PERAN BMT MUDA (BAITUL MAL WAT TAMWIL MANDIRI UKHUWAH PERSADA) DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP
KESEJAHTERAAN ANGGOTA
Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Oleh:
SYAHRUL RAMADHAN NIM: B04212025
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
ABSTRAK
Syahrul Ramadhan, 2016. Peran BMT MUDA (Baitul Maal Wat
Tanwil Mandiri Ukhuwah Persada) Dalam Pengembangan Kewirausahaan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Anggota
Fokus masalah yang diteliti adalah Bagaimana Peran BMT Muda dalam pengembangan kewirausahaan terhadap kesejahteraan anggota ?
Untuk menjawab permasalahan tersebut, metode yang digunakan adalah metode Penelitian kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena bias mendapatkan data yang lebih mendalam, terpercaya, dan bermakna, sehingga peneliti bisa mendapatkan hasil yang diinginkan. Sedangkan dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Peranan BMT Muda dalam mensejahterakaan anggotanya melalui pengembangan kewirausahaan yang ditempuh melalui dua program yaitu program pelatihan dasar dan juga pengembangan usaha.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... .iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN OTESTISITAS SKRIPSI .. v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I : PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Definisi Konsep ... 6
F. Sistematika Pembahasan ... 8
BAB II : KAJIAN TEORI ... 10
A. Penelitian Terdahulu ... 10
B. Kerangka Teori ... 15
1. Pengertian BMT ... 15
3. Karakteristik dan Ciri BMT ... 17
4. Fungsi BMT ... 18
5. Peran BMT ... 19
6. Pengertian Kewirausahaan ... 21
7. Pendampingan Kewirausahaan ... 25
8. Kewirausahaan Dalam Prespektif Islam ... 26
BAB III : METODE PENELITIAN ... 37
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 37
2. Lokasi Penelitian ... 38
3. Jenis dan Sumber Data ... 38
4. Tahap-Tahap Penelitian ... 40
5. Teknik Pengumpulan Data ... 47
6. Teknik Validitas Data ... 50
7. Teknik Analisis Data ... 52
BAB IV: HASIL PENELITIAN ... 54
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ...54
1. Sejarah BMT Muda ... 54
2. Profil BMT Muda ... 57
3. Syarat Menjadi Anggota BMT dan Alur Pembiayaan BMT ... 58
4. Struktur Organisasi BMT Muda ... 60
5. Produk dan Aplikasi Akad ... 61
6. Visi dan Misi BMT Muda ... 72
B. Penyajian Data ... 75
1. Pelatihan Anggota ... 76
2. Pengembangan Usaha ... 77
3. Membantu Permodalan ... 78
4. Membantu Pemasaran ... 79
5. Mengadakan Evaluasi ... 80
6. Ide Mendirikan Usaha ... 81
C. Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data) ... 81
1. Tujuan BMT ... 82
2. Fungsi BMT ... 83
3. Peran BMT ... 87
BAB V : PENUTUP ... 94
A. Kesimpulan ... 94
B. Saran dan Rekomendasi ... 95
C. Keterbatasan Penelitian ... 96
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Alur Pembiayaan BMT Muda ... 59
Gambar 4.2 Struktur Organisasi ... 60
Gambar 4.3 Struktur Organisasi ... 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada tahun 2020 kita akan memasuki era „free trade’ di wilayah Asia dan
Pasifik. Pada era ini dibutuhkan para entrepreneur yang mampu menjawab
tantangan dan peluang di kawasan ini. Oleh karena itu entrepreneurship (sikap
kewirausahaan) perlu dipersiapkan „proactive’ sedini mungkin oleh bangsa
Indonesia khususnya pada lembaga pendidikan tinggi. 1
Kewirausahaan (entrepreneurship) merupakan persoalan paling penting di
dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang membangun seperti Indonesia.
Persoalan yang kita hadapi saat ini adalah masih rendahnya minat masyarakat
untuk menjadi wirausaha. 4,676 juta orang (0,8 persen) penduduk Indonesia
memilih menjadi wirausaha. Kondisi ini masih sangat jauh jika dibandingkan
dengan negara-negara lain seperti Singapura, Cina dan Amerika Serikat.
Kelompok kewirausahaan (entrepreneurship) yang dikenal sebagai modal
manusia memiliki peranan dalam memajukan perekonomian. Kemajuan bangsa
Jepang dan Cina misalnya dimotori oleh wirausawaan. Gelombang usahawanlah
yang telah merubah wajah negara-negara tersebut menjadi negara dengan tingkat
capaian ekonomi tertinggi di dunia. Indonesia perlu “mewarisi” pengalaman
Hongkong atau Taiwan yang telah berhasil melakukan revolusi kewirausahaan
1
2
hingga akhirnya dapat meningkatkan pendapat nasional dan memperkuat
dinamika ekonomi secara keseluruhan.2
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu disiplin ilmu yang
mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability),dan perilaku seseorang dalam
menghadapi tantangan hidup dan cara memperoleh peluang dengan berbagai
resiko yang mungkin dihadapinya.3
Kewirausahaan merupakan kecakapan hidup yang penting dimiliki setiap
orang. Kewirausahaan dapat dipelajari dan dikuasai. Tujuan yang ingin diraih
dalam berwirausaha tentunya kesejahteraan hidup bagi dirinya, keluarga dan
masyarakat. Orang yang memiliki kewirausahaan disebut wirausaha atau lebih
dikenal dimasyarakat sebagai pengusaha. Wirausaha akan muncul dan
berkembang bila ada peluang dan tantangan dalam bidang ekonomi.
Kewirausahaan merupakan sumber daya ekonomi, selain modal, tenaga kerja dan
tanah atau lahan. Wirausahalah yang mengupayakan agar modal, tenaga kerja, dan
tanah dapat menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat, sehingga
memperoleh keuntungan atas usahanya tersebut.4
Kewirausahaan dapat ditumbuhkan dan dikembangkan juga didalam
sebuah organisasi, salah satu organisasi yang berperan dalam hal ini salah satunya
adalah BMT (Baitul Maal Wat Tamwil). Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
2
Sabri, SE., M.Si, 2013, “Kewirausahaan (entrepreneurship): modal manusia dalam membangun perekonomian”, Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen, Vol.IV no.7, hal 26-27
3
Suryana. kewirausahaan kiat dan proses menuju sukses. (Jakarta Selatan: Salemba Empat, 2006). Hal 2
4 Ari Fadiati, M.Si. dan Dedi Purwana, M.Buss.
3
merupakan suatu lembaga yang terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul
tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha untuk pengumpulan dan
penyaluran dana yang nonprofit, seperti; zakat, infaq, dan shodaqoh. Adapun
baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dari penyaluran dana komersial.
Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga
pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan Islam.
Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat
bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan bank Islam atau BPR Islam. Prinsip
operasinya didasarkan atas prinsip bagi hasil, jual beli (ijarah), dan titipan
(wadiah). Karena itu, meskipun mirip dengan bank Islam, BMT memiliki pangsa pasar tersendiri, yaitu masyarakat kecil yang tidak terjangkau layanan perbankan
serta pelaku usaha kecil yang tidak terjangkau layanan perbankan serta pelaku
usaha kecil yang mengalami hambatan “psikologis” bila berhubungan dengan
pihak bank.5 Amin Azis menjelaskan, bahwa BMT dengan baitul maal-nya
melaksanakan misi kemanusiaan melalui penghapusan perbudakan dalam arti
kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan. Sedangkan, baitut tamwil-nya
mengembangan usaha produktif, antara lain melalui kegiatan menabung dan
kegiatan utama BMT antara lain adalah memberikan modal kerja pada anggotanya
dan atau kelompok anggota pengusaha kecil dalam besaran ratusan ribu rupiah
bahkan puluhan juta rupiah, mendorong kegiatan menabung dari calon anggota.6
5
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam : Tinjauan Teoritis dan Praktis. (Jakarta : Predana Medai Grup, 2010). Hal 365
6
Dr.H.Toto Tohir,S.H.,M.H, 2004, “Eksistensi Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
4
Pendapat lain dikemukakan oleh Lubis yang dikutip oleh Nawawi “Baitul Mal Wa
Tanwil (BMT) adalah sekelompok orang yang menyatukan diri untuk saling membantu dan bekerja sama membangun sumber pelayanan keuangan guna mendorong dan mengembangkan usaha produktif dan peningkatan tarap hidup anggota dan keluargannya”.7
Semenjak perekonomian Indonesia diramaikan oleh perekonomian yang
berbasis Syariah, dan mulai bermunculan lembaga keuangan yang berbasis
syariah dan salah satunya adalah BMT (Baitul Maal Wat Tamwil). BMT Muda
(Baitul Maal Wat Tamwil Mandiri Ukhuwah Persada) merupakan salah satu BMT
yang ada di Surabaya. BMT ini menjadi wadah yang cukup ampuh untuk secara
bersama-sama meningkatkan harkat hidup masyarakat kecil. Dalam perjalanannya
sejak 7 Januari 2012, BMT Muda (Baitul Maal Wat Tamwil Mandiri Ukhuwah
Persada) telah secara aktif dan bahu-membahu meenjalankan beberapa program,
diantaranya adalah; menjalankan usaha jasa keuangaan syariah kepada para
anggota dengan berbagai latar belakang bidang pekerjaan, seperti pedagang sayur,
pedagang asongan, penjahit, petani, industri krupuk, pengrajin sepatu dan
usaha-usaha informal lainnya; membuka bisnis catering dengan mengoptimalkan peran
ibu-ibu PKK yang ada di Gang Tanjung, kelurahan Taanah kali Kedinding,
Surabaya; membuka layanan pembayaran listrik, PDAM dan pulsa elektrik;
menjalankan bisnis „printing’ di Jl. Gubeng Jaya Gang VIII dengan
memberdayakan potensi beberapa mahasiswa Universitas Airlangga yang ada di
kampus B; merintis pembukaan Taman Baca MUDA (Mandiri Ukhuwah Persada)
7
Ismail Nawawi. Ekonomi Kelembagaan Syariah : Dalam Pusaran Ekonomi Global Sebuah
5
gratis untuk masyarakat di daerah sekitar kantor BMT MUDA (Baitul Maal Wat
Tamwil Mandiri Ukhuwah Persada), yakni di Jl. Kedinding Lor Gang Tanjung
nomor 47-49 Surabaya.
Berkaitan dengan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meniliti
tentang, strategi BMT dalam pengembangan kewirausahaan melalui
program-programnya (studi kasus BMT Muda Surabaya).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Peran BMT Muda (Baitul Maal Wat Tamwil Mandiri
Ukhuwah Persada) Dalam Pengembangan Kewirausahaan Terhadap
Peningkatan Kesejahteraan Anggota ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk Mengetahui Bagaimana Peran BMT Muda (Baitul Maal Wat
Tamwil Mandiri Ukhuwah Persada) Dalam Pengembangan
Kewirausahaan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Anggota
D. Manfaat Penelitian
Selain tujuan diatas, peneliti juga mengharapkan penelitian ini
memiliki kegunaan, diantaranya:
1. Secara Teoritik
Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan disiplin ilmu sosial
6
mengenai ilmu manajemen kewirausahaan. Khususnya bagi
kalangan akademisi yang berkonsentrasi pada ilmu kewirausahaan.
2. Secara Praktis
Dari segi praktis, diharapkan penelitian ini menjadi tambahan
informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan data mengenai
manajemen khususnya di bagian kewirausahaan.
E. Definisi Konsep
1. Peran BMT
BMT mempuyai dua peran sekaligus. Pertama sebagai lembaga yang
terbentuk atas inisiatif dari bawah. BMT melakukan fungsinya sebagai
mobilisator potensi ekonomi masyarakat untuk dikembangkan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota. Dalam hal ini BMT berkedudukan sebagai
organisasi bisnis. Kedua adalah fungsi BMT sebagai organisasi yang juga
berperan sosial, yaitu menjadi perantara antara agniya sebagai shahibul maal
(orang yang mempuyai harta yang berlebihan) dengan dua’fa (orang yang
kekurangan harta) sebagai mudharib (pengguna dana) terutama untuk
pengembangan usaha produktif. 8
2. Entreprenurship (Kewirausahaan)
Entrepreneurship berasal dari bahasa Perancis enterpreneur, yang secara
harfiah mempunyai arti perantara. Dalam bahasa Indonesia, dikenal istilah
8
7
wirausaha yang merupakan gabungan dari kata wira (gagah, berani, perkasa) dan
kata usaha. Dengan demikian, wirausaha berarti seseorang yang mampu memulai
dan atau menjalankan usaha secara gagah berani. Dalam kamus umum bahasa
Indonesia, entrepreneur diartikan sebagai “orang yang pandai atau berkata
mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk
pengadaan produk baru, memasarkannya serta mengatur permodalan
operasinya.”9
3. Kesejahteraan
Pengertian kesejahteraan sedikitnya mengandung empat makna: sebagai
kondisi sejahtera (well being); sebagai pelayanan sosial; sebagai tunjangan sosial;
dan sebagai proses terencana yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-lembaga
sosial, masyarakat maupun badan-badan pemerintah untuk meningkatkan kualitas
kehidupan melalui pemberian pelayanan sosial dan tunjangan sosial.10
4. Anggota
Anggota menurut kamus besar bahasa Indonesia anggota memiliki arti
yaitu (1) bagian tubuh (terutama tangan dan kaki) (2) bagian dari sesuatu yang
berangkai (3) orang (badan) yang menjadi bagian atau masuk dalam suatu
golongan (perserikatan, dewan, panitia dan sebagainya).11
9 Dr. Abdul Jalil, M.
Spiritual Enterpreneurship. (Yogyakarta : PT LkiS Printing Cemerlang, 2013). Hal 44
10
Ainur Rofieq, 2011, Pelayanan Publik dan Welfare State, Jurnal Governance, Vol. 2, No.1, hal: 102
11
8
5. Kesejahteraan Anggota
Di dalam UU No. 17 tahun 2012 tentang perkoperasian pasal 1 ayat 1
disebutkan bahwa, koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang
perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para
anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan
kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan
prinsip koperasi. Dari pengertian di atas mengandung pengertian bahwa koperasi
didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan
masyarakat pada umumnya.12
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berfikir dalam
penulisan skripsi. Untuk lebih mudah memahami penulisan skripsi ini, maka
disusunlah sistematika pembahasan, sebagai berikut:
Bab I menjelaskan tentang pendahuluan, yang meliputi latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual dan
sistematika pembahasan. Bab II menjelaskan tentang kajian teoritik dan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti. Bab ini menjelaskan tentang teori dan kepustakaan
dari judul penelitian, langkah yang diambil dalam penyelesaian bab ini adalah
mencocokkan beberapa literatur yang ada, baik dari buku, skripsi, maupun jurnal
yang sesuai dengan judul penelitian.
12
9
Bab III menjelaskan tentang metode penelitian yang dipergunakan peneliti
untuk mencocokkan data atau informasi yang telah didapat. Hal ini bertujuan
mempermudah peneliti dalam menyusun skripsi dengan persetujuan dosen
pembimbing. Bab IV menjelaskan tentang gambaran umum lokasi penelitian,
hasil penelitian, mengenai peran BMT Muda dalam mengembangkan
kewirausahaan terhadap kesejahteraan anggota, dan analisa dari peneliti terhadap
peran BMT Muda. Hasil penelitian ini adalah yang terpenting dalam penulisan
skripsi. Bab V menjelaskan tentang penutup yang berisi kesimpulan dari hasil
10
BAB II
KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Terdahulu
Dalam proses penulusuran karya-karya ilmiah yang sama atau mirip
dengan penyusunan karya ilmiah ini, maka penulis menelusuri untuk mencari
beberapa kerangka karya ilmiah diantaranya sebagai berikut:
Huda dan Heykal mengatakan,
“Baitul Maal Wattamwil (BMT) merupakan suatu lembaga yang terdiri dari dua istilah, yaitu baitulmaal dan baitul tamwil. Baitulmaal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang nonprofit, seperti; seperti : zakat, infaq, dan sedekah. Adapun baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan isam.”13
Dari sumber lain Lubis mengatakan dikutip oleh Nawawi “Baitul Mal Wa Tanwil
(BMT) adalah sekelompok orang yang menyatukan dri untuk saling membantu
dan bekerja sama membangun sumber pelayanan keuangan guna mendorong dan
13 Nurul Huda dan Moh. Heykal,
16
mengemangkan usaha produktif dan peningkatan taraf hidup anggota
keluarganya”.14
2. Tujuan BMT
Saripudin mengatakan,
“tujuan BMT BMT bertujuan meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pengertian tersebut di atas dapat di pahami bahwa BMT berorientasi pada upaya peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Anggota harus di
berdayakan (empowering) supaya dapat mandiri. Dengan
sendirinya tidak dapat di benarkan jika anggota dan masyarakat menjadi tergantung kepada BMT, dengan menjadi anggota BMT masyarakat diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup melalui peningkatan usahanya yang ditopang oleh pembiayaan yang dilakukan BMT”.15
Manan Mengatakan,
“tujuan dididrikan bmta adalah meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. BMT berorintasi pada usaha peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat, diharapkan dengan menjadi anggota BMT, masyarakat dapat meningkatkan
taraf hidup melalui usahanya.16
14
Ismail Nawawi, Ekonomi Kelembagaan Syariah, (Surabaya: CV. Putra Media Nusantara, 2009)
Hal :101
15
Udin Saripudin, 2014,”Reposisi BMT Sebagai Lembaga Keuangan Syariah Pro Rakyat” Jurnal al-Adalah Vol. 17, No. 2 Hal 300
16
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012) Hal:
17
3. Karakteristik dan Ciri BMT
BMT memiliki karakteristik yang khas jika dibandingkan dengan lembaga
keuangan lain yang ada, karena selain memiliki misi komersial (Baitut Tamwil)
juga memiliki misi sosial (Baitul Maal), oleh karenanya BMT bisa dikatakan
sebagai jenis lembaga keuangan mikro baru dari yang telah ada sebelumnya.
Beberapa BMT mengambil bentuk hukum koperasi, namun hal ini masih bersifat
pilihan, bukan keharusan. BMT dapat didirikan dalam bentuk Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) ataupun dapat juga berbentuk badan hukum koperasi.17
A.Djazuli dan Yadi Janwari dan Andri Soemitra mengemukakan empat
ciri utama dan ciri khas BMT, yaitu :
1. Mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling
banyak untuk anggota.
2. Bukan lembaga sosial, tetapi dapat dimanfaatkan untukmengefektifkan
penggunaan zakat, infak, dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak.
3. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat orang
banyak.
4. Milik bersama masyarakat kecil bawah dan kecil dari lingkungan BMT
itu sendiri, bukan milik seorang atau orang luar masyarakat itu.
17
18
Ciri khas BMT adalah :
1. Staf dan karyawan BMT bertindak aktif, dinamis, berpandangan
produktif, tidak menunggu tetapi menjemput nasabah, baik sebagai
penyetor dana maupun sebagai penerimapembiayaan usaha.
2. Kantor dibuka dalam waktu tertentu dan ditunggui oleh sejumlah staf
yang terbatas, karena sebagai staf harus bergerak kelapangan untuk
mendapatkan nsabah penyetor dana, memonitor dan mensupervisi
usaha nasabah.
3. BMT mengadakan pengajian rutin secara berkala yang waktu dan
tempatnya bisanya dimadrsah, masjid, mushala-ditentukan sesuai
dengan kegiatan nasabah dan anggota BMT, setelah pengajian bisanya
dilanjutkan dengan perincangan bisnis dari para nasabah BMT.
4. Manajemen BMT diselenggarakan secara profesional dan Islami.18
4. Fungsi BMT
Ridwan mengatakan dikutip oleh Manan,
“Diatas prinsip-prinsip di atas BMT berfunsi dala cakupan:
pertama, mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi,
mendorong dan mengembangkan potensi serta kemampuan potensi ekonomi anggota muamalat (pokusma) dan daerah kerjanya; kedua, meningkatkan kualitas SDM anggota dan menjadi pokusma menjadi lebih profesional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global; ketiga, menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka meningkatka
18
19
kesejahteraan anggota; keempat, menjadi perantara keuangan (financial internediary) antara agniya sebagai shohibul maal denagn duafa sebagai mudhorib terutama untuk dana-dana sosial seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf, hibah dan kelima, Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara pemilik dana (shohibul maal) baik sebagai pemodal maupun dengan pengguna dana
(mudhorib) untuk pengembangan usaha produktif.”19
5. Peran BMT
Raharjo mengatakan dikutip oleh Yusuf
“Peran umum baitul maal wa tamwil adalah melakukan pembinaan
dan pendanaan berdasarkan sistem syari’ah yang menegaskan arti
penting prinsip-prinsp syari’ah dalam kehidupan ekonomi
masyarakat. Sebagai lembaga keuangan syari’ah yang bersentuhan
langsung dengan kehidupan masyarakat kecil maka BMT mempuyai tugas penting dalam mengembangkan misi ke-Islam-an
dalam segala aspek kehidupan masyarakat.”20
Dari ahli lain juga mengungkapkan Sumiyanto mengatakan yang dikutip oleh
Manan dalam bukunya hukum ekonomi syariah mengatakan
“dilihat dari awal lahirnya BMT dan kemudian diatur dengan berbagai peraturan pemerintah, maka BMT mempunyai peranan
sebagai berikut, pertama, mengumpulkan dana dan
menyalurkannya padaanggota maupun masyarakat luas. Kedua,
mensejahterakandan meningkatkan perekonomian anggota secara
khusus dan msyarakat secara umum. Ketiga, membantu baitul al
maal dalam menyediakan kas untuk alokasi pembiayaan
non-komersial atau biasa disebut qardh al hasan. Keempat,
menyediakan pembiayaan cadangan macet akibat terjadinya
kebangkrutan usaha nasabah bait at tamwil yang berstatus
al-Gharim. Kelima, menjadi lembaga sosial keagamaan dengan
19
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012) Hal:
361
20
20
pemberian beasiswa, santunan kesehatan, sumbangan
pembangunan saranan umum, peribadatan dan lain-lain. Di sisi lain, hal ini juga membantu bait at tamwil dalam kegiatan promosi produk-produk penghimpun dana dan penyalurannya kepada
masyarakat.21
Dr. Mulyaningrum menjelaskan BMT sebagai salah satu bentuk lembaga
keuangan mikro, memiliki dua peranan. Pertama, BMT merupakan baitul maal
yang salah satu kegiatannya berupa penggalangan dan pendayagunaan dana Zakat,
Infak dan Shadaqah (ZIS). Penggalangan dana ZIS akan semakin besar, ketika
BMT mampu mengelolanya secara amanah dan profesional. Dengan kepercayaan
yang semakin tinggi, diharapkan akan semakin banyak donatur dan masyarakat
yang memanfaatkan jasa BMT. Dari sisi pendayagunaan, berbagai program kreatif
sangat dimungkinkan untuk dibiayai dari sumber dana ZIS ini, antara lain:
(1) Pengembangan sumberdaya manusia (SDM)
(2) Pengembangan ekonomi, perbaikan mutu kesehatan, serta santunan guna
memenuhi kebutuhan pokok.
Makin besar dana ZIS yang dikelola BMT, maka makin besar pula
kontribusinya terhadap pengentasan kemiskinan. Dalam kondisi seperti ini, BMT
dapat mendirikan Lemabag Amil Zakat (LAZ) guna mengelola dana ZIS secara
lebih profesional. Peningkatan peran ini bukan berarti menghilangkan fungsi
baitul maal pada BMT karena ini bisa dijembatani dengan mendesain sistem
sinergi antara LAZ dan BMT.
21
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012) Hal:
21
Kedua, BMT merupakan baitut tamwil. Dalam hal ini fungsi BMT persis
sama dengan perbankan dengan orientasi meraih profit yang optimal.
Konsekuensinya, sistem operasional BMT harus menjalankan prinsip profesional.
Dalam keadaan ini, karyawan akan dituntut kemampuan entrepeneurship yang
tinggi. Dalam melakukan pembiayaan juga harus memperhatikan faktor-faktor
peluang dan resiko bisnis, sehingga peningkatan pendapatan dapat dirasakan
kedua belah pihak baik BMT maupun nasabahnya.
BMT memiliki sejumlah perbedaan dibandingkan koperasi. Selain
menjalankan fungsi sosial kemasyarakatan, BMT adalah kegiatan bisnis yang
dilakukan berdasarkan prinsip syariah. Caranya, dengan tidak menerapkan sistem
bunga pada penghimpunan dana dan penyaluran pembiayaan, tetapi menggunakan
prinsip pengelolaan keuangan syariah seperti: murabahah (jual beli), ijarah (sewa
menyewa), dan mudharabah (bagi hasil).22
6. Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu disiplin ilmu yang
mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam
menghadapi tantangan hidup dan cara memperoleh peluang dengan berbagai
resiko yang mungkin dihadapinya. Banyak definisi tentang kewirausahaan seperti
yang dikutip dari beberapa ahli diantaranya sebagai berikut :
Dikutip oleh PO Abas Sunarya dari John J.Kao dari buku Kewirausahaan
mengatakan “kewirausahaan adalah usaha untuk menciptakan niat melalui
22
22
pengenalan kesempatan bisnis, manajemen pengambilan resiko yang tepat, dan
melalui keterampilan komunikasi dan manajemen untuk mobilisasi manusia,
uang, dan bahana-bahan baku atau sumber daya lain yang diperlukan untuk
menghasilkan proyek supaya terlaksana”.
Dikutip oleh PO Abas Sunarya dari Robert D. Hosrich dari buku
kewirausahaan mengatakan “kewirausahaan adalah suatu proses dinamis atas
penciptaan tambahan kekayaan. Kekayaan diciptakan oleh individu yang berani
mengambil resiko utama dengan syarat-syarat yang wajar, waktu dan atau
komitmen karier atau penyediaan nilai untuk berbagi barang dan jasa”.23
Dikutip oleh Muladi Wibowo dari Drucker dalam jurnal pembelajaran
kewirausahaan dan minat wirausaha lulusan SMK mengemukakan perkembangan
teori kewirausahaan menjadi tiga tahapan :
“a) Teori yang mengutamakan peluang usaha. teori ini disebut teori ekonomi, yaitu wirausaha akan muncul dan berkembang apabila ada peluang ekonomi; b) Teori yang mengutamakan tanggapan orang terhadap peluang, yakni, teori Sosiologi, yang mencoba menerangkan mengapa beberapa kelompok sosial menunjukkan tanggapan yang berbeda terhadap peluang usaha dan teori Psikologi yang mencoba menjawab karakateristik perorangan yang membedakan wirausaha dan bukan wirausaha serta karakteristik perorangan yang membedakan wirausaha berhasil dan tidak berhasil dan c) Teori yang mengutamakan hubungan antara perilaku wirausaha dengan hasilnya. Disebut dengan teori perilaku, yaitu yang mencoba memahami pola perilaku wirausaha.
Kewirausahaan dapat dipelajari dan dikuasai, karena
kewirausahaan bisa merupakan pilihan kerja, pilihan karir”.24
23
PO Abas Sunarya, Sudaryono dan Asep Saefullah. Kewirausahaan. (Yogyaarta : Andi Offset, 2001) Hal 11-3
24Muladi Wibowo, 2011,”Pembelajaran Kewirausahaan dan Minat Wirausaha Lulusan SMK”
23
Menurut Pasaribu dikutip dari buku kewirausahaan berbasis agribisnis
mengatakan “ada beberapa karakter dan sifat yang perlu dimiliki oleh seorang
wirausaha adalah sebagai berikut :
- Percaya Diri
Sifat-sifat utama tersebut dimulai dari pribadi yang mantap, tidak mudah
terombang-ombag oleh pendapat dan saran orang lain. Akan tetapi, saran-saran
orang lain jangan pula ditolak mentah-mentah. Gunakan saran sebagai masukan
untuk dipertimbangkan, kemudian anda harus memutukan segera. Anda harus
optimis. Seorang optimis asal tidak ngawur, Insya Allah bisnisnya akan berhasil.
Orang yang percaya dirinya tinggi adalah orang yang sudah matang secara
jasmani dan rohani. Pribadi semacam ini adalah pribadi yang tidak independen
dan sudah mencapai tingkat maturrity. Karakteristik kematangan seseorang adalah
ia tidak tergantung pada orang lain, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi,
objektif, dan kritis. Dia tidak begitu saja menyerap pendapat atau opini orang lain,
tetapi mempertimbangkan secara kritis. Emosinya dikatakan sudah stabil, tidak
gampang tersinggung atau naikpitam. Tingkat sosialnya pun tinggi, mau
menolong orang lain, dan yang paling tinggi lagi ialah kedekatannya dengan
khaliq sang Pencipta, Allah SWT.diharapkan wirausahaan seperti ini betul-betul
dapat menjalankan usahannya secara mandiri, jujur, dan disenangi oleh semua
relasinya.
- Bekerja Keras
Bekerja keras merupakan modal keberhasilan seseorang. Rasullulah sangat
24
simbolik memberi hadiah kapak dan tali kepada seseorang lelaki agar mau bekeja
keras mencari kayu dan menjualnya kepasar. Demikianpula jika mau berusaha,
mulailah berusaha sejak subuh. Jangan tidur sesudah subuh, cepatlah bangun dan
mulailah kegiatan untuk hari itu. akhirnya laki-laki itu sukses dalam hidupnya.
Sikap kerja keras harus dimiliki seorang wirausahawan. Dalam hal ini, unsur
disiplin memainkan peran penting. Bagaimana orang mau bekerja keras jika tidak
disiplin. Dia harus mengatur waktu, menyesuaikan diri dengan irama kehidupan,
bangun pagi, bersiap untuk bekerja, mulai bekerja, beristirahat (tidak terlalu
lama), dan seterusnya sampai malam tiba. Malam hari ia tidur (tidak begadang
sampai larut malam).
- Kepemimpinan
Sifat kepemimpinan memang ada dalam diri masing-masing individu. Ada
pemimpin yang disenangi bawahan dan mudah memimpin sekelompok orang. Ia
diikuti dan dipercaya oleh bawahannya. Namun, ada pula pemimpin yang banyak
curiga kepada bawahannya. Ia mau mengawasi bawahannya, tetapi tidak memiliki
waktu untuk itu. Menanam kecurigaan kepada orang lain akan berakibat tidak
baik pada usaha yang sedang dijalankan. Pemimpin yang baik harus mau
menerima kritik dari bawahan. Ia harus bersifat positif.
- Keaslian Ide
Sifat orisinal ini tentu tidak selalu ada pada diri seseorang, yang dimaksud
orisinal di sini adalah ialah ia tidak hanya mengekor orang lain, tetapi memiliki
pendapat sendiri ada ide yang orisinal, ada kemampuan untuk melakukan sesuatu.
25
kombinasi baru atau reintergrasi dari komponen-komponen yang sudah ada
sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Bobot kreativitas orisinal suatu produk
akan tampak pada sejauh mana ia berbeda dari apayang sudah ada sebelumnya.
- Berorientasi Ke Masa Depan
Seorang wirausaha haruslah perspektif, mempunyai visi ke depan, apa yang
hendak ia lakukan, apa yang ia ingin capai. Sebuah usaha bukan didirikan untuk
sementara, tetapi untuk selamnya. Oleh sebab itu, faktor kontinuitas harus dijaga
dan pandangan harus ditunjukan jeuh ke depan. Untuk menghadapi pandangan
jauh ke depan, seorang wirausaha akan menyusun perancangan dan strategi
dengan matang agar langkah-langkah yang akan dilaksanakan menjadi jelas.25
7. Pendampingan Kewirausahaan
Karjon mengatakan seperti yang dikutip oleh Ismawan bahwa “pendampingan
adalah suatu strategi (cara untuk mencapai tujuan) antara pendamping dengan
yang didampingi adalah hubungan dialogis (saling mengisi) di antara dua subjek.
Diawali dengan memahami realitas masyarakat dan memperbaharui kualitas
realitas ke arah yang lebih baik”. Departemen Sosial Republik Indonesia
mendefinisikan pendampingan sosial sebagai suatu proses menjalin relasi sosial
antara pendamping dengan Kelompok Usaha Bersama (KUB), Lembaga
Keuangan Mikro (LKM) dan masyarakat sekitarnya dalam rangka memecahkan
masalah, memperkuat dukungan, mendayagunakan sumber dan potensi, serta
meningkatkan akses anggota terhadap pelayanan sosial dasar, lapangan pekerjaan
dan fasilitas pelayanan publik lainnya.Tujuan pendampingan adalah
26
pemberdayaan dan penguatan (empowerment). Dengan pengertian pendampingan
di atas, Ismawan mengatakan bahwa pendampingan adalah orang yang bertugas
untuk mewujudkan kelompok swadaya masyarakat yang sukses dalam
meningkatkan kesadaran pengetahuan dan keterampilan anggota, menghidupkan
dinamika kelompok dan usaha (produktif) anggota. Dari definisi yang disebutkan
di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendampingan merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mendampingi dalam upaya memecahkan sebuah masalah,
memberikan dukungan, serta meningkatkan nilai guna sesuatu menjadi ke arah
yang lebih baik.26
8. Kewirausahaan dalam Prespektif Islam
Dikutip oleh Ramadhany Imanda dan Siti Inayatul Faizah dari Arifin dalam
jurnal Motivasi Pengusaha dalam Pengembangan Inovasi Produk (Penelitian
Deskriptif Terhadap Pengusaha Garmen Muslim di Gresik)
“Kewirausahaan dalam perspektif Islam adalah segala aktivitas bisnis yang diusahakan secara perniagaan dalam rangka memproduksi suatu barang atau jasa dengan jalan tidak bertentangan dengan syariat. Sedangkan, wirausahawan muslim adalah seseorang yang mengkombinasikan faktor-faktor sumber daya alam, tenaga kerja, dan material yang dibangun atas dasar hukum Allah SWT dan kepercayaannya dalam bekerja sama”.
Islam memandang tinggi kegiatan kewirausahaan. Hal ini disebabkan karena
setiap muslim yang melakukan kegiatan kewirausahaan berarti melakukan
berbagai aktivitas dalam rangka mentaati perintah Allah SWT untuk meraih
kesuksesan di dunia dan bekal di akhirat kelak. Bekerja dilandasi dengan
26Ismawan, 2011, “Strategi Pemberdayaan UMKM”
27
nilai Islam yang bersumber pada Al-Quran dan hadits, agar mampu
mengembangkan potensi diri, memanfaatkan waktu sebaik-baiknya serta dapat
menghasilkan materi.27
Ajaran-Ajaran Al-Qur'an dalam Berwirausaha
Al-Qur`an berkali-kali mendesak manusia untuk bekerja/berwirausaha.
Semua pahala yang ada diperuntukkan untuk manusia agar dia terlibat dalam
semua aktivitas yang produktif. Hal ini misalnya mereka yang mau berwirausaha
akan diberikan janji pahala. Al-Qur`an mendesak kerja keras dan menjanjikan
pertolongan Allah dan petunjukNya bagi mereka yang berjuang dan berlaku baik
(al Qur’an, 29: 6,69).
Al-Qur`an juga menganjurkan pada manusia untuk memiliki keterampilan
dan mengusai teknologi dengan menyebutnya sebagai fadhl (keutamaan, karunia)
Allah (al-Qur`an : 34: 10-11).
(Kami berfirman), "Wahai gunung-gunung dan burung-burung! Bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud,” dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (10) (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amal yang saleh. Sungguh, Aku Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (11)
27
28
Al-Qur`an juga mendesak mereka untuk menggunakan besi dengan
sebaik-baiknya, yang dalam pandangan Al-Qur`an, memiliki sebuah sumber
kekuatan yang signifikan dan memiliki banyak manfaat bagi manusia (al-Qur`an,
57:25).
ۖ طْسقْ َ ا قي ا ي ْ ا ت ْ ا ع ْ ْ أ ت ّي ْ سر ْ سْرأ ْدق ْأ يف ديدحْ ا ْ ْ أ
ديدش
ي ع ٌي ق ََ َ إ ۚ ْيغْ سر رصْ ي ْ ََ ْعي َ عف
Artinya : Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa
bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
Disamping itu al-Qur’an juga menyerukan pada semua orang yang
memiliki kemampuan fisik untuk bekerja dalam usaha mencari sarana hidup untuk
dirinya sendiri. Tak seorangpun dalam situasi normal, dibolehkan untuk
meminta-minta atau menjadi beban kerabat dan negara sekalipun. Al-qur’an sangat
menghargai mereka yang berjuang untuk mencapai dan memperoleh karunia
Allah. Etika Islam, tulis Al-Faruq, dengan jelas menentang segala bentuk
minta-minta, menentang tindakan cara hidup parasit yang memakan keringat orang lain.
Rasulullah memaparkan pada kita bahwa bekerja/berwirausaha sangatlah dihargai,
sedangkan pengangguran sangatlah dikutuk (al-Faruqi: 155).
Beberapa contoh ajaran-ajaran al-Qur'an tentang berwirausaha adalah:
Pertama, Al-Qur'an memerintahkan manusia untuk bekerja/berwirausaha mencari
29
كل لعج ذلا ه ر شنلا ه لإ هقزر نم ا ك بك نم ف ا شم ف اً لذ ضرْا
Artinya : Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah
di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.
Imam Ibnu Katsir, memberikan penafsiran ayat ini adalah manusia disuruh
oleh Allah untuk melakukan perjalanan kemana saja yang dikehendaki diseluruh
belahan dan penjuru dunia untuk melakukan berbagai macam usaha dan
perdagangan. Larangan secara tegas bagi mereka yang malas dan hanya
berpangku tangan tidak mau melakukan aktivitas sesuatu. Begitu juga dalam
al-Qur’an 09 ayat 105 ditegaskan :
س ن نم ملا هل سر ك مع َ ىر سف ا معا لق ن معت تنك مب كئبن ف ةد شلا غلا ل ع ٰ لإ ن درت
Artinya : Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
Kedua, Al-Qur'an mendorong umat Islam untuk menguasai dan memanfaatkan sektor-sektor ekonomi dalam skala yang lebih luas, seperti
perdagangan, industri, pertanian, keuangan, jasa dan sebagainya. Hal ini
sebagaimana penegasan Allah dalam al-Qur’an 59 ayat 7:
ملا ٰ م ت لا ٰ بر لا ذل ل سر ل ه ف ٰىر لا لهأ نم هل سر ٰ ع َ ء فأ م ن ك س
اةل د ن ك ً ك ل بسلا نبا
َ ا تا ۚ ا تن ف هنع ك ن م ه ذخف ل سرلا ك تآ م ۚ كنم ء نغْا ن ب علا د دش َ نإ
Artinya : Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya
30
maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
Bila dilihat dari sejarah turunnya ayat ini terkait dengan harta yang didapat
dari rampasan perang yang dalam pembagiannya tidak terjadi sentralistik yakni
pada orang-orang kaya saja yang mereka gunakan sesuai dengan kehendak hawa
nafsu mereka, serta tidak mendermakan kepada fakir miskin sedikitpun.
Relevansinya dengan kewirausahaan pada ayat di atas adalah munculnya berbagai
kejahatan dalam perekonomian sejenis kemiskinan, pengangguran, dan kegiatan
amoral adalah karena tidak meratanya kesejahteraan diantara sesama. Sehingga
pemberdayaan manusia dalam praktek wirausaha sangat dominan adanya.
Ketiga, dalam melakukan wirausaha al-Qur'an melarang melakukan
hal-hal yang tidak fair play dalam menjalankan bisnisnya, seperti menipu, ingkar
janji, monopoli, mark up, upeti, sogokan, pelicin, money politic, serta hal lain
yang merugikan dalam melakukan wirausaha. Hal ini sebagaimana ditegaskan
Allah dalam firman Nya (al-Qur’an, 02: 188) :
لا مأ نم ا رف ا ك تل كحلا لإ ب ا لدت لط بل ب كن ب كلا مأ ا ك ت ً ن م عت تنأ ْْ ب ِ نلا
Artinya : Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.
Imam al-Baghawi dalam tafsirnya Ma'alim al –Tanzil, Juz 1, memberikan
penjelasan bahwa larangan memakan sesuatu yang dilakukan dengan cara
batal/tidak baik atau yang tidak dibolehkan oleh Allah SWT. Misalnya agar
31
penghianatan kepada orang, atau melakukan risywah pada orang lain. Sehingga
dengan berpegang teguh pada ajaran seorang wirausaha akan lebih benar jalannya
dalam melakukan muamalah sebagai bekal kehidupan abadi.
Ke-empat, Al-Qur'an mendorong para wirausahawan muslim, setelah mendapatkan kekayaan untuk menunaikan zakat, infaq dan sedekah. Hal ini
dikandung maksud di samping secara normatif adalah wajib mengeluarkan zakat
secara sosial agar adanya unsur pemerataan dalam perekonomian. Bukan malah
sebaliknya seperti masyarakat kapitalis dengan senantiasa mengagungkan kapital
sebagai ilah dalam kehidupannya. Zakat akan membersihkan manusia para pelaku
wirausaha dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda.
Zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati seseorang serta menumbuh
kembangkan harta benda milik kita. Pentingnya zakat untuk dikeluarkan saat
mendapatkan kekayaan adalah sebagaimana penjelasan al-Qur'an 09 ayat 103:
دص لا مأ نم ذخ ع ع مس َ ل نكس تَص نإ ع لص ب كزت هر طت اةق
Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Imam Ibnu Katsir memberikan penjelasan tentang turunnya ayat ini yakni
Allah memerintahkan Rosulullah SAW untuk menmgambil zakat dari harta
kekayaan masyarakat dalam rangka mensucikan kekayaannya. Hal ini dapat
diambil pelajaran bahwa seorang enterpreneur yang telah mendapatkan kekayaan
32
Mengingat harta yang diterima masih ada hak bagi orang yang berhak
menerimanya.
Nilai Syari'ah dan Keteladan Rasulullah dalam Berwirausaha
Nabi Muhammad SAW adalah seorang pribadi yang lengkap dan
sempurna yang tak habis-habisnya digali dan dianalisa baik oleh umat Islam
maupun kalangan cendikiawan di luar Islam. Buku mengenai sosok Nabi
Muhammad SAW yang biasa dikenal dengan "sirah Muhammad" sudah banyak
ditulis orang baik oleh ulama terdahulu maupun oleh cendikiawan kontemporer.
Tak heran jika hampir seluruh aspek kehidupan Nabi dapat dikatakan sudah
pernah diungkapkan mulai dari peran Nabi sebagai negarawan, panglima perang,
pemimpin umat, penyebar agama, enterpreneur dan lain - lain.
Pada item terakhir, dalam sebuah riwayat diceritakan sebelum masa
kenabian, Muhammad pernah menjalankan transaksi, ada seorang pembeli
bernama Abdullah yang membeli sesuatu dari Muhammad. Mereka bersepakat
untuk bertemu di satu tempat, untuk melaksanakan transaksi karena saat itu
Muhammad membawa barang dagangan sedangkan Abdullah tidak membawa
uangnya. Ketika Muhammad sedang menunggu, Abdullah dalam keadaan lupa
untuk bertemu dan teringat setelah tiga hari. Ketika teringat tiga hari sesudahnya,
Abdullah datang ke tempat itu dan menemukan Muhammad masih menunggu
dengan barangnya. Lantas Nabi mengatakan “Engkau telah membuat aku gelisah,
33
Gambaran diatas memperlihatkan bahwa Muhammad adalah seorang yang
selalu bertanggung jawab atas segala transaksi yang dilakukannya. Muhammad
tahu benar bagaimana memuaskan seluruh stakeholders, sehingga barang
dagangan yang dimilikinya dapat terjual dengan cepat. Kecerdikan dan
kepiawaian Muhammad dalam melakukan transaksi perdagangan telah dilatih
sejak beliau berusia 12 tahun dalam melakukan perjalanan pertama kali ke Syiria
bersama pamannya Abu Thalib. Begitu ilmu perniagaan diperoleh dari sang
paman (Abu Thalib) dan sukses diterapkan oleh Muhammad menjadi seorang
yang profesional dalam perniagaan, banyak para masyarakat yang memiliki modal
namun tidak dapat melakukan perniagaannya, menginvestasikan kepada
Muhammad agar dijalankan dengan penghitungan profit tertentu sebagai mitra
kerja.
Kecakapan Muhammad SAW dalam melakukan perniagaan telah
mendatangkan keuntungan besar bagi Khadijah dan mitra-mitra usahanya yang
tersebar diseantero Jazirah Arabi. Dua puluh tahun lamanya Muhammad SAW
berkiprah dan malang melintang di dunia bisnis sehingga beliau dikenal sebagai
seorang entrepreuner yang tangguh di Yaman, Syria, Bashra, Yordania dan
kota-kota lainnya yang ada di Jazirah Arab.
Muhammad Syafe’i Antonio, memberikan gambaran sederhana
keberhasilan Muhammad sebagai seorang entrepreneur yang tangguh dan dikenal
di Jazirah Arab dan kota lainnya, tidaklah bisa terlepas dari empat sifat yang
melekat dalam dirinya dan komitmen beliau menjunjung tinggi nilai – nilai luhur
34
integritasnya yang luar biasa dalam menjalankan roda perekonomian bahkan
dalam segala hal, dia mendapatkan gelar al – amin (terpercaya), Muhammad
SAW mampu mengembangkan kepemimpinan termasuk (bisnis) yang dilakukan
secara ideal dan paling sukses dalam peradaban manusia. Sifat mulia yang
dimilikinya adalah siddiq (integrity), amanah (trusty), tabligh ( openly, human
relation), dan fathonah (working smart). Sehingga dengan sifat yang dimilikinya itu dia mampu mempengaruhi orang lain dengan cara mengilhami tanpa
mengindoktrinasi, menyadarkan tanpa menyakiti, membangkitkan tanpa
memaksa, serta mengajak tanpa memerintah.
Sifat yang melekat dalam diri pribadi Muhammad, dalam pandangan
penulis nilai – nilai luhur etika telah inhern kedalam sifat yang dimilikinya.
Sifat-sifat itulah yang kemudian menjadikan beliau digelari sebagai Mr Trustee atau al
Amin, yang berimplikasi pada munculnya berbagai pinjaman komersial
(commercial loans) di kota Mekkah dan sekitarnya yang membuka peluang
kemitraan antara Muhammad SAW dan para pemilik modal (funds provider).
Dalam Islam ada beberpa ciri yang bisa dilakukan agar manusia dapat
melakukan wirausaha dengan baik, maju, berkembang sebagaimana yang telah
diteladankan oleh Muhammad SAW. Selain empat sifat yang dimiliki ada
karakteristik lain yang berujung pada lahirnya kepuasan pelanggan (customer
satisfaction), diantaranya adalah; Pertama, Al Shalah yaitu melakukan suatu pekerjaan dengan baik, benar, tepat, dan memiliki nilai utilitas yang tinggi. Secara
etimologi kata Al-Shalah, memiliki arti relevan, artinya melakukan sesuatu sesuai
35
dalam sebuah perusahaan. Kedua, Al Itqan, dalam melakukan sesuatu
dilaksanakan degan mantap, penuh keyakinan, bahwa aktivitas apapun yang
dilakukan walaupun sedikit Tuhan akan mengetahui dan sebaliknya. Sebagaimana
tergambar dalam al Qur’an dalam surat Al Zazalah ayat 7-8 :
( هر اار خ ةرذ ل ْم لمع نمف 7
( هر اارش ةرذ ل ْم لمع نم ) 8
Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, niscaya Dia
akan melihat (balasan)nya. (8) Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.
Ketiga, Al Ihsan, adalah melakukan sesuatu yang terbaik dan lebih baik lagi. Kalau kita cermati kualitas ihksan memiliki dua makna dan dua pesan, yaitu;
1) Melakukan yang terbaik dari yang dapat dilakukan. Dengan makna ini
pengertiannya sama degan Itqan. Pesan yang dikandung antara lain agar setiap
muslim, memiliki komitmen terhadap dirinya untuk berbuat yang terbaik dalam
segala hal yang ia kerjakan apalagi untuk kepentingan umat, 2)Mempunyai makna
lebih baik dari prestasi atau kualitas pekerjaan sebelumnya. Makna ini
memberikan pesan peningkatan yang terus menerus seiring dengan bertambahnya
pengetahuan, pengalaman, waktu dan sumberdaya lainnya.
Dan adapun pesan itu adalah; Pertama, Al Mujahadah, atau
bersungguh-sungguh melakukan kerja dimanapun harus senantiasa bersungguh-sungguh-bersungguh-sungguh, kerja
keras dan optimal, ini sebagaimana tergambar dalam al-Qur’an surat Al-'Ankabut
Ayat 69 :
36
Artinya : Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
Kedua, Tanafus, Ta‟awun, dalam melakukan aktivitas apapun baik
disektor publik atau swasta, baik yang memproduksi barang ataupun jasa,
senantiasa melakukan koordinasi dan saling tolong menolong. Bahkan termasuk
didalamnya keberadaan kompetitor. Keberadaan kompetitor janganlah dianggap
musuh namun sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kreatifitas usaha
yang dibangun. Model ini senada dengan apa yang digambarkan Allah dalam al
Qur’an potongan ayat surat al-ma’idah ayat 2 :
ا ن عت د دش َ نإ َ ا تا ۚ نا دعلا ْْا ع ا ن عت ً ٰى تلا ربلا ع علا
Artinya : Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
Dan ketiga, menghargai, dan mencermati waktu. Dalam dunia bisnis
waktu sangatlah berarti, tertinggal satu, dua menit dalam bertemu untuk
37
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan dengan metode kualitatif.
Sugiyono mengatakan, “metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen). Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.”28
Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan
data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi,
catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Menurut Moleong yang dimaksud
dengan penelitian kualitatif adalah “penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena apa yang dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan”.29
28 Sugiyono.
Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2005), hal. 1 29
38
2. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini adalah melakukan penelitian di BMT Muda (Baitul
Maal Wat Tamwil Madiri Ukhuwah Persada) Gg. Tanjung Jl. Kedinding Lor no.
49. Tanah Kali Kedinding, Kenjeran, Surabaya.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
1) Primer
Data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari subjek
peneliti dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambilan
data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.30
Yang termasuk di dalam data primer yaitu subyek atau orang dan
tempat. Data primer ini dikumpulkan dari hasil observasi dengan
mengamati lokasi tempat penelitian termasuk tempat unit usaha dan
juga melalui metode wawancara dengan langsung menanyakan hal-hal
yang berkaitan dengan penelitian ini dengan pihak-pihak yang terkait
seperti manajer BMT Muda (Baitul Maal Wat Tanwil Mandiri
Ukhuwah Persada) serta karyawan dan juga pelaku usaha yang datanya
didapat dengan melalui wawancara secara langsung.
30
39
2) Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari tangan
kedua atau sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian
dilakukan. 31
Data yang diambil dan diperoleh dari bahan pustaka yaitu mencari
data atau informasi, yang berupa benda-benda tertulis seperti
buku-buku, internet, dokumen dan karya tulis ilmiah.32 Data sekunder ini
merupakan data pendukung atau sebagai data pelengkap dari data
primer.
b. Sumber Data
Sumber data adalah salah satu hal vital dalam penelitian. Kesehatan
dalam menggunakan atau memahami sumber data sangat penting, jadi
data yang diperoleh tidak akan meleset dari yang diharapkan. Adapun
data yang nantinya dipakai untuk melengkapi data tersebut adalah :
1. Informan, yaitu orang-orang yang memberikan informasi tentang
segala yang terkait dalam penelitian. Peneliti mendapatkan
informasi dari bapak Manajer BMT Muda, karyawan dan para
pelaku usaha yang menjadi binaan dari BMT tersebut.
2. Dokumentasi, yaitu mengutip secara langsung dari catatan
perusahaan yang dijadikan penelitian dengan menyalin data. Data
berupa profil perusahaan, sejarah berdirinya, struktur organisasi,
tujuan serta daftar kegiatan.
31
Ulber Silalahi. Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010). hal, 291
32
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta
40
4. Tahap-Tahap Penelitian
Lexy J. Moleong mengatakan, dikutip oleh Ghony dan
Almanshur dalam melaksanakan penelitian terdapat tahap-tahap
penelitian sebagai berikut:
1. Tahap Pra-lapangan
Pada tahap ini, kegiata yang dilakukan peneliti adalah :
1) Menyusun rancangan penelitian
Penyususnan rancangan penelitian adalah berupa
usulan penelitian yang diajukan kepada ketua Prodi
Manajemen Dakwah, yang berisi tentang latar belakang
masalah, fenomena yang terjadi dilapangan,
problematika yang berisi tentang permasalahan yang
diangkat dalam penelitian.
2) Memilih lokasi penelitian
Adapun lapangan penelitian yang dipilih oleh peneliti
adalah di BMT Muda (Baitul Maal Wat Tanwil Madiri
Ukhuwah Persada). Sebelum melakukan penelitian,
peneliti terlebih dahulu melakukan penggalian data atau
informasi tentang objek penelitian yang akan diteliti.
Kemudian, ada ketertarikan yang timbul dalam diri
peneliti untuk menjadikan sebagai objek penelitian,
karena dirasa sesuai dengan disiplin ilmu peneliti
41
3) Mengurus perizinan penelitian
Setelah membuat usulan penelitian dalam bentuk
proposal, peneliti mengurus perizinan melakukan
penelitian di obyek yang akan diteliti dengan cara
meminta surat pengantar dari Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya yang
diperuntukan untuk penelitian di BMT Muda (Baitul
Maal Wat Tanwil Madiri Ukhuwah Persada).
4) Menjajaki dan Menilai Lokasi Penelitian
Tahap ini baru pada tahap orientasi lapangan, belum
sampai pada titik pengumpulan data yang sebenarnya.
Tahap ini barulah merupakan orientasi lapangan,
namun dalam hal-hal tertentu peneliti telah menilai
keadaan lapangan. Pada tahap ini, peneliti menajajki
dan menilai lapangan dengan mengunjungi lokasi
penelitian beberapa hari dengan melihat fenomena yang
ada di lapangan.
5) Memilih dan memanfaatkan informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk
memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar
42
informan pada penelitian ini adalah Manajer BMT
Muda, dan pelaku usaha binaan.
6) Menyiapkan perlengkapan penelitian
Peneliti berusaha menyiapkan segala alat dan
perlengkapan peneliti yang diperlukan sebelum terjun
ke lapangan penelitian, yang berupa bulpoint, kertas,
camera, handphone (untuk merekam).
7) Persoalan Etika Penelitian
Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak
menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan
nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut. Persoalan
etika itu akan muncul apabila peneliti tetap
berpegangan pada latar belakang, norma adat,
kebiasaan, dan kebudayaan sendiri dalam menghadapi
situasi dan konteks latar penelitiannya.
Oleh karena itu peneliti hendaknya menyesuaikan diri
serta membaca adat, kebiasaan, dan kebudayaan,
kemudian untuk smentara ia menerima seluruh nilai
dan norma sosial yang ada dalam msyarakat latar
43
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri
Untuk memasuki pekerjaan dilapangan, peneliti perlu memahami
latar belakang penelitian terlebih dahulu. Disamping itu, ia perlu
mempersiapkan dirinnya, baik secara fisik maupun secara mental di
samping ia harus mengingat persoalan etika sebagaimana yang telah
diungkapkan dimuka.
2) Penampilan peneliti
Dalam hal penampilan yang dimaksud dalam penelitian kualitatif
adalah dari peneliti itu sendiri. Peneliti hendaknnya menyesuaikan
penampilannya dengan kebiasaan, adat, tata cara, dan kultur latar
penelitian.
3) Pengenalan hubungan peneliti dilapangan
Apabila peneliti memanfaatkan pengamatan bereran serta,
hendaknya hubungan akrab antara subjek dan peneliti dibina. Dengan
demikian, peneliti dengan subjek penelitian dapat bekerja sama saling
bertukar informasi.
4) Jumlah Waktu Penelitian
Mengenai pembatasan waktu pada dasarnya peneliti sendirilah
yang perlu menentukan pembagian waktu agar waktu yang digunakan
44
3. Memasuki Lokasi Penelitian
1) Keakraban Hubungan
Hubungan diatas dikatakan bahwa sikap peneliti kualitatif
hendaknya pasif, hubungan yang perlu dibina berupa rapport.
Rapport disini adalah hubungan antara peneliti dengan subjek yang sudah melebur sehingga seolah-olah tidak ada lagi dinding
pemisahah diantara keduanny. Dengan demikian, subjek dengan
sukarela dapat menjawab pertanyaan atau memberikan informasi
yang diperlukan oleh peneliti.
2) Mempelajari bahasa
Apabila peneliti berasal dari latar yang lain, sebaiknya ia
mempelajari bahasa yang digunakan oleh orang-orang yang berada
pada latar penelitiannya. Peneliti sebaiknya tidak hanya
mempelajari bahasa, tetapi juga simbol-simbol yang digunakan
oleh orang-orang yang menajadi subjek subjek. Peneliti hendaknya
sekurang-kurangnnya mengerti dan jangan hanya mengerti bahasa
dan simbol yang digunakan, tetapi harus mengerti dalam situasi
bagaimana orang menggunakannya,apakah digunakan oleh semua
45
3) Peranan Peneliti
Sewaktu berada pada lapangan penelitian, mau tidak mau peneliti
terjun kedalamnya danakan ikut berperan serta didaamnya. Pertanyaan
pertama yang perlu dijawab dalam hal ini ialah seberapa besarkah peranan
yang dapat dimainkan oleh peneliti tersebut. Hal tersebut pada dasarnya
bergantung pada faktor tempat penelitian dan peneliti itu sendiri.
4. Berperan-serta sambil mengumpulkan data
1) Pengarahan batas waktu penelitian
Pada waktu menyusun personal (usulan) penelitian, batas studi
telah ditetapkan bersama masalah dan tujuan penelitian. Jadwal
penelitian disusun secara hati-hati walaupun luwes karena situasi
lokasi penelitian yang sulit diramal. Peneliti hendaknya
memperhitungkan pula keterbatasan waktu, tenaga, dan mungkin
biaya sehingga peneliti tidak sampai terpancing untuk mengikuti arus
kegiatan masyarakat atau orang pada latar penelitian.
2) Mencatat data
Alat penelitian penting yang biasannya digunakan dalam penelitian
kualitatif adalah catatan lapangan. Catatan lapangan tidak lain adalah
catatan yang dibat oleh peneliti sewaktu mengadakan pengamatan,
46
3) Petunjuk tentang cara mengingat data
Pada dasarnya peneliti tidak dapat melakukan dua pekerjaan
sekaligus. Peneliti tidak dapat melakukan pegamatan sambil membuat
catatan yang baik, tidak dapat membuat catatan yang baik sambil
mengadakan wawancara secara mendalam dengan seseorang. Alat
perekam seperti halnya perekam kaset atau perekam video kaset akan
benar-benar bermanfaat apabila tersedia dan subjek penelitian tidak
keberatan.
4) Kejenuhan, keletihan, dan istirahat
Menghadapi pekerjaan yang itu-itu juga, tidak bervariasi, serta
menekuninnya secara terus-menerus biasannya pada saat-saat tertentu
menimbulkan perasaan jenuh dan bosan. Apalagi peneliti bekerja
terus-menerus sepanjang hari bahkan sering bekerja sampai larut
malam. Akhirnya peneliti akan letih, lesu, dan mudah-mudahan
tubuhnya tidak lemah lunglai. Sebab, apabila sudah demikian keadaan
kondisinnya, satu-satunya jalan ang harus ditempuh ialah beristirahat
secukupnya. Apabila perlu dan dimungkinkan adakanlah rekreasi
untuk mengganti suasana, kemudian apabila kembali bekerja, tubuh
dan jiwa terasa sehat dan segar bugar kembali.
4) Meneliti suatu latar yang didalamnya terdapat pertentangan
Apabila peneliti berhadapan suatu konteks penelitian dan
47
bertentangan, tentu saja situasi yang demikian cukup sulit dan rumit
untuk dihadapi. Dalam hal ini, peneiti hendaknya berusaha sekuat
tenaga agar dia tetap netral, tidak memihak, dan sejauh mungkin
menengahi persoalan yang terjadi.
6) Analisis di lapangan
Peneliti kualitatif mengenal analisis data dilapangan walaupun
analisis data secara intensif barulah dilakukan sesudah peneliti
kembali kerumah tempat tinggalnya. Dengan adannya bimbingan dan
arahan masalah penelitian, peneliti kualitatif dibawa kearah acuan
tertentu yang cocok atau tidak cocok.dengan data yang dicatat.
5. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data
dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
a. Metode Pengamatan (Observasi)
Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti memperhatikan
dan mengikuti, memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati
dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju. Menurut
Cartwright yang dikutip dalam Haris Herdiansyah mendefinisikan sebagai
suatu proses melihat, mengamati dan mencermati serta merekam perilaku
secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.
Inti dari observasi adalah adannya perilaku yang tampak dan