• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN EFIKASI DIRI SISWA SMK PGRI 1 SURABAYA DALAM KONSISTENSI PILIHAN KARIR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN EFIKASI DIRI SISWA SMK PGRI 1 SURABAYA DALAM KONSISTENSI PILIHAN KARIR."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN EFIKASI DIRI SISWA SMK PGRI 1 SURABAYA DALAM KONSISTENSI PILIHAN KARIR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Psikologi (S.Psi)

Oleh: Abdur Rouf B37209003

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

INTISARI

Latar belakang penulis mengambil judul hubungan antara efikasi diri siswa SMK PGRI 1 Surabaya dengan kosistensi pilihan karir adalah karena siswa-siswa SMK PGRI 1 Surabaya dalam konsistensi memilih karir cenderung kurang, dikarenakan lebih mementingkan pendapat orang lain daripada kemampuannya sendiri. Dari judul di atas adakah hubungan antara efikasi diri dengan konsistensi pilihan kari dan seberapa kuat hubungan antara efikasi diri dengan konsistesi pilihan karir Siswa SMK PGRI 1 Surabaya?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efikasi diri siswa SMK PGRI 1 Surabaya serta adakah hubungan antara efikasi diri siswa SMK PGRI 1 Surabaya dengan kosistensi pilihan karir. peneliti menggunakan metode kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan konsistensi pilian karir siswa SMK PGRI 1 Surabaya. Serta sifat hubungan yang positif.

(7)

DAFTAR ISI

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

a. Manfaat Teoritis ... 4

b. Manfaat Praktis ... 5

E. Keaslian Penelitian... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Efikasi Diri ... 9

1. Pengertian Efikasi Diri ... 9

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efikasi Diri... 10

3. Dimensi Efikasi Diri ... 11

1) Magnitude ... 11

2) Generality... 12

3) Strength ... 12

4. Sumber Efikasi Diri ... 12

1) Pengalaman Performasi ... 13

2) Pengalaman Vikarius ... 14

3) Persuasi Sosial ... 14

4) Keadaan Emosi ... 14

5. Proses Efikasi Diri ... 15

1) Proses kognitif ... 15

2) Proses Motivasional ... 17

3) Proses Afektif... 18

4) Proses Seleksi... 18

6. Perkembangan Efikasi Diri ... 19

7. Pengaruh Self Efficacy Bagi Fungsi Individu ... 24

8. Dampak Efikasi Diri ... 25

B. Pilihan Karir ... 27

1. Definisi Pilihan Karir ... 27

2. Dimensi Pilihan Karir ... 28

(8)

c. Artistik ... 30

d. Sosial ... 30

e. Enterpreising ... 31

f. Konvensional ... 31

3. Proses Pemilihan Karir... 32

a. Masa Fantasi ... 32

b. Masa Tentatif ... 32

c. Masa Realistik ... 34

4. Pertimbangan-Pertimbangan Dalam Pemilihan Karir ... 34

a) Faktor Internal ... 34

b) Faktor Eksternal ... 35

5. Langkah-Langkah Pemilihan Karir ... 36

C. Efikasi Diri Siwa SKM PGRI 1 Surabaya dalam Pemilihan harir... 37

D. Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 41

B. Identifikasi Variabel... 42

1. Variabel bebas ... 42

2. Variabel Terikat ... 42

C. Definisi Oprasional ... 42

1. Efikasi Diri ... 43

2. Pilihan Karir ... 43

D. Subjek Penelitian ... 44

1. Populasi ... 44

E. Teknik Pengumpulan Data ... 44

F. Instrumen Penelitian ... 45

1. Skala Efikasi Diri ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 52

a. Gambaran Umum Tempat Penelitian...52

b. Persiapan Penelitian...57

1. Survey Awal...58

2. Studi Pustaka...58

3. Penyusunan Kuesioner...59

B. Deskripsi Dan Reliabilitas Data ... 60

1. Efikasi Ddiri ... 60

2. Hasil Uji Validitas Skala Efikasi Diri ... 61

3. Reliabilitas Skala Efikasi Diri ... 63

4. Inventori Holland ... 64

C. Hasil Penelitian ... 68

(9)

BAB V PENUTUP... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 77

Daftar Pustaka ... 79

(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan tuntutan dunia globalilasi, terutama dengan

diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) maka setiap orang

dituntut untuk meningkatkan kualitas serta keahlihan dalam dunia kerja,

karena dalam MEA warga asing bebas bekerja di Indonesia, begitu pula

sebaliknya warga Indonesia bebas bekerja di wilayah Asean. Karena itulah

peningkatan keahlihan masyarakat Indonesia perlu di tingkatkan. Peningkatan

keahlihan adalah tugas setiap individu agar tidak menjadi pecundang di negeri

sendiri. Peningkatan keahlihan bisa dilakukan dengan konsistensi pilihan karir

setiap individu.

Pemilihan karir bagi seseorang sangat penting agar seseorang bisa

menentukan fasionnya. Bukan hanya bagi para sarjana penentuan pilihan karir

seharusnya sudah ditanamkan bagi setiap individu sejak usia dini agar ketika

dewasa setiap individu bisa lebih mapan dengan pilihan karirnya. Penentuhan

pilihan karir tidak selamanya sama dengan penentuan pilihan pekerjaan

karena karir cakupannya lebih luas dari pada pekerjaan itu sendiri. Ketika

individu sudah bisa menentukan pilihan karirnya maka individu tersebut bisa

(11)

2

Seperti dalam teory Krumboltz lebih memfokuskan pada proses

pembelajaran yang mengarahkan pada keyakinan dan minat diri serta

bagaimana hal ini mempengaruhi proses pengambilan keputusan karir.

(Alwisol, 2011).

Mempersiapkan masa depan seperti memilih karir pada umumnya

adalah tugas remaja akhir yang usianya antara 15-19 tahun, permasalahan

karir pada remaja biasanya dihadapkan pada pemilihan karir dalam bidang

pendidikan yang berhubungan dengan pekerjaan nantinya, seperti dalam teori

Holland, dalam teori karirnya mengemukakan suatu teori umum yang

berusaha mengaitkan secara langsung orientasi pribadidengan lingkungan

termasuk segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, orang dewasa

yang dianggap memiliki peranan yang penting. Pelihan karir merupakan

ekspresi, atau perpanjangan kepribadian kedalam dunia kerja, sebuah

perbandingan diri dengan persepsi penduduk dan penirimaanatau penolakan

selanjutnya adalah penentu utama dalam pilihan karir. Jadi pilihan karir

merupakan gambaran latar belakang seseorang yang menyangkut segala aspek

kehidupannya.

Keputusan akan pilihan seseorang khususnya bagi siswa-siswi SMK

PGRI dalam pemilihan karir diperlukan pemahaman terhadap kemampuan,

bakat dan potensi yang ada pada diri siswa untuk mendapatkan hasil yang

memuaskan demi masa mendatang secara tepat dan efektif. Adapun pemilihan

(12)

3

pemilihan keputusan jenjang kedepannya, pemilihan karir di butuhkan untuk

mengerti dan memahami dimana seseorang dituntut untuk memilih kemana

proses lebih lanjut bakat dan keinginan siswa untuk berproses. Maka dari itu

seorang siswa sebelum menentukan pilihan karir seharusnya siswa memahami

betul potensi yang ada pada dirinya agar tidak mengalami kebimbangan dalam

penentuan setelah tamat sekolah.

Untuk pemilihan karir diperlukan efikasi diri, efikasi diri menurut

Bandura adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat

berfungsi dalam situasi tertentu, setiap orang memiliki keyakinan atau

harapan yang mengenal kebiasaan dirinya, dan harapan hasil yang diperoleh.

Jadi setiap siswa SMK harus mempunyai alat ukur terhadap dirinya sendiri

bahwasanya pribadi siswa itu yang cocok dalam bidang apa dalam berkarir

agar mendapat hasil dan harapan yang sesuai dengan keinginannya. Untuk

mendapatkan efikasi diri tentang pemilihan karir diperlukan sumber

pengalaman performasi, pengalaman vikarius, persuasi sosial, dan keadaan

emosi.

Berdasarkan fenomena di atas dan semakin cepatnya perubahan

globalisasi, peneliti merasa perlu untuk melakukan observasi serta wawancara

terhadap efikasi diri siswa SMK dalam menentukan pilihan karirnya. Peneliti

memilih SMK PGRI 1 Surabaya sebagai obyek penelitihan karena setelah

melakukan observasi sederhana, peneliti menemukan sesuatau yang ganjal,

(13)

4

ikut teman-teman, ada juga yang menjawab terserah apa kata orang tua, maka

perlu ditindak lanjuti tentang efikasi diri siswa SMK PGRI 1 surabaya. Dalam

penelitian ini peneliti berharap bisa lebih mengetahui tentang pentingnya

efikasi diri terhadap penentuan karir agar bisa di gunakan, tidak hanya bagi

siswa SMK PGRI 1 Surabaya saja, namun bagi masyarakat pada umumnya.

B. Rumusan Masalah

Dari judul diatas dapat diambil rumusan masalah adakah hubungan

antara efikasi diri dengan konsistensi pilihan karir siswa SMK PGRI 1

Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan secara metodelogis dan empiris ini

bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara efikasi diri dengan

konsistensi pilihan karir siswa SMK PGRI 1 Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

konstribusi pemikiran bagi psikologi pendidikan.

(14)

5

Dengan penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk masyarakat dan

dunia pendidikan agar bisa digunakan sebagai referensi tentang pentingnya

efikasi diri dalam konsistensi pilihan karir.

E. Keaslian Penelitian

Beberapa kajian penelitian sebelumnya yang berkaitan tentang efikasi

diri adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang berjudul “Pelatihan “PLANS” untuk Meningkatkan Efikasi

Diri dalam pengambilan keputusan karir” oleh Ardiyanti, Alsa, (2015)

program studi Magister profesi psikologi fakultas psikologi Universitas

Gajah Mada, mengkaji tentang pentingnya efikasi dalam pemilihan karir.

Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen,

adapun hasil dari penelitian ini adalah adanya perbedaan skor efikasi diri

dalam pengambilan keputusan karir. Kelompok eksperimen menunjukkan

peningkatan skor efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir setelah

dilakukan pelatihan PLANS, sementara pada kelompok kontrol tidak

terjadi perubahan yang berartipada skor efikasi diri dalam pengambilan

keputusan karir.

2. Penelitian yang berjudul “Pelatihan Efikasi Diri untuk Meningkatkan

Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa SMA” oleh Iffah, (2012)

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan efikasi diri terhadap

(15)

6

menggunakan metode eksperimen dengan desain randomized matched

pretest-posttest, alat ukur yang digunakan adalah skala kemampuan

pengambilan keputusan karir, wawancara dan observasi. Hasil penelitian

ini adalah menunjukkan bahwa pelatihan efikasi diri berpengaruh untuk

meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir pada siswa SMA.

3. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Kelompok Refrensi dan Efikasi Diri

Terhadap Pengambilan Keputusan Dalam Memilih Jurusan Kedokteran

Siswa Kelas XII SMA N 1 Samarinda” oleh Al-Faraqi, (2015) mahasiswa

Program S1 Ilmu Psikologi, Fakultas Illmu sosial dan Ilmu Politik

Universitas Mulawarman. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

kuantitatif. Adapun hasil dari penelitian ini adalah kekuatan pengambilan

keputusan dalam memilih jurusan kedokteran pada siswa kelas XII IPA

SMA N 1 Samarinda tergolong dalam ketegori sangat tinggi, terdapat

pengaruh positif dan sangat signifikan antara kelompok referensi dan

efikasi diri terhadap pengambilan keputusan jurusan kedokteran siwa kelas

XII IPA SMA N 1 Samarinda.

4. Penelitian yang berjudul ”efektivitas pelatihan sefy untuk meningkatkan

efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir siswa” oleh Hamzah,

Achmad, Shohib, (2014), fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah

Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sefy

berpengaruh dalam meningkatkan efikasi diri pengambilan keputusan karir

(16)

7

metode eksperimen dengan desain one-group pretest-posttest. Hasil dari

penelitian ini adalah pelatihan sefy memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap meningkatnya efikasi diri keputusan karir pada siswa sekolah

menengah atas di Malang.

5. Penelitian ini berjudul “efektifitas pelatihan perencanaan karir terhadap

peningkatan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir siswa MAN

Yogyakarta II”. Oleh Nurlaely Izzawati, (2015), prodi Psikologi, Fakultas

Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas

pelatihan perencanaan karir untuk meningkatkan efikasi diri dalam

pengambilan keputusan karir pada siswa MAN Yogyakarta II. Metode

penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif experimen

randomized pre test – post test with control group desain. Kesimpulan dari

penelitian ini adalah ada perbedaan skor pretest dan prosttest pada

kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan, jadi pelatihan

perencanaan karir efektif untuk meningkatkan efikasi diri dan pengambilan

keputusan karir.

Jika diletakkan dalam perspektif penelitian terdahulu mengenai studi

tentang efikasi diri, peneliti menemukan beberapa penelitian yang sudah

dilakukan seperti yang sudah disinggung dalam poin-poin diatas, memang

banyak kesamaan mengenai variable yang diambil yaitu mengenai efikasi diri.

(17)

8

penelitian kali ini adalah metode kuantitatif, perbedaan subyek yang dituju,

dan tempat penggalian data. Penelitian kali ini subyek dituju adalah siswa

SMK PGRI 1 Surabaya, sedangkan tempat penggalian data berada di SMK

PGRI 1 Surabaya. Jadi dapat dikatakan bahwa judul “Efikasi Diri Siswa SMK

PGRI 1 Surabaya Dalam Konsistensi Pilihan Karir” belum pernah dilakukan,

sehingga skripsi ini bukan merupakan duplikasi atau replikasi dari penelitian

terdahulu, artinya masalah dalam penelitian ini adalah benar-benar baru dan

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Efikasi Diri

1. Pengertian Efikasi Diri

Bandura (1997) menyatakan efikasi diri adalah evaluasi

seseorang terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan

sebuah tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan.

Branden (1992) 1) keyakinan terhadap fungsi otak dan

kemampuannya dalam berpikir, menilai, memilih, dan mengambil suatu

keputusan; 2) keyakinan terhadap kemampuannya dalam memahami

fakta-fakta nyata; 3) secara kognitif percaya pada diri sendiri; 4) secara

kognitif mandiri.

Baron dan Byrne (1991) mendefinisikan self efficacy sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi diri dalam

melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

efikasi diri adalah kemampuan seseorang dalam mengevaluasi diri,

mampu atau tidak dalam menjalankan tugas dan mencapai tujuan.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri

Bandura (1986) berpendapat bahwa efikasi diri di pengaruhi

(19)

10

1) Sifat tugas yang dihadapi, meliputi tingkat kesulitan

kompleksitas dari tugas yang diberikan. Semakin sulit

dan kompleks suatu tugas yang dihadapi, maka semakin

besar kecenderungan individu menilai rendah

kemampuannya untuk dapat menyelesaikan tugas

tersebut, demikian juga sebaliknya.

2) Insentif eksternal yang diterima, apabila individu

berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik dan diberi

reward yang positif oleh orang lain, maka akan dapat

meningkatkan efikasi diri. Semakin besar reward

tersebut semakin tinggi efikasi diri.

3) Status atau peran individu dalam lingkungan, apabila

individu dalam lingkungannya memiliki peran sebagai

pemimpin, maka efikasi diri individu tersebut cenderung

lebih tinggi daripada individu yang berperan sebagai

bawahan. Individu pemimpin biasanya kemampuan atau

perintahnya akan diikuti oleh bawahan, sehingga

menambah keyakinan dirinya yang berarti meningkatkan

efikasi diri.

4) Informasi tentang kemampuan diri, setiap individu dapat

diyakinkan secara verbal oleh lingkungannya bahwa

dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi dan

(20)

11

mendapatkan informasi bahwa dirinya mampu dan

memiliki kompetensi dalam bidang tertentu, hal ini dapat

menambah keyakinan akan kemampuan dirinya dalam

mengerjakan sutau tugas yang berarti efikasi diri

individu itu meningkat, dan sebaliknya bila mendapat

informasi bahwa individu tersebut tidak mampu dalam

bidang tertentu, maka hal ini dapat mengurangi

keyakinan akan kemampuan dirinya dalam mengerjakan

suatu tugas yang berarti efikasi dirinya akan rendah.

3. Dimensi Efikasi Diri

Menurut Bandura (1997) self efficacy pada individu terdiri dari tiga dimensi, yaitu:

1) Magnitude, dimensi ini berhubungan dengan tingkat kesulitan tugas yang diyakini seseorang dapat dicapai.

Jika seseorang dihadapkan pada suatu tugas yang

tersusun menurut tingkat kesulitannya masing-masing,

maka akan lebih cenderung memilih tugas yang lebih

mudah dan sederhana, dan dilanjutkan dengan tugas

yang lebih sulit sampai dengan tugas yang sangat sulit

yang disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan pada

(21)

12

tugas yang sifatnya sulit dibandingkan tugas yang

sifatnya mudah.

2) Generality, dimensi ini berkaitan dengan suatu kepercayaan diri yang ada dalam diri seseorang yang

dapat ia wujudkan dalam meraih performa tertentu. Ada

yang terbatas pada tingkah laku khusus dan ada yang

meliputi berbagai bidang tingkah laku. Setiap individu

memiliki keyakinan yang berbeda-beda sesuai dengan

tugas yang berbeda pula dan ruang lingkup tugas-tugas

yang dilakukan bisa berbeda pula.

3) Strenght, dimensi ini berhubungan dengan derajat kemantapan individu terhadap keyakinannya dalam

meraih kesuksesan pada setiap tugas. Dimensi ini juga

berkaitan langsung dengan dimensi magnitude dimana

semakin tinggi taraf kesulitan tugas yang dihadapi,

maka akan semakin lemah keyakinan yang dirasakan

untuk menyelesaikannya.

4. Sumber Efikasi Diri

Efikasi Diri atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh,

diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau

kombinasi empat sumber, yakni pengalaman menguasai suatu prestasi,

(22)

13

1) Pengalaman Performasi

Adalah prestasi yang pernah dicapai pada masa yang

telah lalu, sebagai sumber performasi masalalu menjadi

pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi

(masa lalu) yang bagus meningkatkan expetasi efikasi, sedangkan kegagalan akan menurunkan efikasi. Mancapai

keberhasilan akan member dampak efikasi yang berbeda-beda

tergantung proses pencapaiannya.

a. Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat

efikasi semakin tinggi.

b. Kerja sendiri, lebih meningkatkan efikasi dibanding

dengan kerja kelompok, dibantu orang lain.

c. Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang merasa

sudah berusaha sebaik mungkin.

d. Kegagalan dalam suasana emosional, dampaknya

tidak seburuk kalau usahanya optimal.

e. Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan

efikasi yang kuat, dampaknya tidak seburuk kalau

kegagalan itu terjadi pada orang yang keyakinan

efikasinya belum kuat.

f. Orang yang biasa berhasil, sekali gagal tidak

(23)

14

2) Pengalaman Vikarius

Diperoleh melalui model sosial, efikasi akan meningkat

ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi

akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya

kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal, kalau figur yang

diamati berbeda dengan diri sipengamat, pengaruh vikarius tidak besar. Sebaliknya ketika mengamati kegagalan figur yang

setara dengan dirinya, bisa jadi orang tidak mau mengerjakan

apa yang pernah gagal dikerjakan figure yang diamatinya itu

dalam jangka waktu yang lama.

3) Persuasi Sosial

Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat atau

dilemahkan melalui persuasi sosial. Dampak dari sumber ini

terbatas, tatpi dalam kondisi yang tepat persuasi dari orang lain

dapat mempengaruhi efikasi diri, kondisi itu adalah rasa

percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa

yang dipersuasikan.

4) Keadaan Emosi

Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan

mempengaruhi efikasi dibidang kegiatan itu. Emosi yang kuat,

(24)

15

terjadi, peningkatan emosi yang tidak berlebihan dapat

meningkatkan efikasi diri.

5. Proses Efikasi diri

Menurut Bandura (1997), Efikasi diri mempengaruhi bagaimana

orang merasakan, berfikir, memotivasi dirinya dan bereaksi. Efikasi diri

mengatur fungsi manusia melalui empat macam proses. Proses-proses

yang berbeda ini beroperasi secara bersama-sama daripada

sendiri-sendiri. Proses-proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Proses kognitif

Pengaruh efikasi diri terhadap pola berfikir dapat

bersifat membantu atau menghambat. Pengaruh tersebut

terdiri dari berbagai bentuk, yaitu:

a. Sebagian besar pemikiran manusia ditentukan

oleh pemikiran sebelumnya mengenai

tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Penetapan

tujuan-tujuan tersebut dipengaruhi oleh

efikasi diri. Semakin tinggi efikasi diri

seseorang, maka semakin tinggi pula

komitmen atau keterlibatannya terhadap

tujuan-tujuan tersebut.

b. Dengan berfikir, seseorang mempunyai

(25)

16

peristiwa-peristiwa yang mungkin akan

terjadi padanya, sehingga dapat

mengontrolnya. Dalam hal menyelesaikan

masalah, efikasi diri mempengaruhi efisiensi

berfikir analitik.

c. Orang yang memiliki efikasi diri yang tinggi,

mempunyai gambaran keberhasilan yang

memberi dasar positif pada penampilan atau

perilakunya. Sedangkan orang yang menilai

dirinya tidak mampu lebih cenderung

mempunyai gambaran kegagalan yang

mendasari penampilan atau perilakunya.

Sedangkan orang yang menilai dirinya tidak

mampu lebih cenderung mempunyai

gambaran kegagalan yang mendasari

penampilan atau perilakunya. Penstimulasi

secara kognitif, dalam arti proses

penggambaran individu bahwa dirinya dapat

melaksanakan suatu aktivitas secara terampil,

akan meningkatkan performance atau

perilaku berikutnya.

d. Efikasi diri mempunyai fungsi kognitif

(26)

17

motivasional dan pemrosesan informasi.

Makin besar usaha untuk pemrosesan

tugas-tugas memori secara kognitif, maka

selanjutnya akan meningkatkan kemampuan

memori seseorang.

2) Proses Motivasional

Efikasi diri seseorang akan mempengaruhi motivasi

dalam beberapa hal. Kepercayaan akan Efikasi diri individu

akan dipengaruhi tingkat komitmen individu terhadap

tujuannya, yang direfleksikan dalam seberapa besar usaha

yang dilakukan seseorang dalam suatu tugas dan seberapa

lama dia akan bertahan dalam menghadapi rintangan. Makin

kuat keyakinan seseorang akan kemampuannya, makin besar

dan bersifat tetap pula usaha yang dilakukan. Ketika

menghadapi kesulitan, orang yang merasa ragu akan

kemampuannya, akan mengurangi usahanya atau bahkan

akan menggagalkan usaha tersebut lebih awal. Sebaliknya,

orang yang mempunyai keyakinan yang kuat akan

kemampuannya akan meningkatkan usahanya untuk

mengatasi tantangan. Dijelaskan pula bahwa usaha manusia

untuk mencapai dan mewujudkan keberadaan diri yang

positif memerlukan perasaan personal efikasi yang optimis.

(27)

18

penuh dengan kesulitan sehingga orang harus memiliki

perasaan kesungguhan pribadi yang kuat untuk

mempertahankan usaha-usahanya yang diperlukan untuk

menjadi sukses.

3) Proses Afektif

Keyakinan seseorang mengenai kemampuannya

dipengaruhi seberapa banyak tekanan yang dialami ketika

menghadapi situasi-situasi yang mengancam. Reaksi-reaksi

sosial tersebut dapat mempengaruhi tindakan baika langsung

maupun tidak langsung melaui pengubahan jalan pikiran.

Orang percaya bahwa dirinya dapat mengatasi situasi yang

mengancam, menunjukkan kemampuan. Oleh karena itu

tidak merasa cemas atau terganggu oleh ancaman-ancaman

yang dihadapinya. Sedangkan orang yang merasa bahwa

dirinya tidak dapat mengontrol situasi yang mengancam,

akan mengalami kecemasan yang tinggi.

4) Proses Seleksi

Manusia merupakan bagian dari produk lingkungan.

Dengan menyeleksi lingkungannya orang akan mempunyai

kekuasaan akan menjadi apa mereka. Pilihan tersebut

dipengaruhi oleh keyakinan individu akan kapabilitas

(28)

19

mereka yang mereka yakini melebihi kapabilitas mereka,

tetapi mereka siap untuk melakukan aktivitas dan memilih

lingkungan sosial yang mereka nilai dapat mereka atasi.

Semakin tinggi penerimaan efikasi diri, semakin menantang

aktivitas yang mereka pilih.

6. Perkembangan Efikasi Diri

Perkembangan self efficacy, dalam tiap fase perkembangan dibutuhkan kompetensi dari individu untuk berhasil melalui tiap fase

perkembangan tersebut. Meskipun, tahap perkembangan yang dilalui

individu tidaklah sama. Namun, keyakinan akan kemampuan diri

secara konsisten akan memberikan pengaruh dalam tiap tahap

perkembangan. Teori sosial kognitif memberikan analisis mengenai

perubahan perkembangan self efficacy sepanjang rentang hidup manusia.(Mustaqim, 2008) membedakan fase-fase perkembangan self efficacy menjadi beberapa tahapan :

a. Masa awal perkembangan. Pada awal

perkembangannya, manusia dilahirkan tanpa

merasakan sesuatu mengenai diri (self). Bayi menjelajah pengalaman seperti melihat dirinya

menghasilkan dampak dengan tindakan yang mereka

lakukan, menyediakan dasar awal untuk

mengembangkan rasa efficacy. Tangisan menghadirkan

(29)

20

dan menendang dapat menggoyangkan tempat

tidurnya. Dengan mengamati secara berulang-ulang

bahwa kejadian di lingkungannya terlihat dengan

tindakan, tetapi tidak dalam ketidakhadirannya, bayi

belajar mengenai tindakan menghasilkan dampak. Bayi

yang memiliki pengalaman sukses dalam mengontrol

kejadian di lingkungan membuatnya lebih memberi

perhatian terhadap perilakunya dan lebih kompeten

dalam mempelajari respon efficacy, dari pada bayi yang

tidak memerdulikan bagaimana mereka berperilaku.

Perkembangan efficacy personal membutuhkan lebih dari sekedar menyadari tindakan menghasilkan

dampak. Tapi tindakan tersebut harus dianggap sebagai

bagian dari diri. Diri menjadi berbeda dari orang lain

melalui pengalaman yang berbeda. Sejalan dengan bayi

yang mulai menjadi anak-anak, mereka yang berada di

sekitarnya memerhatikan dan memerlakukannya

sebagai orang yang berbeda. Berdasarkan pertumbuhan

seseorang dan pengalaman sosial, mereka membentuk

representasi simbolik dari diri mereka sebagai diri yang

berbeda.

(30)

21

knowledge) mengenai kemampuan dalam area fungsi yang lebih luas. Mereka harus membangun, menilai,

dan melakukan tes terhadap kemampuan fisik,

kemampuan sosial, keahlian bahasa, dan keahlian

kognitif dalam memahami dan mengelola banyak

situasi yang mereka hadapi setiap hari. Pengembangan

bahasa mendorong anak-anak memahami pengertian

simbolik untuk merefleksikan pengalaman dan apa

yang orang lain ceritakan kepada mereka, mengenai

kemampuannya, dan juga memperluas pengetahuan diri

mengenai apa yang bisa dan tidak bisa mereka lakukan.

Awal pengalaman efficacy berpusat pada keluarga. Keluarga menjadi tempat awal seorang anak

mengetahui perbedaan antara individu baik dari segi

usia, perbedaan jenis kelamin, dan modelling.

c. Memperluas self efficacy melalui pengaruh teman sebaya. Pengalaman pengujian efficacy anak-anak berubah secara substansial sejalan perpindahan mereka

menuju komunitas yang lebih besar. Dalam hubungan

dengan teman sebaya, mereka memperluas

pengetahuan diri mengenai kemampuannya. Teman

(31)

22

Mereka yang paling berpengalaman dan berkompeten

menjadi model efficacy dalam berpikir dan berperilaku.

d. Sekolah sebagai perantara dalam menumbuhkan self efficacy, selama periode penting dalam pembentukan kehidupan anak, sekolah mempunyai fungsi utama

untuk menumbuhkan self efficacy kognitif, serta menguji hal tersebut dalam situasi sosial. Di sini

pengetahuan dan keahlian berpikir mereka dites,

dievaluasi, dan dibandingkan secara sosial. Ketika sang

anak menguasai keahlian kognitif, mereka

mengembangkan rasa efficacy intelektual.

e. Pertumbuhan self efficacy melalui pengalaman transisional remaja, setiap periode perkembangan

membawa serta tantangan baru untuk coping efficacy, sebagai remaja yang mendekati tuntutan dewasa,

mereka harus belajar untuk memikul tanggung jawab

terhadap diri mereka sendiri dalam setiap dimensi

kehidupan. Hal ini memerlukan penguasaan benyak

keahlian dan cara untuk berintegrasi dalam masyarakat

dewasa. Belajar bagaimana menghadapi perubahan

pubertas, menjalin hubungan secara emosional, dan

persoalan seksual menjadi masalah yang sangat

(32)

23

akan dikejar juga tampak dalam periode ini. Remaja

memperluas dan memperkuat rasa efficacy mereka dengan belajar bagaimana untuk sukses dalam

berhadapan dengan masalah yang belum mereka hadapi

dengan baik.

f. Self efficacy dalam masa dewasa. Masa dewasa awal merupakan periode ketika seseorang harus belajar

untuk menangani banyak tuntutan baru yang muncul

dari hubungan persahabatan, hubungan pernikahan,

kedudukan sebagai orang tua, dan karir pekerjaan.

Seperti dalam tugas penguasaan yang lebih dulu,

sebuah bentuk rasa self efficacy berperan penting terhadap pencapaian kemampuan dan pencapaian

kesuksesan lebih lanjut. Mereka yang memasuki

kedewasaan dengan sedikit dibekali keahlian dan

terganggu oleh ketidakyakinan diri menemukan banyak

aspek dalam hidupnya penuh stress dan kemurungan.

Memulai karir pekerjaan yang produktif memberikan

tantangan transisional dalam masa dewasa awal.

Terdapat banyak cara keyakinan self efficacy menyumbang terhadap pengembangan karir dan

kesuksesan dalam menguasai suatu keahlian. Pada fase

(33)

24

mengembangkan dasar kognisi, manajemen diri, dan

keahlian interpersonal. Keahlian psikososial

menyumbang dorongan lebih kepada kesuksesan dalam

karir daripada dalam keahlian keterampilan yang

bersifat teknis.

g. Menilai kembali self efficacy dalam usia lanjut, isu self efficacy dalam usia lebih tua berpusat pada reappraisal dan misappraisal mengenai kemampuan mereka.

7. Pengaruh Self Efficacy Bagi Fungsi Individu

Self efficacy mempengaruhi individu dalam cara yang bervariasi, diantaranya (Bandura, 1997):

a. Bagi proses kognisi, self efficacy yang kuat akan mengarahkan individu untuk berpikir analitis dalam

menghadapi situasi khusus, penyelesaian terbaik dipandang

sebagai suatu tantangan yang dapat dicapai melalui kerja

keras dan komitmen yang kuat terhadap pencapaian tujuan.

b. Bila seseorang yakin dengan self efficacy yang dimilikinya, maka dapat mempengaruhi status kesehatan psikis dan

performanya.

c. Tingkat self efficacy mempengaruhi level motivasi yang dimiliki seseorang. Semakin seseorang yakin akan

kemampuannya, maka akan semakin besar dan persisten pula

(34)

25

dibuktikan dengan seberapa banyak usaha yang dilakukan

dan berapa lama mereka mampu mempertahankannya.

d. Self efficacy juga berdampak pada tingkat stres dan seberapa depresi seseorang. Ketidakyakinan pada kemampuan akan

meningkatkan rasa khawatir karena adanya perasaan yang

tidak puas yang kemudian berdampak pada timbulnya

perasaan tertekan atau stres.

e. Self efficacy mempengaruhi tujuan yang ingin dicapai seseorang. Jika self efficacy yang kuat, maka akan semakin besar tujuan yang ingin dicapai dan makin kuat komitmen

seseorang untuk mewujudkannya.

Makin kuatnya tingkat self efficacy seseorang maka ia akan

mampu bertahan (resilient) terhadap hadirnya situasi yang tidak

menyenangkan.

8. Dampak Efikasi Diri

Efikasi diri selalu berhubungan dan berdampak pada

pemilihan prilaku, motivasi dan keteguhan individu dalam

menghadapi setiap persoalan yang dihadapi. Menurut Luthans

efikasi diri mempengaruhi tiga hal. (Luthans, 2006)

1) Pemilihan Perilaku

Pemilihan perilaku yaitu keputusan akan dibuat atas

dasar berapa ampuhnya seseorang merasa terhadap pilihan.

(35)

26

2) Usaha Motivasi

Usaha motivasi yaitu orang yang akan mencoba untuk

lebih keras dan lebih banyak memberikan usaha pada tugas

dimana individu mempunyai efikasi yang lebih tinggi daripada

individu dengan penilaian kemampuan rendah.

3) Keteguhan

Keteguhan yaitu orang dengan efikasi diri tinggi akan

bertahan ketika menghadapi masalah atau bahkan gagal,

sedangkan orang dengan efikasi diri rendah cenderung

menyerah ketika hambatan muncul.

Individu yang memiliki Efikasi Diri yang tinggi adalah

ketika individu tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu

menangani sesecara efektif peristiwa dan situasi yang mereka

hadapi, tekun dalam menyelesaikan tugas-tugas, percaya pada

kemampuan diri yang mereka miliki, memandang kesulitan sebagai

tantangan bukan ancaman dan suka mencari situasi baru,

menetapkan sendiri tujuan yang menantang dan meningkatkan

komitmen yang kuat terhadap dirinya, menanamkan usaha yang

kuat dalam apa yang dilakuakanya dan meningkatkan usaha saat

menghadapi kegagalan, berfokus pada tugas dan memikirkan

strategi dalam menghadapi kesulitan, cepat memulihkan rasa

(36)

27

atau ancaman dengan keyakinan bahwa mereka mampu

mengontrolnya.

B. Pilihan Karir

1. Definisi Pilihan Karir

Para ahli psikoanalisis memandang asal mula dari minat

seseorang adalah sebagai suatu respon pada suatu kebutuhan ego untuk

dihargai dan staus yang memuaskan.

Menurut Anne Roe (1989), dalam teorinya bahwa pola

perkembangan arah pilihan karir akan mencerminkan orientasi dasar

pribadi yang berasal dari kebiasaan mengasuh anak.

Ginzberg (1989), meninjau pemilihan karir sebagai suatu proses

yang mencakup tiga periode, yaitu fantasi (6-11 tahun), tentatif (12-17 tahun), realistis (18-... tahun).

Menurut Super (1989), pemilihan jabatan itu di

implementasikan dengan konsep diri.

Carter (1994) menyatakan bahwa pilihan karir adalah sikap

vokasional individu berkembang dari usaha untuk menyesuaikan

kepada keluarga dan tuntutan sosial serta kepada persepsinya sendiri

terhadap kebutuhan dan kemampuan.

Peter M. Blau (1950) mengemukakan bahwa arah pilihan karir

seseorang merupakan suatu proses yang berlangsung lama dan

dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor penunjang maupun faktor

(37)

28

Menurut Holland (1989), dalam teori karirnya mengemukakan

suatu teori umum yang berusaha mengaitkan secara langsung orientasi

pribadi dengan lingkungan termasuk segala pengaru budaya, teman

bergaul, orang tua, orang dewasa yang dianggap memiliki peranan yang

penting.

Menurut pengertian para ahli di atas bisa disimpulkan bahwa

pilihan karir adalah gambaran pribadi seseorang yang diekspresikan

kepada karir yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan orang-orang

yang dianggap penting dalam hidup seseorang.

2. Dimensi Pilihan Karir

Menurut Holland ada enam jenis lingkungan okupasional yang

disenangi, Perkembangan tipe-tipe kepribadian adalah hasil dari

interaksi-interaksi faktor-faktor bawaan dan lingkungan (Winkel, 2005)

dan interaksi-interaksi ini membawa kepada preferensi-preferensi untuk

jenis-jenis aktivitas-aktivitas khusus, yang pada gilirannya

mengarahkan individu kepada tipe-tipe perilaku-perilaku tertentu, yaitu

: (Manhiru, 1992)

a. Realistis

Tipe ini yang preferensinya pada aktivitas-aktivitas yang

memerlukan manipulasi eksplisit, teratur, atau sistematik

terhadap obyek-obyek, alat-alat, mesin-mesin, dan

(38)

29

bantuan atau pendidikan. Preferensi-preferensi membawa

kepada pengembangan kompetensi-kompetensi dalam

bekerja dengan benda-benda, binatang-binatang, alat-alat

dan perlengkapan teknik, dan mengabaikan

kompetensi-kompetensi sosial dan pendidikan. Menganggap diri baik

dalam kemampuan mekanikal dan atletik dan tidak cakap

dalam keterampilan-keterampilan sosial

hubungan-hubungan insani. Menilai tinggi benda-benda nyata, seperti :

uang dan kekuasaan. Ciri-ciri khususnya adalah

praktikalitas, stabilitas, konformitas. Mungkin lebih

menyukai keterampilan-keterampilan dan okupasi-okupasi

teknik.

b. Investigatif

Tipe ini memiliki preferensi untuk aktivitas-aktivitas yang

memerlukan penyelidikan observasional, simbolik,

sistema-tik, dan kreatif terhadap fenomena fisik, biologis, dan

kultural agar dapat memahami dan mengontrol fenomena

tersebut, dan tidak menyukai aktivitas-aktivitas persuasif,

sosial, dan repetitif. Contoh-contoh dari okupasi-okupasi

yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan tipe-tipe investigatif

(39)

30

c. Artistik

Tipe ini lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang ambiguous,

bebas, dan tidak tersistematisasi untuk menciptakan

produk-produk artistik, seperti lukisan, drama, karangan. Tidak

menyukai aktivitas-aktivitas yang sistematik, teratur, dan

rutin. Kompetensi-kompetensi dalam upaya-upaya artistik

dikembangkan dan keterampilan-keterampilan yang rutin,

sistematik, klerikal diabaikan. Memandang diri sebagai

ekspresif, murni, independen, dan memiliki

kemampuan-kemampuan artistik. Beberapa ciri khususnya adalah

emosional, imaginatif, impulsif, dan murni. Okupasi-okupasi

artistik biasanya adalah lukisan, karangan, akting, dan seni

pahat.

d. Sosial

Tipe ini lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang melibatkan

orang-orang lain dengan penekanan pada membantu,

mengajar, atau menyediakan bantuan. Tidak menyukai

aktivitas-aktivitas rutin dan sistematik yang melibatkan

obyek-obyek dan materi-materi. Kompetensi-kompetensi

sosial cenderung dikembangkan, dan hal-hal yang bersifat

manual & teknik diabaikan. Menganggap diri kompeten

dalam membantu dan mengajar orang lain serta menilai

(40)

31

Beberapa ciri khususnya adalah kerja sama, bersahabat,

persuasif, dan bijaksana. Okupasi-okupasi sosial mencakup

pekerjaan-pekerjaan seperti mengajar, konseling, dan

pekerjaan kesejahteraan sosial.

e. Enterprising

Tipe ini lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang melibatkan

manipulasi terhadap orang-orang lain untuk perolehan

ekonomik atau tujuan-tujuan organisasi. Tidak menyukai

aktivitas-aktivitas yang sistematik, abstrak, dan ilmiah.

Kompetensi-kompetensi kepemimpinan, persuasif dan yang

bersifat supervisi dikembangkan, dan yang ilmiah diabaikan.

Memandang diri sebagai agresif, populer, percaya diri, dan

memiliki kemampuan memimpin. Keberhasilan politik dan

ekonomik dinilai tinggi. Ciri-ciri khasnya adalah ambisi,

dominasi, optimisme, dan sosiabilitas.

f. Konvensional

Tipe ini lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang memerlukan

manipulasi data yang eksplisit, teratur, dan sistematik guna

memberikan kontribusi kepada tujuan-tujuan organisasi.

Tidak menyukai aktivitas-aktivitas yang tidak pasti, bebas

dan tidak sistematik. Kompetensi-kompetensi dikembangkan

dalam bidang-bidang klerikal, komputasional, dan sistem

(41)

32

diabaikan. Memandang diri sebagai teratur, mudah

menyesuaikan diri, dan memiliki keterampilan-keterampilan

klerikal dan numerikal. Beberapa ciri khasnya adalah

efisiensi, keteraturan, praktikalitas, dan kontrol diri.

Okupasi-okupasi yang sesuai adalah bankir, penaksir harga,

ahli pajak, dan pemegang buku.

3. Proses Pemilihan Karir

Proses pemilihan karir oleh Ginzberg (1996) diklasifikasikan

menjadi tiga tahapan yaitu:

a. Masa Fantasi

Masa ini berlangsung pada individu dengan tahap usia 6-12

tahun. Pada masa ini proses pemilihan pekerjaan masih

bersifat sembarangan atau asal pilih, tanpa didasarkan pada

pertimbangan yang masak mengenai kenyataan yang ada.

Pilihan pekerjaan pada masa ini hanya didasari oleh kesan

yang dibuat untuk kesenangan semata.

b. Masa Tentatif

Masa ini berlangsung mencakup anak usia 11-18 tahun.

Masa ini oleh Ginzberg diklasifikasikan menjadi empat

tahap, yaitu:

1) Tahap Minat (11-12 tahun)

Masa dimana individu cenderung melakukan pekerjaan

(42)

33

karirpun juga didasari atas kesenangan, ketertarikan atau

minat individu terhadap objek karir, dengan tanpa

mempertimbangkan banyak faktor. Akan tetapi seelah

menyadari bahwa minatnya berubah-ubah maka individu

akan menanyakan kepada dirinya tentang kemampuan

yang dimilikinya untuk melakukan suatu pekerjaan.

2) Tahap Kapasitas (13-14 tahun)

Masa dimana individu mulai melakukan pekerjaan atau

kegiatan sesuai dengan kemampuannya masing-masing,

orientasi pilihan pekerjaan juga dicocokkan dengan

minat dan kesukaannya.

3) Tahap Nilai (15-16 tahun)

Yaitu tahap dimana kapasitas itu akan diinterpretasikan

secara sederhana oleh individu yang mulai menyadari

bahwa terdapat suatu kandungan nilai-nilai tertentu dari

suatu jenis pekerjaan, baik nilai yang bersifat pribadi

maupun serangkaian nilai yang bersifat kemasyarakatan.

4) Tahap Transisi (17-18 tahun)

Yakni keadaan dimana individu akan memadukan

orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya,

minat, kapasitas, dan nilai, untuk dapat direalisasikan

(43)

34

c. Masa Realistik

Masa ini mencakup usia 18-24 tahun, pada masa ini okupasi

terhadap pekerjaan telah mengalami perkembangan yang

lebih realistis, orientasi minat, kapasitas, dan nilai yang

dimiliki terhadap pekerjaan akan direfleksikan secara runtut

dan terstrukturuntuk memilih jenis pekerjaan atau untuk

memilih perguruan tinggi yang sesusi dengan arah tentatif

mereka.

4. Pertimbangan-Pertimbangan dalam Pemilihan Karir a) Faktor Internal

Winkel dan Hastuti (2004) menyatakan bahwa fakor yang

mempengaruhi perkembangan karir ada dua faktor, yaitu faktor

internal dan faktor eksternal, adapun faktor internal antara lain :

1. Nilai-nilai kehidupan yaitu ide-ide yang dikejar oleh

seseorang dimanapun dan kapanpun.

2. Minat yaitu ide-ide yang dikejar seseorang untuk

merasa tertarik pada suatu bidang.

3. Sifat-sifat yaitu ciri-ciri kepribadian yang memberikan

corak khas pada seseorang.

4. Pengetahuan yaitu informasi yang dimiliki tentang diri

sendiri dan bidang tertentu.

5. Keadaan jasmani yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki

(44)

35

b) Faktor Eksternal

Yang termasuk faktor eksternal adalah:

1. Masyarakat yaitu lingkungan sosial budaya dimana

seseorang dibesarkan.

2. Keadaan sosial ekonomi negara atau daerah yaitu laju

pertumbuhan ekonomi tinggi, tengah dan sedang, serta

disertifikasi masyarakat kelompok terbuka dan tertutup

bagi anggota dalam kelompok lain.

3. Status sosial ekonomi keluarga yaitu setingkat

pendidikan orangtua, tinggi rendahnya pendapatan

orangtua, jabatan orangtua, daerah tempat tinggal dan

suku bangsa.

4. Pengaruh dari seluruh anggota keluarga besar dan inti.

5. Pendidikan sekolah yaitu pandangan mengenai

nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya

jabatan dan kecocokan tertentu untuk anak laki-laki dan

perempuan.

6. Pergaulan teman-teman sebaya yaitu pandangan

tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan

sehari-hari.

7. Tuntuan yang melekat pada masing-masing jabatan dan

(45)

36

mempersiapkan seseorang untuk diterima pada jabatan

tertentu dan berhasil didalamnya.

5. Langkah-Langkah Pemilihan Karir

Menurut Gellat’s (Sukardi, 2010), teori keputusan adalah salah

satu metode yang digunakan untuk menjelaskan proses pemilihan karir

dan kemudian memberikan suatu kerangka kerja atau pedoman kerja.

Ada beberapa langkah dalam proses pengambilan keputusan, yaitu :

a. Langkah pertama, dimulai apabila individu mengenal

kebutuhan untuk mengambil keputusan, kemudian

menentukan sasaran atau tujuan.

b. Langkah kedua, idividu perlu mengumpulkan data dan

mengadakan survey tentang kemungkinan bidang

kegiatan.

c. Langkah ketiga, melibatkan penggunaan data dalam

menentukan kemungkinan bidang kegiatan, hasil-hasil

dan kemungkinan keberhasilan.

d. Langkah keempat, mengestimasi hasil-hasilyang

dikehendaki, perhatian dipusatkan pada sistem nilai

individual.

e. Langkah kelima, melibatkan evaluasi dan seleksi suatu

keputusan ialah suatu keputusan terminal atau

investigasi keputusan. Jika keputusan terminal

(46)

37

kemungkinan dan hasil dari keputusannya dalam

kaitannya dengan sistem prediksi.

C. Hubungan Efikasi Diri Siswa PGRI 1 Surabaya Dalam Konsistensi Pilihan Karir

Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana hubungan efikasi diri

siswa SMK PGRI 1 Surabaya dalam konsistensi pilihan karir, karir

manakah yang sesuai dengan kemauan siswa atau kemampuan siswa,

bukan dari keinginan orang tua atau karena pengaruh teman-temannya,

meskipun efikasi diri tidak bisa lepas dari pengaruh sosial dan lingkungan,

pembentukan efikasi diri harus dilakukan sejak dini agar menjadi

kebiasaan yang positif bagi siswa.

Menurut Bandura (1997), seseorang didalam hidupnya dituntun

oleh keyakinan akan self efficacy-nya. Self efficacy merujuk pada pengertian tentang kepercayaan seseorang akan kemampuan dalam

mengorganisasikan dan melakukan aksi dalam rangka mencapai tujuan.

Self efficacy tidak ditekankan pada banyaknya keterampilan yang dipunyai, tetapi kepercayaan terhadapa apa saja yang bisa dikerjakan

dengan apa yang dipunyai di dalam berbagai situasi atau keadaan.

(Schwartz & Gottman, 1976 dalam Bandura, 1997). Self efficacy adalah kontribusi yang penting terhadap pencapaian performen, apapun

keterampilan yang dimiliki.

(47)

38

kepercayaan tentang apa yang bisa dikerjakan seseorang dalam berbagai

kondisi dengan apapun keterampilan yang dimiliki.

Pada tahun 1979 teori Krumboltz, berdasarkan teori pembelajaran

sosial Albert Bandura, diperkenalkan. Meskipun ide Bandura mengenai

perolehan perilaku telah berubah sampai pada beberapa tingkat tertentu,

Krumboltz tidak membuat perubahan yang berarti dalam teorinya.

perbedaan antara teori-teori yang berasal dari teori pembelajaran dan teori

kepribadian adalah teori tersebut tidak begitu memperhatikan peran

kepribadian, seperti minat dan nilai-nilai, dalam proses pengambilan

keputusan karir. tetapi lebih memfokuskan pada proses pembelajaran yang

mengarahkan pada keyakinan dan minat diri serta bagaimana hal ini

mempengaruhi proses pengambilan keputusan karir. ( Alwisol, 2011).

Teori ini bermaksud menjawab pertanyaan mengapa orang

memasuki lapangan pekerjaan tertentu, mengapa pada tahap tertentu

perkembangan orang tertentu. Munculnya teori ini berasal dari teori

belajar social umum yang tokoh utamanya adalah Albert Bandura, teori

belajar social ini sendiri berkembang dari teori behaviorisme dan teori

tentang penguatan. Teori krumboltz, menganggap penting pribadi dan

lingkungan sebagai faktor-faktor yang menetukan keputusan orang tentang

karir. Faktor individu berkenaan dengan apa yang sudah ada pada diri

seseorang, seperti jenis kelamin, rupa atau tampakan fisik dan

(48)

39

Sehubungan dengan karir, lingkungan mencakup lingkungan kerja,

pasar kerja, syarat kerja, peraturan dan undang-undang kerja, serta hal-hal

lain di dalam masyarakat, yang berpengaruh pada kehidupan kerja seperti

adat kebiasaan, perang, politik, ekonomi. Pribadi dan lingkungan

berinteraksi, dan interaksi ini menimbulkan pandangan diri orang yang

bersangkutan dan ini mempengaruhi tingkah laku kerjanya. Kelangsungan

tingkah laku ini dibentuk oleh penguatan (ganjaran) atau hukuman. Teori

belajar sosial di dasarkan pada konsep saling menentukan tanpa penguatan

dan pengaturan diri. (Alwisol, 2011) Orang yang mengalami kejadian

yang mengganjar atau sebaliknya dan di dalam kontak itu, individu

merespons terhadap kejadian yang dialaminya tersebut.

Pendekatan belajar sosial terhadap teori perkembangan karir

(Social learning approaches to career development theory) menekankan

pada pentingnya perilaku dan kognisi dalam membuat keputusan karir.

Pembuatan keputusan karir individu dipengaruhi oleh lingkungan (proses

pembelajaran sosial) terutama dari orang lain yang berarti signifikan

(significant other). Dalam mengambil keputusan individu dapat

mengamati, meniru, dan mencontohi orang-orang yang ada

disekelilingnya, jika apa yang diamatinya itu sesuai dengan keinginan

individu, maka apa yang diamatinya itu dapat direalisasikannya menjadi

sebuah perilaku. Kombinasi antara hereditas, lingkungan, sejarah, atau

pengalaman belajar dan pendekatan keterampilan atau keahlian adalah hal

(49)

40

keputusan adalah pilihan yang dibuat individu dari dua atau lebih

alternatif. (Stephens P Robbins, Timothy A Judge, 2011).

Menurut pandangan Krumboltz, Mitchell dan Gelatt teori belajar

sosial dalam penentuan pilihan merupakan hasil perkembangan secara

umum dari perilaku belajar sosial, yang di ajukan oleh Bandura. Teori ini

berasumsi bahwa kepribadian dan perilaku yang dimiliki seseorang timbul

dari pengalaman belajar yang unik. Pengalaman belajar ini terdiri dari

kontak antara analisis kognitif yang positif dan even-even yang

menguatkan secara negatif.

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti nilai yang terkumpul.

Sebuah hipotesis akan benar jika hasil penelitian tersebut menyatakan

kebenarannya, dan akan ditolak jika tidak sesuai dengan hasil

penelitiannya. Mengingat hipotesis sebagai pedoman dalam penelitian

maka penulis merumuskan ada hubungan antara efikasi diri dengan

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Pada penelitian kali ini penulis menggunakan pendekatan

kuantitatif dalam penelitiannya karena lebih bersifat sistematis.

Jenis penelitian yang penulis gunakan yaitu penelitian korelasi.

Penelitian ini sering disebut dengan penelitian sebab akibat,

dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel bebas

dengan variabel terikat. Penelitian ini dibangun dengan teori yang

sudah matang, yang berfungsi untuk mengatahui, meramalkan dan

mengontrol suatu fenomena. Pendekatan kuantitatif merupakan

penelitian yang menekankan analisisnya pada data numerical atau

angka yang diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

penelitian inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis,

sehingga diperoleh signifikansi hubungan antara variable yang

diteliti. (Syaifudin Azwar, 2004)

Berdasarkan jenis penelitian yang ditinjau dari tujuan dan

sifatnya maka penlitian ini merupakan penelitian eksplanasi. Model

penelitian ini bertujuan untuk memberi penjelasan atas terjadinya

(51)

42

sebuah variable tertentu melalui pengujian hipotesis. (Ino Yuwono,

2005).

B. Identifikasi Variabel

Sebelum menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu akan

dilakukan identifikasi variabel, variabel yang akan dipakai dalam

penelitian terdapat dua variabel yaitu:

1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang dipandang sebagai

penyebab terjadinya perubahan pada variabel terikat

(Suryabrata, 2000). Pada penelitian ini yang menjadi variabel

bebas adalah efikasi diri.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipradugakan atau

dipengaruhi oleh variabel bebas, Pada penelitian ini variabel

terikat adalah pilihan karir.

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah pengertian mengenai data yang akan

dikumpulkan serta menghindari kesalahan dalam menentukan subjek

maupun alat pengumpulan data. Maka batasan operasioanl variabel

penelitian perlu dikemukakan. Dijelaskan bahwa definisi operasional

pada penelitian ini adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

(52)

43

dari tanggapan-tanggapan para tokoh yang telah dipaparkan dalam

definisi konsep serta didalamnya juga terdapat dimensi (komponen

atau aspek) yang akan diukur drai suatu atribut. Dalam penelitian ini

menggunakan beberapa batasan operasional sebagai berikut:

1. Efikasi Diri.

Efikasi diri adalah kemampuan seseorang dalam

mengevaluasi diri, mampu atau tidak dalam menjalankan

tugas dan mencapai tujuan. Hal ini bisa diketahui dengan

skala efikasi diri dengan indikator yaitu ; efficacy

expectacy, outcome expectancy, dan outcome value. Dari

indikator diatas dapat memperoleh skor, semakin tinggi

skor yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat efikasi

diri.

2. Pilihan Karir

pilihan karir adalah gambaran pribadi seseorang

yang diekspresikan kepada karir yang dipengaruhi oleh

lingkungan sekitar dan orang-orang yang dianggap penting

dalam hidup seseorang. Hal ini bisa diketahui dengan

menggunakan inventori Holland, (Arifin,2015) dari

inventori Holland bisa diketahui tingkat konsistensi,

semakin tinggi skor konsistensi maka semakin tinggi

(53)

44

D. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah semua anggota kelompok dapat berupa

orang, kejadian, atau barang, yang akan menjadi obyek

penelitian. Sedangkan menurut Mardalis, populasi adalah

seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam penelitian.

(Hadi, 2004).

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa SMK PGRI 1 SURABAYA kelas XI yang

berjumlah 90 siswa.

Oleh karena itu, teknik penentuan sampel dalam

penelitian menggunakan random sampling yang biasanya

dikenal dengan sampling acak. Sedangkan pengertian dari

random sendiri adalah pengambilan sampling secara random

tanpa pandang bulu. Dalam penelitian sampel yang diambil

sebesar 30 siswa. Peneliti mengambil sampel 30 karena jumlah

minimal sampling dalam penelitian adalah 30. (Martono, 2010).

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitian ini, maka

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa angket

(kuesioner). Metode angket atau kuesioner adalah pengumpulan data

(54)

45

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti

laporan tentang pribadinya atau hal-hal diketahuinya. (Arikunto,

Suharsimi, 2002).

F. Instrumen Penelitian

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah angket. Metode angket merupakan tehnik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. (Sugiyono.

2012).

Sebagai instrumen penelitian ini, peneliti menggunakan skala

likert yang terdiri dari beberapa aitem pernyataan dan ditunjukan

dengan skor kuantitatif, skala yang memiliki 4 alteratif yaitu STS)

sangat tidak setuju, S (setuju), TS (tidak setuju), dan SS (sangat

setuju). Ini memiliki skor tiap aitem yang bergerak dari nilai minimal

yaitu 1 hingga maksimal yaitu 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh

subjek, maka semakin tinggi tingkat efikasi diri subjek dan

sebaliknya jika semakin rendah skor subjek maka semakin rendah

tingkat efikasi diri subjek.

Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah

skala untuk mengungkap efikasi diri siswa SMK PGRI 1 Surabaya

(55)

46

1. Skala Efikasi Diri

Indikator yang digunakan dalam skala efikasi diri ini

adalah, Efficacy expectacy (keyakinan individu), Outcome

expectacy (dugaan individu), Outcome value (penilaian

individu).

2. Skala Pilihan Karir (Inventori Holland)

Dalam skala pilihan karir peneliti menggunakan

inventory Holland untuk mengetahui tingkat penentuan pilihan

karir siswa SMK PGRI 1 surabaya. Dalam inventory Holland

menggunakan tingkat konsistensi sebagai acuan seseorag sudah

mampu atau belum dalam penentuan pilihan karirnya

Holland memperkenalkan konsep consistency yakni

hubungan antara kode huruf pertama dan kedua, dimana

Holland membagi kedalam tiga level yaitu: (Arifin, 2015)

a. Consistensy yaitu manakala kode huruf yang keluar

dalam lingkaran hexogen antara huruf pertama dan

kedua berdekatan.

b. Moderately Consisten yaitu jika antara huruf

pertama dan kedua terpaut satu tipe dalam lingkaran

hexagon.

c. Inconsisten yaitu dimana antara huruf pertama dan

(56)

47

3. Blue Print

Skala Efikasi diri yang digunakan dalam penelitian ini

dibuat dengan dua variasi yaitu pernyataan positif (favourable)

dan pernyataan negatif (unfavourable). Pernyataan positif

adalah pernyataan yang mendukung adanya suatu variabel,

sedangkan pernyataan negatif adalah suatu pernyataan yang

tidak mendukung adanya suatu variabel.

Skala ini bersifat tertutup yang setiap aitem disediakan

4 pilihan jawaban. Sistem penilaian mulai drai 1, 2, 3, dan 4 ,

sedangkan aternatif jawaban adalah sangat setuju, setuju, tidak

setuju, ragu-ragu dan sangat tidak setuju.

Penilaian yang diberikan untuk pernyataan positif

(favourable) adalah :

Skor 4 = SS (sangat setuju)

Skor 3 = S (setuju)

Skor 2 = TS (tidak setuju)

Skor 1 = STS(sangat tidak setuju)

Begitu pula sebaliknya untuk pernyataan negatif

(unfavourabel) penilaian yang diberikan adalah :

Skor 1 = SS (sangat setuju)

Skor 2 = S (setuju)

Skor 3 = TS (tidak setuju)

(57)

48

Jumlah butir item skala efikasi diri dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 1 Blue Print Efikasi Diri

No

Indikator

Aitem

Jumlah Favourable Unfavourabel

1 Efficacy expectancy 2,6,7,19 8,11,13,20 8

2 Outcome Expectancy 14,17,18 4,9,15 6

3 Outcome Value 1,3,12 5,10,16 6

Jumlah 10 10 20

G. Validitas

Menurut Syaifudi Azwar, Validitas berasal dari kata validity,

yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu

alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. (Azwar, 1998).

Uji validitas skala Efikasi diri menggunakan bantuan

komputer program Statistical Package For Sosial Science (SPSS)

versi 16 for windows.

Syarat bahwa item-item tersebut valid adalah nilai korelasi

(r-hitung) harus positif dan lebih besar atau sama dengan r tabel

(58)

49

H. Reliabilitas

Uji reabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi atau

keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila instrumen

tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden.

Hasil uji reabilitas mencerminkan dapat dipercaya dan tidaknya suatu

intrumen penelitian berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan

suatu alat ukur dalam pengertian bahwa hasil pengukuran yang

didapatkan merupakan ukuran benar dari sesuatu yang diukur (Budi,

2006).

Pengujian reliabilitas menggunakan metode Alpha-Cronbach.

Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel dan tidaknya

suatu instrumen penelitian umumnya adalah perbandingan antara nilai

r hitung dengan r tabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat

signifikansi 5%. Apabila dilakukan pengujian reliabilitas dengan

metode Alpha Cronbach, maka nilai r hitung diwakili oleh Alpha.

Menurut Santoso dalam (Budi, 2006), apabila alpha hitung lebih besar

daripada r tabel dan alpha hitung bernilai positif, maka suatu

instrumen penelitian dapat disebut reliabel.

I. Analisis Data

Setelah di jelaskan tentang hipotesis penelitian dalam BAB I

maka dalam pembahasan kali ini peneliti mencoba menguji hipotesis

(59)

50

1. Ha. Ada hubungan antara efikasi diri dengan konsistesi

pilihan karir siswa SMK PGRI 1 Surabaya.

2. Ho. Tidak ada hubungan antara efikasi diri dengan

konsstensi pilihan karir Siswa SMK PGRI 1 Surabaya.

Jika (Ho) terbukti setelah diuji, maka (Ho) diterima dan (Ha)

ditolak. Namun sebaliknya jika (Ha) terbukti setelah diuji maka (Ha)

diterima dan (Ho) ditolak.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji statistik tau

kendall untuk menguji hipotesis yang ada karena datanya berskala

ordinal. Uji statitistik tau kendall di gunakan untuk menguji hipotesisi

asosiatif (uji hubungan) dua variabel jika datanya berskala ordinal.

Korelasi tau kendall di simbolkan dengan “τ”. Karena data yang di

gunakan harus bersifat ordinal maka sebelumnya perlu di susun dalam

bentuk rangking terlebih dahulu.

Uji korelasi dapat menghasilkan korelasi yang bersifat positif

(+) dan negatif (-). Jika korelasinya positif, maka hubungan kedua

variabel bersifat searah (berbanding lurus), yang berarti semakin

tinggi nilai variabel bebas maka semakin tinggi pula nilai variabel

terikatnya, begitu pula sebaliknya. Jika korelasinya negatif, maka

hubungan kedua variabel bersifat tidak searah (berbanding terbalik),

yang berarti semakin tinggi nilai variabel bebas maka semakin rendah

(60)

51

berkisar antara 0 sampai dengan 1, dengan ketentuan semakin

mendekat angka satu maka semakin kuat hubungan kedua variabel,

dan sebaliknya semakin mendekati angka nol semakin lemah

(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Dalam bab IV ini hasil penelitian dan pembahasan peneliti

menyajikan profil lembaga yang didalamnya terdapat pembahasan tentang

gambaran umum lokasi penelitian. Karena peneliti telah memilih SMK

PGRI 1 Surabaya sebagai lokasi penelitian maka yang tersaji disini adalah

sub-sub bahasan tentang sejarah singkat berdirinya SMK PGRI 1 Surabaya

yang didalamnya terdapat jati diri, visi dan misi, struktur bangunan dan

rencana pengembangan SMK PGRI 1 Surabaya.

Selain itu akan disajikan pula hasil penelitian maupun analisis hasil

skor jawaban skala penelitian. Mulai dari uji validitas dan uji reliabilitas

alat ukur degan menggunakan teknik korelasi kendall tau yang dihitung

secara statistik dan sistematis, sesuai dengan rumusan masalah yang telah

dicermati sebelumnya.

Peneliti menggunakan teknik korelasi kendall tau karena teknik

korlasi kendall tau digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif (uji

Gambar

  Tabel 1
  Tabel 2. Descriptive Statistics
Tabel Uji Validitas
  Tabel 4  Reliabilitas
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sekarang mari kita perhatikan program diatas, pada baris ke 3 dan 4, program akan membentuk sebuah tipe variabel baru bernama angka yang bertipe sama dengan integer, dan

Sasaran tindakan pada penelitian yang berjudul “ Penggunaan Media Papan Angka Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengurutkan Bilangan Asli Sampai 100 Pada Anak Tunarungu Kelas

Pada penelitian ini dilakukan uji kombinasi aktivitas antioksidan ekstrak umbi bit dan ekstrak kelopak bunga rosella dengan metode DPPH serta menentukan kandungan

Apakah terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Asset baik secara parsial maupun bersama-sama Terhadap Penyaluran Kredit Pada

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada lembaga keuangan syariah mengenai manajemen strategi, khususnya pembiayaan mudharabah yang bertujuan untuk

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kepuasan kerja terkait imbalan jasa berpengaruh siknifikan terhadap kinerja perawat, terdapat pengaruh yang signifikan antara kepuasan

Model yang secara intrinsik linier tidak dipertimbangkan sebagai penduga model hubungan diameter dan tinggi untuk jenis jambu-jambu meskipun mempunyai nilai R 2 yang jauh lebih

[r]