• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN BMT MUDA (BAITUL MAL WAT TAMWIL MANDIRI UKHUWAH PERSADA) DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN ANGGOTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN BMT MUDA (BAITUL MAL WAT TAMWIL MANDIRI UKHUWAH PERSADA) DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN ANGGOTA."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN BMT MUDA (BAITUL MAL WAT TAMWIL MANDIRI UKHUWAH PERSADA) DALAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP

KESEJAHTERAAN ANGGOTA

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

Oleh:

SYAHRUL RAMADHAN NIM: B04212025

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Syahrul Ramadhan, 2016. Peran BMT MUDA (Baitul Maal Wat

Tanwil Mandiri Ukhuwah Persada) Dalam Pengembangan Kewirausahaan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Anggota

Fokus masalah yang diteliti adalah Bagaimana Peran BMT Muda dalam pengembangan kewirausahaan terhadap kesejahteraan anggota ?

Untuk menjawab permasalahan tersebut, metode yang digunakan adalah metode Penelitian kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena bias mendapatkan data yang lebih mendalam, terpercaya, dan bermakna, sehingga peneliti bisa mendapatkan hasil yang diinginkan. Sedangkan dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Peranan BMT Muda dalam mensejahterakaan anggotanya melalui pengembangan kewirausahaan yang ditempuh melalui dua program yaitu program pelatihan dasar dan juga pengembangan usaha.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... .iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN OTESTISITAS SKRIPSI .. v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Konsep ... 6

F. Sistematika Pembahasan ... 8

BAB II : KAJIAN TEORI ... 10

A. Penelitian Terdahulu ... 10

B. Kerangka Teori ... 15

1. Pengertian BMT ... 15

(8)

3. Karakteristik dan Ciri BMT ... 17

4. Fungsi BMT ... 18

5. Peran BMT ... 19

6. Pengertian Kewirausahaan ... 21

7. Pendampingan Kewirausahaan ... 25

8. Kewirausahaan Dalam Prespektif Islam ... 26

BAB III : METODE PENELITIAN ... 37

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 37

2. Lokasi Penelitian ... 38

3. Jenis dan Sumber Data ... 38

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 40

5. Teknik Pengumpulan Data ... 47

6. Teknik Validitas Data ... 50

7. Teknik Analisis Data ... 52

BAB IV: HASIL PENELITIAN ... 54

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ...54

1. Sejarah BMT Muda ... 54

2. Profil BMT Muda ... 57

3. Syarat Menjadi Anggota BMT dan Alur Pembiayaan BMT ... 58

4. Struktur Organisasi BMT Muda ... 60

5. Produk dan Aplikasi Akad ... 61

6. Visi dan Misi BMT Muda ... 72

(9)

B. Penyajian Data ... 75

1. Pelatihan Anggota ... 76

2. Pengembangan Usaha ... 77

3. Membantu Permodalan ... 78

4. Membantu Pemasaran ... 79

5. Mengadakan Evaluasi ... 80

6. Ide Mendirikan Usaha ... 81

C. Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data) ... 81

1. Tujuan BMT ... 82

2. Fungsi BMT ... 83

3. Peran BMT ... 87

BAB V : PENUTUP ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran dan Rekomendasi ... 95

C. Keterbatasan Penelitian ... 96

(10)

DAFTAR TABEL

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Alur Pembiayaan BMT Muda ... 59

Gambar 4.2 Struktur Organisasi ... 60

Gambar 4.3 Struktur Organisasi ... 61

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada tahun 2020 kita akan memasuki era „free trade’ di wilayah Asia dan

Pasifik. Pada era ini dibutuhkan para entrepreneur yang mampu menjawab

tantangan dan peluang di kawasan ini. Oleh karena itu entrepreneurship (sikap

kewirausahaan) perlu dipersiapkan „proactive’ sedini mungkin oleh bangsa

Indonesia khususnya pada lembaga pendidikan tinggi. 1

Kewirausahaan (entrepreneurship) merupakan persoalan paling penting di

dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang membangun seperti Indonesia.

Persoalan yang kita hadapi saat ini adalah masih rendahnya minat masyarakat

untuk menjadi wirausaha. 4,676 juta orang (0,8 persen) penduduk Indonesia

memilih menjadi wirausaha. Kondisi ini masih sangat jauh jika dibandingkan

dengan negara-negara lain seperti Singapura, Cina dan Amerika Serikat.

Kelompok kewirausahaan (entrepreneurship) yang dikenal sebagai modal

manusia memiliki peranan dalam memajukan perekonomian. Kemajuan bangsa

Jepang dan Cina misalnya dimotori oleh wirausawaan. Gelombang usahawanlah

yang telah merubah wajah negara-negara tersebut menjadi negara dengan tingkat

capaian ekonomi tertinggi di dunia. Indonesia perlu “mewarisi” pengalaman

Hongkong atau Taiwan yang telah berhasil melakukan revolusi kewirausahaan

1

(13)

2

hingga akhirnya dapat meningkatkan pendapat nasional dan memperkuat

dinamika ekonomi secara keseluruhan.2

Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu disiplin ilmu yang

mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability),dan perilaku seseorang dalam

menghadapi tantangan hidup dan cara memperoleh peluang dengan berbagai

resiko yang mungkin dihadapinya.3

Kewirausahaan merupakan kecakapan hidup yang penting dimiliki setiap

orang. Kewirausahaan dapat dipelajari dan dikuasai. Tujuan yang ingin diraih

dalam berwirausaha tentunya kesejahteraan hidup bagi dirinya, keluarga dan

masyarakat. Orang yang memiliki kewirausahaan disebut wirausaha atau lebih

dikenal dimasyarakat sebagai pengusaha. Wirausaha akan muncul dan

berkembang bila ada peluang dan tantangan dalam bidang ekonomi.

Kewirausahaan merupakan sumber daya ekonomi, selain modal, tenaga kerja dan

tanah atau lahan. Wirausahalah yang mengupayakan agar modal, tenaga kerja, dan

tanah dapat menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat, sehingga

memperoleh keuntungan atas usahanya tersebut.4

Kewirausahaan dapat ditumbuhkan dan dikembangkan juga didalam

sebuah organisasi, salah satu organisasi yang berperan dalam hal ini salah satunya

adalah BMT (Baitul Maal Wat Tamwil). Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

2

Sabri, SE., M.Si, 2013, “Kewirausahaan (entrepreneurship): modal manusia dalam membangun perekonomian”, Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen, Vol.IV no.7, hal 26-27

3

Suryana. kewirausahaan kiat dan proses menuju sukses. (Jakarta Selatan: Salemba Empat, 2006). Hal 2

4 Ari Fadiati, M.Si. dan Dedi Purwana, M.Buss.

(14)

3

merupakan suatu lembaga yang terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul

tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha untuk pengumpulan dan

penyaluran dana yang nonprofit, seperti; zakat, infaq, dan shodaqoh. Adapun

baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dari penyaluran dana komersial.

Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga

pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan Islam.

Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat

bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan bank Islam atau BPR Islam. Prinsip

operasinya didasarkan atas prinsip bagi hasil, jual beli (ijarah), dan titipan

(wadiah). Karena itu, meskipun mirip dengan bank Islam, BMT memiliki pangsa pasar tersendiri, yaitu masyarakat kecil yang tidak terjangkau layanan perbankan

serta pelaku usaha kecil yang tidak terjangkau layanan perbankan serta pelaku

usaha kecil yang mengalami hambatan “psikologis” bila berhubungan dengan

pihak bank.5 Amin Azis menjelaskan, bahwa BMT dengan baitul maal-nya

melaksanakan misi kemanusiaan melalui penghapusan perbudakan dalam arti

kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan. Sedangkan, baitut tamwil-nya

mengembangan usaha produktif, antara lain melalui kegiatan menabung dan

kegiatan utama BMT antara lain adalah memberikan modal kerja pada anggotanya

dan atau kelompok anggota pengusaha kecil dalam besaran ratusan ribu rupiah

bahkan puluhan juta rupiah, mendorong kegiatan menabung dari calon anggota.6

5

Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam : Tinjauan Teoritis dan Praktis. (Jakarta : Predana Medai Grup, 2010). Hal 365

6

Dr.H.Toto Tohir,S.H.,M.H, 2004, “Eksistensi Baitul Maal wat Tamwil (BMT)

(15)

4

Pendapat lain dikemukakan oleh Lubis yang dikutip oleh Nawawi “Baitul Mal Wa

Tanwil (BMT) adalah sekelompok orang yang menyatukan diri untuk saling membantu dan bekerja sama membangun sumber pelayanan keuangan guna mendorong dan mengembangkan usaha produktif dan peningkatan tarap hidup anggota dan keluargannya”.7

Semenjak perekonomian Indonesia diramaikan oleh perekonomian yang

berbasis Syariah, dan mulai bermunculan lembaga keuangan yang berbasis

syariah dan salah satunya adalah BMT (Baitul Maal Wat Tamwil). BMT Muda

(Baitul Maal Wat Tamwil Mandiri Ukhuwah Persada) merupakan salah satu BMT

yang ada di Surabaya. BMT ini menjadi wadah yang cukup ampuh untuk secara

bersama-sama meningkatkan harkat hidup masyarakat kecil. Dalam perjalanannya

sejak 7 Januari 2012, BMT Muda (Baitul Maal Wat Tamwil Mandiri Ukhuwah

Persada) telah secara aktif dan bahu-membahu meenjalankan beberapa program,

diantaranya adalah; menjalankan usaha jasa keuangaan syariah kepada para

anggota dengan berbagai latar belakang bidang pekerjaan, seperti pedagang sayur,

pedagang asongan, penjahit, petani, industri krupuk, pengrajin sepatu dan

usaha-usaha informal lainnya; membuka bisnis catering dengan mengoptimalkan peran

ibu-ibu PKK yang ada di Gang Tanjung, kelurahan Taanah kali Kedinding,

Surabaya; membuka layanan pembayaran listrik, PDAM dan pulsa elektrik;

menjalankan bisnis „printing’ di Jl. Gubeng Jaya Gang VIII dengan

memberdayakan potensi beberapa mahasiswa Universitas Airlangga yang ada di

kampus B; merintis pembukaan Taman Baca MUDA (Mandiri Ukhuwah Persada)

7

Ismail Nawawi. Ekonomi Kelembagaan Syariah : Dalam Pusaran Ekonomi Global Sebuah

(16)

5

gratis untuk masyarakat di daerah sekitar kantor BMT MUDA (Baitul Maal Wat

Tamwil Mandiri Ukhuwah Persada), yakni di Jl. Kedinding Lor Gang Tanjung

nomor 47-49 Surabaya.

Berkaitan dengan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meniliti

tentang, strategi BMT dalam pengembangan kewirausahaan melalui

program-programnya (studi kasus BMT Muda Surabaya).

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Peran BMT Muda (Baitul Maal Wat Tamwil Mandiri

Ukhuwah Persada) Dalam Pengembangan Kewirausahaan Terhadap

Peningkatan Kesejahteraan Anggota ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk Mengetahui Bagaimana Peran BMT Muda (Baitul Maal Wat

Tamwil Mandiri Ukhuwah Persada) Dalam Pengembangan

Kewirausahaan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Anggota

D. Manfaat Penelitian

Selain tujuan diatas, peneliti juga mengharapkan penelitian ini

memiliki kegunaan, diantaranya:

1. Secara Teoritik

Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan disiplin ilmu sosial

(17)

6

mengenai ilmu manajemen kewirausahaan. Khususnya bagi

kalangan akademisi yang berkonsentrasi pada ilmu kewirausahaan.

2. Secara Praktis

Dari segi praktis, diharapkan penelitian ini menjadi tambahan

informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan data mengenai

manajemen khususnya di bagian kewirausahaan.

E. Definisi Konsep

1. Peran BMT

BMT mempuyai dua peran sekaligus. Pertama sebagai lembaga yang

terbentuk atas inisiatif dari bawah. BMT melakukan fungsinya sebagai

mobilisator potensi ekonomi masyarakat untuk dikembangkan dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan anggota. Dalam hal ini BMT berkedudukan sebagai

organisasi bisnis. Kedua adalah fungsi BMT sebagai organisasi yang juga

berperan sosial, yaitu menjadi perantara antara agniya sebagai shahibul maal

(orang yang mempuyai harta yang berlebihan) dengan dua’fa (orang yang

kekurangan harta) sebagai mudharib (pengguna dana) terutama untuk

pengembangan usaha produktif. 8

2. Entreprenurship (Kewirausahaan)

Entrepreneurship berasal dari bahasa Perancis enterpreneur, yang secara

harfiah mempunyai arti perantara. Dalam bahasa Indonesia, dikenal istilah

8

(18)

7

wirausaha yang merupakan gabungan dari kata wira (gagah, berani, perkasa) dan

kata usaha. Dengan demikian, wirausaha berarti seseorang yang mampu memulai

dan atau menjalankan usaha secara gagah berani. Dalam kamus umum bahasa

Indonesia, entrepreneur diartikan sebagai “orang yang pandai atau berkata

mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk

pengadaan produk baru, memasarkannya serta mengatur permodalan

operasinya.”9

3. Kesejahteraan

Pengertian kesejahteraan sedikitnya mengandung empat makna: sebagai

kondisi sejahtera (well being); sebagai pelayanan sosial; sebagai tunjangan sosial;

dan sebagai proses terencana yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-lembaga

sosial, masyarakat maupun badan-badan pemerintah untuk meningkatkan kualitas

kehidupan melalui pemberian pelayanan sosial dan tunjangan sosial.10

4. Anggota

Anggota menurut kamus besar bahasa Indonesia anggota memiliki arti

yaitu (1) bagian tubuh (terutama tangan dan kaki) (2) bagian dari sesuatu yang

berangkai (3) orang (badan) yang menjadi bagian atau masuk dalam suatu

golongan (perserikatan, dewan, panitia dan sebagainya).11

9 Dr. Abdul Jalil, M.

Spiritual Enterpreneurship. (Yogyakarta : PT LkiS Printing Cemerlang, 2013). Hal 44

10

Ainur Rofieq, 2011, Pelayanan Publik dan Welfare State, Jurnal Governance, Vol. 2, No.1, hal: 102

11

(19)

8

5. Kesejahteraan Anggota

Di dalam UU No. 17 tahun 2012 tentang perkoperasian pasal 1 ayat 1

disebutkan bahwa, koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang

perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para

anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan

kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan

prinsip koperasi. Dari pengertian di atas mengandung pengertian bahwa koperasi

didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan

masyarakat pada umumnya.12

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berfikir dalam

penulisan skripsi. Untuk lebih mudah memahami penulisan skripsi ini, maka

disusunlah sistematika pembahasan, sebagai berikut:

Bab I menjelaskan tentang pendahuluan, yang meliputi latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual dan

sistematika pembahasan. Bab II menjelaskan tentang kajian teoritik dan penelitian

yang dilakukan oleh peneliti. Bab ini menjelaskan tentang teori dan kepustakaan

dari judul penelitian, langkah yang diambil dalam penyelesaian bab ini adalah

mencocokkan beberapa literatur yang ada, baik dari buku, skripsi, maupun jurnal

yang sesuai dengan judul penelitian.

12

(20)

9

Bab III menjelaskan tentang metode penelitian yang dipergunakan peneliti

untuk mencocokkan data atau informasi yang telah didapat. Hal ini bertujuan

mempermudah peneliti dalam menyusun skripsi dengan persetujuan dosen

pembimbing. Bab IV menjelaskan tentang gambaran umum lokasi penelitian,

hasil penelitian, mengenai peran BMT Muda dalam mengembangkan

kewirausahaan terhadap kesejahteraan anggota, dan analisa dari peneliti terhadap

peran BMT Muda. Hasil penelitian ini adalah yang terpenting dalam penulisan

skripsi. Bab V menjelaskan tentang penutup yang berisi kesimpulan dari hasil

(21)

10

BAB II

KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Terdahulu

Dalam proses penulusuran karya-karya ilmiah yang sama atau mirip

dengan penyusunan karya ilmiah ini, maka penulis menelusuri untuk mencari

beberapa kerangka karya ilmiah diantaranya sebagai berikut:

(22)
(23)
(24)
(25)
(26)

Huda dan Heykal mengatakan,

Baitul Maal Wattamwil (BMT) merupakan suatu lembaga yang terdiri dari dua istilah, yaitu baitulmaal dan baitul tamwil. Baitulmaal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang nonprofit, seperti; seperti : zakat, infaq, dan sedekah. Adapun baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan isam.”13

Dari sumber lain Lubis mengatakan dikutip oleh Nawawi “Baitul Mal Wa Tanwil

(BMT) adalah sekelompok orang yang menyatukan dri untuk saling membantu

dan bekerja sama membangun sumber pelayanan keuangan guna mendorong dan

13 Nurul Huda dan Moh. Heykal,

(27)

16

mengemangkan usaha produktif dan peningkatan taraf hidup anggota

keluarganya”.14

2. Tujuan BMT

Saripudin mengatakan,

“tujuan BMT BMT bertujuan meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pengertian tersebut di atas dapat di pahami bahwa BMT berorientasi pada upaya peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Anggota harus di

berdayakan (empowering) supaya dapat mandiri. Dengan

sendirinya tidak dapat di benarkan jika anggota dan masyarakat menjadi tergantung kepada BMT, dengan menjadi anggota BMT masyarakat diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup melalui peningkatan usahanya yang ditopang oleh pembiayaan yang dilakukan BMT”.15

Manan Mengatakan,

“tujuan dididrikan bmta adalah meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. BMT berorintasi pada usaha peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat, diharapkan dengan menjadi anggota BMT, masyarakat dapat meningkatkan

taraf hidup melalui usahanya.16

14

Ismail Nawawi, Ekonomi Kelembagaan Syariah, (Surabaya: CV. Putra Media Nusantara, 2009)

Hal :101

15

Udin Saripudin, 2014,”Reposisi BMT Sebagai Lembaga Keuangan Syariah Pro Rakyat” Jurnal al-Adalah Vol. 17, No. 2 Hal 300

16

Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012) Hal:

(28)

17

3. Karakteristik dan Ciri BMT

BMT memiliki karakteristik yang khas jika dibandingkan dengan lembaga

keuangan lain yang ada, karena selain memiliki misi komersial (Baitut Tamwil)

juga memiliki misi sosial (Baitul Maal), oleh karenanya BMT bisa dikatakan

sebagai jenis lembaga keuangan mikro baru dari yang telah ada sebelumnya.

Beberapa BMT mengambil bentuk hukum koperasi, namun hal ini masih bersifat

pilihan, bukan keharusan. BMT dapat didirikan dalam bentuk Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM) ataupun dapat juga berbentuk badan hukum koperasi.17

A.Djazuli dan Yadi Janwari dan Andri Soemitra mengemukakan empat

ciri utama dan ciri khas BMT, yaitu :

1. Mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling

banyak untuk anggota.

2. Bukan lembaga sosial, tetapi dapat dimanfaatkan untukmengefektifkan

penggunaan zakat, infak, dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak.

3. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat orang

banyak.

4. Milik bersama masyarakat kecil bawah dan kecil dari lingkungan BMT

itu sendiri, bukan milik seorang atau orang luar masyarakat itu.

17

(29)

18

Ciri khas BMT adalah :

1. Staf dan karyawan BMT bertindak aktif, dinamis, berpandangan

produktif, tidak menunggu tetapi menjemput nasabah, baik sebagai

penyetor dana maupun sebagai penerimapembiayaan usaha.

2. Kantor dibuka dalam waktu tertentu dan ditunggui oleh sejumlah staf

yang terbatas, karena sebagai staf harus bergerak kelapangan untuk

mendapatkan nsabah penyetor dana, memonitor dan mensupervisi

usaha nasabah.

3. BMT mengadakan pengajian rutin secara berkala yang waktu dan

tempatnya bisanya dimadrsah, masjid, mushala-ditentukan sesuai

dengan kegiatan nasabah dan anggota BMT, setelah pengajian bisanya

dilanjutkan dengan perincangan bisnis dari para nasabah BMT.

4. Manajemen BMT diselenggarakan secara profesional dan Islami.18

4. Fungsi BMT

Ridwan mengatakan dikutip oleh Manan,

“Diatas prinsip-prinsip di atas BMT berfunsi dala cakupan:

pertama, mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi,

mendorong dan mengembangkan potensi serta kemampuan potensi ekonomi anggota muamalat (pokusma) dan daerah kerjanya; kedua, meningkatkan kualitas SDM anggota dan menjadi pokusma menjadi lebih profesional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global; ketiga, menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka meningkatka

18

(30)

19

kesejahteraan anggota; keempat, menjadi perantara keuangan (financial internediary) antara agniya sebagai shohibul maal denagn duafa sebagai mudhorib terutama untuk dana-dana sosial seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf, hibah dan kelima, Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara pemilik dana (shohibul maal) baik sebagai pemodal maupun dengan pengguna dana

(mudhorib) untuk pengembangan usaha produktif.”19

5. Peran BMT

Raharjo mengatakan dikutip oleh Yusuf

“Peran umum baitul maal wa tamwil adalah melakukan pembinaan

dan pendanaan berdasarkan sistem syari’ah yang menegaskan arti

penting prinsip-prinsp syari’ah dalam kehidupan ekonomi

masyarakat. Sebagai lembaga keuangan syari’ah yang bersentuhan

langsung dengan kehidupan masyarakat kecil maka BMT mempuyai tugas penting dalam mengembangkan misi ke-Islam-an

dalam segala aspek kehidupan masyarakat.”20

Dari ahli lain juga mengungkapkan Sumiyanto mengatakan yang dikutip oleh

Manan dalam bukunya hukum ekonomi syariah mengatakan

“dilihat dari awal lahirnya BMT dan kemudian diatur dengan berbagai peraturan pemerintah, maka BMT mempunyai peranan

sebagai berikut, pertama, mengumpulkan dana dan

menyalurkannya padaanggota maupun masyarakat luas. Kedua,

mensejahterakandan meningkatkan perekonomian anggota secara

khusus dan msyarakat secara umum. Ketiga, membantu baitul al

maal dalam menyediakan kas untuk alokasi pembiayaan

non-komersial atau biasa disebut qardh al hasan. Keempat,

menyediakan pembiayaan cadangan macet akibat terjadinya

kebangkrutan usaha nasabah bait at tamwil yang berstatus

al-Gharim. Kelima, menjadi lembaga sosial keagamaan dengan

19

Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012) Hal:

361

20

(31)

20

pemberian beasiswa, santunan kesehatan, sumbangan

pembangunan saranan umum, peribadatan dan lain-lain. Di sisi lain, hal ini juga membantu bait at tamwil dalam kegiatan promosi produk-produk penghimpun dana dan penyalurannya kepada

masyarakat.21

Dr. Mulyaningrum menjelaskan BMT sebagai salah satu bentuk lembaga

keuangan mikro, memiliki dua peranan. Pertama, BMT merupakan baitul maal

yang salah satu kegiatannya berupa penggalangan dan pendayagunaan dana Zakat,

Infak dan Shadaqah (ZIS). Penggalangan dana ZIS akan semakin besar, ketika

BMT mampu mengelolanya secara amanah dan profesional. Dengan kepercayaan

yang semakin tinggi, diharapkan akan semakin banyak donatur dan masyarakat

yang memanfaatkan jasa BMT. Dari sisi pendayagunaan, berbagai program kreatif

sangat dimungkinkan untuk dibiayai dari sumber dana ZIS ini, antara lain:

(1) Pengembangan sumberdaya manusia (SDM)

(2) Pengembangan ekonomi, perbaikan mutu kesehatan, serta santunan guna

memenuhi kebutuhan pokok.

Makin besar dana ZIS yang dikelola BMT, maka makin besar pula

kontribusinya terhadap pengentasan kemiskinan. Dalam kondisi seperti ini, BMT

dapat mendirikan Lemabag Amil Zakat (LAZ) guna mengelola dana ZIS secara

lebih profesional. Peningkatan peran ini bukan berarti menghilangkan fungsi

baitul maal pada BMT karena ini bisa dijembatani dengan mendesain sistem

sinergi antara LAZ dan BMT.

21

Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012) Hal:

(32)

21

Kedua, BMT merupakan baitut tamwil. Dalam hal ini fungsi BMT persis

sama dengan perbankan dengan orientasi meraih profit yang optimal.

Konsekuensinya, sistem operasional BMT harus menjalankan prinsip profesional.

Dalam keadaan ini, karyawan akan dituntut kemampuan entrepeneurship yang

tinggi. Dalam melakukan pembiayaan juga harus memperhatikan faktor-faktor

peluang dan resiko bisnis, sehingga peningkatan pendapatan dapat dirasakan

kedua belah pihak baik BMT maupun nasabahnya.

BMT memiliki sejumlah perbedaan dibandingkan koperasi. Selain

menjalankan fungsi sosial kemasyarakatan, BMT adalah kegiatan bisnis yang

dilakukan berdasarkan prinsip syariah. Caranya, dengan tidak menerapkan sistem

bunga pada penghimpunan dana dan penyaluran pembiayaan, tetapi menggunakan

prinsip pengelolaan keuangan syariah seperti: murabahah (jual beli), ijarah (sewa

menyewa), dan mudharabah (bagi hasil).22

6. Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu disiplin ilmu yang

mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam

menghadapi tantangan hidup dan cara memperoleh peluang dengan berbagai

resiko yang mungkin dihadapinya. Banyak definisi tentang kewirausahaan seperti

yang dikutip dari beberapa ahli diantaranya sebagai berikut :

Dikutip oleh PO Abas Sunarya dari John J.Kao dari buku Kewirausahaan

mengatakan “kewirausahaan adalah usaha untuk menciptakan niat melalui

22

(33)

22

pengenalan kesempatan bisnis, manajemen pengambilan resiko yang tepat, dan

melalui keterampilan komunikasi dan manajemen untuk mobilisasi manusia,

uang, dan bahana-bahan baku atau sumber daya lain yang diperlukan untuk

menghasilkan proyek supaya terlaksana”.

Dikutip oleh PO Abas Sunarya dari Robert D. Hosrich dari buku

kewirausahaan mengatakan “kewirausahaan adalah suatu proses dinamis atas

penciptaan tambahan kekayaan. Kekayaan diciptakan oleh individu yang berani

mengambil resiko utama dengan syarat-syarat yang wajar, waktu dan atau

komitmen karier atau penyediaan nilai untuk berbagi barang dan jasa”.23

Dikutip oleh Muladi Wibowo dari Drucker dalam jurnal pembelajaran

kewirausahaan dan minat wirausaha lulusan SMK mengemukakan perkembangan

teori kewirausahaan menjadi tiga tahapan :

“a) Teori yang mengutamakan peluang usaha. teori ini disebut teori ekonomi, yaitu wirausaha akan muncul dan berkembang apabila ada peluang ekonomi; b) Teori yang mengutamakan tanggapan orang terhadap peluang, yakni, teori Sosiologi, yang mencoba menerangkan mengapa beberapa kelompok sosial menunjukkan tanggapan yang berbeda terhadap peluang usaha dan teori Psikologi yang mencoba menjawab karakateristik perorangan yang membedakan wirausaha dan bukan wirausaha serta karakteristik perorangan yang membedakan wirausaha berhasil dan tidak berhasil dan c) Teori yang mengutamakan hubungan antara perilaku wirausaha dengan hasilnya. Disebut dengan teori perilaku, yaitu yang mencoba memahami pola perilaku wirausaha.

Kewirausahaan dapat dipelajari dan dikuasai, karena

kewirausahaan bisa merupakan pilihan kerja, pilihan karir”.24

23

PO Abas Sunarya, Sudaryono dan Asep Saefullah. Kewirausahaan. (Yogyaarta : Andi Offset, 2001) Hal 11-3

24Muladi Wibowo, 2011,”Pembelajaran Kewirausahaan dan Minat Wirausaha Lulusan SMK”

(34)

23

Menurut Pasaribu dikutip dari buku kewirausahaan berbasis agribisnis

mengatakan “ada beberapa karakter dan sifat yang perlu dimiliki oleh seorang

wirausaha adalah sebagai berikut :

- Percaya Diri

Sifat-sifat utama tersebut dimulai dari pribadi yang mantap, tidak mudah

terombang-ombag oleh pendapat dan saran orang lain. Akan tetapi, saran-saran

orang lain jangan pula ditolak mentah-mentah. Gunakan saran sebagai masukan

untuk dipertimbangkan, kemudian anda harus memutukan segera. Anda harus

optimis. Seorang optimis asal tidak ngawur, Insya Allah bisnisnya akan berhasil.

Orang yang percaya dirinya tinggi adalah orang yang sudah matang secara

jasmani dan rohani. Pribadi semacam ini adalah pribadi yang tidak independen

dan sudah mencapai tingkat maturrity. Karakteristik kematangan seseorang adalah

ia tidak tergantung pada orang lain, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi,

objektif, dan kritis. Dia tidak begitu saja menyerap pendapat atau opini orang lain,

tetapi mempertimbangkan secara kritis. Emosinya dikatakan sudah stabil, tidak

gampang tersinggung atau naikpitam. Tingkat sosialnya pun tinggi, mau

menolong orang lain, dan yang paling tinggi lagi ialah kedekatannya dengan

khaliq sang Pencipta, Allah SWT.diharapkan wirausahaan seperti ini betul-betul

dapat menjalankan usahannya secara mandiri, jujur, dan disenangi oleh semua

relasinya.

- Bekerja Keras

Bekerja keras merupakan modal keberhasilan seseorang. Rasullulah sangat

(35)

24

simbolik memberi hadiah kapak dan tali kepada seseorang lelaki agar mau bekeja

keras mencari kayu dan menjualnya kepasar. Demikianpula jika mau berusaha,

mulailah berusaha sejak subuh. Jangan tidur sesudah subuh, cepatlah bangun dan

mulailah kegiatan untuk hari itu. akhirnya laki-laki itu sukses dalam hidupnya.

Sikap kerja keras harus dimiliki seorang wirausahawan. Dalam hal ini, unsur

disiplin memainkan peran penting. Bagaimana orang mau bekerja keras jika tidak

disiplin. Dia harus mengatur waktu, menyesuaikan diri dengan irama kehidupan,

bangun pagi, bersiap untuk bekerja, mulai bekerja, beristirahat (tidak terlalu

lama), dan seterusnya sampai malam tiba. Malam hari ia tidur (tidak begadang

sampai larut malam).

- Kepemimpinan

Sifat kepemimpinan memang ada dalam diri masing-masing individu. Ada

pemimpin yang disenangi bawahan dan mudah memimpin sekelompok orang. Ia

diikuti dan dipercaya oleh bawahannya. Namun, ada pula pemimpin yang banyak

curiga kepada bawahannya. Ia mau mengawasi bawahannya, tetapi tidak memiliki

waktu untuk itu. Menanam kecurigaan kepada orang lain akan berakibat tidak

baik pada usaha yang sedang dijalankan. Pemimpin yang baik harus mau

menerima kritik dari bawahan. Ia harus bersifat positif.

- Keaslian Ide

Sifat orisinal ini tentu tidak selalu ada pada diri seseorang, yang dimaksud

orisinal di sini adalah ialah ia tidak hanya mengekor orang lain, tetapi memiliki

pendapat sendiri ada ide yang orisinal, ada kemampuan untuk melakukan sesuatu.

(36)

25

kombinasi baru atau reintergrasi dari komponen-komponen yang sudah ada

sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Bobot kreativitas orisinal suatu produk

akan tampak pada sejauh mana ia berbeda dari apayang sudah ada sebelumnya.

- Berorientasi Ke Masa Depan

Seorang wirausaha haruslah perspektif, mempunyai visi ke depan, apa yang

hendak ia lakukan, apa yang ia ingin capai. Sebuah usaha bukan didirikan untuk

sementara, tetapi untuk selamnya. Oleh sebab itu, faktor kontinuitas harus dijaga

dan pandangan harus ditunjukan jeuh ke depan. Untuk menghadapi pandangan

jauh ke depan, seorang wirausaha akan menyusun perancangan dan strategi

dengan matang agar langkah-langkah yang akan dilaksanakan menjadi jelas.25

7. Pendampingan Kewirausahaan

Karjon mengatakan seperti yang dikutip oleh Ismawan bahwa “pendampingan

adalah suatu strategi (cara untuk mencapai tujuan) antara pendamping dengan

yang didampingi adalah hubungan dialogis (saling mengisi) di antara dua subjek.

Diawali dengan memahami realitas masyarakat dan memperbaharui kualitas

realitas ke arah yang lebih baik”. Departemen Sosial Republik Indonesia

mendefinisikan pendampingan sosial sebagai suatu proses menjalin relasi sosial

antara pendamping dengan Kelompok Usaha Bersama (KUB), Lembaga

Keuangan Mikro (LKM) dan masyarakat sekitarnya dalam rangka memecahkan

masalah, memperkuat dukungan, mendayagunakan sumber dan potensi, serta

meningkatkan akses anggota terhadap pelayanan sosial dasar, lapangan pekerjaan

dan fasilitas pelayanan publik lainnya.Tujuan pendampingan adalah

(37)

26

pemberdayaan dan penguatan (empowerment). Dengan pengertian pendampingan

di atas, Ismawan mengatakan bahwa pendampingan adalah orang yang bertugas

untuk mewujudkan kelompok swadaya masyarakat yang sukses dalam

meningkatkan kesadaran pengetahuan dan keterampilan anggota, menghidupkan

dinamika kelompok dan usaha (produktif) anggota. Dari definisi yang disebutkan

di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendampingan merupakan kegiatan yang

dilakukan untuk mendampingi dalam upaya memecahkan sebuah masalah,

memberikan dukungan, serta meningkatkan nilai guna sesuatu menjadi ke arah

yang lebih baik.26

8. Kewirausahaan dalam Prespektif Islam

Dikutip oleh Ramadhany Imanda dan Siti Inayatul Faizah dari Arifin dalam

jurnal Motivasi Pengusaha dalam Pengembangan Inovasi Produk (Penelitian

Deskriptif Terhadap Pengusaha Garmen Muslim di Gresik)

“Kewirausahaan dalam perspektif Islam adalah segala aktivitas bisnis yang diusahakan secara perniagaan dalam rangka memproduksi suatu barang atau jasa dengan jalan tidak bertentangan dengan syariat. Sedangkan, wirausahawan muslim adalah seseorang yang mengkombinasikan faktor-faktor sumber daya alam, tenaga kerja, dan material yang dibangun atas dasar hukum Allah SWT dan kepercayaannya dalam bekerja sama”.

Islam memandang tinggi kegiatan kewirausahaan. Hal ini disebabkan karena

setiap muslim yang melakukan kegiatan kewirausahaan berarti melakukan

berbagai aktivitas dalam rangka mentaati perintah Allah SWT untuk meraih

kesuksesan di dunia dan bekal di akhirat kelak. Bekerja dilandasi dengan

26Ismawan, 2011, “Strategi Pemberdayaan UMKM”

(38)

27

nilai Islam yang bersumber pada Al-Quran dan hadits, agar mampu

mengembangkan potensi diri, memanfaatkan waktu sebaik-baiknya serta dapat

menghasilkan materi.27

Ajaran-Ajaran Al-Qur'an dalam Berwirausaha

Al-Qur`an berkali-kali mendesak manusia untuk bekerja/berwirausaha.

Semua pahala yang ada diperuntukkan untuk manusia agar dia terlibat dalam

semua aktivitas yang produktif. Hal ini misalnya mereka yang mau berwirausaha

akan diberikan janji pahala. Al-Qur`an mendesak kerja keras dan menjanjikan

pertolongan Allah dan petunjukNya bagi mereka yang berjuang dan berlaku baik

(al Qur’an, 29: 6,69).

Al-Qur`an juga menganjurkan pada manusia untuk memiliki keterampilan

dan mengusai teknologi dengan menyebutnya sebagai fadhl (keutamaan, karunia)

Allah (al-Qur`an : 34: 10-11).

(Kami berfirman), "Wahai gunung-gunung dan burung-burung! Bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud,” dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (10) (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amal yang saleh. Sungguh, Aku Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (11)

27

(39)

28

Al-Qur`an juga mendesak mereka untuk menggunakan besi dengan

sebaik-baiknya, yang dalam pandangan Al-Qur`an, memiliki sebuah sumber

kekuatan yang signifikan dan memiliki banyak manfaat bagi manusia (al-Qur`an,

57:25).

ۖ طْسقْ َ ا قي ا ي ْ ا ت ْ ا ع ْ ْ أ ت ّي ْ سر ْ سْرأ ْدق ْأ يف ديدحْ ا ْ ْ أ

ديدش

ي ع ٌي ق ََ َ إ ۚ ْيغْ سر رصْ ي ْ ََ ْعي َ عف

Artinya : Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa

bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.

Disamping itu al-Qur’an juga menyerukan pada semua orang yang

memiliki kemampuan fisik untuk bekerja dalam usaha mencari sarana hidup untuk

dirinya sendiri. Tak seorangpun dalam situasi normal, dibolehkan untuk

meminta-minta atau menjadi beban kerabat dan negara sekalipun. Al-qur’an sangat

menghargai mereka yang berjuang untuk mencapai dan memperoleh karunia

Allah. Etika Islam, tulis Al-Faruq, dengan jelas menentang segala bentuk

minta-minta, menentang tindakan cara hidup parasit yang memakan keringat orang lain.

Rasulullah memaparkan pada kita bahwa bekerja/berwirausaha sangatlah dihargai,

sedangkan pengangguran sangatlah dikutuk (al-Faruqi: 155).

Beberapa contoh ajaran-ajaran al-Qur'an tentang berwirausaha adalah:

Pertama, Al-Qur'an memerintahkan manusia untuk bekerja/berwirausaha mencari

(40)

29

كل لعج ذلا ه ر شنلا ه لإ هقزر نم ا ك بك نم ف ا شم ف اً لذ ضرْا

Artinya : Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah

di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.

Imam Ibnu Katsir, memberikan penafsiran ayat ini adalah manusia disuruh

oleh Allah untuk melakukan perjalanan kemana saja yang dikehendaki diseluruh

belahan dan penjuru dunia untuk melakukan berbagai macam usaha dan

perdagangan. Larangan secara tegas bagi mereka yang malas dan hanya

berpangku tangan tidak mau melakukan aktivitas sesuatu. Begitu juga dalam

al-Qur’an 09 ayat 105 ditegaskan :

س ن نم ملا هل سر ك مع َ ىر سف ا معا لق ن معت تنك مب كئبن ف ةد شلا غلا ل ع ٰ لإ ن درت

Artinya : Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta

orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

Kedua, Al-Qur'an mendorong umat Islam untuk menguasai dan memanfaatkan sektor-sektor ekonomi dalam skala yang lebih luas, seperti

perdagangan, industri, pertanian, keuangan, jasa dan sebagainya. Hal ini

sebagaimana penegasan Allah dalam al-Qur’an 59 ayat 7:

ملا ٰ م ت لا ٰ بر لا ذل ل سر ل ه ف ٰىر لا لهأ نم هل سر ٰ ع َ ء فأ م ن ك س

اةل د ن ك ً ك ل بسلا نبا

َ ا تا ۚ ا تن ف هنع ك ن م ه ذخف ل سرلا ك تآ م ۚ كنم ء نغْا ن ب علا د دش َ نإ

Artinya : Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya

(41)

30

maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.

Bila dilihat dari sejarah turunnya ayat ini terkait dengan harta yang didapat

dari rampasan perang yang dalam pembagiannya tidak terjadi sentralistik yakni

pada orang-orang kaya saja yang mereka gunakan sesuai dengan kehendak hawa

nafsu mereka, serta tidak mendermakan kepada fakir miskin sedikitpun.

Relevansinya dengan kewirausahaan pada ayat di atas adalah munculnya berbagai

kejahatan dalam perekonomian sejenis kemiskinan, pengangguran, dan kegiatan

amoral adalah karena tidak meratanya kesejahteraan diantara sesama. Sehingga

pemberdayaan manusia dalam praktek wirausaha sangat dominan adanya.

Ketiga, dalam melakukan wirausaha al-Qur'an melarang melakukan

hal-hal yang tidak fair play dalam menjalankan bisnisnya, seperti menipu, ingkar

janji, monopoli, mark up, upeti, sogokan, pelicin, money politic, serta hal lain

yang merugikan dalam melakukan wirausaha. Hal ini sebagaimana ditegaskan

Allah dalam firman Nya (al-Qur’an, 02: 188) :

لا مأ نم ا رف ا ك تل كحلا لإ ب ا لدت لط بل ب كن ب كلا مأ ا ك ت ً ن م عت تنأ ْْ ب ِ نلا

Artinya : Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain

di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.

Imam al-Baghawi dalam tafsirnya Ma'alim al –Tanzil, Juz 1, memberikan

penjelasan bahwa larangan memakan sesuatu yang dilakukan dengan cara

batal/tidak baik atau yang tidak dibolehkan oleh Allah SWT. Misalnya agar

(42)

31

penghianatan kepada orang, atau melakukan risywah pada orang lain. Sehingga

dengan berpegang teguh pada ajaran seorang wirausaha akan lebih benar jalannya

dalam melakukan muamalah sebagai bekal kehidupan abadi.

Ke-empat, Al-Qur'an mendorong para wirausahawan muslim, setelah mendapatkan kekayaan untuk menunaikan zakat, infaq dan sedekah. Hal ini

dikandung maksud di samping secara normatif adalah wajib mengeluarkan zakat

secara sosial agar adanya unsur pemerataan dalam perekonomian. Bukan malah

sebaliknya seperti masyarakat kapitalis dengan senantiasa mengagungkan kapital

sebagai ilah dalam kehidupannya. Zakat akan membersihkan manusia para pelaku

wirausaha dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda.

Zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati seseorang serta menumbuh

kembangkan harta benda milik kita. Pentingnya zakat untuk dikeluarkan saat

mendapatkan kekayaan adalah sebagaimana penjelasan al-Qur'an 09 ayat 103:

دص لا مأ نم ذخ ع ع مس َ ل نكس تَص نإ ع لص ب كزت هر طت اةق

Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Imam Ibnu Katsir memberikan penjelasan tentang turunnya ayat ini yakni

Allah memerintahkan Rosulullah SAW untuk menmgambil zakat dari harta

kekayaan masyarakat dalam rangka mensucikan kekayaannya. Hal ini dapat

diambil pelajaran bahwa seorang enterpreneur yang telah mendapatkan kekayaan

(43)

32

Mengingat harta yang diterima masih ada hak bagi orang yang berhak

menerimanya.

Nilai Syari'ah dan Keteladan Rasulullah dalam Berwirausaha

Nabi Muhammad SAW adalah seorang pribadi yang lengkap dan

sempurna yang tak habis-habisnya digali dan dianalisa baik oleh umat Islam

maupun kalangan cendikiawan di luar Islam. Buku mengenai sosok Nabi

Muhammad SAW yang biasa dikenal dengan "sirah Muhammad" sudah banyak

ditulis orang baik oleh ulama terdahulu maupun oleh cendikiawan kontemporer.

Tak heran jika hampir seluruh aspek kehidupan Nabi dapat dikatakan sudah

pernah diungkapkan mulai dari peran Nabi sebagai negarawan, panglima perang,

pemimpin umat, penyebar agama, enterpreneur dan lain - lain.

Pada item terakhir, dalam sebuah riwayat diceritakan sebelum masa

kenabian, Muhammad pernah menjalankan transaksi, ada seorang pembeli

bernama Abdullah yang membeli sesuatu dari Muhammad. Mereka bersepakat

untuk bertemu di satu tempat, untuk melaksanakan transaksi karena saat itu

Muhammad membawa barang dagangan sedangkan Abdullah tidak membawa

uangnya. Ketika Muhammad sedang menunggu, Abdullah dalam keadaan lupa

untuk bertemu dan teringat setelah tiga hari. Ketika teringat tiga hari sesudahnya,

Abdullah datang ke tempat itu dan menemukan Muhammad masih menunggu

dengan barangnya. Lantas Nabi mengatakan “Engkau telah membuat aku gelisah,

(44)

33

Gambaran diatas memperlihatkan bahwa Muhammad adalah seorang yang

selalu bertanggung jawab atas segala transaksi yang dilakukannya. Muhammad

tahu benar bagaimana memuaskan seluruh stakeholders, sehingga barang

dagangan yang dimilikinya dapat terjual dengan cepat. Kecerdikan dan

kepiawaian Muhammad dalam melakukan transaksi perdagangan telah dilatih

sejak beliau berusia 12 tahun dalam melakukan perjalanan pertama kali ke Syiria

bersama pamannya Abu Thalib. Begitu ilmu perniagaan diperoleh dari sang

paman (Abu Thalib) dan sukses diterapkan oleh Muhammad menjadi seorang

yang profesional dalam perniagaan, banyak para masyarakat yang memiliki modal

namun tidak dapat melakukan perniagaannya, menginvestasikan kepada

Muhammad agar dijalankan dengan penghitungan profit tertentu sebagai mitra

kerja.

Kecakapan Muhammad SAW dalam melakukan perniagaan telah

mendatangkan keuntungan besar bagi Khadijah dan mitra-mitra usahanya yang

tersebar diseantero Jazirah Arabi. Dua puluh tahun lamanya Muhammad SAW

berkiprah dan malang melintang di dunia bisnis sehingga beliau dikenal sebagai

seorang entrepreuner yang tangguh di Yaman, Syria, Bashra, Yordania dan

kota-kota lainnya yang ada di Jazirah Arab.

Muhammad Syafe’i Antonio, memberikan gambaran sederhana

keberhasilan Muhammad sebagai seorang entrepreneur yang tangguh dan dikenal

di Jazirah Arab dan kota lainnya, tidaklah bisa terlepas dari empat sifat yang

melekat dalam dirinya dan komitmen beliau menjunjung tinggi nilai – nilai luhur

(45)

34

integritasnya yang luar biasa dalam menjalankan roda perekonomian bahkan

dalam segala hal, dia mendapatkan gelar al – amin (terpercaya), Muhammad

SAW mampu mengembangkan kepemimpinan termasuk (bisnis) yang dilakukan

secara ideal dan paling sukses dalam peradaban manusia. Sifat mulia yang

dimilikinya adalah siddiq (integrity), amanah (trusty), tabligh ( openly, human

relation), dan fathonah (working smart). Sehingga dengan sifat yang dimilikinya itu dia mampu mempengaruhi orang lain dengan cara mengilhami tanpa

mengindoktrinasi, menyadarkan tanpa menyakiti, membangkitkan tanpa

memaksa, serta mengajak tanpa memerintah.

Sifat yang melekat dalam diri pribadi Muhammad, dalam pandangan

penulis nilai – nilai luhur etika telah inhern kedalam sifat yang dimilikinya.

Sifat-sifat itulah yang kemudian menjadikan beliau digelari sebagai Mr Trustee atau al

Amin, yang berimplikasi pada munculnya berbagai pinjaman komersial

(commercial loans) di kota Mekkah dan sekitarnya yang membuka peluang

kemitraan antara Muhammad SAW dan para pemilik modal (funds provider).

Dalam Islam ada beberpa ciri yang bisa dilakukan agar manusia dapat

melakukan wirausaha dengan baik, maju, berkembang sebagaimana yang telah

diteladankan oleh Muhammad SAW. Selain empat sifat yang dimiliki ada

karakteristik lain yang berujung pada lahirnya kepuasan pelanggan (customer

satisfaction), diantaranya adalah; Pertama, Al Shalah yaitu melakukan suatu pekerjaan dengan baik, benar, tepat, dan memiliki nilai utilitas yang tinggi. Secara

etimologi kata Al-Shalah, memiliki arti relevan, artinya melakukan sesuatu sesuai

(46)

35

dalam sebuah perusahaan. Kedua, Al Itqan, dalam melakukan sesuatu

dilaksanakan degan mantap, penuh keyakinan, bahwa aktivitas apapun yang

dilakukan walaupun sedikit Tuhan akan mengetahui dan sebaliknya. Sebagaimana

tergambar dalam al Qur’an dalam surat Al Zazalah ayat 7-8 :

( هر اار خ ةرذ ل ْم لمع نمف 7

( هر اارش ةرذ ل ْم لمع نم ) 8

Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, niscaya Dia

akan melihat (balasan)nya. (8) Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.

Ketiga, Al Ihsan, adalah melakukan sesuatu yang terbaik dan lebih baik lagi. Kalau kita cermati kualitas ihksan memiliki dua makna dan dua pesan, yaitu;

1) Melakukan yang terbaik dari yang dapat dilakukan. Dengan makna ini

pengertiannya sama degan Itqan. Pesan yang dikandung antara lain agar setiap

muslim, memiliki komitmen terhadap dirinya untuk berbuat yang terbaik dalam

segala hal yang ia kerjakan apalagi untuk kepentingan umat, 2)Mempunyai makna

lebih baik dari prestasi atau kualitas pekerjaan sebelumnya. Makna ini

memberikan pesan peningkatan yang terus menerus seiring dengan bertambahnya

pengetahuan, pengalaman, waktu dan sumberdaya lainnya.

Dan adapun pesan itu adalah; Pertama, Al Mujahadah, atau

bersungguh-sungguh melakukan kerja dimanapun harus senantiasa bersungguh-sungguh-bersungguh-sungguh, kerja

keras dan optimal, ini sebagaimana tergambar dalam al-Qur’an surat Al-'Ankabut

Ayat 69 :

(47)

36

Artinya : Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,

benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

Kedua, Tanafus, Ta‟awun, dalam melakukan aktivitas apapun baik

disektor publik atau swasta, baik yang memproduksi barang ataupun jasa,

senantiasa melakukan koordinasi dan saling tolong menolong. Bahkan termasuk

didalamnya keberadaan kompetitor. Keberadaan kompetitor janganlah dianggap

musuh namun sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kreatifitas usaha

yang dibangun. Model ini senada dengan apa yang digambarkan Allah dalam al

Qur’an potongan ayat surat al-ma’idah ayat 2 :

ا ن عت د دش َ نإ َ ا تا ۚ نا دعلا ْْا ع ا ن عت ً ٰى تلا ربلا ع علا

Artinya : Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.

Dan ketiga, menghargai, dan mencermati waktu. Dalam dunia bisnis

waktu sangatlah berarti, tertinggal satu, dua menit dalam bertemu untuk

(48)

37

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan dengan metode kualitatif.

Sugiyono mengatakan, “metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian

yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai

lawannya adalah eksperimen). Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi.”28

Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan

data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi,

catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Menurut Moleong yang dimaksud

dengan penelitian kualitatif adalah “penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena apa yang dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan”.29

28 Sugiyono.

Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2005), hal. 1 29

(49)

38

2. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini adalah melakukan penelitian di BMT Muda (Baitul

Maal Wat Tamwil Madiri Ukhuwah Persada) Gg. Tanjung Jl. Kedinding Lor no.

49. Tanah Kali Kedinding, Kenjeran, Surabaya.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

1) Primer

Data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari subjek

peneliti dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambilan

data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.30

Yang termasuk di dalam data primer yaitu subyek atau orang dan

tempat. Data primer ini dikumpulkan dari hasil observasi dengan

mengamati lokasi tempat penelitian termasuk tempat unit usaha dan

juga melalui metode wawancara dengan langsung menanyakan hal-hal

yang berkaitan dengan penelitian ini dengan pihak-pihak yang terkait

seperti manajer BMT Muda (Baitul Maal Wat Tanwil Mandiri

Ukhuwah Persada) serta karyawan dan juga pelaku usaha yang datanya

didapat dengan melalui wawancara secara langsung.

30

(50)

39

2) Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari tangan

kedua atau sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian

dilakukan. 31

Data yang diambil dan diperoleh dari bahan pustaka yaitu mencari

data atau informasi, yang berupa benda-benda tertulis seperti

buku-buku, internet, dokumen dan karya tulis ilmiah.32 Data sekunder ini

merupakan data pendukung atau sebagai data pelengkap dari data

primer.

b. Sumber Data

Sumber data adalah salah satu hal vital dalam penelitian. Kesehatan

dalam menggunakan atau memahami sumber data sangat penting, jadi

data yang diperoleh tidak akan meleset dari yang diharapkan. Adapun

data yang nantinya dipakai untuk melengkapi data tersebut adalah :

1. Informan, yaitu orang-orang yang memberikan informasi tentang

segala yang terkait dalam penelitian. Peneliti mendapatkan

informasi dari bapak Manajer BMT Muda, karyawan dan para

pelaku usaha yang menjadi binaan dari BMT tersebut.

2. Dokumentasi, yaitu mengutip secara langsung dari catatan

perusahaan yang dijadikan penelitian dengan menyalin data. Data

berupa profil perusahaan, sejarah berdirinya, struktur organisasi,

tujuan serta daftar kegiatan.

31

Ulber Silalahi. Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010). hal, 291

32

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta

(51)

40

4. Tahap-Tahap Penelitian

Lexy J. Moleong mengatakan, dikutip oleh Ghony dan

Almanshur dalam melaksanakan penelitian terdapat tahap-tahap

penelitian sebagai berikut:

1. Tahap Pra-lapangan

Pada tahap ini, kegiata yang dilakukan peneliti adalah :

1) Menyusun rancangan penelitian

Penyususnan rancangan penelitian adalah berupa

usulan penelitian yang diajukan kepada ketua Prodi

Manajemen Dakwah, yang berisi tentang latar belakang

masalah, fenomena yang terjadi dilapangan,

problematika yang berisi tentang permasalahan yang

diangkat dalam penelitian.

2) Memilih lokasi penelitian

Adapun lapangan penelitian yang dipilih oleh peneliti

adalah di BMT Muda (Baitul Maal Wat Tanwil Madiri

Ukhuwah Persada). Sebelum melakukan penelitian,

peneliti terlebih dahulu melakukan penggalian data atau

informasi tentang objek penelitian yang akan diteliti.

Kemudian, ada ketertarikan yang timbul dalam diri

peneliti untuk menjadikan sebagai objek penelitian,

karena dirasa sesuai dengan disiplin ilmu peneliti

(52)

41

3) Mengurus perizinan penelitian

Setelah membuat usulan penelitian dalam bentuk

proposal, peneliti mengurus perizinan melakukan

penelitian di obyek yang akan diteliti dengan cara

meminta surat pengantar dari Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya yang

diperuntukan untuk penelitian di BMT Muda (Baitul

Maal Wat Tanwil Madiri Ukhuwah Persada).

4) Menjajaki dan Menilai Lokasi Penelitian

Tahap ini baru pada tahap orientasi lapangan, belum

sampai pada titik pengumpulan data yang sebenarnya.

Tahap ini barulah merupakan orientasi lapangan,

namun dalam hal-hal tertentu peneliti telah menilai

keadaan lapangan. Pada tahap ini, peneliti menajajki

dan menilai lapangan dengan mengunjungi lokasi

penelitian beberapa hari dengan melihat fenomena yang

ada di lapangan.

5) Memilih dan memanfaatkan informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk

memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar

(53)

42

informan pada penelitian ini adalah Manajer BMT

Muda, dan pelaku usaha binaan.

6) Menyiapkan perlengkapan penelitian

Peneliti berusaha menyiapkan segala alat dan

perlengkapan peneliti yang diperlukan sebelum terjun

ke lapangan penelitian, yang berupa bulpoint, kertas,

camera, handphone (untuk merekam).

7) Persoalan Etika Penelitian

Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak

menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan

nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut. Persoalan

etika itu akan muncul apabila peneliti tetap

berpegangan pada latar belakang, norma adat,

kebiasaan, dan kebudayaan sendiri dalam menghadapi

situasi dan konteks latar penelitiannya.

Oleh karena itu peneliti hendaknya menyesuaikan diri

serta membaca adat, kebiasaan, dan kebudayaan,

kemudian untuk smentara ia menerima seluruh nilai

dan norma sosial yang ada dalam msyarakat latar

(54)

43

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Untuk memasuki pekerjaan dilapangan, peneliti perlu memahami

latar belakang penelitian terlebih dahulu. Disamping itu, ia perlu

mempersiapkan dirinnya, baik secara fisik maupun secara mental di

samping ia harus mengingat persoalan etika sebagaimana yang telah

diungkapkan dimuka.

2) Penampilan peneliti

Dalam hal penampilan yang dimaksud dalam penelitian kualitatif

adalah dari peneliti itu sendiri. Peneliti hendaknnya menyesuaikan

penampilannya dengan kebiasaan, adat, tata cara, dan kultur latar

penelitian.

3) Pengenalan hubungan peneliti dilapangan

Apabila peneliti memanfaatkan pengamatan bereran serta,

hendaknya hubungan akrab antara subjek dan peneliti dibina. Dengan

demikian, peneliti dengan subjek penelitian dapat bekerja sama saling

bertukar informasi.

4) Jumlah Waktu Penelitian

Mengenai pembatasan waktu pada dasarnya peneliti sendirilah

yang perlu menentukan pembagian waktu agar waktu yang digunakan

(55)

44

3. Memasuki Lokasi Penelitian

1) Keakraban Hubungan

Hubungan diatas dikatakan bahwa sikap peneliti kualitatif

hendaknya pasif, hubungan yang perlu dibina berupa rapport.

Rapport disini adalah hubungan antara peneliti dengan subjek yang sudah melebur sehingga seolah-olah tidak ada lagi dinding

pemisahah diantara keduanny. Dengan demikian, subjek dengan

sukarela dapat menjawab pertanyaan atau memberikan informasi

yang diperlukan oleh peneliti.

2) Mempelajari bahasa

Apabila peneliti berasal dari latar yang lain, sebaiknya ia

mempelajari bahasa yang digunakan oleh orang-orang yang berada

pada latar penelitiannya. Peneliti sebaiknya tidak hanya

mempelajari bahasa, tetapi juga simbol-simbol yang digunakan

oleh orang-orang yang menajadi subjek subjek. Peneliti hendaknya

sekurang-kurangnnya mengerti dan jangan hanya mengerti bahasa

dan simbol yang digunakan, tetapi harus mengerti dalam situasi

bagaimana orang menggunakannya,apakah digunakan oleh semua

(56)

45

3) Peranan Peneliti

Sewaktu berada pada lapangan penelitian, mau tidak mau peneliti

terjun kedalamnya danakan ikut berperan serta didaamnya. Pertanyaan

pertama yang perlu dijawab dalam hal ini ialah seberapa besarkah peranan

yang dapat dimainkan oleh peneliti tersebut. Hal tersebut pada dasarnya

bergantung pada faktor tempat penelitian dan peneliti itu sendiri.

4. Berperan-serta sambil mengumpulkan data

1) Pengarahan batas waktu penelitian

Pada waktu menyusun personal (usulan) penelitian, batas studi

telah ditetapkan bersama masalah dan tujuan penelitian. Jadwal

penelitian disusun secara hati-hati walaupun luwes karena situasi

lokasi penelitian yang sulit diramal. Peneliti hendaknya

memperhitungkan pula keterbatasan waktu, tenaga, dan mungkin

biaya sehingga peneliti tidak sampai terpancing untuk mengikuti arus

kegiatan masyarakat atau orang pada latar penelitian.

2) Mencatat data

Alat penelitian penting yang biasannya digunakan dalam penelitian

kualitatif adalah catatan lapangan. Catatan lapangan tidak lain adalah

catatan yang dibat oleh peneliti sewaktu mengadakan pengamatan,

(57)

46

3) Petunjuk tentang cara mengingat data

Pada dasarnya peneliti tidak dapat melakukan dua pekerjaan

sekaligus. Peneliti tidak dapat melakukan pegamatan sambil membuat

catatan yang baik, tidak dapat membuat catatan yang baik sambil

mengadakan wawancara secara mendalam dengan seseorang. Alat

perekam seperti halnya perekam kaset atau perekam video kaset akan

benar-benar bermanfaat apabila tersedia dan subjek penelitian tidak

keberatan.

4) Kejenuhan, keletihan, dan istirahat

Menghadapi pekerjaan yang itu-itu juga, tidak bervariasi, serta

menekuninnya secara terus-menerus biasannya pada saat-saat tertentu

menimbulkan perasaan jenuh dan bosan. Apalagi peneliti bekerja

terus-menerus sepanjang hari bahkan sering bekerja sampai larut

malam. Akhirnya peneliti akan letih, lesu, dan mudah-mudahan

tubuhnya tidak lemah lunglai. Sebab, apabila sudah demikian keadaan

kondisinnya, satu-satunya jalan ang harus ditempuh ialah beristirahat

secukupnya. Apabila perlu dan dimungkinkan adakanlah rekreasi

untuk mengganti suasana, kemudian apabila kembali bekerja, tubuh

dan jiwa terasa sehat dan segar bugar kembali.

4) Meneliti suatu latar yang didalamnya terdapat pertentangan

Apabila peneliti berhadapan suatu konteks penelitian dan

(58)

47

bertentangan, tentu saja situasi yang demikian cukup sulit dan rumit

untuk dihadapi. Dalam hal ini, peneiti hendaknya berusaha sekuat

tenaga agar dia tetap netral, tidak memihak, dan sejauh mungkin

menengahi persoalan yang terjadi.

6) Analisis di lapangan

Peneliti kualitatif mengenal analisis data dilapangan walaupun

analisis data secara intensif barulah dilakukan sesudah peneliti

kembali kerumah tempat tinggalnya. Dengan adannya bimbingan dan

arahan masalah penelitian, peneliti kualitatif dibawa kearah acuan

tertentu yang cocok atau tidak cocok.dengan data yang dicatat.

5. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data

dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

a. Metode Pengamatan (Observasi)

Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti memperhatikan

dan mengikuti, memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati

dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju. Menurut

Cartwright yang dikutip dalam Haris Herdiansyah mendefinisikan sebagai

suatu proses melihat, mengamati dan mencermati serta merekam perilaku

secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.

Inti dari observasi adalah adannya perilaku yang tampak dan

Gambar

Tabel 4.1 Daftar Pelatihan .................................................................................
Gambar 4.4 Analisa Data...............................................................................
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Gambar. 4.1. Alur Pembiayaan BMT Muda
+5

Referensi

Dokumen terkait

Arbain merupakan Madu Pahit Asli yang diambil dari lebah liar yang mengambil nektar bunga yang memang berasa pahit. Bukan dengan tambahan

Login Admin Login Beranda Data Alat Penyewaan Pengembalian «extend» «extend» «include» «extend».. uc

(2014) menyatakan bahwa efek pemecahan dari pelarut dan sonikasi yang sinergis akan meningkatkan efisiensi ekstraksi sehingga menyebabkan lebih banyak lemak yang

Kelompok Ker ja Unit Layanan Pengadaan Jasa Lainnya Kegiatan Penyediaan Jasa Jaminan Bar ang M ilik Daer ah akan melaksanakan Pelelangan Seder hana Pascakualifikasi

Dari paparan ayat diatas, proses memaafkan kesalahan orang lain dapat disimpulkan bahwa dalam peristiwa yang ditimbulkan oleh pihak pelaku dzalim dengan sengaja

Dalam proses evaluasi manfaat ada ti Model A dimana nilai persentase (% dan nilai persentase ditentukan ber preferensi manfaat dan nilai (%) da (MUBA) dan Kota Pagar Alam. Model B

10 Ahmad Zainal Abidin, Kilat dan Mudah Hafal Juz „Amma , hlm.43... peserta didik kurang semangat dalam menghafal, dengan begitu adanya penerapan metode takrir

Sesuai dengan wasiat beliau, Dadan Sunandar selaku anak kedua dari Abah Asep melanjutkan peran Abah Asep dalam perkembangan padepokan Giri Harja, sehingga padepokan Giri