• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II: KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

Tujuan dari pembangunan Student Housing (asrama mahasiswa) Universitas Mercu Buana yaitu terciptanya suatu landasan program perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiswa (student housing) Universitas Mercu Buana sesuai dengan konsep yang dapat mengakomodasi semua kebutuhan dan kegiatan penghuninya selain sebagai tempat tinggal sementara juga untuk tempat pengembangan diri untuk meningkatkan kualitas pendidikan serta mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :

Perancangan Kota ; Desain mempertimbangkan RTRW kawasan agar selaras dengan pengembangan perencanaan dan perancangan kawasan karena ketinggian Student Housing ini adalah 8 lantai.

Masterplan ; Lantai dasar atau basement difungsikan untuk parkir bus kampus, aktivitas mahasiswa, kantin, dan ruang-ruangan penunjang kegiatan mahasiswa, termasuk sport center untuk mahasiswa. Lantai satu dan dua digunakan untuk parkir kendaraan. Lantai 2-8 digunakan untuk asrama (area penginapan dan penunjangnya)

Arsitektur Hemat Energi ; Perancangan bangunan menerapkan kaidah arsitektur berkelanjutan berupa konsumsi energi dan air yang efisien dan fleksibel terhadap penggunaan sumber energi. Penerapan Zero Run Off/ Water Harvesting. Perencanaan Kaidah Arsitektur Hemat Energi juga mengacu pada PERMEN PU Nomor 05/PRT/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi dan PERGUB DKI Jakarta Nomor 032 tahun 2012 tentang Bangunan Hijau.

(2)

Tipe ; Arsitektur bangunan Student Housing dapat mencerminkan bahwa bangunan tersebut adalah hunian vertikal di lokasi kawasan tepi sungai dan diharapkan memiliki ciri khas tertentu untuk bangunan sejenis di DKI Jakarta dengan tetap mempertimbangkan ciri khas lingkungan disekitarnya.

Lansekap ; Meminimalkan perkerasan dalam lokasi dan memberi peneduhan yang cukup pada permukaan perkerasan. Memiliki ruang terbuka sebagai ruang publik atau communal space pada bangunan dan lansekap yang selaras dan berkesinambungan. Perancangan jalur pedestrian yang nyaman terpisah dengan jalur kendaraan bermotor serta Penyediaan aksesibilitas bagi para difabel baik di area dalam dan luar bangunan serta lingkungannya. Pada lokasi wajib mempertimbangkan jalur sirkulasi untuk keperluan jalur pemadam kebakaran, ambulans dan Drop Off.

Sosial ; Calon Penghuni adalah sebagian mahasiswa asal luar kota dan sebagian mahasiswa dalam kota, serta masyarakat umum yang menggunakannya sebagai penginapan transit.

Biaya Bangunan ; Taksiran biaya pembangunan masih dalam koridor yang wajar bagi ukuran bangunan gedung negara berlantai 8 dengan elevator

sebagai penghubung utama antar lantai. Keseimbangan antara pertimbangan ekonomis dengan kualitas yang wajar (reasonable) dengan menerapkan standar dan modul yang fleksibel baik untuk material maupun peralatan.

(3)

2.2. Studi

Pustaka

2.2.1. Asrama

a. Definisi Asrama Mahasiswa

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah bangunan tempat tinggal bagi orang orang yang bersifat homogen. Misalnya, asrama mahasiswa, asrama polisi, asrama haji, asrama putra, dan lain lain. Asrama mahasiswa adalah suatu lingkungan perumahan sebagai tempat tinggal mahasiswa, yang dalam perkembangan lebih lanjut, dimungkinkan memiliki sarana lingkungan untuk melengkapinya, seperti perpustakaan, pengadaan buku, kantin, olah raga dan sarana lainnya yang diperlukan yang dikelola oleh mahasiswa dalam bentuk koperasi. (Keputusan Presiden Nomor 40 1981, 2007)

Menurut de Chiara (2001), perumahan untuk mahasiswa merupakan kesempatan yang baik untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di Institusi Akademik. Hasrat untuk menyediakan ruang bagi mahasiswa yang mewadahi kegiatan komputerisasi yang aktif, nyaman, dan adanya kesempatan bersosialisasi merupakan prioritas dari rencana Universitas dan Perguruan Tinggi.

b. Jenis Asrama Mahasiswa

Menurut Ernest Neufert (1989), ukuran pondok siswa (asrama) dibedakan menjadi 4, yaitu:

 Pondok kecil mampu menampung 30 50 tempat tidur

 Pondok sedang menampung 40 100 tempat tidur

 Pondok besar menampung 100 125 tempat tidur

 Pondok sangat besar menampung 250 600 tempat tidur

Terbesar mampu menampung 120 180, paling banyak 400 tempat tidur. Jumlah tempat tidur dihubungkan dengan jumlah tamu rata rata, sedang tempat tidur didesain dalam ukuran besar agar dapat menampung lebih banyak tamu.

Berdasarkan sistem pengelolaan, asrama dibagi menjadi 3 jenis (Kumalasari, 1989), yaitu:

(4)

1) Self contained; pengelolaannya dilakukan oleh suatu badan usaha dimana penghuni di dalamnya merupakan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi yang berdiri sendiri dan terlepas dari peraturan sebuah perguruan tinggi. Asrama ini lebih mementingkan segi sosial.

2) Komersial; pengelolaannya dilakukan oleh suatu badan usaha dengan tujuan mendapatkan keuntungan sebesar besarnya dengan harga sewa sesuai dengan lokasi dan fasilitas yang disediakan.

3) Bersubsidi; pengelolaannya dilakukan oleh suatu badan usaha, dimana demi kelangsungan operasionalnya mendapatkan subsidi. Terdapat dua macam asrama mahasiswa, yaitu bersubsidi sebagian dengan anggaran pengelolaan dibebankan sebagian kepada penyewa dan bersubsidi seluruhnya dengan anggaran pengelolaan ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah, swasta, atau lembaga lainnya yang bertujuan meringankan beban mahasiswa.

c. Aspek Prilaku dalam Asrama Mahasiswa

Dalam buku Designing Place for People, Deasy dan Lasswell (1985) mengulas lebih jauh mengenai aspek aspek perilaku manusia di dalam asrama. Asrama merupakan tipe dari perumahan yang sifatnya tetap dan memiliki karakter karakter yang khas. Biasanya suatu asrama selalu berhubungan dengan institusi pendidikan, khususnya pendidikan yang setingkat dengan universitas. Pada mulanya asrama merupakan tempat tinggal bagi orang orang yang tidak saling mengenal sehingga situasi demikian seringkali menjadi kesulitan bagi penghuninya. Dalam perencanaan asrama, pemikiran khusus seharusnya diberikan kepada masalah masalah yang berhubungan dengan sosialisasi dan individu yang bercampur di dalamnya dengan kebiasaan yang berbeda beda. Berikut ini aspek aspek perilaku di dalam asrama:

1) Keselamatan Pribadi (Personal Safety), di dalam asrama tidak lepas dari bahaya kriminal dan kekerasan, yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: peraturan asrama yang kurang ketat dan kurangnya pertahanan desain bangunan asrama.

2) Hak teritorial antara institusi pemilik asrama dan penghuni asrama. Hak para penghuni walaupun bersifat sementara, bukan berarti tidak penting, karena mereka harus menaati peraturan peraturan yang telah ditetapkan bersama. Peraturan tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan penghuni

(5)

agar memiliki perasaan teritorial tempat tinggal mereka yang bersifat temporer (sementara).

3) Privacy sangat penting bagi penghuni asrama sebagaimana orang lain membutuhkannya, tetapi hal ini sangat sulit didapatkan di dalam asrama karena dihuni oleh banyak orang.

4) Pembentukan Kelompok (Friendship), biasanya terjadi pada tahun kedua, dimana pada tahun pertama antar penghuni masih menyesuaikan diri dengan penghuni lain. Pembentukan kelompok ini juga dapat meningkatkan rasa aman (personal safety) dan nyaman di dalam asrama.

d. Aspek Aktivitas dalam Asrama Mahasiswa

Menurut de Chiara, aktivitas di dalam asrama mahasiwa adalah sebagai berikut: 1) Belajar

Terdapat berbagai macam metode belajar dan juga berbagai macam alat menunjang belajar. Perencanaan ruang mahasiswa harus mengakomodasi berbagai macam metode dan berbagai alat penunjang belajar yang digunakan mahasiswa. Dengan meningkatnya bidang dan pengaruh teknologi, maka penting untuk mempertimbangkan ketersediaan teknologi infrastruktur paling fleksibel dan maju pada waktu merancang. Untuk mengakomodasi segala kemungkinan, maka baik apabila disediakan ruang untuk meja belajar (desk) yang cukup dan lemari penyimpanan. Meja belajar mahasiswa digunakan untuk banyak aktivitas termasuk belajar. Aktivitas ini mensyaratkan untuk tersedianya ruang akan peralatan spesifik seperti komputer, monitor, keyboard, mouse, mouse pad, stereo, dan lampu belajar. Meja belajar ini juga menjadi tempat untuk membaca, mencatat, mencari referensi materi, dan menulis. Lokasi sumber data dan lemari penyimpanan dan juga rak buku juga harus diperhitungan. Kombinasi ruang yang disyaratkan di atas dengan penambahan ruang untuk perlengkapan pribadi (perhiasan) menjadi tidak cukup apabila memanfaatkan meja belajar ukuran 42 inci.

2) Tidur

Pola aktivitas mahasiswa jarang konsisten, mahasiswa dapat tidur kapan pun baik siang maupun malam. Dua penghuni dalam satu ruang jarang memiliki jadwal yang sama. Ujian dan aktivitas sosial membentuk pola mereka secara

(6)

meluas. Terdapat beragam pola yang saat ini mengakibatkan konflik dalam satu unit ruang hunian. Variabel ini menjadi penting dalam mempertimbangkan perabot dan layout dalam ruang mahasiswa.

3) Bersosialisasi

Ruang mahasiswa selalu mengundang ketidak selarasan sosial. Tetapi, dengan pemisahan pada penekanan kegiatan belajar dan tidur, justru berlawanan sebagai lingkungan sosial. Aktif, perabot bebas (perabot yang mudah dipindah) mengijinkan mahasiswa untuk berkesempatan mengatur ruang dengan cara yang paling efektif di pertemuan sesuai dengan kebutuhan mereka, hal tersebut harus memungkinkan adanya percakapan atau pertemuan yang intim dengan jumlah penambahan secara individu pada ruang privat.

Aktivitas yang diselenggarakan dalam asrama terdiri dari aspek aspek:

 Pengembangan penalaran dengan adanya arahan dan fasilitas yang mendukung, seperti pembentukan kelompok belajar dan kelompok diskusi dan penyediaan ruang bersama.

 Pengembangan moral dengan mengarahkan mahasiswa dalam hal perilaku yang benar, menanamkan disiplin, kepercayaan kepada Tuhan, rasa menghormati di antara pemeluk agama dan ikut merawat serta menjaga lingkungan asrama beserta isinya.

 Pengembangan olahraga dengan mengarahan mahasiswa untuk melakukan olahraga yang sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki dalam rangka menumbuhkan kesadaran akan manfaat olahraga untuk menjaga kesegaran jasmani. Hal tersebut dapat terlaksana dengan penyediaan fasilitas olahraga yang memadai. (Designing Place for People, 1985)

e. Daya Tampung Tiap Kamar

Penentuan daya tampung tiap tiap kamar berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

Privacy, ketenangan dan kenyamanan bagi penghuni terjaga dengan baik

 Diusahakan semaksimal mungkin langkah langkah pencegahan terhadap perkelahian, kekerasan, dan penyimpangan penyimpang yang tidak pada tempatnya.

(7)

 Membantu menciptakan kemandirian, namun tetap memperhatikan lingkungan sosial sekitarnya.

 Mengingat agar biaya sewa tidak terlalu tinggi maka diusahakan pemakaian luas lantai yang seoptimal mungkin.

Berdasarkan pertimbangan di atas, daya tampung tiap kamar sebagai berikut:

 Dalam 1 kamar dihuni 1 orang (single room) Kelebihan: rasa privacy tinggi, kedisiplinan lebih mudah ditanamkan, serta cara belajar individu yang lebih efisien. Kekurangan: berkurangnya rasa kebersamaan, membutuhkan banyak ruang dan biaya pemeliharaan tinggi.

 Dalam 1 kamar dihuni 2-3 orang (double/triple room) Kelebihan: lebih menonjolkan rasa kebersamaan, cara belajar dalam kelompok lebih baik, biaya pemeliharaan lebih murah. Kekurangan: rasa privacy kurang, bagi yang biasa belajar individu menjadi terganggu.

 Dalam 1 kamar dihuni 4 orang (four-student room) Kelebihan: rasa kebersamaan dalam kelompok lebih besar, biaya pemeliharaan lebih murah, Kekurangan: rasa privacy kurang terjamin, cara belajar individu kurang efisien, mudah timbul pelanggaran peraturan yang berlaku dan akan menimbulkan perasaan kurang / tidak aman. (Kumalasari, 1989).

Jumlah penghuni dalam 1 kamar

Privacy Kedisiplinan Kebersamaan Biaya

1 orang Tinggi Tinggi Rendah Tinggi

2-3 orang Sedang Sedang Sedang Sedang

4 orang Rendah Rendah Tinggi Rendah

Tabel 1 . Perbandingan Daya Tampung(kapasitas) Tiap Kamar.

 Suite

Suite adalah susunan yang terdiri dari empat atau lebih mahasiswa yang berbagai semua orang dalam single atau double rooms, dengan atau tanpa kamar mandi, dan tentu saja dengan ruang komunal ekstra. Melalui cara ini, kelompok mahasiswa bekerja dan hidup bersama dengan jelas memiliki satu ruang di bawah kontrol mereka yang mungkin digunakan untuk tiga aspek

(8)

utama ruang hunian, yaitu tidur, belajar, dan beraktivitas sosial. Ruang komunal dalam suite mengurangi tekanan rasa dua mahasiswa yang mencoba berbagi satu ruang. Ruang ini juga disediakan untuk aktivitas sosial layaknya di ruang tamu bangunan perumahan. Pembagian jumlah ruang secara adil berdasarkan jumlah mahasiswa membuat kemungkinan adanya dengan kamar mandi dengan skala perumahan untuk suite bagi mahasiswa, termasuk pelayanan, dan fasilitas kebersihan. Penurunan syarat perawatan akan melunasi kenaikan biaya awal yang berupa fasilitas kamar mandi yang kecil. Selain itu juga peningkatan secara luas dari waktu ke waktu akan kualitas penghuni dalam lingkungan perumahan untuk mahasiswa.

 Apartemen

Apartemen berbeda dari suite karena menyediakan dapur. Terdiri dari single rooms atau double rooms yang dibangun mengelilingi ruang komunal seperti suite, atau mungkin dengan jumlah mahasiswa dalam ruang tidur dan ruang komunal lain untuk bersosialisasi, pertemuan, dan belajar. Beberapa mahasiswa beranggapan mereka akan mendapatkan makanan dengan harga murah jika mereka memasak dan belanja sendiri. Karena itu, apartemen mensyaratkan kapasitas ruang untuk suplai makanan yang cukup untuk jumlah penghuni yang hidup di apartemen. Mahasiswa yang tinggal di apartemen atau di luar kampus sering memiliki alternatif untuk makan di rumah. Pusat servis makanan akan menyediakan hal tersebut dan melayani untuk banyak mahasiswa. Banyak hal menarik di apartemen dan perbandingan kebebasan dari kontrol lingkungan, salah satunya penghargaan untuk aktivitas di luar pendidikan. Hal ini bukan berarti universitas melupakan tanggung jawab tetapi lebih ke pengakuan akan kualitas kemandirian mahasiswa. Mahasiswa yang tinggal di apartemen memelihara terciptanya relasi dengan berbagai ruang. Pola ini lebih ke angkatan atas dengan mahasiswa baru dan sebaliknya. Mahasiswa berkemampuan dalam menyusun perkenalan kampus dan saat ini memperhatikan dalam mengolah pertemanan. Apartemen seperti suite, dapat berkelompok untuk mewadahi aktivitas yang dikombinasi pemakaian ruangnya untuk rekreasi, belajar, dan sosial sehiangga ukuran pertemanan semakin mungkin meluas. Sejak kunci perbedaan antara suite dengan apartemen terletak pada dapur, ketentuan akan termasuk dalam lokasi stop kontak dapur. Ini memungkinkan di masa mendatang untuk perubahan fungsi dan mempertinggi tingkat fleksibelitas. (Time-Saver Standards For Building

Types

, 2001).

(9)

f. Bentuk Asrama Mahasiswa

Menurut penelitian Sear, dkk (1944) rancangan bangunan asrama sendiri berpengaruh pada penghuni di dalamnya. Misalnya: asrama berlorong panjang dengan asrama terpusat, dimana kamar kamar mengelilingi sebuah ruang duduk bersama., keduanya memliki fasilitas dan kapasitas yang sama. Hasil penelitian menunjukan bahwa para mahasiswa yang tinggal di asrama terpusat lebih suka bergaul dan ramah karena adanya suatu ruang yang digunakan bersama sama dengan kapasitas kontak sosial lebih besar sehingga timbul suasana kekeluargaan dan keinginan satu sama lain untuk saling mengenal.

g. Kebutuhan Ruang Mahasiswa

Secara umum, bangunan asrama mahasiswa membutuhkan beberapa ruang sebagai penunjang kegiatan belajar mahasiswa, dan ruang yang dapat mewadahi segala kegiatan dan kebutuhan pokok mahasiswa akan tempat tinggal dan tempat bersosialisasi antar sesama penghuni asrama. Kebutuhan asrama berdasarkan standar bangunan asrama adalah sebagai berikut:

1) Ruang ridur

(10)

Ruang tidur melayani kegiatan tinggal dan sosialisasi, namun kedua kegiatan tersebut dipisahkan secara fisik. Penataan perabot kamar tidur diupayakan agar dapat menghemat pemakaian ruang dan menciptakan suasana keakraban seperti layaknya suatu keluarga. Tempat tidur dipilih yang tunggal dan tidak permanan. Lemari pakaian dipilih yang tunggal dan permanen untuk mengurangi kecenderungan mahasiswa membuat sekat sekat yang mengurangi rasa kesatuan dan persaudaraan di dalam kamar tidur. Berikut ini merupakan alternatif penataan dan kesan yang tampil: Penataan perabot kamar belajar pribadi diupayakan agar menghemat tempat tetapi cukup memberi suasana belajar yang nyaman dan privacy.

2) Ruang makan bersama dan dapur

Ruang makan bersama ini diperuntukkan bagi seluruh penghuni asrama, di samping itu untuk mengatur agar kegiatan makan bersama benar benar bermanfaat untuk kegiatan sosialisasi dan menumbuhkan kebiasaan kebiasaan seperti:

 Kebiasaan menghargai hak milik orang lain

 Kebiasaan berbagi dengan orang lain

 Kebiasaan makan secara teratur

 Kebiasaan makan dengan etiket

Ruang makan selain berfungsi sebagai ruang untuk makan bersama bagi penghuni asrama, juga berfungsi sebagai tempat berkumpul dan bersosialisasi bagi penguni asrama di luar waktu kuliah.

(11)

3) Kamar Mandi dan Ruang Cuci

Pelayanan kamar mandi dan WC didasarkan pada pertimbangan:

 Keleluasaan pribadi

 Kemudahan pengaturan giliran

 Kemudahan perawatan

4) Ruang rekreasi

Ruang ini digunakan sebagai tempat bersantai dan melakukan kegiatan bersama, misalnya: menonton televisi, dan bersosialisasi antar penghuni asrama.

5) Sarana Olahrga

Sebagai komunitas muda, mahasiswa membutuhkan suatu sarana dan ruang untuk menyalurkan hobi mereka dalam berolahraga, untuk itu di dalam lingkungan asrama harus terdapat suatu ruangan untuk mewadahi kegiatan tersebut.

6) Ruang Serba Guna atau Ruang Bersama

Ruang serba guna di dalam asrama berfungsi sebagai tempat tinggal untuk melakukan kegiatan bersama yang diadakan secara rutin maupun insidental. Gedung serba guna ini selain sebagai bangunan pendukung di dalam asrama juga berfungsi sebagai ruang bersama yang dapat meningkatkan kebersamaan antar penghuni di dalam asrama. Suasana yang dibutuhkan dalam ruang serba guna ini adalah:

 Sirkulasi udara dalam ruang baik

 Memperoleh pencahayaan yang cukup

 Ruang luas dengan minim sekat, sehingga suasana keterbukaan lebih terlihat

7) Ruang Belajar dan Perpustakaan Bersama

Ruang belajar bersama ini diperuntukkan khusus bagi penghuni asrama dan didasarkan pada pertimbangan:

 Keleluasaan dan kenyamanan belajar

 Interaksi

 Kemudahan

(12)

Di samping itu ruang perpustakaan juga menjadi salah satu bagian utama di dalam asrama, karena ruangan ini digunakan untuk mendukung kegiatan utama mahasiswa, yaitu belajar, menambah pengetahuan, dan sebagai ruang bersama.

8) Area Parkir dan Ruang Hijau

Di dalam lingkungan asrama mahasiswa harus disediakan area parkir dan ruang hijau sebagai bagian dari fasilitas pendukung kegiatan penghuni asrama.

Gambar 3 . Area Parkir dan Ruang Hijau

9) Ruang Pengelola Asrama

Ruang pengelola yang terdiri dari ruang tamu, ruang administrasi, serta ruang petugas, menjadi bagian di dalam lingkup bangunan asrama mahasiswa. Ruangan ini digunakan sebagai wadah dan sarana bagi staf pengelola asrama dalam menjaga dan mengawasi segala kegiatan yang berlangsung di dalam asrama mahasiswa.

(13)

2.2.2. Arsitektur Hemat Energi

a. Definisi Arsitektur Hemat Energi

Arsitektur hemat energi (energy efficient architecture) adalah arsitektur dengan kebutuhan energi serendah mungkin yang bisa dicapai dengan mengurangi jumlah sumber daya yang masuk akal (Enno, 1994). Dengan demikian, arsitektur hemat energi ini berlandaskan pada pemikiran meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun produktifitas penggunanya. Konsep Arsitektur Hemat Energi ini mengoptimasikan sistem tata cahaya dan tata udara, integrasi antara sistem tata udara buatan – alamiah dan sistem tata cahaya buatan – alamiah serta sinergi antara metode pasif dan aktif dengan material dan instrumen hemat energi.

b. Aspek Penentu Bangunan Hemat Energi

Bebarapa aspek bangunan selama proses perencanaan, perancangan dan pengoperasian gedung perlu diperhatikan secara serius karena akan sangat mendukung target 'hemat energi' saat bangunan tersebut di operasikan selama umur bangunan (100 - 150 tahun). Hal tersebut sebenarnya sudah dapat dianalisis (dideteksi/ diprediksi) sejak tahap awal perencanaan melalui life cycle costing analysis (LCCA). Aspek-aspek tersebut adalah:

Aspek Lingkungan External di luar Bangunan

Aspek lingkungan eksternal utama yang sangat berperan di dalam menentukan tingkat kenyamanan dan selanjutnya menentukan tingkat kehematan energi adalah Iklim yang mencakup antara lain:

1. panas radiasi matahari (diffuse atau direct) 2. ambient temperatur

3. kelembaban

4. curah hujan (prespitasi)

5. kecepatan angin (arah dan kekuatan)

6. kemurnian udara (air quality)

Aspek lingkungan external lainnya yang ikut menentukan antara lain: topografi, hewan dan vegetasi (landscape).

(14)

Aspek Arsitektur Bangunan

Beberapa aspek perencanaan bangunan (arsitektur bangunan) sangat menentukan tingkat kehematan pemakaian energi yang dapat dicapai oleh suatu bangunan saat di operasikan. Antara 40% - 60% energi yang diproduksi oleh sistem AC digunakan untuk mendinginkan beban panas radiasi dan konveksi yang terjadi sebagai konsekuensi tersebut. Aspek-aspek tersebut antara lain: Panas radiasi matahari, udara panas dan lembab yang masuk baik secara langsung, tidak langsung maupun

infiltration. Perbedaan temperatur luar (31°C - 35°C) dan kelembaban luar (85%) dengan temperatur nyaman dalam (interior) (22°C - 26°C) dan kelembaban yang diinginkan (60%) yang terjadi karena perbedaan ruang dan proses perpindahan panas diatas perlu dikondisikan. Magnitude nya tergantung kepada aspek arsitektur bangunan antara lain: pemakaian bahan bangunan, pemakaian pelindung matahari, bentuk massa bangunan, orientasi bangunan, dan Iain-lain. Pengambilan keputusan yang menyangkut aspek arsitektur bangunan secara tepat pada tahap awal mampu menurunkan beban panas yang diterima bangunan sebesar 12% - 18%.

Aspek terpenting dalam Arsitektur Bangunan antara lain :

1. Orientasi Bangunan

Bentuk dan orientasi massa suatu bangunan terhadap jalur matahari menentukan besarnya beban panas langsung/ tak langsung yang akan diterima oleh suatu fasade bangunan. Untuk suatu massa bangunan berbentuk persegi panjang, sangat disarankan agar penataan orientasi bangunan sebaiknya direncanakan sedemikian rupa, sehingga kedua sisi terpendek bangunan menghadap langsung ke arah matahari terbit/ terbenam dari pada sisi panjangnya. Hal ini akan mengurangi secara langsung besarnya beban intake yang akan diterima langsung oleh fasade bangunan tersebut. Atau pada kedua sisi terpendek tersebut dapat sekaligus direncanakan sebagai core area atau service area suatu bangunan.

2. Pemakaian Bahan Selubung Bangunan

Selubung bangunan (dinding luar) mencakup antara lain seluruh permukaan bangunan yang berhubungan langsung dengan lingkungan eksternal, antara lain: dinding (masif atau transparant), atap dan lantai. Namun, perpindahan panas (heat transfer) secara signifikan terjadi hanya melalui permukaan permukaan dinding dan atap, sehingga perencanaan (konstruksi) yang dilakukan pada permukaan tersebut perlu mendapat perhatian serius agar tujuan penghematan dapat tercapai.

(15)

Magnitude perpindahan panas suatu permukaan tergantung kepada thermal conductivity dari gabungan bahan bangunan yang membentuk permukaan tersebut dan perbedaan temperatur luar dan dalam yang terjadi. Untuk suatu bahan bangunan, besarnya penerusan panas tergantung terhadap faktor konduktivitas bahan bangunan tersebut (U-value). Harga-harga V-value tersebut dapat ditemui pada beberapa buku yang secara khusus membahas heat transfe mechanism.

Semakin tinggi U-value suatu jenis bahan, maka kemampuan mereduksi panas semakin keci atau kemampuan meneruskan panasnya pun semakin besar.

3. Perhitungan OTTV

OTTV atau harga overall thermal transfer value suatu permukaan fasade adalah suatu metode perhitungan yang dilakukan untuk menentukan secara teoritis besarnya beban panas yang akan masuk melalui suatu konstruksi permukaan bangunan (dinding dan atap) pada bangunan yang menggunakan peralatan pendingin (AC). Perhitungan OTTV oleh sementara ahli bangunan dan pemerintah beberapa negara di ASEAN (Singapore, Malaysia, Thailand) dianggap cukup baik untuk mengontrol dan memprediksi besarnya beban panas yang akan terjadi. Sebagai contoh OTTV untuk bangunan hemat energi bagi beberapa negara tersebut diatas pernah disepakati bersama sebesar 45 W/m2 bangunan, namun pada tahun 2001, diturunkan lagi menjadi 30 - 35 W/m2 karena perkembangan teknologi bahan bangunan seperti bahan dinding dan kaca pada bangunan bukaan (fenestration) dan pemakaian teritisan {shading device) secara baik dan benar. Suatu perkembangan yang menarik adalah meningkatnya kesadaran bersama antara pemilik dan pemakai (pengelolah) gedung, pemerintah dan arsitek terhadap penghijauan lingkungan dan perkotaan pada negara-negara tersebut di atas. Konsep seperti menghijaukan kembali setiap permukaan dengan tanaman hidup seperti pada setiap pengerasan

(hard surface) atau pada dak beton dengan suatu taman tap (roof top garden),

secara tidak langsung mengurangi perbedaan temperatur lingkungan secara signifikan, dan selanjutnya menurunkan perbedaan temperatur eksternal dengan temperatur internal bangunan. Suatu penelitian yang dilakukan di Singapura menunjukkan permukaan dak beton yang ditanam dengan tanaman rumput dan perpohonon rendah mengurangi reduksi panas permukaan sebesar 25 C - 33°C. Dan temperatur lingkungan pun turun antara 1°C - 2°C (Nparks, 2002). Effek perbedaan temperatur lingkungan akan menyebabkan perbedaan tekanan udara

(16)

yang menyebabkan pergerakan udara (angin). Angin yang bergerak akan memnerikan efek penyegaran dan juga secara langsung mengurangi temperatur permukaan (dinding) bangunan yang dilaluinya atau mengurangi heat transfer

permukaan dinding pada bangunan. Sehingga efek tidak langsung di atas secara langsung mengurangi beban panas yang masuk ke bangunan dan dapat mencapai sekitar 30% dari situasi sebelumnya.

Aspek Pengoperasian Peralatan Mekanisme AC

Peralatan mekanis seperti unit AC banyak digunakan sebagai penyelesaian desain secara aktif, karena metodologi desain secara pasif sudah tidak memungkinkan lagi karena konstrain tertentu. Fungsi utama unit AC adalah pengkondisian udara yaitu menjaga kondisi ruang agar tetap nyaman dalam batasbatas sebagai berikut:

1. temperatur (22°C - 23°C) 2. kelembaban (60%)

3. kemurnian (filter) udara (bebas pollutant), menghilangkan bau

4. pertukaran udara: unfresh indoor air dengan fresh outdoor air.

5. terjadinya efek pergerakan udara dengan suatu kecepatan rendah (dibawah 0.5 m/s).

Penggunaan unit AC sebagai peralatan mekanis gedung yang menurut pengukuran adalah pemakai energi listrik terbesar (40% - 60%) sudah menunjukan suatu kecenderungan dan kemapanan. Sehingga, keyakinannya adalah bahwa pemakaian AC adalah suatu hal yang mutlak dan tidak dapat terhindarkan. Oleh karena itu, penghematan dari aspek berikut menjadi sangat tergantung kepada tingkat efisiensi atau performance system peralatan tersebut secara utuh (set) didalam memberikan pelayanan dan menjalankan fungsinya. Tingkat efisiensi dari pengoperasian sistem AC ditentukan antara lain oleh nilai COP (coefficient of performance) atau nilai EER

(energy efficient ratio). Semakin tinggi nilai COP atau EER, maka semakin tinggi tingkat effisiensi atau hemat energi suatu sistem AC beroperasi. Harga COP umumnya berkisar antara 2.00 - 6.50. Harga tersebut sangat tergantung kepada media pendingin yang digunakan pada kondenser dan dapat dibedakan (diinformasikan) menurut warna label yang tercantum pada produk AC. Sebagai contoh:

COP rata-rata pendingin udara adalah 3.00 COP rata-rata pendingin air adalah 4.50

(17)

Dengan mudah, penghematan energi melalui unit AC ini dapat dilakukan dengan menggunakan sistem AC yang menggunakan pendingin air (COP 4.50) dari pada sistem pendingin udara (COP 3.00). Tingkat konservasi energi yang dapat dicapai antara 30% - 40% dari pemakaian energi untuk sistem AC tersebut. Namun perlu diingat, bahwa penggunaan sistem pendingin air akan membutuhkan kesediaan air bersih serta ruang pengolahan air yang cukup besar dibandingkan dengan pendingin udara yang cukup diletakkan pada daerah terbuka saja (umumnyadi rooftop).

Pemakaian peralatan mekanis lainnya yang cukup signifikan untuk ditinjau segi hemat energi-nya adalah sistem penerangan (± 20%) dan pemakaian unit-unit beban dalam jumlah besar seperti komputer, printer, mesin fotocopy dan pemanas lainnya yang terdapat di dalam gedung, bisa menjadi pemakai energi listrik signifikan di dalam bangunan dan perlu diatur management pengoperasiannya. Selama ini, perkembangan menunjukkan prosentase pemakaian energi dan penghematan yang dimungkinkan oleh peralatan tersebut umumnya jauh lebih kecil dari pada sistem pendingin AC, sehingga pembahasan lebih lanjut jarang dilakukan. Hal tersebut menunjukkan adanya suatu kesempatan untuk diteliti lebih

lanjut.

Aspek Pengoperasian Management Gedung

Pemilihan sistem managemen gedung selama umur bangunan mencakup sistem operasi, servis/ pemeliharaan (maintenance), penggantian (retrofitting) dan perbaikan (renovation) baik sebaian maupun seluruhnya. Sistem manajemen gedung menentukan tingkat pemakaian (penghematan) energi dalam bangunan, terutama mencakup pemakaian energi bagi semua peralatan mekanis yang memang memiliki umur efektif dan jadwal pemeliharaan dan penggantian spare parts berkala agar berfungsi optimal. Sebagai contoh: apabila suatu peralatan AC apabila temperatur kondenser naik (+1°C), maka kapasitas mesin pendinginan turun (-1.2%) dan konsumsi daya listrik pun naik (+1%), sehingga EER-nya turun (-2.2%). apabila temperatur referigeran evaporator turun 1°C), kapasitas pendingin mesin turun (-3.6%), konsumsi daya listrik turun (-1.3%), EER pun turun (-2.3%). Magnitude temperatur kondenser dan evaporator erat berkaitan dengan service dan maintenace

sistem AC tersebut dan dapat menghindari dari kerusakan lebih jauh dengan biaya yang lebih besar.

(18)

Penerapan Sistem Automasi Gedung

Untuk mengoptimalkan sistem pengoperasian dan distribusi pemakaian energi seluruh peralatan mekanis (M&E) yang terdapat di dalam gedung seperti: sistem HVAC, sistem penerangan, sistem transportasi vertikal/ horisontal (lift dan escalator), sistem plumbing (air bersih/ kotor dan kotoran), distribusi beban listrik, dan lain lain, secara tepat dan efisien agar penghematan energi dan sinergi tercapai, maka pemilihan sistem operasi yang terintergrasi secara utuh (total) menjadi suatu pilihan yang tepat. Suatu sistem operasi gedung yang terintegrasi dalam satu sistem manajemen pengendalian terpadu dikenal dengan sistem BMS gedung (building management system). Tujuan dari sistem manajemen adalah meningkatkan efisiensi pemakaian beban dan menghilangkan pemakaian energi yang sia-sia (idle). Agar pengoperasian seluruh sistem M&E dapat berjalan secara automatic (mandiri) maka pada sistem bangunan dikembangkan suatu sistem BAS (building automation system), karena dengan sistem manual tidak akan mencapai suatu kondisi optimum, misalnya pengaturan temperatur dan penerangan interior dengan sensor sesuai dengan perubahan dinamis beban panas dan kuat penerangan yang disyaratkan sehingga dapat menghidup-matikan penerangan secara automatis, dan Iain-lain. Sistem BAS juga dilengkapi dengan suatu sistem monitoring (kontrol) terintegrasi dengan schedulle maintenance, sehingga waktu servis dapat ditentukan sesuai dengan kondisi performance peralatan mekanis yang dioperasikan. Penerapan sistem BMS dan BAS selanjutnya banyak dibahas sebagai bagian dari sistem bangunan pintar atau intelligent building systems.

(19)

2.3. Studi

Banding

Sayembara Student Housing-UI Depok

Gambar 4. Desain Sayembara Student Housing-UI Depok

a. Deskripsi

Desain sayembara Student Housing merupakan fasilitas pelayanan penunjang akademik yang akan dikembangkan di bawah pengelolaan Universitas Indonesia (UI) bekerjasama dengan para partisipan, baik individu maupun institusi-institusi di luar kampus. Prioritas penghuni Student Housing adalah mahasiswa pasca sarjana, mahasiswa asing/kelas internasional, para staf pengajar, dan para karyawan UI. Student Housingmerupakan hunian civitas akademika yang terpadu dengan Stasiun UI 2 – Pondok Cina, jalur sepeda, pedestrian, lalu lintas mobil, dan rencana light trainrail (tram) menyusur jalan lingkar luar di atas lahan UI yang sudah ditentukan. Sebagian besar penghuni akan berkegiatan dengan berjalan kaki, naik sepeda kuning, bis kampus, dan kendaraan roda dua di dalam lingkungan Kampus UI. Sedangkan tamu eksternal akan datang dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua. Untuk itu, diperlukan penyelesaian masalah parkir secara terintegrasi.

(20)

Gambar 5. Perspektif Desain Sayembara Student Housing-UI Depok

Student Housing terdiri dari 6 menara yang berdiri di atas lahan seluas 15.720m² dengan KDB 40%. Adapun ketinggian bangunananya (KB) ±10-15 lantai. Komposisi peruntukan bangunan terdiri dari 4 menara untuk Student Housing (±400 unit/menara) dan 2 menara untuk Serviced Apartment (jumlah unit/menara disesuaikan).

Gambar 6. Perspektif Konsep Fasad

Setiap menara hunian harus mempunyai minimal 2 jalan masuk. Lantai tipikal Student Housing terdiri dari 80% tipe Studio, gross area ±18m² dan 20%

(21)

tipe 1 Bed room, gross area ±24m². Lantai tipikal Serviced Apartment terdiri dari 10% tipe Studio, 30% tipe 1 Bed room, 30%tipe 2 Bed room, dan 30%tipe 3 Bed room. Desain bangunan mengutamakan faktor keselamatan terhadap gempa dan kebakaran. Kesehatan bangunan terjaga dengan konversi cahaya alami, penghawaan alami, dan ‘bunuh kuman.’ Desain sirkulasi dalam bangunan harus menjamin kejelasan jalur sirkulasi manusia dan menjamin prioritas kepentingan keamanan dan kenyamanan pejalan kaki dan disable (penyandang cacat, wanita hamil, dan anak-anak).

Gambar 7. Perspektif Desain Sayembara Student Housing-UI Depok

Lantai dasar difungsikan hanya untuk fasilitas penunjang (fasum/fasos) hunian dan pemanfaatan ruang komersial dan sosial. Di setiap lantai perlu ada ruang terbuka/komunal untuk kebutuhan sosial minimal sebesar luas satu unit untuk bermain dan berkumpul. Lebar koridor minimal 1,80 meter (lebar bersih). Lokasi Student Housing terletak di Kampus UI Depok dengan batas-batas sebagai berikut: sebelah Utara: Gedung PLK UI, sebelah Barat: Jalan Raya lingkar dalam UI, lapangan parkir Balairung UI, sebelah Selatan: rencana Rumah Sakit UI, dan sebelah Timur: Stasiun UI 2-Pondok Cina.

(22)

Gambar 8. Site Plan Desain Sayembara Student Housing-UI Depok

Lokasi ini juga menjadi strategis karena berdekatan dengan Kawasan Centrum, Rumpun Ilmu Kedokteran, dan Rumah Sakit UI, serta memiliki akses langsung dengan Jalan Margonda Raya melalui Stasiun UI 2 dan kawasan komersial Margonda. Aksis antara stasiun dan Balairung membelah kompleks bangunan menjadi dua bagian utama, membentuk gerbang dan vista ke arah Balairung sekaligus sebagai plasa penghubung antara stasiun dan kawasan UI yang terletak di atas bangunan PLN eksisting.

(23)

Pohon-pohon eksisting digunakan sebagai titik-titik orientasi sirkulasi, sehingga antar massa menara terbentuk vista dengan pohon-pohon sebagai focal pointnya. Banyaknya pepohonan menjadi pertimbangan dalam peletakan massa bangunan, sehingga tidak menebang pohon- pohon besar.

b. Konsep dan Denah-denah

Konsep ’Living Boundary’

Keunikan lahan yang terletak dibatas distrik dengan dua karakter yang berbeda, yaitu UI dengan karakter alaminya dan kawasan di seberang stasiun dengan karakter urban menjadikan lokasi lahan sebagai jeda, pelindung, batas sekaligus penghubung antara keduanya.

Sebuah jembatan penyeberangan yang tim arsitek usulkan menghubungkan plasa housing dengan stasiun. Plasa ini berfungsi sebagai akses pedestrian dari stasiun menuju area UI.

Gambar 10. Konsep Material dan Kulit Bangunan

Parkir terpadu antara housing dan stasiun bertujuan mengurangi rasio pemakaian lahan dengan luasan ground flooryang terbatas, dan mempertahankan pepohonan pada site. Dengan memisahkan area parkir kendaraan di luar site, maka area hijau dalam site yang belum terbangun selama tahap pembangunan akan tetap eksis, dan memperlama umur vegetasi dan ekologi pada eksisting site. Titik-titik pohon eksisting menjadi titik orientasi antar tower, dengan penciptaan vista-vista dan ground floor yang menerus.

(24)
(25)

Gambar 12. Denah Unit Typical

Unit hunian dibuat double loaded dengan sirkulasi di tengah, sehingga pada sisi barat timur tim arsitek menggunakan kerawang pada area tangga untuk memasukkan cahaya alami dan sirkulasi udara. Fasad menggunakan material reinforced cementdan aluzinc dengan insulasi suara, dan penutup pada tangga darurat menggunakan GRC mesh.

Tim Arsitek: Angga Rosiawan, Mariska Pratimi, Hamal Pangestu, Nelly Daniel untuk kantor LABO Architecture + Design

Status: Sayembara, Juara 2 Tahun: 2009

Lokasi: Kampus UI Depok Luas Tanah:15.522m²

(26)
(27)

Gambar 14. Potongan

Gambar 15. Tampak Depan

(28)

2.4. Rumusan Studi Banding

Rumusan Studi Banding yang di dapat adalah, pengaturan zoning tiap fungsi pada Student Housing ini telah mengacu / sesuai dengan Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Susun atau apartment. Unit hunian dibuat double loaded dengan sirkulasi di tengah, sehingga pada sisi barat timur tim arsitek menggunakan kerawang pada area tangga untuk memasukkan cahaya alami dan sirkulasi udara. Fasad menggunakan material reinforced cement dan aluzinc dengan insulasi suara, dan penutup pada tangga darurat menggunakan GRC mesh, dimana beberapa bahan atau material tersebut mengadopsi bangunan hemat energi. Lokasi ini juga menjadi strategis karena berdekatan dengan Kawasan Centrum, Rumpun Ilmu Kedokteran, dan Rumah Sakit UI, serta memiliki akses langsung dengan Jalan Margonda Raya melalui Stasiun UI 2 dan kawasan komersial Margonda. Aksis antara stasiun dan Balairung membelah kompleks bangunan menjadi dua bagian utama, membentuk gerbang dan vista ke arah Balairung sekaligus sebagai plasa penghubung antara stasiun dan kawasan UI yang terletak di atas bangunan PLN eksisting.

Gambar

Gambar 1 . Ruang Tidur
Gambar 2 . Ruang Makan
Gambar 3 . Area Parkir dan Ruang Hijau
Gambar 4. Desain Sayembara Student Housing-UI Depok
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut, maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat

Secara singkat tehnik operasi dengan pendekatan laparotomi pada keadaan akut dan terdapat trauma organ intraabdomen lainnya atau transtotakal pada herniasi yang delayed,

b) KBKVi perlu menetapkan PK untuk melaksanakan penyiasatan penyakit.. d) Berdasarkan tanda – tanda klinikal (Lampiran 1), spesimen yang sesuai perlu diambil dengan

Selain itu penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan gambaran atas bentuk-bentuk pelanggaran HAM yang dialami oleh warga sipil Suriah dan bagaimana upaya dunia

Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Pendekatan RME ( Realistic Mathematics Education )dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian

Sebagai salah satu perangkat daerah yang memiliki tugas dan fungsi untuk merealisasikan Visi dan Misi Pembangunan dimaksud, serta sebagai pedoman dalam melaksanakan

Untuk menjaga kestabilan tersebut maka penekan benda kerja ketika dalam proses pemotongan tidak menekan benda kerja di-atas landasan benda kerja tetapi tepat menekan pada