1 | Anotasi Putusan Perkara TPPU
A
NOTASI
P
UTUSAN
P
ERKARA
T
INDAK
P
IDANA
P
ENCUCIAN
U
ANG
Sumanthi, Sutrisno Wibowo, Hardi Setiyo
Editor
Riono Budisantoso
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Jl. Juanda No. 35 Jakarta 10120 Indonesia
Telephone: +6221‐3850455, Facsimili: +6221‐3856009 Website: www.ppatk.go.id, Email: contact‐us@ppatk.go.id
ustaka Juanda Tiga Lima & Elsda Intitute untuk pertama kalinya menerbitkan sebuah buku
anotasi tentang putusan perkara tindak pidana pencucian uang (TPPU) pada tahun 2008. Putusan
perkara yang dibuat anotasinya itu adalah atas nama Lukman Hakim (Putusan PN Jaksel No.
254/Pid.B/2005/PN.Jkt.Sel.; Putusan PT Jaktim No. 119/PID/2005/PT.DKI; Putusan MA No.
2098k/PID/2005), Tony Chaidir (Putusan PN Jaksel No. 956/PID.B/2005/PN.JKT.Sel), Anastasia Kusmiyati
Pranoto alias Mei Hwa (Putusan PN Kebumen No. 11/Pid.B/2005/PN. Kebumen; Putusan PT Jateng No.
265/Pid/2005/PT. Smg; Putusan MS No. 944/Pid/2006), Herry Robert (Putusan PN Kebumen No.
123/Pid.B/2005/PN/Kbn; Putusan PT Jateng No. 266/Pid/2005/PT.Smg; Putusan MA No. 949/Pid/2006),
Ie Mien Sumardi (Putusan PN Jakarta Pusat No. 1056/Pid.B/2005/PN.Jkt.Pst; Putusan PT Jakarta No.
211/PID/2005/PT.DKI), dan Jasmarwan alias Hendrik Sihombing (Putusan PN Medan No.
873/Pid.B/2005/PN.Mdn). Buku yang ditulis oleh Dr. Ramelan, SH, MH ini, juga berisi Kata Sambutan
dari Dr. Yunus Husein, SH, LL.M selaku Kepala PPATK.
Dalam sambutannya Yunus Husein antara lain mengemukakan bahwa “sistem hukum di
Indonesia tidak mengenal asas ‘stare decisis et quieta non movere’, yaitu asa keterikatan hakim pada
kaidah hukum (precedent) yang terdapat dalam putusan‐putusan hakim terdahulu, apabila ia dihapkan
pada perkara yang serupa. Tetapi, meskupun demikian ilmu hokum telah mengakui yurisprudensi
sebagai sumber hokum. Hakim pengadilan yang lebih rendah akan mempedomani putusan‐putusan
Mahkamah Agung sebagai yurisprudensi yang memuat asas dan kaidah hukum. Keterkaitan Keterikatan
2 | Anotasi Putusan Perkara TPPU
pada yurisprudensi disebabkaan adanya kemungkinan diajukannya kasasi yang berakibat dibatalkannya
putusan dimaksud apabila menyimpang dari asas dan kaidah hokum yang pernah diputuskan oleh
Mahkamah Agung untuk masalah yang serupa.
Hal‐hal tersebut di atas itulah yang mendorong PPATK mengambil inisiatif untuk menghimpun
putusan‐putusan pengadilan dalam perkara TPPU, menyimpulkan asas dan kaidah hokum dari putusan‐
putusan tersebut, dan membuat catatan sebagai analisis terhadap putusan‐putusan dimaksud. Asas dan
kaidah hokum yang dimuat dalam putusan‐putusan tersebut akan memperjelas dan mempertegas
interpretasi perundang‐undangan TPPU sehingga diharapkan mampu menyamakan persepsi aparat
penegak hokum dalam menjalankan praktek pengadilan untuk perkara TPPU.
Pada bulan April 2012 ini, PPATK sebagai financial intelligence unit (FIU) dan sekaligus national
focal point dalam upaya mencegah dan memberantas TPPU di Indonesia, kembali menerbitkan sebuah
buku Anotasi Putusan Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang atas nama Dicky Iskandardinata
(Putusan PN Jaksel No. 114/Pid.B/2006/PN.Jak.Sel; Putusan PT DKI No. 175/Pid/2006/PT.DKI; Putusan
MA No. 181 K/PID/2007), Agi Sugiyono (Putusan PN Karawang No. 448/Pid.B/2008/PN.KRW; Putusan PT
Bandung No. 296/PID/2009; Putusan MA), Yudi Hermawan (Putusan PN Karawang No.
446/Pid/B/2008/PN.KRW; Putusan PT Bandung No. 294/PID/2009/PT. Bdg; Putusan MA No. 791
K/PID.SUS/2010), Agbasi Chika (Putusan PN No. 1397/Pid/B/2009/PN.Jkt.Bar; Putusan PT DKI No.
389/PID/2009/PT.DKI; Putusan MA No. 1105 K/Pid.Sus/2010), Bahasyim Assifie (Putusan PN Jaksel No.
1252/PID.B/2010/PN.JKT.SEL; Putusan PT DKI No. 08/PID/TPK/2011/PT.DKI; Putusan MA No. 1454
K/PID.SUS/2011), dan Riska Mawarsari (Putusan PN Bogor No. 28/Pid.B/2011/PN.BGR).
Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Muhammad Yusuf dalam
Sambutan di buku anotasi ini mengemukakan antara lain bahwa :
“Salah satu kendala yang dihadapi oleh para penegak hukum dalam menegakan rezim anti
pencucian uang di Indonesia adalah karena belum lengkap dan meratanya pengetahuan
mengenai berbagai peraturan perundang‐undangan atau ketentuan yang mengatur
tentang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. Kendala tersebut
antara lain disebabkan oleh beragamnya bentuk dan lingkup ketentuan yang ada. Selain
itu, dalam beberapa kondisi ditemukan kendala berupa sulitnya mendapatkan akses
informasi terkait peraturan perundang‐undangan maupun ketentuan teknis tertentu yang
sangat diperlukan dalam melaksanakan upaya pemberantasan tindak pidana pencucian
uang yang semakin kompleks.
Penyusunan buku anotasi putusan perkara tindak pidana pencucian ini sesungguhnya
merupakan upaya untuk memecahkan persoalan tersebut di atas. Dengan sistematisasi
berdasarkan urutan materi atau substansi dalam putusan perkara, buku anotasi ini
diharapkan dapat dijadikan rujukan praktis bagi para pemangku kepentingan dalam rezim
anti pencucian uang, utamanya para penegak hukum, yaitu penyidik, penuntut umum, dan
hakim”.
Dan Ketua Muda Pidana Khusus Mahkamah Agung H. Djoko Sarwoko Agung dalam Kata
Pengantar di buku ini menambahkan, bahwa “salah satu kendala yang dihadapi oleh para penegak
hukum dalam menegakkan rezim anti pencucian uang di Indonesia adalah karena belum lengkap dan
meratanya pengaturannya (Undang‐Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 25 Tahun 2003) telah disempurnakan
berdasarkan Undang‐Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
3 | Anotasi Putusan Perkara TPPU
perbedaan, namun para hakim dapat menelaah dengan arif dan bijaksana terhadap putusan hakim
terdahulu berdasarkan undang‐undang yang telah berlaku sebelumnya. Putusan hakim yang baik
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan teoritis dalam analisis yang menitikberatkan pada fakta hukum
beserta pertimbangannya sehingga dapat dipertanggungjawabkan dari segi ilmu hukum bahkan dapat
membentuk yurispundensi yang memberikan arah dalam menentukan hukum baru. Selain itu, putusan
diharapkan memenuhi kebutuhan praktis dan dengan putusannya diharapkan hakim dapat
menyelesaikan persoalan/sengketa hukum yang ada dan sejauh mungkin dapat diterima oleh pihak‐
pihak yang bersengketa, maupun masyarakat pada umumnya karena dirasakan adil, benar, dan
berdasarkan hukum. Buku Anotasi ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan baik dari segi teoritis
maupun praktis khusus untuk kepentingan lembaga peradilan, dan penegak hukum pada umumnya,
serta bahan ajar bagi mahasiswa yang tertarik pada masalah‐masalah hukum aktual”.
Lebih jauh Dr. Ramelan, SH, MH, sebagai penulis buku Anotasi Perkara Pidana Pencucian Uang
(2008), mengatakan bahwa penerbitan buku anatasi yang kedua ini mengandung makna adanya upaya
memformulasikan dalil‐dalil hukum yang terdapat dalam satu putusan serta mengkritisi kekeliruan
dalam penanganan perkara tindak pidana. Anotasi ini menjadi terasa lebih penting jika diperhatikan
kelahiran undang undang pemberantasan tindak pidana pencucian uang di Indonesia adalah relatif
masih baru yaitu semenjak tanggal 17 April 2002 melalui kelahiran Undang‐Undang Nomor 15 Tahun
2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang yang kemudian diubah dengan Undang‐Undang Nomor 25
tahun 2003 tertanggal 13 Oktober 2003 serta kemudian dicabut dan dinyatakan tidak berlaku oleh
Undang‐undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang yang mulai berlaku sejak tanggal 22 Oktober 2010. Sebagai produk hukum yang relatif
baru pastilah menimbulkan berbagai penafsiran terhadap rumusan rumusan perundang‐undangannya,
sehingga melalui anotasi putusan perkara tindak pidana pencucian uang ini dapat di harapkan
diketemukan pemahaman yang sama diantara para penegak hukum.
Dalil‐dalil hukum yang dihasilkan oleh putusan pengadilan, menurut Dr. Ramelan, SH, MH,
adalah merupakan penemuan hukum oleh hakim, karena ia menemukan dan menyatakan pikiran‐
pikiran yang tersembunyi dari suatu undang‐undang. Dengan demikian dalil‐dalil hukum tersebut dapat
dijadikan pedoman, bahkan jika putusan tersebut telah dijadikan yurisprudensi wajib dikuti dalam
putusan pengadilan berikutnya. Di sisi lain, isi anotasi yang mengkritisi kekeliruan dalam penanganan
perkara, baik oleh penuntut umum maupun yang dilakukan oleh hakim dapat dijadikan bahan
pembelajaran bagi aparat penegak hukum untuk perbaikan ke depan. Selain itu diharapkan juga buku
anotasi ini dapat menjadi bahan kajian secara akademis untuk memperkaya ilmu pengetahuan hukum
pidana. Kajian akademis akan menghasilkan kebenaran secara jujur.
Jakarta, 19 April 2012