• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

TINJAUN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu

Penelitian dari Vebry Dwi Permana, Koesriwulandari, Endang Siswati (2019). Melakukan penelitian tentang “ Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Benih Usahatani Kangkung (Ipomoae reptans L. Poir) Di Desa Dapet, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik. Penelitian ini bertujuan : 1) Untuk mengetahui pengaruh faktor produksi usahatani kangkung kosmetik di Desa Dapet, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik. 2) Untuk mengetahui efisiensi produksi usahatani benih kangkung di Desa Dapet, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini : 1) Variabel benih, pupuk ponska, pupuk urea, pupuk za, virtako, supersip, dan tenaga kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap produksi benih kangkung di Ds. Dapet, Kec. Balongpanggang, Kab. Gresik.

Secara parsial benih, pupuk urea, pupuk za, dan supersip berpengaruh signifikan terhadap produksi benih kangkung.

Penelitian dari Diana Rarasati dan Tinjung Mary Prihtanti, 2019. Yang berjudul “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Usahatani Kangkung Darat DI Waru, Mranggen, Kabupatne Demak. Bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas kangkung dan menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi resiko produksi kangkung darat. Lokasi penelitian berada di Desa Waru Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni 2019 – juli 2019. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Non Probabality Sampling yakni teknik quota sampling. Petani akan dijadikan responden adalah petani kangkung darat yang tergabung dalam kelompok tani sido Makmur sebanyak 50 petani. Hasil analisis faktor – faltor yang signifikan mempengaruhi resiko produksi terhadap usahatani kangkung darat yaitu variabel luas lahan dan benih.

(2)

7

Penelitian dari Nanda Mayani, Trisda Kurniawan dan marlina, 2014.

Yang berjudul “Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans poir) Akibat Perbedaan Dosis Kompos Jerami Dekomposisi Mol Keong Mas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan dosis kompos terhadap pertumbuhan tanaman kangkung darat. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lambiheu Siem Kecamatan Darussalam Provinsi Aceh. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola no faktorial dengan lima ulangan. Faktor yang diuji adalah dosis kompos jerami yang terdiri atas tiga taraf yaitu K = kg/plot dan K = 8 kg/plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelakuan kompos jerami dekomposisi MOL keong mas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah aun , luas daun dan bobot kering berangkasan tanaman pada 3 MST. Dosis kompos jerami yang memberikan pertumbuhan kangkung terbaik dihasilkan oleh pemberian dosis 4 kg/plot.

Penelitian dari Maria Goreti Tasi Mona dan Yosefina Marice Fallo 2018.

Yang berjudul “Analisis Pendapatan Usahatani Kangkung Darat di Desa Takin Kecamatan Bikomi Tengah Kabupaten Timor Tengah Utara. Pada bulan Januari 2018. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui 1) gambaraan usahatani kangkung darat 2) pendapatan yang diperoleh dari usahatani kangkung darat dan 3) keuntungan relatif yang diperoleh usahatani sayur kangkung darat. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik metode purposive sampling sehingga diambil 40 responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan teknik wawancara langsung dengan petani. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Biaya yang dikeluarkan meliputi biaya tetap dan biaya variabel dengan rata – rata biaya sebesar Rp 333.960 dan total biaya sebesar Rp 13.358.416 Total penerimaan dalam satu kali musim tanam sebesar Rp 102.2500.000 sehingga petani memperoleh rata – rata permintaan sebesar Rp 2.556.250. Total pendapatan sebesar Rp 88.891.583. dengan rata – rata pendapatan sebesar Rp 2.222.289.

Rata – rata nilai R/C Ratio adalah 7,36 sehingga kegiatan usahatani kangkung

(3)

8

darat yang dilakukan oleh petani di Desa Takin layak untuk dikembangkan karena menguntungkan secara ekonomis.

Penelitian dari Martua Siadari dan Villy Hardianto, 2019. Yang berjudul Analisis Usahatani Sayur Kangkung (Ipomoea Aquatica) (Studi Kasus di Nagori Bah Joga, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Kabupaten Simalungun).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani kangkung di Nagori Bah Joga Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun data yang digunakan dalam responden adalah data primer yang diperoleh daro masyarakat petani kangkung dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden, dan data sekunder diperoleh dari instansi – instansi yang bersangkutan metode yang digunakan menentukan kelayakan adalah metode R/C sebesar 2,75 artinya setiap pengeluaran sebesar Rp 1 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,75 pendapatan rata – rata usahatani kangkung yaitu Rp 1.987.000.

2.2 Usahatani

Ilmu usahatani Merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengelolah dan mengkodinir faktor-faktor berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat sebanyak banyaknya. Menurut Moh. Saeri (2011) ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara petani menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan penggunaan faktor faktor produksi seefektif dan seefesien mungkin mungkin sehingga usaha tersebut memberi pendapatan semaksimal mungkin. Di katakan efektif jika petani atau produsen dapat memanfaatkan sumberdaya yang mereka miliki ( yang dikuasai) sebaik-baiknya dan dikatakan efisien jika pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 2016)

Menurut (Shinta, 2011) mengatakan terdapat 2 faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani yaitu :

1) Faktor internal : petani pengelola, tanah, modal, tenaga kerja, teknologi, jumlah keluarga dan kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga.

(4)

9

2) Faktor eksternal : tersedianya sarana komunikasi dan transportasi, aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani (harga hasil panen dan harga saprodi), fasilitas kredit dan sarana penyuluhan bagi petani.

2.3 Biaya Usahatani

Untuk menghitung besarnya biaya total (Total Cost) diperoleh dengan menjumlahkan total biaya tetap (Total Fixed Cost/TFC) dengan Total biaya variabel (Total Variable Cost) dengan rumus :

TC = TFC + TVC Keterangan :

TC = Total Biaya (Total Cost)

TFC = Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) TVC = Total Biaya Variabel (Total Variabel Cost)

Jadi untuk menerima laba maksimum atau keuntungan maksimum maka total biaya tetap (biaya sewa lahan, biaya penyusutan, biaya traktor, biaya pajak.) ditambahkan dengan total biaya variabel (upah tenaga kerja, biaya pembelian bahan baku, pembelian bahan bakar mesin.) maka akan muncul hasil biaya total atau keuntungan laba/keuntungan maksimum.

2.4 Penerimaan

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual. Dengan rumus :

TR = P x Q Dimana :

TR = penerimaan total usahatani P = harga per kg

(5)

10 Q = jumlah produksi

Jadi untuk mengetahui jumlah penerimaan total produksi maka harga jual dikalikan dengan jumlah output/produk yang dihasilkan maka akan keluar total penerimaan barang tersebut.

2.5 Pendapatan

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya (total cost) (Soekartawi, 2016). Pendapatan pendapatan dibagi menjadi pendapatan kotor (penerimaan) dan pendapatan bersih (keuntungan). Pendapatan kotor merupakan ukuran produktivitas sumberdaya yang diproduksi oleh usahatani, sedangkan pendapatan bersih merupakan pendapatan kotor yang dikurangi total biaya yang dikeluarkan (Soeartawi, 2001). Keuntungan (laba) atau rugi suatu usaha akan diketahui setelah penerimaan hasil penjualan produk dikurangi dengan harga produk, biaya pemasaran, dan biaya umum.

Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan suatu usaha, semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan suatu usaha untuk membiayai segala pengeluaran dan kegiatan - kegiatan yang akan dilakukan (Huamerah dkk, 2014). Untuk menghitung jumlah pendapatan maka digunakan rumus sebagai berikut (Soekartawi, dkk, 2003) :

= TR – TC Keterangan :

= Total Pendapatan/Keuntungan.

TR = Total Revenue/Penerimaan.

TC = Total Cost/Biaya yang dikeluarkan.

Jadi untuk menerima hasil pendapatan/keuntungan maka total peneriman dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan maka akan muncul hasil total pemdapatan/keuntungan

2.6 Kelayakan Usahatani

(6)

11

Analisis kelayakan usahatani merupakan upaya untuk mengetahui tingkat kelayakan suatu usaha, dengan melihat beberapa parameter atau kriteria kelayakan tertentu. Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila dapat mengembalikan modal yang sudah dikeluar, alat alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi yang lain termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya (Suratiyah,2016). Menurut Soekartawi (2016), R/C Ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan seluruh biaya yang digunakan pada saat proses produksi sampai hasil. R/C ratio yang semakin besar akan memberikan keuntungan semakin besar juga kepada petani dalam melaksanakan usahataninya. Komponen biaya dapat dianalisis keuntungan usahatani dengan menggunakan R/C Ratio. Analisis yang digunakan untuk menghitung beberapa besarnya penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang diinvestasikan dalam perusahaan pada periode yang lalu, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut :

R/C Rasio = TR/TC Keterangan :

TR = Total Revenue (Penerimaan Total) TC = Total Cost (Biaya Total)

Dengan ketentuan :

1. Jika R/C < 1, maka usahatani yang dilakukan secara ekonomi belum menguntungkan.

2. Jika R/C > 1, maka usahatani yang dilakukan secara ekonomi menguntungkan.

3. Jika R/C = 1, maka usahatani berada pada titik impas (Break Event Point) Jika R/C = 1 berarti usahatani hanya mencapai kondisi pulang pokok.

Artinya jumlah penerimaan yang diperoleh hanya sebesar modal yang digunakan untuk memperoleh penerimaan tersebut. Jika R/C < 1 berarti penggunanaan modal rugi karena jumlah penerimaan lebih kecil dari jumlah modal yang

(7)

12

digunakan. Oleh karena itu bahwa R/C > 1 berarti penggunaan modal semakin efisien (Padangaran, 2013).

Menurut Kasmir and Jakfar (2003), Benefit and Cost Ratio (BCR) atau PI (Profitbility Index) adalah perbandingan benefit atau keuntungan yang didapatkan suatu usaha dengan biaya yang dikeluarkan dalam usaha tersebut pada masa yang akan datang. Secara umum B/C ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :

B/C =

𝑻𝑪

Dimana :

B/C = Benefit And Cost Ratio = Keuntungan (Benefit) TC = Total Biaya (Total Cost)

Nilai B/C ratio > 1 menunjukan bahwa suatu usaha layak untuk dijalankan. Nilai B/C ratio < 1 menunjukkan suatu usaha tidak layak dijalankan karena tidak mampu mengembalikan modal yang diinvestasikan.

2.7 Budidaya Kangkung Kosmetik

Budidaya kangkung kosmetik pada dasarnya tidak berbeda dengan budidaya kangkung darat secara konvensional. Perbedaannya hanya pada perawatan/budidaya tanaman kangkung tersebut, proses budidaya kangkung kosmetik memiliki tahapan yang terdiri dari :

1) Persiapan lahan.

Pengolahan lahan adalah tahapan paling utama dalam budidaya tanaman.

Pengolahan lahan bertujuan merubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah (struktur tanah) yang dibutuhkan oleh tanaman. Pengolahan tanah terdiri dari beberapa tahap yaitu : pembersihan dan pencangkulan (membuat saluran air).

(8)

13 2) Persemaian.

Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang matang dan tepat agar mendapatkan bibit kangkung sempurna, sehingga kangkung dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Benih yang digunakan adalah bersertifikat yang jelas diketahui mutunya. Mutu benih mencakup mutu genetik, fisiologis, fisik dan patologis (Ilyas et all., 2007:10).

3) Penanaman.

Penanaman kangkung kosmetik atau sering disebut kangkung biji, sistem penanamannya atau budidaya tidak terlalu membutuhkan air dan waktu penamannya dimusim kemarau.

4) Pemupukan.

Pemupukan merupakan teknologi yang sangat penting. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara bagi tanaman agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang cukup baik. Menurut Lingga dan Marsono (2005) menyatakan bahwa dosis pupuk yang tepat merupakan salah satu pertimbangan dalam pertumbuhan tanaman. Untuk mendapatkan sayur yang mutunya baik dan hasilnya optimal, proses pemupukan sangat dianjurkan. Pupuk sendiri di bedakan menjadi 2, pupuk organik dan pupu anorganik. Kelebihan pupuk organik dibandingkan pupuk anorganik antara lain adalah tidak menimbulkan resiko pada hewan maupun manusia, mudah didapatkan dan memberikan dampak baik terhadap tanaman terutama musim kemarau, serta meningkatkan aktivitas mikroorganisme menguntungkan yang ada di dalam tanah.

5) Pengendalian Hama Dan Penyakit.

Hama penyakit kangkung yang sering terjadi pada saat budidaya kangkung dan proses pembenihan. Karena itu, pengendalian hama dan penyakit harus memperhatikan kondisi tanaman kangkung untuk

(9)

14

mempermudah pengendalian. Berikut beberapa hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman kangkung :

1. Bekicot.

Bekicot merusak tanaman kangkung engan menggrogoti batang dan daun tanaman kangkung, sehingga membuat tanaman menjadi busuk. Biasanya bekicot akan menggerogoti calon batang atau daun kangkung. Bekicot menimbulkan bakteri yang isa membuat kangkung layu dan perlahan menjadi busuk. Penyebab adanya bekicot adalah lahan yang lembab. Karena bekicot adalah hama yang hidup didaerah lembab, sehingga lahan kangkung paling sering dijadikan rumah bekicot. Pengendaliannya harus dilakukan sanitasi kebun dengan teratur dan basmi bekicot dengan membuang bekicot.

2. Ular Grayak.

Ular Grayak menyerang tanaman kangkung dengan menggrogoti daun hingga daun kangkung menjadi bolong – bolong dibagian tengah maupun di bagian pinggir. Penyebabnya adalah perawatan kebun yang kurang baik dan kebun tidak terjaga. Ular grayak menyebabkan daun kangkung berlubang kecil dan besar, serta bagian ujung daun tidak rata atau bergerigi. Pengendalian pada hama ular grayak adalah dilakukan sanitasi kebun secara maksimal. Membuang ulat grayak secara manual atau lakukan cara penyemprotan dengan insektisida diazonin sesuai petunjuk.

3. Ular Keket.

Hama uler keket menyerang tanaman kangkung pada bagian daung yang mengakibatkan kerusakan pada bagian daun kangkung.

Penyebab adanya ular keket pada kangkung karena lahan kangkung terlalu banyak rumput dan lahan tidak terawat. Pengendalian yang dapat dilakukan dengan pembersihan lahan dengan cara mencabuti

(10)

15

rumput, jaga jarak tanam dan pergiliran tanaman. Lakukan pengendalian dengan pestisida nabati seperti daun sirih, daun nimba, dan gadung.

4. Kutu daun (Aphid).

Kutu daun biasanya menyerang tanaman kangkung dengan besembunyi dibalik lengkungan daun sambil menghisap cairan tanaman, kutu daun dapat menghambat pertumbuhan tanaman kangkung. Penyebab dari keluarnya kutu daun, kurangnya penyiraman, pemupukan dan penyiangan yang kurang teratur.

Pengendaliannya dengan melakukan sanitasi kebun secara maksimal, dan lakukan penyemprotan dengan insektisida berbahan aktif.

5. Penyakit Karat Putih.

Penyakit ini menyerang permukaan daun terdapat karat putih dan membuat daun tidak normal. Penyebab munculnya karat putih adalah Jamur Albugo Ipomoe pandurate. Pengendalian dengan dilakukanya sanitasi kebun secara maksimal seperti penyiraman dengan teratur, perawatan maksimal dan melakukan penyemprotan Dithane M-45 atau benlate sesuai dengan petunjuk.

6. Penyakit Bercak Daun.

Penyakit bercak daun ini menyerang pada permukaan daun kangkung terdapat bercak berwarna kecoklatan hingga kehitaman, menyebabkan daun menjadi rusak dan daun menjadi tidak normal.

penyebab penyakit bercak daun adalah Jamur Cercospora bataticola dan Jamur Fusarium. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah melakukan pensortiran tanaman kangkug yang terserang penyakit bercak daun, dan pisahkan dari tanaman yang tidak terkena peyakit bercak daun untuk mencegah penyebaran jamur

(11)

16

dan melakukan penyemprotan menggunakan larutan WT bakterisida sesuai dosis yang ditentukan.

2.8 Kerangka Pemikiran

Dalam pelakasanaan usahatani kangkung kosmetik penggunaan faktor produksi seperti luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja sangat mempengaruhi produktivitas kangkung kosmetik yang berkaitan langsung dengan pendapatan petani. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka diperlukan pengelolaan usahatani dengan cara penggunaan faktor produksi secara efisien, apabila dilakukan secara efisien maka biaya yang dikeluarkan petani akan minim dan tidak terjadi pemborosan. Dengan harapan petani akan mendapatkan pendapatan yang maksimal dari usahatani kangkung kosmetik yang dilakukan.

Untuk mempermudah pelakanaan penelitian agar tercapai tujuan yang dimaksud, digunakan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Usahatani Kangkung Kosmetik

Biaya Usahatani Penerimaan Pendapatan

(12)

17

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Tidak Layak Layak

Analisis Kelayakan R/C & B/C

Referensi

Dokumen terkait

Tapi yang pasti, masa bhekalan ditentukan oleh kedua belah pihak keluarga pasangan.4 Melihat kondisi masyarakat di Desa Sumber Kerang yang notabene memiliki pengetahuan agama

Interaksi antara konsentrasi starter dengan lama fermentasi yang paling berpengaruh terhadap kadar gula reduksi yang paling tinggi pada perlakuan KcLc

Untuk memahami lirik-lirik puitis dalam saluang dperlukan suatu pengetahuan yang memadai tentang beberapa sistem nilai budaya dalam masyarakat Minangkabau, misalnya sistem

iz 2014, rezultati ovoga istraživanja pokazuju da na smanjenje broja pušača najma- nje utječe ograničavanje oglašavanja i reklamiranja duhan- skih proizvoda te se znatno

Menurut penelitian Sear, dkk (1944) rancangan bangunan asrama sendiri berpengaruh pada penghuni di dalamnya. Misalnya: asrama berlorong panjang dengan asrama terpusat, dimana

Pasal 116 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan

Pada dosis berulang 2 kali sehari setelah pemberian ekstrak A.champeden dihentikan (D5 dan D6), kenaikan pertumbuhan parasit rata-rata pada tiap dosis lebih kecil dibanding

Perubahan yang terjadi pada siklus II antara lain: (1) pendekatan guru seperti apersepsi, motivasi dan pengelolaan kelas sudah sangat baik dan sesuai, sehingga siswa