• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD

Manusia dalam kehidupannya selalu berkeinginan agar kehidupannya tidak tertinggal dari manusia lain. Oleh karena itu manusia menggunakan berbagai cara agar bisa berkembang dan maju ke kehidupan yang lebih baik. Salah satu cara yang dilakukan agar dapat berkembang dan maju adalah dengan belajar. Belajar menurut W.S.Winkel (Susanto, 2013:4) adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas. Menurut Hamalik (Susanto, 2013:4) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya. Belajar tidak hanya dapat dilakukan di lingkungan yang formal, tetapi juga dapat dilakukan di lingkungan non formal seperti keluarga dan masyarakat yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Darsono (2000:24) mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari. Sedangkan menurut Hamalik (2008;57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitator, perlengkapan dan proses yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu dengan mengkombinasikan unsur-unsur

(2)

7

manusiawi, material, fasilitator, perlengkapan pada suatu lingkungan belajar yang sedang dipelajari untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains dalam bahasa Inggris dikenal istilah science yang berarti pengetahuan. Menurut H.W. Fowler (dalam Triyanto, 2010:136) IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Sedangkan menurut Wahyana (dalam Triyanto, 2010:136) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Jadi IPA adalah pengetahuan yang sistematis yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan yang terjadi di alam.

Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dengan adanya pembelajaran IPA ini, manusia akan termotivasi untuk melakukan penemuan dan inovasi untuk menunjang kehidupannya. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran IPA dalam Standar Isi Permendiknas No 22 Tahun 2006, disebutkan bahwa:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

(3)

8

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Ruang lingkup tersebut yaitu, (1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. (2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. (3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. (4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Pembelajaran IPA di SD harus mampu mendorong siswa untuk dapat memiliki ketrampilan IPA yang berkaitan dengan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA berdasarkan ruang lingkupnya. Dari hal tersebut dalam proses pembelajaran IPA dibutuhkan strategi/model pembelajaran yang tepat. Menurut peneliti model pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran IPA adalah model pembelajaran NHT dan model pembelajaran STAD. Secara berkelompok dalam pembelajaran akan lebih mudah memecahakan atau menyelesaikan suatu permasalahan yang terjadi. Karena dalam berkelompok siswa dapat saling bertukar pikiran dan siswa yang belum paham akan dijelaskan oleh teman satu kelompoknya yang lebih paham.

2.1.2 Model Pembelajaran

2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting terhadap hasil belajar, sehingga dalam pemilihan model pembelajaran guru harus cermat disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan siswa. Beberapa pengertian menurut para ahli tentang model pembelajaran seperti Joyce & Weil (dalam

(4)

9

Rusman, 2014:133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Sedangkan Gerlach dan Ely (dalam Hamzah B. Uno, 2007:1) lebih mengarah ke definisi strategi pembelajaran yaitu cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu yang meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau cara-cara merancang bahan-bahan pembelajaran, yang digunakan dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk membantu peserta didik agar mampu mencapai tujuan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar.

2.1.2.2 Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam proses pembelajaran, guru sebagai pendidik mempunyai peran yang penting dalam memilih model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang tepat sangat berpengaruh dalam pembelajaran agar tujuan dapat tercapai. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik di sekolah dasar adalah kooperatif. Kooperatif yang artinya kerja sama, dari karakteristik siswa di sekolah dasar yang suka berkelompok model ini dapat membantu meringankan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam proses pembelajaran.

Menurut Roger, dkk. (dalam Miftahul Huda, 2011:29) pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lainnya. Sedangkan pembelajaran kooperatif menurut Hamdani (2011:30) adalah rangkaian kegiatan siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

(5)

10

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu rangkaian kegiatan siswa dalam kelompok yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan saling mempelajari dalam menyelesaikan suatu permasalahan untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggotanya.

Terdapat berbagai tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran IPA. Namun dari berbagai model kooperatif yang dianggap cocok untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD adalah model NHT dan model STAD. Karena di dalam kedua model tersebut terkandung unsur kooperatif atau kerja sama yang sesuai dengan karakteristik siswa SD yang suka berkelompok. Dengan menerapkan model pembelajaran NHT dan STAD diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi siswa dalam belajar IPA bersama dengan kelompoknya.

2.1.2.3 Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) 2.1.2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran NHT

NHT adalah metode belajar dengan cara setiap siswa diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, kemudian secara acak, guru memanggil nomor dari siswa. Teknis pelaksanaannya hampir sama dengan diskusi kelompok. Menurut Slavin (dalam Miftahul Huda, 2014:203) metode yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok memastikan akuntabilitas individual dalam diskusi kelompok.

Tujuan dari model NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Jadi, siswa dapat mengeluarkan semua gagasan mereka tentang permasalahan yang ada didalam kelompok, selanjutnya bersama-sama mempertimbangkan atau menentukan jawaban mana yang paling tepat untuk menyelesaikan permasalahan.

2.1.2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran NHT

Kelebihan model pembelajaran NHT menurut Suwarno (2010) yaitu sebagai berikut:

a) Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/ siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

(6)

11

b) Siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif.

c) Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan menjadi lebih besar/ kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan.

d) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan.

Sedangkan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran NHT menurut Hamdani (2011:90) yaitu sebagai berikut:

a) Kelebihan model NHT,

1) Setiap siswa menjadi siap semua.

2) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. 3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. b) Kekurangan model NHT

1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipanggil lagi oleh guru. 2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

2.1.2.3.3 Sintak Model Pembelajaran NHT

Sintak atau langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran NHT menurut Miftahul Huda (2014:203-204) adalah sebagai berikut:

1. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok.

2. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.

3. Guru memberi tugas/pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk mengerjakannya.

4. Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.

5. Guru memanggil salah satu nomor acak.

6. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka.

(7)

12

2.1.2.3.4 Sintak Model Pembelajaran NHT Sesuai Standar Proses

Sintak atau langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran NHT sesuai dengan standar proses adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Sintak Pelaksanaan Model Pembelajaran NHT Sesuai Standar Proses

No Aktivitas Guru

1. Kegiatan Pendahuluan

a. Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

b. Guru memberikan apersepsi dan motivasi.

c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

d. Guru menyampaikan cakupan materi dan menjelaskan uraian kegiatan yang akan dilakukan.

2. Kegiatan Inti Tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran NHT

Eksplorasi

a. Guru menjelaskan materi yang akan diajarkan kepada siswa.

b. Guru mefasilitasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran secara langsung.

Elaborasi

a. Guru membentuk kelas menjadi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang. b. Guru memberikan nomor yang berbeda-beda dalam

kelompok sesuai dengan jumlah anggota kelompok. c. Guru memberikan lembar soal kepada masing-masing

kelompok untuk dikerjakan.

d. Siswa saling berdiskusi didalam kelompoknya untuk menyelesaikan soal yang diberikan.

e. Guru memanggil nomor secara acak. Siswa yang memiliki nomor yang sama dari setiap kelompok untuk

(8)

13

maju kedepan kelas dan memberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok.

f. Siswa bersama dengan guru menanggapi jawaban yang disampaikan siswa lain.

Konfirmasi

a. Guru memberikan umpan balik dan penguatan kepada peserta didik.

b. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami.

c. Guru memberikan konfirmasi dan meluruskan kesalahpahaman materi yang telah dipelajari.

3. Kegiatan Penutup

a. Guru melakukan refleksi dengan melibatkan siswa. b. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman

materi dari pembelajaran yang telah berlangsung. c. Guru memberikan tindak lanjut

2.1.2.4 Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) 2.1.2.4.1 Pengertian Model Pembelajaran STAD

Model pembelajaran STAD bukanlah sesuatu yang baru dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran STAD siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 orang untuk bekerjasama dalam menguasai materi yang diberikan guru.

Model yang dikembangkan oleh Slavin ini melibatkan “kompetisi” antar kelompok. Menurut Slavin (dalam Rusman, 2014:213) model STAD (Student

Team Achievement Divison) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang

paling banyak diteliti. Menurut Miftahul Huda (2014:201) model pembelajaran STAD merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang di dalamnya beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran.

(9)

14

2.1.2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran STAD

Model pembelajaran STAD memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

a) Kelebihan model pembelajaran STAD menurut Davidson (dalam Nurasman, 2006:26) sebagai berikut:

1) Meningkatkan kecakapan individu. 2) Meningkatkan kecakapan kelompok. 3) Meningkatkan komitmen, percaya diri.

4) Menghilangkan prasangka terhadap teman sebaya dan memahami perbedaan.

5) Tidak bersifat kompetitif.

6) Tidak memiliki rasa dendam dan mampu membina hubungan yang hangat. 7) Meningkatkan motivasi belajar dan rasa toleransi serta saling membantu

dan mendukung dalam memecahkan masalah.

b) Kekurangan model pembelajaran STAD menurut Slavin (dalam Nurasman, 2006:27) sebagai berikut:

1) Siswa yang kurang pandai dan kurang rajin akan merasa minder bekerjasama dengan teman-teman yang lebih mampu.

2) Terjadi situasi kelas yang gaduh sehingga siswa tidak dapat bekerja secara efektif dalam kelompok.

3) Pemborosan waktu.

2.1.2.4.3 Sintak Model Pembelajaran STAD

Sintak atau langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran STAD adalah sebagai berikut:

1. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen. 2. Guru menyajikan pembelajaran.

3. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.

4. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

(10)

15

5. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu. 6. Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki

nilai/poin tertinggi.

7. Guru memberikan evaluasi.

2.1.2.4.4 Sintak Model Pembelajaran STAD Sesuai Standar Proses

Sintak atau langkah-langkah model pembelajaran STAD sesuai dengan standar proses adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Sintak Pelaksanaan Model Pembelajaran STAD Sesuai Standar Proses

No Aktivitas Guru

1. Kegiatan Pendahuluan

a. Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

b. Guru memberikan apersepsi dan motivasi.

c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

d. Guru menyampaikan cakupan materi dan menjelaskan uraian kegiatan yang akan dilakukan.

2. Kegiatan Inti Tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran STAD Eksplorasi a. Guru membentuk kelas menjadi beberapa kelompok.

Masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang. b. Guru menjelaskan materi yang akan diajarkan kepada

siswa.

c. Guru mefasilitasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

d. Guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

Elaborasi a. Guru memberikan lembar tugas kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan.

(11)

16

menyelesaikan tugas yang diberikan.

c. Siswa yang bisa menjawab soal mengajari siswa lain yang belum bisa sehingga semua siswa dalam anggota kelompok mengerti.

d. Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa, pada saat menjawab kuis/pertanyaan siswa tidak boleh saling membantu.

e. Siswa bersama dengan guru membahas

kuis/pertanyaan yang diberikan guru kepada siswa. Konfirmasi a. Guru memberikan umpan balik dan penguatan kepada

peserta didik.

b. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami.

c. Guru memberikan Reward untuk kelompok terbaik. 3. Kegiatan

Penutup

a. Guru melakukan refleksi dengan melibatkan siswa. b. Guru memfasilitasi siswa untuk membuat rangkuman

dari materi yang telah disampaikan. c. Guru memberikan tindak lanjut (evaluasi).

2.1.3 Pengertian Keefektifan

Keefektifan berasal dari kata efektif yang berarti ada pengaruhnya atau efeknya, dapat membawa hasil, berhasil guna (KBBI, 2004: 200). Jadi keefektifan adalah usaha atau tindakan yang pengaruhnya dapat membawa keberhasilan.

2.1.4 Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mujiono (2006:3-4) hasil belajar dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

(12)

17

Hasil belajar memiliki dua kepentingan yaitu kepentingan siswa dan kepentingan guru. Melalui proses pembelajaran, siswa memperoleh pengalaman belajar yang kemudian disebut dengan hasil belajar.

Hasil belajar menurut Udin. S Winata (2007:1.10) merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai siswa dimana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2009:3) hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan kognitif terdiri dari knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman), application (penerapan), analysys (menguraikan), synthesis (mengorganisasikan) dan evaluation (menilai). Kemampuan afektif terdiri dari receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), dan

characterization (karakterisasi). Kemampuan psikomotorik terdiri dari initiatory, pre-routine, dan routinized.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar ialah bukti keberhasilan yang telah dicapai siswa yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang diperoleh siswa menimbulkan suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar.

Ada berbagai macam teknik penilaian hasil belajar. Secara umum teknik penilaian atau asesmen dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu teknik tes dan nontes.

1. Teknis tes

Teknik tes secara harafiah berasal dari bahasa Perancis Kuno “testum” artinya piring untuk menyisihkan logam- logam mulia. Tes merupakan alat ukur yang standar dan objektif sehingga dapat digunakan secara meluas untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Dengan demikian berarti sudah dapat dipastikan akan mampu memberikan informasi yang tepat dan objektif tentang objek yang hendak diukur baik berupa psikis maupun tingkah lakunya, sekaligus dapat membandingkan antara seseorang dengan orang lain. Dilihat dari tujuannya dalam bidang pendidikan, tes dapat dibagi menjadi:

(13)

18

a. Tes kecepatan (Speed test)

Tes ini bertujuan untuk mengetes peserta tes, (testi) dalam hal kecepatan, ketepatan berpikir, atau keterampilan, baik yang bersifat spontanitas (logika) maupun hafalan dan pemahaman dalam mata pelajaran yang telah dipelajarinya. b. Tes Kemampuan (Power Test)

Tes ini bertujuan untuk mengetes peserta tes dalam mengungkapkan kemampuannya dalam bidang tertentu dengan tidak dibatasi secara ketat oleh waktu yang disediakan.

c. Tes Hasil Belajar (Achievement Test)

Tes ini dimaksudkan untuk mengetes hal yang telah diperoleh dalam suatu kegiatan seperti Tes Hasil Belajar (THB), Tes Harian (Formatif) dan Tes Akhir Semester (Sumatif). Tes ini bertujuan untuk mengases hasil belajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam suatu kurun waktu tertentu.

d. Tes Kemajuan Belajar (Gains/ Achievment Test)

Tes kemajuan belajar disebut juga dengan tes perolehan. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal testi sebelum pembelajaran dan kondisi akhir testi setelah pembelajaran. Untuk mengetahui kondisi awal testi digunakan pre-tes dan kondisi akhir testi digunakan post-tes.

e. Tes Diagnostik (Diagnostic Test)

Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk mendiagnosis atau mengidentifikasi kesukaran- kesukaran dalam belajar, mendeteksi faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya kesukaran belajar, dan menetapkan cara mengatasi kesukaran atau kesulitan belajar tersebut, seperti tes diagnostik matematika. f. Tes Formatif

Tes Formatif adalah tes hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu program pembelajaran tertentu seperti tes harian, ulangan harian.

g. Tes Sumatif

Istilah sumatif berasal dari kata “sum” yang berarti jumlah. Dengan demikian tes sumatif berarti tes yang ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa

(14)

19

terhadap sekumpulan materi pelajaran (pokok bahasan) yang telah dipelajari, seperti UAN (Ujian Akhir Nasional), THB.

2. Teknik Nontes

Teknik nontes sangat penting dalam mengetes siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik nontes, beberapa diantaranya seperti unjuk kerja (performance), penugasan (proyek), tugas individu, tugas kelompok, laporan, ujian praktik. Dari keterangan di atas penulis memutuskan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan tes formatif yang dilaksanakan pada akhir pertemuan. Untuk mencapai hasil belajar perlu adanya pengukuran dan penilaian untuk mengetahui memperoleh informasi tingkat perubahan atau hasil proses belajar.

Faktor hasil belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh diri siswa saja tetapi masih ada faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain faktor internal, eksternal dan faktor pendekatan belajar siswa, dimana faktor internal dibagi menjadi dua aspek yaitu aspek psikologis (bersifat rohaniah) dan aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah). Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa yang terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan dibagi menjadi dua yaitu faktor lingkungan alami dan faktor lingkungan sosial. Faktor instrumental merupakan faktor yang ada dan penggunaanya dirancang, faktor ini biasa diterapkan di sekolah. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh diri siswa tetapi masih banyak faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga untuk mendapatkan hasil yang baik faktor-faktor tersebut harus mendukung siswa dalam proses pembelajaran.

2.1.5 Hubungan Model Pembelajaran NHT dan STAD dengan Hasil Belajar IPA di SD

Model pembelajaran NHT dan STAD dirasa sangat cocok untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPA. Karena model Pembelajaran

(15)

20

NHT dan STAD terkandung unsur kooperatif yang artinya kerjasama. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang suka berkelompok.

Melalui pembelajaran dengan sistem kerjasama atau secara berkelompok, siswa akan dimudahkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Dari setiap anggota kelompok dapat membantu anggotanya yang lain sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hasil belajar akan meningkat jika tujuan pembelajaran tercapai.

Model pembelajaran NHT dan STAD tidak hanya memudahkan siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan secara berkelompok, tetapi juga untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Dalam pembelajaran NHT dan STAD siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi siswa. Hal tersebut dapat membantu memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya terutama dalam mata pelajaran IPA.

2.2 Kajian Penelitian Hasil Yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan terhadap penelitian yang dilaksanakan peneliti saat ini.

Penelitian yang dilakukan oleh Petrus (2011) melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Mangunsari 01, Salatiga semester II tahun pelajaran 2011/2012. Subyek yang dijadikan sebagai kelompok eksperimen dalam penelitian adalah siswa kelas IV SDN Mangunsari 01 Salatiga, dan subyek yang dijadikan sebagai kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Dukuh 01 Salatiga, menggunakan jenis penelitian eksperimen yaitu eksperimen semu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa thitung pada kelompok eksperimen adalah 9.100 dengan standar deviasi 77

dan perbedaan rata-rata 17. 045 dengan signifikansi 0.000. Hasil belajar pada kelompok kontrol, diketahui bahwa thitung 9.036 dengan standar deviasi 65.08 dan

perbedaan rata-rata 17.045. Dengan acuan pada hasil penghitungan di atas, dimana signifikansi 2 tailed adalah 0.000 atau lebih kecil dari 0.05, maka

(16)

21

penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Mangunsari 01 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.

Widyaningtyas Setyarini (2015) telah melakukan penelitian tentang Pengaruh Model Pembelajaran NHT dengan Media Gambar terhadap Kemampuan Menjelaskan Pesawat Sederhana Pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 1 Bandung. Dari data yang diperoleh Model Pembelajaran NHT dengan media gambar dan NHT tanpa media dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pada kelompok eksperimen yakni 83,80, sedangkan kelompok kontrol dengan hasil 71,00.

Penelitian yang dilakukan Sulistyaningrum (2010) yang berjudul “Perbandingan Model Kooperatif Tipe Jigsaw dan STAD Pada Pokok Bahasan Trigonometri SMA Kelas X Semester II Di Madiun Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa” hasil analisis menyatakan bahwa prestasi belajar siswa pada pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) lebih baik dari pada prestasi belajar matematika siswa pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada pokok bahasan trigonometri kelas X SMA.

Penelitian Pratana (2008) pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD rata-rata skor prestasi yang diperoleh lebih baik daripada tipe jigsaw. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata prestasi belajar STAD sebesar 81,25 dan rata-rata prestasi belajar dari tipe jigsaw sebesar 76,053.

Tabel 3

Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan

No Nama Tahun Variabel Penelitian Hasil Penelitian

X Y 1. Petrus 2011 Model kooperatif tipe NHT Hasil belajar Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif dalam meningkatkan

(17)

22

hasil belajar siswa

pada mata pelajaran IPA. 2. Widyaningtyas Setyarini 2015 Model pembelajara n NHT Kemampua n menjelaska n Kelas eksperimen memperoleh rata-rata 83,80, sedangkan kelas kontrol 71,00. 3. Sulistyaningru m 2010 Model kooperatif tipe Jigsaw dan STAD Prestasi belajar Prestasi belajar siswa pada pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada prestasi belajar matematika siswa pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada pokok bahasan trigonometri. 4. Pratana 2008 Model kooperatif tipe STAD dan Jigsaw Prestasi belajar Model pembelajaran kooperatif tipe STAD rata-rata skor prestasi yang diperoleh lebih baik daripada tipe

(18)

23 jigsaw. 5. Pradhigma Dhuta Pinasthi 2016 Model pembelajara n NHT dan model pembelajara n STAD Hasil belajar 2.3 Kerangka Pikir

Pembelajaran IPA menuntut siswa untuk dapat menemukan sendiri pengetahuannya sendiri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Penemuan pengetahuan tersebut dapat diperoleh siswa melalui pengalaman belajar langsung yang dialami siswa di sekolah dan dilingkungan sekitarnya. Selain dari pengalaman belajar langsung teknik belajar juga dibutuhkan oleh siswa yang dibutuhkan siswa untuk memahami konsep-konsep pembelajaran IPA. Konsep-konsep itu yang nantinya akan membantu siswa untuk menerapkan pengalaman belajarnya ke dalam kehidupan sehari-hari.

Jika guru dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT dan STAD, maka siswa akan lebih mudah memperoleh berbagai masukan informasi melalui kerja kelompok. Selain memperoleh siswa juga dapat berbagi informasi dengan siswa lain. Namun adakah perbedaan keefektifan dari kedua model tersebut ?

Berikut ini, adalah skema kerangka berfikir perbedaan pengaruh penggunaan metode NHT dengan STAD pada pembelajaran IPA terhadap hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri Koripan 04 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Semester II tahun pelajaran 2015/2016:

(19)

24

Gambar 1 Skema Kerangka Pikir 1. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang. 2. Guru menyajikan pembelajaran. 3. Guru memberi tugas kelompok. 4. Siswa yang bisa mengajari yang belum bisa. 5. Diberikan pertanyaan, saat menjawab dilarang saling membantu. 6. Guru memberi penghargaan. 1. Siswa dibagi ke dalam kelompok. 2. Siswa dalam kelompok diberi nomor. 3. Guru memberi tugas/pertanyaan. 4. Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban . 5. Guru memanggil salah satu nomor acak.

6. Mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok. Student Teams Achievement Division Numbered Head Tugether Post-test Hasil Belajar Hasil belajar

siswa rendah atau dibawah KKM

10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan

pengaruhnya terhadap daratan. Post-test Hasil Belajar dibandingkan

(20)

25

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut.

H0: Tidak ada perbedaan keefektifan terhadap hasil belajar IPA dalam penerapan

model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).

Ha: Ada perbedaan kefektifan terhadap hasil belajar IPA dalam penerapan model

pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan model pembelajaran

Gambar

Gambar 1 Skema Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan FDR dengan CAR dalam jangka pendek yaitu hubungan yang signifikan negatif, sedangkan dalam jangka panjang terdapat hubungan (pengaruh) signifikan positif antara FDR

PENGARUH PROFITABILITAS, INTEREST COVERAGE RATIO, RETAINED EARNING, DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI1. BURSA

Data yang diperoleh dari lembar observasi dianalisis secara deskriptif kualitatif dan digunakan sebagai masukan untuk mendapatkan media yang lebih baik. Pendekatan

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan validasi metode penetapan kadar Amoksisilin dan Kalium Klavulanat dalam campuran secara spektrofotometri UV-Vis dengan

Batasan-batasan masalah tentang hal-hal yang mempengaruhi kemiskinan di Provinsi Nusa tenggara Barat yaitu apakah terdapat pengaruh secara signifikan dari Variabel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua yang memiliki anak pra sekolah di TK Al-Marni desa Ellak Laok Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep, dengan jumlah

Hakim memiliki kebebasan mandiri dalam menjatuhkan sanki pidana penjara terhadap pelaku yang melakukan perbuatan melawan hukum. Kebebasan tersebut adalah mutlak dan

Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5%.. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kedelai