan masyarat dan digemari oleh sebagian orang dari

berbagai usia. Terkait dengan produk olahan sari buah jeruk RGL, BPTP

Bengkulu pada tahun 2012 telah melakukan pengkajian tentang pengolahan

jeruk RGL menjadi produk sari buah dengan penggunaan penghilang rasa pahit.

Teknologi pengolahan sari buah tersebut dapat meningkatkan nilai tambah jeruk

RGL sebesar Rp. 22.500,-.

Pengkajian pembuatan sari buah jeruk RGL juga telah dilaksanakan pada

tahun 2014 yang menghasilkan formula terbaik sari buah dengan penambahan

(15)

Namun, teknologi pengolahan sari buah jeruk RGL masih perlu dikembangkan

untuk meningkatkan mutu sari buah baik dari aspek sensori maupun komposisi

nutrisinya. Ditinjau dari aspek sensorinya, warna produk sari buah jeruk RGL

perlu diperbaiki dengan penambahan pewarna. Sementara, untuk meningkatkan

kesukaan konsumen terhadap rasa dan penampilan sari buah perlu ditambahkan

bulir buah.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Akhir :

Mengkaji dan mengembangkan model inovasi teknologi untuk

meningkatkan nilai tambah produk melalui penanganan pascapanen dan

pengolahan komoditas jeruk spesifik lokasi.

1.3.2. Tujuan Tahun 2015 :

a. Mendapatkan teknologi penanganan pascapanen buah jeruk spesifik

Bengkulu.

b. Mendapatkan teknologi pengolahan buah jeruk spesifik Bengkulu.

c. Mengkaji implementasi teknologi penanganan pascapanen dan

teknologi pengolahan jeruk spesifik Bengkulu oleh kelompok petani

jeruk.

1.3.3. Tujuan Tahun 2016 :

a. Mengkaji tahapan adopsi inovasi yang diimplementasikan.

b. Pengembangan penerapan inovasi teknologi pada kawasan yang lebih

luas.

1.4. Keluaran

1.4.1. Keluaran Akhir :

Model penanganan pascapanen dan pengolahan yang dapat meningkatkan

nilai tambah komoditas jeruk spesifik Bengkulu.

1.4.2. Keluaran Tahun 2015 :

a. Teknologi penanganan pascapanen jeruk spesifik Bengkulu.

b. Teknologi pengolahan jeruk spesifik Bengkulu.

c. Tingkat implementasi teknologi penanganan pascapanen dan

(16)

1.4.3. Keluaran Tahun 2016 :

a. I nformasi tahapan adopsi inovasi yang diimplementasikan.

b. Penerapan inovasi teknologi pada kawasan yang lebih luas.

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak

Diterapkannya teknologi penanganan pascapanen jeruk mulai dari

kebersihan produk, penguningan dan pelapisan lilin, penyimpanan, pengemasan

dan transportasi diharapkan dapat mengurangi tingkat kehilangan hasil dan daya

simpan jeruk spesifik Bengkulu. Peningkatan daya simpan jeruk, berdampak pada

perluasan pangsa pasar komoditas ini. Selain itu, teknologi pascapanen jer uk

bermanfaat untuk mengurangi tingkat kerugian petani akibat kehilangan hasil

selama distribusi dan penyimpanan.

Teknologi pengolahan jeruk spesifik Bengkulu dapat meningkatkan

pendapatan petani jeruk. Peningkatan pendapatan juga dapat dirasakan oleh

kelompok pengolahan hasil di sekitar sentra budidaya tanaman jeruk. Melalui

upaya diseminasi teknologi tersebut diharapkan dapat terbentuk simpul-simpul

(17)

I I . TI NJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

A. Penanganan Pascapanen Buah Jeruk

Buah jeruk termasuk buah yang mudah mengalami kerusakan dan

termasuk buah nonklimaterik. Buah nonklimaterik setelah dipanen masih

mengalami proses transpirasi, respirasi, dan kematangan. Oleh karena itu, perlu

dilakukan penanganan pascapanen yang tepat untuk mencegah kehilangan hasil.

Tahap penanganan pascapanen jeruk meliputi proses pemanenan,

pembersihan/ pencucian, sortasi dan pengkelasan (grading), penguningan (degreening), pelapisan lilin (waxing), penyimpanan, pengemasan, dan pengangkutan (SARDI , 2004 diacu dalam Handoko, dkk. 2005)

a. Pemanenan

Proses pemanenan yang baik dapat dilakukan dengan menggunakan

gunting pangkas/ panen. Pemanenan dilakukan dengan memotong tangkai

buah sependek mungkin tanpa melukai buah. Tangkai buah dapat menjadi

sumber kerusakan mekanik selama pengemasan dan pengangkutan.

b. Pembersihan/ Pencucian

Metode yang cukup sederhana dan mudah diaplikasikan pada tahap ini

adalah pencucian menggunakan klorin. Pencucian menggunakan klorin

dilakukan untuk menghilangkan kontaminasi residu fungisida yang

disemprotkan, spora jamur, dan tanah/ kotoran. ( SARDI , 2004 diacu dalam

Handoko, dkk., 2005).

c. Sortasi dan Pengkelasan (Grading)

Sortasi bertujuan untuk memisahkan buah yang rusak. Sementara

pengkelasan dilakukan untuk membagi buah ke dalam kelas mutu yang

sesuai dengan permintaan pasar. Standar mutu buah jeruk Keprok sudah

diatur dalam SNI -01-3165-1992 (Tabel 1).

d. Pelapisan lilin (w axing)

Pelapisan lilin pada buah bertujuan membuat kulit buah tampak bersinar

(18)

e. Penguningan (Degreening)

Penguningan dilakukan untuk membuat warna kulit buah jeruk lebih

merata dan seragam. Penguningan merupakan proses perombakan pigmen

hijau (klorofil) pada kulit jeruk secara kimiawi dan sekaligus membentuk

warna kuning jingga (karotenoid) pada kulit jeruk (Handoko, dkk., 2005).

Penguningan biasanya menggunakan zat perangsang metabolik berupa

gas alifatis tidak jenuh yang disebut etilen. Etilen sulit diperoleh (harus

diimpor), dan sebagai pengganti digunakan asetilen (karbid) dan ethrel

(asam 2-kloroetilfosfonat).

Menurut Napitupulu, et all. (1990), diacu dalam Handoko, dkk. (2005), penggunaan 1000 ppm ethrel 40 PGR (dengan waktu pencelupan 30 detik)

merupakan dosis yang optimal dan efektif mengubah warna kulit buah jeruk

siem madu Berastagi menjadi berwarna kuning merata setelah 7 hari

penyimpanan pada suhu kamar.

Tabel 1. Kriteria Kelas Mutu Jeruk Keprok (SNI 01-3165-1992)

Kelas Mutu Bobot (gram/ buah) Diameter (mm)

A ≥ 151 ≥ 71

B 101-150 61-70

C 51-100 51-60

D ≤ 50 40-50

Kriteria Mutu Syarat Mutu

Mutu I Mutu I I Kesamaan sifat varietas Seragam Seragam

Tingkat ketuaan Tua tapi tidak terlalu matang

Tua tapi tidak terlalu matang

Kekerasan Keras Cukup keras

Ukuran Seragam Kurang seragam

Kerusakan maksimum (% ) 5 10

Kotoran maksimum (% ) Bebas Bebas

Busuk maksimum (% ) 1 2

f. Penyimpanan

Penyimpanan buah jeruk dapat dilakukan pada suhu 15-25oC dengan

kelembaban relatif 85-95% . Suhu penyimpanan jeruk disesuaikan dengan

karakteristik buah jeruk yang akan disimpan. Sebagai contoh, grape fruit

dan lemon perlu disimpan pada suhu 12oC, jeruk naval dan valencia antara

(19)

grape fruit, valencia, dan lemon dapat disimpan selama 3 (tiga) bulan (SARDI , 2004 diacu dalam Handoko, dkk. 2005).

g. Pengemasan dan Pengangkutan

Pengangkutan buah jeruk di I ndonesia biasanya dilakukan dengan

mobil, kereta api atau kapal laut. Pengangkutan dengan pesawat terbang

relatif jarang dilakukan, kecuali untuk diekspor. Buah jeruk sebelum

diangkut biasanya dikemas dalam kemasan kayu (wood pallet boxes) dengan alas kertas atau daun-daunan (Handoko, dkk., 2005).

B. Pengolahan Jeruk RGL Menjadi Sari Buah

Jeruk RGL memiliki karakter rasa buah yang manis asam, memiliki kadar

jus dan vitamin C yang cukup tinggi, sehingga pada pengkajian ini buah jeruk

RGL diolah menjadi sari buah jeruk.

2.2. Hasil- hasil Penelitian yang Terkait

Salah satu penyebab kerusakan pada buah jeruk adalah adanya penyakit

akibat mikroorganisme. Terdapat berbagai cara penanganan pascapanen untuk

mengendalikan penyakit pada jeruk pasca dilakukan pemanenan. Diantaranya

dengan menggunakan mikroba antagonis yang efektif mengendalikan penyakit

pada buah jeruk (Lai, et all., 2012).

Selain itu, penanganan pascapanen jeruk untuk mengendalikan penyakit

telah dilakukan pada jeruk mandarin dengan perlakuan kombinasi pencelupan

pada air panas dengan berbagai suhu, Bacillus amyloliquefaciens HF-01 dan

natrium bikarbonat untuk mengendalikan kehilangan hasil (Peng, et all., 2014). Namun cara yang lebih mudah untuk mengendalikan serangan mikroba

adalah dengan mencelupkan buah pada air panas pada kisaran suhu 52-60oC

sebelum penyimpanan. Menurut I n-Seok, et all., (2007) buah jeruk Satsuma Mandarin yang baru saja dicelup pada air panas selama beberapa menit

menunjukkan tingkat respirasi awal yang lebih tinggi dibandingkan buah jeruk

yang tidak diberi perlakuan tersebut. Pencelupan dalam air panas juga dilaporkan

tidak berpengaruh terhadap kualitas buah termasuk pH, Total Asam Tertitrasi

(TAT), Total Padatan Terlarut (TPT), susut bobot buah, kekerasan dan warna

(20)

Upaya untuk menekan tingkat kerusakan pada penanganan pascapanen

jeruk juga dapat dilakukan dengan perlakuan short hot water brushing yang diaplikasikan pada buah jeruk organik yang tidak diberi perlakuan fungisida

kimia. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan hot water brushing (HWB) pada suhu 56oC selama 20 detik tidak menyebabkan kerusakan pada permukaan buah,

tidak mempengaruhi susut bobot buah atau parameter kualitas buah (Porat, et al., 2000).

Proses degreening pada buah jeruk dapat menggunakan etilen yang secara komersial digunakan sebagai bahan tambahan untuk penguningan kulit

jeruk. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chaudary, et al. menunjukkan bahwa perlakuan penguningan tidak berpengaruh nyata terhadap Total Padatan Terlarut

(TPT), kerusakan buah, rasa, aroma, asam askorbat, β-karoten, likopen, limonin,

neohesperidin, didymin, dan aktivitas radikal bebas. Namun demikian, tahap ini

bermanfaat untuk memperkuat penampilan estetik buah, dengan efek minimal

(21)

I I I . METODOLOGI

3.1. Pendekatan

Pengkajian dilaksanakan di kelompok petani dan kelompok pengolah hasil

Maju Besamo di desa Rimbo Pengadang Kabupaten Lebong.

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Komoditas

Buah Spesifik Bengkulu terdiri atas:

a. Pengkajian dilaksanakan di kelompok petani kooperator jeruk RGL pada

kawasan pengembangan jeruk RGL dan sekitarnya di desa Rimbo Pengadang

di kabupaten Lebong.

b. Jenis komoditas yang digunakan adalah jeruk RGL.

c. Teknologi yang diimplementasikan meliputi teknologi penanganan

pascapanen dan teknologi pengolahan buah jeruk RGL.

d. Pengkajian penanganan pascapanen jeruk RGL meliputi pemanenan,

pembersihan/ pencucian, sortasi dan pengkelasan, pelapisan lilin,

penguningan, penyimpanan, dan pengemasan serta kegiatan pengolahan

jeruk RGL menjadi sari buah jeruk dengan penambahan bulir buah.

e. Pengkajian penerapan penanganan pascapanen jeruk RGL melibatkan petani

jeruk sebagai petani kooperator, sementara pengolahan jeruk melibatkan

kelompok pengolahan hasil di sentra budidaya jeruk RGL.

3.3. Waktu dan Lokasi Kegiatan

Kegiatan pengkajian dilaksanakan pada bulan Januari s.d Desember 2015

di sentra budidaya jeruk RGL di desa Rimbo Pengadang, kecamatan Rimbo

Pengadang, kabupaten Lebong dengan petani jeruk RGL terpilih sebagai

kooperator.

3.4. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Buah Jeruk

(22)

3.4.1. Persiapan

Kegiatan pada tahap persiapan meliputi koordinasi dengan instansi terkait

(Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu dan Dinas Pertanian kabupaten

Lebong) dan BB Pascapanen Bogor.

3.4.2. Pelaksanaan Pengkajian

A. Penanganan Pascapanen Jeruk RGL Lebong

Bahan dan Alat

Bahan :

Buah jeruk RGL siap panen, klorin, larutan ethrel 40 PGR, lilin lebah, air,

kayu, kemasan plastik, dan kardus serta bahan kimia untuk analisis kimia.

Alat :

Peralatan yang digunakan dalam pengkajian adalah refraktometer,

timbangan, lap, ember, keranjang buah, gunting panen/ pangkas, alat

semprot, AC (pendingin ruangan), termometer, dan alat pencatat.

Metode :

Alur penanganan pascapanen mengacu pada penanganan pascapanen jeruk

yang dikembangkan oleh SARDI (South Australia Research and Development) (2004). Standar mutu buah jeruk mengacu pada standar mutu jeruk keprok

SNI 01-3165-1992.

Tahapan penanganan pascapanen buah jeruk RGL adalah sebagai berikut :

1. Pemanenan. Proses pemanenan dilakukan dengan menggunakan gunting

pangkas/ panen.

2. Pembersihan

3. Sortasi dan Pengkelasan (Grading) mengacu pada SNI -01-3165-1992. 4. Pelapisan lilin (waxing)

Pelapisan lilin menggunakan formulasi lilin lebah 6% hasil invensi BB

Pascapanen

5. Penguningan (Degreening)

Proses penguningan pada pengkajian ini menggunaan 1000 ppm ethrel

40 PGR

(23)

Rancangan Perlakuan :

• Perlakuan diterapkan pada tahap pembersihan dan penyimpanan. Buah jeruk yang sudah dibersihkan kemudian dilakukan penguningan dan

pelilinan, selanjutnya disimpan pada suhu ruang dan suhu dingin.

• Rancangan perlakuan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua taraf perlakuan yakni pembersihan/ pencucian (P) dan

penyimpanan pada suhu yang berbeda (T). Masing-masing perlakuan

diulang 4 kali. Kombinasi perlakuan tersebut disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kombinasi Perlakuan Tahap Pembersihan/ Pencucian dan Penyimpanan

Perlakuan Suhu

ruang (T1)

Suhu dingin (9-11oC)

(T2)

Tanpa dicuci/ lap (P0) P0T1 P0T2

Pencucian dengan air biasa (P1) P1T1 P1T2 Pencucian dan pencelupan dalam air hangat (P2) P2T1 P2T2 Pencucian dan pencelupan dalam klorin (P3) P3T1 P3T2

Parameter Pengamatan :

Buah Jeruk yang telah melewati penanganan pascapanen dari tahap

pembersihan/ pencucian, sortasi dan pengkelasan, penguningan, pelilinan,

kemudian disimpan selama 8 minggu pada suhu ruang dan suhu dingin. Suhu

penyimpanan dingin mengacu pada hasil penelitian penyimpanan jeruk

Keprok SOe yang dilakukan oleh Pangestuti dan Supriyanto (2011), yakni

pada suhu optimum 9-11oC.

Parameter yang diamati pada perlakuan pembersihan/ pencucian dan

penyimpanan adalah sebagai berikut :

• Umur simpan Jeruk RGL

Umur simpan buah Jeruk RGL ditentukan dengan membandingkan

penampilan fisik buah dengan skor kelayakan jual yaitu: layak jual (3),

kurang layak jual (2), tidak layak jual ( 1)

• Pengamatan warna kulit buah secara visual • Bobot buah yang diukur dengan timbangan digital

(24)

• Kandungan Vit C (mg/ 100g) dengan metode titrasi I odium Jacobs (Sudarmadjiet al.,1997).

•Kadar jus buah (diukur sebagai berat jus buah dibagi bobot bagian buah yang dapat dimakan dan dinyatakan dalam persen).

B. Pengolahan Buah Jeruk RGL menjadi Sari Buah Jeruk dengan penambahan Bulir Buah

Bahan dan Alat

Bahan :

Bahan baku yang digunakan pada pembuatan sari buah jeruk adalah buah

gugur jeruk RGL dengan kualitas yang baik/ buah jeruk afkiran hasil sortiran

yang berdiameter < 50 mm (utuh, aromanya segar, dan tidak busuk) yang

berasal dari kebun petani jeruk. Bahan penunjang lainnya adalah gula pasir,

bahan penstabil, pewarna sistesis untuk makanan, pewarna alami (ekstrak

wortel), air, gas LPG, kemasan botol plastik, serta bahan-bahan kimia untuk

analisis mutu sari buah dengan penambahan bulir buah.

Alat :

Alat-alat yang digunakan adalah alat pembuatan sari buah dan alat analisis

mutu sari buah jeruk RGL, refraktometer, neraca analitik, alat Kjehdahl, alat

Soxhlet, dan alat gelas yang lain. Metode :

Formulasi sari buah jeruk RGL dilakukan secara trial dan error dengan tahapan meliputi sortasi bahan baku jeruk, ekstraksi jus buah jeruk,

pencampuran, pasteurisasi, dan pengemasan. Sementara itu, bahan

penunjang seperti gula pasir, asam sitrat, dan bahan penstabil

masing-masing ditambahkan sebanyak 10-15% , 0,1% , dan 0,1% dari total ekstrak

jeruk yang diperoleh.

Rancangan Perlakuan :

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial

(25)

Tabel 3. Kombinasi Perlakuan pada Pembuatan Sari Buah Jeruk RGL

Ekstraksi sari buah dengan cara pengepresan (A1)

(A1B1) (A1B2) (A1B3)

Ekstraksi sari buah dengan juice extractor (A2)

(A2B1) (A2B2) (A2B3)

Parameter Pengamatan

• Komposisi buah jeruk dan produk sari buah jeruk RGL berbulir terdiri atas kadar air, kadar abu, kadar lemak dan kadar protein (AOAC, 1995),

kandungan energi, kandungan vitamin C (metode titrasi I odium Jacobs

diacu dalam Sudarmadji et al.,1997), Total Asam Tertitrasi yang diukur

dengan metode titrasi (AOAC, 1995), dan Total Padatan Terlarut yang

diukur dengan refraktometer.

• Skor tingkat kesukaan panelis terhadap produk sari buah jeruk RGL (Uji organoleptik). Uji organoleptik melibatkan 25 orang panelis (sebagai

ulangan). Contoh disajikan secara acak dan panelis diminta untuk

menguji tingkat kesukaan panelis terhadap atribut sensori sari buah Jeruk

RGL meliputi warna, aroma, rasa, tekstur (kerenyahan), dan keseluruhan

sari buah jeruk RGL. Pengujian dilakukan satu persatu atau secara

bersamaan dan tanpa melakukan pembandingan antar sampel akan tetapi

merupakan respon spontan terhadap kesukaan sari buah jeruk RGL. Skor

kesukaan panelis meliputi 7 kisaran skala yakni skala 1 (sangat tidak

suka), skala 2 (tidak suka), skala 3 (agak tidak suka), skala 4 (netral),

skala 5 (agak suka), skala 6 (suka), dan skala 7 (sangat suka).

• Data komponen analisis nilai tambah.

Metode Analisis Data

• Analisis Data Hasil Uji Organoleptik.

Data hasil uji organoleptik kemudian dianalisis menggunakan Analysis of

(26)

• Analisis Nilai Tambah

Besarnya nilai tambah dihitung dengan Metode Hayami sehingga

diperoleh nilai tambah produk jeruk RGL menjadi sari buah dalam setiap

kali proses produksi (Tabel 4).

Tabel 4. Komponen Perhitungan Nilai Tambah Sari Buah Jeruk RGL dalam Satu Kali Proses Produksi Mengikuti Metode Hayami (Hayami et al., 1987)

No. Variabel (Output, I nput, Harga) Notasi

1. Hasil produksi (kg/ proses) A

2. Bahan baku (kg/ proses) B

3. Tenaga kerja (orang/ proses) C

4. Faktor konversi (1/ 2) a/ b = m

5. Koefisien tenaga kerja (3/ 2) c/ b = n

6. Harga produk rata-rata (Rp./ kg) D

7. Upah rata-rata (Rp./ kg) E

8. Harga bahan baku (Rp./ kg) F

9. Sumbangan input lain (Rp./ kg)* G

10. Nilai produk (Rp./ kg) (4x6) m x d = k 11. a. Nilai tambah (Rp./ kg) (10-8-9) k – f – g = l

b. Rasio nilai tambah (% ) (11a/ 10) l/ k % = h%

3.4.3. I mplementasi Teknologi Penanganan Pascapanen dan

Pengolahan Jeruk RGL

I mplementasi teknologi dilakukan dalam kegiatan temu lapang dan

pelatihan bagi kelompok petani dan petugas lapangan. Bersamaan

dengan kegiatan tersebut, dilakukan evaluasi terhadap perilaku

(pengetahuan, sikap, dan keterampilan) petani dalam penanganan

pascapanen dan pengolahan Jeruk RGL. Skor penilaian tersebut kemudian

dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan interval kelas.

I ndikator perilaku petani yang dianalisis meliputi :

• Penanganan pascapanen jeruk RGL yang kegiatannya meliputi : (1) pemanenan; (2) pembersihan/ pencucian; (3) sortasi dan

pengkelasan (grading); (4) pelapisan lilin (waxing); (5) penguningan (degreening); (6) penyimpanan; serta (7) pengemasan dan pengangkutan.

• Pengolahan jeruk RGL menjadi sari buah dengan tahapan proses yang terdiri atas : (1) sortasi bahan baku jeruk; (2) ekstraksi jus

buah jeruk; (3) pencampuran dan pemasakan, serta (4)

(27)

Pemberian skor untuk setiap item indikator yaitu skor 3 untuk

kriteria perilaku tinggi, skor 2 untuk kriteria perilaku sedang, dan skor 1

untuk kriteria perilaku rendah, dan dapat dilihat dengan menggunakan

pembagian interval kelas.

Metode Analisis Data

I nterval kelas ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

NR : Nilai Range

NST : Nilai Skor Tertinggi NSR : Nilai Skor Terendah PI : Panjang I nterval JI K : Jumlah I nterval Kelas

Perhitungan untuk membuat interval kelas pada tiap indikator perilaku petani

dalam penanganan pascapanen dan pengolahan jeruk RGL dapat dilihat pada

Tabel 5.

Tabel 5. Nilai I nterval Kelas Skor Total dan Kriteria Nilai I ndikator Penanganan Pascapanen dan Pengolahan Jeruk RGL

No. Nilai I nterval Kelas (Skor Total)

Kriteria Nilai

1.

2.

3.

1,00 ≤ x ≤ 1,66

1,67 < x ≤ 2,33

2,34 < x ≤ 3,00

Rendah

Sedang

Tinggi NR = NST – NSR

(28)

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN

Tahapan pelaksanaan kegiatan Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah

Komoditas Buah Jeruk Spesifik Bengkulu meliputi tahap persiapan, pengkajian di

tingkat petani, dan implementasi teknologi penanganan pascapanen dan

teknologi pengolahan jeruk RGL melalui kegiatan Temu Lapang. Kegiatan

Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Buah Jeruk Spesifik Bengkulu

yang telah dilaksanakan tahun 2015 adalah:

4.1. Tahap Persiapan

4.1.1. Koordinasi dan Penetapan Lokasi

Kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahap persiapan antara lain

koordinasi internal tim pengkaji dan koordinasi dan konsultasi dengan instansi

yang terkait. Koordinasi dengan instansi terkait bertujuan menggali informasi

lokasi dan sumber bahan baku yang direkomendasikan dan sesuai dengan

kriteria lokasi dan ketersediaan bahan baku untuk pengkajian. Selain

berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan BPP kabupaten Lebong, koordinasi

dalam rangka konsultasi juga dilakukan dengan Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) Bogor. Konsultasi

tersebut bertujuan untuk mengetahui teknologi penanganan pascapanen dan

pengolahan jeruk keprok yang telah dikembangkan oleh BB Pascapanen.

Berdasarkan hasil koordinasi dengan Dinas Pertanian kabupaten Lebong,

diperoleh informasi bahwa kegiatan penanganan pascapanen dan pengolahan

jeruk RGL di kabupaten Lebong untuk tahun 2015 bukan merupakan fokus

program kerja instansi tersebut. Pengembangan produk yang diprioritaskan oleh

Dinas Pertanian kabupaten Lebong diarahkan pada pengembangan produk

setengah jadi tanaman pangan. Namun, pada prinsipnya Dinas Pertanian

kabupaten Lebong tetap mendukung kegiatan pengkajian penanganan

pascapanen dan pengolahan jeruk RGL. Hal ini sejalan dengan kegiatan

pengembangan pertanaman jeruk RGL yang sudah dicanangkan oleh Pemerintah

Kabupaten Lebong beberapa tahun yang lalu.

Hasil koordinasi dengan petugas penyuluh BPP Rimbo Pengadang

diperoleh informasi bahwa kebun jeruk RGL yang dimiliki petani masih banyak

yang belum menghasilkan karena umur pertanaman jeruk rata-rata 2-3 tahun.

(29)

sudah menghasilkan secara kontinyu. Namun, setelah dilakukan survei terhadap

lokasi yang direkomendasikan tersebut, selanjutnya ditetapkan lokasi pengkajian

pada kelompok tani Maju Besamo. Hal ini karena anggota kelompok tani Maju

Besamo yang kooperatif, kebun jeruk RGL yang telah menghasilkan, buah jeruk

RGL yang dihasilkan belum terlalu banyak terkena serangan hama penyakit

karena telah menerapkan pengendalian hama penyakit pada kebun jeruk

mereka.

Kelompok Maju Besamo merupakan kelompok tani yang sebagian besar

anggotanya membudidayakan jeruk RGL dan jeruk Siam yang berlokasi di desa

Rimbo Pengadang. Selain itu, pada lokasi yang sama terdapat kelompok yang

anggotanya sebagian besar merupakan istri-istri petani jeruk yang tidak bekerja.

Kelompok ini baru dirintis menjadi kelompok pengolahan hasil, sehingga nama

kelompok masih menginduk pada Kelompok Maju Besamo. Selanjutnya

berdasarkan hasil survei tersebut, Kelompok Maju Besamo ditetapkan sebagai

lokasi pengkajian.

4.2. Sosialisasi Teknis Pengkajian

Kegiatan sosialisasi bertujuan untuk memberikan informasi kepada

kelompok petani mengenai prosedur pelaksanaan pengkajian secara teknis mulai

dari penanganan pascapanen sampai pengolahan jeruk RGL. Penjelasan petunjuk

teknis penanganan pascapanen jeruk RGL meliputi kriteria buah yang akan

dipanen, cara pemanenan, cara sortasi dan pengkelasan buah, perlakuan

pembersihan, cara penguningan, cara pelilinan buah dan penyimpanan buah.

Sementara itu, penjelasan petunjuk teknis mengenai pengolahan sari buah jeruk

berbulir meliputi sortasi bahan baku, persiapan penanganan buah, cara ekstraksi

bulir buah, proses pencampuran dengan bahan lain, proses pemasakan, proses

pengemasan dan penyimpanan produk

4.3. Pelaksanaan Pengkajian

4.3. a. Penanganan Pascapanen Jeruk RGL

Bahan yang digunakan adalah buah jeruk RGL yang dipanen dari kebun

petani kooperator kelompok Maju Besamo. Kriteria buah yang dipanen adalah

buah yang berwarna hijau kekuningan pada umur petik ± 32 minggu dari setelah

(30)

dilakukan proses sortasi, pengkelasan dan pengamatan awal terhadap bobot,

jumlah buah, dan bobot rata-rata buah jeruk RGL yang digunakan sebagai

perlakuan (Tabel 6).

Tabel 6. Hasil Pengamatan Terhadap Bobot Keseluruhan, Jumlah Buah, Bobot Rata-rata Buah Awal

Hasil pengamatan awal terhadap jeruk RGL menunjukkan bahwa rata-rata

bobot buah jeruk RGL berkisar antara 147.58 - 183.00 g. Mengacu pada Kriteria

Kelas Mutu Jeruk keprok (SNI 01-3165-1992), bobot jeruk RGL tersebut sebagian

besar termasuk dalam kelas mutu A, dengan bobot lebih dari 151 g. Berdasarkan

hasil pengamatan terhadap karakter fisik jeruk RGL awal (Tabel 7) diketahui

bahwa jeruk RGL memiliki rata-rata kadar jus sebesar 70.06% dan rata-rata

Total Padatan Terlarut (TPT) sebesar 13.06% . Selain itu dari hasil analisis kimia

awal, jeruk RGL mengandung Total Asam Tertitrasi (TAT) rata-rata sebesar

0.67% dan vitamin C rata-rata sebesar 30.37 mg/ 100 ml.

Tabel 7. Hasil Pengamatan Kadar Jus, Total Padatan Terlarut (TPT), Total Asam

1. 01 68.18 13.33 0.54 28.20

2. 02 70.80 13.80 0.77 34.32

3. 03 68.54 12.70 0.63 29.92

4. 04 71.68 12.73 0.68 29.04

5. 05 72.34 12.47 0.68 29.92

6. 06 68.84 13.33 0.79 30.80

(31)

Penanganan pascapanen selanjutnya adalah proses penguningan.

Penguningan dilakukan dengan cara mencelupkan buah jeruk RGL ke dalam

larutan ethrel. Berdasarkan hasil pengkajian pendahuluan, proses penguningan dengan cara mencelupkan buah ke dalam larutan ethrel dengan konsentrasi 1000 ppm selama rentang waktu 5 menit, dapat mengubah warna kulit jeruk

RGL yang semula berwarna hijau kekuningan (50% hijau, 50% kuning) menjadi

berwarna kuning merata selama 3-7 hari penyimpanan.

Setelah dilakukan proses penguningan, kemudian dilakukan pelilinan.

Proses pelilinan jeruk RGL dilakukan dengan cara mencelupkan jeruk RGL ke

dalam formula lilin. Formula lilin digunakan merupakan hasil invensi peneliti Balai

Besar Pengembangan dan Penelitian Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen).

Formula pelilinan yang digunakan adalah formula lilin 6% .

Selanjutnya dilakukan penyimpanan buah jeruk RGL pada suhu ruang

dan suhu dingin. Penyimpanan jeruk pada suhu dingin dilakukan dalam showcase

bersuhu 19oC. Waktu penyimpanan pada tahap pengkajian pendahuluan ini

dilakukan selama 4 minggu (28 hari). Data hasil pengamatan karakteristik fisik

dan kimia jeruk RGL pada penyimpanan selama 14 hari disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Pengamatan Susut Massa, Kadar Jus, Total Padatan Terlarut (TPT), Total Asam Tertitrasi (TAT), dan Kadar Vitamin C Buah Jeruk RGL

1. P0T1 6.18c 67.44de 0.52bc 28.16bc 2. P1T1 5.97c 67.97de 0.34a 31.68c 3. P2T1 5.29b 63.62bc 0.59c 26.40a 4. P3T1 5.81bc 63.20bc 0.69d 27.28ab 5. P0T2 6.83d 70.50e 0.49b 28.16bc 6. P1T2 5.92bc 60.50ab 0.71d 30.80d 7. P2T2 8.52e 58.65a 0.45b 29.04cd 8. P3T2 4.52a 66.39cd 0.51bc 28.16bc

Keterangan: nilai yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (uji Duncan α = 5% ). P0T1 : Tanpa cuci, suhu ruang; P0T2: Tanpa cuci, suhu dingin; P1T1: Air biasa, suhu ruang; P1T2: Air biasa, suhu dingin; P2T1: Air hangat, suhu ruang; P2T2: Air hangat, suhu dingin; P3T1: Klorin, suhu ruang; P3T2: Klorin, suhu dingin

Berdasarkan data pada Tabel 8, dapat diketahui bahwa perlakuan

berpengaruh nyata terhadap susut massa, kadar jus, TAT, dan Kadar Vitamin C.

(32)

dingin dapat menghambat penyusutan massa sebesar 4.52% . Selama proses

penyimpanan buah akan terjadi susut massa yang disebabkan hilangnya air

dalam proses transpirasi dan respirasi. I ni menyebabkan susut massa akan

bertambah seiring lamanya penyimpanan (Pangestu, 2011). Sementara itu, kadar

jus buah tetap stabil pada perlakuan tanpa pencucian baik disimpan pada suhu

ruang maupun suhu dingin. Perlakuan pencucian dan penyimpanan juga

berpengaruh terhadap jumlah asam yang terkandung di dalam jeruk Gerga.

Secara umum, kandungan asam (TAT) pada buah jeruk RGL selama

penyimpanan mengalami penurunan, kecuali TAT pada perlakuan P1T2 dan

P3T1. Selain itu, pada umumnya kandungan vitamin C menurun selama proses

penyimpanan berlangsung.

Hasil penyimpanan jeruk RGL selama 28 hari (Tabel 9) menunjukkan

bahwa jeruk RGL mengalami peningkatan susut massa. Penyusutan massa yang

tertinggi terjadi pada saat jeruk disimpan pada suhu ruang. Begitu juga dengan

kadar jus, TAT, dan TPT yang menurun secara signifikan pada penyimpanan

suhu ruang. Perlakuan P3T2 mengalami penyusutan massa paling kecil sebesar

8.55% dibandingkan dengan perlakuan lainnya ini menunjukkan bahwa selama

penyimpanan perlakuan P3T2 dapat menghambat penurunan kadar jus, susut

massa, TPT, TAT dan Kadar Vitamin C paling kecil dibandingkan perlakuan

lainnya.

Tabel 9. Hasil Pengamatan Kadar Jus, Total Padatan Terlarut (TPT), Total Asam Tertitrasi (TAT), dan Kadar Vitamin C Buah Jeruk RGL (Penyimpanan 28

1. P0T1 8.96ab 64.62a 6.03a 0.47d 34.32c 2. P1T1 9.62c 63.96a 8.03b 0.27a 29.92bc 3. P2T1 9.33ab 69.67b 9.10c 0.31ab 29.04ab 4. P3T1 10.53d 73.64c 9.37bc 0.29ab 30.94cd 5. P0T2 9.44bc 73.50c 9.53d 0.33b 31.68d 6. P1T2 8.55a 61.57bc 9.53d 0.53f 29.92bc 7. P2T2 9.09b 65.62a 9.10c 0.61e 35.20c 8. P3T2 8.55a 64.10a 9.27bc 0.39c 28.16a

(33)

Menurut Pangestu (2011) bahwa Kadar jus buah semakin menurun dengan

semakin lamanya penyimpanan, pada penyimpanan suhu dingin dapat

mengurangi penurunan kandungan jus buah dan susut massa sebesar 10-20%

selama penyimpanan. Namun demikian, kandungan vitamin C pada buah jeruk

RGL bervariasi jumlahnya. Hal ini dipengaruhi oleh kandungan vitamin C awal

jeruk RGL.

Selama proses penyimpanan berlangsung, dilakukan penentuan umur

simpan jeruk RGL yang ditentukan dengan cara membandingkan penampilan fisik

buah. Penilaian dilakukan dengan cara skoring yang melibatkan 10 orang panelis

(Tabel 10).

Hasil penilaian panelis menunjukkan bahwa jeruk yang sudah disimpan

selama 14 hari masih layak untuk dijual dilihat dari penampilan buah secara

keseluruhan. Sementara itu, jeruk yang disimpan selama 28 hari, hanya jeruk

yang disimpan pada suhu dingin yang masih dianggap layak oleh panelis untuk

dijual dengan rentang skor 2.9-3.0 (layak jual). Sementara itu, panelis menilai

buah jeruk RGL yang disimpan pada suhu ruang selama 28 hari kurang layak

untuk jual, ditandai dengan rata-rata skor penilaian kelayakan jual sebesar 2.1

(kurang layak jual). Hal ini berpengaruh dengan semakin besar terjadi susut

massa buah maka akan semakin cepat penampilan buah menjadi berkurang

karena menyebabkan buah kehilangan kesegarannya, buah menjadi kiust dengan

kulit berkerut sehingga penampilan buah menjadi tidak menarik dan tidak lagi

layak dipasarkan.

Tabel 10. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Kelayakan Jual Buah Jeruk RGL

No. Sampel Rata-rata Skor Penyimpanan hari ke-14

Rata-rata Skor Penyimpanan hari ke-28

1. P0T1 3 2.1

2. P1T1 3 2.1

3. P2T1 3 2.1

4. P3T1 3 2.1

5. P0T2 3 2.9

6. P1T2 3 2.9

7. P2T2 3 3

8. P3T2 3 2.9

(34)

4.3.b. Formulasi Sari Buah Jeruk RGL dengan Penambahan Bulir

Pengkajian pada pengolahan jeruk RGL berbulir bertujuan memperoleh

formula terbaik sari buah jeruk RGL dengan penambahan bulir. Bahan baku yang

digunakan merupakan jeruk RGL yang termasuk dalam kelas mutu ukuran

terendah. Hal ini karena pada saat dilaksanakan pengkajian, sudah tidak lagi

ditemukan buah jeruk yang gugur. Bahan baku jeruk RGL kemudian disortasi,

dipilih yang tidak busuk.

Formulasi sari buah jeruk RGL difokuskan pada tahap ekstraksi bulir jeruk

RGL. Ekstraksi bulir jeruk RGL dilakukan dengan dua cara yakni menggunakan

ekstraktor dan alat pengepres. Berdasarkan hasil pengujian, dapat diketahui

bahwa dengan menggunakan alat pengepres, bulir jeruk yang dihasilkan lebih

utuh dibandingkan dengan ekstraksi bulir menggunakan alat ekstraktor. Namun,

bulir yang dihasilkan alat pengepres hanya sedikit dan alat ini akan berfungsi

secara maksimal apabila kapasitas bahan baku terpenuhi, yakni minimal 3 kg

bahan baku.

Setelah diperoleh cara ekstraksi bulir buah, pengujian selanjut nya adalah

mengekstrak sumber pewarna alami. Penambahan pewarna dilakukan secara

trial dan error Berdasarkan hasil ujicoba, ekstrak wortel dapat digunakan sebagai pewarna alami pada sari buah jeruk RGL. Setelah diperoleh formulasi sari buah

jeruk RGL, dilakukan uji organoleptik dengan melibatkan 25 orang panelis (Tabel

10).

Tabel 11. Data Hasil Analisis Tingkat Kesukaan Sari Buah Jeruk RGL dengan Menggunakan Alat Ekstraktor

Perlakuan Skor Kesukaan

Warna Aroma Rasa Penampilan Keseluruhan Tanpa Pewarna 4,20a 4,60a 5,04ab 4,48a 4,96a Pewarna Alami (Wortel) 5,36b 4,24a 4,80a 4,92ab 4,92a Pewarna Sintetis 5,44b 4,32a 5,68b 5,56b 5,56b

Keterangan: nilai yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata (uji Duncan α = 5% )

Pengujian organoleptik terhadap sari buah salah satunya meliputi

penilaian terhadap warna produk sari buah jeruk RGL. Warna merupakan atribut sensori yang sangat penting karena mempunyai pengaruh secara langsung

terhadap kualitas suatu produk (Niamnuy et al., 2008). Produk pangan dengan

(35)

yang lebih mahal (Delgado et al., 2003). Hasil uji organoleptik menunjukkan

bahwa penilaian panelis terhadap warna sari buah jeruk dengan alat ekstraktor

berkisar antara 4,20–5,44 (netral hingga agak suka). Begitu juga dengan hasil

penilaian organoleptik terhadap warna sari buah dengan alat pengepres yang

berkisar 4,12-5,52 (netral hingga agak suka).

Tabel 12. Data Hasil Analisis Tingkat Kesukaan Sari Buah Jeruk RGL dengan Menggunakan Alat Pengepres

Perlakuan Skor Kesukaan

Warna Aroma Rasa Penampilan Keseluruhan Tanpa Pewarna 4,12a 4,40a 5,32ab 4,60a 4,84a Pewarna Alami (Wortel) 5,20b 4,36a 4,40a 5,28b 5,32ab Pewarna Sintetis 5,52b 4,32a 5,60b 5,56b 5,56b

Keterangan: nilai yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata (uji Duncan α = 5% )

Warna sari buah jeruk RGL yang dihasilkan tanpa penambahan pewarna

adalah kuning. Penambahan pewarna sintetis pada sari buah menyebabkan

warna sari buah jeruk RGL bertambah kuat menjadi kuning terang. Sedangkan

penambahan pewarna alami (wortel) pada sari buah jeruk RGL, menyebabkan

warna sari buah berubah menjadi berwarna orange. Penambahan pewarna pada

sari buah jeruk pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh penampakan yang

lebih menarik tanpa mengubah atau mempengaruhi rasa produk aslinya.

Berdasarkan hasil uji organoleptik dapat diketahui bahwa penambahan pewarna

baik pewarna alami maupun sintetis pada sari buah jeruk RGL dapat

meningkatkan penerimaan konsumen.

Selain warna, peranan aroma dalam makanan sangat penting, karena

aroma turut menentukan daya terima konsumen terhadap makanan. Penilaian

panelis terhadap sari buah jeruk RGL secara hedonik berkisar 4,24-4,60 (netral).

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan berbagai

macam pewarna tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap aroma sari

buah jeruk RGL baik untuk sari buah yang diproses menggunakan alat ekstraktor

maupun yang diproses menggunakan alat pengepres. Hal ini berarti bahan

penambahan pewarna sintetis ataupun wortel ke dalam sari buah jeruk RGL tidak

mempengaruhi aroma asli sari buah jeruk RGL. Tetapi pada penggunaan wortel

(36)

Sementara itu, penilaian terhadap parameter penampilan sari buah jeruk

RGL adalah persepsi panelis terhadap penampakan fisik berupa ada tidaknya

endapan dan bulir-bulir jeruk pada sari buah jeruk RGL. Berdasarkan hasil

analisis terhadap penampilan sari buah jeruk RGL (Tabel 10) menunjukkan

bahwa skor kesukaan panelis terhadap penampilan sari buah jeruk berkisar

antara 4,48-5,56 (agak suka hingga suka). Hasil analisis menunjukkan bahwa

penambahan pewarna berpengaruh nyata terhadap penampilan produk. Sari

buah jeruk RGL dengan penambahan pewarna sintetis lebih disukai panelis

dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

Hasil penilaian terhadap penampilan sari buah jeruk RGL yang diproses

dengan alat pengepres, menunjukkan bahwa penilaian panelis secara hedonik

berkisar antara 4,60-5,56 (agak suka hingga suka). Berdasarkan hasil analisis,

penambahan pewarna berpengaruh nyata terhadap penampilan sari buah jeruk

RGL. Skor kesukaan panelis terhadap penampilan sari buah jeruk RGL tertinggi

adalah sari buah jeruk dengan penambahan pewarna sintetis. Penampilan sari

buah tersebut oleh panelis dinilai sama dengan sari buah yang diberi pewarna

alami.

Penggunaan pewarna pada sari buah jeruk RGL pada dasarnya tidak

berpengaruh pada penampilan sari buah jeruk yang dihasilkan. Namun, hal

tersebut berpengaruh terhadap penilaian penampilan produk sari buah jeruk oleh

panelis. Penampilan (endapan dan bulir) sari buah jeruk dipengaruhi oleh cara

ekstraksi. Bulir dan endapan banyak dihasilkan dari proses ekstraksi

menggunakan alat pengepres. Dibandingkan dengan ekstraktor, bulir yang

dihasilkan lebih banyak yang utuh (tidak pecah).

Parameter sari buah jeruk RGL selanjutnya yang dinilai oleh panelis

adalah rasa. Rasa merupakan parameter organoleptik yang penting untuk

menentukan suatu produk diterima atau tidak oleh konsumen. Setiap produk

memiliki rasa spesifik yang berbeda-beda tergantung dari bahan penyusunnya

dan proses pengolahannya (Nurlaila, dkk, 2013).

Uji organoleptik terhadap rasa sari buah jeruk RGL yang diekstrak

menggunakan ekstraktor menunjukkan skor kesukaan panelis yang berkisar 4,80

- 5,68 (agak suka hingga suka). Diantara perlakuan penambahan pewarna

tersebut, panelis lebih menyukai sari buah jeruk RGL yang ditambah dengan

(37)

dianggap sama dengan sari buah jeruk yang tidak ditambah dengan pewarna.

Sementara, rasa sari buah jeruk yang diberi pewarna alami menurut panelis tidak

lebih enak dari perlakuan yang lain. Hal ini kemungkinan karena rasa wortel

mempengaruhi rasa sari buah jeruk RGL.

Tidak berbeda dengan perlakuan alat ekstraktor, skor kesukaan panelis

terhadap rasa sari buah jeruk yang diproses menggunakan alat pengepres juga

berkisar antara 4.40 - 5.60 (agak suka hingga suka). Skor tertinggi diperoleh dari

perlakuan penggunaan pewarna sintetis, sedangkan skor terendah diperoleh dari

perlakuan penggunaan wortel sebagai pewarna alami. Diduga hal ini juga

disebabkan wortel sebagai pewarna alami menimbulkan rasa khas yang

menutupi rasa sari buah jeruk RGL.

Warna juga mempunyai pengaruh terhadap rasa, misalnya penambahan

pewarna merah pada minuman dapat menaikkan skor kemanisan sebanyak

5-10% , sedangkan penambahan warna biru dapat mengurangi rasa asam

sebanyak 20% . Penggunaan pewarna sintetis tidak akan mempengaruhi rasa dari

produk aslinya. Sedangkan untuk pewarna alami seringkali memberikan rasa

khas yang tidak dinginkan. Wortel yang digunakan sebagai pewarna alami dalam

sari buah jeruk RGL cenderung memberikan rasa langu jika ditambahkan dalam

jumlah banyak (Anonim, 2006).

Penilaian terhadap keseluruhan produk sari buah jeruk RGL yang

diekstrak menggunakan ekstraktor menunjukkan hasil penilaian panelis yang

berkisar antara 4.96 -5.56 (netral-suka). Hasil analisis menunjukkan terdapat

perbedaan untuk setiap perlakuan. Skor kesukaan tertinggi diperoleh dari

perlakuan penambahan pewarna sintetis, sedangkan skor terendah diperoleh dari

perlakuan tanpa penambahan pewarna. Penilaian ini tidak berbeda nyata dengan

penilaian panelis terhadap sari buah yang diberi pewarna alami.

Sari buah jeruk RGL yang diproses menggunakan alat pengepres dinilai

oleh panelis pada kisaran skor 4.48-5.56 (netral-suka). Sari buah jeruk yang

diolah tanpa menggunakan pewarna tidak berbeda nyata dengan sari buah jeruk

menggunakan pewarna alami (wortel). Namun, panelis menilai sama secara

keseluruhan sari buah jeruk yang ditambah pewarna alami dengan sari buah

jeruk yang ditambah dengan pewarna sintetis. Skor kesukaan tertinggi terhadap

(38)

yang lebih cerah dan stabil serta tidak memberikan rasa dan flavour tertentu pada bahan makanan yang ditambahkan.

Komposisi Kimia Jeruk RGL

Hasil analisis jeruk RGL (Tabel 13) menunjukkan dalam 100 gram bagian

yang dapat dimakan, jeruk RGL mengandung energi yang cukup dibandingkan

dengan jeruk yang lain seperti jeruk Siam yang hanya mengandung 28.00 kkal

energi. Komponen utama penyumbang energi pada buah jeruk diantaranya

adalah karbohidrat. Selain itu, buah jeruk banyak mengandung gula-gula

sederhana antara lain fruktosa, glukosa, dan sukrosa, serta asam sitrat yang

menyumbang sebagian kecil energi (Anonim, 2002).

Selain energi, jeruk RGL juga mengandung vitamin C yang cukup tinggi.

Dibandingkan dengan jeruk lain, jeruk RGL mengadung vitamin C setara dengan

jeruk manis.

Tabel 13. Kandungan gizi berbagai jeruk per 100 gram bahan* )

Jenis Jeruk Energi

Jeruk nipis 37 0.8 0.1 12.3 27

Jeruk manis 45 0.9 0.2 11.2 49

Jeruk keprok 44 0.8 0.3 10.9 31

Jeruk Bali 48 0.6 0.2 12.4 43

Jeruk Gerga* * 52 1.4 0.2 11.4 46

* )

Sumber: Direktorat Gizi, Depkes (1992) * * ) Sumber : Hasil analisis proksimat

4.4. Analisis Nilai Tambah Sari Buah Jeruk RGL Berbulir

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dengan melibatkan jumlah tenaga

kerja sebanyak 3 orang, pengolahan jeruk RGL sebanyak 50 kg dapat

menghasilkan 127 liter sari buah jeruk. Berdasarkan analisis nilai tambah,

pengolahan jeruk RGL menjadi sari buah dapat menghasilkan nilai tambah jeruk

RGL sebesar Rp. 16.300,- dengan rasio sebesar 0.64. Asumsi yang ditetapkan

pada analisis nilai tambah tersebut antara lain, hasil sari buah jeruk dalam satuan

liter diasumsikan sama dengan satuan kg. Selain itu, harga bahan baku jeruk

RGL diasumsikan sebesar Rp. 5.000,- karena menggunakan bahan baku afkir

(39)

Hasil analisis nilai tambah sari buah jeruk RGL berbulir dapat dilihat pada Tabel

14 berikut.

Tabel 14. Hasil Analisis Sari Buah Jeruk RGL* )

No. Variabel

(Output, I nput, Harga)

Nilai

1. Hasil/ Produksi (kg/ proses) 127

2. Bahan baku (kg/ proses) 50

3. Tenaga kerja (orang/ proses) 3

4. Faktor konversi 2.54

5. Koefisien tenaga kerja 0.06

6. Harga produk rata-rata (Rp/ liter) 10.000

7. Upah rata-rata (Rp/ kg) 30.000

8. Harga bahan baku (Rp/ kg) 5.000

9. Sumbangan input lain (Rp/ kg) 4.100

10. Nilai produk (Rp/ kg) 25.400

11. a. Nilai tambah (Rp/ liter) 16.300

b.Rasio nilai tambah (% ) 0.64

*)

Hasil Olah Data

4.5. Pelaksanaan Temu Lapang dalam Rangka Diseminasi Kegiatan Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Buah Jeruk Spesifik Bengkulu

Kegiatan temu lapang Teknologi Penanganan Pascapanen dan Pengolahan

Buah Jeruk RGL dilaksanakan di Desa Rimbo Pengadang Kabupaten Lebong pada

tanggal 11 November 2015. Pelaksanaan kegiatan di Aula Pertemuan Balai Benih

Hortikultura Kabupaten Lebong Desa Rimbo Pengadang, Kecamatan Rimbo

Pengadang Kabupaten Lebong. Tujuan Pelaksanaan kegiatan ini untuk

mendiseminasikan hasil pengkajian penanganan pascapanen dan pengolahan

buah jeruk RGL di lingkungan petani kooperator sebagai salah satu cara untuk

menyebarkan dan penderasan inovasi teknologi penanganan pascapanen dan

pengolahan buah jeruk RGL agar dapat lebih cepat disebarkan di lingkungan

petani kooperator disekitar Desa Rimbo Pengadang Kabupaten Lebong.

Selanjutnya untuk kelompok pengolah hasil pertanian terutama komoditas jeruk

RGL dapat memanfaatkan jeruk yang tidak masuk ke dalam grade penjualan

dalam bentuk segar (afkiran) untuk dapat diolah menjadi produk sehingga dapat

meningkatkan nilai tambah produk dan pendapatan masyarakat setempat.

(40)

Kabupaten Lebong ini diikuti kurang lebih 100 orang petani, petugas lapang

(PPL), Stakeholder dari Dinas Pertanian, BP4K, BPTP Bengkulu.

Dalam kesempatan ini BPTP Bengkulu memotivasi kelompok tani dengan

memberikan alat sortasi buah jeruk dan kemasan botol plastik untuk kelompok

pengolah hasil Maju Besamo. Untuk selanjutnya kelompok tani Maju Besamo

dapat menerapkan penanganan pascapanen dengan memanfaatkan alat sortasi

buah untuk meningkatkan daya jual buah karena telah tersortir sesuai dengan

kelas mutu buah, dan untuk kelompok pengolah hasil yang belum mempunyai

alat cup siller dapat memanfaatkan botol plastik ukuran 200 ml untuk memulai

usaha kelompok dalam menjual produk hasil berupa sari buah jeruk RGL berbulir.

Dalam Temu Lapang diberikan materi kepada petani dan pengolah jeruk

RGL dan dilanjutkan dengan pelatihan dengan secara langsung mempraktekkan

mulai dari penanganan pascapanen menggunakan alat sortasi buah, dilakukan

pencucian, pencelupan buah ke dalam larutan ethrel untuk penguningan kulit

buah agar matang merata, dan juga dilakukan bagaimana cara melakukan

pelilinan untuk mempercantik dan mempertahankan buah agar mempunyai daya

tahan simpan yang lebih lama dengan kualitas yang tetap segar dan juga

pelatihan pengolahan sari buah jeruk RGL berbulir.

Petani jeruk RGL yang telah mendapatkan sertifikasi prima 3 untuk kualitas

jeruk RGL adalah Bapak Maharani, dan sedang proses sertifikasi prima 2 adalah

Bapak Herson. Dengan kualitas jeruk yang telah diakui secara sah dengan

terbitnya sertifikasi prima ini dapat meningkatkan permintaan pasar sesuai

kualitas.

Untuk ke depan seluruh petani jeruk RGL di sekitar Rimbo pengadang dapat

menghasilkan buah yang prima dengan kriteria buah yang sesuai dengan

persyaratan SNI dan dapat mempertahankan kualitas buah yang sudah

tersertifikasi prima 3 dan prima 2, dan dapat ditingkatkan kualitas buah jeruk

RGL dengan tersertifikasi prima 1.

Dengan penerapan penanganan pascapanen dan pengolahan jeruk RGL ini

dapat merangsang pertumbuhan kawasan agribisnis dan agrowisata yang akan

(41)

4.6. I mplementasi Teknologi Penanganan Pascapanen dan Teknologi Pengolahan Jeruk RGL.

I mplementasi teknologi penanganan pascapanen dan pengolahan jeruk

RGL dilakukan dengan tujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan petani

terhadap penanganan pascapanen jeruk RGL yang dianalisis dengan

menggunakan statistik deskriptif dan interval kelas. Pertanyaan pada setiap

indikator pengetahuan petani dibagi menjadi 2 skor: 1 (tahu); 2 (tidak tahu).

Berikut tersaji hasil skor pengetahuan petani dalam teknologi penanganan

pascapanen dan Teknologi Pengolahan jeruk RGL di Kabupaten Lebong tahun

2015 (Tabel 15 dan 16).

Tabel 15. Pengetahuan Petani dalam Penanganan Pascapanen Jeruk RGL di Kabupaten Lebong Tahun 2015

Teknologi Pasca Panen Skor Kriteria

Pemanenan 0,62 Sedang

Pembersihan 0,15 Rendah

Sortasi/ grading 0,38 Sedang

Penguningan 0,15 Rendah

Pelapisan lilin 0,43 Rendah

Penyimpanan 0,31 Rendah

Jumlah 0,34 Rendah

Secara umum tingkat pengetahuan petani terhadap teknologi pascapanen

tergolong kriteria rendah terutama pada tahap pencucian dan pelilinan. Kegiatan

penanganan pascapanen yang dilakukan petani masih bersifat tradisional dan

kebiasaan umum yang dilakukan dalam penanganan pascapanen suatu produk

pertanian. Kegiatan pencucian dilakukan hanya menggunakan air biasa, dan

belum terbiasa untuk menggunakan klorin yang berfungsi untuk menghilangkan

kontaminasi residu fungisida yang disemprotkan, spora jamur, dan tanah/

kotoran.

Kegiatan penguningan/ degreening belum diketahui oleh petani karena

teknologi penguningan dengan penggunakan zat pengatur tumbuh ini memang

baru dikenal mereka sebelumnya, sehingga masih sangat diperlukan pembinaan

secara terus menerus bagi petani untuk mendapatkan pengetahuan tentang

penanganan pascapanen jeruk RGL ini, karena dalam jangka waktu 2-5 tahun

Gambar

Tabel 1. Kriteria Kelas Mutu Jeruk Keprok (SNI 01-3165-1992)
Tabel 3. Kombinasi Perlakuan pada Pembuatan Sari Buah Jeruk  RGL
Tabel 5. Nilai Interval Kelas Skor Total dan Kriteria Nilai  Indikator PenangananPascapanen dan Pengolahan Jeruk RGL
Tabel 6. Hasil Pengamatan Terhadap Bobot Keseluruhan, Jumlah Buah, BobotRata-rataBuah Awal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) pola faktorial, yang terdiri atas dua faktor perlakuan dengan 3 ulangan. Faktor kedua adalah

Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Searah dengan empat perlakuan, lima ulangan dengan tiap ulangan terdiri dari

Meliputi Rancangan Acak Lengkap (RAL), Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL), Rancangan Faktorial, Rancangan Petak Terbagi

Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model RAL (Rancangan Acak Lengkap) pola Faktorial 4x3 dengan Perlakuan penambahan

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola Faktorial 4 x 4, dengan 3 ulangan dimana faktor 1 adalah berbagai level inokulum

Perbanyakan spora endomikoriza menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial. Kombinasi perlakuan yang diperoleh yaitu 9 kombinasi perlakuan, masing-masing perlakuan

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial dengan 2 faktor dan 3 kali ulangan. Parameter yang diamati yaitu warna kuning telur,

Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model RAL (Rancangan Acak Lengkap) pola Faktorial 4x3 dengan Perlakuan penambahan