HUBUNGAN EFIKASI DIRI SISWA SMK PGRI 1 SURABAYA DALAM KONSISTENSI PILIHAN KARIR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Psikologi (S.Psi)
Oleh: Abdur Rouf B37209003
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
INTISARI
Latar belakang penulis mengambil judul hubungan antara efikasi diri siswa SMK PGRI 1 Surabaya dengan kosistensi pilihan karir adalah karena siswa-siswa SMK PGRI 1 Surabaya dalam konsistensi memilih karir cenderung kurang, dikarenakan lebih mementingkan pendapat orang lain daripada kemampuannya sendiri. Dari judul di atas adakah hubungan antara efikasi diri dengan konsistensi pilihan kari dan seberapa kuat hubungan antara efikasi diri dengan konsistesi pilihan karir Siswa SMK PGRI 1 Surabaya?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efikasi diri siswa SMK PGRI 1 Surabaya serta adakah hubungan antara efikasi diri siswa SMK PGRI 1 Surabaya dengan kosistensi pilihan karir. peneliti menggunakan metode kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan konsistensi pilian karir siswa SMK PGRI 1 Surabaya. Serta sifat hubungan yang positif.
DAFTAR ISI
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
a. Manfaat Teoritis ... 4
b. Manfaat Praktis ... 5
E. Keaslian Penelitian... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Efikasi Diri ... 9
1. Pengertian Efikasi Diri ... 9
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efikasi Diri... 10
3. Dimensi Efikasi Diri ... 11
1) Magnitude ... 11
2) Generality... 12
3) Strength ... 12
4. Sumber Efikasi Diri ... 12
1) Pengalaman Performasi ... 13
2) Pengalaman Vikarius ... 14
3) Persuasi Sosial ... 14
4) Keadaan Emosi ... 14
5. Proses Efikasi Diri ... 15
1) Proses kognitif ... 15
2) Proses Motivasional ... 17
3) Proses Afektif... 18
4) Proses Seleksi... 18
6. Perkembangan Efikasi Diri ... 19
7. Pengaruh Self Efficacy Bagi Fungsi Individu ... 24
8. Dampak Efikasi Diri ... 25
B. Pilihan Karir ... 27
1. Definisi Pilihan Karir ... 27
2. Dimensi Pilihan Karir ... 28
c. Artistik ... 30
d. Sosial ... 30
e. Enterpreising ... 31
f. Konvensional ... 31
3. Proses Pemilihan Karir... 32
a. Masa Fantasi ... 32
b. Masa Tentatif ... 32
c. Masa Realistik ... 34
4. Pertimbangan-Pertimbangan Dalam Pemilihan Karir ... 34
a) Faktor Internal ... 34
b) Faktor Eksternal ... 35
5. Langkah-Langkah Pemilihan Karir ... 36
C. Efikasi Diri Siwa SKM PGRI 1 Surabaya dalam Pemilihan harir... 37
D. Hipotesis ... 40
BAB III METODE PENELITIAN ... 41
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 41
B. Identifikasi Variabel... 42
1. Variabel bebas ... 42
2. Variabel Terikat ... 42
C. Definisi Oprasional ... 42
1. Efikasi Diri ... 43
2. Pilihan Karir ... 43
D. Subjek Penelitian ... 44
1. Populasi ... 44
E. Teknik Pengumpulan Data ... 44
F. Instrumen Penelitian ... 45
1. Skala Efikasi Diri ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 52
a. Gambaran Umum Tempat Penelitian...52
b. Persiapan Penelitian...57
1. Survey Awal...58
2. Studi Pustaka...58
3. Penyusunan Kuesioner...59
B. Deskripsi Dan Reliabilitas Data ... 60
1. Efikasi Ddiri ... 60
2. Hasil Uji Validitas Skala Efikasi Diri ... 61
3. Reliabilitas Skala Efikasi Diri ... 63
4. Inventori Holland ... 64
C. Hasil Penelitian ... 68
BAB V PENUTUP... 77
A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 77
Daftar Pustaka ... 79
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan tuntutan dunia globalilasi, terutama dengan
diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) maka setiap orang
dituntut untuk meningkatkan kualitas serta keahlihan dalam dunia kerja,
karena dalam MEA warga asing bebas bekerja di Indonesia, begitu pula
sebaliknya warga Indonesia bebas bekerja di wilayah Asean. Karena itulah
peningkatan keahlihan masyarakat Indonesia perlu di tingkatkan. Peningkatan
keahlihan adalah tugas setiap individu agar tidak menjadi pecundang di negeri
sendiri. Peningkatan keahlihan bisa dilakukan dengan konsistensi pilihan karir
setiap individu.
Pemilihan karir bagi seseorang sangat penting agar seseorang bisa
menentukan fasionnya. Bukan hanya bagi para sarjana penentuan pilihan karir
seharusnya sudah ditanamkan bagi setiap individu sejak usia dini agar ketika
dewasa setiap individu bisa lebih mapan dengan pilihan karirnya. Penentuhan
pilihan karir tidak selamanya sama dengan penentuan pilihan pekerjaan
karena karir cakupannya lebih luas dari pada pekerjaan itu sendiri. Ketika
individu sudah bisa menentukan pilihan karirnya maka individu tersebut bisa
2
Seperti dalam teory Krumboltz lebih memfokuskan pada proses
pembelajaran yang mengarahkan pada keyakinan dan minat diri serta
bagaimana hal ini mempengaruhi proses pengambilan keputusan karir.
(Alwisol, 2011).
Mempersiapkan masa depan seperti memilih karir pada umumnya
adalah tugas remaja akhir yang usianya antara 15-19 tahun, permasalahan
karir pada remaja biasanya dihadapkan pada pemilihan karir dalam bidang
pendidikan yang berhubungan dengan pekerjaan nantinya, seperti dalam teori
Holland, dalam teori karirnya mengemukakan suatu teori umum yang
berusaha mengaitkan secara langsung orientasi pribadidengan lingkungan
termasuk segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, orang dewasa
yang dianggap memiliki peranan yang penting. Pelihan karir merupakan
ekspresi, atau perpanjangan kepribadian kedalam dunia kerja, sebuah
perbandingan diri dengan persepsi penduduk dan penirimaanatau penolakan
selanjutnya adalah penentu utama dalam pilihan karir. Jadi pilihan karir
merupakan gambaran latar belakang seseorang yang menyangkut segala aspek
kehidupannya.
Keputusan akan pilihan seseorang khususnya bagi siswa-siswi SMK
PGRI dalam pemilihan karir diperlukan pemahaman terhadap kemampuan,
bakat dan potensi yang ada pada diri siswa untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan demi masa mendatang secara tepat dan efektif. Adapun pemilihan
3
pemilihan keputusan jenjang kedepannya, pemilihan karir di butuhkan untuk
mengerti dan memahami dimana seseorang dituntut untuk memilih kemana
proses lebih lanjut bakat dan keinginan siswa untuk berproses. Maka dari itu
seorang siswa sebelum menentukan pilihan karir seharusnya siswa memahami
betul potensi yang ada pada dirinya agar tidak mengalami kebimbangan dalam
penentuan setelah tamat sekolah.
Untuk pemilihan karir diperlukan efikasi diri, efikasi diri menurut
Bandura adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat
berfungsi dalam situasi tertentu, setiap orang memiliki keyakinan atau
harapan yang mengenal kebiasaan dirinya, dan harapan hasil yang diperoleh.
Jadi setiap siswa SMK harus mempunyai alat ukur terhadap dirinya sendiri
bahwasanya pribadi siswa itu yang cocok dalam bidang apa dalam berkarir
agar mendapat hasil dan harapan yang sesuai dengan keinginannya. Untuk
mendapatkan efikasi diri tentang pemilihan karir diperlukan sumber
pengalaman performasi, pengalaman vikarius, persuasi sosial, dan keadaan
emosi.
Berdasarkan fenomena di atas dan semakin cepatnya perubahan
globalisasi, peneliti merasa perlu untuk melakukan observasi serta wawancara
terhadap efikasi diri siswa SMK dalam menentukan pilihan karirnya. Peneliti
memilih SMK PGRI 1 Surabaya sebagai obyek penelitihan karena setelah
melakukan observasi sederhana, peneliti menemukan sesuatau yang ganjal,
4
ikut teman-teman, ada juga yang menjawab terserah apa kata orang tua, maka
perlu ditindak lanjuti tentang efikasi diri siswa SMK PGRI 1 surabaya. Dalam
penelitian ini peneliti berharap bisa lebih mengetahui tentang pentingnya
efikasi diri terhadap penentuan karir agar bisa di gunakan, tidak hanya bagi
siswa SMK PGRI 1 Surabaya saja, namun bagi masyarakat pada umumnya.
B. Rumusan Masalah
Dari judul diatas dapat diambil rumusan masalah adakah hubungan
antara efikasi diri dengan konsistensi pilihan karir siswa SMK PGRI 1
Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan secara metodelogis dan empiris ini
bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara efikasi diri dengan
konsistensi pilihan karir siswa SMK PGRI 1 Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
konstribusi pemikiran bagi psikologi pendidikan.
5
Dengan penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk masyarakat dan
dunia pendidikan agar bisa digunakan sebagai referensi tentang pentingnya
efikasi diri dalam konsistensi pilihan karir.
E. Keaslian Penelitian
Beberapa kajian penelitian sebelumnya yang berkaitan tentang efikasi
diri adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang berjudul “Pelatihan “PLANS” untuk Meningkatkan Efikasi
Diri dalam pengambilan keputusan karir” oleh Ardiyanti, Alsa, (2015)
program studi Magister profesi psikologi fakultas psikologi Universitas
Gajah Mada, mengkaji tentang pentingnya efikasi dalam pemilihan karir.
Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen,
adapun hasil dari penelitian ini adalah adanya perbedaan skor efikasi diri
dalam pengambilan keputusan karir. Kelompok eksperimen menunjukkan
peningkatan skor efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir setelah
dilakukan pelatihan PLANS, sementara pada kelompok kontrol tidak
terjadi perubahan yang berartipada skor efikasi diri dalam pengambilan
keputusan karir.
2. Penelitian yang berjudul “Pelatihan Efikasi Diri untuk Meningkatkan
Kemampuan Pengambilan Keputusan Karir Siswa SMA” oleh Iffah, (2012)
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan efikasi diri terhadap
6
menggunakan metode eksperimen dengan desain randomized matched
pretest-posttest, alat ukur yang digunakan adalah skala kemampuan
pengambilan keputusan karir, wawancara dan observasi. Hasil penelitian
ini adalah menunjukkan bahwa pelatihan efikasi diri berpengaruh untuk
meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir pada siswa SMA.
3. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Kelompok Refrensi dan Efikasi Diri
Terhadap Pengambilan Keputusan Dalam Memilih Jurusan Kedokteran
Siswa Kelas XII SMA N 1 Samarinda” oleh Al-Faraqi, (2015) mahasiswa
Program S1 Ilmu Psikologi, Fakultas Illmu sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kuantitatif. Adapun hasil dari penelitian ini adalah kekuatan pengambilan
keputusan dalam memilih jurusan kedokteran pada siswa kelas XII IPA
SMA N 1 Samarinda tergolong dalam ketegori sangat tinggi, terdapat
pengaruh positif dan sangat signifikan antara kelompok referensi dan
efikasi diri terhadap pengambilan keputusan jurusan kedokteran siwa kelas
XII IPA SMA N 1 Samarinda.
4. Penelitian yang berjudul ”efektivitas pelatihan sefy untuk meningkatkan
efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir siswa” oleh Hamzah,
Achmad, Shohib, (2014), fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sefy
berpengaruh dalam meningkatkan efikasi diri pengambilan keputusan karir
7
metode eksperimen dengan desain one-group pretest-posttest. Hasil dari
penelitian ini adalah pelatihan sefy memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap meningkatnya efikasi diri keputusan karir pada siswa sekolah
menengah atas di Malang.
5. Penelitian ini berjudul “efektifitas pelatihan perencanaan karir terhadap
peningkatan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir siswa MAN
Yogyakarta II”. Oleh Nurlaely Izzawati, (2015), prodi Psikologi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas
pelatihan perencanaan karir untuk meningkatkan efikasi diri dalam
pengambilan keputusan karir pada siswa MAN Yogyakarta II. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif experimen
randomized pre test – post test with control group desain. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah ada perbedaan skor pretest dan prosttest pada
kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan, jadi pelatihan
perencanaan karir efektif untuk meningkatkan efikasi diri dan pengambilan
keputusan karir.
Jika diletakkan dalam perspektif penelitian terdahulu mengenai studi
tentang efikasi diri, peneliti menemukan beberapa penelitian yang sudah
dilakukan seperti yang sudah disinggung dalam poin-poin diatas, memang
banyak kesamaan mengenai variable yang diambil yaitu mengenai efikasi diri.
8
penelitian kali ini adalah metode kuantitatif, perbedaan subyek yang dituju,
dan tempat penggalian data. Penelitian kali ini subyek dituju adalah siswa
SMK PGRI 1 Surabaya, sedangkan tempat penggalian data berada di SMK
PGRI 1 Surabaya. Jadi dapat dikatakan bahwa judul “Efikasi Diri Siswa SMK
PGRI 1 Surabaya Dalam Konsistensi Pilihan Karir” belum pernah dilakukan,
sehingga skripsi ini bukan merupakan duplikasi atau replikasi dari penelitian
terdahulu, artinya masalah dalam penelitian ini adalah benar-benar baru dan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Efikasi Diri
1. Pengertian Efikasi Diri
Bandura (1997) menyatakan efikasi diri adalah evaluasi
seseorang terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan
sebuah tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan.
Branden (1992) 1) keyakinan terhadap fungsi otak dan
kemampuannya dalam berpikir, menilai, memilih, dan mengambil suatu
keputusan; 2) keyakinan terhadap kemampuannya dalam memahami
fakta-fakta nyata; 3) secara kognitif percaya pada diri sendiri; 4) secara
kognitif mandiri.
Baron dan Byrne (1991) mendefinisikan self efficacy sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi diri dalam
melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
efikasi diri adalah kemampuan seseorang dalam mengevaluasi diri,
mampu atau tidak dalam menjalankan tugas dan mencapai tujuan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Diri
Bandura (1986) berpendapat bahwa efikasi diri di pengaruhi
10
1) Sifat tugas yang dihadapi, meliputi tingkat kesulitan
kompleksitas dari tugas yang diberikan. Semakin sulit
dan kompleks suatu tugas yang dihadapi, maka semakin
besar kecenderungan individu menilai rendah
kemampuannya untuk dapat menyelesaikan tugas
tersebut, demikian juga sebaliknya.
2) Insentif eksternal yang diterima, apabila individu
berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik dan diberi
reward yang positif oleh orang lain, maka akan dapat
meningkatkan efikasi diri. Semakin besar reward
tersebut semakin tinggi efikasi diri.
3) Status atau peran individu dalam lingkungan, apabila
individu dalam lingkungannya memiliki peran sebagai
pemimpin, maka efikasi diri individu tersebut cenderung
lebih tinggi daripada individu yang berperan sebagai
bawahan. Individu pemimpin biasanya kemampuan atau
perintahnya akan diikuti oleh bawahan, sehingga
menambah keyakinan dirinya yang berarti meningkatkan
efikasi diri.
4) Informasi tentang kemampuan diri, setiap individu dapat
diyakinkan secara verbal oleh lingkungannya bahwa
dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi dan
11
mendapatkan informasi bahwa dirinya mampu dan
memiliki kompetensi dalam bidang tertentu, hal ini dapat
menambah keyakinan akan kemampuan dirinya dalam
mengerjakan sutau tugas yang berarti efikasi diri
individu itu meningkat, dan sebaliknya bila mendapat
informasi bahwa individu tersebut tidak mampu dalam
bidang tertentu, maka hal ini dapat mengurangi
keyakinan akan kemampuan dirinya dalam mengerjakan
suatu tugas yang berarti efikasi dirinya akan rendah.
3. Dimensi Efikasi Diri
Menurut Bandura (1997) self efficacy pada individu terdiri dari tiga dimensi, yaitu:
1) Magnitude, dimensi ini berhubungan dengan tingkat kesulitan tugas yang diyakini seseorang dapat dicapai.
Jika seseorang dihadapkan pada suatu tugas yang
tersusun menurut tingkat kesulitannya masing-masing,
maka akan lebih cenderung memilih tugas yang lebih
mudah dan sederhana, dan dilanjutkan dengan tugas
yang lebih sulit sampai dengan tugas yang sangat sulit
yang disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan pada
12
tugas yang sifatnya sulit dibandingkan tugas yang
sifatnya mudah.
2) Generality, dimensi ini berkaitan dengan suatu kepercayaan diri yang ada dalam diri seseorang yang
dapat ia wujudkan dalam meraih performa tertentu. Ada
yang terbatas pada tingkah laku khusus dan ada yang
meliputi berbagai bidang tingkah laku. Setiap individu
memiliki keyakinan yang berbeda-beda sesuai dengan
tugas yang berbeda pula dan ruang lingkup tugas-tugas
yang dilakukan bisa berbeda pula.
3) Strenght, dimensi ini berhubungan dengan derajat kemantapan individu terhadap keyakinannya dalam
meraih kesuksesan pada setiap tugas. Dimensi ini juga
berkaitan langsung dengan dimensi magnitude dimana
semakin tinggi taraf kesulitan tugas yang dihadapi,
maka akan semakin lemah keyakinan yang dirasakan
untuk menyelesaikannya.
4. Sumber Efikasi Diri
Efikasi Diri atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh,
diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau
kombinasi empat sumber, yakni pengalaman menguasai suatu prestasi,
13
1) Pengalaman Performasi
Adalah prestasi yang pernah dicapai pada masa yang
telah lalu, sebagai sumber performasi masalalu menjadi
pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi
(masa lalu) yang bagus meningkatkan expetasi efikasi, sedangkan kegagalan akan menurunkan efikasi. Mancapai
keberhasilan akan member dampak efikasi yang berbeda-beda
tergantung proses pencapaiannya.
a. Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat
efikasi semakin tinggi.
b. Kerja sendiri, lebih meningkatkan efikasi dibanding
dengan kerja kelompok, dibantu orang lain.
c. Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang merasa
sudah berusaha sebaik mungkin.
d. Kegagalan dalam suasana emosional, dampaknya
tidak seburuk kalau usahanya optimal.
e. Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan
efikasi yang kuat, dampaknya tidak seburuk kalau
kegagalan itu terjadi pada orang yang keyakinan
efikasinya belum kuat.
f. Orang yang biasa berhasil, sekali gagal tidak
14
2) Pengalaman Vikarius
Diperoleh melalui model sosial, efikasi akan meningkat
ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi
akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya
kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal, kalau figur yang
diamati berbeda dengan diri sipengamat, pengaruh vikarius tidak besar. Sebaliknya ketika mengamati kegagalan figur yang
setara dengan dirinya, bisa jadi orang tidak mau mengerjakan
apa yang pernah gagal dikerjakan figure yang diamatinya itu
dalam jangka waktu yang lama.
3) Persuasi Sosial
Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat atau
dilemahkan melalui persuasi sosial. Dampak dari sumber ini
terbatas, tatpi dalam kondisi yang tepat persuasi dari orang lain
dapat mempengaruhi efikasi diri, kondisi itu adalah rasa
percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa
yang dipersuasikan.
4) Keadaan Emosi
Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan
mempengaruhi efikasi dibidang kegiatan itu. Emosi yang kuat,
15
terjadi, peningkatan emosi yang tidak berlebihan dapat
meningkatkan efikasi diri.
5. Proses Efikasi diri
Menurut Bandura (1997), Efikasi diri mempengaruhi bagaimana
orang merasakan, berfikir, memotivasi dirinya dan bereaksi. Efikasi diri
mengatur fungsi manusia melalui empat macam proses. Proses-proses
yang berbeda ini beroperasi secara bersama-sama daripada
sendiri-sendiri. Proses-proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Proses kognitif
Pengaruh efikasi diri terhadap pola berfikir dapat
bersifat membantu atau menghambat. Pengaruh tersebut
terdiri dari berbagai bentuk, yaitu:
a. Sebagian besar pemikiran manusia ditentukan
oleh pemikiran sebelumnya mengenai
tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Penetapan
tujuan-tujuan tersebut dipengaruhi oleh
efikasi diri. Semakin tinggi efikasi diri
seseorang, maka semakin tinggi pula
komitmen atau keterlibatannya terhadap
tujuan-tujuan tersebut.
b. Dengan berfikir, seseorang mempunyai
16
peristiwa-peristiwa yang mungkin akan
terjadi padanya, sehingga dapat
mengontrolnya. Dalam hal menyelesaikan
masalah, efikasi diri mempengaruhi efisiensi
berfikir analitik.
c. Orang yang memiliki efikasi diri yang tinggi,
mempunyai gambaran keberhasilan yang
memberi dasar positif pada penampilan atau
perilakunya. Sedangkan orang yang menilai
dirinya tidak mampu lebih cenderung
mempunyai gambaran kegagalan yang
mendasari penampilan atau perilakunya.
Sedangkan orang yang menilai dirinya tidak
mampu lebih cenderung mempunyai
gambaran kegagalan yang mendasari
penampilan atau perilakunya. Penstimulasi
secara kognitif, dalam arti proses
penggambaran individu bahwa dirinya dapat
melaksanakan suatu aktivitas secara terampil,
akan meningkatkan performance atau
perilaku berikutnya.
d. Efikasi diri mempunyai fungsi kognitif
17
motivasional dan pemrosesan informasi.
Makin besar usaha untuk pemrosesan
tugas-tugas memori secara kognitif, maka
selanjutnya akan meningkatkan kemampuan
memori seseorang.
2) Proses Motivasional
Efikasi diri seseorang akan mempengaruhi motivasi
dalam beberapa hal. Kepercayaan akan Efikasi diri individu
akan dipengaruhi tingkat komitmen individu terhadap
tujuannya, yang direfleksikan dalam seberapa besar usaha
yang dilakukan seseorang dalam suatu tugas dan seberapa
lama dia akan bertahan dalam menghadapi rintangan. Makin
kuat keyakinan seseorang akan kemampuannya, makin besar
dan bersifat tetap pula usaha yang dilakukan. Ketika
menghadapi kesulitan, orang yang merasa ragu akan
kemampuannya, akan mengurangi usahanya atau bahkan
akan menggagalkan usaha tersebut lebih awal. Sebaliknya,
orang yang mempunyai keyakinan yang kuat akan
kemampuannya akan meningkatkan usahanya untuk
mengatasi tantangan. Dijelaskan pula bahwa usaha manusia
untuk mencapai dan mewujudkan keberadaan diri yang
positif memerlukan perasaan personal efikasi yang optimis.
18
penuh dengan kesulitan sehingga orang harus memiliki
perasaan kesungguhan pribadi yang kuat untuk
mempertahankan usaha-usahanya yang diperlukan untuk
menjadi sukses.
3) Proses Afektif
Keyakinan seseorang mengenai kemampuannya
dipengaruhi seberapa banyak tekanan yang dialami ketika
menghadapi situasi-situasi yang mengancam. Reaksi-reaksi
sosial tersebut dapat mempengaruhi tindakan baika langsung
maupun tidak langsung melaui pengubahan jalan pikiran.
Orang percaya bahwa dirinya dapat mengatasi situasi yang
mengancam, menunjukkan kemampuan. Oleh karena itu
tidak merasa cemas atau terganggu oleh ancaman-ancaman
yang dihadapinya. Sedangkan orang yang merasa bahwa
dirinya tidak dapat mengontrol situasi yang mengancam,
akan mengalami kecemasan yang tinggi.
4) Proses Seleksi
Manusia merupakan bagian dari produk lingkungan.
Dengan menyeleksi lingkungannya orang akan mempunyai
kekuasaan akan menjadi apa mereka. Pilihan tersebut
dipengaruhi oleh keyakinan individu akan kapabilitas
19
mereka yang mereka yakini melebihi kapabilitas mereka,
tetapi mereka siap untuk melakukan aktivitas dan memilih
lingkungan sosial yang mereka nilai dapat mereka atasi.
Semakin tinggi penerimaan efikasi diri, semakin menantang
aktivitas yang mereka pilih.
6. Perkembangan Efikasi Diri
Perkembangan self efficacy, dalam tiap fase perkembangan dibutuhkan kompetensi dari individu untuk berhasil melalui tiap fase
perkembangan tersebut. Meskipun, tahap perkembangan yang dilalui
individu tidaklah sama. Namun, keyakinan akan kemampuan diri
secara konsisten akan memberikan pengaruh dalam tiap tahap
perkembangan. Teori sosial kognitif memberikan analisis mengenai
perubahan perkembangan self efficacy sepanjang rentang hidup manusia.(Mustaqim, 2008) membedakan fase-fase perkembangan self efficacy menjadi beberapa tahapan :
a. Masa awal perkembangan. Pada awal
perkembangannya, manusia dilahirkan tanpa
merasakan sesuatu mengenai diri (self). Bayi menjelajah pengalaman seperti melihat dirinya
menghasilkan dampak dengan tindakan yang mereka
lakukan, menyediakan dasar awal untuk
mengembangkan rasa efficacy. Tangisan menghadirkan
20
dan menendang dapat menggoyangkan tempat
tidurnya. Dengan mengamati secara berulang-ulang
bahwa kejadian di lingkungannya terlihat dengan
tindakan, tetapi tidak dalam ketidakhadirannya, bayi
belajar mengenai tindakan menghasilkan dampak. Bayi
yang memiliki pengalaman sukses dalam mengontrol
kejadian di lingkungan membuatnya lebih memberi
perhatian terhadap perilakunya dan lebih kompeten
dalam mempelajari respon efficacy, dari pada bayi yang
tidak memerdulikan bagaimana mereka berperilaku.
Perkembangan efficacy personal membutuhkan lebih dari sekedar menyadari tindakan menghasilkan
dampak. Tapi tindakan tersebut harus dianggap sebagai
bagian dari diri. Diri menjadi berbeda dari orang lain
melalui pengalaman yang berbeda. Sejalan dengan bayi
yang mulai menjadi anak-anak, mereka yang berada di
sekitarnya memerhatikan dan memerlakukannya
sebagai orang yang berbeda. Berdasarkan pertumbuhan
seseorang dan pengalaman sosial, mereka membentuk
representasi simbolik dari diri mereka sebagai diri yang
berbeda.
21
knowledge) mengenai kemampuan dalam area fungsi yang lebih luas. Mereka harus membangun, menilai,
dan melakukan tes terhadap kemampuan fisik,
kemampuan sosial, keahlian bahasa, dan keahlian
kognitif dalam memahami dan mengelola banyak
situasi yang mereka hadapi setiap hari. Pengembangan
bahasa mendorong anak-anak memahami pengertian
simbolik untuk merefleksikan pengalaman dan apa
yang orang lain ceritakan kepada mereka, mengenai
kemampuannya, dan juga memperluas pengetahuan diri
mengenai apa yang bisa dan tidak bisa mereka lakukan.
Awal pengalaman efficacy berpusat pada keluarga. Keluarga menjadi tempat awal seorang anak
mengetahui perbedaan antara individu baik dari segi
usia, perbedaan jenis kelamin, dan modelling.
c. Memperluas self efficacy melalui pengaruh teman sebaya. Pengalaman pengujian efficacy anak-anak berubah secara substansial sejalan perpindahan mereka
menuju komunitas yang lebih besar. Dalam hubungan
dengan teman sebaya, mereka memperluas
pengetahuan diri mengenai kemampuannya. Teman
22
Mereka yang paling berpengalaman dan berkompeten
menjadi model efficacy dalam berpikir dan berperilaku.
d. Sekolah sebagai perantara dalam menumbuhkan self efficacy, selama periode penting dalam pembentukan kehidupan anak, sekolah mempunyai fungsi utama
untuk menumbuhkan self efficacy kognitif, serta menguji hal tersebut dalam situasi sosial. Di sini
pengetahuan dan keahlian berpikir mereka dites,
dievaluasi, dan dibandingkan secara sosial. Ketika sang
anak menguasai keahlian kognitif, mereka
mengembangkan rasa efficacy intelektual.
e. Pertumbuhan self efficacy melalui pengalaman transisional remaja, setiap periode perkembangan
membawa serta tantangan baru untuk coping efficacy, sebagai remaja yang mendekati tuntutan dewasa,
mereka harus belajar untuk memikul tanggung jawab
terhadap diri mereka sendiri dalam setiap dimensi
kehidupan. Hal ini memerlukan penguasaan benyak
keahlian dan cara untuk berintegrasi dalam masyarakat
dewasa. Belajar bagaimana menghadapi perubahan
pubertas, menjalin hubungan secara emosional, dan
persoalan seksual menjadi masalah yang sangat
23
akan dikejar juga tampak dalam periode ini. Remaja
memperluas dan memperkuat rasa efficacy mereka dengan belajar bagaimana untuk sukses dalam
berhadapan dengan masalah yang belum mereka hadapi
dengan baik.
f. Self efficacy dalam masa dewasa. Masa dewasa awal merupakan periode ketika seseorang harus belajar
untuk menangani banyak tuntutan baru yang muncul
dari hubungan persahabatan, hubungan pernikahan,
kedudukan sebagai orang tua, dan karir pekerjaan.
Seperti dalam tugas penguasaan yang lebih dulu,
sebuah bentuk rasa self efficacy berperan penting terhadap pencapaian kemampuan dan pencapaian
kesuksesan lebih lanjut. Mereka yang memasuki
kedewasaan dengan sedikit dibekali keahlian dan
terganggu oleh ketidakyakinan diri menemukan banyak
aspek dalam hidupnya penuh stress dan kemurungan.
Memulai karir pekerjaan yang produktif memberikan
tantangan transisional dalam masa dewasa awal.
Terdapat banyak cara keyakinan self efficacy menyumbang terhadap pengembangan karir dan
kesuksesan dalam menguasai suatu keahlian. Pada fase
24
mengembangkan dasar kognisi, manajemen diri, dan
keahlian interpersonal. Keahlian psikososial
menyumbang dorongan lebih kepada kesuksesan dalam
karir daripada dalam keahlian keterampilan yang
bersifat teknis.
g. Menilai kembali self efficacy dalam usia lanjut, isu self efficacy dalam usia lebih tua berpusat pada reappraisal dan misappraisal mengenai kemampuan mereka.
7. Pengaruh Self Efficacy Bagi Fungsi Individu
Self efficacy mempengaruhi individu dalam cara yang bervariasi, diantaranya (Bandura, 1997):
a. Bagi proses kognisi, self efficacy yang kuat akan mengarahkan individu untuk berpikir analitis dalam
menghadapi situasi khusus, penyelesaian terbaik dipandang
sebagai suatu tantangan yang dapat dicapai melalui kerja
keras dan komitmen yang kuat terhadap pencapaian tujuan.
b. Bila seseorang yakin dengan self efficacy yang dimilikinya, maka dapat mempengaruhi status kesehatan psikis dan
performanya.
c. Tingkat self efficacy mempengaruhi level motivasi yang dimiliki seseorang. Semakin seseorang yakin akan
kemampuannya, maka akan semakin besar dan persisten pula
25
dibuktikan dengan seberapa banyak usaha yang dilakukan
dan berapa lama mereka mampu mempertahankannya.
d. Self efficacy juga berdampak pada tingkat stres dan seberapa depresi seseorang. Ketidakyakinan pada kemampuan akan
meningkatkan rasa khawatir karena adanya perasaan yang
tidak puas yang kemudian berdampak pada timbulnya
perasaan tertekan atau stres.
e. Self efficacy mempengaruhi tujuan yang ingin dicapai seseorang. Jika self efficacy yang kuat, maka akan semakin besar tujuan yang ingin dicapai dan makin kuat komitmen
seseorang untuk mewujudkannya.
Makin kuatnya tingkat self efficacy seseorang maka ia akan
mampu bertahan (resilient) terhadap hadirnya situasi yang tidak
menyenangkan.
8. Dampak Efikasi Diri
Efikasi diri selalu berhubungan dan berdampak pada
pemilihan prilaku, motivasi dan keteguhan individu dalam
menghadapi setiap persoalan yang dihadapi. Menurut Luthans
efikasi diri mempengaruhi tiga hal. (Luthans, 2006)
1) Pemilihan Perilaku
Pemilihan perilaku yaitu keputusan akan dibuat atas
dasar berapa ampuhnya seseorang merasa terhadap pilihan.
26
2) Usaha Motivasi
Usaha motivasi yaitu orang yang akan mencoba untuk
lebih keras dan lebih banyak memberikan usaha pada tugas
dimana individu mempunyai efikasi yang lebih tinggi daripada
individu dengan penilaian kemampuan rendah.
3) Keteguhan
Keteguhan yaitu orang dengan efikasi diri tinggi akan
bertahan ketika menghadapi masalah atau bahkan gagal,
sedangkan orang dengan efikasi diri rendah cenderung
menyerah ketika hambatan muncul.
Individu yang memiliki Efikasi Diri yang tinggi adalah
ketika individu tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu
menangani sesecara efektif peristiwa dan situasi yang mereka
hadapi, tekun dalam menyelesaikan tugas-tugas, percaya pada
kemampuan diri yang mereka miliki, memandang kesulitan sebagai
tantangan bukan ancaman dan suka mencari situasi baru,
menetapkan sendiri tujuan yang menantang dan meningkatkan
komitmen yang kuat terhadap dirinya, menanamkan usaha yang
kuat dalam apa yang dilakuakanya dan meningkatkan usaha saat
menghadapi kegagalan, berfokus pada tugas dan memikirkan
strategi dalam menghadapi kesulitan, cepat memulihkan rasa
27
atau ancaman dengan keyakinan bahwa mereka mampu
mengontrolnya.
B. Pilihan Karir
1. Definisi Pilihan Karir
Para ahli psikoanalisis memandang asal mula dari minat
seseorang adalah sebagai suatu respon pada suatu kebutuhan ego untuk
dihargai dan staus yang memuaskan.
Menurut Anne Roe (1989), dalam teorinya bahwa pola
perkembangan arah pilihan karir akan mencerminkan orientasi dasar
pribadi yang berasal dari kebiasaan mengasuh anak.
Ginzberg (1989), meninjau pemilihan karir sebagai suatu proses
yang mencakup tiga periode, yaitu fantasi (6-11 tahun), tentatif (12-17 tahun), realistis (18-... tahun).
Menurut Super (1989), pemilihan jabatan itu di
implementasikan dengan konsep diri.
Carter (1994) menyatakan bahwa pilihan karir adalah sikap
vokasional individu berkembang dari usaha untuk menyesuaikan
kepada keluarga dan tuntutan sosial serta kepada persepsinya sendiri
terhadap kebutuhan dan kemampuan.
Peter M. Blau (1950) mengemukakan bahwa arah pilihan karir
seseorang merupakan suatu proses yang berlangsung lama dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor penunjang maupun faktor
28
Menurut Holland (1989), dalam teori karirnya mengemukakan
suatu teori umum yang berusaha mengaitkan secara langsung orientasi
pribadi dengan lingkungan termasuk segala pengaru budaya, teman
bergaul, orang tua, orang dewasa yang dianggap memiliki peranan yang
penting.
Menurut pengertian para ahli di atas bisa disimpulkan bahwa
pilihan karir adalah gambaran pribadi seseorang yang diekspresikan
kepada karir yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan orang-orang
yang dianggap penting dalam hidup seseorang.
2. Dimensi Pilihan Karir
Menurut Holland ada enam jenis lingkungan okupasional yang
disenangi, Perkembangan tipe-tipe kepribadian adalah hasil dari
interaksi-interaksi faktor-faktor bawaan dan lingkungan (Winkel, 2005)
dan interaksi-interaksi ini membawa kepada preferensi-preferensi untuk
jenis-jenis aktivitas-aktivitas khusus, yang pada gilirannya
mengarahkan individu kepada tipe-tipe perilaku-perilaku tertentu, yaitu
: (Manhiru, 1992)
a. Realistis
Tipe ini yang preferensinya pada aktivitas-aktivitas yang
memerlukan manipulasi eksplisit, teratur, atau sistematik
terhadap obyek-obyek, alat-alat, mesin-mesin, dan
29
bantuan atau pendidikan. Preferensi-preferensi membawa
kepada pengembangan kompetensi-kompetensi dalam
bekerja dengan benda-benda, binatang-binatang, alat-alat
dan perlengkapan teknik, dan mengabaikan
kompetensi-kompetensi sosial dan pendidikan. Menganggap diri baik
dalam kemampuan mekanikal dan atletik dan tidak cakap
dalam keterampilan-keterampilan sosial
hubungan-hubungan insani. Menilai tinggi benda-benda nyata, seperti :
uang dan kekuasaan. Ciri-ciri khususnya adalah
praktikalitas, stabilitas, konformitas. Mungkin lebih
menyukai keterampilan-keterampilan dan okupasi-okupasi
teknik.
b. Investigatif
Tipe ini memiliki preferensi untuk aktivitas-aktivitas yang
memerlukan penyelidikan observasional, simbolik,
sistema-tik, dan kreatif terhadap fenomena fisik, biologis, dan
kultural agar dapat memahami dan mengontrol fenomena
tersebut, dan tidak menyukai aktivitas-aktivitas persuasif,
sosial, dan repetitif. Contoh-contoh dari okupasi-okupasi
yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan tipe-tipe investigatif
30
c. Artistik
Tipe ini lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang ambiguous,
bebas, dan tidak tersistematisasi untuk menciptakan
produk-produk artistik, seperti lukisan, drama, karangan. Tidak
menyukai aktivitas-aktivitas yang sistematik, teratur, dan
rutin. Kompetensi-kompetensi dalam upaya-upaya artistik
dikembangkan dan keterampilan-keterampilan yang rutin,
sistematik, klerikal diabaikan. Memandang diri sebagai
ekspresif, murni, independen, dan memiliki
kemampuan-kemampuan artistik. Beberapa ciri khususnya adalah
emosional, imaginatif, impulsif, dan murni. Okupasi-okupasi
artistik biasanya adalah lukisan, karangan, akting, dan seni
pahat.
d. Sosial
Tipe ini lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang melibatkan
orang-orang lain dengan penekanan pada membantu,
mengajar, atau menyediakan bantuan. Tidak menyukai
aktivitas-aktivitas rutin dan sistematik yang melibatkan
obyek-obyek dan materi-materi. Kompetensi-kompetensi
sosial cenderung dikembangkan, dan hal-hal yang bersifat
manual & teknik diabaikan. Menganggap diri kompeten
dalam membantu dan mengajar orang lain serta menilai
31
Beberapa ciri khususnya adalah kerja sama, bersahabat,
persuasif, dan bijaksana. Okupasi-okupasi sosial mencakup
pekerjaan-pekerjaan seperti mengajar, konseling, dan
pekerjaan kesejahteraan sosial.
e. Enterprising
Tipe ini lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang melibatkan
manipulasi terhadap orang-orang lain untuk perolehan
ekonomik atau tujuan-tujuan organisasi. Tidak menyukai
aktivitas-aktivitas yang sistematik, abstrak, dan ilmiah.
Kompetensi-kompetensi kepemimpinan, persuasif dan yang
bersifat supervisi dikembangkan, dan yang ilmiah diabaikan.
Memandang diri sebagai agresif, populer, percaya diri, dan
memiliki kemampuan memimpin. Keberhasilan politik dan
ekonomik dinilai tinggi. Ciri-ciri khasnya adalah ambisi,
dominasi, optimisme, dan sosiabilitas.
f. Konvensional
Tipe ini lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang memerlukan
manipulasi data yang eksplisit, teratur, dan sistematik guna
memberikan kontribusi kepada tujuan-tujuan organisasi.
Tidak menyukai aktivitas-aktivitas yang tidak pasti, bebas
dan tidak sistematik. Kompetensi-kompetensi dikembangkan
dalam bidang-bidang klerikal, komputasional, dan sistem
32
diabaikan. Memandang diri sebagai teratur, mudah
menyesuaikan diri, dan memiliki keterampilan-keterampilan
klerikal dan numerikal. Beberapa ciri khasnya adalah
efisiensi, keteraturan, praktikalitas, dan kontrol diri.
Okupasi-okupasi yang sesuai adalah bankir, penaksir harga,
ahli pajak, dan pemegang buku.
3. Proses Pemilihan Karir
Proses pemilihan karir oleh Ginzberg (1996) diklasifikasikan
menjadi tiga tahapan yaitu:
a. Masa Fantasi
Masa ini berlangsung pada individu dengan tahap usia 6-12
tahun. Pada masa ini proses pemilihan pekerjaan masih
bersifat sembarangan atau asal pilih, tanpa didasarkan pada
pertimbangan yang masak mengenai kenyataan yang ada.
Pilihan pekerjaan pada masa ini hanya didasari oleh kesan
yang dibuat untuk kesenangan semata.
b. Masa Tentatif
Masa ini berlangsung mencakup anak usia 11-18 tahun.
Masa ini oleh Ginzberg diklasifikasikan menjadi empat
tahap, yaitu:
1) Tahap Minat (11-12 tahun)
Masa dimana individu cenderung melakukan pekerjaan
33
karirpun juga didasari atas kesenangan, ketertarikan atau
minat individu terhadap objek karir, dengan tanpa
mempertimbangkan banyak faktor. Akan tetapi seelah
menyadari bahwa minatnya berubah-ubah maka individu
akan menanyakan kepada dirinya tentang kemampuan
yang dimilikinya untuk melakukan suatu pekerjaan.
2) Tahap Kapasitas (13-14 tahun)
Masa dimana individu mulai melakukan pekerjaan atau
kegiatan sesuai dengan kemampuannya masing-masing,
orientasi pilihan pekerjaan juga dicocokkan dengan
minat dan kesukaannya.
3) Tahap Nilai (15-16 tahun)
Yaitu tahap dimana kapasitas itu akan diinterpretasikan
secara sederhana oleh individu yang mulai menyadari
bahwa terdapat suatu kandungan nilai-nilai tertentu dari
suatu jenis pekerjaan, baik nilai yang bersifat pribadi
maupun serangkaian nilai yang bersifat kemasyarakatan.
4) Tahap Transisi (17-18 tahun)
Yakni keadaan dimana individu akan memadukan
orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya,
minat, kapasitas, dan nilai, untuk dapat direalisasikan
34
c. Masa Realistik
Masa ini mencakup usia 18-24 tahun, pada masa ini okupasi
terhadap pekerjaan telah mengalami perkembangan yang
lebih realistis, orientasi minat, kapasitas, dan nilai yang
dimiliki terhadap pekerjaan akan direfleksikan secara runtut
dan terstrukturuntuk memilih jenis pekerjaan atau untuk
memilih perguruan tinggi yang sesusi dengan arah tentatif
mereka.
4. Pertimbangan-Pertimbangan dalam Pemilihan Karir a) Faktor Internal
Winkel dan Hastuti (2004) menyatakan bahwa fakor yang
mempengaruhi perkembangan karir ada dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal, adapun faktor internal antara lain :
1. Nilai-nilai kehidupan yaitu ide-ide yang dikejar oleh
seseorang dimanapun dan kapanpun.
2. Minat yaitu ide-ide yang dikejar seseorang untuk
merasa tertarik pada suatu bidang.
3. Sifat-sifat yaitu ciri-ciri kepribadian yang memberikan
corak khas pada seseorang.
4. Pengetahuan yaitu informasi yang dimiliki tentang diri
sendiri dan bidang tertentu.
5. Keadaan jasmani yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki
35
b) Faktor Eksternal
Yang termasuk faktor eksternal adalah:
1. Masyarakat yaitu lingkungan sosial budaya dimana
seseorang dibesarkan.
2. Keadaan sosial ekonomi negara atau daerah yaitu laju
pertumbuhan ekonomi tinggi, tengah dan sedang, serta
disertifikasi masyarakat kelompok terbuka dan tertutup
bagi anggota dalam kelompok lain.
3. Status sosial ekonomi keluarga yaitu setingkat
pendidikan orangtua, tinggi rendahnya pendapatan
orangtua, jabatan orangtua, daerah tempat tinggal dan
suku bangsa.
4. Pengaruh dari seluruh anggota keluarga besar dan inti.
5. Pendidikan sekolah yaitu pandangan mengenai
nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya
jabatan dan kecocokan tertentu untuk anak laki-laki dan
perempuan.
6. Pergaulan teman-teman sebaya yaitu pandangan
tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan
sehari-hari.
7. Tuntuan yang melekat pada masing-masing jabatan dan
36
mempersiapkan seseorang untuk diterima pada jabatan
tertentu dan berhasil didalamnya.
5. Langkah-Langkah Pemilihan Karir
Menurut Gellat’s (Sukardi, 2010), teori keputusan adalah salah
satu metode yang digunakan untuk menjelaskan proses pemilihan karir
dan kemudian memberikan suatu kerangka kerja atau pedoman kerja.
Ada beberapa langkah dalam proses pengambilan keputusan, yaitu :
a. Langkah pertama, dimulai apabila individu mengenal
kebutuhan untuk mengambil keputusan, kemudian
menentukan sasaran atau tujuan.
b. Langkah kedua, idividu perlu mengumpulkan data dan
mengadakan survey tentang kemungkinan bidang
kegiatan.
c. Langkah ketiga, melibatkan penggunaan data dalam
menentukan kemungkinan bidang kegiatan, hasil-hasil
dan kemungkinan keberhasilan.
d. Langkah keempat, mengestimasi hasil-hasilyang
dikehendaki, perhatian dipusatkan pada sistem nilai
individual.
e. Langkah kelima, melibatkan evaluasi dan seleksi suatu
keputusan ialah suatu keputusan terminal atau
investigasi keputusan. Jika keputusan terminal
37
kemungkinan dan hasil dari keputusannya dalam
kaitannya dengan sistem prediksi.
C. Hubungan Efikasi Diri Siswa PGRI 1 Surabaya Dalam Konsistensi Pilihan Karir
Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana hubungan efikasi diri
siswa SMK PGRI 1 Surabaya dalam konsistensi pilihan karir, karir
manakah yang sesuai dengan kemauan siswa atau kemampuan siswa,
bukan dari keinginan orang tua atau karena pengaruh teman-temannya,
meskipun efikasi diri tidak bisa lepas dari pengaruh sosial dan lingkungan,
pembentukan efikasi diri harus dilakukan sejak dini agar menjadi
kebiasaan yang positif bagi siswa.
Menurut Bandura (1997), seseorang didalam hidupnya dituntun
oleh keyakinan akan self efficacy-nya. Self efficacy merujuk pada pengertian tentang kepercayaan seseorang akan kemampuan dalam
mengorganisasikan dan melakukan aksi dalam rangka mencapai tujuan.
Self efficacy tidak ditekankan pada banyaknya keterampilan yang dipunyai, tetapi kepercayaan terhadapa apa saja yang bisa dikerjakan
dengan apa yang dipunyai di dalam berbagai situasi atau keadaan.
(Schwartz & Gottman, 1976 dalam Bandura, 1997). Self efficacy adalah kontribusi yang penting terhadap pencapaian performen, apapun
keterampilan yang dimiliki.
38
kepercayaan tentang apa yang bisa dikerjakan seseorang dalam berbagai
kondisi dengan apapun keterampilan yang dimiliki.
Pada tahun 1979 teori Krumboltz, berdasarkan teori pembelajaran
sosial Albert Bandura, diperkenalkan. Meskipun ide Bandura mengenai
perolehan perilaku telah berubah sampai pada beberapa tingkat tertentu,
Krumboltz tidak membuat perubahan yang berarti dalam teorinya.
perbedaan antara teori-teori yang berasal dari teori pembelajaran dan teori
kepribadian adalah teori tersebut tidak begitu memperhatikan peran
kepribadian, seperti minat dan nilai-nilai, dalam proses pengambilan
keputusan karir. tetapi lebih memfokuskan pada proses pembelajaran yang
mengarahkan pada keyakinan dan minat diri serta bagaimana hal ini
mempengaruhi proses pengambilan keputusan karir. ( Alwisol, 2011).
Teori ini bermaksud menjawab pertanyaan mengapa orang
memasuki lapangan pekerjaan tertentu, mengapa pada tahap tertentu
perkembangan orang tertentu. Munculnya teori ini berasal dari teori
belajar social umum yang tokoh utamanya adalah Albert Bandura, teori
belajar social ini sendiri berkembang dari teori behaviorisme dan teori
tentang penguatan. Teori krumboltz, menganggap penting pribadi dan
lingkungan sebagai faktor-faktor yang menetukan keputusan orang tentang
karir. Faktor individu berkenaan dengan apa yang sudah ada pada diri
seseorang, seperti jenis kelamin, rupa atau tampakan fisik dan
39
Sehubungan dengan karir, lingkungan mencakup lingkungan kerja,
pasar kerja, syarat kerja, peraturan dan undang-undang kerja, serta hal-hal
lain di dalam masyarakat, yang berpengaruh pada kehidupan kerja seperti
adat kebiasaan, perang, politik, ekonomi. Pribadi dan lingkungan
berinteraksi, dan interaksi ini menimbulkan pandangan diri orang yang
bersangkutan dan ini mempengaruhi tingkah laku kerjanya. Kelangsungan
tingkah laku ini dibentuk oleh penguatan (ganjaran) atau hukuman. Teori
belajar sosial di dasarkan pada konsep saling menentukan tanpa penguatan
dan pengaturan diri. (Alwisol, 2011) Orang yang mengalami kejadian
yang mengganjar atau sebaliknya dan di dalam kontak itu, individu
merespons terhadap kejadian yang dialaminya tersebut.
Pendekatan belajar sosial terhadap teori perkembangan karir
(Social learning approaches to career development theory) menekankan
pada pentingnya perilaku dan kognisi dalam membuat keputusan karir.
Pembuatan keputusan karir individu dipengaruhi oleh lingkungan (proses
pembelajaran sosial) terutama dari orang lain yang berarti signifikan
(significant other). Dalam mengambil keputusan individu dapat
mengamati, meniru, dan mencontohi orang-orang yang ada
disekelilingnya, jika apa yang diamatinya itu sesuai dengan keinginan
individu, maka apa yang diamatinya itu dapat direalisasikannya menjadi
sebuah perilaku. Kombinasi antara hereditas, lingkungan, sejarah, atau
pengalaman belajar dan pendekatan keterampilan atau keahlian adalah hal
40
keputusan adalah pilihan yang dibuat individu dari dua atau lebih
alternatif. (Stephens P Robbins, Timothy A Judge, 2011).
Menurut pandangan Krumboltz, Mitchell dan Gelatt teori belajar
sosial dalam penentuan pilihan merupakan hasil perkembangan secara
umum dari perilaku belajar sosial, yang di ajukan oleh Bandura. Teori ini
berasumsi bahwa kepribadian dan perilaku yang dimiliki seseorang timbul
dari pengalaman belajar yang unik. Pengalaman belajar ini terdiri dari
kontak antara analisis kognitif yang positif dan even-even yang
menguatkan secara negatif.
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti nilai yang terkumpul.
Sebuah hipotesis akan benar jika hasil penelitian tersebut menyatakan
kebenarannya, dan akan ditolak jika tidak sesuai dengan hasil
penelitiannya. Mengingat hipotesis sebagai pedoman dalam penelitian
maka penulis merumuskan ada hubungan antara efikasi diri dengan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Pada penelitian kali ini penulis menggunakan pendekatan
kuantitatif dalam penelitiannya karena lebih bersifat sistematis.
Jenis penelitian yang penulis gunakan yaitu penelitian korelasi.
Penelitian ini sering disebut dengan penelitian sebab akibat,
dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel bebas
dengan variabel terikat. Penelitian ini dibangun dengan teori yang
sudah matang, yang berfungsi untuk mengatahui, meramalkan dan
mengontrol suatu fenomena. Pendekatan kuantitatif merupakan
penelitian yang menekankan analisisnya pada data numerical atau
angka yang diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada
penelitian inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis,
sehingga diperoleh signifikansi hubungan antara variable yang
diteliti. (Syaifudin Azwar, 2004)
Berdasarkan jenis penelitian yang ditinjau dari tujuan dan
sifatnya maka penlitian ini merupakan penelitian eksplanasi. Model
penelitian ini bertujuan untuk memberi penjelasan atas terjadinya
42
sebuah variable tertentu melalui pengujian hipotesis. (Ino Yuwono,
2005).
B. Identifikasi Variabel
Sebelum menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu akan
dilakukan identifikasi variabel, variabel yang akan dipakai dalam
penelitian terdapat dua variabel yaitu:
1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang dipandang sebagai
penyebab terjadinya perubahan pada variabel terikat
(Suryabrata, 2000). Pada penelitian ini yang menjadi variabel
bebas adalah efikasi diri.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipradugakan atau
dipengaruhi oleh variabel bebas, Pada penelitian ini variabel
terikat adalah pilihan karir.
C. Definisi Operasional
Untuk menghindari salah pengertian mengenai data yang akan
dikumpulkan serta menghindari kesalahan dalam menentukan subjek
maupun alat pengumpulan data. Maka batasan operasioanl variabel
penelitian perlu dikemukakan. Dijelaskan bahwa definisi operasional
pada penelitian ini adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
43
dari tanggapan-tanggapan para tokoh yang telah dipaparkan dalam
definisi konsep serta didalamnya juga terdapat dimensi (komponen
atau aspek) yang akan diukur drai suatu atribut. Dalam penelitian ini
menggunakan beberapa batasan operasional sebagai berikut:
1. Efikasi Diri.
Efikasi diri adalah kemampuan seseorang dalam
mengevaluasi diri, mampu atau tidak dalam menjalankan
tugas dan mencapai tujuan. Hal ini bisa diketahui dengan
skala efikasi diri dengan indikator yaitu ; efficacy
expectacy, outcome expectancy, dan outcome value. Dari
indikator diatas dapat memperoleh skor, semakin tinggi
skor yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat efikasi
diri.
2. Pilihan Karir
pilihan karir adalah gambaran pribadi seseorang
yang diekspresikan kepada karir yang dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar dan orang-orang yang dianggap penting
dalam hidup seseorang. Hal ini bisa diketahui dengan
menggunakan inventori Holland, (Arifin,2015) dari
inventori Holland bisa diketahui tingkat konsistensi,
semakin tinggi skor konsistensi maka semakin tinggi
44
D. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah semua anggota kelompok dapat berupa
orang, kejadian, atau barang, yang akan menjadi obyek
penelitian. Sedangkan menurut Mardalis, populasi adalah
seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam penelitian.
(Hadi, 2004).
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa SMK PGRI 1 SURABAYA kelas XI yang
berjumlah 90 siswa.
Oleh karena itu, teknik penentuan sampel dalam
penelitian menggunakan random sampling yang biasanya
dikenal dengan sampling acak. Sedangkan pengertian dari
random sendiri adalah pengambilan sampling secara random
tanpa pandang bulu. Dalam penelitian sampel yang diambil
sebesar 30 siswa. Peneliti mengambil sampel 30 karena jumlah
minimal sampling dalam penelitian adalah 30. (Martono, 2010).
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitian ini, maka
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa angket
(kuesioner). Metode angket atau kuesioner adalah pengumpulan data
45
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya atau hal-hal diketahuinya. (Arikunto,
Suharsimi, 2002).
F. Instrumen Penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah angket. Metode angket merupakan tehnik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. (Sugiyono.
2012).
Sebagai instrumen penelitian ini, peneliti menggunakan skala
likert yang terdiri dari beberapa aitem pernyataan dan ditunjukan
dengan skor kuantitatif, skala yang memiliki 4 alteratif yaitu STS)
sangat tidak setuju, S (setuju), TS (tidak setuju), dan SS (sangat
setuju). Ini memiliki skor tiap aitem yang bergerak dari nilai minimal
yaitu 1 hingga maksimal yaitu 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh
subjek, maka semakin tinggi tingkat efikasi diri subjek dan
sebaliknya jika semakin rendah skor subjek maka semakin rendah
tingkat efikasi diri subjek.
Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala untuk mengungkap efikasi diri siswa SMK PGRI 1 Surabaya
46
1. Skala Efikasi Diri
Indikator yang digunakan dalam skala efikasi diri ini
adalah, Efficacy expectacy (keyakinan individu), Outcome
expectacy (dugaan individu), Outcome value (penilaian
individu).
2. Skala Pilihan Karir (Inventori Holland)
Dalam skala pilihan karir peneliti menggunakan
inventory Holland untuk mengetahui tingkat penentuan pilihan
karir siswa SMK PGRI 1 surabaya. Dalam inventory Holland
menggunakan tingkat konsistensi sebagai acuan seseorag sudah
mampu atau belum dalam penentuan pilihan karirnya
Holland memperkenalkan konsep consistency yakni
hubungan antara kode huruf pertama dan kedua, dimana
Holland membagi kedalam tiga level yaitu: (Arifin, 2015)
a. Consistensy yaitu manakala kode huruf yang keluar
dalam lingkaran hexogen antara huruf pertama dan
kedua berdekatan.
b. Moderately Consisten yaitu jika antara huruf
pertama dan kedua terpaut satu tipe dalam lingkaran
hexagon.
c. Inconsisten yaitu dimana antara huruf pertama dan
47
3. Blue Print
Skala Efikasi diri yang digunakan dalam penelitian ini
dibuat dengan dua variasi yaitu pernyataan positif (favourable)
dan pernyataan negatif (unfavourable). Pernyataan positif
adalah pernyataan yang mendukung adanya suatu variabel,
sedangkan pernyataan negatif adalah suatu pernyataan yang
tidak mendukung adanya suatu variabel.
Skala ini bersifat tertutup yang setiap aitem disediakan
4 pilihan jawaban. Sistem penilaian mulai drai 1, 2, 3, dan 4 ,
sedangkan aternatif jawaban adalah sangat setuju, setuju, tidak
setuju, ragu-ragu dan sangat tidak setuju.
Penilaian yang diberikan untuk pernyataan positif
(favourable) adalah :
Skor 4 = SS (sangat setuju)
Skor 3 = S (setuju)
Skor 2 = TS (tidak setuju)
Skor 1 = STS(sangat tidak setuju)
Begitu pula sebaliknya untuk pernyataan negatif
(unfavourabel) penilaian yang diberikan adalah :
Skor 1 = SS (sangat setuju)
Skor 2 = S (setuju)
Skor 3 = TS (tidak setuju)
48
Jumlah butir item skala efikasi diri dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 1 Blue Print Efikasi Diri
No
Indikator
Aitem
Jumlah Favourable Unfavourabel
1 Efficacy expectancy 2,6,7,19 8,11,13,20 8
2 Outcome Expectancy 14,17,18 4,9,15 6
3 Outcome Value 1,3,12 5,10,16 6
Jumlah 10 10 20
G. Validitas
Menurut Syaifudi Azwar, Validitas berasal dari kata validity,
yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. (Azwar, 1998).
Uji validitas skala Efikasi diri menggunakan bantuan
komputer program Statistical Package For Sosial Science (SPSS)
versi 16 for windows.
Syarat bahwa item-item tersebut valid adalah nilai korelasi
(r-hitung) harus positif dan lebih besar atau sama dengan r tabel
49
H. Reliabilitas
Uji reabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi atau
keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila instrumen
tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden.
Hasil uji reabilitas mencerminkan dapat dipercaya dan tidaknya suatu
intrumen penelitian berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan
suatu alat ukur dalam pengertian bahwa hasil pengukuran yang
didapatkan merupakan ukuran benar dari sesuatu yang diukur (Budi,
2006).
Pengujian reliabilitas menggunakan metode Alpha-Cronbach.
Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel dan tidaknya
suatu instrumen penelitian umumnya adalah perbandingan antara nilai
r hitung dengan r tabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat
signifikansi 5%. Apabila dilakukan pengujian reliabilitas dengan
metode Alpha Cronbach, maka nilai r hitung diwakili oleh Alpha.
Menurut Santoso dalam (Budi, 2006), apabila alpha hitung lebih besar
daripada r tabel dan alpha hitung bernilai positif, maka suatu
instrumen penelitian dapat disebut reliabel.
I. Analisis Data
Setelah di jelaskan tentang hipotesis penelitian dalam BAB I
maka dalam pembahasan kali ini peneliti mencoba menguji hipotesis
50
1. Ha. Ada hubungan antara efikasi diri dengan konsistesi
pilihan karir siswa SMK PGRI 1 Surabaya.
2. Ho. Tidak ada hubungan antara efikasi diri dengan
konsstensi pilihan karir Siswa SMK PGRI 1 Surabaya.
Jika (Ho) terbukti setelah diuji, maka (Ho) diterima dan (Ha)
ditolak. Namun sebaliknya jika (Ha) terbukti setelah diuji maka (Ha)
diterima dan (Ho) ditolak.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji statistik tau
kendall untuk menguji hipotesis yang ada karena datanya berskala
ordinal. Uji statitistik tau kendall di gunakan untuk menguji hipotesisi
asosiatif (uji hubungan) dua variabel jika datanya berskala ordinal.
Korelasi tau kendall di simbolkan dengan “τ”. Karena data yang di
gunakan harus bersifat ordinal maka sebelumnya perlu di susun dalam
bentuk rangking terlebih dahulu.
Uji korelasi dapat menghasilkan korelasi yang bersifat positif
(+) dan negatif (-). Jika korelasinya positif, maka hubungan kedua
variabel bersifat searah (berbanding lurus), yang berarti semakin
tinggi nilai variabel bebas maka semakin tinggi pula nilai variabel
terikatnya, begitu pula sebaliknya. Jika korelasinya negatif, maka
hubungan kedua variabel bersifat tidak searah (berbanding terbalik),
yang berarti semakin tinggi nilai variabel bebas maka semakin rendah
51
berkisar antara 0 sampai dengan 1, dengan ketentuan semakin
mendekat angka satu maka semakin kuat hubungan kedua variabel,
dan sebaliknya semakin mendekati angka nol semakin lemah
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Dalam bab IV ini hasil penelitian dan pembahasan peneliti
menyajikan profil lembaga yang didalamnya terdapat pembahasan tentang
gambaran umum lokasi penelitian. Karena peneliti telah memilih SMK
PGRI 1 Surabaya sebagai lokasi penelitian maka yang tersaji disini adalah
sub-sub bahasan tentang sejarah singkat berdirinya SMK PGRI 1 Surabaya
yang didalamnya terdapat jati diri, visi dan misi, struktur bangunan dan
rencana pengembangan SMK PGRI 1 Surabaya.
Selain itu akan disajikan pula hasil penelitian maupun analisis hasil
skor jawaban skala penelitian. Mulai dari uji validitas dan uji reliabilitas
alat ukur degan menggunakan teknik korelasi kendall tau yang dihitung
secara statistik dan sistematis, sesuai dengan rumusan masalah yang telah
dicermati sebelumnya.
Peneliti menggunakan teknik korelasi kendall tau karena teknik
korlasi kendall tau digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif (uji